laporan tutorial blok 21 skenario 3

Upload: rickyirvan

Post on 08-Jul-2018

235 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    1/40

    LAPORAN TUTORIAL

    BLOK PEDIATRI

    SKENARIO 3

    PANAS

    KELOMPOK XIII

    ADAM HAVIYAN G0013002

    CHELSEA PRESCYLLIA G0013062

    ELDYA YOHANINGTYAS G0013084

    FEBRI DWI NINGTYAS G001304

    FIKRI DIAN DINU A G001306

    GISKA WIDYA DEPHITA G0013102

    KHANS!ARI!ENNIA MADANY AGRI G0013130

    MEGA ELISA HASYIM G00131"2

    NAILA MA#E$DHA D G00131%0

    RICKY IRVAN A G0013200

    TUTOR& E'( P)*+),(*(- .,/- MP./

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2016

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    2/40

    BAB I

    PENDAHULUAN

    SKENARIO III

    P*

    K1

    Seorang anak perempuan berusia 3 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD dikarenakan demam

    tinggi . Saat ini anak tidak mau makan dan minum. Demam didapatkan sejak dua hari yang

    lalu. Selain itu, ditemukan mata sedikit kemerahan, pilek tanpa disertai batuk dan diare.

    Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan nadi 110 kalimenit, perempuan

    30kalimenit, temperatur ! "0o#$. Ditemukan rash.

    K 2

    Sudah sejak 3 hari %gus berusia & tahun mengalami demam tinggi terus menerus sepanjang

    hari. Sudah diberi obat penurun panas oleh ibunya tetapi panas hanya turun sebentar dan

    kemudian naik lagi. Ibu %gus 'emas karena anak tetangganya dirawat di rumah sakit dengan

    gejala mirip. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dokter meminta untuk dilakukan

     pemeriksaan penunjang dan sambil memberikan penatalaksanaan dokter juga memberi

     penjelasan pada ibu mengenai tanda(tanda perdarahan atau syok. )ila terdapat tanda(tanda

    tersebut supaya ibu segera membawa %gus ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    3/40

    BAB II

    DISKUSI DAN TIN#AUAN PUSTAKA

    Seven Jump

    %. *angkah I ! +emba'a skenario dan memahami pengertian beberapa istilah dalam

    skenario.

    Dalam skenario ini, kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut!

    1. ash ! ruam, kemerahan

    -. Syok ! gangguan perfusi karena ketidakseimbangan kebutuhan dan kadar 

    oksigen pada jaringan

    ). *angkah II ! +enentukan atau mendefinisikan permasalahan

    ermasalahan pada skenario ini adalah sebagai berikut !

    K 1

    1. %pa hubungan tidak mau makan dan minum dengan demam/

    -. )agaimana hubungan mata kemerahan, pilek tanpa batuk, diare dengan

    keluhan demam/3. )agaimana hubungan rash dengan demam/ apa saja jenis(jenis rash/

    ". )agaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pasien/

    . )agaimana usia dengan keluhan pasien/

    &. %pasaja diagnosis banding dan penatalaksanaannya/

    . emeriksaan lanjut apa yang perlu dilakukan/

    K II

    2. )agaimana mekanisme demam tinggi, diberi obat naik lagi, dan penyebab apa

    saja yang seperti itu/

    . emeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan/

    10. %pa saja tanda(tanda syokperdarahan dan bagaimana tata laksananya/

    11. )agaimana hubungan tetangga yang mengalami gejala yang sama/

    1-. )agaimana upaya pemutusan rantai penularan/

    13. %pa saja diagnosis banding dan tata laksananya/

    1". %pa perbedaan kasus 1 dan -/

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    4/40

    $. *angkah III ! +enganalisis permasalahan dan membuat pernyataan sementara

    mengenai permasalahan.

    %nalisis sementara oleh kelompok kami mengenai permasalahan yang disebutkan

    dalam langkah II adalah

    K II

    1. %pa saja tanda(tanda syokperdarahan dan bagaimana tata laksananya/

    T*. '*. S)5 &

    1. *etargi

    -. 4akikardi

    3. 5ulit pu'at

    ". takipneu, bisa juga oedem pulmonars

    . gangguan gastrointestinal apabila syok sudah dalam jangka waktu lama

    T' L5* S)5 

    6ntuk men'egah komplikasi lanjut berupa kerusakan organ, tata laksana syok 

    harus dilakukan dengan 'epat. Dalam 1 jam pertama harus di'apai waktu

     pengisian kapiler kurang dari - detik, denyut nadi yang normal tanpa

     perbedaan kualitas nadi perifer dan sentral, produksi urin lebih dari 1

    mlkg))jam, kesadaran normal, tekanan darah normal sesuai usia dan

    saturasi oksigen lebih dari 7.

    / S)5 H()7)9:(5 

    emberian 'airan kristaloid 10(-0 mlkg)) se'ara bolus dalam 10(30 menit

    dapat dilakukan sambil menilai respons tubuh. ada syok hipo8olemik,

     peningkatan 8olume intra8as'ular akan meningkatkan isi sekun'up disertai

     penurunan frekuensi jantung. ada kasus yang berat, pemberian 'airan dapat

    diulangi 10 mlkg)) sambil menilai respons tubuh. ada umumnya anak 

    dengan syok hipo8olemik mempunyai nilai tekanan 8ena sentral kurang dari

    mm9g. emberian 'airan harus diteruskan hingga men'apai normo8olemik.

    5ebutuhan 'airan untuk mengisi ruang intra8askuler umumnya dapat

    dikurangi bila digunakan 'airan koloid.

    ;/ S)5 K,.()

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    5/40

    amat bergantung pada frekuensi. Isi sekun'up dipengaruhi oleh  preload ,

    afterload   dan kontraktilitas miokardium. Sesuai dengan hukum Starling,

     peningkatan  preload  akan berkolerasi positif terhadap 'urah jantung hingga

    ter'apai  plateau. 5arena itu, sekalipun terdapat gangguan fungsi jantung

    mempertahankan  preload   yang optimal tetap harus dilakukan. enurunan

    'urah jantung pas'a bolus 'airan menunjukkan bahwa 8olume loading  harus

    dihentikan. 6paya menurunkan afterload   terindikasi pada keadaan gagal

     jantung dengan peningkatan resistensi 8askular sistemik yang berlebihan.

    6ntuk tujuan ini dapat digunakan 8asodilator. Diuretik digunakan pada kasus

    dengan tanda kongestif paru maupun sistemik. 6ntuk tujuan ini dapat

    digunakan loop diuretic, atau kombinasi dengan bumetanid atau metola:on.

    )erbagai kondisi yang memperburuk fungsi kontraktilitas miokardium harus

    segera diatasi, seperti hipoksemia, hipoglikemia dan asidosis. 6ntuk 

    memperbaiki fungsi kontraktilitas ini, selanjutnya dapat digunakan obat

    inotropik ;seperti dipamin, dobutamin, adrena

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    6/40

    1= engendalian >on 5imiawi

    ada dasarnya metode ini adalah berbagai upaya untuk membuat keadaan habitat

     perkembangbiakan menjadi tidak sesuai lagi bagi perkembangan nyamuk  Aedes

     sp. tanpa menggunakan bahan kimiawi.

    a. engendalian sarang nyamuk ;S>=

    S> dilakukan dengan kegiatan 3+ ;menutup, menguras dan mendaur(ulang=

     b. enggunaan kelambu

    5elambu digunakan untuk menghindari kontak antara nyamuk dengan

    manusia. 5elambu digunakan untuk bayi dan anak(anak pada saat tidur siang

    hari

    '. engendalian biologi

    engendalian biologi dapat berupa penebaran ikan pemakan jentik,

     Bacillusthuringiensis, dll. $ontoh ikan pemakan jentik! ikan 'upang ; Betta

     splendens=, ikan sepat ;Trichogaster trichopterus=, dll

    d. +emakai baju lengan dan 'elana panjang

    enggunaan baju dan 'elana lengan panjang dapat mengurangi kontak antara

    manusia dengan 8ektor. emakaian baju dan 'elana panjang pada saat akan

     pergi ke kebun, pada saat anak(anak akan pergi ke tempat(tempat umum,

    seperti sekolah, pasar, pertokoan, rumah sakit, uskesmas, dan tempat lainnya

    -= engendalian 5imiawi

    engendalian kimiawi adalah upaya yang dilakukan untuk mengendalikan

    nyamuk dengan menggunakan insektisida. engendalian 8ektor D)D dan

    'hikungunya se'ara kimiawi, terbagi menjadi - yaitu pengendalian lar8a

    ;lar8asida= dan pengendalian dewasa ;adultisida=

    a. engendalian lar8a ;lar8asida=

    *ar8asidasi merupakan kegiatan pemberian pestisida yang ditujukan untuk 

    membunuh stadium lar8a. *ar8asiding dimaksudkan untuk menekan

    kepadatan populasi 8ektor untuk jangka waktu yang relatif lama ;3 bulan=,

    sehingga transmisi 8irus dengue selama waktu itu dapat diturunkan atau

    di'egah ;longterm preventive measure=. Di Indonesia temephos 17 ;%bate 1

    SG= telah digunakan se'ara massal sejak tahun 120 untuk program

     pengendalian D)D di Indonesia. ;Istiana et al, -01-=

     b. engendalian nyamuk ; Adult control =

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    7/40

    Space spraying   adalah knock down effect , oleh sebab itu sasarannya adalah

    8ektor yang sedang terbang baik indoor maupun outdoor. %da - ma'am 'ara

     space spraying  yaitu sistim panas ;thermal fogging = dan sistim dingin ;cold 

     spraying =

    rinsip dasar foggin g

    a. 6ntuk mengendalikan populasi nyamuk dewasa ;8ektor D)D=, waktu sangat

    terbatas ;probabilitas waktu efektif butiran insektisida kontak dengan 8ektor 

    sasaran ? 1(-0 menit=@ dan jangkauan operasional terbatas

     b. Afektif memutus rantai penularan di lokasi yang dilaporkan ada kasus D)D

    dan sebelum masa penularan, agar penularan 8irus dengue yang terjadi dapat

    dibatasi ;Ditjen dan *, -01-=

    S','9

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    8/40

    D. *angkah IB ! +engin8entarisasi permasalahan se'ara sistematis dan pernyataan

    sementara mengenai permasalahan pada langkah III.

    A. *angkah B ! +erumuskan tujuan pembelajaranK 1

    1. %pa hubungan tidak mau makan dan minum dengan demam/

    -. )agaimana hubungan mata kemerahan, pilek tanpa batuk, diare dengan keluhan

    demam/

    3. )agaimana hubungan rash dengan demam/ apa saja jenis(jenis rash/

    ". )agaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pasien/

    . )agaimana usia dengan keluhan pasien/

    &. %pasaja diagnosis banding dan penatalaksanaannya/

    Infeksi

    ;8irus, bakteri=rash ;jenis(jenis=

    demam tinggi pada anak   jenis(jenis demam

    gejala penyerta  pemeriksaan fisik   pemeriksaan penunjang

    tatalaksana

    komplikasi

    DD

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    9/40

    . emeriksaan lanjut apa yang perlu dilakukan/

    K II

    2. )agaimana mekanisme demam tinggi, diberi obat naik lagi, dan penyebab apa

    saja yang seperti itu/

    . emeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan/

    10. )agaimana hubungan tetangga yang mengalami gejala yang sama/

    11. %pa saja diagnosis banding dan tata laksananya/

    1-. %pa perbedaan kasus 1 dan -/

    C. *angkah BI ! +engumpulkan informasi baru

    G. *angkah BII ! +elaporkan, membahas dan menata kembali informasi baru yang

    diperoleh

    5asus 1

    1/ M9* 9*9;; '9,@.(* :' 59:9,>*?

    Salah satu diagnosis banding pada s'enario tersebut adalah 'ampak .

    %danya mata merah pada 'ampak dapat dikaitkan dengan perjalanan penyakit pada

    'ampak.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    10/40

    ada tahapan 8iremia, measles 8irus dapat menyebar ke berbagai tempat.

    Salah satu tempat yang dituju measles 8irus adalah konjungti8a

    sehinggamengakibatkan adanya konjungti8itis. Salah satu manifestasi klinis yang

     >ampak pada konjungti8itis adalah mata merah.

    3/ A *< :9*9;;5* '9,@.(* ,>?

    +easles 8irus dapat bereplikasi pada berbagai ma'am tipe sel, salah satunya

    adalah pada sel endotelial yang berada pada blood 8esseles. Sel yang terinfeksi

    oleh measles 8irus akan menginduksi terbentuknya system imun adaptif yang

    melibatkan 4 sel. 4 sel yang terakti8asi tersebut akan menargetkan penyerangan

    terhadap endothelial yang sudah terinfeksi oleh measles 8irus. %kibatnya akan

    timbul rash.

    %danya pengaruh sel 4 terhadap terbentuknya rash juga ditunjang oleh penelitian

    mengenai anak yang memiliki sedikit sel 4, yaitu anak dengan immunodeficiency

    ;9IB= dan terinfeksi 'ampak. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak 9IB

    apabila terinfeksi oleh 'ampak, tidak akan memun'ulkan manifestasi klinis

     berupa rash. 9al ini menguatkan kemungkinan bahwa rash dimediasi oleh adanya

    sel 4.

    Salah satu kemungkinan diagnosis banding dari kasus 1 adalah 'ampak yang

    disebabkan oleh measles virus.  Measles virus  dapat bereplikasi pada berbagai

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    11/40

    ma'am tipe sel, salah satunya adalah pada sel endotelial yang berada pada blood

    8esseles. Sel yang terinfeksi oleh measles 8irus akan menginduksi terbentuknya

    sistem imun adaptif yang melibatkan 4 sel. 4 sel yang terakti8asi tersebut akan

    menargetkan penyerangan terhadap endothelial yang sudah terinfeksi oleh

    measles 8irus. %kibatnya akan timbul rash.

    %danya pengaruh sel 4 terhadap terbentuknya rash juga ditunjang oleh penelitian

    mengenai anak yang memiliki sedikit sel 4, yaitu anak dengan immunodeficiency

    ;9IB= dan terinfeksi 'ampak. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa anak 9IB

    apabila terinfeksi oleh 'ampak, tidak akan memun'ulkan manifestasi klinis

     berupa rash. 9al ini menguatkan kemungkinan bahwa rash dimediasi oleh adanya

    sel 4.4/ #95* (*'9,,9'( 9:9,(5* =((5 . 5

    ( Suhu tubuh! "0 0$ ;tergolong demam, suhu tubuh demam! 3. 0$=

    ( >adi! 110 kalimenit ;tergolong normal, denyut nadi normal usia - E 10 tahun!

    &0 E 1"0 kalimenit=

    ( ernapasan! 30 kalimenit ;tergolong normal, pernapasan normal usia 1 E

    tahun! F "0 kalimenit=

    ( Inspeksi! terlihat adanya rash, mata sedikit kemerahan ;menunjukkan adanya

    kelainan, perlu pemeriksaan lebih lanjut=

    "/ H;*

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    12/40

    mulai meninggi. ada fase ini, jumlah 8irus terbanyak dan pasien dalam kondisi

     paling infeksius.

    3= 5emerahan! antibodi diproduksi, tetapi replikasi 8irus serta gejala mulai

    menghilang. Se'ara klinis, terlihat rash makulopapuler yang dimulai dari hairline

    kemudian ke belakang telinga lalu ke seluruh tubuh.

    "= esolusi! biasanya terjadi pada hari ke " dimana rash  mulai menghilang

    diganti dengan perubahan warna menjadi 'oklat dan deskuamasi. ika demam

    tetap ada, maka ini adalah tanda dari adanya komplikasi dari 'ampak.

    ada 'ampak, terdapat tanda patognomik yaitu adanya  Koplik spots. 4anda ini

    mun'ul 1(" hari sebelum rash yang berupa lesi merah dengan titik biru(putih di

    tengahnya, yang mun'ul pada mukosa mulut di sepanjang molar dua. 4anda ini

    mun'ul 0(07 pada pasien 'ampak, yang disebabkan karena reaksi imun

    terhadap 8irus yang terdapat pada endotel kapiler. Selain adanya lesi merah,

    keseluruhan mukosa mulut dapat meradang, hingga bibir bagian dalam dan bibir 

    dapat terlihat memerah.

    Birus 'ampak juga menyerang sel 4 $D"# sehingga 4h1 tersupresi. 9al ini yang

    dapat menimbulkan efek imunosupresif pada pasien 'ampak ;Cau'i, -002=

    ;5liegman, -011=.

     b. Bari'ella

    1= atogenesis

    +asa inkubasi 8ari'ella 10 ( -1 hari pada anak imunokompeten ;rata ( rata 1" (

    1 hari= dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih singkat yaitu

    kurang dari 1" hari. BB masuk ke dalam tubuh manusia dengan 'ara inhalasi dari

    sekresi pernafasan ;droplet infe'tion= ataupun kontak langsung dengan lesi kulit.

    Droplet infe'tion dapat terjadi - hari sebelum hingga hari setelah timbul lesi

    dikulit. BJB masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan

     bagian atas, orofaring ataupun 'onjungti8a. Siklus replikasi 8irus pertama terjadi

     pada hari ke - ( " yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti

     penyebaran 8irus dalamjumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang

    mengakibatkan terjadinya 8iremia primer ;biasanya terjadi pada hari ke " ( &

    setelah infeksi pertama=. ada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi

    8irus tersebut dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh yang belum

    matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi 8irus ke dua yang terjadi

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    13/40

    di hepar dan limpa, yang mengakibatkan terjadinya 8iremia sekunder. ada fase

    ini, partikel 8irus akan menyebar ke seluruh tubuh dan men'apai epidermis pada

    hari ke 1"(1&, yang mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas.

    Seorang anak yang menderita 8ari'ella akan dapat menularkan kepada yang lain

    yaitu - hari sebelum hingga hari setelah timbulnya lesi di kulit.

    -= Gambaran 5linis

    Bari'ella pada anak yang lebih besar;pubertas= dan orang dewasa biasanya

    didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri kepala, mual dan

    anoreksia, yang terjadi 1 ( - hari sebelum timbulnya lesi dikulit sedangkan pada

    anak ke'il ;usia lebih muda= yang imunokompeten, gejala prodormal jarang

    dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan timbul bersamaan dengan

    mun'ulnya lesi dikulit.

    *esi pada 8ari'ella, diawali pada daerah wajah dan s'alp, kemudian meluas ke

    dada ;penyebaran se'ara 'entripetal= dan kemudian dapat meluas ke ekstremitas.

    *esi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. *esi pada 8ari'ella

     biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas yaitu terdapatnya

    semua stadium lesi se'ara bersamaan pada satu saat.

    ada awalnya timbul makula ke'il yang eritematosa pada daerah wajah dan dada,

    dan kemudian berubah dengan 'epat dalam waktu 1- ( 1" jam menjadi papul dan

    kemudian berkembang menjadi 8esikel yang mengandung 'airan yang

     jernihdengan dasar eritematosa. Besikel yang terbentuk dengan dasar yang

    eritematous mempunyai gambaran klasik yaitu letaknya superfisial dan

    mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat seperti kumpulan tetesan air 

    diatas kulit ;tear drop=, berdiameter -(3 mm, berbentuk elips, dengan aksis

     panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau tampak 8esikel seperti titik( titik 

    embun diatas daun bunga mawar ;dew drop on a rose petal=. $airan 8esikel 'epat

    menjadi keruh disebabkan masuknya sel radang sehingga pada hari ke - akan

     berubah menjadi pustula. *esi kemudian akan mengering yang diawali pada

     bagian tengah sehingga terbentuk umbilikasi ;delle= dan akhirnya akan menjadi

    krusta dalam waktu yang ber8ariasi antara -(1- hari, kemudian krusta ini akan

    lepas dalam waktu 1 ( 3 minggu. ada fase penyembuhan 8ari'ella jarang

    terbentuk parut ;s'ar=, apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder bakterial.

    Bari'ella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan terjadinya

    8ari'ella intrauterine ataupun 8ari'ella neonatal. Bari'ella intrauterine, terjadi

     pada -0 minggu pertama kehamilan, yang dapat menimbulkan kelainan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    14/40

    kongenital seperti ke dua lengan dan tungkai mengalami atropi, kelainan

    neurologik maupun o'ular dan mental retardation.

    Sedangkan 8ari'ella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat 8ari'ella

    ;8ari'ella maternal= kurang dari hari sebelum atau - hari sesudah melahirkan.

    )ayi akan terpapar dengan 8iremia sekunder dari ibunya yang didapat dengan

    'ara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat perlindungan antibodi

    disebabkan tidak'ukupnya waktu untuk terbentuknya antibodi pada tubuh si ibu

    yang disebuttransplasental antibodi. Sebelum penggunaan 8ari'ella

    :osterimmunoglobulin ;BJIG=, angka kematian 8ari'ella neonatal sekitar 307,

    hal ini disebabkan terjadinya pneumonia yang berat dan hepatitis yang fulminan.

    4etapi jika si ibu mendapat 8ari'ella dalam waktu hari atau lebih sebelum

    melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu yang 'ukup untuk membentuk dan

    mengedarkan antibodi yang terbentuk ;transplasental antibodi= sehingga neonatus

     jarang menderita 8ari'ella yang berat.

    '. 9erpes Joster 

    1. atogenesis

    ada herpes :oster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui. Selama

    terjadinya 8ari'ella, BJB berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa

    ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan se'ara 'entripetal melalui serabut

    syaraf sensoris ke ganglion sensoris. ada ganglion tersebut terjadi infeksi laten

    ;dorman=, dimana 8irus tersebut tidak lagi menular dan tidak 

     bermultiplikasi,tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi

    infeksius apabila terjadi reakti8asi 8irus. eakti8asi 8irus tersebut dapat

    diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitas seluler seperti pada

     penderita karsinoma, penderita yang mendapat pengobatan immunosuppressi8e

    termasuk kortikosteroid dan pada orang penerima organ transplantasi. ada saat

    terjadi reakti8asi, 8irus akan kembali bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi

    radang dan merusak ganglion sensoris. 5emudian 8irus akan menyebar ke

    sumsum tulang serta batang otak dan melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit

    dan kemudian akan timbul gejala klinis.

    -. Gambaran 5linis

    9erpes :oster pada anak(anak jarang didahului gejala prodormal. Gejala

     prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia, malese, nyeri

    kepala dan demam, biasanya terjadi 1(3 minggu sebelum timbul ruam dikulit.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    15/40

    *esi kulit yang khas dari herpes :oster yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan

     jarang melewatii garis tengah tubuh. *okasi yang sering dijumpai yaitu pada

    dermatom 43 hingga *- dan ner8us ke B dan BII.

    *esi awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian dalam waktu 1-

    ( -" jam akan berkembang menjadi 8esikel dan akan berlanjut menjadi pustula

     pada hari ke 3 ( " dan akhirnya pada hari ke ( 10 akan terbentuk krusta dan

    dapat sembuh tanpa parut, ke'uali terjadi infeksi sekunder bakterial. ada pasien

    imunokompromais dapat terjadi herpes :oster desiminata dan dapat mengenai alat

    8is'eral seperti paru, hati, otak dan disseminated intra8as'ular 'oagulophaty

    ;DI$= sehingga dapat berakibat fatal. *esi pada kulitnya biasanya sembuh lebih

    lama dan dapat mengalami nekrosis, hemoragik dan dapat terbentuk parut.

    %/ A.5> 9:9,(5* 9**@*< *< 9, .(55*? #95*

    emeriksaan antibodi Ig+ merupakan 'ara ter'epat untuk memastikan adanya

    infeksi 'ampak akut. 5arena Ig+ mungkin belum dapat dideteksi pada - hari

     pertama mun'ulnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan Ig+

    dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. 4iter Ig+

    mulai sulit diukur pada " minggu setelah mun'ul rash. Sedangkan IgG antibodi

    dapat dideteksi " hari setelah rash mun'ul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah onset. IgG masih dapat ditemukan

    sampai beberapa tahun kemudian. Birus measles dapat diisolasi dari urine,

    nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok selama

    masa prodromal sampai -" jam setelah timbul ber'ak(ber'ak. Birus dapat tetap

    aktif selama sekurang(kurangnya 3" jam dalam suhu kamar."

    Coto toraks ! anak(anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi

    seharusnya dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan

    adanya pneumonia

    K 2

    1. )agaimana mekanisme demam tinggi, diberi obat naik lagi, dan penyebab apa

    saja yang seperti itu/

    %pabila bakteri atau hasil peme'ahan bakteri terdapat di dalam jaringan atau

    dalam darah, keduanya akan difagositosis oleh leukosit darah,makrofag jaringan

    dan limfosit pembunuh bergranula besar. Seluruh sel ini selanjutnya men'erna

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    16/40

    hasil peme'ahan bakteri dan melepaskan :at interleukin(1 ;yang juga disebut

     pirogen endogen atau leukosit pirogen= ke dalam 'airan tubuh. Interleukin 1 saat

    men'apai hipotalamus segera mengaktikanproses yang menimmbulkan demam,

    kadang(kadang meningkatkan suhu tubuh dalam jumlah yang jelas terlihat dalam

    waktu 2 sampai 10 menit. )eberapa per'obaan telah menunjukkan bahwa

    interleukin 1 menyebabkan demam, pertama(tama dengan menginduksi

     pembentukan salah salah satu prostaglandin , terutama prostaglandin A- atau

    yang mirip, dan selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi

    demam. 5etika pembentukan prostaglandin dihambat oleh obat, demam sama

    sekali tidak terjadi atau paling tidak berkurang ;Guyton, -00&=.

    Demam terjadi kembali setelah konsumsi obat antipiretikmenunjukkan adanya

    akti8asi hipotalamus kembali yang dipi'u baik oleh pirogen endogen Interleukin

    1 maupun progen eksogen 8irus atau bakteri. )eberapa infeksi 'enderung

    mengalami relaps, terutama jika pengobatan suboptimal ;durasi antimikroba

    yang lebih pendek atau dosis tidak memadai=. Infeksi berulang, infeksi berat,

    atau tidak biasa ;oportunistik= menunjukkan kemungkinan adanya

    imunodefisiensi ;+ar'dante, -011=

    -. emeriksaan penunjang apa saja yang dilakukan/

    emeriksaan darah rutin digunakan untuk menapis pasien tersangka demam

    dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah

    trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai

    gambaran limfosit plasma biru, peningkatan 17 menunjang diagnosis D)D.

    Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi 8irus dengue ;cell culture= ataupun

    deteksi antigen 8irus >% dengue dengan teknik 4($ ; everse Transcriptase

     !olymerase "hain eaction=, namun karena teknik yang lebih rumit, saat ini tes

    serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa

    antibodi total, Ig+ maupun IgG lebih banyak.

    arameter *aboratoris yang dapat diperiksa antara lain!

    a. *eukosit ! dapat normal atau menurun. +ulai hari ke(3 dapat ditemui

    limfositosis relatif ;F "7 dari total leukosit= disertai adanya limfosit plasma

     biru ;*)= F 17 dari jumlah total leukosit yang pada fase syok akan

    meningkat

     b. 4rombosit ! umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3(2

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    17/40

    '. 9ematokrit ! kebo'oran plasma dibuktikan dengan ditemukannya

     peningkatan hematokrit -07 dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada

    hari ke(3 demam

    d. 9emostasis ! dilakukan pemeriksaan 4, %44, Cibrinogen, D(Dimer, atau

    CD pada keadaan yang di'urigai terjadi perdarahan atau kelainan

     pembekuan darah

    e. rotein albumin ! dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebo'oran plasma

    f. SGH4 SG4 ! dapat meningkat

    g. 6reum, kreatinin ! bila didapatkan gangguan fungsi ginjal

    h. Alektrolit ! sebagai parameter pemantauan pemberian 'airan

    i. Golongan darah dan cross match  bila akan diberikan transfusi darah atau

    komponen darah

     j. Imunoserologi dilakukan pemeriksaan Ig+ dan IgG terhadap dengue

    k. Ig+ terdeteksi mulai hari ke 3(, meningkat sampai minggu ke 3,

    menghilang setelah &0 E 0 hari.

    l. IgG pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 1", pada infeksi

    sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke -

    m. 6ji 9I! dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang

    dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan sur8eilans

    n. >S1 ! %ntigen >S1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai

    hari ke delapan. Sensiti8itas antigen >S1 berkisar antara &37 ( "7 dengan

    spesifitas 1007 sama tingginya dengan spesifitas gold standard  kultur 8irus.

    9asil negatif antigen >S1 tidak menyingkirkan adanya infeksi 8irus dengue

    o. adiologis

     p. emeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi dalam keadaan klinis ragu(

    ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada

     perembesan plasma -0("07. Indikasi lainnya ialah pemantauan klinis,

    sebagai pedoman pemberian 'airan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    18/40

    3. )agaimana hubungan tetangga yang mengalami gejala yang sama/

    Sumber penularan nyamuk  A.aegypti  berasal dari 8irus yang tertelan saat

    menggigit dan menghisap darah orang yang sakit D)D atau tidak sakit namun

    ada 8irus dengue di dalam tubuhnya. Birus dengue berada dalam darah selama "(

    harimulai 1(- hari sebelum demam. %kti8itas menggigit biasanya pagi ;0.00(

    10.00= hingga petang ;1&.00(1.00= dan mampu terbang hingga radius ? -00m.

    )erdasarkan data tersebut kemungkinan tetangga pasien yang rumahnya

     berdekatan ;? -00m= dengan rumah pasien kedua menularkan 8irus dengue lewat

    nyamuk  A.aegypti. Birus dengue akan bereplikasi jika system imun host nya

    dalam keadaan kurang baik sehingga pada pasien kedua menderita D)D.

    ". %pa saja diagnosis banding dan tata laksananya/

    D9:: B9,.,>

    Demam dengue ;DD= dan demam berdarah dengue ;D)D= adalah penyakit

    infeksi yang disebabkan oleh 8irus dengue dengan manifestasi klinis demam,

    nyeri otot danatau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

    trombositopenia dan diathesis hemoragik.

    E'())yamuk  Ae. aegypti merupakan 8ektor primer D)D di

    Indonesia, sedangkan  Ae. al$opictus  merupakan 8ektor sekunder. 5eempat

    serotipe dengue terdapat di Indonesia, DA>(3 merupakan serotipe dominan dan

     banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DA>(-.

    E(.9:())

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    19/40

    tempat tidur, bagian bawah sofa dan tempat(tempat teduh dan lembab lainnya.

     >yamuk  Ae. Al$opictus banyak beristirahat di luar rumah dibandingkan dengan

    di dalam rumah, seperti di rerumputan, dedaunan, pohon, serasah daun kering,

    tebing dan tempat(tempat teduh lainnya. ;Ditjen dan *, -01-=

    )eberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi biakan 8irus

    dengue

    a. Bektor! perkembangbiakan 8ektor, kebiasaan menggigit, kepadatan 8ektor di

    lingkungan, transportasi 8ektor dari satu tempat ke tempat lain

     b. ejamu ! terdapatnya penderita di lingkungan keluarga, mobilisasi dan paparan

    terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin

    '. *ingkungan ! 'urah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

    P')amun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi 8irus

    dan sekresi sitokin oleh makrofag

    d. %kti8asi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya $3a dan

    $a

    4rombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum

    tulang serta destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum

    tulang pada fase awal infeksi ;K hari= menunjukkan keadaan hiposelular dan

    supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir ter'apai akan terjadi peningkatan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    20/40

     proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. 5adar trombopoietin dalam

    darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan kenaikan, hal ini

    menunjukkan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi

    terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan

    fragmen $3g, terdapatnya antibodi BD, konsumsi trombosit selama proses

    koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui

    mekanisme gangguan pelepasan %D, peningkatan kadar b(tromboglobulin dan

    C" yang merupakan petanda degranulasi trombosit.

    5oagulopati terjadi sebagai akibat interaksi 8irus dengan endotel. %kti8asi

    koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui akti8asi jalur ekstrinsik 

    ;tissue factor pathway=. alur intrinsi' jga berperan melalui akti8asi faktor Lia

    namun tidak melalui akti8asi kontak ;kalikrein "%&inhi$itor comple'=.

    G:;,* K(*(

    Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi menjadi gejala klinis paling ringan

    tanpa gejala ; silent dengue infection=, demam dengue ;DD=, demam berdarah

    dengue ;D)D= dan demam berdarah dengue disertai syok ;sindrom syok 

    dengueDSS=.

    )erdasarkan kriteria 9H ;1=!

    a. Demam dengue ;kasus pro$a$le=

    asien dengan demam tinggi akutmendadak dengan minimal - dari gejala berikut

    • Sakit kepala

    •  >yeri retroorbital

    •  >yeri otot

    • +ialgiaartralgia

    uam kulit rash• +anifestasi perdarahan ;pete'hie atau uji bendung positif=

    • *eukopenia

    • 5riteria laboratorium antibodi 9I 1.-20 atau tes A*IS% Ig+IgG positif pada

    masa kon8alesens atau adanya konfirmasi kasus dengue di daerah yang sama

     b. Demam berdarah dengue

    asien dengan - gejala klinis dan - gejala laboratorium sebagai berikut!

    • Demam tinggi mendadak selama -( hari

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    21/40

    • +anifestasi perdarahan minimal tourni

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    22/40

    • 9ematokrit ! kebo'oran plasma dibuktikan dengan ditemukannya peningkatan

    hematokrit -07 dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke(3 demam

    • 9emostasis ! dilakukan pemeriksaan 4, %44, Cibrinogen, D(Dimer, atau CD

     pada keadaan yang di'urigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah

    • rotein albumin ! dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebo'oran plasma

    • SGH4 SG4 ! dapat meningkat

    • 6reum, kreatinin ! bila didapatkan gangguan fungsi ginjal

    • Alektrolit ! sebagai parameter pemantauan pemberian 'airan

    • Golongan darah dan cross match  bila akan diberikan transfusi darah atau

    komponen darah

    • Imunoserologi dilakukan pemeriksaan Ig+ dan IgG terhadap dengue

    Ig+ terdeteksi mulai hari ke 3(, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang

    setelah &0 E 0 hari.

    IgG pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 1", pada infeksi

    sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke -

    • 6ji 9I! dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang dari

     perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan sur8eilans

    •  >S1 ! %ntigen >S1 dapat dideteksi pada awal demam hari pertama sampai hari ke

    delapan. Sensiti8itas antigen >S1 berkisar antara &37 ( "7 dengan spesifitas

    1007 sama tingginya dengan spesifitas gold standard  kultur 8irus. 9asil negatif 

    antigen >S1 tidak menyingkirkan adanya infeksi 8irus dengue

    adiologis

    • emeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi dalam keadaan klinis ragu(ragu,

    namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada perembesan plasma

    -0("07. Indikasi lainnya ialah pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian

    'airan

    • 5elainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus kanan,

    hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri, kubah diafragma kanan

    lebih tinggi daripada kanan dan efusi pleura

    • 6SG ! efusi pleura, asites, kelainan ;penebalan= dinding 8esi'a felea dan 8esi'a

    urinaria

    K(=(5( D9,@' P9*5(' I*=95( V(, D9*

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    23/40

    4abel 5lasifikasi Derajat enyakit Infeksi Birus Dengue

    DD

    D)D

    Derajat Gejala *aboratorium

    DD Demam disertai -

    atau lebih tanda!

    sakit kepala, nyeri

    retroorbital,

    mialgia, arthralgia

    *eukopenia

    4rombositopenia, tidak 

    ditemukan bukti

    kebo'oran plasma

    Serolo

    gi

    Dengu

    e

    ositif 

    D)

    D

    I Gejala di atas

    ditambah uji

     bendung positif 

    4rombositopenia

    ;K100.000Nl=, bukti

    ada kebo'oran plasma

    D)

    D

    II Gejala di atas

    ditambah

     perdarahan

    spontan

    4rombositopenia

    ;K100.000Nl=, bukti

    ada kebo'oran plasma

    D)

    D

    III Gejala di atas

    ditambah

    kegagalan

    sirkulasi ;kulit

    dingin dan

    lembab serta

    gelisah=

    4rombositopenia

    ;K100.000Nl=, bukti

    ada kebo'oran plasma

    D)

    D

    IB Syok berat

    disertai dengan

    tekanan darah dan

    nadi tidak terukur 

    4rombositopenia

    ;K100.000Nl=, bukti

    ada kebo'oran plasma

    ;Suhendro et al , -00=

    T' 5*

    4erapi infeksi 8irus dengue dibagi menjadi " bagian meliputi tersangka D)D,

    Demam Dengue ;DD=, D)D derajat I dan II, D)D derajat III dan IB ;DSS=.

    *ebih lengkapnya dapat dilihat pada bagan tatalaksana

    D)D tanpa syok ;Derajat I dan II=

    +edikamentosa

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    24/40

    − %ntipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian parasetamol bukan aspirin

    karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran 'erna bagian atas ;duodenum=

    − Diusahakan tidak memberikan obat(obat yang tidak diperlukan ;misalnya antasid,

    antiemeti'= untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati

    − 5ortikosteroid diberikan pada D)D ensefalopati, apabila terdapat perdarahan

    saluran 'erna kortikosteroid tidak diberikan

    − %ntibiotik diberikan untuk D)D ensefalopati

    Suportif

    − +engatasi kehilangan 'airan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas

    kapiler dan perdarahan

    − 5un'i keberhasilan terletak pada kemampuan untuk mengatasi masa peralihan

    dari fase demam ke fase syok disebut time of fever differvesence dengan baik 

    − $airan intra8ena diperlukan apabila anak terus menerus muntah, tidak mau

    minum, demam tinggi, dehidrasi yang dapat memper'epat terjadinya syok dan

     bila nilai hematokrit 'enderung meningkat pada pemeriksaan berkala

    D)D disertai syok ;Sindrom Syok Dengue, derajat III dan IB=

    − enggantian 8olume plasma segera, 'airan intra8ena larutan ringer laktat 10(-0

    mlkg)) se'ara bolus diberikan dalam waktu 30 menit. %pabila syok belum

    teratasi tetap berikan ringer laktat -0 mlkg)) ditambah koloid -0(30

    mlkg))jam, maksimal 100 mlhari

    − emberian 'airan 10 mlkg))jam tetap diberikan 1(" jam pas'a syok. Bolume

    'airan diturunkan menjadi mlkg))jam, selanjutnya ml, dan 3 ml apabila

    tanda 8ital dan dieresis baik 

    − umlah urin 1 mlkg))jam merupakan indikasi bahwa sirkulasi membaik 

    − ada umumnya 'airan tidak perlu diberikan lagi "2 jam setelah syok teratasi

    − Hksigen -(" lmenit pada D)D syok 

    − 5oreksi asidosis metabolik dan elektroit pada D)D syok 

    − Indikasi pemberian darah!

    4erdapat perdarahan se'ara klinis

    • Setelah pemberian 'airan kristaloid dan koloid, syok menetap, hematokrit turun,

    diduga telah terjadi perdarahan, berikan darah segar 10 mlkg))

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    25/40

    • %pabila kadar hematokrit tetapF "0 8ol7, maka berikan darah dalam 8olume

    ke'il

    • lasma segar beku dan suspense trombosit berguna untuk koreksi gangguan

    koagulopati atau koagulasi intra8as'ular desiminata ;5ID= pada syok berat yangmenimbulkan perdarahan massif 

    • emberian transfusi suspensi trombosit pada 5ID harus selalu disertai plasma

    segar ;berisi faktor koagulasi yang diperlukan=, untuk men'egah perdarahan lebih

    hebat

    D)D ensefalopati

    ada ensefalopati 'enderung terjadi eema otak dan alkalosis, maka bila syok telah

    teratasi, 'airan diganti dengan 'airan yang tidak mengandung 9$H3( dan jumlah'airan segera dikurangi. *arutan ringer laktat segera ditukar dengan larutan >a$l

    ;0.7= ! glukosa ;7= O 3!1.

    P9:*'*

    emantauan selama perawatan

    − 4anda klinis, apakah syok telah teratasi dengan baik, adakah pembesaran hati,

    tanda perdarahan saluran 'erna, tanda ensefalopati, harus dimonitor dan

    die8aluasi untuk menilai hasil pengobatan

    − 5adar hemoglobin, hematokrit dan trombosit tiap & jam, minimal tiap 1- jam

    − )alans 'airan, 'atat jumlah 'airan yang masuk, dieresis ditampung dan jumlah

     perdarahan

    − ada D)D syok, lakukan cross match  darah untuk persiapan transfusi darah

    apabila diperlukan

    Caktor risiko terjadinya komplikasi− Ansefalopati dengue, dapat terjadi pada D)D dengan syok ataupun tanpa syok 

    − 5elainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal akut

    − Adema paru, seringkali terjadi akibat overloading  'airan

    5riteria memulangkan pasien

    − 4idak demam selama -" jam tanpa antipiretik 

    −  >afsu makan membaik 

    − Se'ara klinis tampak perbaikan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    26/40

    − 9ematokrit stabil

    − 4iga hari setelah syok teratasi

    − umlah trombosit F 0.000ml

    − 4idak dijumpai distress pernapasan ;udijadi et al , -00=

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    27/40

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    28/40

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    29/40

    M,(

    a. Definisi

    enyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proto:oa jenis

     plasmodium yang menyeranng eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk 

    aseksual di dalam darah. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi

    ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.

    ;Sudoyo, -00=

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    30/40

     b. Atiologi

    enyebab infeksi malaria ialah  plasmodium, yang selain menginfeksi

    manusia juga mengeinfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan

    mamalia. 4ermasuk dalam genus plasmodium dari famili plasmodidae. ada

    manusia, plasmodium menginfeksi eritrosit dan mengalami pembiakan aseksual

    di jaringan hati dan di eritrosit ;Sudoyo, -00=. embiakan seksual terjadi pada

    tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.  !lasmodium  sebagai penyebab malaria

    terdiri dari " spesies, yaitu  !lasmodium viva', !lasmodium falciparum,

     !lasmodium malariae, dan !lasmodium ovale. Se'ara keseluruhan ada lebih dari

    100 plasmodium yang menginfeksi binatang ;2- pada jenis burung dan reptil dan

    -- pada binatang primata=. +alaria juga melibatkan hospes perantara, yaitu

    manusia maupun 8ertebra lainnya. Sedangkan hospes definitifnya yaitu nyamuk 

    anopheles. ;+ansjoer, -001=

    '. Apidemiologi

    Infeksi malaria tersebar lebih dari 100 negara di benua %frika, %sia,

    %merika, dan daerah H'eania serta kepulauan 5aribia. *ebih dari 1,& triliun

    manusia terpapar oleh malaria dengan dugaan morbiditas -00(300 juta dan

    mortalitas lebih dari 1 juta per tahun. Di Indonesia kawasan timur mulai dari

    5alimantan, Sulawesi 4engah sampai ke 6tara, +aluku, Irian aya serta dari

    *ombok hingga >usa 4enggara merupakan daerah endemis malaria dengan  !.

     #alciparum dan !. (iva'. )eberapa daerah di Sumatera nulai dari *ampung, iau,

    ambi, dan )atam kasus malaria 'enderung meningkat. ;Sudoyo, -00=

    erbedaan pre8alensi menurut umur dan jenis kelamin lebih berkaitan

    dengan perbedaan derajat kekebalan tubuh. )eberapa penelitian menunjukkan

     bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat dibandingkan dengan

    laki(laki, namun kehamilan dapat meningkatkan resiko malaria. %da beberapa

    faktor yang turut mempengaruhi seseorang terinfeksi malaria adalah! ;Gunawan,

    -000=

    1. as atau suku bangsa

    ada penduduk benua %frika pre8alensi 9emoglobin S ;9bS= 'ukup tinggi

    sehingga lebih tahan terhadap infeksi  !. #alciparum  karena 9bS dapat

    menghambat perkembangbiakan !. #alciparum.

    -. 5ekurangan en:im tertentu

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    31/40

    5ekurangan terhadap en:im )lukosa * !hosphat +ehidrogenase )*!+-

    memberikan perlindungan terhadap infeksi  !. #alciparum  yang berat.

    Defisiensi terhadap en:im ini merupakan penyakit genetik dengan manifestasi

    utama pada wanita.

    3. 5ekebalan pada malaria terjadi apabila tubuh mampu menghan'urkan

     !lasmodium yang masuk atau mampu menghalangi perkembangannya.

    d. Daur 9idup

    arasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia

    dan nyamuk anopheles betina.

    1=. Siklus pada manusia

    ada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporo:oit

    yang berada dalam kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dsalam peredaran darah

    selama kurang lebih 30 menit. Setelah itu sporo:oit akan masuk ke dalam sel hati

    dan menjadi tropo:oit hati. 5emudian berkembang menjadi ski:on hati yang

    terdiri dari 10.000 sampai 30.000 mero:oit hati. Siklus ini disebut siklus

    eksoeritrositer yang berlangsung selama kurang lebih - minggu. ada  !. viva'

    dan !. ovale, sebagian tropo:oit hati tidak langsung berkembang menjadi ski:on,

    tetapi ada yang memjadi bentuk dorman yang disebut hipno:oit. 9ipno:oit

    tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan(bulan sampai bertahun(

    tahun. ada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga

    dapat menimbulkan relaps. ;>ugroho, -000=

    +ero:oit yang berasal dari ski:on hati yang pe'ah akan masuk ke dalam

     peredaran darah dan menginfeksi sela darah merah. Di dalam sel darah merah,

     parasit tersebut berkembang dari stadium tropo:oit sampai ski:on ;2(30

    mero:oit=. roses perkembangan aseksual ini disebut ski:ogoni. Selanjutnya

    eritrosit yang terinfeksi ski:on= pe'ah dan mero:oit yang keluar akan menginfeksi

    sel darah merah lainnya. Siklus inilah yang disebut dengan siklus eritrositer.

    Setelah -(3 siklus ski:ogoni darah, sebagian mero:oit yang meninfeksi sel darah

    merah dan membentuk stadium seksual yaitu gametosit jantan dan betina.

    ;>ugroho, -000=

    -=. Siklus pada nyamuk anopheles betina

    %pabila nyamuk anopheles  betina menghisap darah yang mengandung

    gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan gamet betina melakukan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    32/40

     pembuahan menjadi :igot. Jigot ini akan berkembang menjadi ookinet kemudian

    menembus dinding lambung nyamuk. Di luas dinding lambung nyamuk ookinet

    akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporo:oit yang nantinya akan

     bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia. ;Sudoyo, -00=

    +asa inkubasi atau rentang waktu yang diperlukan mulai dari sporo:oit

    masuk ke tubuh manusia sampai timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan

    demam ber8ariasi, tergantung dari spesies  !lasmodium.  Sedangkan masa

     prepaten atau rentang waktu mulai dari sporo:oit masuk sampai parasit dapat

    dideteksi dalam darah dengan pemeriksaan mikroskopik. ;>ugroho, -000=.

    e. atogenesis +alaria

    atogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan

    lingkungan. atogenesis lebih ditekankan pada terjadinya peningkatan

     permeabilitas pembuluh darah daripada koagulasi intra8askuler. Hleh karena

    ski:ogoni menyebabkan kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. )eratnya

    anemi tidak sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit

    selain yang mengandung parasit. 9al ini diduga akibat adanya toksin malaria

    yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian eritrosit pe'ah melalui

    limpa sehingga parasit keluar. Caktor lain yang menyebabkan terjadinya anemia

    mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. ;Gandahusada, 12=

    *impa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi

    sehingga mudah pe'ah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag

    dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak 

    terinfeksi. ada malaria kronis terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta

     peningkatan makrofag.

    ada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan in8asi

    mero:oit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit yang mengandung

     parasit mengalami perubahan struktur danmbiomolekular sel untuk 

    mempertahankan kehidupan parasit. erubahan tersebut meliputi mekanisme,

    diantaranya transport membran sel, sitoadherensi, sekuestrasi dan resetting .

    Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang telah terinfeksi

    . fal'iparum pada reseptor di bagian endotelium 8enule dan kapiler. Selain itu

    eritrosit juga dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk 

    roset.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    33/40

    esetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah eritrosit yang

    mengandung mero:oit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih

    eritrosit non parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang

    mempengaruhi terjadinya resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya

    antigen golongan darah % dan ) yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan

    eritrosit yang tidak terinfeksi.

    +enurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah multifaktorial dan

     berhubungan dengan hal(hal sebagai berikut!

    1. enghan'uran eritrosit

    Cagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga

    terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia

    dan hipoksemia jaringan. ada hemolisis intra8as'ular yang berat dapat terjadi

    hemoglobinuria $lack white fever- dan dapat menyebabkan gagal ginjal.

    -. +ediator endotoksin(makrofag

    ada saat ski:ogoni, eritrosit yang mengandung parasit memi'u makrofag yang

    sensiti8e endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator. Andotoksin mungkin

     berasal dari saluran 'erna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor 

    nekrosis tumor ;4>C= yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam

     peredaran darah manusia dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. 4>C dan

    sitokin dapat menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sndrom penyakit

     pernapasan pada orang dewasa.

    3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka

    Aritrosit yang terinfeksi oleh  !lasmodium dapat membentuk tonjolan(tonjolan

    ;kno$s- pada permukaannya. 4onjolan tersebut mengandung antigen dan bereaksi

    dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang

    mengandung parasit terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga ski:ogoni

     berlangsung di sirkulasi alat dalam. Aritrosit yang terinfeksi menempel pada

    endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung kapiler yang bo'or 

    dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan.

    f. Gejala

    +alaria sebagai penyebab infeksi yang disebabkan oleh  !lasmodium

    mempunyai gejala utama yaitu demam. Demam yang terjadi diduga berhubungan

    dengan proses ski:ogoni ;pe'ahnya mero:oit atau ski:on=, pengaruh GI

    glycosyl phosphatidylinositol- atau terbentuknya sitokin atau toksin lainnya.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    34/40

    ada beberapa penderita, demam tidak terjadi ;misalnya pada daerah

    hiperendemik= banyak orang dengan parasitemia tanpa gejala. Gambaran

    karakteristik dari malaria ialah demam periodi', anemia dan splenomegali.

    +anifestasi umum malaria adalah sebagai berikut! ;>ugroho, -000=

    1= +asa inkubasi

    +asa inkubasi biasanya berlangsung 2(3 hari tergantung dari spesies

     parasit ;terpendek untuk  !. falciparum dan terpanjanga untuk  !.

    malariae=, beratnya infeksi dan pada pengobatan sebelumnya atau pada

    derajat resistensi hospes. Selain itu juga 'ara infeksi yang mungkin

    disebabkan gigitan nyamuk atau se'ara induksi ;misalnya transfuse darah

    yang mengandung stadium aseksual=.

    -= 5eluhan(keluhan prodromal

    5eluhan(keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam,

     berupa! malaise, lesu, sakit kepala, sakit tulang belakang, nyeri pada

    tulang dan otot, anoreksia, perut tidak enak, diare ringan dan kadang(

    kadang merasa dingin di punggung. 5eluhan prodromal sering terjadi

     pada  !. viva' dan  !. ovale, sedangkan  !. falciparum dan  !. malariae

    keluhan prodromal tidak jelas.

    3= Gejala(gejala umum

    Gejala(gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria ;malaria pro'ym-

    se'ara berurutan! ;Sudoyo, -00=

    a= eriode dingin

    Dimulai dengan menggigil, kulit dingin, dan kering, penderita sering

    membungkus dirinya dengan selimut atau sarung pada saat

    menggigil, sering seluruh badan gemetar, pu'at sampai sianosis

    seperti orang kedinginan. eriode ini berlangsung antara 1 menit

    sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

     b= eriode panas

    ajah penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi 'epat

    dan panas tubuh tetap tinggi, dapat sampai "0o$ atau lebih,

     penderita membuka selimutnya, respirasi meningkat, nyeri kepala,

    nyeri retroorbital, muntah(muntah dan dapat terjadi syok. eriode ini

     berlangsung lebih lama dari fase dingin dapat sampai - jam atau

    lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    35/40

    '= eriode berkeringat

    enderita berkeringan mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,

     penderita merasa 'apek dan sering tertidur. )ial penderita bangun

    akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

    g. 5omplikasi

    9ampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh !. falciparum. pada

    infeksi  !. falciparum  dapat meimbulkan malaria berat dengan komplikasi

    umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut 9H didefinisikan

    sebagai infeksi !. falciparum stadium aseksual dengan satu atau lebih komplikasi

    sebagai berikut! ;+ansjoer, -001=

    1= +alaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan G$S kurang dari 11.

    -= %nemia berat ;9bK gr7 atau hematokrit K17= pada keadaan hitung parasit

    F10.000Nl.

    3= Gagal ginjal akut ;urin kurang dari "00ml-"jam pada orang dewasa atau K1-

    mlkg)) pada anak(anak setelah dilakukan rehidrasi, diserta kelainan

    kreatinin F3mg7.

    "= Adema paru.

    = 9ipoglikemia! gula darah K"0 mg7.

    &= Gagal sirkulasisyok! tekanan sistolik K0 mm9g diserta keringat dingin atau

     perbedaan temperature kulit(mukosa F1o$.

    = erdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran 'erna dan atau disertai kelainan

    laboratorik adanya gangguan koagulasi intra8askuler.

    2= 5ejang berulang lebih dari - kali-"jam setelah pendinginan pada hipertermis.

    = %sidemia ;hK,-= atau asidosis ;plasma bikarbonat K1mmol*=.

    10= +akroskopik hemaglobinuri oleh karena infeksi malaria akut bukan karena

    obat antimalaria pada kekurangan Glukosa & hospat Dehidrogenase.11= Diagnosa  post&mortem  dengan ditemukannya parasit yang padat pada

     pembuluh kapiler jaringan otak.

    h. Diagnosis

    Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan

    anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti

    infeksi malaria ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah se'ara mikroskopik 

    atau tes diagnostik 'epat. ;Sudoyo, -00=

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    36/40

    i. %namnesis

    1= 5eluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai

    sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal(pegal.

    -= iwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1(" minggu yang lalu ke

    daerah endemik malaria.

    3= iwayat tinggal di daerah endemik malaria.

    "= iwayat sakit malaria.

    = iwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.

    &= iwayat mendapat transfusi darah.

    Selain hal(hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat, dapat

    ditemukan keadaan di bawah ini!

    1= Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.

    -= 5eadaan umum yang lemah.

    3= 5ejang(kejang.

    "= anas sangat tinggi.

    = +ata dan tubuh kuning.

    &= erdarahan hidung, gusi, tau saluran 'erna.

    = >afas 'epat ;sesak napas=.

    2= +untah terus menerus dan tidak dapat makan minum.

    = arna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.

    10= umlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.

    11= 4elapak tangan sangat pu'at.

    l. emeriksaan Cisik 

    a. Demam ;3,o$=

     b. 5unjun'ti8a atau telapak tangan pu'at

    '. embesaran limpa

    d. embesaran hati

    ada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda(tanda klinis sebagai

     berikut!

    a. 4emperature re'tal "0o$.

     b. >adi 'apat dan lemah.

    '. 4ekanan darah sistolik K0 mm9g pada orang dewasa dan K0 mm9g pada

    anak(anak.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    37/40

    d. Crekuensi napas F3 kali permenit pada orang dewasa atau F"0 kali

     permenit pada balita, dan F0 kali permenit pada anak dibawah 1 tahun.

    e. enurunan kesadaran.

    f. +anifestasi perdarahan! ptekie, purpura, hematom.

    g. 4anda(tanda dehidrasi.

    h. 4anda(tanda anemia berat.

    i. Sklera mata kuning.

     j. embesaran limpa dan atau hepar.

    k. Gagal ginjal ditandai dengan oligouria sampai anuria.

    l. Gejala neurologik! kaku kuduk, refleks patologis positif.

    3. emeriksaan *aboratorium

    a. emeriksaan dengan mikroskopik 

    Sebagai standar emas pemeriksaan laboratoris demam malaria pada penderita

    adalah mikroskopik untuk menemukan parasit di dalam darah tepi;13=.

    emeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan!

    1= %datidaknya parasit malaria.

    -= Spesies dan stadium !lasmodium

    3= 5epadatan parasit

     b. emeriksaan dengan tes diagnostik 'epat apid +iagnostic Test-

    +ekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan

    menggunakan metoda immunokromatografi dalam bentuk dipstik.

    '. 4es serologi

    4es ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria

    atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. 4es ini kurang bermanfaat

    sebagai alat diagnosti' sebab antibodi baru terbentuk setelah beberapa hari

     parasitemia. 4iter F1!-00 dianggap sebagai infeksi baru, dan tes F1!-0 dinyatakan

     positif.

    i. engobatan +alaria

    Hbat anti malaria yang tersedia di Indonesia antara lain klorokuin,

    sulfadoksin(pirimetamin, kina, primakuin, serta deri8ate artemisin. 5lorokuin

    merupakan obat antimalaria standar untuk profilaksis, pengobatan malaria klinis

    dan pengobatan radikal malaria tanpa komplikasi dalam program pemberantasan

    malaria, sulfadoksin(pirimetamin digunakan untuk pengobatan radikal penderita

    malaria fal'iparum tanpa komplikasi. 5ina merupakan obat anti malaria pilihan

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    38/40

    untuk pengobatan radikal malaria fal'iparum tanpa komplikasi. Selain itu kina

     juga digunakan untuk pengobatan malaria berat atau malaria dengan komplikasi.

    rimakuin digunakan sebagai obat antimalaria pelengkap pada malaria klinis,

     pengobatan radikal dan pengobatan malaria berat. %rtemisin digunakan untuk 

     pengobatan malaria tanpa atau dengan komplikasi yang resisten multidrugs.

    ;5at:ung, 12=

    )eberapa obat antibiotika dapat bersifat sebagai antimalaria. 5husus di

    umah Sakit, obat tersebut dapat digunakan dengan kombinasi obat antimalaria

    lain, untuk mengobati penderita resisten multidrugs. Hbat antibiotika yang sudah

    diuji'oba sebagai profilaksis dan pengobatan malaria diantaranya adalah deri8ate

    tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, sulfametoksa:ol(trimetoprim dan

    siprofloksasin. Hbat(obat tersebut digunakan bersama obat anti malaria yang

     bekerja 'epat dan menghasilkan efek potensiasi antara lain dengan kina.

    ;5at:ung, 12=

    . %pa perbedaan kasus 1 dan -/

    5egawatdaruratan kasus - lebih sering terjadi dibandingkan kasus 1karena pada

    kasus - dapat menimbulkan syok hipo8olemi yang dapat berakibat fatal pada

     penderita.

    tatalaksanakomplikasi

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    39/40

    BAB III

    SIMPULAN DAN SARAN

    I/ SIMPULAN

    ada skenario 3 blok pediatri, kami menetapkan demam sebagai titik awal

     permasalahan. ermasalahan yang kami kembangkan dari demam adalah fisiologi

    dari termoregulasi, patofisiologi demam, jenis(jenis demam, komplikasi demam,

    syok. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dokter dalam

    skenario didapatkan permasalahan berupa interpretasi gejala dan pemeriksaan

    fisik terutama ruam. )erdasarkan demam, ruam, dan pasien anak kami

    menetapkan berbagai diagnosis banding yang meliputi rubella, rubeola, 8arisela,demam berdarah Dengue, dan lain(lain. )erdasarkan diagnosis banding, kami

    membahas tatalaksana yang meliputi pre8entif, promotif, rehabilitatif, dan kuratif 

    serta penyakit apa saja yang memerlukan pelaporan ke Dinas 5esehatan terkait

     penularan.

     

    II/ SARAN

    )erdasarkan diskusi tutorial skenario 3 blok pediatri ini, beberapa saran yang kami

    sampaikan adalah sebagai berikut !

    1. +ahasiswa harus memba'a lebih banyak referensi serta lebih kritis dalam

    menghadapi permasalahan di skenario.

    -. Dalam melakukan kegiatan diskusi tutorial, seharusnya kami lebih aktif lagi

    dalam mengemukakan pendapat, selain itu kami juga harus men'antumkan

    sumber informasi yang dapat diper'aya setiap kali menyampaikan pendapat.

    3. +ahasiswa dapat menggunakan waktu se'ara efisien dan tepat supaya waktu

    yang dialokasikan untuk diskusi dapat dimanfaatkan dengan sebaik(baiknya.

    ". +ahasiswa lebih fokus dan mendalami inti permasalahan dari skenario.

  • 8/19/2019 Laporan Tutorial Blok 21 Skenario 3

    40/40

    DAFTAR PUSTAKA

    Ditjen dan * 5ementerian 5esehatan epublik Indonesia ;-01-= Bektor Demam

    )erdarah Dengue ;D)D= dan engendaliannya.

    Cau'i %S, 5asper D*, *ongo D*, )raunwald A, 9auser S*, ameson *, *os'al:o ;eds=

    ; -002=.  arrison/s principle of internal medicine. 1th Adition. 6nited States of 

    %meri'a ! +'Graw(9ill $ompanies, pp! 1-1"(1-1.

    Gandahusada S, Ilahude 9D, ribadi ;-00"=. )uku %jar arasitologi 5edokteran. Adisi ke

    ". akarta! )alai enerbit C56I, pp! -&(-&2

    Istiana, 9eriyani C, Isnaini ;-01-= Status 5erentanan *ar8a %edes aegypti 4erhadap 4emefos

    di )anjarmasin )arat. urnal )6S5I, " ;-= ! 3 E 2

    5liegman +, Stanton )C, S'hor >C, Geme , )ehrman A ;-011=.  0elson te't$ook of 

     pediatrics. Adisi ke 1&. 6S%! Alse8ier, pp! 100.

    udjiadi %9, 9egar ), 9andryastuti S, Idris >S, Gandaputra A, 9armoniati AD ;eds=

    ;-00=. edoman elayanan +edis Ikatan Dokter %nak Indonesia. p! 1"1(10

    udjiadi %9, *atief %, )udiwardhana > ;-011= )uku %jar ediatri Gawat Darurat. p! 102(

    110

    udjidi %9, *atief %, )udiwardhana > ;eds= ;-01&=.  Buku a1ar pediatri gawat darurat .)adan enerbit Ikatan Dokter %nak Indonesia, pp! 10.

    Samsi 5+5, hangkawira A, Samsi 45 ;-011=. erbandingan kriteria 9H 1 dan

    klasifikasi DA>$H infeksi dengue. Sari ediatri, Bol. 1-, >o. . p! 33(3"1

    S+C ilmu kesehatan anak C5 6nair, -00&. !edoman diagnosis 2 terapi. Surabaya! bagsmf 

    ilmu kesehatan anak fk unairrsu dr. Soetomo.

    Suhendro, >ainggolan *, $hen 5, ohan 94 ;-00= Demam )erdarah Dengue. Dalam!

    Sudoyo %, Setiyohadi ), %lwi I, Simadibrata +, Setiati S ;eds=. Buku A1ar 3lmu

     !enyakit +alam. akarta! Interna ublishing. p! -3(-

    9H ;-00=. Buku saku pelayanan kesehatan anak di rumah sakit . 9H, pp!120.

    9H ;-011=. "omprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue

    haemorrhagic fever.orld 9ealth Hrgani:ation egional Hffi'e of South Aast

    %sia.http!apps.searo.who.intpdsPdo's)"1.pdf/uaO1 ( Diakses Cebruari -01&

    http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf?ua=1http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf?ua=1http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf?ua=1