laporan tutorial

Upload: dian-laras-suminar

Post on 19-Oct-2015

260 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan tutorial kasus agromedicine

TRANSCRIPT

STEP 1

STEP 1Unfamiliar Terms

1. Agromedicine : integrasi dari ilmu kedokteran klinis dasar dan ilmu social yang memfokuskan pada masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan agrikultur, meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan, termasuk petani dan keluarganya, pekerja dalam lingkungan agroindustri, sampai kepada konsumen produk agrikultura.2. Agroindustri : industri dengan bahan-bahan dari sektor pertanian; industri yang memberi nilai tambah pada produk pertanian dalam arti luas termasuk hasil laut, hasil hutan, peternakan dan perikanan.3. Potensial hazard : bahaya pada lingkungan pekerjaan.

STEP 2Rumusan Masalah

1. Dengan menggunakan teknik apakah untuk mengetahui potensial hazard?2. Apa saja ruang lingkup agromedicine?3. Sebutkan jenis-jenis potensial hazard pada agroindustry?4. Bagaimana penanganan potensial hazard agroindustry?5. Apakah peran dokter umum dalam agromedicine?6. Bagaimanakah pengaruh potensial hazard terhadap kesehatan tubuh?7. Apa saja masalah kesehatan yang sering dijumpai?

STEP 3Brain Storming

1. Dengan menggunakan teknik apakah untuk mengetahui potensial hazard?Teknik untuk mengetahui potensial hazard:a. Eliminasib. Reduksic. Engineering controld. Administration control (SOP)e. Personal protective equipment (APD)

2. Apa saja ruang lingkup agromedicine?Ruang lingkup agromedicine:a. Traumatic injuryb. Pulmonary exposurec. Agrichemical injuryd. Lain-lain (zoonoses, food safety)

3. Sebutkan jenis-jenis potensial hazard pada agroindustry?Jenis-jenis potensial hazard pada agroindustry:a. Mekanisasib. Fisik dan debu organikc. Kontak dengan organisme hidupd. Pemakaian bahan kimia : efek langsung dan akumulasi (karsinogenik)e. Ergonomisf. Psiko-sosial

4. Bagaimana penanganan potensial hazard agroindustry?Penanganan potensial hazard agroindustry:a. Health promotion : APD, SOP.b. Specific prevention : pengaplikasian penggunaan APD, pemeliharaan mesin, pendidikan pekerja, desain ergonomis.c. Early treatment : deteksi dan penanganan awal masalah kesehatan yang dijumpai.d. Disability limitation : mencegah keparahan gangguan yang diderita.e. Rehabilitation : peningkatan kualitas hidup dengan keterbatasan.

5. Apakah peran dokter umum dalam agromedicine?Peran dokter umum dalam agromedicine:a. Promosi kesehatan melalui penyuluhan, simulasi.b. Penggerak K3.c. Meningkatkan derajat kesehatan.d. Pemberian penatalaksanaan penyakit sesuai kompetensi dokter umum.e. Bekerja sama dengan ahli dalam pertanian.

6. Bagaimanakah pengaruh potensial hazard terhadap kesehatan tubuh?Pengaruh potensial hazard terhadap kesehatan tubuh:a. Gangguan musculoskeletal : low back pain, artritis. b. Penyakit kulit : melanoma, dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis UV.c. Gangguan pernapasan : asma, bronkititis.

7. Apa saja masalah kesehatan yang sering dijumpai?Masalah kesehatan yang sering dijumpai:a. Gangguan musculoskeletal : low back pain, arthritis.b. Tuli akibat bisingc. Gangguan saluran pernapasan : asma, emfisema.d. Bagassosise. Penyakit kulit : dermatitis kontak.

STEP 4Penjelasan Lengkap

1. Dengan menggunakan teknik apakah untuk mengetahui potensial hazard?Teknik untuk mengetahui potensial hazard:a. Eliminasib. Reduksic. Engineering controld. Administration control (SOP)e. Personal protective equipment (APD)

2. Apa saja ruang lingkup agromedicine?Ruang lingkup agromedicine:a. Traumatic injuryb. Pulmonary exposurec. Agrichemical injuryd. Lain-lain (zoonoses, food safety)

3. Sebutkan jenis-jenis potensial hazard pada agroindustry?Potensial hazard:a. Mekanisasi Penggunaan mesin : Ergonomis Getaran Whole body vibration Hand transmission vibration Bisingb. Bahan kimia: Pupuk organik dan anorganik Pestisida : oraganofosfat, carbamatec. Debu organik : kapas, kapuk, padi, gandum.d. Organisme hidup : virus, parasit, bakteri.e. Psikososial : beban kerja, lama kerja.

4. Bagaimana penanganan potensial hazard agroindustry?Penanganan potensial hazard agroindustry:a. Health promotion : APD, SOP.b. Specific prevention : pengaplikasian penggunaan APD, pemeliharaan mesin, pendidikan pekerja, desain ergonomis.c. Early treatment : deteksi dan penanganan awal masalah kesehatan yang dijumpai.d. Disability limitation : mencegah keparahan gangguan yang diderita.e. Rehabilitation : peningkatan kualitas hidup dengan keterbatasan.

5. Apakah peran dokter umum dalam agromedicine?Peran dokter umum dalam agromedicine:a. Promosi kesehatan melalui penyuluhan, simulasi.b. Penggerak K3.c. Meningkatkan derajat kesehatan.d. Pemberian penatalaksanaan penyakit sesuai kompetensi dokter umum.e. Bekerja sama dengan ahli dalam pertanian.

6. Bagaimanakah pengaruh potensial hazard terhadap kesehatan tubuh?Pengaruh potensial hazard terhadap kesehatan tubuh:a. Gangguan musculoskeletal : low back pain, artritis. b. Penyakit kulit : melanoma, dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergik, dermatitis UV.c. Gangguan pernapasan : asma, bronkititis.

7. Apa saja masalah kesehatan yang sering dijumpai?Masalah kesehatan yang sering dijumpai:a. Gangguan musculoskeletal : low back pain, arthritis.b. Tuli akibat bisingc. Gangguan saluran pernapasan : asma, emfisema.d. Bagassosise. Penyakit kulit : dermatitis kontak.f. Penyakit kulit khususnya dermatitis kontak.g. Penyakit pernapasan khususnyanya obstruksi pernapasan kronik.

STEP 5Learning Objective

1. Jelaskan langkah diagnosis okupasi?2. Jelaskan ruang lingkup agromedicine?3. Jelaskan pengaruh potensial hazard pada kesehatan?4. Bagaimana penanganan dan pengendalian potensial hazard?5. Bagaimana penanganan penyakit yang sering dijumpai?6. Bagaimana resiko pekerjaan bagi keluarga dan lingkungan sekitar?

STEP 6Belajar Mandiri

Dorland. 1998. Buku Saku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Fakultas Kedokteran UI. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid 2 dan 3.Jakarta : FKUI

Fakultas Kedokteran UI. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : FKUI

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC

Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC

Kumar,dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Volume 2. Jakarta : EGC

Mycek, Mary J, dkk. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta : Widya Medika.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta : PB PAPDI

Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC

Tjay, Tan Hoan, dkk. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : PT Elexmedia Komputindo.

STEP 7Diskusi Panel

1. Jelaskan langkah diagnosis okupasi?Hazard and Operability Studies (HAZOP) pertama kali dikembangkan oleh ICI, sebuah perusahaan kimia di Inggris. Karena itu pula, HAZOP lebih sering diimplementasikan pada industri kimia. Namun seiring dengan makin dibutuhkannya teknik-teknik analisis hazard, beberapa industri lain, misalnya industri makanan, farmasi, dan pertambangan (termasuk pengeboran minyak dan gas lepas pantai), juga mulai banyak menerapkan HAZOP.Tujuan utama dari HAZOP adalah mengenali: Bahaya-bahaya (hazards) yang potential (terutama yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan), dan; Berbagai macam masalah kemampuan operasional (operability) pada setiap proses akibat adanya penyimpangan-penyimpangan terhadap tujuan perancangan (design intent) proses-proses dalam pabrik yang sudah beraktifitas maupun pabrik yang baru/ akan dioperasikan.ProsedurProsedur utama HAZOP adalah:a. Pengumpulan gambaran selengkap-lengkapnya setiap proses yang ada dalam sebuah pabrik;b. Pemecahan proses (processes breakdown) menjadi sub-proses-sub-proses yang lebih kecil dan detail. Untuk memperjelas pemisahan antar sub-proses, diberikan simpul (node) pada ujung setiap sub-proses, Tidak ada ketentuan khusus tentang pembatasan rentang proses.c. Pencarian kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan pada setiap proses melalui penggunaan pertanyaan-pertanyaan yang sistematis (model-model pertanyaan pada HAZOP dirancang sedemikian rupa/ menggunakan beberapa kata kunci/ keywords/ guidewords, dimaksudkan untuk mempermudah proses analisis).d. Melakukan penilaian terhadap setiap efek negatif yang ditimbulkan oleh setiap penyimpangan (bersama konsekuensinya) tersebut di atas. Ukuran besar kecilnya efek negatif ditentukan berdasarkan keamanan dan keefisienan kondisi operasional pabrik dalam keadaan normal.e. Penentuan tindakan penanggulangan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.Sama dengan FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) , HAZOP adalah pekerjaan besar yang membutuhkan kontribusi beberapa orang dalam bentuk team, dan bukan perseorangan.HAZOP, atau HAZard and Operability analysis, adalah struktur teknis dimana sebuah team multi disiplin menghasilkan proses study secara sistematis menggunakan kata kunci bagaimana penyimpangan dari disain dapat terjadi pada peralatan, actions, atau bahan, dan ketika konsekuensi dari penyimpangan dapat menghasilkan bahaya.

Siklus FMEA

Hasil dari analisa HAZOP adalah rekomendasi team, termasuk identifikasi bahaya dan rekomendasi perubahan pada disain, prosedur, dan sebagainya, untuk memperbaiki sistem keselamatan. Penyimpangan selama operasi normal, startup, shutdown dan maintenance, akan didiskusikan oleh team dan ini termasuk HAZOP.

2. Jelaskan ruang lingkup agromedicine?Ruang lingkup yang terdapat pada agromedicine ialah :a. Traumatic injuryb. Pulmonary exposuresc. Agrichemical injuryd. Lain-lain: Zoonosis Food safety Rural Community Health services

3. Jelaskan pengaruh potensial hazard pada kesehatan?Gangguan Sistem PernapasanBerbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung debu industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis, asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 bagian yaitu:a. Akibat debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian (Grain workers disease), debu kayu;b. Akibat debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika (Silikosis), debu asbes (asbestosis), debu timah (Stannosis);c. Penyakit paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3) Bila penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila penyakit sudah lanjut. Pada asbestosis dan silikosis, bila diagnosis telah ditegakkan maka penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif progresif, meskipun pajanan dihilangkan, sedangkan pada bronkitits industri, apabila telah terjadi obstruksi berarti kelainan telah irreversibel. Pada penyakit paru akibat kerja pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita.Di negara-negara maju, penyakit paru akibat kerja merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kecacatan, tetapi di negara-negara berkembang, khususnya di Indonesia sampai saat ini masih sedikit kasus penyakit paru akibat kerja yang dilaporkan. Namun pada masa datang bukan tidak mungkin akan banyak kita temukan penyakit paru akibat kerja seiring dengan semakin meluasnya industrialisasi. Olehnya, untuk mencegah hal-hal tersebut, usaha pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit yang Pada tingkat perusahaan tertentu, tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain:a. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya;b. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk menurunkan kadar lebih rendah dari nilai batas ambang;c. Ventilasi keluar setempat, untuk mengalirkan keluar bahan berbahaya dari ruang kerja;d. Isolasi salah satu proses produksi yang berbahaya.e. Pemakaian alat pelindung diri;f. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja;g. Pemeriksaan kesehatan secara berkala;h. Penyuluhan sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan mematuhi segala peraturan, serta agar mereka lebih hati-hati;i. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kepada para pekerja secara terus-menerus, agar mereka tetap waspada dalam menjalankan tugasnya.telah terjadi.

Debudan Gangguan Pernapasan Akibat DebuGangguan pernapasan akibat inhalasi debu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor debu itu sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan factor individu berupa mekanisme pertahanan tubuh. Debu industri yang terdapat dalam udara dibagi dua yaitu deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara berada di udara, partikel ini segera mengendap di udara oleh karena gaya gravitasi bumi, dan Suspended particulate matter yaitu debu yang tetap berada di udara dan tidak mengendap.Definisi DebuDebu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Macam-macam DebuDari macamnya debu dikelompokan ke dalam:a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan c. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).

Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas:a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber)b. Kimia (Mineral organik dan inorganik) c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian, pengusaha keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalan dan lain lain.

Pengendalian/pencegahan a. Terhadap sumbernyaPengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain: Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang kerja dengan Local Exhauster atau Dengan melengkapi Water Sprayer pada cerobong asap. Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak mengeluarkan debu.b. Pencegahan terhadap transmisi Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai, pengeboran basah, (Wet Drilling) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum)c. Pencegahan terhap tenaga kerjanyaAntara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan Masker.Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Memiliki daya pencegah kuat terhadap bahaya yang ada. Konstruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku. Ringan, efisien, dan nyaman dipakai. Tidak mengganggu gerakan yang diperlukan. Tahan lama, pemeliharaan mudah, dan bagian-bagian mudah diganti atau diperoleh.Mekanisme penimbunan debu didalam paru-paruAda tiga mekanisme penimbunana debu didalam paru-paru:a. Pengaruh inersiaPengaruh inersia akan timbul kelembaban dari debu itu sendiri dimana pada saat bergerak dan melalui belokan-belokan, maka akan lebih didorong oleh aliran udara. Pada sepanjang jalan pernapasan yang lurus akan langsung ikut dengan aliran lurus kedalam. Sedangkan partikel-partikel yang besar kurang sempat ikut dalam aliran udara, akan tetapi mencari tempat-tempat yang lebih ideal untuk menempel atau mengendap seperti pada tempat lekuk-lekuk pada selaput lender dalam saluran napas.b. Pengaruh sedimentasiPengaruh sedimentasi terjadi di saluran-saluran pernapasan dimana kecepatan arus udara kurang dari 1 cm/detik, sehingga partikel-partikel tersebut melalui gaya berat dan mengendap.c. Gerakan BrownGerakan Brown berlaku untuk debu-debu berukuran kurang dari 0.1 mikron dimana melalui gerakan udara dan permukaan partikel debu yang masuk ke dalam tubuh khususnya, akan mengganggu alveoli kemudian mengendap.

Pengaruh Debu Terhadap Saluran PernapasanAda empat alternative pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendap a. Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada saluran pernapasan bagian atas dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis.b. Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih dalam pada bronkus/bronkiolus dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma.c. Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannya sejalan dengan kecepatan konstan.d. Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat menempel pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi (Fume atau Smoke)Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran 0,1 5 atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.

Lima Macam Penyakit Akibat Pencemaran Debu di Tempat KerjaPencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber pencemarannya telah banyak.Secara umum partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis.Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.Pneumoconiosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya, tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis. a. Penyakit SilikosisSilikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit paru akibat kerja.Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2) yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit ini umumnya yang bekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan seperti granit, keramik, tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, semen, dan lain lain.Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara bersama sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu. Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung. Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya. Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu waktu diperlukan.Penggunaan Chest X-Ray sangat esensial untuk menegakkan diagnosis Silikosis. Meskipun terkadang gambaran radiology kurang spesifik, tetapi dapat membantu mengenali karakter penyakit ini. Pada silicosis yang simple, didapati nodul multiple kecil (< 10 mm) yang tersebar secara difus di paru-paru tetapi paling spesifik di lapangan paru atas. Kalsifikasi kelenjar hilus (eggshell calcification) adalah tanda yang sangat jelas untuk silicosis namun hanya sedikit kasus yang menunjukkan gambaran tersebut. Complicated silicosis bermanifestasi sebagai massa bilateral pada kedua lapangan paru atas, yang terbentuk dari kumpulan nodul-nodul. Kavitas dapat terlihat, dan kalsifikasi hilus mungkin tampak. Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan sedang dan berat. Pada tingkat ringan ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-paru. Pada lansia didapat hyper resonansi karena emphysema. Pada tingkat sedang terjadi sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru paru. Pada tingkat berat terjadi sesak napas mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung kanan, kegagalan jantung kanan. Penilaian paparan terhadap silika di tempat kerja adalah dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dalam zona pernapasan, lebih disukai sample perorangan. Paparan juga dapat dinilai dengan menilai kadar silika dalam debu yang ikut pada pernapasan dengan X-Ray atau inframerah.Penanganan ketika timbul gejala-gejala silikosis atau tuberkulosis aktif, pasien hendaknya segera dijauhkan dari paparan lebih lanjut. Tidak ada pengobatan spesifik untuk silikosis. Pengobatan untuk gagal jantung dan pernapasan mungkin diperlukan pada silikosis stadium lanjut. b. Penyakit AsbestosisAsbestosis ditunjukkan dengan plak di atas diafragma (pencitraan dengan sinar-x).Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya. Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.PenyebabMenghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup.Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja.Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya: Plak pleura Mesotelioma maligna Efusi pleura.GejalaGejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya.Gejala pertama adalah sesak napas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan.Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan. Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.Krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.Kanker paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: Batuk Rasa sesak di dada Nyeri dada Kelainan kuku atau clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang).DiagnosaPada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada Tes fungsi paru-paru CT scan paru.PenyembuhanPengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.PencegahanAsbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.c. Penyakit BisinosisPenyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya. Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema. PenyebabDi Amerika Serikat dan Inggris, bissinosis terjadi hampir secara eksklusif pada orang-orang yang bekerja dengan kapas yang belum diolah. Mereka yang bekerja dengan rami mungkin juga dapat menderita penyakit ini.Yang paling sering terkena adalah orang-orang yang kerjanya membuka karung kapas mentah atau bekerja pada tahap awal pemrosesan kapas. Merokok menyebabkan meningkatnya resiko terkena penyakit ini.GejalaPada penderita ditemukan beberapa keadaan berikut: - terdapat riwayat pemaparan debu dari pabrik tekstil: Gejala semakin memburuk pada hari-hari kerja Gejala membaik jika penderita jauh dari tempatnya bekerja Dada terasa sesak Batuk Bengek.DiagnosaPemeriksaan yang biasa dilakukan: Rontgen dada Tes fungsi paru.PengobatanPengobatan yang terpenting adalah menghilangkan sumber pemaparan dari bahan penyebab. Untuk meringankan gejala, biasanya diberikan bronkodilator, baik dalam bentuk hirup (albuterol) maupun tablet (theophylline). Pada kasus yang lebih berat bisa diberikan corticosteroid.PencegahanBissinosis bisa dicegah dengan cara mengurangi kadar debu di dalam pabrik pengolahan tekstil melalui perbaikan mesin atau sirkulasi udara.

d. Penyakit Antrakosis Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.Masa inkubasi penyakit ini antara 2 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis. Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang menyerang paru-paru.PenyebabParu-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru.Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.GejalaParu-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak penderita yang mengalami batuk menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga menderita emfisema (karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik lainnya). Fibrosis masif progresif yang berat juga menyebabkan batuk dan sesak nafas.DiagnosaDiagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru.PengobatanTidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru).Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.PencegahanParu-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal.Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.e. Penyakit Beriliosis Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang industri nuklir. Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus menerus. PenyebabPemaparan berilium terutama terjadi melalui penghirupan asap atau debu berilium dan kontak langsung melalui kulit yang terluka. Menghirup berilium (Be) bisa menyebabkan 2 gejala paru-paru, yaitu pneumonitis kimia akut dan penyakit paru granulomatosa yang disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis. Pada penyakit berilium akut, logam ini bertindak sebagai iritan kimia langsung, yang menyebabkan suatu reaksi peradangan non-spesifik. Dengan semakin meningkatnya higienis dalam bidang industri, pada saat ini penyakit berilium akut sudah menghilang. Beriliosis masih ditemukan di industri pengolahan berilium, dimana para pekerjanya terpapar oleh asap atau debu berilium.Beriliosis berbeda dari penyakit akibat pekerjaan lainnya dimana masalah paru-paru hanya timbul pada orang yang sensitif terhadap berillium, yaitu sekitar 2% dari mereka yang kontak dengan berillium. Penyakit ini dapat muncul bahkan pada mereka yang terpapar berillium dalam waktu yang singkat dan gejalanya baru timbul setelah 10-20 tahun. GejalaPenderita pneumonitis kimia akut, akan mengalami batuk, gangguan pernafasan dan penurunan berat badan secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga dapat mengenai kulit dan mata. Pada beriliosis terbentuk jaringan abnormal pada paru-paru yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Pada keadaan ini, gejala-gejala seperti batuk, ganggauan pernafasan dan penurunan berat badan terjadi secara bertahap.Gejala lainnya yang mungkin ditemukan: Nyeri dada Nyeri sendi Lelah.DiagnosaUntuk menegakkan diagnosis beriliosis, harus memenuhi 3 kriteria berikut: Adanya riwayat pemaparan berilium hasil positif dari pemeriksaan BeLPT (beryllium lymphocyte proliferation test) terhadap darah atau BAL (bronchoalveolar lavage); Adanya granuloma non-kaseosa pada biopsi paru. Jika hasil BeLPT positif tetapi hasil biopsinya negatif, maka tidak dikatakan menderita beriliosis, hanya dikatakan telah tersensitisasi oleh berilium. PengobatanIndikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada:Adanya gejala hasil tes fungsi paru yang abnormal penurunan fungsi paru.Jika kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Pengobatan terpilih adalah corticosteroid. Belum ada kesepakatan mengenai dosis maupun lamanya pemberian corticosteroid. Pada awalnya diberikan prednisone per-oral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6 minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang terjadi.f. Pneumonitis KimiaPneumonitis Kimia adalah peradangan paru-paru yang terjadi akibat menghirup gas dan bahan kimia. Pneumonitis kimia akut menyebabkan edema (pembengkakan jaringan paru) serta berkurangnya kemampuan paru dalam menyerap oksigen dan membuang karbondioksida. Pada kasus yang berat, bisa terjadi kematian karena jaringan paru mengalami kekurangan oksigen (hipoksia).Pneumonitis kimia kronis bisa terjadi setelah pemaparan sejumlah kecil bahan yang mengiritasi paru, tetapi berlangsung dalam waktu yang lama.Hal tersebut menyebabkan peradangan dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis), yang ditandai dengan menurunnya pertukaran oksigen serta kekakuan jaringan paru. Jika tidak terkendali, pada akhirnya keadaan ini bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.Penyakit silo filler terjadi akibat menghirup udara yang mengandung nitrogen dioksida yang dihasilkan dari makanan ternak basah. Pada penyakit ini, penimbunan cairan mungkin tidak akan terjadi dalam waktu 12 jam setelah pemaparan.Penyakit silo filler mungkin akan membaik dan muncul dalam waktu 10-14 hari kemudian. Bila berulang, cenderung mengenai saluran pernafasan kecil (bronkiolus).PenyebabBerbagai bahan kimia di dalam lingkungan rumah tangga dan industri bisa menyebabkan peradangan pada paru-paru, baik yang sifatnya akut maupun kronis.Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung, mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di bagian bawah paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan klorin pada konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam renang.Gas radioaktif yang mungkin terlepas pada suatu kecelakaaan reaktor nuklir, bisa menyebabkan kanker paru dan organ lainnya yang baru timbul bertahun-tahun kemudian.Beberapa gas (misalanya nitrogen dioksida) tidak mudah larut. Karenanya tidak akan tampak tanda-tanda awal dari pemaparan (seperti iritasi hidung dan mata) dan gas ini lebih mudah masuk ke dalam paru-paruGejalaGejala dari pneumonitis kimia akut: Rasa aneh di dada (seperti terbakar); Gangguan pernafasan; Haus akan udara; Batuk; Suara pernfasan abnormal.Gejala pada pneumonitis kronis: Sesak nafas ketika melakukan kegiatan ringan Takipneu (pernafasan cepat)dengan/tanpa batuk.DiagnosaUntuk mengetahui beratnya kerusakan paru, dilakukan pemeriksaan berikut: Rontgen dada Analisa gas darah Tes fungsi paru.PengobatanPengobatan yang utama adalah pemberian oksigen. Jika kerusakan paru-parunya bersifat berat, mungkin perlu dilakukan pemasangan alat pernafasan mekanis. Diberikan obat-obatan yang membuka saluran pernafasan, cairan intravena dan antibiotik. Untuk mengurangi peradangan paru, sering diberikan corticosteroid (misalnya prednisone).PencegahanCara terbaik untuk mencegah pemaparan adalah berhat-hati saat menangani gas dan bahan kimia. Sungkup muka (masker) yang memiliki persediaan udara sendiri, harus tersedia saat terjadi kecelakaan. Petani harus mengetahui bahwa pemaparan tak sengaja dari gas beracun di gudang tempat menyimpan makanan ternak adalah berbahaya.g. Asma Karena PekerjaanAsma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja.Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.PenyebabBanyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara industri merupakan asma karena pekerjaan.Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan adalah: Pekerja plastic Pekerja logam Pekerja pembakaran Pekerja penggilingan Pekerja pengangkut gandum Pekerja laboratorium Pekerja kayu Pekerja di pabrik obat Pekerja di pabrik deterjen.

GejalaGejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang atau menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya.Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur. Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.Gejalanya berupa: Sesak nafas Bengek Batuk Merasakan sesak di dada.DiagnosaDalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya bekerja.Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: Tes fungsi paru Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja Rontgen dada Hitung jenis darah Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai) Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.PengobatanPengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator (obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral (melalui mulut) dalam jangka pendek. Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup.PencegahanIndustri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah suatu hal yang mustahil.Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.h. Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup. Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang). Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan. PenyebabPneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC. Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering. GejalaGejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut: Batuk Demam Menggigil Sesak Nafas Merasa tidak enak badan. Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis: Sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan Batuk kering Nafsu makan berkurang Penurunan berat badan. DiagnosaPada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki. Pemeriksaan yang biasa dilakukan: Rontgen dada Tes fungsi paru Hitung jenis darah Pemeriksaan antibodi Presipitan aspergillus CAT scan dada resolusi tinggi Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.

PengobatanPneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone). Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.PencegahanPencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara: Berganti pekerjaan. Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit. Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.

4. Bagaimana penanganan dan pengendalian potensial hazard?Prinsip Pengendalian Potensi Bahaya oleh:Dalam upaya pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu adanya pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu melalui tahapan sebagai berikut:a. Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun resiko yang mungkin timbul (Hazards Identification).b. Penilaian tingkat resiko yang mungkin timbul (Risks Assessment).c. Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat dengan menggunakan metode hirarki pengendalian (Risks Control).d. Penunjukan atau penugasan kepada siapa yang akan diberi tugas dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian.e. Tinjauan ulang untuk mengukur efektifitas penerapan sarana pengendalian yang telah diterapkan (Review of Control).Secara prinsip, potensi bahaya dapat dikendalikan melalui 2 (dua) metode yaitu sarana pengendalian permanen atau pengendalian jangka panjang (Long Term Gain) dan sarana pengendalian sementara atau pengendalian jangka pendek (Short Term Gain). Sarana pengendalian tersebut dapat menggunakan skala prioritas sebagai sebuah sistem, seperti dibawah ini :

Daftar skala prioritas pengendalian seperti tersebut diatas, harus selalu dipertimbangkan dan diterapkan secara berurutan, untuk meniadakan atau mengendalikan potensi bahaya yang telah diidentifikasi. Pada sebagian besar operasi di tempat kerja, suatu kombinasi sistem pengendalian harus diambil dan digunakan. Penerapan yang tepat mengenai skala prioritas pengendalian, mensyaratkan bahwa pengendalian jangka pendek sebaiknya tidak dipertimbangkan terlebih dulu sampai seluruh upaya untuk mengimplementasikan pengendalian jangka panjang menemui kesulitan. Namun demikian pada kenyataanya, sarana pengendalian yang dipilih dan diterapkan dapat mengalami kegagalan. Untuk itu seorang ahli keselamatan kerja harus selalu menyadari hal tersebut dan kemungkinan kegagalan tersebut harus selalu dipertimbangkan pada saat merekomendasikan pemilihan dan pemakaian sarana pengendalian.

Opsi Pengendalian Potensi Bahaya Dalam Keselamatan Sistem KerjaOpsi 1 : Eliminasi atau Meniadakan Potensi BahayaSistem pengendalian ini merupakan program pengendalian potensi bahaya yang utama untuk pengendalian jangka panjang dan bersifata permanen. Pengendalian ini merupakan pengendalian dengan metode menghilangkan atau meniadakan potensi bahaya pada sumbernya.Sebagai contoh : eliminasi atau meniadakan potensi bahaya di tempat kerja dengan tidak menggunakan bahan-bahan beracun jika bahan-bahan yang lebih aman tersedia; mengerjakan tugas-tugas mengangkat beban yang berat dengan menggunakan alat Bantu mekanik atau hidrolik; memasang sarana pembersih tangki otomatis akan lebih aman dan ringan dari pada operator harus memasuki ruang tertutup; dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya: Rekayasa teknik dan desain didasarkan pada pertimbangan biaya jangka pendek dari pada pertimbangan pencegahan kecelakaan untuk jangka panjang; Peralatan dimodifikasi selama masa pakai (life cycle) dan potensi bahaya baru akan muncul lagi; Pada saat proses kerja dimodifikasi dan potensi bahaya baru juga muncul, dll.Opsi 2 : Mengurangi Potensi Bahaya pada Sumbernya.Mengurangi potensi bahaya pada sumbernya termasuk meminimalkan jumlah pelepasan energi yang tidak terkendali.Sebagai contoh : menggunakan peralatan kerja dengan voltase rendah dan sarana pertanahan yang memadai; mendesain peralatan kerja tangan yang tidak menyebabkan cedera dengan ujungnya tidak kasar dan mudah digunakan; memasang sebuah alat mekanisasi untuk kegagalan proses operasi; dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya : Penilaian potensi bahaya tidak dipertimbangkan pada tahap desain; Modifikasi merupakan hal yang sangat mahal setelah instalasi; Ketidaktersediaan data statistik untuk operasi awal penilaian potensi bahaya; Penilaian potensi bahaya tidak dilakukan; dll.Opsi 3 : Menutup Sumber BahayaMenutup sumber bahaya merupakan cara untuk mencegah pelepasan energi yang tidak terkendali dari sumbernya, sehingga cidera atau kerusakan tidak terjadi.Sebagai contoh : Menutup rapat gas agar tetap aman di dalam silinder; memberi penutup tahan panas pada pipa panas; mengisolasi kabel listrik agar tidak terbuka; memasang alat pengaman mesin; menyediakan gudang khusus untuk bahan-bahan mudah terbakar, dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya : Energi pada kontainer terbuka; Seseorang dapat menjangkau kontainer; Sumber energi melebihi kapasitas kontainer; Sumber energi dimasukan pada kontainer yang salah; dll.Opsi 4 : Memindahkan Tenaga Kerja dari Sumber BahayaPengendalian potensi bahaya ini sangat tergantung pada pemindahan tenaga kerja dari sumber bahaya.Sebagai contoh : operator harus dipindahkan pada tempat yang aman selama proses peledakan pada operasi peledakan di pertambangan; suatu garis keliling daerah aman harus diberitahukan secara jelas di sekitar fasilitas tegangan tinggi; dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya : Seseorang mungkin tidak mengetahui bahwa mereka memasuki daerah berbahaya; Pengendali keamanan mungkin sedang rusak; Alat komunikasi mengenai waktu-waktu berbahaya mungkin rusak; Peringatan tanda berbahaya mungkin tidak tersedia; dll.Opsi 5 : Mengurangi Pemaparan Tenaga Kerja dari Sumber BahayaSarana pengendalian ini didesain untuk meminimalkan waktu bagi tenaga kerja terpapar potensi bahaya atau mengurangi jumlah potensi bahaya yang memapari tenaga kerja.Sebagai contoh : Seseorang bekerja pada tempat dengan intensitas kebisingan yang tinggi perlu dijadwalkan agar mereka berada pada tempat tersebut untuk waktu yang tidak lama (sesuai standar batas pemaparan); tenaga kerja yang bekerja di luar ruangan dihindarkan terpapar sinar matahari di tengah hari sdecara langsung; dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya: Pengawasan tidak berfungsi dengan baik; Prosedur kerja diabaikan; Catatan pemaparan terhadap sumber bahaya tidak dirawat dengan baik; dll.Opsi 6 : Penggunaan Alat Pelindung DiriSeluruh alat pelindung diri didesain untuk memisahkan atau memberi penghalang antara tubuh manusia dengan potensi sumber energi yang membahayakan.Sebagai contoh : sumbat/tutup telinga merupakan perlindungan terhadap energi suara; alat pelindung pernafasan merupakan perlindungan terhadap energi kimia; gloves merupakan alat pelindung terhadap pelepasa energi panas; dll.Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada opsi ini, contohnya: Jenis dan ukuran alat pelindung diri tidak tepat; Alat pelindung diri tidak digunakan atau digunakan dengan tidak benar; Tenaga kerja merasa tidak nyaman menggunakan; Alat pelindung diri rusak dan belum ada gantinya.

5. Bagaimana penanganan penyakit yang sering dijumpai?Sudah dijelaskan pada nomor 3

6. Bagaimana resiko pekerjaan bagi keluarga dan lingkungan sekitar?Resiko pada KeluargaFaktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pekerjaFisikaKimiaBiologiMekanik dan ErgonomiPsikososial

KebisinganGetaranRadiasi pengionRadiasi bukan pengionPanas dan dinginListrikUdara bertekananCairanDebuAsapSeratKabutGasUapSeranggaTungauLumutRagiJamurBakteriVirusSikap tubuhPergerakanGerakan berulangPencahayaan dan penglihatanKebimbanganTekanan kerjaKebosananBekerja pada hari libur

Penyakit Akibat KerjaPenyakit akibat kerja adalah penyakit umum yang berkaitan dengan pekerjaan atau akibat terpapar oleh lingkungan kerjanya. Lingkungan kerja yang terdiri dari lingkungan fisik, kimia, biologi, fisiologi dan psikologi dapat menimbulkan penyakit apabila terjadi secara terus menerus dan melebihi jumlah waktu kontak dan melampaui nilai ambang batas tertentu.Dengan demikian penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artificial atau man made disease. WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja:a. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan;b. Penyakit yang salah satunya penyebabnya adalah pekerjaa;c. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-faktor penyebab lainnya;d. Penyakit di mana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada sebelumnya.Area agromedisin terdiri dari trauma mekanik, pajanan paru-paru, trauma agrikemikal, zoonosis, food safety dan pelayanan kesehatan komunitas.Resiko pada keluarga teradi saat pekerja terpapar penyakit-penyakit yang bisa menular, seperti zoonosis, atau penyakit yang disebabkan oleh agen-agen biologi. Penyakit akibat kerja yang tidak menular secara klinis mungkin berdampak psikososial terhadap keluarga.Zoonosis adalah penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit zoonotik ini diduga akan semakin bertambah di tahun-tahun mendatang.Kejadian zoonosis membawa dampak terhadap kesehatan masyarakat (kecemasan, ketakutan, kesakitan, bahkan kematian), pembangunan peternakan dan pertanian secara umum, ekonomi, pariwisata, dan konservasi satwa liar. Kebanyakan agen patogen zoonosis dikategorikan sebagai ancaman bioterorisme potensial oleh CDC Amerika Serikat, contohnya hampir semua agen patogen penyebab zoonosis tersebut termasuk kategori A, yaitu antraks, botulismus, plague, tularemia, dan viral hemorrhagic fever (Ebola, Marburg). Kriteria kategori A ini adalah prioritas utama, mudah menular dari manusia ke manusia, tingkat kesakitan tinggi, potensial berdampak utama pada kesehatan masyarakat, menyebabkan kepanikan masyarakat atau gangguan sosial, memerlukan tindakan khusus untuk kesiagaan masyarakat.Zoonosis penting di Indonesia yang menjadi masalah kesehatan hewan dan masyarakat saat ini antara lain avian influenza, rabies, antraks, bruselosis, leptospirosis, sistiserkosis, salmonelosis, dan toksoplasmosis. Pencegahan, pengendalian dan pemberantasan zoonosis yang paling efektif adalah pengendalian langsung pada sumbernya, yaitu hewan, disamping penerapan pendekatan induk semang-agen patogen-lingkungan dan pendekatan multidisiplin ilmu.

Blok Agromedicine - Kelompok Tutorial 7| Kasus 1 : Bahaya Potensial40