laporan tsls 2 larutan

Upload: riri-indri-septiani

Post on 02-Jun-2018

347 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    1/25

    LAPORAN PRAKTIKUM

    TEKNOLOGI SEDIAN LIQUIDA SEMISOLID

    SEDIAAN LARUTAN

    Disusun oleh:

    Sowy Imam Pangestu (10060312027)

    Tio Aditya (10060312029)

    Akmal yuliandi (10060312030)

    Riri Indri Septiani (10060312033)

    Moch. Azril (10060312034)

    Taufik Nugraha (10060312035)

    Tanggal Praktikum : Selasa, 07 oktober 2014

    Tanggal Laporan : Selasa, 14 Oktober 2014

    Kelompok / Shift : 1 / B

    Asisten:

    Dini Mawarah K,.S.Farm

    LABORATORIUM FARMASI LAB E

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

    2014

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    2/25

    TEKNOLOGI SEDIAN LIQUIDA SEMISOLID

    SEDIAAN LARUTAN

    I. Tujuan Percobaan

    Dapat mengetahui pembuatan sediaan larutan serta sediaan elixir dan dapat

    menghitung konstanta dielektrik bahan aktif yang digunakan.

    II. Teori

    Dalam istilah kimia farmasi, larutan dapat dipersiapkan dari campuran yang

    mana saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas, misalnya suatu zat

    terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan

    cara yang sama untuk zat rerlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang

    mungkin dibuat. Bagaimanapun, dalam farmasi perhatian terhaap larutan sebagian

    besar terbataspada pembuatan larutan dari suatu zat padat, zat cair dalam suatu

    pelarut cair dan tidak begitu sering larutan suatu gas dalam pelarut cair

    (lahman,1994)

    Dalam istilah farmasi, larutan didefinisikan sebagai sediaancair yang

    mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam

    air, yang karerna bahan-bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak

    dimasukkan ke dalam golongan produk lainnya. Sesungguhnya, banyak produk

    farmasi yang menurut prinsip kimia fisik merupakan campuran homogen dari zat-zat

    terlarut yang dolarutkan dalam pelarut, menurut prinsip farmasi digolongkan ke

    dalam jenis produk lainnya. Misalnya larutan obat-obat dalam air yang mengandunggula digolongkan sebagai syrup; larutan yang mengandung hidroalkohol yang diberi

    gula (kombinasi dari air dan etil alkohol) disebut eliksir (Connors,1986).

    Larutan oral, syrup dan eliksir, dibuat dan digunakan karena efek tertentu dari

    zat obat yang ada. Dalam sediaan ini zat obat umumnya diharapkan memberikan efek

    sistemik. Kenyataan bahwa obat-obat itu diberikan dalam bentuk larutan, biasanya

    berarti bahwa apsorpsinya dalam sistem saluran cerna ke dalam sirkulasi sistemik

    dapat diharapkan terjadi lebih cepat dari pada dalam bentuk sedaan suspensi atau

    padat dari zat obat yang sama (Connors,1986).

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    3/25

    Obat-obat cair menampilkan masalah menarik dalam rancangan bentuk

    sediaan. Banyak diantaranya merupakan zat-zat yang mudah menguap oleh karena

    harus disegel secara fisik dari atmosfer untuk menjamin keberadaannya. Masalah

    lainnya adalah bahwa obat-obat tersebut dimaksudkan untuk pemberian obat pada

    umumnya tidak dapat diformulasikan menjadi bentuk tablet, tanpa mengalami

    modifikasi obat yang besar (lahman,1994).

    Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada.

    Umumnya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangkan mengandung zat obat

    tunggal. Keuntungan utama dari hanya satu obat tunggal yang terkandung, bahwa

    dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan meminum eliksir

    lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan

    yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar satu zat obat yang

    diminum tanpa secara otomatis dan bersamaan mengatur dosis obat lain yang ada,

    perubahan yang tidak diinginkan (lahman,1994).

    Karena itu untuk pasien yang memerlukan minum lebih dari satu obat,

    banyak dokter memilih untuk minum sediaan yang terpisah dari tiap obat sehingga

    bila dibutuhkan pengaturan dosis satu obat, dapat dikerjakan tanpa dosis obat lainnya

    secara bersamaan ikut diatur. Eliksir analgetik/ antipiretik paracetamol 300 mg/10 ml

    digunakan untuk mengurangi/ menghilangkan nyeri dan menurunkan demam

    terutama pada pasien yang tidak tahan terhadap aspirin. Eliksir terutama digunakan

    untuk pasien pediatrik (anak-anak) (lahman,1994).

    Larutan ialah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai

    pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Untuk larutan (Solutio) steril

    yang digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada

    Injectiones. Di samping wadah harus mudah dikosongkan dengan cepat, besarnya

    kemasan boleh lebih dari 1 liter. Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang

    mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti

    gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zat pengawet, dan digunakan

    sebagai obat dalam. Sebagai pelarut utama eliksir adalah etanol yang dimaksudkan

    mempertinggi kelarutan obat. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan

    propilenglikol. Sirop gula dapat digunakan sebagai pengganti gula. Eliksir supaya

    disimpan dalam wadah tertutup rapat. Mixture dan solution tidak ada perbedaan

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    4/25

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    5/25

    kelarutannya dalam air baik. Eliksir paling baik disimpan dalam wadah-wadah yang

    tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang berlebihan.

    Disebabkan karena eliksir mengandung alkohol (Ansel, 1989)

    III. Alat dan Bahan

    Alat Bahan

    - Timbangan

    -

    Mortir

    - Batang pengaduk

    -

    Botol

    - Spatel

    - Kertas perkamen

    -

    Gelas ukur

    - Erlenmeyer

    - Pipet tetes

    -

    Beaker glass

    - Viskometer Hoeppler

    -

    Piknometer

    - Dekstrometorphan

    -

    Metil paraben

    - Propil paraben

    -

    Sirupus simplex

    - Sorbitol

    - Aquadest

    -

    Parasetamol

    - Etanol

    IV. Data Preformulasi Zat Aktif

    A. Sediaan Larutan

    Dekstrometorphan (Farmakope Indonesia IV, hal.298)

    a. Warna : Hampir putih sampai agak kuning

    b. Rasa : Pahit

    c.

    Bau : Tidak berbau

    d. Pemerian : Serbuk hablur

    e. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air (larut dalam 60 bagian air)

    dan dalam 10 bagian etanol 95% ; mudah larut dalam kloroform

    disertai pemisahan air ; praktis tidak larut eter.

    f. Titik lebur / titik didih : 109,50dan 112,50C

    g.pH larutan : 5,26,5

    h.

    Stabilitas : - Pada suhu > 400

    C akan lebih mudah terdegradasi

    -Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    6/25

    i.

    Inkompabilitas : - Obat-obat inhibitor MAO

    -Obat-obat selektif re-uptake serotonin

    - Obat-obat depresan SSP, psikotropik

    B. Eliksir (Farmakope Indonesia edisi III,1979)

    Parasetamol

    1. Warna : Putih

    2. Rasa : Pahit

    3. Bau : Tidak berbau

    4. Pemerian : serbuk hablur

    5.

    Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, larut dalam 7 bagian etanol

    (95%)P, larut dalam 13 bagian aseton, larut dalam 40 bagian gliserol,

    larut dalam sebagian propilen glikol, larut dalam alkali hidroksida.

    6.

    Titik lebur : 111oC

    7. Masa molekular : 272,4 g/mol

    8. PH larutan : 5-7oC

    9.

    Stabilitas : Pada suhu > 40oC akan lebih mudah terdegradasi,

    lebih mudah terurai dengan adanya udara dariluar dan adanya cahaya, pH

    jauh dari rentang pH optimumakan menyebabkan zat terdegradasi karena

    terjadi hidrolisis.

    Data Preformulasi Bahan Tambahan

    A. Sediaan Larutan (Farmakope Indonesia edisi III,1979)

    Sirupus simpleks

    a. Warna : Tidak berwarna

    b.

    Rasa : Manis

    c.

    Bau : Tidak berbau

    d. Pemerian : Cairan jernih, hablur, massa hablur berbentuk kubus

    e. Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih ; sukar

    larut dalam etanol ; tidak larut dalam kloroform dan eter.

    f. Titik Didih / Lebur : 1860C

    g. Bobot Jenis : 1, 587 g/ mol

    h.

    Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    7/25

    Sukrosa

    a. Warna : Putih, tidak berwarna

    b. Rasa : Manis

    c.

    Bau : Tidak berwarna

    d. Pemerian : Hablur, masa hablur, bentuk kubus

    e. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

    mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam klroform dan eter.

    f. Titik didih : 186oC

    g. Bobot jenis : 1,587 g/ mol

    h.

    Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.

    Metil paraben

    a.

    Warna : Putih

    b. Rasa : Tidak mempunyai rasa

    c. Bau : Hampir tidak berbau

    d.

    Pemerian : Serbuk hablur halus

    e.

    Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,

    dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam 3 bagian aseton P ; mudah

    larut dalam eter P, dan dalam alkali hidroksida.

    f. Titik Lebur : 1250C sampai 1280C

    g. Pka/pkb : 8,4

    h.

    Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml

    i. pH larutan : 3-6

    j.

    Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar

    Propil paraben

    a. Warna : Putih

    b. Rasa : Tidak berasa

    c. Bau : Tidak berbau

    d. Pemerian : Serbuk hablur putih

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    8/25

    e.

    Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol

    (95%)P, dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam 40

    bagian minyak lemak, muda larut dalam larutan alkali.

    f.

    Titik didih : 95oC98oC

    g. Bobot jenis : 180,21 g/mol

    h. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar.

    Sorbitol

    a. Warna : putih

    b.

    Rasa : rasa manis

    c. Bau : tidak berbau

    d. Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.

    e.

    Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P,

    dalam metanol P, dan dalam asetatP.

    f. Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC179oC

    g.

    Stabilitas : terhadap udara higroskopis.

    Aquadest

    a.

    Warna : Jernih tidak berwarna

    b. Rasa : Tidak mempunyai rasa

    c. Bau : Tidak berbau

    d.

    Pemerian : Cairan

    e. Titik didih : 1800C

    f.

    Pka/pkb : 8,4

    g.

    Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml

    h.pH larutan : 7

    i. Stabilitas : Stabil diudara

    B. Eliksir (Farmakope Indonesia edisi III,1979)

    Etanol

    1. Warna : tidak berwarna

    2.

    Rasa : rasa pahit

    3. Bau : khas

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    9/25

    4.

    Pemerian : cairan jernih, mudah menguap, bergerak, dan mudah terbakar.

    5. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dan dalam kloroform dan eter.

    6. Bobot jenis: 0,81190,8139 g/mol

    7.

    Stabilitas : mudah menguap, lebih mudah rusak dengan adanya cahaya, dan

    muda terbakar.

    V. Perhitungan dan Penimbangan

    Perhitungan

    A. Sediaan Larutan

    1. Dekstrometorphan :

    10 mg/ 5 mL 100 mL

    2. Sirupus Simpleks

    65 % sukrosa 65 g sukrosa dalam 100 mL campuran (65 g dalam 100 g

    sirup)

    3. Sukrosa yang dibutuhkan =

    4. Sirupus simpleks yang dibutuhkan untuk 5 botol sediaan = 175 mL = 200 mL

    Sir. Simpleks botol I =

    Sir. Simpleks botol II =

    Sir. Simpleks botol III =

    Sir. Simpleks botol IV =

    Sir. Simpleks botol V =

    5. - Metil paraben botol III = 0,18 % (b/v) = 0,18 g dalam 100 mL sediaan

    - Metil paraben botol IV = 0,2 % (b/v) = 0,2 g dalam 100 mL sediaan

    6. Propil Paraben botol III = 0,02 % (b/v) = 0,02 g dalam 100 mL sediaan

    7. Sorbitol botol V = 15 % (b/v) = 15 g dalam 100 mL sediaan

    B. Eliksir

    1. Parasetamol : kelarutan 1 : 70 bagian air

    1 : 7 bagian etanol 95 %

    2. Untuk titrasi : parasetamol (120 mg/5 mL) yang dibutuhkan

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    10/25

    Dalam 10 mL etanol : 10 mL/5 mL x 120 mg = 240 mg parasetamol

    3. Untuk pembuatan sediaan (100 mL) :

    120 mg/5 mL 100 mL

    100 mL/5 mL x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g

    Penimbangan

    A. Sediaan Larutan

    No Bahan Berat

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    Dextrometorphan untuk setiap 100 mL

    Sukrosa (untuk 200 mL sir. simpleks)

    - Sir. Simpleks botol I

    -

    Sir. Simpleks botol II

    - Sir. Simpleks botol III

    - Sir. Simpleks botol IV

    -

    Sir. Simpleks botol V

    Metil paraben botol III

    Metil paraben botol IV

    Propil paraben botol III

    Sorbitol botol V

    Aqua destilata add

    0,2 g

    130 g

    25 mL

    75 mL

    25 mL

    25 mL

    25 mL

    0,18 g

    0,2 g

    0,02 g

    15 g

    100 mL

    B. Eliksir

    No Bahan Berat

    1.

    2.

    3.

    Parasetamol untuk 100 mL sediaan

    Etanol

    Aquadest add

    2,4 g

    4,2 mL

    100 mL

    VI. Prosedur

    A. Sediaan Larutan

    1)

    Sirupus simpleks

    Sukrosa sebanyak 130 g dilarutkan dalam air panas sebanyak 200 mL

    2) Sediaan 1

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    11/25

    0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air lalu diaduk hingga

    homogen. Kemudian ditambahkan 25 mL sirupus simpleks, diaduk hingga

    homogen. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah ditara.

    Add 100 mL dengan aquadest.

    3) Sediaan 2

    Dekstrometorphan ditimbang sebanyak 0,2 g, lalu dilarutkan dalam 12 mL

    air, diaduk hingga homogen. Ditambahkan 75 mL air dan diaduk hingga

    homogen. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah ditara.

    Add 100 mL dengan aquadest.

    4) Sediaan 3

    0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air, lalu diaduk hingga

    homogen. Kemudian 0,18 g metil paraben dan 0,02 g propil paraben

    dilarutkan dalam 2 mL etanol secara terpisah satu sama lain. Setelah larut,

    masing-masing larutan tersebut dimasukan ke dalam botol. Lalu

    ditambahkan 25 mL sirupus simpleks. Setelah itu aquadest dimasukan add

    100 mL.

    5) Sediaan 4

    Dekstrometorphan ditimbang sebanyak 0,2 g dan dilarutkan dalam 12 mL

    air. 0,2 g metil paraben dilarutkan dalam 2 mL etanol. 25 mL sirupus

    simpleks dicampurkan dan diaduk hingga homogen. Campuran tersebut

    dimasukan ke dalam botol yang sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.

    6) Sediaan 5

    0,2 g dekstrometorphan dilarutkan dalam 12 mL air. Ditambahkan 25 mL

    sirupus simpleks dan diaduk hingga homogen. 15 g sorbitol dilarutkan

    dalam air. Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah ditara.

    Add 100 mL dengan aquadest.

    Semua sediaan dilakukan pengamatan selama 1 minggu. Amati :

    - Pertumbuhan mikroorganisme

    - Terjadinya kristal pada botol

    -

    Pengamatan organoleptik

    -

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    12/25

    B. Eliksir

    1)Penentuan konstanta dielektrik parasetamol (120 mg/5 mL) dengan cara

    titrasi:

    -

    Parasetamol dilarutkan dalam air dengan konsentrasi (120 mg/5 mL)

    sebanyak 100 mL

    - Dilakukan titrasi dengan etanol sampai larutan menjadi bening

    - KD parasetamol dihitung berdasarkan data KD pelarut campur

    KDcamp = (% Vair x KDair) + (% Vetanol x KDetanol)

    2)Sediaan eliksir parasetamol (120 mg/5 mL) dibuat sebanyak 100 mL, dengan

    cara :

    a. Parasetamol 2,4 g dilarutkan di dalam 4,2 mL etanol, diaduk sampai larut.

    Ditambahkan air sebanyak 10 mL, aduk hingga homogen. Campuran

    dimasukan ke dalam botol yang telah dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.

    b. Air sebanyak 10 mL dan etanol 4,2 mL dicampurkan. Kemudian masukan

    parasetamol sebanyak 2,4 g sedikir demi sedikit ke dalam pelarut campur.

    Aduk hingga homogen. Campuran dimasukan ke dalam botol yang telah

    dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.

    VII.Hasil Pengamatan

    7.1Data sediaan larutan

    PENGAMATAN HARI KE-0, SELASA 7 SEPTEMBER 2014

    PENGAMATANJENIS BOTOL

    Botol A Botol B Botol C Botol D Botol E

    PertumbuhanMikroorganisme

    - - - - -

    Adanya Caplocking - - - - -

    Organoleptis

    Bau - - - - -

    Rasa Manis Manis + Manis Manis Manis

    WarnaTidak

    Berwarna

    Kuning

    Bening

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    PENGAMATAN HARI KE-1, RABU 8 SEPTEMBER 2014

    PENGAMATANJENIS BOTOL

    Botol A Botol B Botol C Botol D Botol E

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    13/25

    Pertumbuhan

    Mikroorganisme- - - - -

    Adanya Caplocking - - - - -

    Organoleptis

    Bau + - + + -

    Rasa Manis Manis + Manis Manis Manis

    WarnaTidak

    Berwarna

    Kuning

    Bening

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    PENGAMATAN HARI KE-2, KAMIS 9 SEPTEMBER 2014

    PENGAMATAN JENIS BOTOLBotol A Botol B Botol C Botol D Botol E

    Pertumbuhan

    Mikroorganisme- - - - -

    Adanya Caplocking + + + + -

    Organoleptis

    Bau + - + + -

    Rasa Manis Manis + Manis Manis Manis

    WarnaTidak

    Berwarna

    Kuning

    Bening

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    PENGAMATAN HARI KE-3, JUMAT 10SEPTEMBER 2014

    PENGAMATANJENIS BOTOL

    Botol A Botol B Botol C Botol D Botol E

    Pertumbuhan

    Mikroorganismekeruh - - - -

    Adanya Caplocking + + + + -

    Organoleptis

    Bau + - + + -

    Rasa Manis Manis + Manis Manis Manis

    WarnaTidak

    Berwarna

    Kuning

    Bening

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    Tidak

    Berwarna

    PENGAMATAN HARI KE-4, SABTU 11 SEPTEMBER 2014

    PENGAMATANJENIS BOTOL

    Botol A Botol B Botol C Botol D Botol E

    Pertumbuhan

    Mikroorganismekeruh - - - keruh

    Adanya Caplocking + + + + -

    OrganoleptisBau + - + + -Rasa Manis Manis + Manis Manis Manis

    Warna Tidak Kuning Tidak Tidak Tidak

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    14/25

    Berwarna Bening Berwarna Berwarna Berwarna

    KETERANGAN ;Botol A : Sirupus Simpleks 25%

    Botol B : Sirupus Simpleks 75%

    Botol C : Sirupus Simpleks 25% + (Metil Paraben : Propil Paraben = 0.18%

    0.02%)

    Botol D : Sirupus Simpleks 25% + Metil Paraben 0.2%

    Botol E : Sirupus Simpleks 25% + Sorbitol 15%

    + : positif ada perubahan

    - : negative tidak ada perubahan

    7.2 Data sediaan elixir

    PENGAMATANCARA PEMBUATAN

    Cara A Cara B

    pH 7 7

    Kejernihan Lebih Jernih Jernih

    Viskositas 1.86 2.55

    Bobot Jenis 0.93 0.95

    Volume Keterpindahan 97.1 88

    Organoleptis

    Bau Alkohol Alkohol

    Rasa Pahit Pahit

    Warna Tidak Berwarna Tidak Berwarna

    VIII. Pembahasan

    Pada percobaan ini dilakukan pembuatan sediaan larutan. Larutan adalah

    sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan

    air suling kecuali dinyatakan lain. Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa

    larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung juga zat

    tambahan seperti gula atau pemanis lain, zat warna, zat pewangi dan zatpengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. (Moh. Anief, 2008)

    Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan larutan adalah

    dekstrometorphan dan bahan tambahan yang digunakan yaitu sirupus simpleks,

    sukrosa, metil paraben, propil paraben, sorbitol, aquadest serta etanol.

    Dalam pembuatan sediaan larutan dibuat terlebih dahulu sirupus simplex

    (65% sukrosa). Sukrosa yang digunakan dalam pembuatan larutan ini adalah 130

    gram yang dilarutkan dalam 200 ml air panas dan digunakan untuk membuat 5

    sediaan.

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    15/25

    Dari hasil pengamatan, botol A yang berisi dektrometorphan dan sirupus

    simpleks sebanyak 25 %. Didapatkan hasil yang menyatakan bahwa pada hari ke

    2, 3 dan 4 terbentuk kristalisasi pada mulut botol hal ini dapat disebabkan

    karena tidak ditambahkan anticaplocking pada sediaan. Terdapat banyak

    mikroba pada sediaan yang dibuat pada hari ketiga dan keempat ini yang

    ditandai dari warna sediaan yang berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena

    pada sediaan ini tidak ditambahkan zat pengawet, serta dalam sediaan ini

    digunakan air sebagai pelarut, dimana air merupakan media tempat tumbuhnya

    mikroba. Pada pengamatan organoleptis, tidak tercium bau dan rasa yang terasa

    adalah manis karena dalam sediaan terdapat sirupus simples. Warna yang terjadi

    dari terjadi perubahan dari bening menjadi sedikit keruh.

    Pada hasil pengamatan botol B yang berisi dekstrometorphan dan sirupus

    simpleks 75 %. Terdapat kristal pada mulut botol dari hari ke 2 hingga ke 4, ini

    dapat disebabkan karena jumlah sirupus simpleks yang dipakai adalah dari

    total sediaan yang dibuat serta tidak menggunakan bahan tambahan

    anticaplocking, sehingga terbentuk kristal pada mulut botol. Tidak terjadi

    pertumbuhan mikroba pada sediaan karena kadar glukosa lebih dari 60% maka

    bisa sebagai pengawet alami. Pada pengamatan organoleptis warnanya tetap

    bening kuning dan tidak tercium bau serta rasanya lebih manis dibandingkan

    dari sediaan botol lain karena kadar sirupus simpleks yang lebih banyak.

    Dalam sediaan botol C yang berisi dekstrometorphan, sirupus simpleks

    25%, metil paraben, dan propil paraben. Terbentuk kristal pada leher botol yang

    dikarenakan tidak ditambahkan bahan tambahan anticaplocking pada sediaan

    sehinggga terbentuk kristalisasi gula. Tidak terjadi pertumbuhan mikroba,

    karena dalam sediaan ini terdapat metil paraben dan propil paraben yang

    bertindak sebagai pengawet agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroorganisme.

    Dari pengamatan organoleptis, rasanya manis serta tidak terjadi perubahan

    warna dan bau yang tercium yaitu bau sirupus simpleks.

    Dalam sediaan botol D yang mengandung dextrometorphan, sirupus

    simpleks 25% dan metil paraben, Terdapat kristal pada mulut botol karena tidak

    ditambahkan bahan tambahan anticaplocking yang dapat mencegah kristalisasi

    gula. Tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroba karena adanya metil paraben

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    16/25

    yang berfungsi sebagai pengawet pada sediaan. Pada pengamatan organoleptis,

    rasanya tetap manis, tidak terjadi perubahan warna tetap bening dan tercium bau

    akibat penambahan metil paraben.

    Dari hasil pengamatan sediaan botol E yang berisi dekstrometorphan,

    sirupus simpleks 25% dan sorbitol, tidak terlihat adanya kristal pada mulut

    botol. Hal ini dapat disebabkan karena dalam sediaan ini terdapat sorbitol yang

    merupakan anticaplocking yang dapat mencegah terbentuknya kristal gula pada

    leher botol. Karena dalam sediaan ini tidak menggunakan pengawet dan pelarut

    yang digunakan adalah air yang merupakan media untuk timbulnya mikroba

    maka pada hari ke 4 sudah terlihat timbulnya mikroba. Begitupun dengan

    pengamatan organoleptis, dengan timbulnya mikroba, warna sediaan yang

    terlihatpun lama-lama menjadi keruh.

    Dalam percobaan sediaan elixir, dilakukan dua metode yang berbeda

    untuk melarutkan zat aktif. Metode pertama (A), parasetamol dilarutkan ke

    dalam etanol kemudian ditambahkan air dan dimasukan ke dalam botol. Metode

    kedua (B), etanol dan air dicampurkan lalu dimasukan parasetamol sedikit demi

    sedikit kemudian campuran tersebut diaduk hingga homogen dan dimasukan ke

    dalam botol. Dari hasil pengamatan yang didapat, terlihat bahwa metode

    pertama (A) lebih memberikan hasil yang maksimal dengan parasetamol yang

    terlarut dengan sempurna dibandingkan dengan metode kedua. Hal ini dapat

    dilihat dari kejernihan kedua sediaan eliksir yang dibuat, dimana eliksir yang

    dibuat dengan metode pertama memiliki terlihat lebih jernih dibandingkan

    dengan eliksir yang dibuat dengan metode kedua. Hal ini dapat disebabkan

    karena parasetamol larut dalam 70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%),

    yang berarti bahwa 1 g parasetamol larut dalam 70 ml air dan 1 g parasetamol

    larut dalam 7 ml etanol, sehingga dengan menggunakan cara yang pertama yang

    dilarutkan dalam etanol terlebih dahulu, parasetamol akan lebih cepat larut.

    Disini etanol berfungsi mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula

    ditambahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol. Sedangkan untuk pengganti

    gula bisa digunakan sirup gula.

    Dilakukan evaluasi sediaan eliksir yang mencakup evaluasi organoleptik

    (warna, rasa, bau), pH, kejernihan, berat jenis, viskositas dan volume

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    17/25

    terpindahkan. Dari hasil pengamatan organoleptik, tidak terjadi perubahan

    warna, rasa ataupun bau dari hari pertama hingga hari keempat. Ini dapat

    disimpulkan bahwa kedua sediaan eliksir yang dibuat cukup stabil. pH yang

    didapat dari kedua sediaan adalah 7 Pengontrolan pH sangat penting karena

    untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Profil laju pH menunjukkan katalis

    asam spesifik dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5-7.

    Pada pengujian volume terpindahkan rata-rata yang dihasilkan dari 10

    botol elixir yaitu 98,4 mL ini menunjukkan volume tidak kurang dari 100% dan

    tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95%. Pengujian ini dirancang

    sebagai jaminan bahwa larutan oral dan suspensi yang dikemas dalam wadah

    dosis ganda dengan volume yang tertera dalam etiket tidak lebih dari 250 mL,

    yang tersedia dalam bentuksediaan cair atau sediaan cair yang dikonstitusi dari

    bentuk padat dengan penambahan bahan pembawa tertentu dengan volume yang

    ditentukan jika dipindahkan dari wadah asli akan memberikan volume sediaan

    yang tertera pada etiket.

    Viskositas adalah ukuran tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk

    mengalir. Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah viscometer bola

    jatuh. viskositas yang diperolah dari percobaan yaitu 0,2 cp ini menunjukkan

    hasil yang baik karena jika viskositas dari sediaan terlalu tinggi maka sediaan

    akan sulit dituang dan dikocok.

    Bobot jenis larutan diperlukan untuk mengetahui kemurnian dari suatu

    sediaan khususnya yang berbentuk larutan. Bobot jenis yang didapat sesuai

    dengan data pengamatan yaitu sebesar 0,93 pada botol sediaan A dan 0,95 pada

    botol sediaan B. Sedangkan menurut farmakope edisi III sediaan eliksir

    paracetamol memiliki bobot jenis sebesar 1,21-1,23. Terjadi perbedaan seperti

    ini di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya :

    1. Temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat

    jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya,

    demikian pula halnya pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan

    senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. Oleh

    karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada

    suhu 25oC (suhu kamar).

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    18/25

    2.

    Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot

    jenisnya juga menjadi lebih besar.

    3. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan

    berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana

    ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat

    dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

    4. Kekentalan/viskositas suatu zat

    Pada pembuatan sediaan elixir ini digunakan pelarut campur (kosolven)

    untuk menaikkan kelarutan. Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam

    pelarut campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya (KD). Untuk

    medapatkan nilai konstanta dielektriknya, ini, dilakukan titrasi untuk melihat

    kelarutan etanol sehingga akan diperoleh nilai KD pelarut campur. Semakin

    tinggi harga konstanta dielektriknya, kepolarannya semakin tinggi. Dalam

    percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur yaitu 71,67. Suatu pelarut

    campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektrik antara 25 sampai 80.Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang memenuhi persyaratan

    pelarut yang ideal.

    IX. Kesimpulan

    - Larutan adalah sediaaan cari yang mengadung satu atau lebih at kimia

    terlarut

    -

    Sediaan yang tidak ditambahkan bahan pengawet akan terjadi kontaminasi

    mikroorganisme. Adanya mikroorganisme mempengaruhi stabilita sediaan/

    potensi zat aktif. Pengawet sintesis yang digunakan pada percobaan ini yaitu

    metil paraben dan propil paraben. Gula dalam kadar lebih dari 60% dapat

    dijadikan pengawet alamiah.

    -

    Untuk mencegah kristalisasi gula (Caplocking) pada sediaan ini maka

    digunakan anticaplocking yaitu sorbitol

    -

    Elixir merupakan larutan sejati dengan kalrutan zat aktif relative kecil

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    19/25

    -

    Upaya untuk meningkatkan kerutan elixir pada percobaan ini digunakan

    pelarut campur (kosolven) antara air dan etanol

    - Suatu pelarut campur yang ideal memiliki konstantan dieletrik antara 25

    sampai 80. Dalam percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur yaitu

    71,67 ini menunjukkan pelarut campur sudah memenuhi persyaratan pelarut

    yang ideal

    X. Daftar Pustaka

    -

    Anief, Moh. 2008.Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press- Anonim, 1979,Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Jakarta.

    - Anonim, 1995,Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia, Jakarta, 298

    - Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986, Chemical Stability of

    Pharmaceutical, John Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.

    - Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. Jakarta : UI

    Press.

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    20/25

    Lampiran

    Perhitungan konstanta dielektrik sediaan elixir

    Volume etanol yang digunakan seluruh kelompok:

    - Kelompok 1:16,2 mL

    - Kelompok 2: 14,3 mL

    -

    Kelompok 3: 13,6 mL

    - Kelompok 4: 14,9 mL

    -

    Kelompok 5: 14,8 mL

    1.

    Kelompok 1

    V etanol = 16,2 mL

    V air = 100 mL

    Vp total = V etanol + V air =116,2 mL

    %Vair =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 86,0585 %

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    21/25

    %V etanol =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 13,9415 %

    KD pelarut = ( % Vair x KDair) + (%Vetanol x KD etanol)

    = (86,0585 % x 78,5) + (13,9415 % x 25,7)

    = (0,86 x 78,5) + (0,139 x 25,7)

    = 67,96 + 3,583

    = 71,542

    2.

    Kelompok 2

    V etanol = 14,3 mL

    V air = 100 mL

    Vp total = V etanol + V air =114,3mL

    %Vair =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 97,489 %

    %V etanol =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 12,511 %

    KD pelarut = ( % Vair x KDair) + (%Vetanol x KD etanol)

    = (87,489% x 78,5) + (12,511 % x 25,7)

    = (0,87 x 78,5) + (0,125 x 25,7)

    = 68,295 + 3,1

    = 71,4

    3.Kelompok 3

    V etanol = 13,6mL

    V air = 100 mL

    Vp total = V etanol + V air =113,6mL

    %Vair =

    x 100 %

    =

    x 100 %

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    22/25

    = 88,01 %

    %V etanol =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 11,97 %

    KD pelarut = ( % Vair x KDair) + (%Vetanol x KD etanol)

    = (88,01 % x 78,5) + (11,97 % x 25,7)

    = (0,88 x 78,5) + (0,119 x 25,7)

    = 69,1 + 3,1

    = 72,2

    4.Kelompok 4

    V etanol = 14,9mL

    V air = 100 mL

    Vp total = V etanol + V air =114,9 mL

    %Vair =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 87%

    %V etanol =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 13, %

    KD pelarut = ( % Vair x KDair) + (%Vetanol x KD etanol)

    = (87% x 78,5) + (13 % x 25,7)

    = (0,87 x 78,5) + (0,139 x 25,7)

    = 68,3 + 3,341

    = 71,6

    5.Kelompok 5

    V etanol = 14,8mL

    V air = 100 mL

    Vp total = V etanol + V air =114,8mL

    %Vair =

    x 100 %

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    23/25

    =

    x 100 %

    = 87,11 %

    %V etanol =

    x 100 %

    =

    x 100 %

    = 12,9 %

    KD pelarut = ( % Vair x KDair) + (%Vetanol x KD etanol)

    = (87,11 % x 78,5) + (12,9 % x 25,7)

    = (0,87 x 78,5) + (0,129x 25,7)

    = 68,3 + 3,3153

    = 71,61

    KD rata-rata PCT =

    = 71,67

    V etanol=

    = 14,76

    V etanol untuk 100 mL =

    x 100 mL

    =

    x100mL

    = 12,9 mL

    V air untuk 100 mL =

    x 100 mL

    =

    x100mL

    = 87,1 mL

    Vp total = 12,9 + 87,1= 100 mL

    Perhitungan BJ Elixir

    BJ Elixir metode APicno kosong (W1)=19,71 gram

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    24/25

    Picno + air (W2)= 30,8246 gram

    Picno + lixir (W3)= 30,0606 gram

    Dt =

    =

    =

    = 0,93

    BJ Elixir metode B

    Picno kosong (W1)=20,319 gram

    Picno + air (W2)= 30,9196 gram

    Picno + lixir (W3)= 30,3945 gram

    Dt =

    =

    =

    = 0,95

    Data Pembuktian Volume Terpindahkan

    Volume terpindahkan seluruh kelompok:

    Kelompok Botol A (mL) Botol B (mL)

    1 97 98

    2 100 100

    3 96 974 98 100

    5 99 99

    Rata-rata 490/5= 98 494/5= 98,8

    V Botol A+ Botol B=

    =

    =98,4 mL

    V=98,4 mL > 100%

    Perhitungan Viskositas sediaan elixir

    Rumus: = t (Sb-Sr) B

  • 8/10/2019 Laporan Tsls 2 Larutan

    25/25

    Ket:

    = Kekentalan

    t= Waktu vola jatuh (s)

    Sb=Kerapata boa yang digunkan (boron silica)

    Sr= kerapatan cairan sampel (BJ)

    B = Konstanta bola

    Viskositas Elixir Botol A

    = t (Sb-Sr) B

    = 1,86 (2,2 - 0,93) 0,09

    = 0,212 cp

    Viskositas Elixir Botol B

    = t (Sb-Sr) B

    = 2,55 (2,2 - 0,95) 0,09

    = 0,286 cp