laporan stm najla

39
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI PEMERIKSAAN SENDI TEMPOROMANDIBULA SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2014/2015 BLOK STOMATOGNASI I Oleh : NAJLA IRHAMNI PHASA 141610101056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER

Upload: najla-irhamni-phasa

Post on 18-Dec-2015

269 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

fisiologi

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGIPEMERIKSAAN SENDI TEMPOROMANDIBULA

SEMESTER GASALTAHUN AKADEMIK 2014/2015BLOK STOMATOGNASI I

Oleh :NAJLA IRHAMNI PHASA141610101056

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS JEMBERTAHUN 2015

22

KATA PENGANTARPuji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan judul: Laporan Praktikum Fisiologi Pemeriksaan Sendi Temporomandibula dengan lancar dan tepat waktu.Laporan Praktikum ini penulis susun sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi tentang sendi temporomandibula. Dalam proses penyusunan laporan ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam menyusun laporan ini.Penulis menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih terdapat berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jember, 15 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I DASAR TEORI11.1.Sendi Temporomandibula11.2.Definisi dan Epidemiologi Gangguan Sendi Temporomandibular71.3.Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula8BAB II METODE122.1.Alat dan Bahan122.2.Prosedur Percobaan122.3.Data Hasil Percobaan16BAB III PEMBAHASAN193.1.Percobaan Sendi Temporomandibula193.2.Pertanyaan dan Jawaban20BAB IV KESIMPULAN23DAFTAR PUSTAKAiii

BAB IDASAR TEORI1. 1.1. Sendi TemporomandibulaSendi temporo mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki system dua persendian yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada laris/meniscus sendi adalah merupakan jaringan ikat fibrosa padat, yang memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan ruang sendi bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah (Okeson,1993)Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa pada dan a-vaskular. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama yaitu, Masseter, Temporalis, dan otot pterigodeus lateralis dan medialis. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali dengan adanya kontraksi otot yang menarik kondil dan meniscus ke depan dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (okeson, 1993). Meniskus atau diskus artikularis merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada diantara kondil dan fossa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan fossa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal pada bagian anterior dan posterior. Pada kedudukan normal dan mulut tertutup, kedudukan kepala kondili berada pada bagian tengah diskus pada bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondili ke posterior. Dan pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus artikularis dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola gerak yang seharusnya. Secara klinis perubahan ini menimbulkan bunyi keletuk sendi pada saat menutup dan membuka mulut.TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan mandibula yang terdiri dari:1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada tulang temporal3. Sistem neurovaskuler Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan dipisahkan oleh diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan menelan.

Gambar 2.1 : Potongan sagital sendi temporomandibuler. Ruang sendi atas dan bawah dalam kondisi normal terkompresi. Pada gambar ini ruangan tersebut dilebarkan untuk memperlihatkan aspek anteroposterior. Daerah posterior bilaminae mengandung fleksus vena. Sendi adalah hubungan antara dua tulang. Sendi temporomandibula merupakan artikulasi antara tulang temporal dan mandibula, dimana sendi TMJ didukung oleh :1. Prosesus kondiloideus 2. Ligamen Sendi Temporomandibula 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula 4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula1.1.1. Prosesus kondiloideus Kondiloideus mandibula adalah bagian yang menonjol dari mandibula yang meluas ke arah superior dan posterior, berbentuk cembung dengan panjang 20 mm medio-lateralis dan 8-10 mm ketebalan anterior-porterior. Permukaan artikulasi tulang temporal terdiri dari dua bagian yaitu fosa artikularis dan eminensia artikularis. Fosa artikularis cekung dalam arah antero-posterior medio-lateral. Eminensia artikularis membentuk batas anterior dari fosa mandibularis yang meluas ke posterior dan dibatasi oleh linggir meatus akustikus eksternus. Meniskus berbentuk oval yang membagi sendi menjadi dua bagian yang terpisah, yaitu bagian atas antara meniskus dan permukaan artikularis tulang temporal dan bagian bawah di antara meniskus dan permukaan kondiloideus. Bentuk permukaan atasnya cekung-cembung dari depan ke belakang yang beradaptasi dengan permukaan artikulasi tulang temporal sedangkan bentuk permukaan bawahnya cekung yang beradaptasi dengan kondiloideus mandibula. Di bagian depan dan belakang tebal sedangkan tipis di antara ke dua penebalan ini. Ligamen kapsular melekat ke sekeliling meniskus ini, tendon muskulus pterigoideus eksternus, muskulus maseter dan muskulus temporalis melekat ke pinggir depan dari meniskus ini melalui ligamen kapsular. Meniskus ini terbentuk dari kolagen avaskuler yang berfungsi untuk menstabilisasi kondilus terhadap permukaan artikularis tulang temporal. Fungsi lapisan lemak yang terdapat di muskulus pterigoideus lateralis adalah untuk memungkinkan terjadinya gerakan rotasi pada saat membuka mulut. Daerah ini mengandung pleksus vena sehingga didapati jaringan lunak yang fleksibel. Kapsul sendi di sebelah luar membentuk ligamen kapsular yang terdiri dari jaringan ikat berserat putih yang melekat ke atas pada bagian pinggir fosa artikularis dan tuberkulum artikularis, melekat ke bawah kolum mandibula. Kapsul ini diperkuat oleh ligamen temporomandibula di sebelah lateral sedangkan bagian depan diperkuat oleh muskulus pterigoideus.

Gambar 2.2 : Struktur Sendi Temporomandibula.

Gambar 2.3 : Struktur Sendi Temporomandibula Coronal1.1.2. Ligamen Sendi Temporomandibula Ligamen temporomandibula lebih luas di bagian atasnya dari pada di bagian bawahnya. Perlekatannya ke permukaan lateralis dari arkus zigomatikus dan ke tuberkulum artikularis pada bagian atas. Di bagian bawah melekat ke kolum mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan kelenjar parotis dan kulit di sebelah lateral, sedangkan di sebelah medial dengan ligamen kapsular. Ligamen sphenomandibula bentuknya tipis dan pipih, melekat ke spina angularis os sphenoidalis pada bagian atas, melekat di bagian bawah sebelah lingual dari foramen mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus pterigoideus eksternus di bagian atas, di bagian bawah dengan arteri dan vena alveolaris inferior, lobus kelenjar parotis dan ramus mandibula. Di sebelah medial berhubungan dengan muskulus pterigoideus internus. Ligamen stylomandibula bentuknya bulat dan panjang. Ligamen ini melekat ke prosesus stiloideus os temporalis di bagian atas. Di bagian bawah melekat ke angulus mandibula dan margo posterior dari ramus mandibula. Ligamen ini berhubungan dengan muskulus maseter dan kelenjar parotis pada bagian lateral. Di bagian medial dengan muskulus pterigoideus internus dan kelenjar submandibularis.

Gambar 2.4 : Ligamen Sendi Temporomandibula

1.1.3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula Di belakang meniskus ada suatu kelompok jaringan ikat longgar yang banyak berisi pembuluh darah dan saraf. Suplai darah yang utama pada sendi ini oleh arteri maksilaris interna terutama melalui cabang aurikular. Arteri maksilaris merupakan cabang terminal dari arteri karotis eksterna yang mensuplai struktur di bagian dalam wajah dan sebagian wajah luar. Awalnya berada di kelenjar parotis, berjalan ke depan di antara ramus mandibula dengan ligamen sphenomandibula, kemudian ke sebelah dalam dari muskulus pterigoideus eksternus menuju fosa pterigoideus. Arteri ini terbagi atas 3 bagian yaitu: Pars mandibularis yang berjalan mulai dari bagian belakang kolum mandibula sampai ke fosa infratemporalis, Pars pterigoideus yang berada di dalam fosa infratemporalis, Pars pterygopalatinus yang berada di dalam fosa pterigopalatina. Daerah sentral meniskus, lapisan fibrous dan fibrokartilago umumnya tidak memiliki suplai darah sehingga metabolismenya tergantung pada difusi tulang yang terletak di dalam dan cairan sinovial. 1.1.4. Persarafan pada Sendi Temporomandibula Persarafan sensorik pada sendi temporomandibula yang terpenting dilakukan oleh nervus aurikulotemporal yang merupakan cabang pertama posterior dari nervus mandibularis. Saraf lain yang berperan adalah nervus maseterikus dan nervus temporal. Nervus maseterikus bercabang lagi di depan kapsul dan meniskus. Nervus aurikulotemporal dan nervus maseterikus merupakan serabut-serabut proprioseptif dari impuls sakit nervus temporal anterior dan posterior melewati bagian lateral muskulus pterigoideus, yang selanjutnya masuk ke permukaan dari muskulus temporalis, saluran spinal dari nervus trigeminus. Permukaan fibrous artikular, fibrokartilago, daerah sentral meniskus dan membran sinovial tidak ada persarafannya.

Gambar 2.5 : Persarafan sendi temporomandibula.1.2. Definisi dan Epidemiologi Gangguan Sendi TemporomandibularGangguan temporomandibular adalah istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan yang mengganggu sendi temporomandibular, otot pengunyah, dan struktur terkait yang mengakibatkan gejala umum berupa nyeri dan keterbatasan membuka mulut. Biasanya pada praktek umum (general practitioner) pasien dengan gangguan ini mengeluhkan gejala yang eprsisten atau nyeri wajah yang kronik. Biasanya nyeri pada gangguan temporomandibular disertai suara click pada sendi rahang dan keterbatasan membuka mulut.Sekitar 60-70% populasi umum mempunyai setidaknya satu gejala gangguan temporomadibular. Tetapi, hanya seperempatnya yang menyadari adanya gangguan tersebut. Lebih jauh lagi, hanya 5% dari kelompok orang dengan satu atau dua gejala gangguan temporomandibular yang pergi ke dokter. Kelainan ini paling banyak dialami perempuan (1:4), dan sering terjadi pada awal masa dewasa.1.3. Fisiologi Pergerakan Sendi Temporomandibula1.3.1. Gerak membuka Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondilus secara bersama-sama meluncur ke bagian bawah sepanjang eminensia artikularis dan diskus artikularis beputar pada kepala kondil kearah posterior. Seperti sudah diperkirakan, gerak membuka maksimal umumnya lebih kecil daripada kekuatan gigitan maksimal (menutup). Muskulus pterygoideus lateralis berfungsi menarik prosessus kondiloideus ke depan menuju eminensia artikularis. Pada saat bersamaan, serabut posterior muskulus temporalis harus relaks dan keadaan ini akan diikuti dengan relaksasi muskulus masseter, serabut anterior muskulus temporalis dan muskulus pterygoideus medialis yang berlangsung cepat dan lancar. Keadaan ini akan memungkinkan mandibula berotasi di sekitar sumbu horizontal, sehingga prosessus kondilus akan bergerak ke depan sedangkan angulus mandibula bergerak ke belakang. Dagu akan terdepresi, keadaan ini berlangsung dengan dibantu gerak membuka yang kuat dari muskulus digastricus, muskulus geniohyoideus dan muskulus mylohyoideus yang berkontraksi terhadap os hyoideum yang relatif stabil, ditahan pada tempatnya oleh muskulus infrahyoidei. Sumbu tempat berotasinya mandibula tidak dapat tetap stabil selama gerak membuka, namun akan bergerak ke bawah dan ke depan di sepanjang garis yang ditarik (pada keadaan istirahat) dari prosessus kondiloideus ke orifisum canalis mandibularis. 1.3.2. Gerak Menutup Penggerak utama adalah muskulus masseter, muskulus temporalis, dan muskulus pterygoideus medialis. Rahang dapat menutup pada berbagai posisi, dari menutup pada posisi protrusi penuh sampai menutup pada keadaan prosesus kondiloideus berada pada posisi paling posterior dalam fosa glenoidalis. Gerak menutup pada posisi protrusi memerlukan kontraksi muskulus pterygoideus lateralis, yang dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Caput mandibula akan tetap pada posisi ke depan pada eminensia artikularis. Pada gerak menutup retrusi, serabut posterior muskulus temporalis akan bekerja bersama dengan muskulus masseter untuk mengembalikan prosesus kondiloideus ke dalam fosa glenoidalis, sehingga gigi geligi dapat saling berkontak pada oklusi normal. Pada gerak menutup cavum oris, kekuatan yang dikeluarkan otot pengunyahan akan diteruskan terutama melalui gigi geligi ke rangka wajah bagian atas. Muskulus pterygoideus lateralis dan serabut posterior muskulus temporalis cenderung menghilangkan tekanan dari caput mandibula pada saat otot-otot ini berkontraksi, yaitu dengan sedikit mendepresi caput selama gigi geligi menggeretak. Keadaan ini berhubungan dengan fakta bahwa sumbu rotasi mandibula akan melintas di sekitar ramus, di daerah manapun di dekat orifisum canalis mandibular. Walaupun demikian masih diperdebatkan tentang apakah articulatio temporomandibula merupakan sendi yang tahan terhadap stres atau tidak. Hasil-hasil penelitian mutakhir dengan menggunakan model fotoelastik dan dengan cahaya polarisasi pada berbagai kondisi beban menunjukkan bahwa artikulasio ini langsung berperan dalam mekanisme stres. 1.3.3. Protrusi Pada kasus protrusi bilateral, kedua prosesus kondiloideus bergerak ke depan dan ke bawah pada eminensia artikularis dan gigi geligi akan tetap pada kontak meluncur yang tertutup. Penggerak utama pada keadaan ini adalah muskulus pterygoideus lateralis dibantu oleh muskulus pterygoideus medialis. Serabut posterior muskulus temporalis merupakan antagonis dari kontraksi muskulus pterygoideus lateralis. Muskulus masseter, muskulus pterygoideus medialis dan serabut anterior muskulus temporalis akan berupaya mempertahankan tonus kontraksi untuk mencegah gerak rotasi dari mandibula yang akan memisahkan gigi geligi. Kontraksi muskulus pterygoideus lateralis juga akan menarik discus artikularis ke bawah dan ke depan menuju eminensia artikularis. Daerah perlekatan fibroelastik posterior dari diskus ke fissura tympanosquamosa dan ligamen capsularis akan berfungsi membatasi kisaran gerak protrusi ini.1.3.4. Retrusi Selama pergerakan, kaput mandibula bersama dengan discus artikularisnya akan meluncur ke arah fossa mandibularis melalui kontraksi serabut posterior muskulus temporalis. Muskulus pterygoideus lateralis adalah otot antagonis dan akan relaks pada keadaan tersebut. Otot-otot pengunyahan lainnya akan berfungsi mempertahankan tonus kontraksi dan menjaga agar gigi geligi tetap pada kontak meluncur. Elastisitas bagian posterior discus articularis dan capsula articulatio temporomandibularis akan dapat menahan agar diskus tetap berada pada hubungan yang tepat terhadap caput mandibula ketika prosesus kondiloideus bergerak ke belakang. 1.3.5. Gerak lateral Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya untuk mendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis sedangkan tonus kontraksinya akan tetap dipertahankan oleh otot-otot pengunyahan lain yang terdapat pada sisi tersebut. Pada sisi berlawanan prosesus kondiloideus dan diskus artikularis akan terdorong ke depan ke eminensia artikularis melalui kontraksi muskulus pterygoideus lateralis dan medialis, dalam hubungannya dengan relaksasi serabut posterior muskulus temporalis. Jadi, gerak mandibula dari sisi satu ke sisi lain terbentuk melalui kontraksi dan relaksasi otot-otot pengunyahan berlangsung bergantian, yang juga berperan dalam gerak protrusi dan retrusi8. Pada gerak lateral, caput mandibula pada sisi ipsilateral, ke arah sisi gerakan, akan tetap ditahan dalam fosa mandibularis. Pada saat bersamaan, caput mandibula dari sisi kontralateral akan bergerak translasional ke depan. Mandibula akan berotasi pada bidang horizontal di sekitar sumbu vertikal yang tidak melintas melalui caput yang cekat, tetapi melintas sedikit di belakangnya. Akibatnya, caput ipsilateral akan bergerak sedikit ke lateral, dalam gerakan yang dikenal sebagai gerak.

BAB IIMETODE2. 2.1. Alat dan Bahana. Maskerb. Sarung tanganc. Jangkad. Penggarise. Stetoskopf. Senterg. Spidolh. Lap putih2.2. Prosedur Percobaan2.2.1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi1) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Operator telah siap menggunakan sarung tangan steril dan masker.3) Melakukan palpasi 0,5 1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut.4) Memeriksa dan mencatat posisi dan gerakan kondili pada saat membuka mulut dan menutup mulut.5) Memeriksa dan mencatat apakah gerakan kondili simetri kanan dan kiri.6) Memeriksa dan mencatat apakah terjadi hambatan geraka kondili. Adanya kelainan pada intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan rasa sakit pada saat sendi gerak.

2.2.2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi1) Orang coba berada dalam posisi tegak dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Melakukan pemeriksaan pada daerah sendi dengan menggunakan stetoskop.3) Mengamati dan mendengarkan bunyi yang timbul saat membuka dan menutup mulut, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping. Adanya kelainan dan inkoordinasi antara diskus dan kondil bias menimbulkan bunyi pada sendi.2.2.3. Pemeriksaan Gerakan MandibulaA. Gerakan Membuka Mulut Maksimal1) Orang coba berada dalam posisi duduk tegak dengan posisi kepala sejajar lantai.2) Meminta orang coba untuk membuka mulut.3) Memasukkan 3 jari tangan kanan ke dalam mulut.4) Mengamati apakah jari dapat masuk ke dalam mulut, jika sakit atau tidak dapat dimasukkan tidak boleh dipaksa.5) Selain cara pada butir 2, dapat pula langsung diukur menggunakan jangka dan penggaris.6) Mencatat berapa besar pergerakan normal maksimal mandibular dari orang coba.7) Mengulangi langkah pada butir 1-6 pada orang coba dengan jenis kelamin berbeda.B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut1) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan operator pada kedua kondil orang coba atau sekitar 0,5 1 cm di depan meatus acusticus externus.3) Menginstruksikan orang coba untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh.4) Memperhatikan dan mencatat perubahan gerakan kedua kondil.5) Mencatat berapa lama ketahanan orang coba untuk membuka mulut secara maksimal.C. Gerakan Mandibula ke Anterior dan Posterior1) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan operator pada kedua kondil orang coba atau sekitar 0,5 1 cm di depan meatus acusticus externus.3) Menginstruksikan orang coba untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh, dilanjutkan menggerakkan mandibular ke arah antero-posterior (depan dan belakang).4) Memperhatikan dan mencatat perubahan gerakan kedua kondil.D. Gerakan Mandibula ke Lateral1) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan operator pada kedua kondil orang coba atau sekitar 0,5 1 cm di depan meatus acusticus externus.3) Menginstruksikan orang coba untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh, dilanjutkan menggerakkan mandibular ke lateral (samping).4) Memperhatikan dan mencatat perubahan gerakan kedua kondil.E. Koordinasi Gerakan Mandibula1) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan operator pada kedua kondil orang coba atau sekitar 0,5 1 cm di depan meatus acusticus externus.3) Menginstruksikan orang coba untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh.4) Memperhatikan dan mencatat perubahan gerakan kedua kondil, apakah gerakan dan tonjolan dirasakan simetris.F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut1) Memilih orang coba yang lain, dan satu seri percobaan ini dilakukan oleh orang yang sama.2) Menyiapkan orang coba dalam posisi duduk dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.3) Menginstruksikan orang coba untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah.4) Mencatat berapa lama ketahanan orang coba untuk membuka mulut secara maksimal.5) Mengistirahatkan selama 10 menit.6) Mengulangi langkah 2-5 tetapi setengah dari waktu timbul kelelahan dilakukan pemijatan pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut maksimal.7) Mencatat waktu timbulnya kelelahan.8) Melakukan istirahat kembali selama 10 menit.9) Mengulangi langkah 2-5 tetapi setengah dari waktu timbul kelelahan dilakukan pemajanan dengan sinar infrared pada otot pembuka mulut, sambil tetap membuka mulut maksimal (sebelum percobaan ditutup mata orang coba dengan lap putih agar tidak terpajan sinar infrared).10) Mencatat waktu timbul kelelahan.2.2.4. Gerakan STM pada Beberapa Posisi Kepala1) Orang coba berada dalam posisi duduk tegak dengan posisi kepala sejajar dengan lantai.2) Dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik, palpasi posisi kondil, dan memberi tanda puncak kondil dan tragus dengan spidol.3) Mengukur jarak puncak kondil dan tragus.4) Menginstruksikan orang coba untuk duduk tenang.5) Dalam posisi kepala menunduk, palpasi puncak kondil dengan posisi yang baru dengan spidol.6) Mengukur jarak puncak kondil dengan tragus yang baru.7) Memperhatikan dan mencatat perubahan gerakan mandibular yang dirasakan.8) Mencatat jarak pergeseran kondilus.9) Melakukan percobaan ulang seperti langkah 1-8 dengan posisi menengadah, terlentang, dan miring ke samping.2.3. Data Hasil Percobaan2.3.1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiJenis KelaminOrang CobaGerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/)

LAsimetri (kondil kanan lebih menonjol)

PAsimetri (kondil kanan lebih menonjol)

2.3.2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara AuskultasiJenis KelaminOrang CobaGerakan STM (sakit/krepitasi/clicking/popping/)

LTidak sakit, krepitasi

PTidak sakit, tidak ada bunyi

2.3.3. Pemeriksaan Gerakan MandibulaJenis KelaminOrang Coba(A) Jarak Maksimal(B) Waktu Maksimal

L3,2 cm30,4 detik

P7 cm55,5 detik

Jenis KelaminOrang CobaGerakan MandibulaPerubahan Kondil

P(C) Antero-posteriorAnterior: kondil bergerak antero-inferiorPosterior: kondil bergerak postero-superior

P(D) LateralKondil bergerak latero-inferior

P(E) Koordinasi gerakanAntero-posterior: simetriLateral : simetri

Jenis KelaminOrang CobaLamanya membuka mulut secara maksimalWaktu sampai timbul kelelahan

PWaktu maksimal (ex. X menit)48,4 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0,5 dari X menit + pemijatan)1 menit + 36 detik

Istirahat 10 menit

dari waktu maksimal (0,5 dari X menit + pajanan sinar infrared1 menit + 57 detik

2.3.4. Pemeriksaan Gerakan STM pada Beberapa Posisi KepalaJenis KelaminOrang CobaPosisi KepalaJarak kondil-tragus

LTegak lurus1,8 cm

LMenunduk1,7 cm

LMenengadah1,5 cm

LTerlentang2,2 cm

LKe samping1,5 cm

LIstirahat1,5 cm

BAB IIIPEMBAHASAN3. 3.1. Percobaan Sendi Temporomandibula3.1.1. Pemeriksaan Gerakan STM Secara PalpasiPada pemeriksaan gerakan sendi temporomandibula secara palpasi pada orang coba dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan, didapatkan hasil yang tidak normal yaitu saat orang coba membuka dan menutup mulut, kondil kana lebih menonjol daripada kondil kiri atau keadaan kondil yang asimetris. Keadaan seperti ini dapat disebabkan karena beberapa faktor antara lain posisi tidur, mengunyah satu sisi, dll.3.1.2. Pemeriksaan Bunyi STM Secara AuskultasiGerakan sendi temporomandibula pada orang coba dengan jenis kelamin laki-laki menunjukkan adanya bunyi krepitasi saat pergerakannya tetapi tidak terasa sakit. Sedangkan pada orang coba perempuan tidak terdengar adanya bunyi krepitasi, clicking, ataupun popping dan tidak ada rasa sakit. Adanya bunyi krepitasi dapat dihasilkan oleh gerakan diskus artikularis melewati permukaan yang tidak rata yang disebabkan oleh penyakit degeneratif.3.1.3. Pemeriksaan Gerakan MandibulaPada pemeriksaan gerakan mandibula dilakukan pergerakan mandibula ke arah antero-posterior, lateral, serta dilakukan pemeriksaan koordinasi gerakan mandibular. Saat mandibula bergerak ke arah anterior, kondil bergerak ke antero-inferior dan postero-superior saat mandibula digerakkan kea rah posterior. Saat mandibula digerakkan ke arah lateral (kanan dan kiri), kondil bergerak ke latero-inferior. Sedangkan untuk koordinasi gerakan mandibula arah antero-posterior dan lateral adalah simetri.Selain pemeriksaan di atas, dilakukan juga percobaan untuk mengetahui pengaruh pemajanan sinar infrared dan pemijatan terhadap kelelahan pada gerakan membuka mulut maksimal. Didapatkan waktu maksimal membuka mulut adalah 48,4 detik, dari waktu maksimal + pemijatan adalah 1 menit + 36 detik, sedangkan dari waktu maksimal + pajanan sinar infrared adalah 1 menit + 57 detik. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa dengan dilakukannya pemijatan dan pemajanan sinar infrared dapat mencegah terjadinya kelelahan saat membuka mulut maksimal. Hal ini terjadi karena dengan dilakukannya pemijatan maupun pemajanan sinar infrared akan menimbulkan peningkatan suhu pada otot membuka mulut yang dapat merelaksasi otot-otot tersebut sehingga mencegah timbulnya lelah.3.1.4. Pemeriksaan Gerakan STM pada Beberapa Posisi KepalaBerdasarkan hasil percobaan, jarak kondil-tragus pada beberapa posisi kepala adalah berbeda. Pada posisi kepala tegak lurus didapatkan jarak sebesar 1,8 cm, menunduk 1,7 cm, menengadah 1,5 cm, terlentang 2,2 cm, ke samping 1,5 cm, dan saat istirahat sebesar 1,5 cm.Perbedaan jarak kondil dan tragus ini disebabkan karena pergerakan kondil yang berubah-ubah pada setiap posisi sedangkan tragus tetap pada posisinya.3.2. Pertanyaan dan Jawaban1) Apa yang menyebabkan bunyi sendi?Jawab: Munculnya bunyi-bunyi abnormal pada STM disebabkan karena adanya perubhan letak, bentuk dan fungsi dari komponen STM. 2) Apa perbedaan krepitus, clicking dan popping?Jawab: Krepitus merupakan bunyi sperti mengerat atau gemertak yang menunjukkan adanya perubahan degenerasi, sedangkan clicking merupakan bunyi berdebuk yang muncul pada saat membuka ataupun menutup mulut, sedangkan bunyi popping merupakan bunyi abnormal pada STM yang berupa bunyi mirip letupan.3) Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut?Jawab: Pada saat gerakan membuka, processus condylus dan diskus artikularis akan meluncur menuruni eminansia artikularis dan diskus artikularis akan berputar ke arah posterior dari condyl. Hal ini menyebabkan angulus mandibula bergerak ke belakang dan dagu terdepresi sehingga mulut terbuka. Sedangkan pada gerak menutup mulut, condyl yang tadinya meluncur menuruni eminensia artikularis, akan bergerak naik ke atas sepanjang eminensia artikularis, sedangkan diskus artikularis akan berputar ke arah anterior condyl. Kemudian condyl ada menempati tempat awalnya yaitu di fossa glenoidal dan mulut pun tertutup.

4) Kenapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?Jawab: Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sendi temporomandibular nya. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM. 5) Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Iya. Karena posisi tidur berpengaruh pada pemberian tekanan pada STM di kedua sisi mandibula. Contoh pada posisi tidur miring ke salah satu sisi (kiri) menyebabkan beban tubuh cenderung teralokasikan ke STM di sisi kiri mandibula. Apabila keadaan ini terus berlanjut dari hari ke hari, hal ini akan menimbulkan gangguan pada STM kiri yang bisa berakibat adanya inkoordinasi gerakan dari STM mandibula.6) Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Karena pada saat membuka mulut secara maksimal, otot-otot mastikasi yang berkontraksi pada keadaan ini (M. Pterygoideus lateralis) akan bekerja lebih keras sehingga menimbulkan kelelahan. Kondisi ini menyebabkan otot akan mengalami kelelahan dan timbul rasa nyeri.7) Apakah fungsi pemijatan pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Pemijitan merupakan salah satu cara dalam pemulihan kelelahan otot. Ketika seseorang dipijat, terutama pada bagian yang mengalami kelelahan otot, daerah yang dipijat atau ototnya menjadi tidak tegang serta pembuluh darah melebar sehingga banyak oksigen dari nutrisi yang tersuplai yang mengurangi kelelahan otot.8) Apakah fungsi infrared pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya.Jawab: Pengaruh sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler membesar, dan meningkatkan temperatur kulit serta memperbaiki sirkulasi darah sehingga kelelahan dapat segera pulih. Sinar inframerah yang dapat menembus cukup dalam kebawah lapisan kulit telah terbukti secaraefektif dapat memulihkan rasa sakit dan pegal akibat ketegangan otot ataupun persendian. Kehangatan sinar inframerah yang memberi rasa nyaman menembus kedalam kulit sehingga memperlancar aliran darah sekaligus menghangatkan otot. Pada saat otot menghangat maka otomatis akan menjadi kedur dan rileks. Selain itu dengan meningkatnya sirkulasi darah yangmembawa oksigen maka penyembuhan otot pun berlangsung dengan lebih cepat. Lampu infrared 150 Watt Philips dengan extra focus memberikan cakupan wilayah efektif seluas 20x30 cm untukdapat menjangkau keseluruhan wilayah seperti pundak, paha, betis.Adanya pemijatan, otot menjadi lemas & pembuluh darah halus didalamnya melebar sehingga lebih banyak oksigen dan nutrisi tersedia untuk jaringan otot. Toksin yg menyebabkan pegalpun dapat segera dibawa aliran darah untuk dibuang dinetralkan

4. BAB IVKESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Gerakan mandibula yang tidak selaras itu bisa saja disebabkan karena adanya gangguan pada sendi temporomandibular. Hal tersebut bisa saja disebabkan karena oklusi gigi yang tidak sempurna, penggunaan otot mastikasi yang berlebihan dan tidak seimbang, ataupun kebiasaan-kebiasaan abnormal (menggigit jari, bibir, bruxism,dll) yang bisa menyebabkan gangguan pada STM. 2. Pemijatan dan pemajanan sinar infrared dapat mencegah terjadinya lelah saat membuka mulut maksimal.3. Beberapa posisi kepala berpengaruh terhadap gerakan mandibula (jarak kondil dengan tragus).

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan AS, Assael LA. 1991. Temporomandibular Disorder. Philadelphia: WB Saunders Company.Suhartini, drg dkk. 2015. Oklusi Gigi dan Sendi Temporomandibula Edisi II. Jember: Bagian Biomedik-Fisiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.Suryonegoro, H. Pencitraan Temporo Mandibular Disorder Klicking Jurnal PDGI:182-188.Viona Tang, Velyn. 2000. Rasa Sakit pada Sendi Temporomandibula Akibat Stress. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.