laporan sop

21
PENGAMATAN LAPANG DENGAN PENYIMPANAN DINGIN (Laporan Praktikum Satuan Operasional II) Oleh Devi Hanafiarti 1114051014 Isnaini Rahmadi 1114051028 M. Ferdiansyah 0814051054 Nur Anisa H. T. F. 1114051016 Ryan Ajie Nugroho 1014051074 Rosi Mauliana Sari 1114051050 Widya Astari 1114051064 Yoan Martian Sari 1114051066 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Upload: widya-astari

Post on 27-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan SOP

PENGAMATAN LAPANG DENGAN PENYIMPANAN DINGIN

(Laporan Praktikum Satuan Operasional II)

Oleh

Devi Hanafiarti 1114051014

Isnaini Rahmadi 1114051028

M. Ferdiansyah 0814051054

Nur Anisa H. T. F. 1114051016

Ryan Ajie Nugroho 1014051074

Rosi Mauliana Sari 1114051050

Widya Astari 1114051064

Yoan Martian Sari 1114051066

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2013

Page 2: Laporan SOP

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya proses-proses metabolisme (transpirasi atau

penguapan,respirasi atau pernafasan, dan pembentukan tunas) dari

bahan nabati seperti sayur-sayuran dan buah-buahan atau dari bahan

hewani akan berlangsung terus meskipun bahan-bahan tersebut telah

dipanen ataupun hewan telah disembelih.Proses metabolisme ini terus

berlangsung sampai bahan menjadi mati dan akhirnya membusuk. Suhu

dimana proses metabolisme ini berlangsung dengan sempurna disebut

sebagai suhu optimum (Julianti, 2010).

Hasil pertanian yang baru dipanen akan mengalami kerusakan

fisiologis karena proses metabolisme masih terus berlangsung.

Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan

fisiologis, kerusakan enzimatismaupun kerusakan mikrobiologis. Pasca

pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginandan

pembekuan. Pendinginan dan pembekuan, merupakan salah satu cara

pengawetan yang tertua (Julianti, 2010). Pendinginan dan pembekuan juga

dapat menghambat proses metabolisme mikroorganisme dan reaksi-

reaksi enzimatis serta reaksi-reaksi kimia lainnya pada bahan. Karena

pendinginan dan pembekuan sifatnya hanya menghambat pertumbuha

mikroorganismen maka mikroorganisme tersebut dimungkinkan dapat

aktif kembali apabila bahan tersebut dikeluarkan daei tempat

pendinginan (Santoso, 2010).

Pendinginan merupakan suatu kegiatan yang hampir ditemukan setiap

hari dalam lingkungan kita. Kegunaan umum pendinginan adalah untuk

pengawetan, penyimpanan dan distribusi bahan pangan yang rentan

Page 3: Laporan SOP

rusak. Kelayakan bahan pangan untuk dikonsumsi dapat diperpanjang

dengan penurunan suhu, karena dapat menurunkan reaksi dan

penguraian kimiawi oleh bakteri. Pendinginan tidak dapat

meningkatkan mutu bahan pangan, hasil terbaik yang dapat diharapkan

hanyalah mempertahankan mutu tersebut pada kondisi terdekat dengan

saat akan memulai proses pendinginan. Hal ini berarti mutu hasil

pendinginan dipengaruhi oleh mutu bahan pada saat awal proses

pendinginan. Pada buah-buahan atau sayur-sayuran, pengendalian

proses pendinginan merupakan faktor kritis karena dapat menyebabkan

chilling injury bila dibawah suhu tertentu. Beberapa produk pertanian

mempunyai nilai toleransi yang berbeda- beda terhadap suhu

Pendinginan adalah penyimpanan bahan pangan di atas titik beku (-2-

16oC) sedangkan pembekuan adalah peyimpanan bahan pangan di

bawah titik beku. Penyimpanan bahan makanan pada suhu rendah tidak

hanya mengurangilaju respirasi, tapi juga menghambat pertumbuhan

kebanyakan mkroorganisme penyebab kebusukan. Pendinginan dan

pembekuan tidak dapat meningkatkan kualitas bahkan dalam kondisi

optimum perlakuan ini hanya dapat mempertahankan kualitas dalam

batas waktu tertentu (Julianti, 2010).

Pendinginan umumnya merupakan suatu metode pengawetan yang

ringan, pengaruhnya kecil sekali terhadap mutu bahan pangan secara

keseluruhan. Oleh sebab itu pendinginan seperti di dalam lemari es

sangat cocok untuk memperpanjang kesegaran atau masa simpan

sayuran dan buah-buahan. Sayuran dan buah-buahan tropis tidak tahan

terhadap suhu rendah dan ketahanan terhadap suhu rendah ini berbeda-

beda untuk setiap jenisnya. Telah kita ketahui bahwa penyimpanan

dingin sangat penting dalam mempertahankan mutu bahan pangan, ,aka

dari itu dilakukan praktikum ini untuk mengetahui proses yang terjadi

selama pemdinginan berlangsung.

Page 4: Laporan SOP

B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang penyimpanan dingin pada produk pangan dan

agroindustri.

2. Mengetahui pengaruh pendinginan pada bahan pangan.

Page 5: Laporan SOP

II. METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada Hari Minggu 05 Mei 2013 , di Supermarket Ramayana Robinson Bandar Lampung.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu kamera foto.

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu produk-produk makanan yang disimpan pada suhu dingin.

C. Diagram Alir

Ditentukan tempat untuk proses pengamatan

Praktikan mengunjungi tempat untuk pengamatan yaitu di Ramayana Robinson Bandar Lampung

Dipilih produk makanan yang memerlukan proses pendinginan

Produk diamati dan dilihat batas kadaluarsa serta suhu pendinginannya

Diambil gambar untuk beberapa sampel yang diamati

Dilakukan pembahasan pada hasil pengamatan

Page 6: Laporan SOP

III. PEMBAHASAN

Kegiatan pengamatan kali ini mengamati jenis produk hasil pertanian yang

diawetkan dengan disimpan pada suhu dingin seperti buah kurma, kelengkeng dan

anggur. Namun tidak semua bahan hasil pertanian dapat diawetkan dalam suhu

rendah, hal ini bergantung pada laju respirasi dan produksi etilen yang dihasilkan.

Selain itu, karakteristik penting produk pascapanen sayuran dan buah-buahan

adalah bahan tersebut masih hidup dan masih melanjutkan fungsi metabolisme.

Aktivitas metabolisme pada buah dan sayuran segar dicirikan dengan adanya

proses respirasi. Respirasi menghasilkan panas yang menyebabkan terjadinya

peningkatan panas.

C6H12O6 + O2 -------------> CO2 + H2O + Energi + panas

Sehingga proses kemunduran seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan

mikroorganisme akan semakin meningkat. Dalam proses respirasi ini, bahan

tanaman terutama kompleks karbohidrat dirombak menjadi bentuk karbohidrat

yang paling sederhana (gula) selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi.

Hasil sampingan dari respirasi ini adalah CO2, uap air dan panas (Salunkhe dan

Desai, 1984). Semakin tinggi laju respirasi maka semakin cepat pula perombakan-

perombakan tersebut yang mengarah pada kemunduran dari produk tersebut.

Sehingga laju respirasi sering digunakan sebagai index yang baik untuk

menentukan masa simpan pascapanen produk segar (Ryal dan Lipton, 1972). Hal

inilah yang menjadi pertimbangan dalam penanganan pascapanen produk buah

karena keadaan fisiologis produk mempengaruhi laju respirasi buah.

Berbagai produk mempunyai laju respirasi berbeda, umumnya tergantung pada

struktur morfologi dan tingkat perkembangan jaringan bagian tanaman tersebut

(Kays, 1991). Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang

Page 7: Laporan SOP

berkaitan erat dengan; kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik,

kehilangan nilai nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk

segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam lingkunngan yang dapat

memeperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk,

mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2 , dan menjaga

kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut. Dari produk

yang diamati terlihat buah anggur dan kurma disimpan dalam suhu yang sama,

sedangkan kelengkeng disimpan dalam suhu kamar tapi sejuk. Hal ini karena laju

respirasi kurma sangat rendah dan buang anggur laju respirasinya rendah. Maka

kedua prosuk tersebut harus disimpan dalam suhu 50C. Suhu rendah akan

menurunkan aktivitas insekta dan dalam jangka waktu yang cukup lama dapat

membunuh insek tersebut. Kurma yang segar mengandung kadar air dan vitamin

yang lebih banyak, tetapi rendah kandungan energi siap pakainya. Sementara

kurma yang tidak segar (kering) tinggi akan kandungan energi siap pakai, namun

kandungan air dan beberapa vitamin lebih rendah, bahkan kandungan vitamin C-

nya hilang. Buah anggur sendiri dapat bertahan dalam suhu -1 sampai 40C dengan

umur simpan 4-8 minggu. Suhu lebih rendah akan mengendalikan banyak

mikroorganisme penyakit yang menyebabkan pembusukan. Untuk buah yang

dimakan tanpa kulitnya seperti kelengkeng tak perlu dicuci dulu sebelum

disimpan. Tapi tidak boleh ada kotoran yang tertinggal. Kelengkeng juga bisa

dimasukkan lemari es tapi dengan suhu yang berbeda dengan kurma dan anggur.

Hal ini karena kulit kelengkeng yang tebal dan keras mampu menjaga laju

respirasi buah menjadi lebih sedikit.

Penyimpanan pada suhu rendah dapat menghambat kerusakan makanan, antara

lain kerusakan fisiologis, kerusakan enzimatis maupun kerusakan mikrobiologis.

Pada pengawetan dengan suhu rendah dibedakan antara pendinginan dan

pembekuan. Pendinginan atau refrigerasi ialah penyimpanan dengan suhu rata-rata

yang digunakan masih di atas titik beku bahan. Kisaran suhu yang digunakan

biasanya antara – 1oC sampai 4oC. Pada suhu tersebut, pertumbuhan bakteri dan

proses biokimia akan terhambat. Pendinginan biasanya akan mengawetkan bahan

pangan selama beberapa hari atau beberapa minggu, tergantung kepada jenis

Page 8: Laporan SOP

bahan pangannya. Pendinginan yang biasa dilakukan di rumah tangga adalah

dalam lemari es yang mempunyai suhu –2oC sampai 16oC (Ossiris, 2011).

Pembekuan atau freezing ialah penyimpanan di bawah titik beku bahan, jadi

bahan disimpan dalam keadaan beku. Pembekuan yang baik dapat dilakukan pada

suhu kira-kira –17 oC, bahkan lebih rendah dari –17 oC. Pembekuan yang baik

biasanya dilakukan pada suhu antara – 12 oC sampai – 24 oC. Pada suhu ini

pertumbuhan bakteri berhenti. Dengan pembekuan, bahan akan tahan sampai

bebarapa bulan, bahkan kadang-kadang beberapa tahun. Jumlah mikroba yang

terdapat pada produk yang didinginkan atau yang dibekukan sangat tergantung

kepada penanganan atau perlakuan-perlakuan yang diberikan sebelum produk itu

didinginkan atau dibekukan, karena pada kenyataannya mikroba banyak berasal

dari bahan mentah/ bahan baku. Setiap bahan pangan yang akan didinginkan atau

dibekukan perlu mendapat perlakuan-perlakuan pendahuluan seperti pembersihan,

blansing, atau sterilisasi, sehingga mikroba yang terdapat dalam bahan dapat

sedikit berkurang atau terganggu keseimbangan metabolismenya (Ossiris, 2011).

Teknik refrigerasi adalah teknik pengambilan panas dari suatu benda atau ruangan

yang bersuhu lebih rendah dari lingkungan alamiahnya. Teknik refrigerasi

merupakan penerapan termodinamika dan perpindahan panas/massa, yang

termasuk dalam cakupan bidang konversi energi. Salah satu jenis mesin refrigerasi

yang umum digunakan pada zaman sekarang adalah jenis kompresi uap. Mesin

pendingin jenis ini bekerja secara mekanik dan perpindahan panas dilakukan

dengan memanfaatkan sifat refrigeran yang berubah dari fase cair ke fase gas

(uap) kemudian ke fase cair kembali secara berulang. Proses pendinginan

merupakan proses yang populer untuk penyimpanan produk-produk pertanian.

Dengan menurunkan suhu suatu produk, aktivitas enzim dan mikroba yang ada

akan berkurang, sehingga penurunan mutu atau kerusakan dapat dihambat

(Syarief dan Kumendong, 1992).

 

Pengendalian buah-buahan dengan proses pendinginan merupakan faktor kritis,

karena dapat menyebabkan chilling injury bila dibawah suhu tertentu. Buah-

Page 9: Laporan SOP

buahan tropis tidak tahan terhadap suhu rendah. Ketahanan terhadap suhu rendah

ini berbeda-beda untuk setiap jenisnya. Sebagai contoh, buah pisang dan tomat

tidak boleh disimpan pada suhu lebih rendah dari 13°C karena akan mengalami

chilling injury, yaitu kerusakan karena suhu rendah. Buah pisang yang disimpan

pada suhu terlalu rendah kulitnya akan menjadi bernoda hitam atau berubah

menjadi coklat, sedangkan buah tomat akan menjadi lunak karena teksturnya

rusak. Chilling injury terjadi jika buah disimpan di ruangan dengan suhu di bawah

suhu yang dapat ditoleransi oleh buah sehingga buah mengalami luka atau

kerusakan.

Permasalahan lain dalam pendinginan buah-buahan yaitu kerusakan yang

disebabkan oleh bahan pendingin atau refrigerant. Refrigerant yang umum

digunakan yaitu ammonia. Apabila ammonia ini masuk ke dalam pendingin yang

disebabkan oleh kebocoran pipa ada kebocoran pada pipa zat pendingin, maka

akan terjadi perubahan warna pada bagian luar bahan pangan yang didinginkan

berupa warna coklat atau hitam kehijau-hijauan. Kalau proses ini berjalan lebih

lanjut, maka akan diikuti oleh proses pelunakan jaringan-jaringan buah-buahan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dapat dilakukan perlakuan pra-

pendinginan. Perlakuan pra-pendinginan adalah pemberian udara tinggi

bertekanan di dalam kamar dingin. Dengan menggunakan perlakuan pra-

pendinginan ini dapat menurukan suhu buah-buahan dan menekan penguapan

serta mengurangi kehilangan hasil (Rachmawan, 2001).

Precooling segera sesudah panas akan meningkatkan umur simpan dari buah-

buahan. Juga, penyimpanan System Controlled Atmosphere (AC Storage) dapat

mengurangi respirasi dan dapat menunda kerusakan produk oleh proses kimia.

Kotrol atmosfir hendaknya diusahakan agar dapat mempertahankan tingkat

oksigen yang rendah (3-5%) dan konsentrasi karbondioksida yang tinggi (3-10%).

Sistem lain yang diketahui dapat mengamankan buah-buahan yaitu sistem

dehydro-freezing. Sistem ini melibatkan dua proses yaitu dehidrasi dan

pembekuan secara parsial. Proses dehidrasi akan mengurangi beban refrigerasi

dalam proses pembekuan dan mengurangi berat bagi transportasi. Dalam dehidrasi

Page 10: Laporan SOP

sederhana dijumpai kerusakan produk pada tahap akhir pengeringan. Sistem

dehydro-freezing dapat menghilangkan kerusakan semacam itu (Syarief dan

Kumendong, 1992).

Menurut Muchtadi (1992) Kualitas dari produk buah olahan tergantung pada

kualitas buah tersebut sebelum dilakukan pengolahan. Oleh sebab itu sangat

penting diketahui beberapa hal penting seperti waktu panen yang tepat, cara

pemanenan yang baik, penanganan setelah panen, serta cara mempertahankan

mutu buah segar setelah panen. Buah memiliki masa simpan yang relatif rendah

sehingga buah dikenal sebagai bahan pangan yang cepat rusak dan hal ini sangat

berpengaruh terhadap kualitas masa simpan buah. Mutu simpan buah sangat erat

kaitannya dengan proses respirasi dan transpirasi selama penanganan dan

penyimpanan di mana akan menyebabkan susut pasca panen seperti susut fisik

yang diukur dengan berat; susut kualitas karena perubahan wujud (kenampakan),

cita rasa, warna atau tekstur yang menyebabkan bahan pangan kurang disukai

konsumen; susut nilai gizi yang berpengaruh terhadap kualitas buah.

Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan

transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan

suhu udara. Pada umumnya komoditas yang mempunyai umur simpan pendek

mempunyai laju respirasi tinggi atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan

Sutardi, 1990). Dengan menggunakan sistem dan penanganan yang tepat,

diharapkan akan meningkatkan kualitas buah segar tersebut. Beberapa bentuk

kualitas yang perlu diperhatikan pada buah segar yaitu: penampilan buah (kondisi

luar buah), tekstur (firmness, crispness, dan juiceness), flavor, serta kandungan

nutrisi lainnya. Dari segi penampilan termasuk didalamnya ukuran, bentuk,

warna, dan ada tidaknya kerusakan dan luka pada buah. Sedangkan yang

dimaksud dengan flavor adalah pengukuran tingkat kemanisan (sweetness),

keasaman (acidity), astringency, rasa pahit (bitterness), aroma, dan off-flavor.

Kandungan nutrisi pada buah dapat berupa vitamin A dan C, kandungan mineral,

dietari fiber, karbohidrat, protein, antioxidan phytochemical (carotenoid,

flavonoid, dan senyawa fenol lainnya). Faktor-faktor keamanan yang juga

Page 11: Laporan SOP

mempengaruhi kualitas buah segar adalah residu dari pestisida, keberadaan logam

berat, mikotoxin yang diproduksi oleh berbagai spesies fungi dan kontaminasi

dari mikroba. (Winarno, 2004)

Pengaturan suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang

umur simpan dan mempertahankan kesegaran dari buah. Sedangkan kelembaban

(relative humidity) mempengaruhi kehilangan air, peningkatan kerusakan,

beberapa insiden kerusakan fisiologi, dan ketidakseragaman buah pada saat masak

(ripening). Pengaturan kelembaban yang optimal pada penyimpanan buah antara

85 sampai dengan 90%. Kemudian komposisi atmosfir dalam hal ini terdiri dari

oksigen, karbondioksida, dan gas etilen dapat menyebabkan pengaruh yang besar

terhadap respirasi dan umur simpan buah. (AAK, 2000). Mutu simpan buah akan

lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan transpirasi dapat dicegah dengan

meningkatkan kelembaban relatif, menurunkan suhu udara. Pada umumnya

komoditas yang mempunyai umur simpan pendek mempunyai laju respirasi tinggi

atau peka terhadap suhu rendah (Tranggono dan Sutardi, 1990). Pertumbuhan

organisme perusak dapat diperlambat pada suhu penyimpanan rendah, namun

komditas segar berangsur-angsur kehilangan resistensi alaminya terhadap

pertumbuhan organism perusak. Oleh karena itu lamanya umur simpan ditentukan

oleh interaksi oleh senensensi alami (kehilangan kualitas), pertumbuhan

organisme perubahan dan kepekaan terhadap cacat suhu dingin (Tranggono dan

Sutardi, 1990).

Buah kelengkeng, kurma dan anggur adalah beberapa komoditi buah-buahan yang

yang tahan suhu rendah. Hal ini karena buah ini merupakan buah non trofis,

sehingga tidak mengalami chilling injury jika disimpan pada suhu rendah.

Sehingga pengontrolan keadaan dengan suhu rendah pada komoditi ini dapat

menambah masa simpannya. Mutu bua akan terjaga apabila suhu dan kelembaban

dapat diatur secara bersamaan. Penyimpanan buah kelengkeng, kurma dan anggur

di toko-toko besar umumnya pada suhu rendah, baik pada pendinginan maupun

pembekuan. Seperti halnya pada pengamatan yang kami lakukan di salah satu

supermarket di Bandar Lampung. Buah-buahan ini dipilih sebagai objek

Page 12: Laporan SOP

pengamatan karena buah-buahan ini memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi

dan hanya dapat tumbuh dengan baik pada tempat tertentu. Sebagai contoh kurma,

yang hanya akan berbuah baik pada daerah Timur Tengah, sehingga untuk

menjaga mutunya dapat dilakukan pada suhu rendah.

Page 13: Laporan SOP

KESIMPULAN

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan.

Adapun kesimpulannya yaitu antara lain:

1. Masa simpan produk segar dapat diperpanjang dengan menempatkannya dalam

lingkunngan yang dapat memperlambat laju respirasi dan transpirasi melalui

penurunan suhu produk.

2. Tidak semua bahan hasil pertanian dapat diawetkan dalam suhu rendah, hal ini

bergantung pada laju respirasi dan produksi etilen yang dihasilkan.

3. Pengendalian buah-buahan dengan proses pendinginan merupakan faktor kritis,

karena dapat menyebabkan chilling injury bila dibawah suhu tertentu.

4. Karakteristik penting produk pascapanen sayuran dan buah-buahan adalah

bahan tersebut masih hidup dan masih melanjutkan fungsi metabolisme.

5. Mutu simpan buah akan lebih bertahan lama jika laju respirasi rendah dan

transpirasi dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban relatif,

menurunkan suhu udara

Page 14: Laporan SOP

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kanisius (AAK). 2000. Petunjuk Praktik Bertanam Buah dan Sayur.

Kanisius. Jakarta.

Kays, S.J. 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van

Nostrand Reinhold, NY.

Muchtadi, Deddy. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-Buahan

(Petunjuk Laboratorium). PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Ossiris, S. 2011. Penyimpanan Bahan Pangan Suhu Rendah (Pendinginan dan

Pembekuan). http://lordbroken.wordpress.com/2011/10/01/penyimpanan-

bahan-pangan-suhu-rendah-pendinginan-pembekuan/. Diakses pada hari

minggu 5 Mei 2013

Rachmawan, Obien. 2001. Modul Dasar Pengeringan, Pendinginan dan

Pengemasan Komoditas Pertanian. Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan. Jakarta.

Ryall, A. L. and Lipton, W. J. 1972. Handling, Transportation and Storage of

Fruits and Vegetables, Vol. I: Vegetables and Melons. AVI Pub., Westport,

Connecticut.

Salunkhe, D.K. and B.B Desai. 1984. Postharvest Biotechnology of Vegetables.

Volume I. CRC Press, Inc., Boca Raton, Florida.

Sjaifullah, 1997. Petunjuk Memilih Buah Segar. PT Penebar Swadaya : Jakarta.

Page 15: Laporan SOP

Syarief, Atjeng M dan Kumendong, Jhon. 1992. Petunjuk Laboratorium

Penyimpanan Dingin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan IPB. Bogor.

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat Antar

Universitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Utama, Made. 2010. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar.

http://staff.unud.ac.id/ . diakses pada tanggal 06 Mei 2013.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT.Gramedia. Jakarta.