laporan sdn petoran.docx

21
LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI SDN PETORAN JEBRES SURAKARTA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd DISUSUN OLEH: 1. Chrisbi Adi Ibnu G (K2311013) 2. Didik Eko Saputro (K2311018) 3. Dina Nur Adilah (K2311019) 4. Khotimah (K2311040) 5. Maria Monasias N (K2311046) 6. Rezki Alif Pambudi (K2311066) 7. Suci Novira Aditiani (K2311074) PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Upload: suci-novira-aditiani

Post on 09-Feb-2016

88 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN SDN PETORAN.docx

LAPORAN OBSERVASI SEKOLAH INKLUSI

SDN PETORAN JEBRES SURAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusi

Dosen Pengampu : Dr. Nonoh Siti Aminah, M.Pd

DISUSUN OLEH:

1. Chrisbi Adi Ibnu G (K2311013)

2. Didik Eko Saputro (K2311018)

3. Dina Nur Adilah (K2311019)

4. Khotimah (K2311040)

5. Maria Monasias N (K2311046)

6. Rezki Alif Pambudi (K2311066)

7. Suci Novira Aditiani (K2311074)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: LAPORAN SDN PETORAN.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada perkembangan masa kini, terdapat anak-anak berkebutuhan khusus

di sekitar kita. Mereka memiliki berbagai keterbatasan baik secara fisik maupun

psikis. Terdapat kelainan dari dalam diri mereka sendiri sehingga mereka

membutuhkan bantuan dan pendampingan orang lain dalam menjalani

kehidupannya. Beberapa jenis anak berkebutuhan khusus yang mengalami cacat

lahiriah, misalnya tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Mereka

memerlukan penanganan khusus yang berbeda satu sama lain.

Peraturan mengenai pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus telah

diatur dalam Sisdiknas No.20 tahun 2003 Bagian 11 yang menyebutkan bahwa

pendidikan khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan

khusus atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada

tingkat pendidikan dasar dan menengah. Selain itu ada Permendiknas No.22

tahun 2006 tentang kurikulum, standar isi, serta Permendiknas No.70 tahun 2009

tentang sekolah penyelenggara pendidikan inklusif atau pendidikan khusus.

Dalam Permendiknas No.70 tahun 2009 ini menybutkan bahwa yang dimaksud

pendidikan inklusif adalah sistem penyelanggaraan pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta

didik pada umumnya. Peserta didik yang memiliki kelainan tersebut terdiri atas :

tunanetra; tuna rungu; tunawicara; tunagrahita; tunadaksa; tunalaras; berkesulitan

belajar; lamban belajar; autis; memiliki gangguan motorik; menjadi korban

Page 3: LAPORAN SDN PETORAN.docx

penyalahgunaan narkoba, obat terlarang dan zat adiktif lainnya; memiliki

kelainan lainnya; dan tunaganda.

Melihat kenyataan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang

bersekolah jumlahnya relatif masih sangat sedikit, pemerintah bergerak untuk

mencari solusi. Solusi tersebut adalah sekolah inklusi. Sekolah inklusi termasuk

hal yang baru di Indonesia umumnya. Program inklusi merupakan sebuah

program yang memungkinkan diterimanya siswa-siswa berkebutuhan khusus

untuk belajar dan memperoleh pendidikan di sekolah-sekolah biasa (regular)

bersama anak normal lainnya.

Adapun tujuan pemberian mata kuliah pendidkan inklusi pada prodi

pendidikan fisika ini bertujuan untuk mengembangkan pendidikan dan

pengetahuan sains untuk anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu kami

melakukan observasi ke salah satu sekolah inklusi untuk anak berkebutuhan

khusus yaitu SDN Petoran No.154 Jebres, Surakarta.

B. TUJUAN

1. Mengetahui identitas salah satu sekolah inklusi di Surakarta.

2. Mengetahui kriteria Anak Berkebutuhan Khusus yang diterima di sekolah

inklusi.

3. Mengetahui karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus di sekolah inklusi.

4. Mengetahui sistem pendidikan (kurikulum), metode pembelajaran, alat bantu

pembelajaran dan fasilitas di sekolah inklusi.

5. Mengetahui hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah inklusi.

6. Mengetahui perbedaan antara Sekolah Inklusi dengan Sekolah Luar Biasa.

Page 4: LAPORAN SDN PETORAN.docx

BAB II

ISI

A. IDENTITAS SDN PETORAN SURAKARTA

Sekolah Dasar Negeri Petoran berdiri pada tahun 1976 sebagai sekolah

regular. Kemudian pada tahun 2005 SDN Petoran ini mendapat SK sebagai

sekolah inklusi. Sekolah inklusi merupakan sekolah regular yang di dalamnya

ada anak berkebutuhan khusus (ABK). SDN Petoran ini terletak di Jalan Asem

Kembar RT 01/VIII Petoran, Jebres, Surakarta.

Jumlah kelas di SDN Petoran yaitu 12 kelas yang terdiri dari kelas 1A,1B,

kelas 2A, 2B, kelas 3A, 3B, kelas 4A,4B, kelas 5A,5B, dan kelas 6A,6B. Jumlah

guru sebanyak 27 guru dengan rincian 19 guru tetap (PNS) dan 8 guru tidak

tetap. Adapun jumlah total siswa di SDN Petoran yaitu 455 siswa. Sedangkan

jumlah total siswa ABK yaitu 31 siswa.

Jumlah siswa berkebutuhan khsusus dan siswa reguler tiap kelas berbeda-

beda. Jumlah total siswa dalam satu kelas rata-rata 35-40 siswa. Sedangkan

jumlah ABK sendiri tiap kelas ada yang 2 siswa dan ada pula 7 siswa.

Baik siswa regular ataupun siswa berkebutuhan khusus dibebaskan biaya

pendidikan (gratis), karena ada dana operasional dari BOS.

B. KRITERIA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS YANG DITERIMA DI

SEKOLAH INKLUSI

Dalam menerima siswa baru SDN Petoran memiliki krteria yang

disesuaikan dengan kemampuan guru serta tingkat kebutuhan ABK. Adapun

jenis ABK yang diterima di sekolah ini adalah sebagai berikut:

1. Low vision

2. Tungrahita ringan

3. Tunagrahit sedang

4. Tunadaksa ringan

Page 5: LAPORAN SDN PETORAN.docx

5. Tunaganda

6. Hiperaktif

7. Kesulitan belajar

8. Autis

Pada saat penerimaan siswa baru, pihak sekolah akan membuat

kesepakatan dengan orang tua murid. Kesepakatan tersebut yaitu murid ABK

yang tidak mampu mengikuti pelajaran (tidak naik kelas) maka pihak sekolah

akan tetap menaikkan anak tersebut, tetapi anak tersebut tidak dijinkan mengikuti

Ujian Nasional, hanya diberi kesempatan mengikuti Ujian Sekolah.

C. KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Dari hasil pengamatan di SDN Petoran, karakteristik anak berkebutuhan

khusus yang terdapat di SDN Petoran yaitu sebagai berikut:

1. Low-Vision

ABK low-vision memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Memicingkan mata saat mengamati dan membaca

b. Membaca tulisan dari jarak sangat dekat sekitar 10 cm

2. Tunagrahita

ABK tunagrahita memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Memiliki IQ yang cenderung rendah

b. Sulit mempelajari hal-hal akademik ringan

c. Kurang dinamis

d. Kurang konsentrasi

3. Tunadaksa

ABK tunadaksa memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Mudah tersinggung, mudah marah

b. Rendah diri

c. Kurang dapat bergaul

d. Pemalu

Page 6: LAPORAN SDN PETORAN.docx

4. Tunaganda

ABK tunaganda memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Kurang komunikasi

b. Perkembangan motorik dan fisik terlambat

c. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan

d. Kecenderungan lupa akan keterampilan yang sudah dikuasai

e. Kurang kemampuan dalam menolong diri sendiri

5. Hiperaktif

ABK hiperaktif memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Tidak mampu memusatkan perhatian pada satu hal

b. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk

c. Sering meninggalkan tempat duduknya

d. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang

e. Sulit untuk diatur

f. Sering memotong atau menyela pembicaraan

6. Kesulitan Belajar (Lambat Belajar)

ABK kesulitan belajar (lambat belajar)memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Lamban dalam menerima dan mengolah materi pelajaran

b. Prestasi sangat rendah di bawah rata-rata

c. Tugas-tugas akademik sering tidak selesai

d. Cenderung tidak aktif dan malas

e. Mudah terganggu konsentrasinya

f. Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf, dan nama-nama hari

7. Autis

ABK autis memiliki beberapa ciri seperti berikut :

a. Sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari

b. Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata

c. Tidak suka berbicara dengan orang lain serasa dia mempunyai dunia

sendiri

Page 7: LAPORAN SDN PETORAN.docx

D. SISTEM PENDIDIKAN (KURIKULUM), METODE PEMBELAJARAN,

ALAT BANTU PEMBELAJARAN, DAN FASILITAS DI SEKOLAH

INKLUSI

1. Sistem Pendidikan (Kurikulum)Berdasarkan Permendiknas No.70 tahun 2009 pasal 7, satuan

pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif menggunakan kurikulum

tingkat satuan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan

peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan minatnya.

Untuk anak normal pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

berdasarkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), sedangkan untuk

murid ABK berdasarkan PPI (Program Pembelajaran Individual). PPI

merupakan program pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan setiap

siswa; berpusat pada siswa dan bekerja dengan siswa.

Pada 3 bulan pertama sebagai siswa baru, murid ABK tidak langsung

diberikan materi pelajaran, tetapi murid ABK tersebut dilatih kepatuhan,

kedisiplinan, dan penyusuain (adaptasi) khususnya dalam sosialisasi dan

interaksi terhadap lingkungan sekolah. Untuk ABK ada bimbingan tambahan

pada siang hari setelah jam sekolah oleh Guru Pendamping Khusus (GPK).

Bimbingan tambahan tersebut mengulang pelajaran yang telah diajarkan

oleh guru kelas. Sehingga Guru Pendamping Khusus tersebut bertanya

terlebih dahulu tentang anak berkebutuhan khusus tersebut ke guru kelas.

Rapot hasil belajar anak berkebutuhan khusus selain nilai angka juga

terdapat deskripsi sehingga orang tua anak tersebut dapat mengetahui

perkembangan anaknya.

2. Metode Pembelajaran

Konsep pembelajaran antara kelas yang satu berbeda dengan kelas

yang lain. Metode yang diterapkan berdasarkan kebutuhan ABK di kelas

tersebut dan juga kebijakan dari guru atau wali kelas yang membimbing.

Namun cara mengajar disamakan, antara ABK dengan anak normal hanya

Page 8: LAPORAN SDN PETORAN.docx

perhatian lebih diutamakan pada anak berkebutuhan khusus. Dalam

memberikan pelajaran ada guru yang menggunakan media pembelajaran

yang mudah dipahami oleh ABK maupun anak normal. Contohnya pada

kelas 5B saat pelajaran matematika materi simetri lipat, guru memberikan

tugas kepada siswanya untuk membuat bangun-bangun datar dari kertas

kemudian membuat pola-pola lipatan dan juga simetri putar. Dengan

demikian semua siswa mampu memahami pelajaran lebih mudah terutama

ABK. Contoh lain pada kelas 3B, dimana ketika guru memberikan tugas

pada anak-anak, guru tersebut akan mendampingi murid ABK dikelasnya

dalam menuntun mengerjakan soal tersebut.

Secara umum, kondisi belajar mengajar di kelas sangat ramai dan

cenderung gaduh, sehingga pembelajaran tidak kondusif. Suasana yang

cukup gaduh ini dikarenakan jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga

kontrol terhadap siswa sangat sulit dan siswa juga sangat sulit diatur dan

diarahkan. Saat pembelajaran, siswa banyak bermain dan berbuat gaduh.

Mengenai penentuan tempat duduk, para wali kelas mempunyai

aturan sendiri dalam mengatur siswanya. Apabila dalam kelas tersebut

terdapat ABK yang hiperaktif, mereka akan ditempatkan di tempat duduk

yang sama. Karena ditakutkan mereka akan mengganggu siswa yang lain,

contohnya pada kelas 1B. Namun bila dalam kelas tersebut terdapat ABK

dengan lamban belajar, penempatan tempat duduk dicampur dengan anak

normal. Karena jika mereka duduk dalam bangku yang sama tidak akan ada

perkembangan, karena keduanya sama-sama tidak aktif. Hal ini diterapkan

oleh wali kelas 5B. Lain lagi dengan kelas 3B, ABK yang terdapat di kelas

3B merupakan ABK kategori lambat belajar sebanyak 2 anak. Dua anak

tersebut ditempatkan duduk di barisan depan. Sedangkan anak yang normal

dibagi 4 kelompok berdasarkan rangking. Kelompok 1 merupakan Rangking

1-10 , kelompok 2 merupakan rangking 11-20, kelompok 3 merupakan

rangking 21-28, dan kelompok merupakan rangking 29-36. Satu kelompok

Page 9: LAPORAN SDN PETORAN.docx

menempati tempat duduk satu deret dan tiap deret akan digilir tempat

duduknya, sehingga setiap anak pernah merasakan duduk di depan ataupun

di belakang.

3. Alat Bantu Pembelajaran

Di SDN Petoran ini tidak terdapat alat bantu khusus untuk ABK.

Tetapi ada beberapa guru yang mengusahakan alat bantu untuk menunjang

kelancaran dalam proses belajar-mengajar. Misalnya pada anak low vision,

guru membuatkan tulisan dengan huruf-huruf besar.

4. Fasilitas di SDN Petoran

Fasilitas atau sarana dan prasarana di SDN Petoran sama dengan

sekolah pada umumnya, antara lain ada ruang UKS, perpustakaan, kopersi,

ruang olahraga/tari, ruang kesejahteraan siswa, mushola, kamar mandi,

kantin, dan lain-lain. Pada umumnya, tiap kelas ada bangku dan meja, papan

tulis, lemari, rak buku, map portofolio, alat kebersihan, rak tempat minum,

gambar-gambar.

E. HAMBATAN DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH INKLUSI

Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada sekolah inklusi

terutama di SD Petoran memiliki beberapa hambatan. Hambatan tersebut dapat

berasal dari faktor pendidik (guru), peserta didik, dan fasiltas penunjang.

1. Faktor Pendidik (Guru)

Pemahaman guru mengenai anak berkebutuhan khusus sangat

kurang, karena tidak semua guru memiliki kompetensi untuk mendampingi

anak berkebutuhan khusus, umumnya guru pengajar di kelas sekolah inklusi

tidak berasal dari bidang pendidikan luar biasa (khusus). Guru hanya

dibekali materi pendidikan untuk ABK dari workshop dan diklat. Dari

workshop dan diklat tersebut, guru mendapat sedikit pengetahuan tentang

bagaimana mengatasi murid ABK.

2. Faktor Peserta Didik

Page 10: LAPORAN SDN PETORAN.docx

Sebagian siswa ABK mempunyai karakter yang malas dan tidak mampu

berkonsentrasi penuh pada pelajaran, sehingga sangat lamban dalam

menerima pelajaran. Namun ada juga sebagian siswa yang hiperaktif yang

tidak mampu memusatkan perhatian saat pelajaran karena asik dengan

aktiftasnya sendiri sehingga pelajaran tidak bisa diterima dengan baik. Hal

tersebut bisa diatasi bila guru mampu membuat suatu inovasi metode

pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan.

3. Faktor Fasilitas Penunjang

Tidak terdapat fasilitas atau alat bantu khusus yang mampu menunjang

kegiatan belajar mengajar siswa ABK di SD Petoran ini. Hal ini disebabkan

karena pada dasarnya SD Petoran adalah sekolah umum sehingga fasilitas-

fasilitas khusus tersebut tidak disediakan. Selain itu juga tidak ada dana

alokasi khusus untuk menyediakan alat bantu khusus.

F. PERBEDAAN ANTARA SEKOLAH INKLUSI DAN SEKOLAH LUAR

BIASA

Perbedaan antara sekolah inklusi dengan sekolah luar biasa antara lain :

1. Siswa di sekolah inklusi terdiri dari siswa normal dan siswa berkebutuhan

khusus (ABK), sedangkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) semuanya ABK

2. Sekolah inklusi menerima ABK dengan kriteria tertentu, sedangkan Sekolah

Luar Biasa (SLB) menerima segala kategori ABK

3. Sekolah inklusi jarang memiliki Guru Pendamping Khusus (GPK), pada

umumnya hanya guru kelas. Sedangkan pada Sekolah Luar Biasa memiliki

Guru Pendamping Khusus yang memang ahli dalam menangani ABK.

4. Alat bantu khusus pada Sekolah Luar Biasa lebih memadai daripada alat

bantu khusus di sekolah inklusi

Page 11: LAPORAN SDN PETORAN.docx

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. SDN Petoran ditetapkan sebagai sekolah inklusi sejak diberi SK dari pemerintah

pada tahun 2005

2. SDN Petoran menerima anak berkebutuhan khusus dengan kriteria yang

disesuaikan dengan kemampuan guru serta tingkat kebutuhan ABK.

3. Ada beberapa anak berkebutuhan khusus di SDN Petoran, yaitu: Low Vision,

tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, tunadaksa ringan, tunaganda, hiperaktif,

kesulitan belajar (lambat belajar), dan autis.

4. Sistem pendidikan (kurikulum) untuk anak normal berdasarkan RPP sedangkan

ABK berdasarkan PPI. Metode pembelajaran antara kelas yang satu berbeda

dengan kelas yang lain sesuai kebijakan guru pengajarnya. Alat bantu khusus di

SDN Petoran kurang memadai. Fasilitas di SDN Petoran ini sama dengan

sekolah regular pada umumnya.

5. Hambatan dalam kegiatan belajar-mengajar pada sekolah inklusi berasal dari

faktor pendidik (guru), peserta didik, dan fasiltas penunjang.

6. Perbedaan dasar antara Sekolah Inklusi dengan Sekolah Luar Biasa yaitu dari

segi peserta didik. Siswa di sekolah inklusi terdiri dari siswa normal dan siswa

berkebutuhan khusus (ABK), sedangkan di Sekolah Luar Biasa (SLB) semuanya

anak berkebutuhan khusus (ABK)

Page 12: LAPORAN SDN PETORAN.docx

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Pendidikan Nasional. 2011. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009.

Jakarta : Kemendiknas, Dirjen Pendidikan Dasar

Kementrian Pendidikan Nasional. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Republik Indonesia. Jakarta: Kemendiknas, Dirjen Pendidikan Dasar

Mulyono, Abdulrahman. 2003. Landasan Pendidikan Inklusif dan Implikasinya.

Yogyakarta: Adicita

http://wikipedia.org/sekolahinklusi

Page 13: LAPORAN SDN PETORAN.docx

LAMPIRAN