laporan pupuk

Upload: efrritdzalhardinb

Post on 12-Oct-2015

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pupuk

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangBerbicara tentang tanaman tidak akan lepas dari masalah pupuk. Dalam pertanian modern, penggunaan materi yang berupa pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan.Seperti telah diketahui bersama bahwa pupuk yang diproduksi dan beredar dipasaran sangatlah beragam, baik dalam hal jenis, bentuk, ukuran, maupun kemasannya. Pupukpupuk tersebut hampir 90% sudah mampu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman, dari unsur makro hingga unsur yang berbentuk mikro. Kalau tindakan pemupukan untuk menambah bahan-bahan yang kurang tidak segera dilakukan tanaman akan tumbuh kurang sempurna, misalnya menguning, tergantung pada jenis zat yang kurang.Menurut hasil penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Calsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur tersebut diatas.Pemberian pupuk yang baik sangat tergantung pada jenis pupuk yang diberikan dengan teknik atau cara penggunaannya yang tepat sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman seefisien mungkin. Oleh karena itu, maka dilaksanakanlah praktikum Pupuk dan Pemupukan sebagai sarana untuk pengaplikasian pupuk pada jenis tanaman dengan jenis tanah yang berbeda pula yang baik dan efisien.1.2. Tujuan dan KegunaanAdapun tujuan dari praktikum Pupuk dan pemupukan yaitu membantu mahasiswa dalam mempelajari jenis-jenis pupuk, kelebihan, dan kekurangan berbagai jenis pupuk, mengetahui perbedaan manfaat pupuk organik dan pupuk anorganik, mengetahui cara memberikan pupuk organik dan pupuk anorganik pada jenis tanah yang berbeda, serta mampu memberikan rekomendasikan pemupukan pada tanaman dengan jenis tanah yang berbeda.Kegunaan dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat menerapkan atau mengaplikasian teknik dalam pemupukan yang baik dan benar pada tanaman dengan jenis tanah yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Pupuk dan PemupukanPupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. (USU, 2011)Dalam USU Reporsitory (2011), Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk dapat diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan apabila tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan. Cara penempatan pupuk dan pemberian pupuk dalam tanah yang tepat merupakan hal sangat penting. Agar pupuk dapat dimanfaatkan tanaman secara baik, pupuk harus berada dalam daerah perakaran. Pupuk tanaman dapat berbentuk padat, cair atau gas. (USU, 2011)Macam-macam cara memupuk antara lain (Adityo Guni Waluyo, 2013):1. Ditabur atau disebar. Diterapkan untuk pupuk berupa butiran (granule) atau serbuk. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem perakarannya dangkal seperti tanaman padi.2. Larikan. Bikin larikan untuk memupuk, masukkan pupuk ke dalam larikan kemudian tutup lagi dengan tanah agar pupuk yang diberikan tidak mudah menguap. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya lebar dan teratur seperti jagung, kacang tanah, dll.3. Dimasukkan ke lubang tanam. Digunakan untuk tanaman tahunan yang sebelumnya diawali dengan pembuatan lubang tanam. Pupuk dimasukkan ke dalam lubang kemudian ditutup lagi dengan tanah.4. Pengocoran. Diterapkan untuk pupuk cair atau pupuk padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam air. Keuntungan memupuk cara ini adalah pupuk langsung diserap oleh akar tanaman yang kemudian diolah oleh daun.2.2. Tanah InceptisolTanah-tanah pada lahan kering umumnya termasuk ordo Ultisol, Oxisol dan Inceptisol (Hidayat dan Mulyani 2005). Lebih lanjut Kasno (2009) menyatakan bahwa dari ketiga ordo tanah tersebut, Inceptisol merupakan jenis tanah yang potensial untuk dikembangkan dengan luas mencapai 52,0 juta ha secara nasional. Inceptisol adalah tanah yang kecuali dapat memiliki epipedon okrik dan albik seperti tanah Entisol, juga dapat memiliki beberapa sifat penciri lain seperti horison kambik tetapi belum memenuhi bagi ordo tanah lain (Hardjowigeno, 1993). Menurut Soil Survey Staff (2010), konsep sentral Inceptisol adalah tanah-tanah dari daerah dingin atau sangat panas, lembab, sub lembab dan yang mempunyai horison kambik dan epipedon okrik. Informasi sifat tanah ini membantu dalam pengklasifikasian ke dalam sistem klasifikasi tanah baku, sehingga dapat memberikan pengetahuan awal tentang pengelolaan tanah ini, terutama dalam ekosistem lahan kering.Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerahmerahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi (Resman dkk.,2006). Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, COLE antara 0,07 dan 0,09, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 1 atm (Resman dkk., 2006). Proses pedogenesis yang mempercepat proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat, hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida, akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan, sedangkan proses pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Resman dkk.,2006). Selanjutnya, menurut Hardjowigeno, (1993) Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah yang matang dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya.Walaupun tergolong tanah subur tanah Inceptisol memiliki berbagai kendala. Kendala pada tanah tersebut adalah pH tanah yang cukup masam, daya fiksasi P tinggi, kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah dan pencucian hara cukup tinggi. Menurut Donahue (1983 dikutip Munir, 1996), produktivitas tanah Inceptsol dapat ditingkatkan jika pengelolaan terhadap pemupukan dan pengolahan tanah serta teknik budidaya dilakuakan secara tepat. Pemupukan P pada tanah Inceptisol memiliki tingkat efisiensi yang rendah (< 30%) disebabkan terikatnya P oleh Al dan Fe sehingga peyerapan P oleh akar tanaman juga rendah dan sebagian besar tersisa dalam tanah. Kesuburan alami tanah Inceptisol umumnya terdapat pada lapisan atas yang tebal dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang terjadi bukan hasil dari illuviasi, reaksi tanah yang tidak terlalu masam merupakan sifat-sifat tanah Inceptisol yang sering sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman, tetapi terdapat juga tanah Inceptisol yang bermasalah yaitu yang mengandung horizon sulfurik (cat clay) yang sangat masam yang mempengaruhi sifat kimia tanah seperti kurang tersedianya unsur-unsur hara bagi tanaman (Hardjowigeno, 2003). Pemanfaatan tanah Inceptisol untuk tanaman pangan umumnya terkendala oleh sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya, karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah. Upaya untuk mengatasi kendala pada tanah Inceptisol dilakukan dengan cara pemberian pupuk hayati mikroriza beragensi Bacillus sp. B-46, yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sehingga dapat mengurangi pemakaian pupuk dan pestisida sintetis, serta meningkatkan pendapatan petani. Aplikasi pupuk hayati mikoriza beragensi bacillus sp. B-46 pada tanaman kedelai dan cabai dapat meningkatkan serapan P, mengurangi pemakaian pupuk NPK sebesar 42-49 % dan mengurangi pemakaian pestisida sintetis 20-29 % (Rokhminarsi et. al., 2009). Pemberian pupuk hayati Mikoriza bersimbiosis Bacillus sp. B-46 saja tidak akan memberikan hasil yang maksimal untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk N-P-K juga sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman khususnya tanaman Cabai. Jenis pupuk N-P-K yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk ZA, pupuk SP-36, dan Pupuk KCl yang penggunaannya masing-masing disesuaikan dengan dosis anjuran.2.3. pH Tanah Dalam USU Repository (2011), pH tanah merupakan derajat keasaman dan kebasaan tanah yang pengukurannya didasarkan pada banyaknya konsentrasi ion hidrogen yang larut dalam tanah, tanah yang sangat asam sebagai pembatasnya. Nilai pH diukur dengan cara elektromagnetis dilaboratorium. Klasifikasi pH tanah sebagai berikut : Tabel 7. Klasifikasi pH tanahNo.KelaspH Tanah

1Sangat Masam