laporan pratikum beton dan mix design

105
BAB I ANALISA SARINGAN 1. DASAR TEORI Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi ukuran agregat halus maupn aggregate kasar dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standart tertentu yang ditunjukkan dengan lubang sringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat tersebut cocok untuk dipreduksi beton. Salah satu komposisi dasar campuran beton adalah agregat kasar dan agregat halus yang bagus, maka harus dilakukan pengujian agregat sehingga mendapatkan agregat yang sesuai. Agragat yang sesuai adalah agregat dalam kondisi SSD, setelah agregat dalam kondisi SSD, agregat perlu dilakukan analisa saringan. Dalam hal ini analisa saringan dimaksudkan untuk mengetahui MHB pada Agregat. MHB adalah indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan dan kekerasan butir-butir suatu agregat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil diameter suatu agregat yang dipakai untuk mencari perbandingan dari campuran agregat kerena ukuran agregat juga mempengaruhi stabilitas beton. Bila butir-butir agregat empunyai ukuran yang sama maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi 3

Upload: afif-yulfriza

Post on 16-Apr-2017

127 views

Category:

Data & Analytics


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB I

ANALISA SARINGAN

1. DASAR TEORI

Analisa saringan adalah suatu kegiatan analisis untuk mengetahui distribusi ukuran agregat

halus maupn aggregate kasar dengan menggunakan ukuran-ukuran saringan standart tertentu yang

ditunjukkan dengan lubang sringan (mm) dan untuk nilai apakah agregat tersebut cocok untuk

dipreduksi beton.

Salah satu komposisi dasar campuran beton adalah agregat kasar dan agregat halus yang

bagus, maka harus dilakukan pengujian agregat sehingga mendapatkan agregat yang sesuai. Agragat

yang sesuai adalah agregat dalam kondisi SSD, setelah agregat dalam kondisi SSD, agregat perlu

dilakukan analisa saringan.

Dalam hal ini analisa saringan dimaksudkan untuk mengetahui MHB pada Agregat. MHB

adalah indek yang dipakai untuk mengukur kehalusan dan kekerasan butir-butir suatu agregat. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui besar kecil diameter suatu agregat yang dipakai untuk mencari

perbandingan dari campuran agregat kerena ukuran agregat juga mempengaruhi stabilitas beton.

Bila butir-butir agregat empunyai ukuran yang sama maka volume pori akan besar.

Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena

butiran yang kecil, akan mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi

sedikit, dengan kata lain kemampatnnya tinggi.

Pada agregat untuk pebuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran yang

kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya membutuhkan bahan

pengikat saja.

3

Page 2: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Derajat kehalusan atau kekerasan suatu agregat ditentukan olrh modulus kehalusan atau finess

modulus.

- Pasir halus = 2,20 < FM ≤ 2,60

- Pasir sedang = 2,60 < FM ≤ 2,90

- Pasir kasar = 2,90 < FM ≤ 3,20

FM =

Batasan modulus kerikil 5,5 ≤ FM ≤ 7,5

Kerikil dengan FM tersebut dnyatakan baik dan memenuhi syarat sebgai bahan konstruksi.

SNI 03-1968-1990

ASTM D 4791-95

2. ALAT DAN BAHAN

4

Page 3: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Timbangan Elektrik Bejana Besi

Alat Uji SSD Sikat

Shieve Shaker Cawan

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Agregat halus (pasir)

5

Page 4: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Tata cara pengujian agregat halus :

Ambil pasir yang kering

Sediakan pasir sebanyak 2 sampel masing-masing sampel beratnya 1000 gr dengan

menggunakan sampel spliter.

Susun ayakan berturut-turut dari atas kebawah sesuai dengan ukurannya.

Tempatkan susunan ayakan tersebut diatas shieve sheker machine.

Masukkan sampel 1 pada ayakan yang paling atas lalu ditutup.

Mmesin dihidupkan selama 5 menit

Timbang sampel yang tertahan pada masing-masing ayakan.

Lakukan cara diatas untuk percobaan sampel 2

2. Agregat kasar (kerikil) :

Tata cara pengujian agregat kasar :

Sediakan kerikil 2000 gr

Lalu buat 2 sampel kerikil dengan berat masing-mmasing sampel 1000 gr menggnakan

sampel spliter.

Masukkan kerikil kedalam ayakan yang telah disusun sesuai urutannya.

Tutup susunan ayakan tersebut dan letakkan di shieve shaker machine, kemudian

hidupkan selama 10 menit.

Setelah 10 mernit ambil ayakan dan timbang kerikil yang tertahan dimasing-masing

ayakan tersebut.

Lalu tulis berat kerikil yang tertahan pada masing-masing ayakan tersebut

Lakukan cara diatas untuk percobaan sampel 2

4. DATA PERCOBAAN

6

Page 5: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

A. Data pengujian analisa saringan pasir

Nomor Ayakan Sampel I Sampel II Rata-Rata

9,52

4,76

2,38

1,19

0,60

0,30

0,15

Pan

0

0

80

100

176

200

254

190

0

0

90

102

186

290

240

92

0

0

85

101

181

245

247

141

Total 1000 1000 1000

B. Data pengujian analisa saringan kerikil

7

Berat Fraksi Tertahan

Page 6: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Diameter ayakan

(mm)

Berat fraksi tertahan

(gr)

Sampel I Sampel II Rata-Rata

38,2

19,1

9,52

4,76

2,38

1,19

0,60

0,30

0,15

Pan

0

152

810

26

0

0

0

0

0

12

0

36

824

70

0

0

0

0

0

70

0

94

817

48

0

0

0

0

0

41

TOTAL 1000 1000 1000

5. ANALISA DATA

8

Page 7: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

A. Analisa data saringan pasir

Berat

tertahan

Kumulatif

Diametar

ayakan

Sampel

I

Sampel

II

Berat

Total

% Berat

Tertahan

%

Kumulatif

Tertahan

%

Kumulatif

Tertahan

9,50 (3/8 – in)

4,75 (No.4)

2,36 (No. 8)

1,18 (N0.16)

0,6 (No.30)

0,3 (No.50)

0,15 (No.100)

Pan

0

0

80

100

176

200

254

190

0

0

90

102

186

290

494

282

0

0

170

202

362

490

494

282

0

0

8,5

10,1

18,1

24,5

24,7

14,1

0

0

8,5

18,6

36,7

61,2

85,9

-

100

100

91,5

81,4

63,3

38,8

14,1

-

Total 1000 1000 2000 100 210,9

FM = = = 2,109

Lubang Ayakan Persen Berat Butir

9

Page 8: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Yang Lewat Ayakan

(mm) ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4

10 100 100 100 100

4.8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100

2.4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100

1.2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100

0.6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100

0.3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50

0.15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 100

20

40

60

80

100

120

ZONA 1

batas bawahbatas atasgradasi

lubang ayakan (mm)

pers

en lo

los %

10

Page 9: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 100

20

40

60

80

100

120

ZONA 2

batas bawahbatas atasgradasi

lubang ayakan (mm)

pers

en lo

los %

0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 100

20

40

60

80

100

120

Zona 3

batas bawahbatas atasgradasi

lubang ayakan (mm)

pers

en lo

los %

11

Page 10: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

B. Analisa data saringan kerikil

FM

= = = 6,759

6.

KESIMPULAN

Semakin banyak agregat halus ataupun kasar yang lolos saringan dngan nomor saringan

terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik, ddengan annalisa lolos ayakan tersebut dapat

diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut.

Sebaliknya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan criteria

nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusa agregat tersebut buruk. Oleh karena

itu angka kualitas kehalusan agregat sangat mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.

Maka dari data diatas dapat disimpulkan bahwa :

Fineness Modulus (FM) pasir sebanyak 2,109 %

12

Berat tertahan

Kumulatif

Diametar ayakan

Sampel

I

Sampel

II

Berat Total

% Berat Tertahan

% Kumulatif Tertahan

% KumulatifTertahan

38,1

19,1

9,52

4,76

2,38

1,19

0,60

0,30

0,15

Pan

0

152

810

26

0

0

0

0

0

12

0

36

824

70

0

0

0

0

0

70

0

188

1634

96

0

0

0

0

0

82

0

9,4

81,7

4,8

0

0

0

0

0

4,1

0

9,4

91,1

95,9

95,9

95,9

95,9

95,9

95,5

-

100

90,6

8,9

4,1

4,1

4,1

4,1

4,1

4,1

-

Total 1000 1000 2000 100 675,9

Page 11: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Fineness Modulus (FM) Kerikil sebanyak 6,7 %

Dan dapat pula kita simpulkan ayakan pasir berada pada Zona 3.

DAFTAR PUSTAKA

British standart institution (BSI) ; Bs 812 : Part 3; 1975 ; UDC [625.7.707.620.1] 620.170 :

531 www.pengertian-saringan agregat.com

13

Page 12: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB II

BERAT ISI PASIR DAN KERIKIL

1. DASAR TEORI

Berat isi adalah perbandingan berat agregat terhadap isi. Pengujian berat isi pada

agregat berguna untuk mengkonversi dari satuan berat ke satuan volume. Dalam merancang

campuran beton komposisi bahan ditentukan dalam satuan berat. Pada waktu membuat beton

dilapangan dengan komposisi berat kurang praktis, biasanya dilapangan menggunakan

komposisi perbandingan yaitu dengan takaran (volume). Untuk mengkonversi dari komposisi

satuan volume digunakan angka berat isi.

14

Page 13: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Berat isi agregat sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat jenis, gradasi

agregat, diameter maksimum agregat. Dalam SII No.52-1980, berat isi agregat beton

disyaratakan harus lebih dari 1,2 kg/liter.

Referensi :

1. PC-0102-76

2. ASTM C-13871 T

2. ALAT DAN BAHAN

Timbangan Elektrik

Bejana Besi

15

Page 14: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Perojok Cawan

Pasir Kerikil

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pasir

a. Dengan cara gembur

Bejana besi ditimbang dulu. Lalu catat berat bejana besi.

Masukkan pasir kedalam bejana dan ratakan lalu timbang dan catat beratnya.

Lalu keluarkan pasir dari bejana besi.

Masukkan air kedalam bejana tersebut lalu timbang kembali dan catat beratnya.

b. Dengan cara padat

Bejana besi ditimbang dulu lalu catat beratnya.

16

Page 15: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Masukkan pasir 1/3 bagian bejana tersebut, lalu dirojok sebanyak 25 kali.

Tambahkan pasir hingga mencapai 2/3 tinggi bejana dan dirojok 25 kali secara

merata, dan isilah bejana dengan pasir sampai penuh dan rojok 25 kali secara

merata lalu permukaannya diratakan.

Timbang bejana dan pasir lalu catat beratnya.

Pasir dikeluarkan dan bejana dibersihkan lalu diisi air hingga penuh, timbang

berat bejana + air lalu catat beratnya.

2. Kerikil

a. Dengan cara gembur

Timbang bejana besi dulu, lalu catat berat bejana tersebut.

Masukkan kerikil yang sudah kering kedalam bejana dan timbanglah lalu catat

beratnya.

Keluarkan kerikil dari bejana dan bersihkan bejana. Lalu masukkan air air

kedalam bejana dan timbang lalu catat hasilnya.

b. Dengan cara padat

Timbang bejana besi dulu, lalu catat berat bejan besi itu.

Masukkan dulu kerikil 1/3 dari tinggi bejana tersebut lalu dirojok 25 kali, lalu

tambahkan 1/3 lagi hingga tingginya mencapai 2/3 tinggi bejana, lalu rojok lagi

sebanyak 25 kali dan isilah sampai penuh.

Lalu timbang lagi dan catat beratnya.

Dengan persyaratan :

17

Page 16: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Pengukuran berat isi kerikil dapat dilakukan dengan 2 cara:

a. Cara padat (merojok) yang dibedakan atas :

Cara merojok yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran ø≤40 mm

Cara membanting (menggoncang) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran

40 mm ≤ ø ≤100 mm

b. Cara longgar (menyiram) yang dilakukan untuk agregat dengan ukuran ø ≤ 100

mm

4. DATA HASIL PERCOBAAN

A. Data Pengujian Berat Isi Pasir

Material : Pasir

Quarry :

Penguji : :

Maria K.Naibaho (5162210009)

Jaka PrimA. Malau (5162210006)

Afif Ma’ruf Yulfrizo (5162210002)

Ester Nangkok N.P (5162210005)

18

Page 17: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

KETERANGAN CARA LONGGAR CARA PADAT

Berat bejana + air 1130 gr 1130 gr

Berat bejana + sampel I pasir 1656 gr 1828 gr

Berat bejana + sampel II pasir 1842 gr 1900 gr

B. Data Pengujian Berat Isi Kerikil

Material : Kerikil

Quarry :

Penguji :

Maria K.Naibaho (5162210009)

Jaka Prima. Malau (5162210006)

Afif Ma’ruf Yulfrizo (5162210002)

Ester Nangkok N.P (5162210005)

KETERANGAN CARA LONGGAR CARA PADAT

Berat bejana + air 2104 gr 2104gr

Berat bejana + sampel I kerikil 2950 gr 3308 gr

Berat bejana + sampel II kerikil 3328 gr 3718 gr

5. ANALISA DATA

A. Pasir

KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT

Berat Bejana (T) 226 226

Berat bejana + air (C) 1130 1130

Berat bejana + sampel I Pasir (A) 1656 1828

Berat bejana + sampel II Pasir (B) 1842 1900

Berat jenis air (D) 996,77 996,77

Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864

Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621

Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093

19

Page 18: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

B. Kerikil

KETERANGAN CARA GEMBUR CARA PADAT

Berat Bejana (T) 226 226

Berat bejana + air (C) 1130 1130

Berat bejana + sampel I kerikil (A) 1656 1828

Berat bejana + sampel II kerikil (B) 1842 1900

Berat jenis air (D) 996,77 996,77

Berat rata-rata G=(A+B)/2 1749 1864

Faktor penakaran F=D/(C-T) 1102,621 1102,621

Berat isi agregat M=(G_T)xF 1679,291 1806,093

6. KESIMPULAN

Dari hasil pengujian pemeriksaan berat volume agregat (bulk density) diperoleh

berat volume padat dan gembur agregat halus (pasir) dan berat volume padat dan

gembur agregat kasar (kerikil).

Maka data diatas dapat kita simpulkan bahwa :

a. Berat isi agregat pada saat longgar adalah 1679,291 dan pada saat padat adalah

1806,093.

b. Berat isi agrgat kasar (kerikil) pada saat longgar adalah 1668,419 dan pada saat

padat adalah 1991,122

20

Page 19: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Google:pengertian-berat-isiwww.teori.berat.isi,pasir.com

21

Page 20: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB III

BERAT JENIS ABSORSI KERIKIL

1. DASAR TEORI

Berat jenis adalah prbandingan suatu benda dengan berat air pada yangsama. Berat jenis atau

agregat kerikil perludiketahui untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran

beton, maka diadakan percobaan untuk menentukan atau mendapatkan harga.

1. Berat jenis kerikil

2. Berat jenis semu

3. Berat jenis SSD (Standart Surface Dry)

Berat jenis dari kondisi kerikil diatas dapat dicari dengan menggunakan rumus :

22

Page 21: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

a. Berat jenis kering

b. Berat jenis SSD

c. Berat jenis Semu

Absorbsi kerikil perlu diketahui dalam penentuan banyaknya air yang diperlukan untuk suatu

agregat dalam campuran beton dapat dicari dengan rumus

Dimana :

A = Berat jenis dalam kedaaan kering

B = Berat agregat dalam ssd

C = Berat Agregat dalam air

2. ALAT DAN BAHAN

Kain Lap Kerikil SSD

23

Page 22: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Spesifiec Gravity Oven

Timbangan Elektrik Ember

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Kerikil diayak dengan ayakan 0,1 mm dan 4,76 mm. Kita ambil ayakan yang lolos ayakan

19,1 mm dan yang tertahan diayakan 4,76 mm ± 3 Kg.

2. Rendam kerikil tersebut kedalam ember dengan air selama 24 jam.

3. Kerikil hasil rendaman tersebut di keringkan hingga didapat kondisi kering permukaan (SSD)

dengan menggunakan kain lap

4. Siapkan kerikil sebanyak 2x100 gr untuk 2 sample

5. Atur keseimbangan air dan keranjang pada dunangan tes set sampai jarum menunjukkan

kesetimbangan pada saat air dalam kondisi tenang

6. Masukkan kerikil yang telah mencapai kondisi SSD kedalam keranjang berisi air

7. Timbang berat air + keranjang

8. Ulangi prosedur percobaan pada sample berikutnya.

24

Page 23: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

4. DATA PERCOBAAN

Keterangan Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

B. Kerikil SSD

B.Kerikil di dalam air

B. Kerikil kering oven

1000 gr

523 gr

991 gr

1000 gr

522gr

990 gr

1000 gr

522,5 gr

990,5 gr

Perhitungan :

Berat Jenis =

Berat Jenis SSD =

Absorsi =

Berat Jenis Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

25

Page 24: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Jenis Bulk

B.Jenis SSD

B. Jenis Semu

Absorsi

2,60 gr

2,65 gr

2,06 gr

0,73 gr

2,60 gr

2,65 gr

2, 08 gr

0,81 gr

2,60 gr

2,65 gr

2,07 gr

0,77 gr

5. KESIMPULAN

1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat kerikil di dalam air pada sample 1 dan 2

adalah 523 gr dan 522 gr diperoleh rata-rata 522,5 gr.

2. Berat kerikil kering oven pada sample 1 dan 2 adalah 991 gr dan 990 gr dan diperoleh rata

ratanya 990,5 gr

3. Berat ssd adalah 1000 gr pada kedua sample tersebut

26

Page 25: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Beton Normal.SK SNI T-15-1990-03. Cetakan Pertama, Bandung: DPU-Yayasan LPMB, 1991Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Buku Petunjuk Pelaksanaan Beton. 1973.

Derektorat Penyelidikan Masalah Tanah dan Jalan, Jakarta: DPU-Yayasan LPMB, 1973Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi

Laboratorium. KRMTP. 1996

27

Page 26: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB IV

BERAT JENIS PASIR DAN ABSORBSI

1. DASAR TEORI

Berat jenis perlu di kethuiuntuk menentukan banyaknya agregat, ada 3 keadaan pasiryang di

gunakan padapercobaan ini antara lain: pasirkering di mana pori-pori pasir berisikan udara tanpa air

dengan kandungan air sama dengan 0%. Lalu dalam keadaan SSD dimana permukaan pasirjenuh

dengan uap air sedangkan dalamnya kering. Pasir dalam keadaan inilah yng sering di gunakan dan

terakhir dalam keadaan semua dimana pasir basah total dengan porijenuh air. Pasir ini masih dalam

keadaan basah walaupun permukaan pasir tidak ada air. Pasir ini masih dalam keadaan basa walaupun

permukaan pasir tidak ada Air .

28

Page 27: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Berat jenis ssd merupakan perbandingan antara berat uji dalam keadaanssd dengan volume

benda uji kering dimana arbsobsi terjadi dari keadaan ssd sampai keadaan kering berat jenis ini. Perlu

diketahui muld untuk menentukan banyaknya agregat yang digunakan dalam campuran ini

2. ALAT DAN BAHAN

Pasir SSD Cawan

29

Page 28: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Thermometer Timbangan Elektrik

Bak Perendam Pignometer

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sediakan pasir secukupnya

2. Rendam pasir tersebut dalam suatu wadah dengan air selama 24 jam

3. Pasir tersebut dinginkan hingga mencapai kondisi kering permukaan

4. Untuk menentukan pasir kering dalam kondisi ssd moul 1/3 tinggi, lalu dirojok 25 kali,

kemudian isi pasir 2/3 demikian seterusnya, setelah itu ould di angkat perlahan apabila pasir

runtuh dalam tepi berarti pasir dalam keadaan ssd

5. Sediakan pasir ssd dalam bagian masing-masing 500 gr. Bagian pertama dimasukkan dalam

piknometer kemudian diisi air, lalu di gucang sampai mengeluarkan buih

6. Timbang berat pignometer+pasir+air

7. Buang isi piknometer lalu isi dengan air hingga batas max

30

Page 29: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

8. Timbang berat piknometer + air . catat hasilnya

9. Untuk pasir yang di oven lakukan penimbangan

10. Ulangi percobaan diatas untuk sample kedua

4. DATA PERCOBAAN

Keterangan Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

B. Piknometer + Air + Pasir

B. Piknometer + Air

B. Pasir SSD

Berat Kering Oven

976 gr

646 gr

500 gr

492 gr

940 gr

674 gr

500 gr

488 gr

958 gr

660 gr

500 gr

491 gr

Perhitungan :

Berat Jenis =

Berat Jenis SSD =

Absorsi =

31

Page 30: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Berat Jenis Sample 1 Sample 2 Rata-Rata

Jenis Bulk

B.Jenis SSD

B. Jenis Semu

Absorsi

2,9 gr

3,8 gr

3,0 gr

1,6 gr

2 gr

2,8 gr

2, 1 gr

2,4 gr

2,45 gr

3,3 gr

2,55 gr

2 gr

5. KESIMPULAN

1. Dari percobaan diatas di dapatkan bahwa berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah

976 gr dan 940 gr diperoleh rata-rata 958 gr.

2. Berat piknometer + air pada sample 1 dan 2 adalah 646 gr dan 674 gr dan diperoleh rata

ratanya 660 gr

3. Berat ssd adalah 500 gr pada kedua sample tersebut

4. Berat pasir kering oven pada sampel 1 dan 2 adalah 492 gr dan 488 gr. Rata-ratanya adalah

491 gr.

32

Page 31: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)

Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga 1999

33

Page 32: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB V

PEMERIKSAAN KADAR LUMPUR PASIR DAN KERIKIL

1. DASAR TEORI

Agregat halus dalam fungsinya sebagai bahan campuran beton harus lebih bersih dari malen

yang halus (Lumpur). Pemakaian semen akan semakin banyak jika lumpur yang dikandung agregat

semakin banyak, hal ini disebabkan karena semakinluas permukaan yang harus diselimuti sedangkan

larutan perekat semakin menipis yang mengakibatkan mengikat akan berkurangnya kekuatan beton..

Hal utama yang harus diperhatikan dalam agragat halus tersebut adalah kebersihannya, jadi

jangan meremas-remas pasir (mencuci) diperkirakan bagian-bagian yang kotor seperti lumpur dan

tanah liat akan berkurang

34

Page 33: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

2. ALAT DAN BAHAN

KERIKIL PASIR

35

Page 34: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

SARINGAN NOMOR 200 CAWAN

3. PROSEDUR PERCOBAAAN

1. Sediakan 2 sampel pasir sebanyak masing-masing 500 gr dan 2 sampel kerikil sebanyak

masing-masing 100 gr dalam keadaan kering oven melalui sampel spliter.

2. Tuang pasir kedalam ayakan no.200 dan di silam dengan air melalui kran air sambil

digoyang-goyang

3. Pada saat pencucian, pasir harus di remas-remas sehingga air yang keluar melalui ayakan

terlihat jernih danbersih

4. Air yang masih ada didalam pan bersama pasir, disedot dengan alat penghisap air

5. Usahakan pasir yang ada didalam pan tidak tumpah keluar

6. Sampel didalam pan dikeringkan dalam oven selama 24 jam

7. Setelah 24 jam, sampel yang ada didalam pan diangkat kemudian ditimbang dan hasilnya

dicatat. Persentasi selisih antara berat mula-mula dan berat kering setelah pencucian.

36

Page 35: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

8. Lakukan percobaan pada sample kedua dan sample kerikil

4. DATA PERCOBAAN

a. Pasir

KETERANGAN SAMPEL 1 SAMPEL 2

Berat pasir mula-mula (gr) 500 gr 500 gr

Berat pasir kering (gr) 494 gr 490 gr

Kadar Lumpur

1,2 % 2 %

b. Kerikil

KETERANGAN SAMPEL 1 SAMPEL 2

Berat kerikil mula-mula (gr) 1000 gr 1000 gr

37

Page 36: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Berat kerikil kering (gr) 996 gr 998 gr

Kadar Lumpur

0,4 % 0,2 %

5. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kadar lumpur pada:

- Pasir Sampel I = 0,012 gr = 1,2 %

- Pasir Sampel II = 0,020 gr = 2,0 %

- Kerikil Sampel I = 0,004 gr = 0,4 %

- Kerikil Sampel II = 0,002 gr = 0,2 %

38

Page 37: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, T. Teknologi Beton. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta.2003.

Nawi, E. G., Beton Bertulang. Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan kedua, Rafika Aditama. Bandung. 1998

Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta 1971.

Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta 1994

39

Page 38: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB VI

COLOR METRIC TEST

1. DASAR TEORI

Beton adalah campuran semen, pasir, kerikil ditambah dengan air membentuk suatu aksi semen

yang sempurna. Karena kualitas air mempengaruhimutu beton maka dalam percobaan ini akan dikaji

syarat-syarat penggunaan pasir yang diizinkan.

Pasir merupakan bahan-bahan dengan ukuran 0,15 mm s/d 5 mm. Pasir dapat di ambil dari

dasar sungai atau dari batu gunung yang di haluskan. Salah satu syarat pasir yang penting adalahtidak

40

Page 39: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

boleh mengandung bahan organik, lumpur, garam, dan minyak. Pasir yang diambil dari dasar sungai

kerap kali mengandung kotoran organis dan lumpur. Bahan organis ini akan memperlambat proses

pengikatan semen dengan butiran pasir

Dalam percobaan ini akan diketahui kandungan bahan organis yang terdapat pada pasir. Jika

pasir tersebut mengandung bahan organic terlalu banyak, maka campuran beton dengan persentase air

yang diberikan diserap oleh zat zat organis ini yang mengakibatkan kekuatan beton akan berkuranng

dan terjadi retak-retak pada beton. Jadi bahan organic ini sedapat mungkin dihindarkan

Agregat yang tidak memenuhi standart percobaan warna juga dapat dipakai, asal kekuatan

tekan adukan agregat yangsama.

Pengelompokan standar warna :

1. Standart warna no 1 Berwarna Bening/Jernih

2. Standart warna no 2 Berwarna Kuning Muda

3. Standart warna no 3 Berwarna Kuning Tua

4. Standart warna no 4 Berwarna Kuning Kecokelatan

5. Standart warna no 5 Berwarna Cokelat

2. ALAT DAN BAHAN

TIMBANGAN ELEKTRIK PASIR

41

Page 40: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

GELAS UKUR 1000ml GELAS KACA 500 ml STANDART COLOUR

CAWAN NaOH

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sediakan pasir secukupnya dengan menggunakan sampel splitter sehingga terbagi menjadi

seperempat bagian.

2. Sampel dimasukkan ke dalam botol gelas sebanyak 200 gr

3. Sediakan larutah NaOH 3% dengan cara mencampurkan 12 gr kristal NaOH ± 338 ml Aquades di

gelas ukur.

4. Larutkan bahan yang diperlukan

5. Larutan diaduk dengan sendok pengaduk selama 7 menit

6. Botol gelas ditutup dengan rapat

7. Campuran dibiarkan selama 24 jam

42

Page 41: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

8. Bandingkan perubahan yang terjadi setelah 24 jam

4. DATA PERCOBAAN

Colourmetric Test SamplePerbandingan terhadap Standar

warna gambarLebih Terang

Sama No 2Lebih Gelap

43

Page 42: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

5. KESIMPULAN

Dalam pratikum colourmetric test digunakan pasir sebanyak 200 gr NaOH sebanyak 6 gr dan

air 200 ml. NaOH dilarutkan kedalam air. Pasir dimasukkan dalam gelas ukur. Aduk pasir dan

larutkan NaOH agar tercampur merata dalam gelas ukur.

Diamkan selama 24 jam setelah 24 jam akan terjadi perubahan warna pada larutan NaOH. Pada

perubahan warna tersebut digunakan alat test warna. Setelah digunakan alat test warna, didapat

perubahan warna tersebut di tingkatan 2, yaitu warna kuning muda.

Berdasarkan penelitian tersebut pasir yang digunakan pada pratikum adalah pasir yang layak

digunakan.

44

Page 43: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Nawi, E. G., Beton Bertulang. Suatu Pendekatan Dasar. Cetakan kedua, Rafika Aditama. Bandung. 1998

Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta 1971.

Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta 1994

Standard Nasional Indonbesia (SNI). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002). Cetakan kedua, ITSPRESS. Surabaya. 2009

45

Page 44: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB VII

LOS ANGELES

1. DASAR TEORI

Kerikil sebagai bahan campuran beton haruslah memiliki ketahanan terhadap

pengausan.Kemampuan pengausan ini menunjukkan tingkat kemampuan dari agregat

tersebut untuk menahan pengrusakan yang terjadi oleh karena adanya tekanan,buntingan dan

pengikisan yang terjadi tehadap dari permukaan dari agregat kasar sewaktu di angkut,di

bongkar dan melakukan pekerjaan lapangan lainnya.

46

Page 45: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Agregat yang rapuh kurang baik digunakan sebagai bahan konstruksi dan akan tidak

ekonomis .Hal ini diakibatkan banyaknya material yang rusak selama material yang rusak

selama proses pengangkutan dan pembongkaran dari lokasi pengambilan ke lokasi proyek

Dalam pekerjaan pembangunan terutama bangunan bertingkat banyak,bangunan

penahan tanah,bedungan dan pondasi hal ini harus diperhatikan betul betul karena kontruksi

di atas sangat memerlukan beton dengan kekuatan mutu tinggi.Jika kerikil yang di perlukan

tidak memenuhi kekuatan dan keharusan maka bahaya keruntuhan akan sangat besar.Hal

inilah yang menyebabkan mengapa pemilik proyek besar sangat lebih suka memakai batu

pecah atau batu cadas dari pada kerikil walaupun bahaya yang dikeluarkan lebih mahal

dikarenakan batu pecah lebih kuat dari batu kerikil dan daya ikat semen lebih kuat dan lebih

menyatu karna permukaaan yang kasar sedangkan kerikil mempunyai permukaan yang licin

dikarenakan terkikis oleh air sewaktu di bawa aliran air untuk diendapkan di sungai

Percobaan ini memakai mesin los angeles dengan 12 buah peluru dan putaran mesin

sebanyak 1000 kali. Menurut PBI’71 syarat agregat kasar yang baik bila kearusan kerikil

tersebut lebih dari 50%(maksimal 50%) dari berat semula

2. ALAT DAN BAHAN

ABRASION LOS ANGELES KERIKIL

47

Page 46: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

TIMBANGAN ELEKTRIK AYAKAN 9,5MM

AYAKAN 12,5

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam pengujian kearusan

agregat dengan mesin los angeles

2. Ambil agregat kasar sebanyak 5000gr,yaitu agregat yang lolos saringan 12,5mm dan

tertahan saringan 9,5 mm

3. Masukkan benda uji kedalam mesin los angeles dan bola baja

4. Nyalakan mesin dengan putaran 100 kali

48

Page 47: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

5. Setelah selesai keluarkan agregat kasar dari mesin los angeles dan saring dengan

menggunakan saringan 2,36 mm

6. Timbang berat agregat yang lolos dan tertahan saringan 2,36mm tersebut

7. lakukan pengolahan data

4. DATA PERCOBAAN

Gradasi pemeriksaan Jumlah putaran=100

Berat(gr)

Ukuran saringan

Lolos Saringan

50,0

37,5(1/2-in)

37,5(1/2-in)

19,5(3/4-in)

-

-

49

Page 48: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

19,5(3/4-in)

12,5(3/6-in)

9.5 (3/8-in)

4.75(no.4)

12,5(3/6-in)

9.5 (3/8-in)

4.75(no.4)

PAN

2500

2500

-

-

Jumlah berat (a) 5000

Berat tertahan saringan

No.12sesudahpercobaan(b)

4.764gr

Keausan=a-b/a x100% 4,72%

5. KESIMPULAN

Dari hasil percobaan diatas dapat kita simpulkan bahwa keausannya adalah 4,72%

50

Gradasi Pemeriksaan

Ukuran Saringan

Lolos (no) Tertahan (no) BERAT

50,0

37,5(1/2-in)

19,5(3/4-in)

12,5(3/6-in)

9.5 (3/8-in)

4.75(no.4)

37,5(1/2-in)

19,5(3/4-in)

12,5(3/6-in)

9.5 (3/8-in)

4.75(no.4)

PAN

-

-

2500

2500

-

-

Jumlah Berat(a) 5000gr

Berat tertahan sesudah Saringan no .12

Percobaan (b)

4.764gr

Page 49: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi Laboratorium. KRMTP. 1996

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)

Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga 1999Mulyana, T. Teknologi Beton. Edisi kedua. Andi Offset. Yogyakarta.2003.

51

Page 50: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB VIII

PENGUJIAN WAKTU IKAT SEMEN

1. DASAR TEORI

Waktu ikat adalah waktu yang diperukan semen untuk mengeras,terhitung mulai dan

bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen sehingga pasta semen cukup kaku untuk

menahan tekan

52

Page 51: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Semen sebagai bahan dasar bila kena air akan membentuk suatu bahan yang lengket

seperti lem yang akhirnya mengeras.Selain kadar air waktu ikat semen juga di perlukan dan

tidak dapat diabaikan.Untuk mengetahui waktu ikat semen dilakukan suatu percobaan dengan

menggunakan jarum vicat apparatus

Pengikatan semen adalah pengeras semen segera selelah bereaksi dengan air dan terdiri

dari 2 keadaan yaitu:

Waktu ikat awal adalah waktu ikat yang diperlukan pasta semen untuk mulai

pengikatan ditandai dengan penetrasi sedalam 35mm dimana

T awal>45 menit

Waktu ikat akhir adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengikat sempurna

yang ditandai dengan penetrasi jarum vicat apparatus sedalam 0mm

2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

Semen Timbangan Elektrik

53

Page 52: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Mould Vicat Apparatus Test Cawan

Spatula

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Timbang semen sebanyak 350gr dan air sebanyak persentase air yang tepat pada

percobaan konsisten semen.Semen yang diambil terlebih dahulu diayak dengan

ayakan no.100 untuk membuang semen yang telah menggumpal

2. Mangkuk mixer dibasahi dengan air secukupnya sehingga permukaan basah,tetapi

tidak ada air yang menggenang

3. Masukkan semen tambah air kedalam mangkuk mixer dan diamkan selama 15detik

54

Page 53: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

4. Hidupkan mixer dengan kecepatan lambat selama 30 detik dan kemudian matikam

selama 15 detik

5. Hidupkan kembali mixer dengan putaran cepat selama 60detik

6. Hentikan pengadukan lalu gumpalkan pasta semen hingga berbentuk bola dan

kemudian lemparkan dari tangan kiri ke tanga kanan sebanyak 6 kali dengan jarak

kurang lebih 15 cm

7. Masukkan kedalam mould yang telah dialasi dengan plat kaca dengan menekan

gumpalan semen

8. Dengan mould pada bagian lubang yang terbesar.plat kaca dan mould terlebih dahulu

diolesi dengan Vaseline agar tidak lengket

9. Bagian pasta semen yang keluar melalui lubang yang kecil diratakan dengan scrap

tanpa menggangu pasta semen tersebut dan diamkan selama 30 menit

10. Selama masa 30 menit atur jarum vicat tepat berada diatas permukaan pasta semen

dan atur jarum penunjuk angka penetrasi tepat berada pada angka nol

11. Penetrasi jarum dilakukan setara berulang ulang dengan selang waktu yang sama

4. DATA PERCOBAAN

Waktu Penetrasi Kedalaman penetrasi

3 menit 1 4.7cm

6 menit 2 4.7cm

9 menit 3 4.7cm

12 menit 4 4.55cm

15 menit 5 4.5cm

55

Page 54: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

5. ANALISA DATA

Waktu ( Menit) Penurunan (mm)

3

6

9

12

47

47

47

56

Page 55: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

1545,5

45

3 6 9 12 15 1000

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Waktu Ikat semen

Waktu Ikat Semen

Waktu

pene

tras

i

6. KESIMPULAN

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa lemahnya waktu untuk terjadi pengikatan

awal (penetrasi 25 mm) adalah 38,25 menit dan lamanya waktu untuk terjadi pengerasan

adalah 100 menit

57

Page 56: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. Pengujian Beton 3, Bahan Bacaan dan Referensi Teknisi Laboratorium. KRMTP. 1996

Departemen Pekerjaan Umum. LPMB. Tata Cara Pembuatan Rencana CampuranBeton Normal SK SNI T-15-1990-03. LPMB. Bandung.

Departemen Pekerjaan Umum.. Spesifikasi Teknis. Satuan Kerja Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah (2006)

Murdock, L.J.,K.M. Brook, dan Stephanus Hendarko., Bahan dan Praktek Beton. Jakarta: Erlangga 1999

58

Page 57: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BAB IX

PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

1. DASAR TEORI

Berat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu kamar

dengan berat isi kering guling pada 4 derajat celcius yang isinya sama dengan isi semen

59

Page 58: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Menurut SNI-7064-2004,PPC(Portland Composite Cement) merupakan bahan

pengikat hidrolus hasil penggilingan bersama sama terak semen Portland dan gips dengan

satu atau lebih bahan organic lain,Bahan organic tersebut antara lain terak tanur tinggi(blast

furnoseslag)pezzolan senyawa silikat,batu kapur dengan kadar total bahan anogranik 6%-

35% dari massa semen Portland.Kegunaannya adalah untuk konstruksi umum seperti

pekerjaan beton,pasangan bata,selokan,jalan pagar dinding dan dinding dan pembuatan

elemen bangunan khusus seperti beton pracetak panel beton ,bata beton(paung beton) dan

sebagainya

2. ALAT DAN BAHAN PERCOBAAN

60

Page 59: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Semen Timbangan Elektrik

Labu Le Chatelier Sedotan

Tisu Thermometer

61

Page 60: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

Spatula Corong kaca

62

Page 61: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Masukkan air kedalam botol le chatelier antara 0.1-1ml

2. Setelah itu masukkan sebanyak 64gr kedalam botol le chatelier dengan menggunakan

corong dan pipet

3. V1 dalam percobaan ini adalah tinggi air yang tadinya dimasukkan

4. V2 dalam percobaan ini adalah tinggi air setelah semen dimasukkan

5. Setelah itu ukurlah suhu semen dan suhu ruangan di dalam bak perendam

6. Bila suhu semen dan suhu ruangan sama,maka percobaan selesai,dan suhu akhirnya

dicatat

63

Page 62: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

4. ANALISA DATA

Berat Benda Uji 64gr

Volume 1 0,4ml

Volume 2 20,4ml

Berat jenis air pada suhu 27 derajat Celsius

Volume benda uji (V1-V2) 20ml

64

Page 63: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

5. KESIMPULAN

Dari data percobaan diatas maka hasil dari :

Berat Jenis Semen :3,2

Suhu : 27º c

V1 : 0,4

V2 : 20,4

65

Page 64: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

Nugraha P., dan Antoni, Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton Kinerja Tinggi. Edisi Pertama. LPPM, Andi Offset. Yogyakarta. 2007Sutami. Konstruksi Beton Indonesia. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta 1971.Sagel, R. Kole.,P dan Kusuma, G. Pedoman Pengerjaan Beton. Erlangga. Jakarta 1994

66

Page 65: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DATA MIX DESAIN

Material :Pasir dan Kerikil

A. .Pasir

Quarry : Pasir Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNIMED

Penguji :

Maria K.Naibaho (5162210009)

Jaka Prima. Malau (5162210006)

Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)

Ester Nangkok N.P (5162210005)

NAMA PRAKTIKUM HASIL (gr)

Fm Analisa Saringan 2,109 gr

Berat Jenis

SSD

Bulk

Semu

Absorbsi

2,45 gr

3,3 gr

2,55 gr

2 gr

Berat Isi

Berat isi padat 1864 gr

Berat isi gembur 1734 gr

Kadar Air

Colori Metric Standart warna no.2(berwarna kuning muda)

Kadar lumpur Sampe1 (0,012)

Sampel2(0,020) 0,016 gr

Zona Pasir Zona 3

67

Page 66: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

B. Kerikil

Quarry : Kerikil Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik UNIMED

Penguji :

Maria K.Naibaho (5162210009)

Jaka Prima Malau (5162210006)

Afif Ma’ruf Yulfriza (5162210002)

Ester Nangkok N.P (5162210005)

NAMA PRAKTIKUM HASIL (gr)

Fm Analisa Saringan 6,759 gr

Berat Jenis

SSD 2,45 gr

Bulk 3,3 gr

Semu 2,55 gr

Absorbsi 2 gr

Berat Isi

Berat isi padat 3513 gr

Berat isi gembur 3139 gr

Kadar Air

Kadar lumpurSampel 1 = 0,004gr

0,003 grSampel 2 = 0,002gr

Los Angeles 4,72%

68

Page 67: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

1. Tinggi slump untuk beton struktural diambil 8 dan 16.

2. Diameter maksimun agregat diambil sesuai dengan persyaratan PBI 1971 yaitu 31,5 mm.

3. Semen yang digunakan adalah semen Andalas dengan berat jenis 3,16.

4. Air yang digunakan dalam mix design adalah air yang memenuhi kriteria air minum.

5. Data agregat yang digunakana. Pasir Halus

1. Specific gravity SSD : 2,45 gr2. Specific gravity OD : 3,3 gr3. Absorbsi : 2 gr4. Bulk Density (gembur) : 1734 gr 5. Bulk Density (padat) : 1864 gr6. Fineness Modulus (FM) : 2,109 gr

b. Kerikil1. Specific gravity SSD : 2,45 gr2. Specific gravity OD : 3,3 gr3. Absorbsi : 2 gr4. Bulk Density (gembur) : 3513 gr5. Bulk Density (padat) : 3139 gr6. Fineness Modulus (FM) : 6,759 gr

6. Faktor Air Semen

Faktor air semen yang digunakan berdasarkan tegangan karakteristik beton yang diinginkan diperoleh FAS = 0,6

7. Menentukan kadar air bebasUntuk menentukan kadar air bebas dapat menggunakan rumus :

K adar Air Bebas=25

WH+ 13

WK

Kadar Air Bebas=23

x175+ 13

x205=195 kg/m3

Dimana : WH : perkiraan jumlah air untuk agregat halus WK : perkiraan jumlah air untuk agregat kasar

69

Page 68: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

8. Semen yang dibutuhkanUntuk menghitung kebutuhan semen dapat menggunakan rumus :

:Kebutu han Semen= Kadar Air BebasFaktor Air Semen

= 1950,6 = 325 kg/m3

Semen yang dibutuhkan adalah 325 kg/m3

9. Menentukan Persentasi Agregat Halus

Zat Agregat : Zona 3

Faktor Air Semen : 0,6

10. Slump Test : 60 – 180 mm

Butir Agregat Max : 40 mm

o Dalam persentasi agregat halus didapat bahwa batas bawah = 27, dan batas atas = 32,sehinggsa diperoleh bahwa persentasi Agregat Halus = 27+32

2 =29,5 %

o Dalam persentasi agregat kasar dapat diperoleh dengan

100% - Persentasi Agregat Halus ;

Maka ;

Persentasi Agregat Kasar = 100% - 29,5 % = 70,5 %

11. Menghitung Berat Jenis SSD Gabungan

Untuk menghitung berat jenis SSD Gabungan dapat diperoleh menggunakan rumus :

Dari rumus diatas didapat bahwa :

70

Berat Jenis Gabungan = (% Agregat Halus x BJ SSD Agregat Halus) +

(% Agregat Kasar x BJ SSD Agregat Kasar)

Page 69: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

BJ. Gabungan = (0,295 x 2,45) + (0,705 x 2,45)

= 0,722 + 1,727

= 2,449

12. Menghitung Berat Jenis Beban

Untuk menghitung berat jenis beton dapat dicari dengan menggunakan grafik

hubungan kandungan air, berat jenis campuran dan berat beton.

Dengan mengerjakan grafik tersebut kami mendapat berat jenis beton sebesar 2275

kg/m3 dengan kandunga air 185 liter/m3 beton.

13. Menentukan Berat Jenis Gabungan

Maka : BJ Gabungan = 2275 – 325 – 185 = 1765 kg/m3

14. Menentukan kebutuhan bahan yang digunakan(untuk 1m3 beton)

-Berat Agregat halus = 0,295 x 1765 = 520,675 km/m3

-Berat Agregat kasar = 0,705 x 1765 =1244,325 kg/m3

-Semen = 325kg/m3-Air = 185

Jika dilakukan perbandingan maka terhadap semen,maka didapat perbandingan

Semen : pasir: kerikil : air1 1,602 3,767 0,569

Benda uji yang digunakan adalah kubus

Dengan volume =0,0135m3

Jadi unuk 4 buah sampel beton maka berat bahan yang digunakan adalah

Semen = 325 x 0,0135

= 4,3875

Pasir = 520,167 x 0,0135

71

BJ. Gabungan = BJ. Beton – Berat Semen – Berat Air

Page 70: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

= 7,0290

Kerikil = 1224,32 x 0,0135

= 16,798

Air = 185 x 0.0135

= 2,4975

Untuk bahan yang dipakai dalam pembuatan,bahan yang sudah dikali dengan volume

kubus dikalikan dengan 1,2 Sehingga diperoleh:

Semen : 5,265

Pasir : 8,4348

Kerikil : 20.1576

Air :2.997

72

Page 71: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

PEMBUATAN BENDA UJI BETON

Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah benda uji beton. Benda uji beton berbentuk kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3, dan silinder ukuran diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm. Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, benda uji standar ialah kubus dengan ukuran 15 x 15 x 15 cm3, sedangkan menurut American Concrete Institute Standart 211 – 1 – 77 adalah silinder ukuran diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm.

A. PEMBUATAN BENDA UJIPersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.1. Tujuan

Mempersiapkan benda uji sesuai yang diinginkan.

2. Peralatana. Cetakan benda ujib. Tongkat pemadat dari besi ± 5/8 – 60 cm, yang salah satu ujungnya dibulatkan.

+c. Martil karetd. Sendok betone. Bak penampung beton muda (fresh concrete)f. Peralatan test slumpg. Molen/mesin pengaduk betonh. Timbangan

3. Bahana. Kerikilb. Pasir kasarc. Pasir halusd. Semene. Air

4. Prosedur pengujiana. Bahan yang akan diaduk dipersiapkan sesuai dengan volume beton yang sudah

ditentukan.

73

Page 72: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

b. Bagian dalam dari cetakan kubus dan silinder dibersihkan dari debu dan dilumuri oli agar cetakan mudah dibuka.

c. masukkan bahan adukan beton kedalam bak pengaduk/molen dimulai dengan kerikil, pasir kasar, pasir halus, semen dan air.

d. Jalankan mesin pengaduk selama 5 menit dengan kemiringan sumbu bak rata – rata 45o.

e. Setelah 5 menit, tuangkan beton muda ke dalam bak penampungan.

f. Lakukan pengujian test slump dengan cara sebagai berikut :1. Letakkan kerucut slump cone di atas tempat yang rata.2. Mortal/beton diisi ke dalam kerucut terdiri dari tiga lapis yang kira – kira

mempunyai ketebalan yang sama dan setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat dengan cara menusukkannya sebanyak 25 kali secara merata.

3. Ratakan permukaan adukan bagian atas kerucut dan setelah itu biarkan selama 30 detik kemudian kerucut ditarik secara perlahan secara vertikal.

4. Ukur jarak turunnya permukaan adukan beton terhadap tinggi semula.5. Dipakai 8 – 10 tersebut dinyatakan kekentalan(konsistensi) adukan beton

yang nilai – nilai slump terletak di dalam batas – batas yang diperlihatkan dalam pelaksanaan.

g. Setelah melakukan test slump, beton di isi ke dalam cetakan yang dipersiapkan, masing masing di isi tiga lapis mempunyai ketebalan yang sama. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali secara merata dan di bagian sisi luar cetakan di pukul dengan martil karet setiap memasukkan perlapisannya secara perlahan.

h. Ratakan permukaan benda uji dengan sendok semen.

B. PERAWATAN BENDA UJISetelah benda uji dicetak lalu dirawat dalam ruangan kadar kelembapan tinggi (humidity room).1. Tujuan

Menjaga agar selama berlangsung proses pengerasan beton tidak kekurangan air.2. Tempat

Ruangan yang mempunyai kadar kelembapan tinggi.3. Bahan

Benda uji yang masih dalam cetakan (umur 1 hari)4. Prosedur pengujian

a. Beri kode benda uji pada cetakan dinding bagian luar, lalu simpan dalam ruangan perawatan selama 48 jam.

74

Page 73: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

b. Benda uji yang telah berumur 48 jam dibuka cetakannya, dan diberi kode dengan spidol agar tidak merusak benda uji, kemudian rawat di ruang perawatan dalam bak perendam.

UJI SLUMP

1. Dasar Teori

Uji slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk menentukan

konsistensi/kekuatan dari campuran beton segar untuk menentukan tingkat

workability nya. Kekuatan dalam suatu camuran beton menunjukan banyak air yang

digunakan. Untuk uji itu uji slump menunjukkan apakah campuran beton kekurangan,

kelebihan atau cukup air.

Dalam suatu adukan/campuran beton, kadar air sangat diperhatikan karena

menunjukkan tingkat workability nya atau tidak. Campuran beton yang terlalu cair

akan menyebabkan mutu beton rendah dan lama megering. Sedangkan campuran

beton yang terlalu kering menyebabkan adukan tidak merata dan sulit untuk dicetak

Slump dapat dilakukan di laboratoriun ataupun di lapangan. Hasil dari ui

slump beton yaitu nilai slump. Nilai yang tertera dinyatakan dalam satuan

internasional dan mempunyai standar.

75

Page 74: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

2. ALAT DAN BAHAN

kerucut alat ukur plat tempat uji

76

Page 75: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

3. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Basahi cetakan kerucut dan plat

2. Letakkan cetakan diats plat

3. Isi 1/3 cetakan kerucut dengan beton segar, kemudian padatkan dengan cara

merojoknya sampai menyentuh dasar dengan melakukan sekitar 25 kali

rojokan

4. Isi 1/3 bagian (menjadi 2/3 bagian). Lakukan hal yang sama yaitu rojokan

sebanyk 25 kali

5. Isi 1/3 terakhir hingga penuh dan lakukan seperti tahap sebelumnya

6. Setelah selesai dipadatkan, rataka permukaan benda uji dan tunggu beberapa

saat

7. Cetakan diangkat perlahan tegak lurus keatas

8. Ukur nilai slump

9. Lakukan tahap berikutnya

77

Page 76: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DATA HASIL PERCOBAAN

NO

KETERANGAN HASIL

1 Tinggi Cetakan Slump Test 30 cm

2 Tinggi Rata-Rata Benda Uji 11 cm

78

Page 77: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

ANALISA DATA

NO KETERANGAN HASIL

1 Tinggi Cetakan Slump Test 30 cm

2 Tinggi Rata-Rata Benda Uji 11 cm

PERHITUNGAN NILAI SLUMP

NILAI SLUMP = Tinggi Cetakan – Tinggi rata

NILAI SLUMP = 30 cm – 12 cm

NILAI SLUMP = 18 cm

79

Page 78: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

DAFTAR PUSTAKA

http://kibagus-homedesign.blogspot.com/2012/06/memahami-mutu-beton-dan-mutu-beton-fc#2I6Ov7ZYA

http://www.ilmusipil.com/tes-beton

80

Page 79: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

1. DASAR TEORI

Beton adalah bagian dari konstruksi yang dibuat dari campuran beberapa

material sehingga mutunya akan banyak tergantung kondisi material pembentuk

ataupun pada proses pembuatannya. Untuk itu kualitas bahan dan proses

pelaksanaannya harus dikendalikan agar dicapai hasil yang optimal.

Beton banyak digunakan sebagai bahan utama rumah tinggal sampai gedung

bertingkat tinggi, agar penggunaanya sesuai kebutuhan yang direncanakan maka perlu

dicari berapa kuat tekan betonnya. berikut ini kita uraiakan sebuah cara tes kuat tekan

beton. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan beton berbentuk

kubus dan silinder dibuat dan dirawat (cured) di laboratorium. Kekuatan tekan beton

adalah beban persatuan luas yang menyebabkan beton hancur.

Faktor yang utama dan penting untuk diperhatikan di dalam pelaksanaan

pengecoran dilapangan. Yang kemudian akan saya garis bawahi adalah terkait umur

beton dan kuat tekan karakteristik yang dimilikinya pada umur tersebut.

Rata-rata, beton mencapai kekuatan tekan karakteristik rencananya pada umur

28 hari. Pada umur tersebut kuat tekan karakteristik beton mencapai kekuatan

rencananya.

81

Page 80: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

2. ALAT DAN BAHAN

a. Timbangan

b. Mesin kuat tekan beton

c. kubus

82

Page 81: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

3. PROSEDUR PERCOBAAN

Siapkan bahan dan peralatan yang diperlukan dalam pegujian kuat tekan beton.

Timbang bahan sesuai dengan takaran yang telah ditentykan dalam mix design.

Masukan semua bahan kedalam mini molen lalu diaduk sampai tercampur rata.

Siapkan cetakan berbentuk silinder yang telah diolesi oli pada bagian dalam

dindingnya untuk memudahkan membuka benda uji agar tidak lengket ketika

dituangkan dan terjadi pengerasan pada benda uji.

Isi cetakan dengan adukan beton. Tambahkan adukan beton setiap terjadi

kekurangan pada penggetaran. Benda uji diletakan diatas vibrator agar rongga-

ongga beton tertutup penuh.

Ratakan permukaan beton.

Biarkan beton selama 24 jam dan setelah 24 jam lepaskan cetakan silinder dari

beton.

Lakukan pengujian pada umur 7, 21 ,28 hari.

83

Page 82: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

4. HASIL PERCOBAAN BENDA UJI

Benda Uji

Ukuran Benda Uji

(cm)

Umur(hari)

Luas Tampang

(cm2)

Berat(kg)

Beban Max(ton)

Faktor Umur

Faktor Bentuk

1 15 x 15 x15 14 1350 8,134 52,37 0,8 1

2 15 x 15 x15 14 1350 8,078 43,99 0,8 1

3 15 x 15 x15 14 1350 8,086 49,26 0,8 1

4 15 x 15 x15 14 1350 8,064 47,66 0,8 1

Kuat desak beton rata – rata (σ ' bm ) dengan rumus :

σ ' bm=∑

1

N

σb '

NSebelum diicari dulu kuat tekan rata – rata, hitung dulu kuat tekan beton dari masing – masing benda uji dengan rumus :

σ b' =

beban max(kg)luastampang x faktor umur x faktorbentuk

Hasilnya akan didapat seperti berikutKuat Tekan Beton Rata – Rata

Benda Uji

σ b' σ ' bm (σ b

' - σ ' bm)

1 48,491 35,793 48,491

2 40,731 35,793 40,731

3 45,611 35,793 45,611

84

Page 83: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

4 44,130 35,793 44,130

178,963 351,545

Dari besaran diatas dapat di hitung Standart Deviasi (S)

S=√∑1

N

(σb' −σbm ) ²

N−1

S=√ 351,5454−1

S=10,825

Maka kuat tekan beton karakteristik adalahσ ' bk=σ ' bm−k . Sσ ' bk=143,172−1,645 x10,825

σ ' bk=125,364 kg /cm2

Atau125,364

175x 100 % = 71,63% dari rencana

Jadi kuat tekan dari beton yang dibuat adalah 71,63%

85

Page 84: Laporan Pratikum Beton dan Mix Design

86