laporan praktikum vulkanik
DESCRIPTION
saJKSAhasdbasjhdTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
GEOMORFOLOGI DAN GEOLOGI FOTO
ACARA :
BENTANG ALAM VULKANIK
Disusun Oleh:
Renda Faizal Rachman
21100112140085
LABORATORIUM GEOMORFOLOGI DAN
GEOLOGI FOTO
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
APRIL 2013
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto, acara Bentang Alam
Vulkanik yang disusun oleh praktikan bernama Renda Faizal Rachman, ini telah
disahkan pada:
hari :
tanggal :
pukul :
Sebagai tugas laporan praktikum Geomorfologi dan Geologi Foto mata
kuliah Geomorfologi dan Geologi Foto.
Semarang, 1 April 2013
Asisten Acara, Praktikan,
Sendiant Angga Darma Renda Faizal Rachman
NIM :21100110120037 NIM : 21100112140085
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Maksud…………………………………………….……………...…..1
1.2 Tujuan……………………………………………….………………...1
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum…………………………...1
BAB II METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan………………………………………………………...2
2.2 Diagram Alir Fisis……………………………………………………..2
BAB III MORFOMETRI
3.1 Satuan Delinasi Kontur Rapat…………………………………………4
3.2 Satuan Delinasi Kontur Renggang..................................................…...5
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Satuan Kontur Rapat…………………………………………………..7
4.2 Satuan Kontur Renggang.......................................................................9
4.3 Korelasi Antar Kontur..........................................................................11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..........................................................................................13
5.2 Saran....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Klasifikasi Van Zuidam.......................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
1.1.1 Memahami apa yang dimaksud bentang alam vulkanik beserta ciri
khas yang menyertainya
1.1.2 Memahami pengaruh bentang alam vulkanik terhadap aktivitas
manusia
1.1.3 Memahami teknik dan metode interpretasi peta topografi bentang
alam vulkanik beserta aspek aspek di dalamnya
1.2 Tujuan
1.2.1 Mampu memahami apa yang dimaksud bentang alam vulkanik
beserta ciri khas yang menyertainya
1.2.2 Mampu memahami pengaruh bentang alam vulkanik terhadap
aktivitas manusia
1.2.3 Mampu memahami teknik dan metode interpretasi peta topografi
bentang alam vulkanik beserta aspek aspek di dalamnya
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.3.1 Hari : Kamis, 28 Maret 2013
1.3.2 Jam : 15.00 – selesai
1.3.3 Lokasi : Ruang GS302 Gedung Pertamina Sukowati Undip
1
Mulai Menentukan Peta Topografi Merekatkan Kertas Kalkir di atas Peta Topografi
Menentukan satuan kontur rapat dan renggang pada peta
topografi
Menentukan batas batas dan memberi gradasi warna merah dari
kontur yang rapat hingga kontur yang renggang, mulai dengan warna
merah tua hingga merah muda
Selesai
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Penggaris
Alat Tulis
Kertas Kalkir A3
Kertas Milimeter block A3
Perekat
Kertas HVS
Pensil Warna
Kalkulator
2.1.2 Bahan
Peta Topografi daerah Ungaran
2.2 Diagram Alir
2.2.1 Pembuatan Delinasi
2
Mulai
Membuat 5 sayatan di tiap satuan delinasi yang berbeda dan memotong 5
garis kontur yang berurutan
Menghitung % lereng tiap kontur pada tiap satuan dengan rumus
% Lereng=∆ hd
× 100 %
Menghitung beda tinggi pada tiap satuan kontur yang berbeda
Mengklasifikasikan rerata persen kelerengan dan beda tinggi yang diperoleh dengan Klasifikasi Van
Zuidam (1983)
Selesai
2.2.2 Perhitungan Morfometri untuk penentuan Kelerengan
3
BAB III
MORFOMETRI
3.1 Daerah Kontur Rapat
Rumus rumus dasar penghitungan :
Sayatan A
o n = 0, 5 cm
o d = 0, 5 × 25000 = 12500 cm = 125 meter
o % Lereng=62, 5125
× 100 %=50 %
Sayatan B
o n = 0, 5 cm
o d = 0, 5 × 25000 = 12500 cm = 125 meter
o % Lereng=62, 5125
× 100 %=50 %
Sayatan C
o n = 0, 6 cm
o d = 0, 6 × 25000 = 15000 cm = 150 meter
o % Lereng=62, 5150
× 100 %=42 %
Sayatan D
4
% Lereng=∆ hd
× 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5
IK= 12000
×25000=12,5 d = n × 2500
o n = 0, 7 cm
o d = 0, 7 × 25000 = 17500 cm = 175 meter
o % Lereng=62, 5175
× 100 %=36 %
Sayatan E
o n = 0, 6 cm
o d = 0, 6 × 25000 = 15000 cm = 150 meter
o % Lereng=62, 5150
× 100 %=42 %
Jumlah % total sayatan = 220 %
Rerata total sayatan = 44 %
Beda tinggi = 2060 meter – 1622 meter = 437 meter
Termasuk daerah Berbukit Terjal (Van Zuidam, 1983)
3.1 Daerah Kontur Renggang
Rumus rumus dasar penghitungan :
Sayatan F
o n = 0, 9 cm
5
% Lereng=∆ hd
× 100 % h = 5 × 12,5 = 62,5
IK= 12000
×25000=12,5 d = n × 2500
o d = 0, 9 × 25000 = 22500 cm = 225 meter
o % Lereng=62, 5225
× 100 %=28 %
Sayatan G
o n = 1, 1 cm
o d = 1, 1 × 25000 = 27500 cm = 275 meter
o % Lereng=62, 5275
× 100 %=23 %
Sayatan H
o n = 1, 2 cm
o d = 1, 2 × 25000 = 30000 cm = 300 meter
o % Lereng=62, 5300
× 100 %=21 %
Sayatan I
o n = 1, 3 cm
o d = 1, 3 × 25000 = 32500 cm = 325 meter
o % Lereng=62, 5325
× 100 %=20 %
Sayatan J
o n = 0, 9 cm
o d = 0, 9 × 25000 = 22500 cm = 225 meter
o % Lereng=62, 5225
× 100 %=28 %
Jumlah % total sayatan = 120 %
Rerata total sayatan = 24 %
Beda tinggi = 1192 meter – 746 meter = 396 meter
Termasuk daerah Berbukit Terjal (Van Zuidam, 1983)
6
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kontur Sangat Rapat
Dikarenakan praktikum kali ini mengambil setting Gunung Ungaran, maka
tidak ada salahnya mengenal lebih dekat Gunung Ungaran itu sendiri. Gunung
Ungaran adalah gunung berapi yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Berada di
sebelah selatan Kota Semarang dan hanya berjarak sekitar 30 Kilometer dari
kampus kita tercinta. Berada di deretan pegunungan di pulau jawa, Gunung
Ungaran merupakan gunung tertinggi di pulau jawa bagian utara Dengan
ketinggian 2.050 meter, Gunung Ungaran termasuk gunung berapi berapi tipe
strato. Gunung ini tidak hanya memiliki satu namun memiliki tiga puncak:
Gendol, Botak, dan Ungaran. Puncak tertinggi adalah Ungaran. Gunung Ungaran
termasuk gunung dengan tipe strato dan diakibatkan oleh aktifitas vulkanik akibat
tumbukan lempeng benua dan samudera, maka pembentukan bentang alamnya
sangat dikontrol oleh aktivitas culkanisme, terutama saat erupsi terjadi. Dan maka
dari itu litologi pada bentang alam vulkanik, khususnya di bagian puncak
didominasi oleh bakuan beku sebagai hasil pembekuan magma.
Pada wilayah delinasi bentang alam vulkanik ini mencakup daerah dengan
kelerengan yang tinggi, ditunjukkan dengan kontur yang sangat rapat, semakin
landau kelerengannya maka semakin renggang jarak antar kontur, begitu pula
dengan bentang alamnya. Warna merah tua menunjukkan dataran pada peta
topografi tersebut adalah sebuah dataran tinggi. Dataran tinggi tersebut termasuk
dataran tinggi yang berbukit terjal. Pada daera berwarna merah tua tersebut dibuat
5 sayatan yang memotong lima kontur yang berurutan. Hal ini hanyalah sebagai
sampel saja dari daerah yang dipetakan. Dari setiap sayatan dihitung persentase
7
kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri seperti diatas.
Setelah itu dihitung juga presentase rataan nya dari satu delinasi ini saja. Setelah
dihitung rerata presentasenya didapat sekitar 44 %, dalam klasigfikasi Van
Zuidam termasuk ke dalam satuan daerah berbukit sangat terjal. Sedangkan untuk
beda tingginya didapat Tophill dengan ketinggian 2050 meter, sedangkan
downhill nya dibaca pada angka 1622 meter. Sehingga setelah dihitung dari rumus
tophill – downhill didapat beda tinggi sebesar 437 meter. Beda ketinggian in
menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam daerah dengan relief Perbukitan
Terjal. (Van Zuidam, 1983). Pada peta topografi, satuan berkontur sangat rapat ini
menunjukkan daerah bentang alam vulkanik berupa puncak gunung. Hal ini dapat
disebabkan karena bentang alam vulkanik tergologn tipe bentang alam dimana
proses – proses membangun/konstruktif yang jauh lebih aktif dan mendominasi
daripada proses destruktifnya. Dan bagian yang memiliki kontur yang sangat rapat
dapat dikatakan sebagai bagian yang paling muda dan aktif dalam sekuens proses
konstruksi-destruksi bentang alam vulkanik. Proses konstruktif meliputi tenaga
endogen yang membentuk gunung dan atau pegunungan itu sendiri. Sedankan
proses destruktif meliputi proses erosi dan pelapukan. Karena puncak gunung
merupakan titik keluar aktifitas tenaga endogen dari dalam.
Litologi yang dapat diperkirakan pada pembacaan dari laboratorium
adalah dominasi batuan beku dari hasil proses vulkanisme dan pembekuan
magma. Namun tidak juga menutup kemungkinan adanya perbedaan interpretasi
setelah melakukan observasi lapangan dan sebelum observasi lapangan.
Delineasi pola pengaliran di bentang alam vulkanik menunjukkan bahwa
aliran air dalam wujud sungai terpetakan secara teratur membentuk pola
pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar
ke segala arah dari suatu pusat. Umumnya berkembang pada daerah dengan
struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada bukit-bukit yang
berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang mengalir dari tempat
tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan morfologi gunung itupun sendiri
memusat pada satu ketinggian. Yaitu puncak 2050 meter. Pola pengaliran radial
seperti ini sesuai dengan fungsi gunung sebagai daerah penyeimbang/ pembagi
8
hujan di daerah sekitarnya dan sebagai daerah pengisian air tanah bagi daerah -
daerah di sekitarnya. Dengan kata lain, morfologi gunung secara tidak langsung
membagi debet air dari puncak menyebar ke daerah di lereng dan di kaki gunung
melalui pola pengaliran radial ini sehingga air dapat terdistribusi secara merata.
Pada daerah berkontur rapat hampir tidak ditemukan sama sekali jalan
kendaraan, yang menunjukkan bahwa aktivitas sosial manusia juga sangat
terbatas. Hal ini turut dipengaruhi oleh morfologi daerah puncak yang sulit
dijangkau dan kurang ideal dalam lingkup tata ruang sebagai pusat aktivitas
manusia. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam penggunaan tata guna lahannya dalam
kegiatan konservasi alam, baik pelestarian fauna maupun flora, dengan jauh dari
aktifitas manusia gunung dapat digunakan sebagai taman nasional, yang dengan
seijin pengurus sajalah manusia dapat menjamah wilayah tersebut, dan fungsi
hutan lindung sangat diperlukan untuk menjaga ketersediaan air di segala musim.
4.2 Kontur Renggang
Pada wilayah delinasi bentang alam vulkanik ini mencakup daerah
dengan kelerengan yang rendah, ditunjukkan dengan kontur yang cukup
renggang, semakin landau kelerengannya maka semakin renggang jarak antar
kontur, begitu pula dengan bentang alamnya. Warna merah muda menunjukkan
dataran pada peta topografi tersebut adalah sebuah dataran tinggi. Dataran tinggi
tersebut termasuk dataran tinggi yang berbukit terjal. Pada daerah berwarna merah
tua tersebut dibuat 5 sayatan yang memotong lima kontur yang berurutan. Hal ini
hanyalah sebagai sampel saja dari daerah yang dipetakan. Dari setiap sayatan
dihitung persentase kelerengannya dengan menggunakan perhitungan morfometri
seperti diatas. Setelah itu dihitung juga presentase rataan nya dari satu delinasi ini
saja. Setelah dihitung rerata presentasenya didapat sekitar 24 %, dalam
klasigfikasi Van Zuidam termasuk ke dalam satuan daerah Perbukitan terjal.
Sedangkan untuk beda tingginya didapat Tophill dengan ketinggian 1192 meter,
sedangkan downhill nya dibaca pada angka 742 meter. Sehingga setelah dihitung
dari rumus tophill – downhill didapat beda tinggi sebesar 396 meter. Beda
ketinggian in menurut klasifikasi Van Zuidam termasuk dalam daerah dengan
9
relief Perbukitan Terjal. (Van Zuidam, 1983). Pada peta topografi, satuan
berkontur lebih renggang ini menunjukkan daerah bentang alam vulkanik berupa
perbukitan di kaki gunung. Hal ini dapat disebabkan karena bentang alam
vulkanik tergologn tipe bentang alam dimana proses – proses
membangun/konstruktif yang jauh lebih aktif dan lebih mendominasi daripada
proses destruktifnya. Dan bagian yang memiliki kontur yang renggang sudah
terjadi sedikit keseimbangan dalam sekuens proses konstruksi-destruksi bentang
alam vulkanik. Proses konstruktif meliputi tenaga endogen yang membentuk
gunung dan atau pegunungan itu sendiri. Sedankan proses destruktif meliputi
proses erosi dan pelapukan. Dan di kontur yang renggang ini dapat dilihat sudah
adanya pengaruh erosi dan pelapukan.
Litologi yang dapat diperkirakan pada pembacaan dari
laboratorium adalah dominasi batuan beku dari hasil proses vulkanisme dan
pembekuan magma. Namun juga ada batuan sedimen hasil erosi dan transportasi
material batuan dari kawasan yang lebih tinggi yang ada dia atasnya, serta ada
batuan metamorf sebagai hasil proses metamorfisme .Namun tidak juga menutup
kemungkinan adanya perbedaan interpretasi setelah melakukan observasi
lapangan dan sebelum observasi lapangan.
Hasil deliniasi pola pengaliran di bentang alam vulkanik
menunjukkan bahwa aliran air dalam wujud sungai terpetakan secara teratur
membentuk pola pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah
pengalirannya menyebar ke segala arah dari suatu pusat. Merupakan kelanjutan
dari pola pengairan daerah yang berkontur lebih rapat. Umumnya berkembang
pada daerah dengan struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan
pada bukit-bukit yang berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang
mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan morfologi
gunung itupun sendiri memusat pada satu ketinggian, yaitu puncak 2050 meter.
Pola pengaliran radial seperti ini sesuai dengan fungsi gunung sebagai daerah
reservasi/ pembagi hujan di daerah sekitarnya dan sebagai daerah pengisian air
tanah bagi daerah - daerah di sekitarnya. Dengan kata lain, morfologi gunung
secara tidak langsung membagi debet air dari puncak menyebar ke daerah di
10
lereng dan di kaki gunung melalui pola pengaliran radial ini sehingga air dapat
terdistribusi secara merata.
Tidak seperti pada daerah berkontur rapat yang hampir tidak ditemukan
sama sekali jalan kendaraan, pada kontur yang renggang ini ditemukan banyak
badan jalan yang menunjukkan bahwa daerah ini sudah dekat dengan aktifitas
manusia pada umumnya, seperti adanya pemukiman dan perkebunan warga. Hal
ini turut dipengaruhi oleh morfologi daerah kaki gunung yang sudah mulai mudah
dijangkau dan cukup ideal dalam tata ruang lingkup sebagai pusat aktivitas
manusia. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam penggunaan sebagai perkebunan dan
aktifitas agraris lainnya. Namun dengan adanya peralihan fungsi dari lahan
konservasi menjadi daerah aktifitas manusia dapat menyebabkan problematika
baru seperti tanah longsor dan banjir.
4.3 Korelasi Perbedaan Kontur
Bentang alam vulkanik dalam peta topografi ditandai dengan adanya
kontur yang menunjukkan relief yang meruncing. Semakin tinggi kontur akan
menunjukkan kerapatan yang tinggi, kontur yang rapat juga menunjukkan bentang
alam structural yang lebih kompleks atau justru lebih nampak dan dibandingkan
dengan daerah dengan kontur yang lebih renggang. Kemudian maksud dari
pendelineasian adalah untuk memisahkan dan membedakan secara relative kedua
variasi kelerengan. Pola pengaliran di bentang alam vulkanik menunjukkan
bahwa aliran air dalam wujud sungai tergambarkan secara teratur membentuk pola
pengaliran radial, yaitu pola pengaliran yang arah-arah pengalirannya menyebar
ke segala arah dari suatu pusat. Umumnya berkembang pada daerah dengan
struktur kubah stadia muda, pada kerucut gunungapi, dan pada bukit-bukit yang
berbentuk kerucut. Hal ini dikarenakan sifat dari air yang mengalir dari tempat
tinggi ke tempat yang lebih rendah, sedangkan morfologi gunung itupun sendiri
memusat pada satu ketinggian, walaupun memiliki beberapa puncak.
Klasifikasi Van Zuidam digunakan untuk mengidentifikasi tipe kelerengan
ataupun jenis relief bumi. Perhitungan dari klasifikasi Van Zuidam menggunakan
morfometri.
11
Tabel 4.1 Klasifikasi Van Zuidam
Klasifikasi Relief % Relief Beda Tinggi
Datar 0 – 2 < 50
Bergelombang landai 3 – 7 5 – 50
Bergelombang curam 8 – 13 25 – 75
Berbukit bergelombang 14 – 20 50 – 200
Berbukit terjal 21 – 55 200 – 500
Pegunungan terjal 56 – 140 500 – 1000
Pegunungan sangat terjal > 140 >1000
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah:
5.1.1 Pada perhitungan morfometri kontur sangat rapat didapat hasil rerata
presentase kelerengan 44% yaitu Perbukitan Terjal (Van Zuidam,
1983)
5.1.2 Pada perhitungan morfometri kontur rapat didapat hasil rerata
presentase kelerengan 24% yaitu Perbukitan Terjal (Van Zuidam,
1983)
5.1.3 Litologi di semua satuan didominasi oleh batuan beku, tetapi batuan
sedimen dan metamorf mulai terbentuk di kawasan lereng hingga kaki
gunung.
5.1.4 Gunung sebagai bentukan positif bentang alam vulkanik yang paling
menonjol dalam kenampakan di lapangan turut dicirikan oleh pola
pengaliran sungai radial yang mengikuti morfologinya.
5.2 Saran
5.2.1 Potensi potensi yang menyangkut bentang alam vulkano seperti
geothermal dan konservasi alam perlu dibenahi demi terciptanya
kesetimbangan alam.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://en.wikipedia.org/wiki/Mount_Ungaran diakses pada 31 Maret 2012 pukul
11:30 wib
Staff Asisten Geomorfologi dan Geologifoto. 2012. Buku Panduan Praktikum
Geomorfologi dan Geologifoto Edisi - 6, Semarang: Teknik Geologi
Undip.
14