laporan praktikum proksimat

28
LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH NUTRISI DASAR ANALISIS PROKSIMAT NAMA BAHAN : TEMU PUTIH Tanggal Praktikum : 16 November 2007 Semester III 2006-2007 PRAKTIKAN 1. Yogi Muhamad Nur 200110060080 2. Labudda A.S.P. 200110060100 3. Della Putri Relian 200110060101 4. Hamidin 200110060103 5. Renaldi Alfiansyah 200110060135 6. Ilham Kurniawan 200110060137

Upload: garudadipadj3755

Post on 25-Jun-2015

2.594 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH NUTRISI DASAR

ANALISIS PROKSIMAT

NAMA BAHAN : TEMU PUTIH

Tanggal Praktikum : 16 November 2007

Semester III 2006-2007

PRAKTIKAN

1. Yogi Muhamad Nur 200110060080

2. Labudda A.S.P. 200110060100

3. Della Putri Relian 200110060101

4. Hamidin 200110060103

5. Renaldi Alfiansyah 200110060135

6. Ilham Kurniawan 200110060137

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PETERNAKAN

2007

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

BAB I

PENDAHULUAN

Analisis Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk

mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan.

Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang

sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah

sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka

fraksi yang sesungguhnya.

Sebagian besar, unsur pokok dalam bahan pangan terdiri dari lima kategori yaitu

air, mineral, karbohidrat, lemak dan protein. Kelima kategori ini dibutuhkan untuk

pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok pada manusia, termasuk hewan

ternak. Makanan ternak berisi zat gizi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu

tidak semua bahan makanan dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak.

Untuk memformulasi ransum yang baik itulah, diperlukan penjelasan mengenai

beberapa zat-zat makanan seperti zat makanan anorganik (udara, air, dan mineral), zat

makanan organik (vitamin, karbohidrat, lemak dan protein), serta kuantitas dan kualitas

zat gizi yang dibutuhkan tubuh ternak. Kualitas bahan pakan (dan komponennya) ini

dapat dinilai melalui tiga tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis.

Pada dasarnya, analisis proksimat bermanfaat dalam mengidentifikasi kandungan

zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya.

Selain dari itu, analisis proximat merupakan dasar dari analisis – analisis yang lebih

lanjut.

Seperti yang telah diulas pada dua paragraf sebelumnya, analisis proksimat

bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama yang berhubungan dengan pemberian nutrisi

bagi ternak. Analisis proximat bermanfaat dalam menilai dan menguji kualitas suatu

bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan dengan hasil

analisisnya. Hasil analisis ini pada akhirnya dapat dijadikan dasar formulasi ransum

untuk dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan ternak.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Berat Air (B - D) x 100%Berat Sampel (B-A)

BAB II

PROSEDUR KERJA

2.1 Air

a. Prinsip Kerja

Prinsip analisis air adalah menguapkan air yang terdapat dalam bahan

menggunakan oven dengan suhu 100 – 105OC selama 3-24 jam sehingga seluruh air

yang terdapat dalam bahan menguap yang ditandai dengan penyusutan berat bahan

sampai tidak berubah lagi.

rumus penghitungan kadar air

b. Alat dan Bahan

Oven Listrik

Timbangan Analitik

Cawan Alumunium

Eksikator

Tang Penjepit

c. Prosedur

1. Mengeringkan cawan alumunium dalam oven selam satu jam pada suhu 100-

105OC.

2. Mendinginkan dengan eksikator selama 15 menit dan menimbang beratnya (catat

sebagai A gram)

3. Menambahkan ke dalam cawan alumunium sejumlah sampel sebanyak 2-5 gram

yang telah ditimbang dengan teliti, sehingga berat sampel diketahui dengan tepat

(catat sebagai B gram). Bila menggunakan timbangan analitik, dapat langsung

diketahui berat sampelnya dengan menset zero balance yaitu setelah menimbang

berat alumunium kemudian di-zero kan kembali sehingga menunjukkan angka

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Berat Abu (B - D) x 100%Berat Sampel (B-A)

nol. Lalu sampel dimasukkan ke dalam cawan dan kemudian menimbang beratnya

(catat C gram)

4. Memasukkan cawan dan sampel ke dalam oven selama 3 jam pada suhu 100-

105OC sehingga seluruh air menguap (dapat pula dimasukkan ke dalam oven

dengan suhu 60OC selama 48 jam)

5. Memasukkan cawan dan sampel ke dalam eksikator selama 15 menit dan

menimbangnya. Kemudian mengulangi pekerjaan ini dari tahap nomor 4 dan

nomor 5 samapau beratnya tidak berubah lagi. (catat sebagai D gram)

6. Menghitung kadar air yang terkandung pada bahan.

2.2 Abu

a. Prinsip Kerja

Prinsip analisis abu adalah membakar bahan dengan tanur (furnace) dalam suhu

600 – 700OC selama 3 – 8 jam sehingga seluruh unsur utama pembentuk senyawa

organik (C, H, O, N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Residunya, yang tidak

terbakar, disebut dengan abu yang merupakan kumpulan mineral – mineral yang

terkandung dalam bahan (total mineral dalam bahan).

rumus penghitungan kadar abu

b. Alat dan Bahan

Cawan Porselen 30 ml

Pembakar Bunsen atau hotplate

Tanur Listrik

Eksikator

Tang Penjepit

Timbangan Analitik

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

c. Prosedur

1. Mengeringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-105OC.

2. Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan menimbangnya, kemudian

mencatatnya sebagai A gram.

3. Memasukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram ke dakam cawan, kemudian

mencatatnya sebagai B gram.

4. Memanaskan dengan hotplate atau pembakar Bunsen sampai tidak berasap lagi.

5. Memasukkan cawan porselen ke dalam tanur listrik dengan temperature 600-

700OC. Membakarnya selama 3-6 jam sampai bahan berubah warna menjadi abu

putih.

6. Mendinginkan cawan porselen yang berisi abu dalam eksikator selama 30 menit

dan menimbang beratnya. Kemudian mencatat berat cawan porselen dan abu

sebagai C gram.

7. Menghitung kadar abu yang terkandung pada bahan.

2.3 Protein

a. Prinsip Kerja

Prinsip analisis protein dilakukan secara tidak langsung dengan menentukan kadar

Nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan Nitrogen yang diperoleh dikalikan

dengan 6.25 sebagau angka konversi menadi protein. 6.25 diperoleh dari asumsi

bahwa protein mengandung 16 % Nitrogen (diketahui perbandingan Protein :

Nitrogen adalah 100 : 16 atau 6.25 : 1).

Dalam menganalisis protein, terdapat 3 tahapan analisis kimia, yaitu :

Destruksi bertujuan untuk menghancurkan bahan menjadi komponen

yang lebih sederhana. Pada tahap ini, N dalam bahan terurai dari ikatan

organiknya. Nitrogen yang terpisah diikat oleh H2SO4 menjadi (NH4)2SO4.

Destilasi bertujuan untuk melepaskan N dalam larutan hasil destruksi

dengan membentuk gas NH3. Penambahan basa seperti NaOH 50% akan

merubah (NH4)2SO4 menjadi NH4OH. Jika dipanaskan, NH4OH akan

berubah menjadi gas NH3 dan air yang kemudian dikondensasi. NH3 akan

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

ml HCl x Normalitas HCl x 0.014 x 6.25 x 100%Berat Sampel

ditangkap oleh larutan Asam Boraks 5% sehingga membentuk

(NH4)3BO3).

Titrasi bertujuan untuk menentukan jumlah (NH4)3BO3 dengan titrasi

menggunakan HCl.

rumus penghitungan kadar protein

b. Alat dan Bahan

Alat-alat

Labu Kjeldahl 300 ml

Satu set alat destilasi

Erlenmeyer 250 cc

Buret 50 cc skala 0,1 ml

Timbangan analitik

Zat Kimia

Asam sulfat pekat

Asam Clorida 9yang sudah diketahui normalitasnya)

Natrium Hydroxsida 40%

Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan

perbandingan 1:5)

Asam borax 5%

Indikator campuran (tediri dari bromcresolgreen dan Methyl merah dengan

perbandingan 4:5 sebanyak 0,9 gram, kemudian dilarutkan dalam alkohol 100

ml)

c. Prosedur

Destruksi

1. Menimbang contoh sampel kering oven sebanyak 1 gram (mencatatnya sebagai A

gram).

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

2. Memasukkan sampel ke dalam labu kjeldahl dengan hati – hati, kemudian

menambahkan 2 gram katalis campuran.

3. Menambahkan 20 ml Asam Sulfat pekat.

4. Memanaskan dalam nyala api kecil dalam lemari asam, bila sudah tidak berbuih

lagi, desttruski dilanjutkan dengan nyala api yang lebih besar.

5. Destruksi dianggap selesai jika larutan sudah berwarna hijau jernih, kemudian

dinginkan.

Destilasi

6. Menyiapkan dan memasang alat destilasi selengkapnya dengan hati – hati. Jangan

lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman.

7. Memindahkan larutan hasil destruksi kedalam labu didih, kemudian membilas

dengan aquades sebanyak ± 50 ml.

8. Memasangkan erlenmeyer yang telah diisi dengan asam borax 5% sebanyak 15

ml untuk menangkap gas amoniak, dan telah diberi indikator campuran sebanyak

2 tetes.

9. Membasakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 ml NaOH

40% melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut

masuk ke labu didih.

10. Menyalakan pemanas bunsen dan mengalirkan air kedalam pendingin tegak.

11. Melakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap

oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labuh didih

sebayak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam

erlenmeyer sebanyak 15 ml)

Titrasi

12. Mengambil Erlenmeyer yang berisi hasil sulingan dan membilas bagian yang

terendam dalam air suling.

13. Mentitrasi dengan HCl (yang sudah diketahui normalitasnya) dan mencatatnya

sebagai B.

14. Titrik titrasi tercapai ditandai dengan perubahan warna hijau ke abu-abu,

kemudian mencatat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C ml.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Berat Lemak x 100%Berat Awal Bahan

2.4 Lemak

a. Prinsip Kerja

Prinsip analisis lemak adalah melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam

bahan dengan pelarut lemak (ether, kloroform, petroleum benzene, heksana, aseton)

selama 3-8 jam dengan alat Soxhlet atau Goldfisch. Lemak yang terekstraksi (larut

dalam pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut. Untuk memisahkan antara pelarut

dan zat yang dilarutkan, dilakukan pemanasan dengan oven bersuhu 105OC. Pelarut

akan menguap sedangkan lemak tertinggal dalam wadah. Hal ini berkaitan dengan

titik didih (Titik didih lemak lebih dari 105OC sehingga tidak menguap). Lemak yang

tertinggal dalam wadah, dapat ditentukan beratnya.

rumus penghitungan kadar lemak

b. Alat dan Bahan

Satu set alat Soxhlet

Kertas Saring bebas lemak

Kapas dan hekter

Eskikator

Timbangan Analitik

Kloroform

c. Prosedur

1. Menyiapkan kertas saring yang telah dikeringkan dalam oven (menggunakan

kertas saring bebas lemak)

2. Membuat selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring dan menimbangnya

(catat sebagai A gram). Memasukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam selongsong

kemudian menimbang dan mencatat beratnya sebagai B gram. Setelah itu dapat

diketahui berat sampel yaitu C gram. (B gram – A gram)

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Berat Serat Kasar (E) x 100% Berat Sampel (F)

3. Memasukan selongsong penyaring berisi sampel ke dalam alat soxhlet.

Memasukkan pelarut lemak (kloroform) sebanyak 100-200 ml ke dalam labu

didihnya. Lakukan ekstraksi dengan menyalakan pemanas hotplate dan

mengalirkan air pada kondensornya.

4. Ekstraksi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Setelah itu, mengambil selongsong

yang berisi sampel yang telah diekstraksi dan mengeringkannya dalam oven

selama 2 jam pada suhu 105OC dan memasukkannya ke dalam eksikator selama 15

menit. Kemudian, menimbangnya. (catat sebagai D gram)

5. Mendestilasi kloroform yang terdapat dalam labu didih dan mendestilasinya

sehingga tertampung pada penampung soxhlet. Kloroform disimpan untuk

digunakan kembali.

2.5 Serat Kasar

a. Prinsip Kerja

Prinsip kerja serat kasar adalah menghitung komponen suatu bahan yang tidak

dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer maupun basa encer selama 30

menit. Untuk memperoleh nilai serat kasar, bagian yang tidak larut (residu) dibakar

sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara abu dengan residu adalah nilai

serat kasar.

rumus penghitungan kadar serat kasar

b. Alat dan Bahan

Alat – alat :

Gelas Piala khusus 600 ml

Cawan Porselen 30 ml

Corong Buchner diameter 4.5 cm

Satu set alat pompa vakum

Eksikator

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Kertas saring bebas abu (Whatman No.41)

Tanur Listrik

Hotplate

Tang Penjepit

Timbangan Analitik

Zat Kimia :

H2SO4 1.25 %

NaOH 1.25%

Aseton

Aquades Panas

c. Prosedur

1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4.5 cm dan mencatatnya

sebagai A gram.

2. Menyiapkan cawan porselen kering oven.

3. Memasukkan residu/sisa ekstraksi lemak ke dalam gelas piala khusus sebanyak 1

gram. (catat sebagai B gram)

4. Menambahkan H2SO4 1.25% sebanyak 100 ml kemudian memasangnya pada alat

pemanas khusus tepat dibawah kondensor (reflux)

5. Mengalirkan air dan menyalakan pemanas listrik tersebut.

6. Mendidihkannya selama 30 menit dihitung saat mulai mendidih.

7. Mengambil dan menyaring dengan menggunakan corong buchner yang telah

dipasang kertas saring. (kertas saring ini tidak perlu diketahui beratnya)

8. Melakukan penyaringan menggunakan pompa vakum kemudian cuci / bilas

dengan mempergunakan aquades panas sebanyak 100 ml.

9. Mengembalikan Residu yang terdapat dalam corong buchner kepada beaker glass

semula.

10. Menambahkan NaOH 1.25% sebanyak 100 ml kemudian memasang kembali

pada alat pemanas khusus seperti semula.

11. Melakukan langkah 6 dan 7, namun menggunakan kertas saring yang sudah

diketahui beratnya.

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

12. Membilas secara berturut – turut penyaringan ini dengan :

a. Air panas 100 ml

b. H2SO4 panas 0.3 N (1.25%) 50 ml

c. Air panas 100 ml

d. Aceton 50 ml

13. Memasukkan kertas saring dan isinya (residu) ke dalam cawan porselen dengan

menggunakan pinset

14. Mengeringkan dalam oven dengan suhu 100-105OC selama 1 jam.

15. Mendinginkannya dalam eksikator selama 15 menit kemudian menimbangnya

(catat sebagai C gram)

16. Memanaskan dalam hotplate sampai tidak berasap lagi kemudian

memasukkannya ke dalam tanur listrik dengan suhu 600 – 700OC selama 3 jam

sampai abunya berwarna putih. (Serat Kasar dibakar samapi habis)

17. Mendinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu menimbangnya (catat

sebagai D gram)

18. Mengukur kadar serat kasar yang terkandung dalam bahan makanan.

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

S ampel B ahan K er ingbebas a ir

L emak Filtra t

Filtra t

d irebus denganasam

direbus denganbas a

abu + serat kasar

A bu

N itrogen

P emanasan pada 105O

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Pada tahun 1865, Henneberg dan Stokman dari Weende Experiment Station di

Jerman mengembangkan sebuah metode analisis kandungan bahan makanan dan

menggolongkan komponen yang terdapat dalam makanan. Metode ini didasarkan pada

komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus

dipakai dan dikenal dengan nama analisis proksimat.

Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air

(Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini

adalah skema analisis wendee.

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

Air merupakan komponen yang cukup sukar ditentukan dalam analisis proksimat.

Penentuan kadar air biasanya dilakukan dengan pemanasan 105OC sampai beratnya tidak

berubah. Namun terdapat pengecualian pada produk-produk biologi yang dipanaskan

dalam temperature 70OC akan kehilanagan zat volatile. Oleh karenanya, untuk

menghitung kadar air yang tepat dapat menggunakan deksikator yang divakumkan. Air

ini penting dalam menentukan nilai makanan dan pengaruhnya terhadap komposisi

makanan karena adanya sifat pengencer. Pada aplikasinya dengan nutrisi ternak,

kebutuhan ternak mengkonsumsi air berhubungan dengan konsumsi kalorinya.

Abu pada analisis proksimat penting ketika menghitung Bahan Ekstrak tanpa

Nitrogen (BETN). Pada bahan makanan yang berasal dari hewan, kadar abu berguna

sebagai indeks kadar kalsium dan phosphor. Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah

kombinasi unsure – unsure mineral dalam bahan makanan berasal dari tanaman sangat

bervariasi, sehingga nilai abu tidak dapat dijadikan indeks untuk menentukan jumlah

unsur mineral terentu.

Protein pada analisis proksimat menghasilkan angka yang menunjukkan energi

yang terkandung dalam fraksinya, tapi tidak dapat menggambarkan komposisi asam

amino dan proteinnya. Oleh karena itu, kadar Nitrogen dari bahan makanan ditentukan

dengan cara kjehdahl yang hasilnya dikalikan dengan faktor protein, yaitu 6.25. Dalam

aplikasi nutrisinya, faktor protein 6.25 digunakan dalam penyusunan praktis makanan

ternak.

Ekstrak ether pada analisis proksimat diperoleh dari ekstraksi bahan makanan

dengan menggunakan pelarut lemak. Beberapa bahan makanan ternak yang ada di

Indonesia dapat mengandung 10% atau lebih ekstrak ether. Lemak pada bahan makanan

kestabilannya bervariasi dan memiliki energi yang tinggi, karena itu penyimpanan akan

berpengaruh terhadap ketengikan, palatabilitas dan nilai makanan ternak tersebut.

Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-

bahan kimia yaitu asam sulfat (H2 SO4 1.25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1.25%).

Ada beberapa kelebihan ketika analisis proksimat digunakan dalam

mengidentifikasi bahan makanan, diantaranya :

1. Sensitivitas yang ekstrim. Banyak senyawa yang dapat dihitung pada

bagian-bagiannya per miliar.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

2. Murah.

3. Cepat.

4. Mudah disesuaikan.

Namun ada beberapa kekurangan ketika analisis proksimat digunakan dalam

mengidentifikasi bahan makanan. Diantaranya :

1. Kompleksitas kerja. Banyak dari teknik-teknik yang lebih baru melibatkan

peralatan yang rumit.

2. Preparsi sample. Kebanyakan sample membutuhkan preparasi yang baik

sebelum sampel-sampel dievaluasi kimia.

3. Ukuran sampel. Sampel harus kecil, oleh karena itu prosedur sampling

harus hati-hati dan direncanakan untuk mempromosikan sampel yang

benar-benar mewakili.

4. Tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi vitamin.

Tabel inventarisasi kandungan zat makanan

Zat Makanan Kelompok IV Literatur

Abu 14.6 % 4.69 %

Air 14.56 % 20.5 %

Protein Kasar 3.27 % 2.60 %

Lemak Kasar 10.96 % 0.700 %

Serat Kasar 2.74 % 5.67 %

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

BAB IV

HASIL ANALISIS

4.1 Deskripsi Bahan

a. Nama Bahan : Temu Putih

b. Asal Usul : -

c. Nama Latin Species : Curcuma zedoaria

d. Asal Usul Varietas : Dari tanaman dari satu spesies

e. Varietas : -

f. Bagian : Umbi

g. Umur Tanaman : Matang (siap panen)

h. Lokasi Pengambilan : -

sampel

i. Tanggal Pengambilan : -

sampel

4.2 Penghitungan Kadar Air

Bahan yang dianalisis dalam kondisi kering udara atau kering jemur

A. Berat cawan alumunium : 5.323 g

B. Berat cawan + sampel : 6.273 g

C. Berat sampel (B - A) : 0.95 g

D. Berat cawan + sampel kering oven : 6.189 g

E. Berat Air (B - D) : 0.084 g

F. Kadar air : 8.842 %

Berat Kering (BK) Air = 100% - % Kadar air

= 100 - 8.842

= 91.158

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

4.3 Penghitungan Kadar Abu

Bahan yang dianalisis dalam kondisi kering oven (100% bahan kering)

A. Berat cawan porselen : 20.681 g

B. Berat cawan + sampel : 21.144 g

C. Berat sampel (B - A) : 0.463 g

D. Berat cawan + abu : 20.716 g

E. Berat abu (D - A) : 0.035 g

F. Kadar Abu : 7.55 %

4.4 Penghitungan Kadar Protein Kasar

A. Berat Sampel : 0.424 g

B. ml HCl : 5 ml

C. Normalitas HCl : 0.1326 N

D. Kadar Protein Kasar : 13.682 %

4.5 Penghitungan Kadar Lemak Kasar

A. Berat Selongsong Kertas Saring : 1.113 g

B. Berat Selongsong Kertas Saring + sampel : 2.383 g

C. Berat Sampel (B - A) : 1.27 g

D. Berat selongsong kertas saring + sampel

+ kapas + hekter : 2.463 g

E. Berat selongsong kertas saring + sampel

yang terkestraksi lemaknya + kapas + hekter : 2.274 g

F. Berat Lemak (D – E ) : 0.189 g

G. Kadar Lemak : 14.88 %

4.6 Penghitungan Kadar Serat Kasar

A. Berat Sampel Residu Lemak : 0.855 g

B. Berat Kertas Saring Penyaringan Kedua : 0.241 g

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

A x 100 100 – Kadar Lemak Kasar

C. Berat Kertas Saring penyaringan kedua

+ Residu Pemasakan + Cawan Porselen : 19.287 g

D. Berat Cawan + Abu : 18.858 g

E. Berat Serat Kasar (C – B – A ) : 18.191 g

F. Berat Sampel : 1.004 g

G. Kadar Serat Kasar : 18.11 %

4.7 Penghitungan BeTN

% BETN = 100 – ( % air + % abu + % protein kasar+ % lemak kasar + % serat kasar)

% BETN = 100 – (8.842 + 7.55 + 13.682 + 14.88 + 18.11)

= 100 – 63.064

= 36.936

4.8 Konversi Asfed

a. Air

Konversi = %As fed (air) x 100

BK

= 8.842 x 100 = 9.699 %

91.158

b. Abu

Konversi = %As fed (abu) x 100

BK

= 7.55 x 100 = 8.282 %

91.158

c. Protein Kasar

Konversi = %As fed (protein kasar) x 100

BK

= 13.682 x 100 = 15.009 %

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

91.158

d. Lemak Kasar

Konversi = %As fed (lemak kasar) x 100

BK

= 14.88 x 100 = 16.323 %

91.158

e. Serat Kasar

Konversi = %As fed (serat kasar) x 100

BK

= 18.11 x 100 = 19.866 %

91.158

4.9 Tabel Lengkap Hasil Analisis

As fed (%) 100% Bahan Kering (%)

Air 9.699 8.842

Bahan Kering (BK) 90.301 91.158

Bahan Organik (BO) 82.019 83.608

Bahan Anorganik (BaO) 8.282 7.55

Bahan Organik Tanpa N (BOTN) 67.01 69.926

Protein Kasar (PK) 15.009 13.682

Lemak Kasar (LK) 16.323 14.88

Karbohidrat (KH) 50.687 55.046

Serat Kasar (SK) 19.866 18.11

Bahan Ekstrak tanpa N (BETN) 30.821 36.936

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

BAB V

KESIMPULAN

Analisis proksimat merupakan metode analisis kimia dan penggolongan atau

pengidentifikasi kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Analisis ini

didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya. Prinsip dari analisis ini

adalah untuk memisahkan komponen-komponen makanan menjadi kelompok-kelompok

kecil (fraksi) sesuai dengan kebutuhan pemberian pakannya. Metode ini bisa kita ketahui

dari 6 zat pakan atau pangan yaitu : air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan

BETN.

Dari pembahasan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa temu putih

mengandung 9.699 % air, Bahan Kering 90.301%, Bahan Organik 82.019%, Bahan

Anorganik(Abu) 8.282%, Bahan Organik Tanpa N 67.01 %, Protein 15.009%, Lemak

Kasar 16.323%, Serat Kasar 19.866 %, dan Bahan Ekstark Tanpa N 30.821%

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM proksimat

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1977. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta : PT. Gramedia

http://mail.kimia.lipi.go.id/index.php?pilihan=pelatihan&kunci=&kateg

ori=1&id=8&PHPSESSID=e9151239898b63f9433edc2fd1dea7TEKNIK

ANALISIS PROKSIMAT DAN APLIKASINYA

Tillman, Allen D. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press

Paraksasi, Aminuddin. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Bandung :

Angkasa