laporan praktikum pk 1,2

34
A. Tujuan Praktikum 1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urin rutin dan secara kimiawi 2. Mahasiswa mampu menganalisa warna, derajat keasaman (pH), berat jenis urin dan bau urin dalam pemeriksaan makroskopis 3. Mahasiswa mampu menganalisa unsur sedimen urin dalam pemeriksaan mikroskopis 4. Mahasiswa mampu melakukan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan protein dan glukosa urin. B. Dasar Teori Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang sering diamati dalam membantu menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit, ada kemungkinan bahwa urinalisa adalah pemeriksaan laboratorium yang paling tua. 1 1. Definisi urine Urinalisa adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis terhadap urin. Uji urin rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh

Upload: pujangga-puspito

Post on 27-Dec-2015

140 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan praktikum urin

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum PK 1,2

A. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urin rutin dan secara

kimiawi

2. Mahasiswa mampu menganalisa warna, derajat keasaman (pH),

berat jenis urin dan bau urin dalam pemeriksaan makroskopis

3. Mahasiswa mampu menganalisa unsur sedimen urin dalam

pemeriksaan mikroskopis

4. Mahasiswa mampu melakukan dan menginterpretasi hasil

pemeriksaan protein dan glukosa urin.

B. Dasar Teori

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang sering diamati dalam

membantu menegakkan diagnosa berbagai macam penyakit, ada

kemungkinan bahwa urinalisa adalah pemeriksaan laboratorium yang

paling tua.1

1. Definisi urine

Urinalisa adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis

terhadap urin. Uji urin rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821.  

Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui

ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan

terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami

reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya

terbentuk 1 ml urin per menit.2

2. Mekanisme pembentukan urine

Urine berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke

dalam ginjal dengan melalui glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi

pada simpai Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari

glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-

zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan

ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Ada 3 Tahap Pembentukan

Urine:3

a. Proses Filtrasi

Page 2: Laporan Praktikum PK 1,2

Proses ini terjadi di glomerulus, proses filtrasi terjadi karena

permukaan aferen lebih besar dari permukaan eferen sehingga

terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring

adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring

ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air,

natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, yang diteruskan ke tubulus

ginjal.3

b. Proses Reabsorbsi

Fungsi utama tubulus proksimal adalah reabsorpsi yaitu proses

dikembalikannya air bersama dengan glukosa, asam amino, asam

urat dan protein yang berhasil menembus filter glomerulus ke

aliran darah. Tubulus proksimal juga mengembalikan elektrolit,

natrium, chlorida dan bikarbonat. Simpai Henle mereabsopsi air

dan natrium. Tubulus distal secara halus mengatur konsentrasi

ion-ion natrium, kalium, bikarbonat, fosfat dan hydrogen.1

c. Proses Sekresi

Proses ini adalah proses penyerapan urine sisa dari filtrasi dan

reabsorpsi. Proses penyerapan urine ini terjadi pada tubulus dan

diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk

ke vesika urinaria.3

3. Komposisi urine

Komposisi zat-zat dalam urine bervariasi tergantung jenis

makanan serta air yang diminumnya. Urine normal berwarna jernih

transparan, sedang warna urine kuning muda urine berasal dari zat

warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal pada manusia

terdiri dari air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat, asam

fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garam terutama garam dapur, dan

zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya vitamin C dan obat-

obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urin tersebut berasal dari

darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang

Page 3: Laporan Praktikum PK 1,2

proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal

glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.4

4. Macam Sampel Urine5

a. Urine Sewaktu

Adalah urine yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak

ditentukan dengan khusus. Urine sewaktu ini cukup baik untuk

pemeriksaan rutin yang menyertai pemeriksaan badan tanpa

pendapat khusus.

b. Urine Pagi

Adalah urine yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari

setelah bangun tidur. Urine ini lebih pekat dari urine yang

dikeluarkan siang hari, jadi baik untuk pemeriksaan sediment,

berat jenis, protein, tes kehamilan dan lain-lain.

c. Urine Postprandial

Adalah urine yang pertama kali dilepaskan 11/2 - 3 jam sehabis

makan. Urine ini berguna untuk pemeriksaaan terhadap

glukosuria.

d. Urine 24 Jam

Adalah urine yang dikumpulkan selama 24 jam. Urine yang

pertama keluar dari jam 7 pagi dibuang, berikutnya ditampung

termasuk juga urine jam 7 pagi esok harinya.

e. Urine 3 gelas dan urine 2 gelas pada laki-laki. Urine ini dipakai

pada pemeriksaan urologik yang dimaksudkan untuk

mendapatkan gambaran tentang letaknya radang atau lesi yang

mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam urine laki-laki.

Urine 3 gelas adalah urine yang waktu keluar langsung ditampung

ke dalam 3 gelas sediment (gelas yang dasarnya menyempit)

tanpa menghentikan aliran urinnya. Ke dalam gelas pertama

ditampung 20 – 30 ml 10 urin yang mula-mula keluar, ke dalam

gelas kedua dimasukkan urin berikutnya, beberapa ml terakhir

ditampung dalam gelas ketiga. Untuk mendapat urine 2 gelas,

Page 4: Laporan Praktikum PK 1,2

caranya sama seperti urine 3 gelas, dengan perbedaan: gelas

ketiga ditiadakan dan ke dalam gelas pertama ditampung 50 – 70

ml urine.

5. Pemeriksaan urine rutin

a. Pemeriksaan makroskopis5

1) Warna urin

Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya duiresis;

makin besar diuresis, makin muda warna urin itu. Warna

normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna

itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama

urochrom dan urobilin. Beberapa sebab warna urin

a) Kuning

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin,

urochrom.

Zat warna abnormal: bilirubin.

Obat-obat dan diagnostik: santonin, PSP, riboflavin

(dengan fluoresensi hijau).

b) Hijau

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.

Obat-obat dan diagnostik: methyleneblue, Evan’s blue.

Kuman-kuman: Ps. aeruginosa (B. pyocyaneus)

c) Merah

Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.

Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.

Obat-obat dan diagnostik: santonin, PSP, amidopyrin,

Congored, BSP.

Kuman-kuman: B. prodigiosus.

d) Coklat

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.

Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.

e) Coklat tua atau hitam

Page 5: Laporan Praktikum PK 1,2

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.

Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.

Obat-obat: derivat-derivat fenol, argyrol.

f) Serupa susu

Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.

Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat

lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.

Obat-obat dan diagnostik: santonin, PSP, riboflavin

(dengan fluoresensi hijau).

g) Kejernihan

Tidak semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urin

normalpun akan menjadi agak keruh jika dibiarkan atau

didinginkan: kekeruhan ringan itu disebut nubecula dan

terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan leukosit yang lambat

laun mengendap.

Sebab-sebab urin keruh dari mula-mula:

a) Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar. Kekeruhan

menghilang jika urin diberikan asam asetat encer.

Sediment mengandung banyak kristal fosfat atau karbonat.

b) Bakteri-bakteri. Kekeruhan yang terjadi bukan saja

disebabkan oleh berkembangbiaknya kuman, tetapi juga

oleh bertambahnya unsur sediment seperti sel epitel,

leukosit, dsb.

c) Unsur-unsur sediment dalam jumlah besar, seperti

eritrosit, leukosit dan sel-sel epithel.

d) Chylus dan lemak. Urin keruh menyerupai susu encer

e) Benda-benda koloid.

2) Derajat Keasaman

Page 6: Laporan Praktikum PK 1,2

a) Penetapan reaksi dengan kertas lakmus

Urin asam mengubah warna kertas lakmus biru menjadi

merah. Urin lindi mengubah kertas lakmus merah menjadi

biru; jika kemudian urin itu disebabkan oleh amoniak,

warna biru hilang lagi jika kertas itu dipanasi sedikit-

sedikit sampai kering.

b) Penetapan pH dengan kertas nitrazin

Kertas nitrazin dapat dipakai untuk menentukan pH antara

4,5-7,5. Skala warna memberi kemungkinan membaca

antara dua warna. Pada pH 4,5 warna nitrazin kuning,

warna itu berubah lambat laun menjadi biru pada pH yang

lebih tinggi.

c) Penetapan Ph dengan campuran indikator

Batas-batas normal pH ialah 6,4-8,5. Urin 24 jam

mempunyai pH rata-rata 6,2 oleh pengeluaran zat-zat

metabolik yang asam. Keasaman titrasi urin 24 jam rata-

rata 300 ml asam 1/10 n, dengan batas-batas dari 100-600

ml.

3) Berat Jenis

Berat jenis urin sangat erat hubungannya dengan duiresis;

makin besar diuresis, makin rendah berat jenis dan

sebaliknya. Berat jenis urin 24 jam dari orang normal

biasanya berkisar antara, 1,016-1,022. Oleh pengaruh faktor-

faktor yang menentukan besarnya diuresis, batas normal

boleh berbeda-beda 1,003-1,030. Urinometer yang dipakai

hendaklah yang ditera pada satu suhu antara 27-35°C. Jika

suhu tera berbeda dari suhu kamar harus diadakan koreksi

terhadap pembacaan urinometer.

4) Bau Urin

Page 7: Laporan Praktikum PK 1,2

Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh asam-

asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari

yang normal:

a) Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti

jengkol, petai, durian, dsb.

b) Oleh obat-obatan, seperti terpentin, menthol, dsb.

c) Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum.

Biasanya terjadi dengan urin yang dibiarkan tanpa

pengawet: reaksi urin menjadi lindi.

d) Bau pada ketonuria: bau itu ada dari semula dan

menyerupai bau buah-buahan atau bunga setengah layu.

e) Bau busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal

dari perombakan zat-zat protein, umpamanya dari

carcinoma dalam saluran kencing.

b. Pemeriksaan kimiawi

1) Protein

Pemberian asam asetat dilakukaan untuk mencapai atau

mendekati titik iso-elektrik protein; pemanasan selanjutnya

mengadakan denaturasi dan terjadilah presipitasi. Proses

presipitasi dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada

dalam urin atau yang sengaja ditambahkan kepada urin.

Sumber reaksi negatif palsu pada percobaan pemanasan

dengan asam acetat ialah pemberian asam acetat yang

berlebihan. Kekeruhan yang halus mungkin hilang oleh karena

itu. Sumber reaksi positif palsu (kekeruhan yang tidak

disebabkan oleh albumin atau globulin) mungkin:2

a) Nucleoprotein. Kekeruhan terjadi pada pemberian asam

acetat sebelum pemanasan.

b) Mucin. Kekeruhan yang disebabkan oleh mucin juga terjadi

pada saat pemberian asam acetat sebelum pemanasan.

Page 8: Laporan Praktikum PK 1,2

c) Proteose (albumose). Presipitat oleh zat ini terjadi setelah

campuran reaksi mendingin, kalau dipanasi menghilang

lagi.

d) Asam-asam resin. Kekeruhan oleh zat-zat ini larut dalam

alkohol.

2) Glukosa (reduksi gula) urine

Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita.

Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara

reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin

didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan

reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa,

pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti

streptomycin, salisilat, vitamin C.

Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara

reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin

sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai

250 mg/dl. Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena

gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak

bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil

negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C

melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin.

Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa

dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk

mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus,

tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma,

peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang

ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan

dan sindroma Fanconi.5

Page 9: Laporan Praktikum PK 1,2

c. Pemeriksaan mikroskopis

1) Pemeriksaan Sediment5

Unsur-unsur sediment:

Lazimnya unsur-unsur sediment dibagi atas 2 golongan:

organik, yaitu berasal dari sesuatu organ atau jaringan dan

yang tak-organik yang tidak berasal dari sesuatu jaringan.

a) Unsur-unsur organik

(1). Sel epithel. Sel ini berinti satu; ukurannya lebih besar

dari leukosit; bentuknya berbeda menurut tempat

asalnya.

(2). Fosfat-fosta Leukosit. Nampak seperti benda bulat

yang biasanya berbutir halus. Intinya lebih jelas

nampak jika kepada sediment diberikan setetes larutan

asam asetat 10%.

(3). Eritrosit. Bentuk berbeda menurut lingkungannya;

dalam urin pekat mengerut, dalam urin encer bengkak

dan hampir tidak berwarna; dalam urin lindi mengecil

sekali.

(4). Silinder.

(a) Silinder hialin. Silinder yang sisi-sisinya paralel

dan ujung-ujung membulat; homogen (tanpa

struktur) dan tidak berwarna. Silinder hialin sukar

nampak.

(b) Silinder berbutir. Dengan butir halus dan dengan

butir kasar. Yang berbutir halus mempunyai

bentuk seperti silinder hialin; yang berbentuk

kasar sering lebih pendek dan lebih tebal.

(c) Silinder lilin. Tak berwarna atau sedikit abu-abu;

lebih lebar dari silinder hialin.

(d) Silinder fibrin.

Page 10: Laporan Praktikum PK 1,2

(e) Silinder eritrosit. Eritrosit-eritrosit terlihat pada

permukaan.

(f) Silinder leukosit. Silinder yang tersusun dari

leukosit atau yang permukaannya dilapisi oleh

leukosit.

(g) Silinder lemak. Silinder ini mengandung butir-

butir lemak.

(5). Oval fat bodies. Sel epitel yang mengalami degenerasi

lemak, bentuknya membulat.

(6). Benang lendir. Bentuknya panjang, sempit dan

berombak-ombak.

(7). Silindroid. Hampir serupa silinder hialin, tetapi salah

satu ujung lambat-lambat menyempit menjadi halus

serupa benang.

(8). Spermatozoa.

(9). Potongan-potongan jaringan.

(10). Parasit-parasit.

(11). Bakteri-bakteri.

b) Unsur-unsur anorganik

(1). Bahan amorf. Urat-urat dalam urin asam dan fosfat-

fosfat dalam urin lindi.

(2). Kristal-kristal dalam urin normal.

(a)Dalam urin asam; asam urat, natrium urat dan

jarang sekali kalsium urat. Kristal asam urat

biasanya berwarna kuning.

(b)Dalam urin asam atau yang netral atau yang sedikit

lindi: kalsium oksalat dan terkadang asam hipurat.

(c)Dalam urin lindi atau terkadang netral: amonium-

magnesium fosfat (triplefosfat) dan jarang di

kalsium fosfat.

Page 11: Laporan Praktikum PK 1,2

(d)Dalam urin lindi: kalsium karbonat, amonium

biurat dan kalsium fosfat.

(3). Kristal-kristal yang menunjukkan kepada keadaan

abnormal; cystin, leucine, tyrosine, kolesterol,

bilirubin, hematoidin.

(4). Kristal-kristal yang berasal dari sesuatu macam obat

seperti bermacam-macam sulfonamida.

(5). Bahan lemak.

C. Alat dan Bahan

1. Alat:

a. Tabung reaksi

b. Object glass

c. Deck glass

d. Pipet tetes

e. Kertas pH universal

f. Gelas ukur 25 ml

g. Gelas ukur 10 ml

h. Urinometer

i. Kertas saring

j. Penjepit tabung

k. Pemanas spritus

l. Gelas ukur 10 ml

m. Mikroskop

n. Sentrifuse

2. Bahan:

a. Urine

b. Larutan asam asetat 6%

c. Larutan benedict

d. Larutan sternheimer-malbin

Page 12: Laporan Praktikum PK 1,2

D. Cara Kerja

1. Pemeriksaan makroskopis

a. Warna

Masukan urin dalam tabung reasi (3/4 tabung)

Lihat warna pada cahaya terang pada posisi miring

Amati hasilb. Derajat keasaman (pH)

Sepotong kecil kertas pH universal diletakan di atas object glass

Tambahkan 1 tetes urin, tunggu 1 menit

Bandingkan warna kertas itu dengan skala warna yang tersedia

c. Berat jenis urine

Masukan urin dalam gelas ukur 25 ml

Saring dengan kertas saring apabila terdapat busa

Masukan urinometer dalam gelas ukur tersebut

Putarlah urinometer dengan ibu jari dan jari telunjuk

Baca permukaan urin pada skala urinometer ketika urinometer terapung di tengah gelas

Page 13: Laporan Praktikum PK 1,2

d. Bau urine

Masukan Urin dalam tabung reaksi (2/3 tabung)

Bau dengan cara dikibaskan di dekat hidung

2. Pemeriksaan kimiawi

a. Protein urine

Masukan urin jernig ke dalam tabung reaksi (2/3 penuh)

Pegang bagian ujung bawah tabung reaksi

Panaskan bagian atas tabung dengan api sampai mendidih

Perhatikan terjadinya keruhan di lapisan atas urin

Bandingkan dengan bagian bawah yang tidak dipanasi

Jika terjadi keruhab terdapat protein/kalsium fosfat/kalsium karbonat

Tetesi urin 3-5 teteas dengan larutan asam asetat 6%

Jika keruhan hilang = terdapat kalsium fosfat

Jika keruhan hilang tapi ada gas = terdapat kalsium karbonat

Jika masih ada keruhan/ makin keruh = terdapat protein

Panasi lagi lapisan atas sampai mendidih

Beri penilaian secara semi kuantitatif

Page 14: Laporan Praktikum PK 1,2

b. Glukosa (reduksi gula) urine

Masukan 5 ml Benedict ke dalam tabung reaksi

Ditambahkan 8 tetes urin

Kocok dan panaskan bagian bawah tabung dengan pemanas spirtus

Baca hasil reduksinya

3. Pemeriksaan mikroskopis

Masukan 10 ml ke tabung reaksi yang berskala

Buang cairan atas (dengan menuang secara cepat sampai tersisa 0,5 ml)

Kocok tabung untuk eresuspensikan sedimen

Tambah 1 tetes larutan steinheimer-malbin

Campur dengan pipet

Teteskan 1 tetes sedimen di atas object glass

Tutup dengan deck glass

Periksalah dengan mikroskop dengan perbesaran 100x untuk silinder,kristal dan perbesaran 400x untuk melihat eritrosit dan

leukosit

Page 15: Laporan Praktikum PK 1,2

E. Hasil Pengamatan dan Analisis Data

1. Pemeriksaan makroskopis

a. Warna

Warna urine Kuning muda

*normal : kuning muda – kuning tua

b. Derajat keasaman (pH)

pH 6

*normal : 4,6 – 8,5

c. Berat jenis urine

Cara perhitungan:

= BJ urine terbaca + (SR−ST )

3 x 0,001

= 1,008 + (25−20)

3 x 0,001

= 1,01

*normal : 1,003 – 1, 030

d. Bau urine

Bau urine amonia

*normal: amonia

2. Pemeriksaan kimiawi

a. Protein urine

negatif Positif 1 Positif 2 Positif 3 Positif 4

Ѵ (tidak

ada

kekeruhan)

Interpretasi hasil

1) Negatif : tidak ada kekeruhan

2) Positif 1 : ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir (kadar

protein kira-kira 0,01-0,05%)

Page 16: Laporan Praktikum PK 1,2

3) Positif 2 : kekeruhan mudah dilihat dan terdapat butir-butir

(kadar protein 0,05-0,2%)

4) Positif 3 : urin jelas keruh dan terdapat keping-keping

(kadar protein 0,2-0,5%)

5) Positif 4 : urin sangat keruh atau bergumpal-gumpal atau

memadat (kadar protein > 0,5%)

6) Nilai normal : negatif

b. Glukosa urine

negatif Positif 1 Positif 2 Positif 3 Positif 4

Ѵ (biru

jernih)

Interpretasi hasil :

1) Negatif : warna tetap biru jernih atau sedikit kehijauan dan

agak keruh

2) Positif 1: hijau kekuning-kuningan dan keruh (sesuai

dengan 0,5-1%glukosa)

3) Positif 2 : kuning keruh (1-1,5%glukosa)

4) Positif 3 : jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)

5) Positif 4 : merah keruh (>3,5% glukosa)

3. Pemeriksaan mikroskopis

a. Urin Pasien :

DilaporkanEritrosit/LPK 25Leukosit/LPK 21Silinder/Kristal/LPL 5

b. Urin sejawat :Dilaporkan NormalEritrosit/LPK 0Leukosit/LPK 0Silinder/Kristal/LPL 0

Kristal – kristal yang ditemukan yaitu :

Page 17: Laporan Praktikum PK 1,2

Kalsium oxalate (gambar) Ammonium biurat Kristal urat

Nilai Normal : Normal + ++ +++ ++++

Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 > 30 penuhLeukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 > 50 penuh

Silinder/Kristal/LPL

0-1 1-5 5-10 10-30lebih dari

30Keterangan :

Khusus untuk kristal Ca-oxallate : + masih dinyatakan normal; +

+ dan +++ sudah dinyatakan abnormal.

F. Pembahasan

Urinalisa adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis

terhadap urin. Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pemeriksaan

urin rutin dengan sampel urin pagi yang dimasukan kedalam botol aqua

kering 300 ml dengan volume urin kurang lebih 150 ml. Sebelum

melakukan pengamatan praktikan menggunakan handscoen untuk

menghindari kontak langsung dengan urin yang dapat menyebabkan

infeksi.

Percobaan pertama adalah melakukan pemeriksaan warna urin.

Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun

makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin

banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar

antara kuning muda dan kuning tua. Dari hasil pengamatan terlihat urin

berwana kuning muda (normal). Hal ini disebabkan karena adanya zat

urobilin, urochrom dan obat-obatan yang mengandung santonin, PSP dan

riboflavin.

Percobaan kedua adalah melakukan pemeriksaan derajat keasaman

(pH). Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,

kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin

Page 18: Laporan Praktikum PK 1,2

normal berkisar antar 4,6 - 8,5. Selain itu penetapan pH pada infeksi

saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Dari hasil

pengamatan didapatkan pH urin sebesar 6. Hasil ini menunjukan bahwa

urin yang diamati masih dalam batas normal.

Percobaan yang ketiga adalah pemeriksaan berat jenis urin. Berat

jenis urin sangat erat hubungannya dengan duiresis; makin besar diuresis,

makin rendah berat jenis dan sebaliknya. Berat jenis urin 24 jam dari orang

normal biasanya berkisar antara, 1,016-1,022. Oleh pengaruh faktor-faktor

yang menentukan besarnya diuresis, batas normal boleh berbeda-beda

yaitu 1,003-1,030. Urinometer yang dipakai hendaklah yang ditera pada

satu suhu antara 27-35°C. Jika suhu tera berbeda dari suhu kamar harus

diadakan koreksi terhadap pembacaan urinometer. Dalam melakukan

pengujian praktikan menggunakan suhu ruangan 25°C dan suhu ter

urinometer 20°C. Setelah mendapatkan berat jenis urin yang terbaca maka

praktikan mulai menghitung berat jenis urin dengan rumus:

= BJ urine terbaca + (SR−ST )

3 x 0,001

SR = suhu ruangan

ST = suhu tera urinometer

= 1,008 + (25−20)

3 x 0,001

= 1,01

Dari hasil perhitungan didapatkan berat jenis urin adalah 1,01,

artinya masih dalam batas normal. Faktor yang dapat mempengaruhi BJ

urin seseorang adalah komposisi urin, fungsi pemekatan ginjal, dan

produksi urin itu sendiri. Keadaaan yang menimbulkan BJ urin rendah

adalah kondisi tubuh pada udara dingin, diabetes insipidus, dan terlalu

banyak mengkonsumsi air. Keadaan yang menimbulkan BJ urin tinggi

adalah dehidrasi, protein uria, diabetes melitus.

Percobaan keempat adalah pemeriksaan bau urin. Bau urin normal

disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan

Page 19: Laporan Praktikum PK 1,2

dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti

mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Dari hasil pengamatan

didapatkan bau yang aromatik memusingkan (amoniak) yang artinya bau

urin tersebut masih dalam batas normal. Bau amoniak disebabkan

perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang

dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula

dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya

pada karsinoma saluran kemih.

Percobaan kelima adalah pemeriksaan kimiawi yaitu protein urin.

Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak

diperlukan oleh tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit

tubuh. Setiap saat, secara teratur, darah yang beredar di tubuh kita akan

melewati ginjal untuk menjalani proses filtrasi di ginjal. Proses filtrasi

tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta sisa metabolisme

tubuh yang tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna bagi

tubuh, seperti protein, tidak terfiltrasi dan tidak keluar di urin.

Penetapan kadar protein dalam urin biasanya dinyatakan berdasarkan

timbulnya kekeruhan pada urin. Salah satu uji protein urin yang cukup

peka adalah dengan melalui pemanasan urin dengan asam asetat.

Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai atau mendekati titik iso-

elektrik protein, sedangkan pemanasan bertujuan untuk denaturasi

sehingga terjadilah presipitasi. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa

protein urin negatif yang artinya tidaka ada kekeruhan (normal). Pada urin

normal sebenarnya tetap mengandung protein tetapi jumlahnya sedikit,

yaitu dibawah 150 mg/24 jam (biasanya ditandai dengan tanda -). Jika

terdapat kadar protein urine diatas 150 mg/24 jam, hal ini dapat

disebabkan adanya gangguan pada ginjal.

Percobaan keenam adalah pemeriksaan kadar gukosa(reduksi gula)

urin. Di dalam darah kadang terdapat jumlah glukosa yang berlebihan

karena kerja hormon insulin yang tidak sempurna yang disebut dengan

diabetes melitus. Keadaan demikian maka ginjal tidak bisa

Page 20: Laporan Praktikum PK 1,2

mempertahankan kadar glukosa tersebut. Ginjal meloloskan masuk

kedalam tubulus ginjal sehingga urine yang dihasilkan akan mengandung

gula. Hal tersebutlah yang menyebabkan glukosuria. Glukosuria atau

glikosuria adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya air seni tidak

mengandung glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi

kembali ke dalam sirkulasi darah. Glikosuria akan menyebabkan dehidrasi

karena air akan terekskresi dalam jumlah banyak ke dalam air seni melalui

proses yang disebut diuresis osmosis. Metode pemeriksaan glukosa urin

yang berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya, tetapi praktikan

memilih menggunakan metode benedict. Reaksi benedict sensitive karena

larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari

seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh

larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit

endapan pada dasar tabung.  Uji benedict lebih peka karena benedict dapat

dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan

berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan. Dari hasil

pengamatan didapatkan hasil bahwa glukosa urine negatif dengan warna

biru jernih, artinya masih dalam batas normal. Keadaan yang dapat

menyebabkan adanya glukosa dalam urin adalah gangguan hormon,

gangguan hati atau gangguan metabolsime.

Percobaan ke tujuh adalah pemeriksaan mikroskopis (sedimen urin).

Urin yang digunakan pada pemeriksaan sedimen urin adalah urin segar

dari urin pasien dan urin sejawat. Tujuan pemeriksaan sedimen ini untuk

membandingkan antara urin sejawat dan urin pasien tentang unsur-unsur

yang ada dalam urin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai

lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau

LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan

lapangan penglihatan besar atau LPB. Unsur-unsur sedimen adalah sebagai

berikut:

Page 21: Laporan Praktikum PK 1,2

1. EritrositEritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari

saluran kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya

eritrosit, namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK.

Hematuria adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin

karena: kerusakan glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih,

trauma ginjal, batu saluran kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal,

nekrosis tubular akut, infeksi saluran kemih atas dan bawah,

nefrotoksin, dll. Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal,

membengkak, krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan

mikroskop cahaya. Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020,

eritrosit berbentuk cakram normal. Eritrosit tampak bengkak dan

hampir tidak berwarna pada urin yang encer, tampak mengkerut

(crenated) pada urine yang pekat, dan tampak mengecil sekali dalam

urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit tampak seperti

ragi.

2. Leukosit

Lekosit berbentuk bulat, berinti, granuler, berukuran kira-kira 1,5

– 2 kali eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya adalah neutrofil

(polymorphonuclear, PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian

manapun dari saluran kemih. Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK

umumnya masih dianggap normal. Peningkatan jumlah lekosit dalam

urine (leukosituria atau piuria) umumnya menunjukkan adanya infeksi

saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis, pielonefritis, atau

glomerulonefritis akut, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat

yang mungkin disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas

membran glomerulus atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi

berat jenis urin rendah, leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel

Page 22: Laporan Praktikum PK 1,2

Glitter merupakan lekosit PMN yang menunjukkan gerakan Brown

butiran dalam sitoplasma. Pada suasana pH alkali leukosit cenderung

berkelompok.

3. Silinder

Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang

terbentuk di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder

terbentuk hanya dalam tubulus distal yang rumit atau saluran

pengumpul (nefron distal). Tubulus proksimal dan lengkung Henle

bukan lokasi untuk pembentukan silinder. Silinder dibagi-bagi

berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya. Faktor-faktor

yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang

rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH

rendah (asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein,

terutama mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall

adalah matriks protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein

yang dihasilkan oleh sel epitel ginjal. Semua benda berupa partikel

atau sel yang terdapat dalam tubulus yang abnormal mudah melekat

pada matriks protein yang lengket.

Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah

eritrosit, leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau

dalam berbagai tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel

atau bahan lain yang cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan

berdasarkan konstituennya. Apabila konstituen selular mengalami

disintegrasi menjadi partikel granuler atau debris, biasanya silinder

hanya disebut sebagai silinder granular.

G. Kesimpulan