laporan praktikum kompleks
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA ANORGANIK
SINTESIS SENYAWA KOMPLEKSDIASETILASETONATOKOBALT(II)
NAMA : JEANE MELYANTI MATUTUNIM : H31111277KELOMPOK/ REGU : II (DUA)/ II (DUA)HARI/ TANGGAL.PERC : SENIN/ 02 DESEMBER 2013ASISTEN : SUKMAWATI USMAN
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIKJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentukdari ion logam yang
berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan
ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam
untuk berikatan. Pemberi pasangan elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat
yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa
dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat stabil. Salah satu senyawa kompleks
yang sangat stabil adalah senyawa kompleks yang berbentuk khelat.
Senyawa kompleks pada umumnya terdiri atas atom pusat yang terikat
langsung dengan suatu senyawa yang kita kenal dengan sebutan ligan. Ligan tersebut
memiliki peran yang sangat penting dalam suatu senyawa kompleks yang mana
semakin kuat suatu ligan berikatan dengan suatu senyawa kompleks, maka kompleks
tersebut akan semakin stabil.
Sifat khas dari senyawa kompleks adalah kemampuannya untuk
menampakkan warna-warna tertentu, tergantung dari jenis atom pusat dan ligan yang
menyusun kompleks tersebut. Jenis ligan itu sendiri, turut mempengaruhi kestabilan
dari senyawa yang dibentuknya. Sehingga selanjutnya ligan dapat digolongkan
menjadi ligan kuat dan ligan lemah.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah percobaan ini yaitu untuk
mengetahui kemampuan senyawa kompleks berinteraksi dengan ligan asetilaseton.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mempelajari dan memahami sintesis
senyawa kompleks diasetilasetonatokobalt (II).
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah mensintesis senyawa kompleks
diasetilasetonatokobalt (II).
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah mensintesis diasetilasetonatokobalt (II)
dengan mereaksikan CoCl2.6H2O dan asetilaseton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kimia koordinasi atau kimia kompleks adalah bagian dari ilmu kimia yang
mempelajari senyawa-senyawa koordinasi atau senyawa kompleks. Senyawa-
senyawa ini molekul-molekulnya tersusun dari gabungan dua atau lebih molekul
yang sudah jenuh (Sukardjo, 1985).
Senyawa kompleks merupakan jenis senyawa yang molekul atau ionnya dapat
membentuk ikatan koordinasi dengan atom logam atau ion. Spesies koordinasi
(disebut ligan) memiliki pasangan elektron bebas yang dapat disumbangkan untuk
logam atom atau ion lainnya, seperti ion amonia atau air, atau negatif seperti Cl - atau
CN-. Kompleks yang dihasilkan mungkin netral atau mungkin menjadi ion kompleks
(Daintith, 2004).
Beberapa atom mempunyai tenaga yang dapat mempersatukan atom-atom,
gugusan mereka atau molekul-molekul dengan penggunaan valensi sekunder. Atom-
atom atau gugusan yang terikat dengan valensi sekunder dinamakan terkoordinasi
dengan atom pusat dan dihasilkan senyawa kompleks yang dikenal sebagai kompleks
koordinasi. Gugus kompleks koordinasi yang terikat dengan valensi sekunder tidak
dapat terionisasi sedangkan gugus yang terikat dengan valensi primer dapat
terionisasi. Jumlah maksimum ion atau molekul yang dapat terikat pada atom pusat
dengan valensi sekunder disebut sebagai “bilangan koordinasi”. Ion atau molekul
yang terikat pada atom pusat melalui ikatan koordinasi dinamakn ligan. Terdapat
bermacam-macam ligan seperti unidentat, bidentat, tridentat, dan sebagainya. Setiap
jenis ligan ditentukan oleh jumlah titik-titik koordinasi yang dimiliki ligan
(Sjahrul, 2010).
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam lewis.
Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elekron
(misalnya NH3 melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin
merupakan anion monoatomik (tetapi bukan netral) seperti ion halide, anion
poliatomik seperti NO2, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks
seperti piridin C5H5N (Petrucci, 1999).
Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul netral yang merupakan donor
elektron. Beberapa yang umum adalah F-, Cl-, Br-, CN-, NH3, H2O, CH3OH dan
OH-.Ligan seperti ini bila menyumbangkan sepasang elektronnya kepada sebuah
atom logam, disebut ligan monodentat (ligan bergigi satu). Kelima kompleks Pt2+
hanya mengandung ligan monodentat, Cl- dan NH3. Ligan yang mengandung dua atau
lebih atom, yang masing-masing secara serempak membentuk ikatan dua donor-
elektron kepada ion logam yang sama, disebut ligan polidentat. Ligan ini disebut juga
ligan kelat (dari bahasa Latin untuk kuku/cakar), karena ligan ini tampaknya
mencengkeram kation di antara dua atau lebih atom donor
(Cotton dan Wilkinson, 1989).
Teori ikatan dalam senyawa-senyawa kompleks mula-mula diberikan oleh
Lewis dan Sidgwick. Teori ini karena tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk
geometri senyawa-senyawa kompleks kemudian ditinggalkan. Tiga teori yang
kemudian timbul adalah (Sukardjo, 1985):
1. Teori ikatan valensi atau valence bond theory (VBT)
2. Teori medan Kristal atau crystal field theory (CFT)
3. Teori orbital molekul atau molecular orbital theory (MOT)
Pengembangan sintesis senyawa kompleks masih terus berkembang hingga
saat ini. Kebutuhan aplikasi senyawa kompleks terutama sebagai katalis terus
dikembangkan. Senyawa-senyawa kompleks dari unsur-unsur di blok d memiliki
kelebihan dibanding senyawa lain karena memiliki orbital d yang kosong. Orbital d
inilah yang umunya berperan dalam proses katalisis. Senyawa kompleks
dilaboratorium dapat disintesa dengan mereaksikan ligan yang merupakan suatu basa
dan mempunyai pasangan elektron bebas dengan logam yang merupakan penerima
pasangan elektron yang didonorkan oleh ligan (Saria, 2012).
Sintesis senyawa kompleks kobalt dengan ligan asetilasetonato yang
merupakan ligan bidentat membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah
cerah. Sifat-sifat senyawa kompleks hasil sintesis ditentukan dengan penentuan sifat
kemagnetan dan kandungan ion didalamnya. Sifat kemagnetan ditentukan dalam
rangka mencari senyawa kompleks yang efektif digunakan sebagai material
pendukung didalam sintesis suatu bahan seperti semikonduktor, sedangkan sifat-sifat
ion ditentukan dalam rangka mencari sifat senyawa kompleks yang dapat
menghantarkan arus listrik. Penentuan sifat kemagnetan senyawa kompleks kobalt-
asetilasetonato menunjukkan bahwa senyawa kompelks kobal-asetilasetonato bersifat
paramagnetik. Sifat paramagnetik mucul didalam senyawa kompleks karena logam
yang digunakan yakni logam transisi memiliki orbital kosong yang diisi oleh elektron
pada tingkat energi yang lebih tinggi dahulu baru kemudian berpasangan ditingkat
orbital yang lebih rendah (Saria, 2012).
Kobalt merupakan salah satu logam unsur transisi dengan konfigurasi
elektron 3d7 yang dapat membentuk kompleks. Kobalt yng relatif stabil berada
sebagai Co(II) ataupun Co(III). Namun dalam senyawa sederhana Co, Co(II) lebih
stabil dari Co(III). Ion-ion Co2+ dan ion terhidrasi [Co(H2O)6]2+ stabil di air.
Kompleks kobalt dimungkinkan dapat terbentuk dengan berbagai macam ligan,
diantaranya sulfadiazin dan sulfamerazin. Sulfadiazin dan sulfamerazin merupakan
ligan yang sering digunakan untuk obat antibakteri. Keduanya merupakan turunan
dari sulfonamid yang penggunaannya secara luas untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif tertentu beberapa jamur dan
protozoa (Barida, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Brida, A., 2011, Aplikasi Senyawa Kompleks Dalam Kehidupan Sehari-hari, (http://gustinbrida.blogspot.com/2011/03/aplikasi-senyawa-kompleks-d.html) diakses pada 3 Desember 2013 pukul 23.50 WITA.
Cotton, F.A. dan Wilkinson, G., 1989, Kimia Anorganik Dasar, diterjemahkan oleh Sahati Suharto, 1989, UI-Press, Jakarta.
Daintith, J., 2004, The Facts On File Dictionary of Inorganic Chemistry, Market House Books Ltd, New York.
Petrucci, R.H., 1999, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta.
Saria, Y., Lucyanti, Hidayanti, N., dan Lesbani, A., 2012, Sintesis Senyawa Kompleks Kobalt dengan Asetilasetonato, Jurnal Penelitian Sains, 15, (3); 115-117, (online), (portalgaruda.org/journals/index.php/JPS/article/ download/43/17) diakses pada tanggal 3 Desember 2013 pukul 23.45 WITA.
Sjahrul, M., 2010, Dasar-Dasar Kimia Anorganik, PT Umitoha Ukhuwa Grafika, Makassar.
Sukardjo, 1985, Kimia Koordinasi, BinaAksara, Jakarta.
LAMPIRAN 2
Foto Percobaan
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah CoCl2.6H2O,
NaC2H3O2, asetilaseton, akuades, kertas saring, dan tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas kimia 500 mL,
gelas kimia 50 mL, hot plate, batang pengaduk, corong, sendok tanduk, pipet skala
25 mL, termometer, neraca Ohaus, magnetic stireer, oven, desikator dan bulb.
3.3 Prosedur Percobaan
Alat-alat yang akan digunakan dicuci dengan akuades. Ditimbang
CoCl2.6H2O sebanyak 3 gr dan NaC2H3O2.6H2O sebanyak 7,8 g, keduanya
dicampurkan dan dilarutkan dengan akuades sebanyak 120 mL dalam gelas kimia
500 mL diukur menggunakan gelas ukur 50 mL mL, kemudian diaduk dengan
magnetic stirrer hingga larutan homogen, larutan ditambahkan dengan asetilaseton
sebanyak 12 mL sambil terus diaduk. Ditambahkan NaC2H3O2 sebanyak 7,8 gram
yang telah dilarutkan dengan akuadse sebanyak 30 mL secara perlahan. Larutan yang
telah tercampur dipanaskan hingga 100°C selama 20 menit dan didinginkan pada
suhu kamar selama 1 hari. Setelah terbentuk kristal, larutan disaring dengan
menggunakan kertas saring yang telah ditimbang bobotnya. Kemudian hasil
penyaringan dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, kristal dimasukkan ke dalam
desikator selama 1 hari, kemudian ditimbang dengan menggunakan neraca Ohaus.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan senyawa kompleks
diasetiasetonatokobalt (II) berhasil disintesis.
5.2 Saran
Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar kebersihan laboratorium tetap
dijaga dan alat-alat yang ada di laboratorium lebih dirawat dengan baik.
Adapun saran untuk asisten yaitu agar asisten lebih memperhatikan praktikan
saat sedang praktikum.
Adapun saran untuk percobaan yaitu agar tugas mappingnya lebih spesifik
agar praktikan bisa lebih teliti dan tidak ceroboh dalam melakukan percobaan
sehingga percobaan berjalan efektif dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 4 Desember 2013
Asisten Praktikan
SUKMAWATI USMAN JEANE MELYANTI M.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang terbentuk dari ion logam yang
berikatan dengan ligan secara kovalen koordinasi. Ikatan koordinasi merupakan
ikatan kovalen dimana ligan memberikan sepasang elektronnya pada ion logam
untuk berikatan. Pemberi pasangan elektron adalah ligan, karena itu ligan adalah zat
yang memiliki satu atau lebih pasangan elektron bebas. Senyawa kompleks yang bisa
dijadikan sebagai katalis harus memiliki sifat stabil. Salah satu senyawa kompleks
yang sangat stabil adalah senyawa kompleks yang berbentuk khelat.
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sintesis senyawa kompleks.
Sintesis adalah pembentukan senyawa kimia dari senyawa yang lebih sederhana.
Adapun senyawa kompleks yang akan disintesis yaitu senyawa kompleks
diasetilasetonatokobalt(II) dari senyawa kobal klorida (CoCl2.6H2O dan asetil aseton
CH3COCH2COCH3).
Percobaan ini menggunakan senyawa hidrat CoCl2.6H2O yang berwarna
ungu. Logam kobal berfungsi sebagai ion logam yang nantinya akan terikat pada
ligannya. Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umunya mempunyai
atom elektronegatif seperti nitrogen, oksigen, atau halogen. Ligan dalam senyawa
kompleks adalah atom atau gugus yang mempunyai satu atau lebih pasangan elektron
bebas. Ligan dari senyawa kompleks yang disintesis pada percobaan ini adalah asetil
aseton. Dua atom oksigen pada asetil aseton mendonorkan pasangan elektron
bebasnya yang kemudian berikatan dengan kobal (Co) sehinga ligan yang terbentuk
adalah ligan bidentat.
Pada percobaan ini, sebelum senyawa kobal klorida (CoCl2.6H2O) direaksikan
dengan ligannya (asetil aseton) terlebih dahulu kristal kobal klorida dicampurkan
dengan natrium asetat (NaC2H3O2.6H2O) dan dilarutkan di dalam gelas kimia
menghasilkan larutan yang berwarna ungu kemerahan. Pelarut yang digunakan dalam
percobaan ini adalah akuades. Akuades dipilih karena tidak mengandung mineral dan
dapat melarutkan dengan baik kristal-kristal seperti CoCl2.6H2O dan NaC2H3O2.6H2O
karena bersifat polar, akuades memiliki pH netral atau 7 sehingga tidak mengubah
pH larutan.
Larutan natrium asetat dan kobal klorida yang telah larut dipindahkan ke
dalam labu Erlenmeyer dan dihomogenkan dengan cara pengadukan menggunakan
magnetic stirrer hal ini bertujuan agar larutan homogen dengan maksimal dan
menghasilkan larutan yang berwarna ungu kemerahan. Kemudian sebanyak 12 mL
asetilaseton ditambahkan ke dalam larutan sambil terus diaduk, agar asetil-aseton
dapat tercampur baik dengan larutan kobal klorida dan natrium asetat tersebut
menghasilkan larutan yang berwarna cokelat kemerahan dan larutan ini diaduk terus-
menerus kurang lebih selama sepuluh menit hingga terbentuk banyak endapan-
endapan yang sangat halus seperti bubuk.
Kedalam larutan yang diaduk tersebut, ditambahkan secara perlahan 7,8 gr
natrium asetat dalam 30 mL akuades. Fungsi penambahan natrium asetat dalam
percobaan ini adalah untuk mengurangi kelarutan asetil aseton dalam air (salting out)
dan juga konsentrasi asetil aseton dalam fasa organiknya lebih besar dari pada dalam
fasa air, Karena garam dalam hal ini natrium asetat bersifat lebih polar dari pada
kobal klorida, maka air akan cenderung mengikat garam dari pada kobal klorida dan
kobal klorida akan lebih banyak terdistribusi ke aseton dari pada ke air, sehingga
mempercepat terjadinya proses kristalisasi antara kobal dengan asetil aseton.
Pada percobaan ini dibutuhkan suatu perlakuan berupa pemanasan yang
bertujuan untuk mempercepat terjadinya suatu reaksi berupa endapan. Larutan terus
dipanaskan hingga suhunya mencapai 100 0C dan diaduk selama 20 menit untuk
memastikan bahwa larutan telah larut dan tercampur dengan baik sehingga
menghasilkan larutan yang berwarna merah kecoklatan.
Larutan yang telah dipanaskan dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
didinginkan pada suhu kamar selama 1 hari hingga terbentuk endapan berupa kristal.
Setelah itu campuran larutan tersebut disaring untuk memisahkan filtrat dan
residunya (endapan), endapan yang terbentuk berwarna merah cerah. Kemudian hasil
penyaringan dikeringkan di dalam oven untuk menghilangkan kadar air pada
endapan dan kertas saring. Setelah kering, kristal dimasukkan ke dalam desikator
selama 1 hari, untuk memastikan bahwa kertas saring dan endapan telah benar-benar
kering, kemudian endapan ditimbang dengan menggunakan neraca Ohaus. Endapan
yang terbentuk merupakan senyawa kompleks diasetilasetonatokobalt(II)
[Co(CH3COCHCOCH3)2].
Reaksi yang terjadi :
• CoCl2.6H2O + 2NaC2H3O2.6H2O → Co(C2H3O2)2 + 2NaCl + 12H2O
• Co(C2H3O2)2 + CH3COCH2COCH3 → Co(acac)
• Co(acac) + C2H4O2 → [Co(CH3COCHCOCH3)2] + 2NaC2H3O2