laporan praktikum kimia fisik : kesetimbangan fase dua komponen
DESCRIPTION
Laporan ini dibuat berdasarkan praktikumTRANSCRIPT
1. Judul Praktikum : Kesetimbangan Fase Dua Komponen
2. Tujuan Percobaan :
a) Menggambarkan kesetimbangan fase dua komponen fase
cair-cair (fenol-air)
b) Menentukan titik ekivalen pada kesetimbangan fase dua
komponen fase cair-cair (fenol-air)
c) Menentukan fasa, komponen, dan derajat kebebasan suatu
kesetimbangan fase dua komponen fase cair-cair (fenol-air)
3. Landasan Teori :
Fasa adalah bagian yang serba sama dari suatu sisitem, yang dapat dipisahkan secara
mekanik , serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Dalam fasa uap
kerapatannya serbasama disemua bagian dalam uap tersebut. Dalam fasa cair
kerapatannya serbasama disemua bagian dalam cair tersebut, tetapi nilai kerapatannya
berbeda dengan di fasa uap. Contoh nya air yang berisi pecahan-pecahan es merupakan
suatu sistem yang terdiri atas dua fasa yang berwujud padat (es) dan fasa yang berwujud
cair (air).
Sistem yang hanya terdiri atas campuran wujud gas saja hanya ada satu fasa pada
kesetimbangan sebab gas selalu bercampur secara homogen. Dalam sistem yang hanya
terdiri atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat satu fasa atau lebih
tergantung pada kelarutannya.
Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan jumlah minimum dari spesi yang
secara kimia independen yang diperlukan untuk menyatakan komposisi setiap fasa dalam
sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan jumlah komponen adalah dengan
menentukan jumlah total spesi kimia dalam system dikurangi dengan jumlah-jumlah
reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi antara zat-zat yang ada dalam
sistem tersebut.
Dalam membicarakan kesetimbangan fasa, kita tidak akan meninjau variabel
ekstensif yang bergantung pada massa dari setiap fasa tetapi meninjau variabel-variabel
intensif seperti suhu, tekanan, dan komposisi (fraksi mol). Jumlah variabel intensif
independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu system disebut derajat
kebebasan dari sistem tersebut.
Sistem Dua Komponen Cair-Cair
Dua cairan dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam jumlah yang terbatas, dan
demikian pula dengan B, larut dalam A dalam jumlah yang terbatas. Bentuk yang paling
umum dari diagram fasa T-X cair-cair pada tekanan tetap, biasanya 1 atm (seperti gambar
diatas). Diagram diatas dapat diperoleh secara eksperimen dengan menambahkan suatu
zat cair ke dalam cairan murni lain pada tekanan tertentu dengan variasi suhu.
Cairan B murni yang secara bertahap ditambahkan sedikit demi sedikit cairan A
pada suhu tetap (T1). Sistem dimulai dari titik C (murni zat B) dan bergerak kea rah kanan
secara horizontal sesuai dengan penambahan zat A. Dari titik C ke titik D diperoleh satu
fasa (artinya A yang ditambahkan larut dalam B). Di titik D diperoleh kelarutan
maksimum cairan A dalam cairan B pada suhu T1.
Penambahan A selanjutnya akan menghasilkan sistem dua fasa (dua lapisan), yaitu
lapisan pertama (L1) larutan jenuh A dalam B dengan komposisi XA,1 dan lapisan kedua
(L2) larutan jenuh B dalam A dengan komposisi XA,2. Kedua lapisan ini disebut sebagai
lapisan konyugat ( terdapat bersama-sama di daerah antara D dan F). Komposisi
keseluruhan ada diantara titik D dan F. Di titik E komposisi keseluruhan adalah XA,3.
Jumlah relatif kedua fasa dalam kesetimbangan ditentukan dengan aturan lever. Di titik E
lapisan pertama lebih banyak dari lapisan kedua. Penambahan A selanjutnya akan
mengubah komposisi keseluruhan semakain ke kanan, sementara komposisi kedua lapisan
akan tetap XA,1 dan XA,2.
Perbedaan yang terjadi akibat penambahan A secara terus menerus terletak pada
jumlah relative lapisan pertama dan kedua. Semakin ke kanan jumlah relative lapisan
pertama akan berkurang sedangkan lapisan kedua akan bertambah. Di titik F cairan A
yang ditambahkan cukup untuk melarutkan semua B dalam A membentuk larutan jenuh B
dalam A. Dengan demikian sistem di F menjadi satu fasa. Dari F ke G, penambahan A
hanya merupakan pengenceran larutan B dalam A. Untuk mencapai titik G di perlukan
penambahan jumlah A yang tak terhingga banyaknya atau dengan melakukan percobaan
mulai dari zat A murni yang kemudian di tambah zat B sedikit demi sedikit sampai di
capai titik F dan seterusnya.
Jika percobaan dilakukan pada suhu tinggi akan di peroleh batas kelarutan yang
berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen satu sama lain
meningkat, sehingga daerah fasa semakin menyempit. Kurva kelarutan pada akhirnya
bertemu disuatu titik pada suhu konsolut atas, atau disebut juga suhu kelarutan kritis (Tc).
Di atas titik Tc cairan saling melarut sempurna dalam berbagai komposisi .
4. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Tabung reaksi besar 2 buah
2. Termometer (0-100ᴼC) 2 buah
3. Pengaduk 2 buah
4. Beaker glass 500 mL 1 buah
5. Kaki tiga 1 buah
6. Pembakar spiritus 1 buah
7. Kasa 1 buah
Bahan :
1. Akuades
2. Fenol
Akuades ± ½ volume total
Akuades panas
Dimasukkan ke dalam gelas kimiadidihkan
10mL akuades
t1A
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar (A), yang dilengkapi dengan pengaduk dan termometerDimasukkan 2mL fenolDiadukDiamati perubahanDimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah dididihkan airnyaDiamati perubahan (keruh)Dicatat suhu perubahan saat tepat jernih
Diangkat tabung reaksi A dari gelas kimiaDicatat suhu perubahan saat tepat keruh
Diulangi percobaan sampai tidak terjadi perubahan (keruh) walau dipanaskan
t2A
Grafik
5. Langkah Percobaan :
10mL fenol
t1A
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar (B), yang dilengkapi dengan pengaduk dan termometerDimasukkan 2mL akuadesDiadukDiamati perubahanDimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah dididihkan airnyaDiamati perubahan (keruh)Dicatat suhu perubahan saat tepat jernih
Diangkat tabung reaksi B dari gelas kimiaDicatat suhu perubahan saat tepat keruh
Diulangi percobaan sampai tidak terjadi perubahan (keruh) walau dipanaskan.
t2A
Grafik
6. Hasil Pengamatan :
No
.Hasil Pengamatan Dugaan / Reaksi Kesimpulan
1.
V fenol
(mL)
t1A
(oC)
t2A
(oC)
2 59 41
4 60 45
6 63 48
8 64 50
10 52 48
12 58 52
14 55 49
16 52 50
18 44 38
20 49 35
C6 H 5 OH (l)+H 2 O(l) →C6 H 5OH (aq)- Membentuk dua fasa
cair-cair antara fenol
dengan air.
- Komponen (C)
berjumlah 2, karena
terdapat dua komponen
dalam suatu sistem.
- Derajat kebebasan (F) :
F = 4- P = 4-2 = 2
2.
V fenol
(mL)
t1A
(oC)
t2A
(oC)
2 59 41
4 60 45
6 63 48
8 64 50
10 52 48
12 58 52
14 55 49
16 52 50
18 44 38
20 49 35
C6 H 5 OH (l)+H 2 O (l) →C6 H 5OH (aq)
7. Perhitungan dan Analisis :
Perhitungan :
a. Tabung reaksi A :
1. V fenol = 2 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 2
12x100=16,7%
2. V fenol = 4 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 4
14x 100=28,6 %
3. V fenol = 6 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 6
16x 100=37,5%
4. V fenol = 8 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 8
18x100=44,4 %
5. V fenol = 10 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 1020
x100=50 %
6. V fenol = 12 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 1222
x100=54,5%
7. V fenol = 14 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 1424
x 100=58,3%
8. V fenol = 16 mL
V akuades = 10 mL
9. V fenol = 18 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 1828
x100=64,3%
10. V fenol = 20 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 2030
x100=66,7%
b. Tabung reaksi B :
1. V fenol = 10 mL
V akuades = 2 mL
% volume fenol = 1012
x100=83,13 %
2. V fenol = 10 mL
V akuades = 4 mL
% volume fenol = 1014
x 100=71.11 %
3. V fenol = 10 mL
V akuades = 6 mL
% volume fenol = 1016
x 100=62,5 %
4. V fenol = 10 mL
V akuades = 8 mL
% volume fenol = 1018
x100=55,5%
5. V fenol = 10 mL
V akuades = 10 mL
% volume fenol = 1020
x100=50 %
6. V fenol = 10 mL
V akuades = 12 mL
% volume fenol = 1022
x100=45,5%
7. V fenol = 10 mL
V akuades = 14 mL
8. V fenol = 10 mL
V akuades = 16 mL
% volume fenol = 1026
x 100=38,5 %
9. V fenol = 10 mL
V akuades = 18 mL
% volume fenol = 1028
x100=35,7%
10. V fenol = 10 mL
V akuades = 20 mL
% volume fenol = 1030
x100=33,3 %
Analisis :
Pada percobaan kesetimbangan fase dua komponen, dilakukan dua percobaan.
Awalnya, gelas kimia 500mL disiapkan. Kemudian diisi dengan akuades separuh volume
total gelas kimia tersebut. Lalu dipanaskan. Akuades panas digunakan sebagai penangas
pada percobaan ini.
Pada percobaan pertama, mula-mula 10mL akuades dimasukkan ke dalam tabung
reaksi besar yang diberi label A, dan sudah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.
Kemudian ditambahkan 2mL fenol, diaduk, dan diamati perubahan yang terjadi.
Kemudian, larutan tersebut dipanaskan dengan penangas dan diamati hingga larutan tepat
jernih. Di saat larutan tepat jernih, diukur suhunya, maka diperoleh t1A. Kemudian, tabung
reaksi diangkat dan didiamkan hingga tepat keruh. Ketika larutan tepat keruh, diukur
suhunya dan diperoleh t2A. Percobaan ini diulangi hingga tidak terjadi perubahan ketika
dipanaskan. Grafik dibuat dari hasil : (1) t1A dan t2A dan (2) persen volume fenol yang
diperoleh dari percobaan ini.
Selanjutnya pada percobaan kedua, mula-mula 10mL fenol dimasukkan ke dalam
tabung reaksi besar yang diberi label B, dan sudah dilengkapi dengan termometer dan
pengaduk. Kemudian ditambahkan 2mL akuades, diaduk, dan diamati perubahan yang
terjadi. Kemudian, larutan tersebut dipanaskan dengan penangas dan diamati hingga
larutan tepat jernih. Di saat larutan tepat jernih, diukur suhunya, maka diperoleh t1B.
Kemudian, tabung reaksi diangkat dan didiamkan hingga tepat keruh. Ketika larutan tepat
keruh, diukur suhunya dan diperoleh t2B. Percobaan ini diulangi hingga tidak terjadi
perubahan ketika dipanaskan. Grafik dibuat dari hasil : (1) t1B dan t2B dan (2) persen
volume fenol yang diperoleh dari percobaan ini.
8. Diskusi :
Pada percobaan kesetimbangan fase dua komponen yang kami lakukan, tidak
terdapat titik ekivalen (terlihat pada grafik). Hal tersebut dikarenakan pengamatan yang
dilakukan kurang teliti, yakni pada saat tepat keruh dan tepat jernih. Sehingga, suhu yang
didapatkan dari kedua tabung reaksi tidak ada yang menjadi titik ekivalen.
9. Simpulan :
Dari percobaan yang dilakukan, dapat diperoleh data sebagai berikut :
Pada percobaan ini, diperoleh derajat kebebasan (F) sebesar 2.
%Fenol
t1 (°C) t2 (°C)
16,7 59 4128,6 60 4533,3 64 5735,7 63 5637,5 63 4838,5 60 5341,7 62 5144,4 64 5045,5 68 4750 52 4850 65 58
54,5 58 5255,6 64 5558,3 55 4961,5 52 5062,5 63 4764,3 44 3866,7 49 3571,4 61 4483,3 56 40
10. Daftar Pustaka :
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisika 1. Jakarta: JICA.
Tim Penyusun. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika II. Surabaya : Unipress.
http://chieul.blogspot.com/2012/02/kesetimbangan-fasa-dua-komponen.html (diakses
pada tanggal 28 Desember 2012)
11. Tugas :
1. Gambarkan kesetimbangan fasa dua komponen fase cair – cair (fenol – air) dari data yang telah didapatkan!
2. Dari grafik yang anda dapatkan, kapan terjadi titik ekivalen ?
Dari grafik kami tidak mendapati adanya titik ekivalen, karena tidak ada titik
potong, semua itu dikarenakan kesalahan saat mengukur suhu larutan saat menjadi
keruh sehingga datapun tidak akurat dan berpengaruh pada grafik.
16.728.633.335.737.538.541.744.445.5 50 50 54
.555.658.361.562.564.366.771.483.3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Kesetimbangan Fase Dua Komponen
t1 (°C)t2 (°C)
% Fenol
Suhu
(oC
)