laporan praktikum fisiologi muskuloskeletal b-6

19
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BLOK MUSKULOSKELETAL Oleh : KELOMPOK B-3 Ketua : Yudha Ferriansyah (1102010299) Sekretaris : Prissilma Tania (1102010221) Anggota : Vania Fildza (1102009291) Mutiara Fadhila (1102010192) Novi Alvirahmi (1102010209) Novia Rizky Zyanti Azzahra (1102010211) Reza Mardany (1102010238)

Upload: annisa-robiyanti

Post on 12-Dec-2015

276 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

praktikum faal muskuloskeletal

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK MUSKULOSKELETAL

Oleh :

KELOMPOK B-3

Ketua : Yudha Ferriansyah (1102010299)

Sekretaris : Prissilma Tania (1102010221)

Anggota : Vania Fildza (1102009291)

Mutiara Fadhila (1102010192)

Novi Alvirahmi (1102010209)

Novia Rizky Zyanti Azzahra (1102010211)

Reza Mardany (1102010238)

Syarafina Raihan (1102010275)

Tri Rizky Nugraha (1102010280)

Tyas Aulia Puspa (1102010281)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JAKARTA

2011/2012

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan...................................................................................................3

II. Pelaksanaan & Hasil Praktikum......................................................................4

Otot Rangka I..................................................................................................4

A. Tujuan Percobaan....................................................................................4

B. Alat Dan Bahan........................................................................................4

C. Tata Kerja.................................................................................................4

D. Hasil Praktikum........................................................................................5

E. Menjawab Pertanyaan..............................................................................6

F. Kesimpulan...............................................................................................6

Otot Rangka II.................................................................................................6

A. Tujuan Percobaan....................................................................................6

B. Alat Dan Bahan........................................................................................7

C. Tata Cara.................................................................................................7

D. Hasil Praktikum........................................................................................8

E. Menjawab Pertanyaan............................................................................10

F. Kesimpulan.............................................................................................11

III. Kendala.........................................................................................................11

IV. Daftar Pustaka..............................................................................................12

2

OTOT RANGKA I dan II

I. PENDAHULUAN

Dasar Teori

Pemberian nama otot rangka disebabkan karena otot ini menempel pada sistem rangka (Seeley,

2002). Otot terdiri atas bundel-bundel sel otot. Setiap bundel berada di dalam lembaran jaringan

ikat yang membawa pembuluh darah dan saraf yang mensuplai kebutuhan otot tersebut. Di

setiap ujung otot, lapisan luar dan dalam dari jaringan ikat bersatu menjadi tendon yang biasanya

menempel pada tulang. (Tobin. 2005)

Otot rangka memiliki empat karakteristik fungsional sebagai berikut:

1. kontraktilitas; kemampuan untuk memendek karena adanya gaya

2. eksitabilitas; kapasitas otot untuk merespons sebuah rangsang

3. ekstensibilitas; kemampuan otot untuk memanjang

4. elastisitas; kemampuan otot untuk kembali ke panjang normal setelah mengalami

pemanjangan. (Seeley, 2002)

Potensial aksi merupakan depolarisasi dan repolarisasi membran sel yang terjadi secara

cepat. Pada sel otot (serabut-serabut otot), potensial aksi menyebabkan otot berkontraksi

(Seeley, 2002).

Sebuah potensial aksi tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot yang

berlangsung sekitar 100 milidetik atau kurang yang disebut sebuah kontraksi tunggal. Jika

potensial aksi kedua tiba sebelum respons terhadap potensial aksi pertama selesai, tegangan

tersebut akan menjumlahkan dan menghasilkan respons yang lebih besar. Jika otot menerima

suatu rentetan potensial aksi yang saling tumpang tindih, maka akan terjadi sumasi yang lebih

besar lagi dengan tingkat tegangan yang bergantung pada laju perangsangan. Jika laju

perangsangan cukup cepat, sentakan tersebut akan lepas menjadi kontraksi yang halus dan

bertahan lama yang disebut tetanus. (Campbell, 2004),

Intensitas (kuat) rangsang dapat dibedakan menjadi:

a. Sub minimal = sub liminal = sub threshold = di bawah ambang à rangsang terkecil yang

belum mampu menimbulkan respons

b. Minimal = liminal = threshold = ambang à rangsang terkecil yang mampu menimbulkan

respons

c. Sub maksimal à rangsang dengan intensitas yang bervariasi dari minimal sampai maksimal

d. Maksimal à rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya

maksimal

e. Supra maksimalà rengsang dengan intensitas lebih besar dari maksimal, tetapi respons

yang dihasilkan sama dengan maksimal

(Ellyzar I.M. Adil. 2009)

3

II. PELAKSANAAN & HASIL PRAKTIKUM

OTOT RANGKA I

Hubungan kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kerutan otot

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sedian otot dengan

berbagai macam serta mencatat saat pemberian rangsang dengan menggunakan sinyal

magnit.

2. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram) pada kimograf dan

memfiksasikannya.

3. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni rangsang:

Bawah rangsang (sub threshold), Ambang (threshold),  Submaksimal, Supramaksimal.

4. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang terhadap

kekuatan kontraksi otot.                                  

B. ALAT DAN BAHAN

1. Kimograf + kertas + perekat

2. Statip + klem + pencatat otot + klem femur + batang kuningan

3. 2 buah sinyal maknit : 1 untuk mencatat waktuu, 1 untuk mencatat tanda rangsang

4. Stimulator induksi + elektroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik.

5. Papan fiksasi + jarum pentul + penusuk katak + katak.

6. Benang + gelas alroji

7. Botol plastik berisi larutan Ringer + pipet + waskom kecil 

C. TATA KERJA

1. Pasanglah semua alat

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum.

3. Sebelum digunakan, bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi

dengan larutan ringer dan letakkan di gelas arloji

4. Pasanglah sediaan otot

5. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan.

6. Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam.

7. Berilah waktu istirahat selama 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol

sepanjang ½ cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada seiap

kali sesudah rangsang buka.

8. Rangsanglah sedian otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut

dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5 volt, sehingga didapatkan

mekaniomiogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal,

dan supramaksimal.

4

D. HASIL PRAKTIKUM

DATA HASIL PERCOBAAN

Intensitas Rangsangan

(Volt)

Tinggi Mekanomiogram

(cm)

0,5 1,2

0,1 1,5

1,5 1,7

2,0 1,9

2,5 2

3,0 2

3,5 2

HASIL ANALISA/DISKUSI

Hubungan kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kerutan otot

Serabut otot tidak akan merespons suatu rangsang kecuali jika rangsang tersebut telah

mencapai kekuatan minimal yang cukup untuk menghasilkan potensial aksi dari serabut otot.

Di sisi lain, dalam merespons suatu potensial aksi, serabut otot akan berkontraksi secara

maksimal. Fenomena ini disebut sebagai ”respons-ya-atau-tidak-sama-sekali”. (Seeley.

2002).

Dalam praktikum kali ini, rangsang yang diberikan pada otot adalah sebesar 0,5 V, 1,0 V,

1,5 V, 2,0 V, 2,5 V, 3,0 V, dan 3,5 V.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, rangsang dari kurang dari 0,5 V memberikan respons

sangat sedikit yang berarti bahwa kuat rangsang tersebut belum cukup untuk menghasilkan

suatu potensial aksi.

Kemudian, 0,5 Volt berhasil membuat otot memberikan respons yang ditandai dengan

goresan pada kertas grafik sepanjang 1,2 cm. Voltase 0,5 V ini merupakan kuat rangsang

minimal/ambang untuk menghasilkan potensial aksi. Setelah itu, hasil goresan kimograf

5

yang diperoleh juga menunjukan bahwa semakin besar kuat rangsang, respons otot yang

dihasilkan pun akan semakin besar.

Hasil ini menunjukan bahwa kuat rangsang maksimal adalah 2,5 V karena otot

memberikan respons paling besar, sedangkan kuat rangsang submaksimal adalah 2,0 V

dan rangsang supramaksimal adalah 3,0 V dan 3,5 V.

E. MENJAWAB PERTANYAAN

1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan

sediaan otot?

Jawab : Pemasangan alat, supaya nanti bisa langsung mengerjakan percobaan pada

sediaan otot

2. Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana memperbesarkannya?

Jawab : Dengan menaikkan intensitas rangsangan

3. Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan/diperbaiki?

Jawab : Coba memberikan rangsangan lagi, namun harus diberi waktu istirahat sejenak

4. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?

Jawab : Agar otot mengalami relaksasi sempurna sehingga hasil yang didapatkan

bukan penjumlahan kedutan

5. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold)?

Jawab : Rangsang terkecil yang belum mampu menimbulkan respons

6. Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan supramaksimal?

Jawab : Rangsang maksimal à rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan

hasil responsnya maksimal; Supramaksimalà rengsang dengan intensitas

lebih besar dari maksimal, tetapi respons yang dihasilkan sama dengan

maksimal. Dari pengertian ini bisa disimpulkan perbedaan bahwa

supramaksimal adalah rangsangan di atas maksimal dengan hasil respons

yang sama tetapi pemberian intensitas rangsangan lebih besar.

F. KESIMPULAN

Semakin besar kuat rangsang, respons otot yang dihasilkan pun akan semakin besar.

OTOT RANGKA II

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan berbagai kekuatan

2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak langsung

3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan kontraksi

4. Menghitung kerja sediaan otot katak

5. Mendemonstrasikan hubungan antara pembebanan dengan kerja otot

6. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot fleksor manusia dalam berbagai

sikap tubuh

6

B. ALAT DAN BAHAN

1. Kimograf + kertas + perekat

2. Statif + klem-klem + pencatat otot + klem femur

3. Stimulator induksi + elektroda perangsang

4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak

5. Beban-beban dengan penggantungnya

6. Benang + kapas + gelas arloji

7. Botol plastik berisi laturan ringer + pipet + Waskom + gelas beker

8. Dynamometer

C. TATA CARA

I. Pengaruh panjang awal (initial length) otot katak terhadap kekuatan kerutan

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar

2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,

bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan ringer dan

letakkan di gelas arloji

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar

4. Bebanilah otot dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu sehingga

terjadi pembebanan langsung. Dengan memutar tromol, buatlah garis sepanjang 10 cm

dan tulisah : “garis dasar 20” pada ujung akhir garis tersebut.

5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah sekali

lagi garis sepanjang 10 cm tepat di atas garis yang pertama dan tulislah: garis dasar 0

pada ujung akhir garis tersebut.

6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup penumpu kembalikan ujung

pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tidak langsung.

7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang

faradic maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat

selama 30 detik sesudah setiap rangsang.

8. Gunakan selalu kekuatan rangsang faradic maksimal sub.6. untuk perangsangan

selanjutnya.

9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan. Carilah besar

pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi 1 cm.

untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini

10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekaniomiogram yang terakhir

11. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan kemudian turunkanlah ujung pencatat otot sehingga

terletak tepat ditengah-tengah antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakan sekrup

penumpu). Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan ulangilah perangsangan dan pencatatan.

12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar 20,

putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan pencatatan

7

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot

1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin

2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.6 buatlah mekanomiogram pada

tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan mengatur sekrup

penumpu

3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan pembebanan 10 gram, sehingga

dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah tromol sepanjang 1 cm

dan berilah otot istirahat selama 30 detik.

4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang saudara berikan

5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot

III . P engaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada

manusia

1. Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensor

a. Suruh o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan

dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas

b. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkanlah ban kulit

tersebut, dengan kawat baja yg dapat menarik timbangan melalui katrol

c. Suruhlah o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan

otot ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut ini :

1) Duduk tegak

2) Duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya

3) Berbaring telentang

2. Mengukur kekuatan kerutan otot fleksor

a. Suruhlah o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan menghadapi timbangan dan

dengan tungkai bawah tergantung secara bebas

b. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2

c. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan

kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada 1.c

D. HASIL PRAKTIKUM

1. DATA HASIL PERCOBAAN

I. Pengaruh panjang awal ( Initial Length) otot katak terhadap kekuatan kerutan

Beban Langsung: skrup dilonggarkan

10 gr dengan rangsangan 0,5-2,5 V à tidak/sangat sedikit memberikan respons

10 gr dengan rangsangan 3,0-4,0 V à memberikan respons yang ditandai dengan

goresan pada kertas grafik sepanjang dengan panjang yang sama yaitu 0,5 cm à

3,0 V adalah rangsang maksimal

20 gr dengan rangsangan 0,5-3,5 V à tidak/sangat sedikit memberikan respons

20 gr dengan rangsangan 4,0 V à memberikan respons yang ditandai dengan

goresan pada kertas grafik sepanjang 0,2 cm

8

Beban Tidak Langsung: skrup tidak dilonggarkan

Dengan beban 10 gr tidak memberikan respons

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot

Ditinjau dari besarnya berat dengan pemberian rangsangan maksimal:

10 gr à 0,5 cm

20 gr à 0,2 cm

30 gr à tidak memberikan respons à beban maksimal adalah 20 gr

III. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada

manusia

Tabel hasil pengamatan otot ekstensor

Posisi Rizky Ayu

a. Duduk tegak 10 kg 9.5 kg

b. Duduk sambil membungkukan

badan sejauh-jauhnya5.5 kg 5 kg

c. Berbaring telentang 18 kg 23 kg

Tabel hasil pengamatan otot fleksor

Posisi Rizky Ayu

a. Duduk tegak 9 kg 8 kg

b. Duduk sambil membungkukan

badan sejauh-jauhnya8 kg 7 kg

c. Berbaring telentang 9 kg 9 kg

Kekuatan kerutan yang paling besar dalam posisi berbaring

2. HASIL ANALISA/DISKUSI

I. Pengaruh panjang awal ( Initial Length) otot katak terhadap kekuatan kerutan

Pada percobaan ini, otot dibuat bekerja pada dua kondisi, yaitu:

A. ”pembebanan tidak langsung”

B. ”pembebanan langsung”

Pada kondisi A, otot tidak dibiarkan memanjang pada saat pemberian beban karena

adanya tumpuan, sedangkan pada B ketiadaan tumpuan menyebabkan otot dapat

memanjang pada saat beban ditambahkan.

Berdasarkan hukum Starling yang berbunyi ”Kuat kontraksi otot berbanding

lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut”, maka jelas kerja otot yang dihasilkan

pada keadaan B akan lebih besar daripada kerja otot yang dihasilkan pada keadaan A.

Hasil yang didapat dalam percobaan ini sudah sesuai dengan hukum Starling, dimana

pada ”pembebanan langsung” kekuatan otot yang dihasilkan lebih besar daripada

kerja otot pada ”pembebenan tidak langsung”.

9

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot

Beban (gr) Jarak pengangkatan (cm)

10 0,5

20 0,2

30 tidak ada respons

Dari hasil di atas, kerja otot dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

W = F x S,dengan W = kerja otot, F = Gaya = beban x gravitasi, dan

S = Jarak pengangkatan; 20 gr merupakan beban maksimal

Berat Beban = B

(kg)

Gaya

(Bx10 m/s)

Jarak Pengangkatan = S

(m)

Kerja Otot = W

(Joule)

0,01 0,1 0,005 0,0005

0,02 0,2 0,002 0,0004

Dari hasil di atas dapat terlihat bahwa semakin berat beban semakin rendah kerja otot

Beban juga merupakan penentu penting untuk kecepatan pemendekan. Semakin besar

beban, semakin rendah kecepatan serat-serat otot memendek. Kecepatan pemendekan

maksimum apabila tidak terdapat beban eksternal dan menurun secara progresif seiring

dengan peningkatan beban, dan menjadi nol (tidak ada pemendekan) apabila beban

tidak dapat diatasi oleh ketegangan maksimum (Sherwood, 2001) → analisis: semakin

berat bebannya → semakin sedikit pemedekan otot → semakin kecil kerja otot

III. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada

manusia

Pada saat otot relaksasi yakni dalam posisi berbaring, maka semakin kuat ototnya, baik

itu ekstensor ataupun fleksor. Karena dalam posisi berbaring tubuh menyimpan kekuatan

yang lebih besar untuk melawan regangan yang besar. Sehingga semakin besar

regangan, semakin besar kekuatan kerutan ototnya.

E. MENJAWAB PERTANYAAN

I. Pengaruh panjang awal ( Initial Length ) otot katak terhadap kekuatan kerutan

1. Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan

sediaan otot?

Jawab : Pemasangan alat, supaya nanti bisa langsung mengerjakan percobaan pada

sediaan otot

2. Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?

Jawab : Beban diberikan langsung pada ujung otot yang bebas dan otot diregang

sebelum berkontraksi

3. Mengapa setelah beban diangkat otot kembali ke panjang semula?

Jawab : Karena pembebanan langsung tadi menyebabkan panjang otot bertambah

10

4. Apa yang dimaksud dengan pembebanan tidak langsung?

Jawab : Beban diberikan pada ujung otot yang terfiksasi dengan penumpu dan otot tidak

diregang sebelum berkontraksi

5. Mengapa harus diberikan waktu untuk istirahat?

Jawab : Agar otot mengalami relaksasi sempurna sehingga hasil yang didapatkan bukan

penjumlahan kedutan

6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?

Jawab : Rangsangan dengan intensitas terbesar (maksimal) dan hasil responsnya

maksimal

II. Pengaruh beban terhadap kerja otot

1. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?

Jawab: Beban dengan berat maksimal yang mampu ditumpu oleh otot

2. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?

Jawab: Melalui persamaan W = F.s

III. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada

manusia

Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada sikap

tersebut?

Jawab:

Ada karena sikap duduk, menunduk, dan berbaring memberikan tegangan kontraksi otot

yang berbeda.

F. KESIMPULAN

Kuat kontraksi otot berbanding lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut. Pada

”pembebanan langsung” kekuatan otot yang dihasilkan lebih besar daripada kerja otot pada

”pembebenan tidak langsung”. Semakin berat bebannya → semakin sedikit pemedekan otot

→ semakin kecil kerja otot. Semakin besar regangan, semakin besar kekuatan kerutan otot

nya.

III. Kendala

Waktu yang diberikan kurang mencukupi karena harus bergilir dengan yang lain

Dosen pembimbing saat praktikum hanya 1 (waktu itu karena praktikum pertama dan pagi-

pagi) sehingga sulit untuk bertanya apabila mengalami kebingungan mengenai alat dan

masing-masing fungsinya serta mekanisme nya

Kerjasama kelompok masih kurang sehingga sulit untuk mengkoordinasi apa-apa yang harus

dilakukan

Kurang mengerti maksud dari tata cara nya meskipun dibaca berulang kali, sehingga

langkah-langkah yang dilakukan sulit/ masih tidak sesuai dengan instruksi

11

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga

Mitchell, P.H. 1956. A Textbook of General Phisiology. New York : McGraw-Hill Book Company, Inc.

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology fourth edition.

McGraw-Hill Companies

The Staff. 1958. Experimental Phisiology third edition. Minnesota: Burgess Publishing Company

Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Canada: Thomson Brooks/Cole,

Pamuji Laksono, S. 2007. Sistem Muskuloskeletal. Jakarta

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, edisi 2, ab. Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC

12