laporan praktikum ekologi

34
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI INVENTORY DAERAH ALIRAN SUNGAI DI KABUPATEN BANYUMAS KELOMPOK : 4 LOKASI : BANJARAN IV DOSEN PENDAMPNG : Dr. EMING SUDIANA, M.Si ASISTEN : IKA YOGI Nama NIM Elisabet RRBH B1J008017 Andrian Putra Bahari B1J008018 Nevy Yunda Pratiwi B1J008019 Yudi Novianto B1J008020 Maman B1J008021

Upload: anon816037677

Post on 04-Jul-2015

961 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGIINVENTORY DAERAH ALIRAN SUNGAI

DI KABUPATEN BANYUMAS

KELOMPOK : 4LOKASI : BANJARAN IV

DOSEN PENDAMPNG : Dr. EMING SUDIANA, M.SiASISTEN : IKA YOGI

Nama NIMElisabet RRBH B1J008017

Andrian Putra Bahari B1J008018Nevy Yunda Pratiwi B1J008019

Yudi Novianto B1J008020Maman B1J008021

Laboratorium Ekologi, Fakultas BiologiUniversitas Jenderal Soedirman

Purwokerto2010

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Daftar Isi

Hal

Daftar isi

Pendahuluan

Materi dan Metode

Hasil dan Pembahasan

EKOSISTEM

a. Tipe pemanfaatan lahanb. Pemodelan interaksi antara faktor abiotik dan biotikc. Deskripsi komponen penyusun ekosistem

KOMUNITAS

a. Kekayaan spesiesb. Kelimpahan atau kepadatan spesiesc. Dominansi

POPULASI

a. Struktur populasib. Piramida populasi berdasarkan ukuran

FAKTOR LINGKUNGAN

DISTRIBUSI ORGANISME

Daftar Pustaka

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PENDAHULUAN

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan

lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos

(ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup

maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali

dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari

sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Ekologi merupakan cabang ilmu

yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi

mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari

bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan

hubungan antar makhluk hidup dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau

lingkungannya. Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan

zoologi dan botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan,

dan ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan

tingkat tropik (Anonim, 2010).

Menurut Odum (1979) dalam bukunya Fundamentals of Ecology, lingkungan hidup

didasarkan atas beberapa konsep ekologi dasar seperti konsep: biotik, abiotik, ekosistem,

produktifitas, biomasa, hokum thermodinamika I dan II, siklus biogeokimiawi dan konsep

factor pembatas. Dalam komunitas ada konsep biodiversitas, pada populasi ada konsep

carrying capacity, pada spesies ada konsep distribusi dan interaksi serta konsep suksesi

dan klimaks.

Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk

hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling mempengaruhi dan

merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Pembahasan ekologi tidak lepas

dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor

abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,

sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,

tumbuhan, dan mikroba.

Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang

beragam. Di bumi ada bermacam-macam ekosistem. Dilihat dari susunan dan fungsinya,

suatu ekosistem tersusun atas komponen sebagai berikut:

a. Komponen autotrof

Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan

sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi

seperti matahari dan kimia.

b. Komponen heterotrof

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik

sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain.

c. Bahan tak hidup (abiotik)

Bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara,

sinar matahari.

d. Pengurai (dekomposer).

Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang

berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks).

Gambar Model Ekosistem

Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem

perairan. Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan.

Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi

beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan basah, bioma

hutan gugur, bioma taiga, dan bioma tundra. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain

variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan

cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya

tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang

hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Ekosistem air tawar digolongkan

menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan

rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. (Anonim, 2010)

Gambar Berbagai Organisme Air Tawar Berdasarkan Cara Hidupnya

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan

jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara

konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan

garis lintang. Komposisi komunitas hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan

hilir. Di anak sungai sering dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan

gurame. Organisme sungai dapat bertahan tidak terbawa arus karena mengalami

adaptasi evolusioner. Misalnya bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.

Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah utara

ke arah selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja. Luas Daerah

Aliran Sungai (DAS) kira-kira 47.16 Km2. DAS Banjaran terletak di Kabupaten Banyumas

yang meliputi enam Kecamatan yaitu Kecamatan Baturraden, Kedungbanteng,

Purwokerto Utara, Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Purwokerto Timur, dan

Patikraja (Balai PSDA Purwokerto, 2004).

Daerah Irigasi Banjaran yang mempunyai luas potensial 1.432 Ha dan Daerah

Irigasi (DI) terluas ketiga setelah DI Serayu dan DI Tajum ini merupakan potensi pertanian

untuk menunjang ketahanan pangan di Kabupaten Banyumas maupun di Jawa Tengah.

DI Banjaran merupakan daerah irigasi teknis yang mengambil air dari sumber air sungai

Banjaran melalui bendung tetap yaitu bendung Banjaran. Dengan sistem irigasi

permukaan, DI Banjaran direncanakan (didesain) mengairi aeral pertanian di empat

kecamatan yang berada di Kabupaten Banyumas yaitu Kecamatan Kecamatan

Purwokerto Barat, Purwokerto Selatan, Patikraja dan Kalibagor (Sub Dinas Pengairan,

2003).

Peta CA AWLR Kober – Sungai Banjaran(Sumber : Balai PSDA Purwokrto, 2004)

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Gambar Lokasi Sungai Banjaran 4 (Bagian Tengah)

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

MATERI DAN METODE

Peralatan yang digunakan

Peralatan yang digunakan antara lain : termometer 2 buah (udara dan air), patok 2

set (moluska dan bambu), botol kosong 2 buah (untuk kecepatan arus dan sampel air),

tali raffia 3 utas (untuk kecepatan arus, kuadrat 0,5 x 0,5 m dan 10 x 10 m), kantong

plastik untuk sampel moluska, bambu, dan tanah, kertas pH dan soiltester, penggaris,

timbangan dan kamera.

Kelompok Kerja

Setiap kelompok terdiri atas 5 mahasiswa yang bekerja bersama sama pada satu lokasi.

Anggota kelompok dibagi menjadi 2 tim kerja yang masing-masing akan bertanggung

jawab pada ekosistem perairan dan ekosistem daratan.

Ekosistem

Ekosistem perairan dan daratan dideskripsikan dengan membuat pemodelan interaksi

antara faktor abiotik dan biotik, serta menguraikan komponen penyusun pada ekosistem

tersebut pada setiap lokasi pengamatan.

A. Pemodelan interaksi antara faktor biotik dan abiotik

Cara kerja :

1. Mengamati tipe pemanfaatan lahan dan aktivitas warga masyarakat di daerah

sekitar sungai.

2. Menentukan tipe pemanfaatan lahan di daerah sekitar sungai dan aktivitas

warga masyarakat yang dominan.

3. Mengamati benda hidup dan mati yang ada di sekitar sungai dan mengamati

interaksi antara keduanya.

4. Membuat skema hubungan antara komponen abiotik dan biotik yang mungkin

terjadi di sungai berdasarkan data yang diperoleh.

B. Komponen penyusun ekosistem

Cara kerja :

1. Mengamati komponen biotik yang ada di sekitar sungai.

2. Menentukan peranan (fungsi ekologis) dari organisme yang tersebut.

Komunitas

Komunitas moluska pada ekosistem perairan dan bambu pada ekosistem daratan

dideskripsikan dengan menghitung jumlah spesies (kelimpahan atau kepadatan) serta

menentukan spesies yang dominan.

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

A. Pengambilan sampel moluska dan air

Cara kerja :

1. Mengambil sampel dengan metode kuadrat

2. Membuat kuadrat dengan jarak 0,5 x 0,5 m.

3. Meletakkan kuadrat tersebut pada lokasi yang menjadi habitat moluska, lalu

mengumpulkan moluska yang ada di dalam kuadrat.

4. Mengamati bentuk cangkangnya, warna, arah lingkarannya dan member kode,

kemudian mengidentifikasi dan menghitung di laboratorium.

B. Pengambilan sampel bambu sebagai tumbuhan tepian atau riparian

Cara kerja :

1. Mengambil sampel dengan metode kuadrat.

2. Membuat kuadrat dengan jarak 10 x 10 m.

3. Memilih lokasi yang menjadi habitat bambu.

4. Meletakkan kuadrat tersebut pada lokasi yang menjadi habitat bambu, lalu

mengamati daun pelepah, warna buluh, buliran, perbungaan dan durinya.

5. Mengambil photo pada masing-masing bagian dan beberapa contoh bagian

bambu untuk diidentifikasi di laboratorium serta menghitung jumlah bamboo yang

ada pada kuadrat.

Populasi

Populasi moluska dan bambu dapat dideskripsikan dengan membuat piramida

ukuran dari spesies yang dominan.

Cara kerja : Mengukur panjang dan menimbang bobot untuk moluska serta tinggi dan

diameter untuk bambu dari spesies yang dominan.

Faktor lingkungan

Cara kerja : Mengukur beberapa parameter lingkungan seperti temperatur udara,

air, kecepatan arus, tipe substrat, dan pH air pada ekosistem perairan atau temperatur

udara dan pH tanah untuk ekosistem daratan.

Distribusi organisme dan faktor lingkungannya

Distribusi moluska atau bambu dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya

dapat digambarkan dengan menggunakan data tambahan dari dua kelompok lain yang

bekerja pada lokasi yang lain tapi pada sungai yang sama namun bukan dari lokasi yang

berurutan.

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

HASIL

Tabel 1. Tipe Pemanfaatan Lahan

LokasiTipe Pemanfaatan

LahanAktivitas Masyarakat

Sungai Banjaran 4 Lahan Pertanian Lahan Pemukiman

Mandi Cuci Kakus Bertani

Tabel 2. Komponen abiotik dan biotik

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

No Faktor Abiotik Faktor Biotik

1 Cahaya matahari Pohon Kelapa (Cocos nucifera) 2 Kelembaban Pisang (Musa sp.) 3 pH Bambu (Gigantochloa atter) 4 Tanah Paku-pakuan (Pterydophyta) 5 Batu Lumut (Bryophyta) 6 Air Jamur (Fungi) 7 Udara Colocasia sp. 8 Oksigen Putri malu (Mimosa pudica) 9 Karbondioksida Pepaya (Carica papaya) 10 Unsur-unsur organik Singkong (Manihot utillisima) 11 Unsur- unsur anorganik Rumput teki (Cyperus sp.) 12 Jembatan Rumput gajah (Themeda gigantea) 13 Plastik Pohon tebu 14 Pasir Alang-alang 15 Aspal Padi (Oryza sativa) 16 Botol bekas Pohon Iler 17 Motor Bunga tembelek 18 Besi Bayam (Amaranthus sp.) 19 Pohon mengkudu (Morinda citrifolia) 20 Pohon karsem 21   Paludestrina minuta 22   Tryonia clathrata 23   Littoridina monroensis 24   Udang kecil 25   Cacing  26   Ikan-ikan kecil 27   Kepiting (Scyla sp.) 28   Bakteri 29 Manusia30 Burung

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

31 Ulat

Tabel 3. Skema Hubungan Faktor Abiotik dan biotik

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Tabel 4. Komponen Penyusun Ekosistem

No Komponen Penyusun Organisme

1 Produsen

Bambu, Lumut, Paku-pakuan, Bayam, Padi, Rumput teki, remput Gajah, Colocasia sp., Iler, Pepaya, Pisang

2 Makro Konsumer Tingkat I

Paludestrina minuta, Tryonia clathrata, Littoridina monroensis, Kepiting, Udang kecil, Ikan-ikan kecil, Ulat

3 Makro Konsumer Tingkat II Burung4 Dekomposer Jamur, Bakteri, Cacing

Tabel 5. Kekayaan Spesies dan Kelimpahan Moluska atau Kekayaan spesies dan Kepadatan Bambu

No Nama SpesiesJumlah Individu

 1  Bambu    Gigantochloa atter 20 2 Moluska   Paludestrina minuta 10  Littoridina monroensis 7

Tryonia clathrata 5

Tabel 6. Populasi yang Dominan

Lokasi Spesies yang Dominansungai Banjaran 4

(bagian tengah)Moluska (Paludestrina minuta) : 10 individu/ 250 cmBambu (Gigantochloa atter) : 67 individu/ 100 m

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Tabel 7. Ukuran Moluska dan Bambu

NoMoluska Bambu

Panjang (cm)

Bobot (gram)

Tinggi (cm) (1 ruas= 30 cm)

Diameter (cm)

1 1,44 <1 1960 23,92 1,30 <1 2340 303 1,66 1 2210 294 3,40 2 1920 23,65 2,01 1 2420 306 1,23 <1 2180 277 1,60 <1 2020 258 2,25 1 2150 279 1,11 <1 2060 25,7

10 1,45 <1 2010 27,511 0,93 <1 2060 3012 1,15 <1 2280 3113 1,05 <1 1920 24,814 1,23 <1 2120 28,115 0,97 <1 1600 2816 1,20 <1 1580 2717 1,01 <1 1520 2618 1,01 <1 1420 27,219 0,98 <1 2180 28,720 0,90 <1 1320 2921 0,81 <122 0,63 <1

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI
Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Tebel 8. Struktur Populasi

a. Struktur Bobot Moluska

Bobot(gram) Jumlah

<1 19

1 2

2 1

b. Struktur Panjang Moluska

Panjang (cm) Jumlah0-1 6

1-2 132-3 2

3-4 1

c. Struktur Tinggi Bambu

Tinggi(cm) Jumlah1000-1500 2

1500-2000 6

2000-2500 12

d. Struktur Diameter Bambu

(2)

(1)

1000-1500

2000-2500

(<1)

1500-2000

(3-4)

(2-3)

(0-1)

(1-2)

(29-31)

(23-25)

(25-27)

(27-29)

Panjang(cm) Jumlah23-25 425-27 527-29 829-31 3

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Tabel 9. Distribusi Moluska

No Nama Spesies Hulu Tengah Hillir1 Paludestrina minuta 20 10 -2 Littoridina monroensis - 7 293 Tryonia clathrata - 5 -4 Pomatiopsis lapida - - 69

Tabel 10. Distribusi Bambu

No Nama Spesies Hulu Tengah Hillir1 Gigantochloa atter - 20 102 Dentrocalamus asper - - 223 Gigantochloa apus 12 - -

Tabel 11. Faktor Lingkungan

No Parameter Hulu Tengah Hilir 1 Temperatur

  a. Darat 270 C 300 C 27,50 C  b. Sungai 240 C 320 C 260 C

2 kecepatan arus 1,9 m/s 2,2 m/s 0,36 m/s3 pH

  Tanah 7 7 6,8  Air 6 6 6

4 Tipe Substrat

 Air

Pasir berbatuan

Tanah berpasir

Batu, Pasir

 Tanah Lanau

Tanah berpasir

Tanah, Seresah

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

PEMBAHASAN

Hanya 3% air muka bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar (kira-kira 99%) dari

padatnya dapat membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya

terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran, dan disitu menyediakan bermacam

habitat untuk komunitas hayati. Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan

air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem

air mengalir adalah sungai.

Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak menyolok,

penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang

terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum

hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah

beradaptasi. Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya

sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.

Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak

aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem

air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan

osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem

ekskresi, insang dan pencernaan. Organisme lain yang hidup pada ekosistem air tawar

adalah plankton, neuston, perifiton dan bentos. Plankton terdiri atas fitoplankton dan

zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air.

Neuston merupakan organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau

bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. Perifiton merupakan tumbuhan

atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong.

Dan bentos adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil

(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

Sungai merupakan ekosistem yang bersifat lotik. Ekosistem ini dipengaruhi oleh

aliran air dan adanya arus. Aliran air tidak dapat dipisahkan secara tegas walaupun arus

yang tertentu dan berkesinambungan adalah cirri utama habitat lotik. Kecepatan arus

dapat bervariasi di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama dan dari waktu

ke waktu. Sifat Komunitas Lotik Aliran air umunya menunjukkan 2 habitat utama, yaitu air

deras dan air tenang. Keanekaragaman flora dan fauna ekosistem sungai tinggi

menandakan kualitas air sungai tersebut baik/belum tercemar. Tetapi sebaliknya bila

keanekaragamannya kecil, sungai tersebut tercemar. Hewan bentos hidup relatif

menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih

mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu. karena

hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara

hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan

perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok

ini lebih dikenal dengan makrozoobentos.

Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan, sangat dipengaruhi oleh berbagai

faktor lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya

adalah produsen, yang merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos.

Adapun faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut

(DO), kebutuhan oksigen biologi (BOD) dan kimia (COD), serta kandungan nitrogen (N),

kedalaman air, dan substrat dasar.

Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea,

Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Makrobentos yang

ditemukan pada dasar sungai Banjaran 4 (tengah) yang terdapat pada kuadrat yang telah

dibuat saat praktikum adalah kebanyakan dari kelas Crustacea, dan Mollusca. Spesies

makrobentos yang dapat ditemukan dari kelas Mollusca yaitu Paludestrina minuta,

Littoridina monroensis, dan Tryonia clathrata. Paludestrina minuta bercirikan memiliki alur

cangkang yang terlihat jelas, bagian radula memiliki gigi, cangkang berwarna kuning. Di

sungai Banjaran 2 (hulu) diperoleh spesies dari kelas Moluska yaitu Paludestrina minuta,

dan di sungai Banjaran 6 (hilir) yaitu Littoridina monroensis dan Pomatiopsis lapida.

Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data bahwa suhu udara di daratan sekitar

Sungai Banjaran 4 (tengah) yaitu sekitar 300C, sedangkan suhu di dalam air yaitu sekitar

320C. Sungai Banjaran 2 (hulu) yaitu sekitar 270C untuk suhu udara di sekitar sungai dan

di dalam air yaitu sekitar 240C. Sungai Banjaran 6 (hilir) yaitu sekitar 27,5 0C untuk suhu

udara di sekitar sungai dan di dalam air yaitu sekitar 26 0C.

Air mempunyai beberapa sifat unik yang berhubungan dengan panas yang secara

bersama-sama dapat mengurangi perubahan suhu sampai tingkat minimal, sehingga

perbedaan suhu dalam air lebih kecil dan perubahan yang terjadi lebih lambat daripada di

udara. Sifat-sifat yang penting antara lain :

1) Satu gram kalori (gkal) panas dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 ml (=1 gram)

air 1°C lebih tinggi (antara 15° dan 16°), hanya ammonia dan beberapa senyawa

lain mempunyai nilai lebih tinggi dari 1.

2) Panas fusi yang tinggi 80 kalori dibutuhkan untuk mengubah 1 gram es menjadi air

tanpa mengubah suhunya (dan sebaliknya).

3) Panas evaporasi yang tinggi. Sebagian besar sinar matahari digunakan untuk

evaporasi air dari ekosistem di dunia.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

4) Kerapatan air tertinggi terjadi pada suhu 4°C, di atas dan di bawah suhu tersebut

air akan bekembang dan menjadi lebih ringan.

Suhu air paling baik dan efisien diukur dengan menggunakan sensor elektronis

seperti termistor. Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi,

antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya

toksik yang ada dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen

terlarut dalam air. semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut.

Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau

metabolisme dari makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan plankton.

Perkembangan plankton optimal terjadi dalam kisaran suhu antara 25oC-30oC.

Dari penghitungan matematik sederhana, didapat bahwa kecepatan air Sungai

Banjaran 4 (tengah) sebesar 2,2 m/s, kecepatan air Sungai Banjaran 2 (hulu) sebesar

1,9 m/s, dan kecepatan air Sungai Banjaran 6 (hulu) sebesar 0,36 m/s.

Arus adalah faktor pembatas utama pada aliran deras. Kecepatan arus dapat

bervariasi di tempat yang berbeda dari suatu aliran air yang sama dan dari waktu ke

waktu. Di dalam aliran air yang besar, arus dapat berkurang sedemikian rupa sehingga

menyerupai air yang tergenang mengatur perbedaan di beberapa tempat dari suatu aliran

air. Kecepatan arus ditentukan oleh : kemiringan, kekasaran, kedalaman, dan kelebaran.

Semakin besar kemiringan arus maka kecepatan arus semakin meningkat, semakin besar

kekasaran, kedalaman, kelebaran maka kecepatan arus semakin cepat. Di samping itu,

arus sering kali amat menentukan distribusi gas yang vital, garam dan organisme kecil.

Peranan arus adalah:

a. membuat kehidupan kolam dan air deras amat berbeda

b. mengatur perbedaan di beberapa tempat dari suatu aliran air.

Dasar di air tenang yang lunak dan terus-menerus berubah umumnya membatasi

organisme bentik yang lebih kecil sampai bentuk penggali, tetapi bila kedalaman lebih

besar lagi, dimana gerakan air lebih lambat , maka lebih sesuai untuk nekton, neuston

dan plankton. Yang menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasi dari komunitas

yang dominan diantaranya adalah tipe dasar substratnya, misalnya kerikil, tanah liat,

tanah berpasir, batuan utama atau pecahan batu.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data bahwa di daratan sekitar sungai

Banjaran 4 (tengah) tipe tanahnya adalah tipe tanah berpasir, di daratan sekitar sungai

Banjaran 2 (hulu) yaitu tipe tanah lanau dan di daratan sekitar sungai Banjaran 6 (hilir)

diperoleh bahwa tipe tanahnya adalah tanah seresah. Kemudian untuk substrat dasar

sungainya, di Sungai Banjaran 4 (tengah) yaitu tanah berpasir, Sungai Banjaran 2 (hulu)

yaitu pasir bebatuan, dan Sungai Banjaran 6 (hilir) yaitu batu, pasir.

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data bahwa pH air di Sungai Banjaran 4

(tengah) yaitu 6 dan pH tanahnya 7. Sungai Banjaran 2 (hulu) diperoleh pH air yaitu 6 dan

pH tanah 7. Dan untuk pH air di Sungai Banjaran 6 (hilir) yaitu 6 dan pH tanahnya 6,8.

pH (Power of Hydrogen) adalah suatu parameter kimia perairan yang menunjukan

jumlah ion H+ yang terurai dalam air. Nilai pH menyatakan tingkat keasaman atau

mengukur konsentrasi aktivitas hidrogen ionnya Nilai pH juga berkaitan erat dengan

karbondioksida dan alkalinitas Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitas

dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Keberadaan pH di perairan penting

untuk reaksi-reaksi kimia dan senyawa-senyawa yang mengandung racun perubahan

asam atau basa di perairan dapat mengganggu sistem keseimbangan ekologi.

Berdasarkan nilai kisaran pH menurut EPA (Environmental Protection Agency) untuk

kehidupan organisme air adalah 6,5 – 8,5.

Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh spesies bambu di sekitar sungai Banjaran

4 (tengah) yaitu Gigantochloa atter, Banjaran 2 (hulu) yaitu Gigantochloa apus, dan

Banjaran 6 (hilir) spesies bambunya yaitu Dendrocalamus asper dan Gigantochloa atter.

Bambu ater tidak dijumpai ditanam secara meluas di Indonesia, biasanya orang

menanamnya hanya beberapa rumpun saja. Di Jawa Barat orang menyebut jenis bambu

ini sebagai bambu temen. Sedangkan, di Jawa Tengah orang sering juga menamakan

pring jowo, buluhnya berwarna hijau tua, dan hijau kehitam-hitaman. Bagaimana kita bisa

mengenal bambu ater? Rumpunnya sedikit agak rapat. Rumpun ini terdiri dari banyak

buluh yang tegak, tingginya sampai 20 meter. Garis tengah atau penampang buluh

sampai 7 cm, buluh yang muda mempunyai pelepah buluh yang bermiang coklat tua.

Waktu buluh menjadi dewasa, pelepah jatuh dengan sendirinya, sehingga buluhnya

bersih dari pelepah buluh. Panjang setiap ruas buluh adalah sekitar 15 sampai 60 cm,

sedangkan panjang daunnya antara 20 sampai 32 cm. Dengan lebar daun 2 sampai 2,25

cm. Tanaman in dapat tumbuh di daaerah-daerah dengan ketinggian dari 0 sampai 650

meter di atas permukaan laut. Bambu ater sering ditemukan di desa-desa, di pinggir

sungai ataupun di lereng bukit (Maradjo, 1977).

Untuk menanam atau memperbanyak bambu ater tidak sulit. Ia dapat diperbanyak

dengan potongan buluhnya. Dapat juga dengan stek atau akar rimpang, ataupun anak

tanaman yang tumbuh disamping tanaman induknya. Dalam waktu tiga tahun sesudah

penanaman, rumpunnya akan mempunyai kira-kira 20 batang bukub yang tumbuhnya

tegak , dengan ujungnya yang terkulai sedikit. Bagian dalam buluhnya mudah sekali

dimakan serangga dan menghasilkan bubuk. Tapi bila akan dibuat talang, atap dan lain-

lainnya, bagian dalamnya dihilangkan. Untuk mengawetkannya orang biasa merendam

buluh bambu ini dalam air tergenang selama beberapa hari (Maradjo, 1977).

Page 21: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

Gambar Gigantochloa atter

Contoh gambar Rantai Makanan di daerah sungai:

Page 22: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan kelompok 4 di daerah Sungai

Banjaran 4 (tengah), maka dapat diambil kesimpulan :

1. Terdapat perbedaan antara lokasi hulu, tengah dan hilir dari Sungai Banjaran yang

dapat dilihat dari distribusi moluska dan bambu beserta faktor-faktor lingkungan

yang mempengaruhinya.

2. Ekosistem air di sungai Banjaran 4 (tengah): suhu air di Sungai Banjaran 4

(tengah) yaitu sekitar 320C, kecepatan air sebesar 2,2 m/s, pH air 6 dan tipe

tanahnya adalah tanah berpasir. Spesies Mollusca yang dapat ditemukan dan

lebih dominan di Sungai Banjaran 4 (tengah) antara lain Paludestrina minuta,

Littoridina monroensis, dan Tryonia clathrata.

3. Ekosistem daratan di sepanjang sungai banjaran 2: bahwa suhu udara di daratan

di sekitar sungai Banjaran 4 (tengah) yaitu sekitar 300C, pH tanah 7, dan tipe

tanahnya adalah tanah berpasir. Spesies bambu yang dapat ditemukan di Sungai

Banjaran 4 (tengah) adalah Gigantochloa atter.

Page 23: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Arti Ekologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekologi. Diakses pada tanggal 20 November 2010.

______, 2010. Ekosistem Darat. http://www.acehblogger.org/EkosistemDarat. Diakses pada tanggal 20 November 2010.

______, 2010. Gigantochloa atter. http://zipcodezoo.com/Animals/P/Gigantochloa_atter. Diakses pada tanggal 24 November 2010.

______, 2010. Littoridina monroensis. http://zipcodezoo.com/Animals/P/ Littoridina_monroensis . Diakses pada tanggal 24 November 2010.

______, 2010. Paludestrina minuta. http://zipcodezoo.com/Animals/P/ Paludestrina_minuta . Diakses pada tanggal 24 November 2010.

______, 2010. Susunan dan Komponen Ekosistem. http://zuzoqu.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25 November 2010.

______, 2010. Tryonia clathrata. http://zipcodezoo.com/Animals/P/ Tryonia_clathrata . Diakses pada tanggal 24 November 2010.

Balai PSDA Serayu Citanduy, 2005. Data Daerah Irigasi Kabupaten Banyumas. Dinas PSDA Jawa Tengah, Purwokerto.

Basukriadi, Adi. 2010. Populasi, Ekosistem, Biosfir. http://kambing.ui.ac.id. Diakses tanggal 24 November 2010.

Maradjo, Marah. 1977. Tanaman Bambu. Jakarta: P.T. Karya Nusantara.

Odum, E. P., 1979. Fundamentals of Ecology third Edition. Georgia: Saunders College Publishing.

Sub Dinas Pengairan, 2003. Daftar Inventarisasi Jaringan Irigasi dan Inventarisasi Daerah Irigasi dan Pedesaan. Dinas Pengairan Pertambangan dan Energi, Pemerintah Kabupaten Banyumas, Purwokerto

Suroso, dkk., 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Dinamika Teknik Sipil, Vol.7 : 55-62.

Page 24: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

KLASIFIKASI

1. Paludestrina minuta Totten.

Domain: Eukaryota - Whittaker & Margulis,1978

Kingdom: Animalia - Linnaeus, 1758 - animals

Subkingdom: Bilateria - (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983

Branch: Protostomia - Grobben, 1908

Infrakingdom: Lophotrochozoa

Superphylum: Eutrochozoa

Phylum: Mollusca - (Linnaeus, 1758) Cuvier, 1795 - Molluscs

Class: Gastropoda - Cuvier, 1795 - Snails and Slugs

Subclass: Orthogastropoda - Ponder & Lindberg, 1996

Superorder: Caenogastropoda - Cox, 1960

Order: Neotaenioglossa - Ponder & Lindberg, 1997

Suborder: Hypsogastropoda - Ponder & Lindberg, 1997

Infraorder: Littorinimorpha - Golikov & Starobogatov, 1975

Superfamily: Rissooidea - J.e. Gray, 1847

Family: Hydrobiidae - Troschel, 1857

Genus: Paludestrina

Specific name: minuta - Totten

Scientific name: - Paludestrina minuta Totten

Page 25: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

2. Littoridina monroensis Frnfld.

Domain: Eukaryota - Whittaker & Margulis,1978

Kingdom: Animalia - Linnaeus, 1758 - animals

Subkingdom: Bilateria - (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983

Branch: Protostomia - Grobben, 1908

Infrakingdom: Lophotrochozoa

Superphylum: Eutrochozoa

Phylum: Mollusca - (Linnaeus, 1758) Cuvier, 1795 - Molluscs

Class: Gastropoda - Cuvier, 1795 - Snails and Slugs

Subclass: Orthogastropoda - Ponder & Lindberg, 1996

Superorder: Caenogastropoda - Cox, 1960

Order: Caenogastropoda - Ponder & Lindberg, 1997

Suborder: Hypsogastropoda - Ponder & Lindberg, 1997

Infraorder: Littorinimorpha - Golikov & Starobogatov, 1975

Superfamily: Rissooidea - J.e. Gray, 1847

Family: Hydrobiidae - Troschel, 1857

Genus: Littoridina

Specific name: monroensis - Frnfld

Scientific name: - Littoridina monroensis Frnfld

Page 26: LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

3. Tryonia clathrata

Kingdom: Animalia

Phylum: Mollusca

Class: Gastropoda

(unranked): clade Caenogastropoda

clade Hypsogastropoda

clade Littorinimorpha

Superfamily: Rissooidea

Family: Hydrobiidae

Genus: Tryonia

Species: T. clathrata

Binomial name Tryonia clathrata

Stimpson, 1865

4. Gigantochloa atter

Domain: Eukaryota - Whittaker & Margulis,1978 - eukaryotes

Kingdom: Plantae - Haeckel, 1866 - Plants

Subkingdom: Viridaeplantae - Cavalier-Smith, 1981

Phylum: Tracheophyta - Sinnott, 1935 Ex Cavalier-Smith, 1998 - Vascular Plants

Subphylum: Euphyllophytina

Infraphylum: Radiatopses - Kenrick & Crane, 1997

Class: Liliopsida - Scopoli, 1760

Subclass: Commelinidae - Takhtajan, 1967

Superorder: Poanae - (Small, 1903) Takhtajan, 1997 Ex Reveal & Doweld, 1999

Order: Poales - Small, 1903

Family: Poaceae - (R. Brown) Barnhart, 1895 - Grass Family

Genus: Gigantochloa - Kurz ex Munro, Trans. Linn. Soc. London. 26: 123. 1868. -

Gigantochloa

Specific epithet: atter - (Hassk.) Kurz

Botanical name: - Gigantochloa atter

(Anonim, 2010)