laporan praktikum

30
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN “ PENGOLAHAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR 4 RODA ” AZMAWIJAYA . A G41113510 LABORATORIUM ALAT DAN MESIN PERTANIAN

Upload: jaya-wijaya

Post on 01-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Mekanisasi Pertanian

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUMALAT DAN MESIN PERTANIAN

“ PENGOLAHAN TANAH DENGAN MENGGUNAKANTRAKTOR 4 RODA ”

AZMAWIJAYA . A

G41113510

LABORATORIUM ALAT DAN MESIN PERTANIANPROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2015

Page 2: LAPORAN PRAKTIKUM

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Alat dan mesin pertanian memiliki berbagai peranan yang sangat penting

dalam usaha pertanian, antara lain menyediakan tenaga untuk daerah yang

kekurangan tenaga kerja, meningkatkan kapasitas kerja sehingga luas tanam dan

intensitas tanam dapat meningkat, meningkatkan kualitas sehingga ketepatan dan

keseragaman proses dan hasil dapat diandalkan serta mutu terjamin,

meningkatkan kenyamanan dan keamanan sehingga menambah produktivitas

kerja.

Untuk meningkatkan kapasitas kerja, tanah yang akan dipakai harus diolah

terlebih dahulu. Pengolahan tanah dapat dipandang sebagai suatu usaha manusia

untuk merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan kebutuhan yang

dikehendaki oleh manusia, membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan,

menempatkan seresah atau sisa-sisa tanaman pada tempat yang sesuai agar

dekomposisi dapat berjalan dengan baik, menurunkan laju erosi, meratakan tanah

untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, mempersatukan pupuk dengan tanah

serta mempersiapkan tanah untuk mempermudah dalam pengaturan air. Sehingga

diperlukan suatu alat dan mesin pertanian yang dapat mengolah tanah sehingga

siap untuk dijadikan suatu lahan yang akan ditanami berbagai macam jenis

tanaman. Pengolahan tanah dapat dilakukan secara tradisional dan modern.

Pengolahan tanah tradisional dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia

sedangkan pengolahan tanah modern dilakukan dengan menggunakan peralatan

yang sudah canggih dan mutakhir seperti traktor. Dalam penggunaan traktor untuk

pengolahan tanah diperlukan keahlian serta pengetahuan yang luas agar dapat

mengurangi tingkat penggunaan biaya operasi, bahan bakar, serta efisiensi dan

kapasitas kerja dari alat dan mesin pertanian diatas. Efisiensi dan kapasitas kerja

meliputi alat dan mesin pengolah tanah, cara mengolah tanah dan kapasitas

kinerja dari alat dan mesin pertanian.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukanlah pengujian traktor dalam

pengolahan lahan agar dapat diketahui kapasitas lapang efisien, besarnya slip yang

dihasilkan serta dapat mengetahui jenis-jenis pengolahan lahan yang sesuai.

Page 3: LAPORAN PRAKTIKUM

I.2. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum pengujian kinerja traktor empat roda dan pengolahan

lahan ini adalah untuk mengetahui pentingnya pengolahan lahan dalam pertanian,

mengetahui kapasitas lapang teoritis dari traktor 4 roda, mengetahui kapasitas

lapang efisien dari traktor 4 roda dan mengetahui besarnya slip pada traktor.

Kegunaan dari praktikum pengujian traktor dan pengolahan lahan ini adalah

mahasiswa mengetahui proses pengolahan lahan, mengetahui kinerja dari traktor

empat roda serta alat yang digunakan untuk mengolah tanah dan sebagai sumber

referensi bagi pembaca.

Page 4: LAPORAN PRAKTIKUM

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan merupakan suatu proses mengubah sifat tanah dengan

mempergunakan alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lahan

pertanian yang sesuai dengan kebutuhan yang dikehendaki manusia dan sesuai

untuk pertumbuhan tanaman (Handoko, 2012).

Menurut Handoko (2012), yang menyatakan bahwa tujuan pengolahan lahan

dalam usaha pertanian memiliki beberapa tujuan yang dapat membantu tanah

dalam pengoptimalan tanah, beberapa tujuan itu antara lain:

a. Menciptakan kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi lebih baik.

b. Membunuh gulma dan tanaman yang tidak diinginkan.

c. Menempatkan sisa-sisa tanaman (seresah) pada tempat yang sesuai agar

dekomposisi berjalan dengan baik.

d. Menurunkan laju erosi.

e. Meratakan tanah untuk memudahkan pekerjaan di lapangan.

f. Menyatukan pupuk dengan tanah.

g. Mempersiapkan tanah untuk mempermudah pengaturan irigasi.

II.2. Macam-macam Pengolahan Lahan

Menurut Cibro (2008), secara umum, pengolahan tanah dapat dibagi

menjadi tiga macam. Hal ini didasarkan pada cara mengolah lahan yang nantinya

akan ditanami, ketiga cara tersebut antara lain:

a. No tillage (Tanpa olah tanah / TOT), Pengolahan lahan no tillage atau TOT

merupakan sistim pengolahan tanah yang diadopsi dari sistim perladangan

dengan memasukkan konsep pertanian modern. Tanah dibiarkan tidak

terganggu, kecuali alur kecil atau lubang untuk penempatan benih atau bibit.

Sebelum tanam sisa tanaman atau gulma dikendalikan sedemikian rupa

sehingga tidak mengganggu penempatan benih atau bibit tersebut. Seresah

tanaman yang mati dan dihamparkan dipermukaan tanah ini dapat berperan

sebagai mulsa dan menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat

memperbaiki sifat dan tata air tanah. Pada sistim tanpa olah tanah (TOT), erosi

tanah dapat perkecil dari 17.2 ton/ha dalam setahun menjadi 1 ton/ha dalam

Page 5: LAPORAN PRAKTIKUM

setahun dan aliran permukaan ditekan 30-45%. Keuntungan lain yang di dapat

pada sistim tanpa olah tanah yaitu adanya kepadatan perakaran yang lebih

banyak, penguapan lebih sedikit, air yang tersedia bagi tanaman makin

banyak.

b. Minimum Tillage (Pengolahan tanah secara minimal), pengolahan minimum

(minimum tillage) merupakan suatu pengolahan lahan yang dilakukan

seperlunya saja (seminim mungkin), disesuaikan dengan kebutuhan

pertanaman dan kondisi tanah. Pengolahan minimum bertujuan agar tanah

tidak mengalami kejenuhan yang dapat menyebabkan tanah sakit (sick soil)

dan menjaga struktur tanah. Selain itu, dengan pengolahan minimum dapat

menghemat biaya produksi. Dalam sistem pengolahan minimum, tanah yang

diolah hanya pada spot-spot tertentu dimana tanaman yang akan

dibudidayakan tersebut ditanam. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada

bagian perakaran tanaman saja (sesuai kebutuhan tanaman), sehingga bagian

tanah yang tidak diolah akan terjaga struktur tanahnya karena agregat tanah

tidak rusak dan mikroorganisme tanah berkembang dengan baik.

c. Maximum Tillage (pengolahan tanah secara maksimal), pengolahan lahan

secara maksimal merupakan pengolahan lahan secara intensif yaang dilakukan

pada seluruh lahan yang akan ditanami. Ciri utama pengolahan lahan

maksimal ini antara lain adalah membabat bersih, membakar atau

menyingkirkan sisa tanaman atau gulma serta perakarannya dari areal

penanaman serta melalukan pengolahan tanah lebih dari satu kali baru

ditanamai. Pengolahan lahan maksimum mengakibatkan permukaan tanah

menjadi bersih, rata dan bongkahan tanah menjadi halus. Hal tersebut dapat

mengakibatkan rusaknya struktur tanah karena tanah mengalami kejenuhan,

biologi tanah yang tidak berkembang serta meningkatkan biaya produksi.

II.3. Macam dan Cara Pengolahan Tanah

Berdasarkan atas tahapan kegiatan, hasil kerja dan dalamnya tanah yang

menerima perlakuan pengolahan tanah, kegiatan pengolahan tanah dibedakan

menjadi dua macam, yaitu pengolahan tanah pertama atau awal (primary tillage)

dan pengolahan tanah kedua (secondary tillage). Dalam pengolahan tanah

pertama, tanah dipotong kemudian diangkat terus dibalik agar sisa-sisa tanaman

Page 6: LAPORAN PRAKTIKUM

yang ada dipermukaan tanah dapat terbenam di dalam tanah. Kedalaman

pemotongan dan pembalikan umumnya di atas 15 cm. Pada umumnya hasil

pengolahan tanah masih berupa bongkah-bongkah tanah yang cukup

besar, karena pada tahap pengolahan tanah ini penggemburan tanah belum

dapat dilakukan dengan efektif. Dalam pengolahan tanah kedua,

bongkah-bongkah tanah dan sisa-sisa tanaman yang telah terpotong pada

pengolahan tanah pertama akan dihancurkan menjadi lebih halus

dan sekaligus mencampurnya dengan tanah (Endra, 2008).

II.4. Pola Pengolahan Tanah

Dalam melakukan pengolahan tanah, perlu menggunakan pola-pola

tertentu. Tujuan dari pola pengolahan tanah ini adalah agar lebih efektif

dan efisien. Dengan menggunakan pola yang sesuai, diharapkan waktu yang

terbuang pada saat pengolahan tanah (pada saat implemen pengolahan

tanah diangkat) sesedikit mungkin, lahan yang diolah tidak diolah lagi

sehingga diharapkan pekerjaan pengolahan tanah bisa lebih efisien (Himan, 2010).

Terdapat beberapa macam pengolahan tanah. Pola pengolahan tanah

bisa ditentukan berdasarkan kondisi lahan yang akan diolah serta implemen

yang digunakan. Pola pengolahan tanah akan mempengaruhi lama pengolahan

dan efisiensi lapang pengolahan tanah tersebut (Himan, 2010).

2.4.1 Pola Tengah

Pada pengolahan lahan dengan menggunakan pola tengah, pembajakan

dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua pada sebelah hasil

pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan membajak rapat dengan hasil

pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kanan

sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit.

Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung

lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir.

Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual

(dengan cangkul). Dengan pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow),

yaitu alur bajakan yang saling berhadapan satu sama lain. Sehingga akan terjadi

penumpukan lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi

lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan.

Page 7: LAPORAN PRAKTIKUM

Gambar 1. Pola Tengah

2.4.2 Pola Tepi

Pembajakan dengan pola tepi dilakukan dari tepi membujur lahan, lemparan

hasil pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada sisi lain pembajakan

pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi lahan dengan arah

sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke kiri sampai ke tengah

lahan. Pola ini juga cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit. Diperlukan

lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan. Ujung lahan yang tidak

terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan terakhir. Sisa lahan yang

tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan cangkul).

Dengan pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow), yaitu alur bajakan

yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga akan terjadi alur yang tidak

tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada tepi

lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur hasil pembajakan.

Gambar 2. Pola Tepi

Page 8: LAPORAN PRAKTIKUM

2.4.3.Pola Spiral

Mesin mengolah tanah dari tepid an berakhir di tepi secara spiral. Kelebihan

dari pola ini adalah hasil dari pengolahannya tidak terlempar ke samping,

sedangkan kekurangannya adalah efisiennya rendah, pola ini hanya cocok

dilakukan untuk bajak yang dapat diubah arah lemparan bajakan. Untuk mesin

rotari cara ini juga dapat dilakukan.

Gambar 3. Pola Spiral

2.4.4.Pola Alfa

Mesin mengolah tanah diawali dari tepei seperti bentuk alfa berakhir di

tengah lahan. Hasil pembajakan terlempar keluar, sehingga tidak menumpuk di

dalam lahan. Kekurangan dari pola ini adalah makin banyak pengangkatan alat

pada waktu belok sehingga efisiensi kerjanya semakin rendah.

Gambar 4. Pola Alfa

Page 9: LAPORAN PRAKTIKUM

2.5. Alat dan Mesin Pengolah Tanah

Menurut Endra (2008), yang menyatakan bahwa sesuai dengan macam dan

cara pengolahan tanah yang telah diterangkan di atas, secara garis besar alat dan

mesin pengolahan tanah juga dibedakan menjadi dua macam:

1. Alat dan mesin pengolahan tanah pertama (primary tillage equipment), yang

digunakan untuk melakukan kegiatan pengolahan tanah pertama. Peralatan

pengolahan tanah ini biasanya berupa bajak (plow), dengan segala jenisnya.

2. Alat dan mesin pengolahan tanah kedua (secondary tillage equipment), yang

digunakan untuk melakukan pengolahan tanah kedua. Peralatan pengolahan

tanah ini biasanya berupa garu (harrow) dengan segala jenisnya.

2.5.1. Bajak (plow)

Pada awal mulanya bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia, dengan

bntuk yang sangat sederhana. Kemudian Thomas Jefferson merancang secara

istimewa dengan prinsip perhitungan matematika. Untuk pertama kalinya alat

pengolahan tanah ini dibuat dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai bahan

utamanya, selanjutnya dibuat dari baja. Penggunaan sistem dua mata bajak

(bottom) dimulau sejak tahun 1865, kemudian diikuti dengan pemakaian tiga mata

bajak dan seterusnya, tergantung pada besarnya daya penarik yang digunakan.

Banyak dijumpai berbagai bentuk rancangan bajak, hal ini padaumumnya

dimaksudkan untuk dapat memperoleh penyesuaian antara tujuan pengolahan

tanah dan peralatan yang dipergunakan. Beberapa jenis bajak secara garis besar

yaitu bajak singkal (mold board plow), bajak piringan (disk plow), bajak rotari

atau bajak putar, bajak pahat dan bajak bawah tanah.

2.5.2. Garu (Harrow)

Tanah setelah dibajak pada pengolahan tanah pertama, pada umumnya

masih merupakan bongkah-bongkah tanah yang cukup besar, maka untuk

lebih menghancurkan dan meratakan permukaan tanah yang terolah dilakukan

pengolahan tanah kedua. Alat dan mesin pertanian yang digunakan

untuk melakukan pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah

jenis garu (harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua,

selain bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah

hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga bertujuan

Page 10: LAPORAN PRAKTIKUM

untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan kandungan unsur hara

pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan sisa-sisa tanaman dan

mencampurnya dengan tanah.

Menurut Endra (2008), yang menyatakan bahwa macam-macam garu yang

digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah:

a. Garu piringan (disk harrow)

b. Garu bergigi paku (spikes tooth harrow)

c. Garu bergigi per (springs tooth harrow)

d. Garu-garu untuk pekerjaan khusus (special harrow).

2.6. Kapasitas Kerja Lapang

Kapasitas lapang merupakan jumlah proses yang dapat diselesaikan

sebuah mesin dalam satuan waktu. Kapasitas lapang teoritis merupakan

perhitungan kapasitas lapang pada saat efisiensi lapang mencapai satu atau 100%.

Artinya, suatu alat atau mesin dianggap bekerja sempurna tanpa ada waktu

untuk membelok atau berhenti. Dalam pengolahan tanah, kecepatan penggarapan

suatu lapang dengan sebuah mesin merupakan salah satu dasar pertimbangan

menghitung biaya pengerjaan dan efisiensi dalam pengolahan lahan.

Menurut Rizaldi (2006), kapasitas kerja suatu alat pengolahan tanah

dipengaruhi oleh berberapa faktor, yaitu:

a. Ukuran dan bentuk petakan

b. Topografi wilayah

c. Keadaan traktor

d. Keadaan vegetasi di permukaan tanah;

e. Keadaan tanah

f. Tingkat keterampilan operator

g. Pola pengolahan tanah.

2.6.1. Kapasitas Lapang Teoritis

Kapasitas lapang teoritis (KLT) merupakan perhitungan kapasitas lapang

dengan mengukur lebar implemen dan kecapatan kerja pengolahan tanah.

Kapasitas lapang teoritis merupakan perhitungan kapasitas lapang pada

saat efisiensi lapang mencapai satu (100%). Artinya, suatu alat atau

Page 11: LAPORAN PRAKTIKUM

mesin dianggap bekerja sempurna tanpa ada waktu untuk membelok atau

berhenti. Jadi, perhitungan kapasitas lapang teoritis (KLT) merupakan

perhitungan kapasitas lapang dengan mengukur lebar implemen dan kecapatan

kerja pengolahan tanah (Rizaldi, 2006).

Dimana:

KLT : Kapasitas Lapang Teoritis (ha/jam)

v : Kecepatan kerja rata-rata (m/detik)

l : Lebar implemen (m)

2.6.2. Kapasitas Lapang Efektif

Kapasitas lapang efektif ialah rata-rata kecepatan penggarapan yang

aktual menggunakan suatu mesin, didasarkan pada waktu lapang total.

Kapasitas lapang efektif biasanya dinyatakan dalam hektar per jam.

Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja

teoritis mesin, prosentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai,

kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan.

Dengan alat-alat semacam garu, penyiang lapang,pemotong rumput dan

pemanen padu, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan

lebar teoritisnya tanpa adanya tumpang tindih (Rizaldi, 2006).

Kecepatan maju terbesar yang diijinkan berkaitan dengan faktor-faktor

semacam sifat pengerjaan, kondisi lapang, dan besarnya daya tersedia.

Untuk alat pemanen, faktor pembatasnya boleh jadi ialah kecepatan maksimum

dapat ditanganinya bahan secara efektif dengan mesin tersebut (Rizaldi, 2006).

Keterangan:

KLE : Kapasitas Lapang Efektif (ha/jam)

L : Luas lahan yang diolah (ha)

WK : Waktu kerja yang dibutuhkan (jam)

Page 12: LAPORAN PRAKTIKUM

2.6.3. Waktu Hilang

Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam

hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat penyetelan

atau pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan, belok

diujung. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan efisiensi

lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau perawatan harian

alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat. Waktu hilang

hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan waktu untuk

pelumasan yang dibutuhkan diluar perawatan harian, di samping hal-hal lain

seperti diuraikan didepan. Waktu lapang total dianggap sama dengan jumlah

waktu kerja efektif ditambah waktu hilang. Waktu yang dipakai untuk perjalanan

dari dan ke lapang biasanya tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari

suatu pengerjaan, namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang

efektif atau efisiensi lapang (Rizaldi, 2006).

2.6.4. Efisiensi Lapang

Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan

kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan

pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan

lebar teoritis mesin (Rizaldi, 2006).

Page 13: LAPORAN PRAKTIKUM

III. METODOLOGI

III.1. Tempat dan Waktu

Praktikum pengujian kinerja traktor empat roda dilaksanakan pada hari

Sabtu, tanggal 25 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA sampai selesai bertempat

di Lahan Pertanian Exfarm, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

III.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah traktor 4 roda, meteran,

patok, baja piring dan stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan pada

praktikum ini adalah solar dan tanah.

III.3. Prosedur Kerja

3.3.1 Menghitung Slip

1) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2) Mengukur jarak yang akan dijadikan sebagai lintasan traktor dalam

percobaan ini yaitu 20 m.

3) Menjalankan traktor tanpa menurunkan implemen sepanjang 20 m.

4) Mencatat waktu yang dibutuhkan traktor menempuh jarak 20 m.

5) Mengulangi langkah kedua namun kali ini menggunakan implemen.

6) Mencatat waktu yang dibutuhkan traktor menempuh jarak 20 m dengan

implemen.

3.3.2. Menghitung Kapasitas Lapang Teoritis

1) Mengukur luas lahan yang akan diolah.

2) Mengukur lebar implemen yang digunakan

3) Mencatat hasil pengukuran.

3.3.3. Menghitung Kapasitas Lapang Efisien

1) Mengukur luas lahan yang akan diolah.

2) Menjalankan traktor pada lahan yang telah diukur

3) Mencatat waktu yang dibutuhkan traktor bekerja dari titik awal sampai

diujung lahan.

4) Mencatat waktu pembelokan yang dibutuhkan traktor dan mengukur lebar

kerja dari hasil pembajakan oleh implemen traktor.

Page 14: LAPORAN PRAKTIKUM

5) Mengukur kedalaman kerja dari hasil pembajakan oleh implemen traktor.

6) Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk luasan lahan yang tersisa.

7) Mencatat keseluruhan waktu yang digunakan oleh traktor dalam bekerja

pada lahan yang telah diukur.

Page 15: LAPORAN PRAKTIKUM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. HasilTabel 1. Hasil Perhitungan

Kecepatan (m/s)

Lebar Bajak(m)

KLT (ha/jam)

Luas Lahan (Ha)

Total Waktu (jam)

KLE(ha/jam)

Efisiensi

(%)

Sb (m)

So (m)

Slip (%)

0,304 1,1 0,1203 0,01 0,305 0,0327 27,18 3,502 10 64,98Sumber: Data primer setelah diolah, 2015.

IV.2. Pembahasan

Pengolahan tanah merupakan tahap penting yang harus dikerjakan

sebelum melakukan budidaya pada tanaman. Sehingga, pengolahan tanah

yang baik haruslah memenuhi syarat dan tata cara pengolahan yang baik,

begitupun dengan alat pengolah tanah. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh Cibro

(2008) bahwa kinerja traktor empat roda dilakukan terhadap kapasitas lapang

yang terdiri dari kapasitas lapang efektif (KLE) dan kapasitas lapang teoritis

(KLT). Selain itu dilakukan pula pengukuran efisiensi lapang dan pengukuran slip

dari traktor empat roda yang digunakan pada saat pengolahan tanah.

Hasil praktikum menunjukkan bahwa kapasitas lapang efektif lebih kecil

dibandingkan dengan kapasitas lapang teoritis. Hal ini membuat efisiensi traktor

menjadi rendah yang dikarenakan oleh kemampuan operator dalam

mengoperasikan traktor serta pola pengolahan tanah yang dipilih masih tidak

sesuai atau banyak terganggu oleh faktor lain, seperti lahan yang diolah agak

sempit sehingga operator tidak leluasa untuk melakukan manuver, operator traktor

yang belum ahli dalam mengoperasikan traktor dengan presisi yang tepat pada

saat mengolah tanah, faktor internal dari traktor itu sendiri seperti tuas persneling

yang keras sehingga membutuhkan waktu yang agak lama untuk melakukan

pemindahan gigi. Hal ini sesuai dengan pendapat Himan (2010), yang menyatakan

bahwa kapasitas lapang teoritis (KLT) sebuah alat adalah kecepatan penggarapan

lahan yang akan diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya

memanfaatkan 100 % waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu

memenuhi 100 % lebar kerja teoritisnya. Kapasitas lapang efektif (KLE) adalah

rata-rata kecepatan penggarapan yang aktual menggunakan suatu mesin,

didasarkan pada waktu lapang total.

Page 16: LAPORAN PRAKTIKUM

Selain memperhitungkan kapasitas lapang dan efisiensi, pengukuran juga

dilakukan untuk mengetahui slip pada traktor yang diperoleh dari jauh jarak yang

ditempuh traktor dengan menggunakan implemen dan jarak yang ditempuh traktor

tanpa implemen. Sedangkan efisiensi lapang diperoleh dengan membandingkan

kapasitas lapang teoritis dengan kapasitas lapang efektif. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rizaldi (2006), yang menyatakan bahwa efisiensi lapang adalah

perbandingan antara kapasitas lapang efektif dengan kapasitas lapang teoritis,

dinyatakan dalam persen. Efisiensi lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di

lapang dan ketakmampuan untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.

Page 17: LAPORAN PRAKTIKUM

V. PENUTUP

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pengenalan traktor roda empat, dapat

disimpulkan bahwa:

1. Traktor adalah alat yang didesain untuk mengolah tanah dengan traksi tinggi

dan dirancang khsusus untuk mobilisasi kegiatan pertanian dan pengolahan

tanah.

2. Pengolahan tanah sangat berpengaruh terhadap efisiensi yang dikerjakan pada

suatu lahan.

3. Pengukuran slip pada traktor diperoleh dengan membandingkan jarak yang

ditempuh traktor dengan menggunakan implemen dan jarak yang ditempuh

traktor tanpa implemen.

V.2. Saran

Sebaiknya praktikum uji kinerja traktor empat roda ini dilakukan dengan

beberapa pola pengolahan tanah sehingga dapat dibedakan pola pengolahan tanah

tersebut dan di operasikan oleh operator yang memiliki keterampilan yang tinggi.

Page 18: LAPORAN PRAKTIKUM

DAFTAR PUSTAKA

Cibro. 2008. Pengolahan Tanah Pertanian .http://www.anneahira.com. Diakses Pada Sabtu, 7 November 2015 di Makassar.

Endra. 2008. Pemanfaatan Lahan Untuk Uji Kinerja Traktor 4 Roda.

Handoko. 2012. Kapasitas Lapang. Jurnal Pertanian Brawijaya:Malang.

Himan. 2010. Pengolahan Tanah. http://www.binasyifa.com. Diakses pada Jumat 6 November, 2015 di Makassar.

Rizaldi. 2006. Kapasitas Lapang Dalam Pengolahan Tanah. Jurnal Teknologi Pertanian: Bogor.

Page 19: LAPORAN PRAKTIKUM

LAMPIRAN

1. Tabel Data

No.

V Maju dalam 10 m (Detik) Waktu

Belokan (Detik)

Waktu Kerja

(Detik)

Lebar Kerja (cm) Luas

Lahan (m2)Tanpa

BebanDengan Beban

Aktual Teoritis

1 11,52 32,89 52,58 1098,48 110 110 1002     71,76   110    3     71,23   110    4     72,8        5 81,976 84,117 67,128 77,70

Sumber: Data primer sebelum diolah, 2015.

2. Perhitungan

A. Kapasitas Lapang

a. Kapasitas lapang teoritis

Diketahui :

Lebar Bajak = 110 cm = 1,1 m.

Kecepatan Rata-Rata = Jarak : Waktu Tempuh = 10:32,89 = 0,304 m/s.

Ditanyakan : KLT ..... ?

Penyelesaian:

KLT = 0,36 (V x LP)

KLT = 0,36 (0,304 . 1,1)

KLT = 0,1203 ha/jam ,

b. Kapasitas lapang efektif

Diketahui:

Luas Lahan = 10 m . 10 m = 100 m2 = 0,01 Ha

Total Waktu Tempuh = 1098,48 detik / 3600 = 0,305 jam

Ditanyakan: KLE .....?

Penyelesaian:

Page 20: LAPORAN PRAKTIKUM

KLE = L/T

KLE = 0,01 / 0,305 = 0,0327 ha/jam.

B. Efisiensi Kerja

Diketahui:

KLE = 1,0952 ha/jam

KLT = 0,1203 ha/jam

Ditanyakan: Efisiensi ... ?

Penyelesaian:

Efisiensi=KLEKLT

x 100 %

Efisiensi=0,03270,1203

x100 %

Efisiensi=27,18 %

C. Slip

Diketahui:

tb = 32,89 detik

to = 11,52 detik

So = 10 meter

Sb = 10 meter

Ditanyakan: St .... ?

Penyelesaian:

vb = JarakWaktu =

10 m32,89 s = 0,304 m/s.

Untuk tb = 11,52 detik

Sb = vb x tb = 0,304 m/s x 11,52 s = 3,502 m.

St=So−SbSo

x100 %

St = 10−3,502

10x 100 %

St = 64,98 %