laporan praktikum
DESCRIPTION
lapakTRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN PERCOBAAN
Disusun oleh :
Kelompok 6 / Perikanan B
Adhardiansyah 230110130135Anggi Permana 230110130136Muchamad Zais Syahri 230110130138Teguh Maulana 230110130139Ina Rahmawati 230110130140Sarimanah 230110130141Zulfiqar Wahyu Ibrahim 230110130142Nabila Dwi Yasti 230110130143Siti Aliyah 230110130144Santi Ryanti 230110130145Rahman Arif Firmansyah 230110130147
PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum perancangan
percobaan ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas laporan praktikum mata kuliah Perancangan Percobaan.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah bekerjasama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk
itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum
maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan
terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.
Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan
yang diberikan oleh asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.
Jatinangor, Desember 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISIBab Halaman
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................... 1 1.3. Manfaat...................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ikan Nila........................................................ 32.1.1. Klasifikasi Ikan Nila.............................................................. 42.1.2. Fisiologi Ikan Nila................................................................. 52.1.3. Tingkah Laku Ikan Nila ........................................................ 92.2. Rancangan Acak Kelompok ..................................................... 102.2.1. Definisi Rancangan Acak Kelompok..................................... 102.2.2. Fungsi dan Kegunaan Rancangan Acak Kelompok .............. 132.3. Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan .................................. 142.3.1 Perhitungan Biomassa ............................................................ 142.3.2 Rasio Pakan............................................................................. 15
III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................... 183.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 183.2.1. Alat ........................................................................................ 183.2.2. Bahan .................................................................................... 183.3. Prosedur Kerja........................................................................... 193.4. Analisis Data............................................................................. 193.4.1. Jumlah Pakan yang Diberikan................................................ 193.4.2. Rumus Perhitungan SR.......................................................... 203.4.3. Rumus Tabel Anova............................................................... 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data .......................................................................................... 224.1.1. Tabel % SR............................................................................ 224.1.2. Tabel Data Bobot dan Rata-Rata Bobot Ikan......................... 224.2. Pembahasan .............................................................................. 234.2.1. Pembahasan % SR................................................................. 234.2.2. Pembahasan Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan............... 244.3. Tabel Anova.............................................................................. 254.3.1. Tabel Anova % SR................................................................. 254.3.2. Tabel Anova Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan.............. 264.4. Pembahasan............................................................................... 264.4.1. Pembahasan Tabel Anova % SR............................................ 26
ii
iii
4.4.2. Pembahasan Tabel Anova dan Perkembangan...................... 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .............................................................................. 285.2. Saran ......................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 29
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup termasuk ikan membutuhkan energi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan kelestarian keturunannya. Sumber
utama energi bagi ikan berasal dari makanan atau pakan sebab ikan tidak mampu
memanfaatkan energi matahari secara langsung seperti tumbuhan. Pemanfaatan
energi yang berasal dari pakan tidak hanya dimanfaatkan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup namun memberikan pengaruh pada pertumbuhan ikan itu
sendiri terutama pertumbuhan bobot.
Secara umum dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan akan mengalami
peningkata dengan meningkatnya jumlah pemberian pakan. Pertumbuhan sangat
erat kaitannya dengan pakan, karena pakan memberikan nutrien dan energi yang
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan
energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar, untuk
pencernaan dan untuk metabolisme standar.
Pada praktikum kali ini membahas mengenai pengaruh pemberian pakan
dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertambahan bobot ikan. Dimana dalam
pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan 3 perlakuan dan 4 ulangan.
Praktikum menggunakan Rancangan Acak Kelompok dimana perlakuan
diterapkan pada lingkungan yang heterogen, setiap pengamatan diklasifikasikan
menurut kelompok yang mengandung satuan percobaan itu dan perlakuan yang
diberikan sehingga menunjukkan klasifikasi dua arah.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis
yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan dengan dosis
yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan nila.
1
2
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan dengan dosis
yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis
yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini
adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan
dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan nila.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan
engan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Ikan Nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk
dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd 2004). Ikan ini
merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari
Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke
Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara
200- 400 gram, sifat omnivora atau pemakan segala sehingga dapat
mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman
2003) sehingga ikan ini sangat mudah dibudidayakan.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup
dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air
yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan
dari jenis lain tidak dapat hidup. Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved
Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan
nila (Oreochromis niloticus) antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah
berkisar 6 - 9. Ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya hidup di perairan
tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki
toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di
perairan payau dengan salinitas 20 – 25 ‰ dan suhu optimal bagi pertumbuhan
ikan nila adalah antara 22 - 290 C (Setyo 2006).
Komoditas ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki sifat biologi seperti
memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit ;
memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan; memiliki kemampuan
yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah
domestik dan pertanian ; memiliki kemampuan tumbuh yang baik ; mudah
3
4
tumbuh dalam sistem budidaya intensif. (Sucipto 2007). Adapun klasifikasi
ikan nila (Sugiarto 1988) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Osteichthyes Sub Class : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub Order : Percoidea Family : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila(Sumber : www.djpb.kkp.go.id)
2.1.1 Morfologi
Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut
torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda
lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak
keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih
agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan
tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya
memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.
Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang
sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan
mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al
1993).
Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke samping
memanjang. Mempunyai garis vertikal pada badan sebanyak 9 –11 buah,
sedangkan garis-garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6 –12 buah. Pada
5
sirip punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan
relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal
dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh)
terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah (Susanto 2007).
Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang
genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping
lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing
sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga
berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi
kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar
(Suyanto 2003).
2.1.2 Fisiologi Ikan Nila
Fisiologi ikan nila digolongkan menjadi sistem pencernaan, sistem ekskresi,
sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan
hormon, dan sistem integumen.
a. Sistem Pencernaan Ikan Nila
Sistem pencernaan pada ikan nila melalui proses sebagai berikut. Dari mulai
anggota mulut, esophagus atau kerongkongan, lambung, usus dan terakhir anus
(Dwisang 2008). Proses penyedeerhanaan pada ikan nila melalui cara fisik dan
kimia. Sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus
kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui system peredaran darah
(Dwisang 2008). Sistem pencernaan pada hewan vertebrata dibangun oleh
pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler, yang dimulai dari bagian
mulut sampai anus. Organ-organnya adalah rongga mulut, faring, esophagus,
lambung, usus halus, usus besar dan rektum (Pratama 2009).
b. Sistem Ekskresi Ikan Nila
Mekanisme sistem ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar adalah ikan
tidak banyak minum, aktif menyerap ion organik, melalui insang dan
mengeluarkan urin yang encer dalam jumlah yang besar (Dwisang 2008). Sistem
Ekskresi melibatkan organ insang, kulit, Ginjal berfungsi mengekskresikan zat-zat
6
sisa metabolism yang mengandung Nitrogen (Pratama 2009). Insang sebagai
organ pernafasan ikan. Kulit sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar
keringat yang mengeluarkan 5%, 10% dari seluruh metaydisme (Pratama 2009).
c. Sistem Reproduksi Ikan Nila
Sistem reproduksi pada jantan mempunyai tistis. Pada ikan nila betina
mempunyai indung telur, keduanya terletak pada rongga perut. Sebelah kandung
kemih dan kanan cili mentari keadaan Gonad Ikan sangat menentukan
kedewasaan ikan, meningkat dengan makin meningkatnya fungsi Gonad. Ikan nila
umumnya memiliki gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut disebelah
bawah ginjal (Pratama 2009). Nila berasal dari sungai nil, secara ilmiah atau
alamiah dapat berkembang biak sepanjang tahun. Namun frekuensi pemijahan,
banyak terjadi pada musim penghujan. Ikan ini mudah berkembang biak tanpa
perlakuan khusus (Meitanisyah 2010). Sebelum melangsungkan perkawinan, nila
jantan biasanya membuat kubangan berbentuk bulat didasar perairan, kolan
(Santoso 1996).
d. Sistem Respirasi Ikan Nila
Pernafasan adalah pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg
harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses
metabolisme dan sebagainya). Organ-organ pernafasan mengambil O2 dari
perairan terjadi pada insang. Organ tambahan mengambil O2 dari udara (paru-
paru, labirin, dsb). Bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung insang. tulang
tapis insang, daun insang. Fungsi dari bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung
insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang,
mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf ; tulang tapis insang,
berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme
makanan melalui celah insang ; daun insang berfungsi sebagai dalam sistem
pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan
CO2.
Mekanisme pernafasannya yaitu pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara
difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah
insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin
7
darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke
perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali
ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.
e. Sistem Peredaran Darah Ikan Nila
Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan O2 dari perairan ke sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut
enzim, zat nutrisi, garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari
dalam usus, kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Organ-organ sistem
peredaran darah berupa jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik
(vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan yaitu darah (plasma
darah dan butir-butir darah).
Jantung ikan berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh.
Beda jantung ikan dengan jantung hewan lain yaitu ada alat pacu jantung yg
memungkinkan jantung terus berdenyut walaupun otak sudah rusak Bagian-
bagian jantung meliputi atrium berdinding tipis ; ventrikal berdinding tebal,
sebagai pemompa darah ; bulbus arteriosus. Sebelum atrium, terdapat sinus
venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-
organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial,
dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari
ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta
ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan CO2 (pada
sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2 tinggi diedarkan
ke daerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor setelah mengedarkan
nutrisi dsb kembali ke jantung dan seterusnya.
f. Sistem Syaraf dan Hormon
Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk
mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan
(reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf
(saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin hormon dikirim ke
otak untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan akan merangsang
organ target dan aktivitas metabolisme jaringan-jaringan untuk bergerak. Sistem
8
saraf terdiri dari sistem cerebro spinal ; sistem saraf pusat berupa otak dan tulang
punggung ;sistem saraf tepi ; sistem otonomi : simpati dan parasimpati ;organ-
organ khusus yaitu hidung, telinga, mata, LL.
SHormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon hormon pertumbuhan,
hormon reproduksi, hormon ekskresi dan osmoregulasi. Hasil kelenjar hormon
meliputi endo hormon yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di
atas; ekto hormon yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen yang merangsang
jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.
g. Sistem Integumen
Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang
dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan
tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung
dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang
kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga
lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak
dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh
secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk
menjadi mati dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat
lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini
sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar
yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.
Dermis yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan
pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih
kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam
lapisan ini. Lapisan dermisi berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang
bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya. Asal mula terbentuknya dermis ini
belum banyak diketahui diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis
dulunya berubah, terutama sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang
vertebrata, seperti yang terlihat pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai
prisai-prisai tulang pada kulitnya, yang pertumbuhannya sangat baik.
9
2.1.3 Tingkah Laku Ikan Nila
Ikan nila memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat
anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder) (Effendie 1997). Ikan nila
merupakan ikan omnivora yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air,
avertebrata kecil, fauna bentik, detritus, dan bakteri yang berasosiasi dengan
detritus. Ikan nila dapat menyaring makanannya dengan menangkap partikel
tersuspensi, termasuk fitoplankton dan bakteri, pada mukus yang terletak pada
rongga buccal. Tetapi sumber nutrisi utama ikan nila diperoleh dengan cara
memakan makanan pada lapisan perifiton (FAO 2006).
Ikan nila merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal. Ikan
nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat
hidupnya. Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam
air yang disukai antara 0-35 ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin
dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit.
Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat
berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Suyanto 2003).
Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan
arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan yang bergerak
(mengalir),akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti
pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa
hidup baik pada perairan yang mengalir. (Djarijah 2002). Lingkungan tumbuh
(habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara
14-38oC, atau suhu optimal 25-30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu
kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 380C akan menghambat
pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan
lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang mematikan ikan nila
berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat
ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam
keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat
10
dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan
usaha pembesaran (Rukmana 1997).
2.2 Rancangan Acak Kelompok
2.2.1 Definisi rancangan acak kelompok
Rancangan Acak Kelompok merupakan suatu rancangan yang meakukan
suatu bentuk pengelompokkan pada satuan percobaan ke dalam data yang bersifat
homogeny homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian dilakukan
penentuan perlakuan secara acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan
Acak Kelompok merupakan rancangan acak kelompok dengan semua perlakuan
dicobakan pada setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan satuan-satuan
percobaan tersebut adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di
dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar
kelompok sebesar mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan
bertambahnya satuan percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok,
sehingga sebisa mungkin buatlah ukuran kelompok sekecil mungkin.
Pengelompokan yang tepat akan memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang
lebih tinggi dibandingkan rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.
Rancangan Acak Kelompok atau randomized block design merupakan salah
satu model rancangan dalam rancangan percobaan. Rancangan acak kelompok ini
digunakan bila unit percobaan tidak homogen, dimana ketidak homogen ini
diduga mengarah pada satu arah. Rancangan ini disebut rancangan acak
kelompok, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada setiap kelompok.
Rancangan ini dapat digunakan untuk melakukan percobaan di lapangan atau di
laboratorium ataupun di rumah kaca. Rancangan acak kelompok digunakan bila
faktor yang akan diteliti satu faktor atau lebih dari satu faktor. Pada percobaan
dengan menggunakan rancangan faktorial (lebih dari satu faktor) rancangan acak
kelompok menjadi rancangan lingkungan.
Rancangan Acak Kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan
dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang homogen
yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara acak di
11
dalam masing-masing kelompok. Rancangan Acak Kelompok Lengkap
merupakan rancangan acak kelompok dengan semua perlakuan dicobakan pada
setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan
tersebut adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam
masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok
sebesar mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan bertambahnya
satuan percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok, sehingga sebisa
mungkin membuat ukuran kelompok sekecil mungkin. Pengelompokan yang tepat
akan memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan
rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya (Yitnosumarto 1993).
Percobaan faktorial bukan merupakan suatu rancangan, melainkan suatu
pola melakukan percobaan untuk mencoba secara serentak dari beberapa faktor
dalam suatu percobaan. Adapun rancangan yang dipergunakan dalam percobaan
faktorial tergantung pada keadaan lingkungan percobaan dan tujuan percobaan
Percobaan faktorial mempelajari pengaruh dari dua faktor atau lebih. Masing-
masing faktor terdiri dari dua taraf atau lebih, dimana semua taraf setiap faktor
dikombinasikan menjadi kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan ini
merupakan satu kesatuan perlakuan yang dicoba dengan suatu rancangan tertentu
(Potcner 2004).
Dua cara pencatatan atau pernyataan percobaan factorial yang digunakan,
yaitu dengan huruf latin besar atau dengan angka arab. Misalnya percobaan
factorial yang dimaksud melibatkan faktor A dan B dimana masing-masing faktor
mempunyai 2 dan 3 level secara berturut-turut. Jelas bahwa yang dimaksud
dengan perlakuan dalam percobaan factorial ini adalah perlakuan kombinasi,
karena perlakuan-perlakuan tersebut merupakan kombinasi level-level faktor A
dengan level-level faktor B. dank arena dalam percobaan factorial ini kita
merancangkan perlakuan, maka rancangannya disebut Rancangan Perlakuan
(Treatment Design) (Yitnosumarto 1993).
Karakteristik rancangan yaitu perlakuan yang dicobakan merupakan taraf-
taraf dari satu faktor tertentu ; faktor-faktor diluar perlakuan dikondisikan serba
sama ; kondisi unit percobaan tidak homogen, sumber ketidakhomogenan unit
12
percobaan berasal dari satu arah, pengendalian ketidakhomogenan dapat
dilakukan dengan pengelompokan. Pemberian perlakuan terhadap unit percobaan
dilakukan secara acak pada setiap kelompok, dengan batasan bahwa setiap
perlakuan muncul sekali pada setiap kelompok. Contoh, suatu percobaan dengan
enam buah perlakuan (P1, P2, P3, P4, P5, P6) dan setiap perlakuan diulang dalam
tiga kelompok atau blok, dengan demikian unit percobaan yang dilibatkan
sebanyak 6 unit pada setiap blok sehingga secara keseluruhan dibutuhkan 3 x 6 =
18 unit percobaan.
Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing blok percobaan.
Setiap perlakuan hanya muncul sekali pada setiap blok. Pengacakan dapat
menggunakan sistem lotere, tabel bilangan acak, kalkulator atau komputer.
Adapun model linear digambarkan sebagai berikut:
Dimana:
i = 1, 2, …, 6 ; j = 1, 2,…,rYij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-jμ = Rataan umumτi = Pengaruh perlakuan ke-iβj = Pengaruh kelompok ke-jεij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Hipotesis yang dilakukan dalam rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:
Pengaruh perlakuan:
H0: τ1 = …= τt=0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1: paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0
Pengaruh pengelompokan:
H0: β1 = …= βr=0 (kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)
H1: paling sedikit ada satu j dimana βj ≠ 0
Tabel 1. Sidik Ragam pada Rancangan Acak KelompokSumber
keragamanDerajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat tengah
F hitung
Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTGUlangan r-1 JKU KTU KTU/KTG
Galat (t-1)(r-1) JKG KTGTotal Tr-1 JKT
13
Untuk mempermudah perhitungan jumlah kuadrat dapat dilakukan langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut:
1. Hitung Faktor Koreksi (FK) 2. Hitung Jumlah Kuadrat Total
(JKT)3. Hitung Jumlah Kuadrat Perlakuan
(JKP)4. Hitung Jumlah Kuadrat Blok
(JKB)5. Hitung Jumlah Kuadrat Galat
(JKG)
Kesimpulan dapat ditarik setelah didapatkan hasil perhitungan F hitung dan
F table yaitu apabila F Hitung ≤ F tabel 5%, Terima H0, berarti kelompok atau
perlakuan tidak berpengaruh nyata, diberi tanda tn (tidak nyata) atau ns (non
significant) ; apabila F Hitung ≥ F Tabel 5% tapi ≤ F Tabel 1%, tolak H0 yang
berarti kelompok atau perlakuan berpengaruh nyata (diberi tanda*) atau F Hitung
≥ F Tabel 1%, tolak H0 yang berarti perlakuan atau kelompok berpengaruh sangat
nyata.
2.2.2 Fungsi dan kegunaan Rancangan Acak Kelompok
Rancangan acak kelompok merupakan metode eksperimental yang
digunakan dalam beberapa bidang misalkan bidang pertanian, bidang perikanan
dan bidang lainnya dimana dilakukan suatu bentuk pengelompokan dalam
eksperimen tersebut. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan tersebut
adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-
masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok sebesar
mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan bertambahnya satuan
percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok, sehingga sebisa mungkin
buatlah ukuran kelompok sekecil mungkin. Pengelompokan yang tepat akan
memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan
rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.
14
2.3 Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan
2.3.1 Perhitunngan Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan
biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan
bahan bakar fosil). Sumber-sumber biomassa yang paling umum adalah bahan
bakar kayu, limbah dan alkohol. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan
karena tanaman dapat kembali tumbuh pada lahan yang sama. Kayu saat ini
merupakan sumber yang paling banyak digunakan untuk biomassa. Di Amerika
Serikat, misalnya, hampir 90% biomassa berasal dari kayu sebagai bahan bakar.
Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi
bentuk yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa, konversi
kimia dari biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa.
Biomassa adalah sumber energi terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa
adalah sumber energi yang benar-benar ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita
harus menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan banyak kontroversi
di beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan bahwa biomassa dapat
menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran kayu), bahkan
lebih besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan
bakar batubara.Biomassa merupakan berat dari semua material yang hidup pada
suatu satuan luas tertentu, dalam artian lain biomassa adalah berat kering atau
organik vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem persatuan luasan per satuan
waktu (g/m2/tahun). Biomassa atau Standing Stok adalah jumlah total bahan
organisme hidup yang ada pada saat itu. Berbeda dengan “standing crop”,
biomassa termasuk semua tanaman dengan bagian akarnya. Biomassa yaitu berat
semua material hidup pada waktu t3, pada areal t3. Pertumbuhan biomassa mutlak
adalah selisih antara berat basah pada akhir penelitian dengan berat basah pada
awal penelitian (Effendie, 1979).
W = Wt – WoDimana : W = Pertumbuhan mutlak (gram) Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram)
15
Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)
Untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik sesuai dengan Steffens (1989):
lnWt - lnWoSGR =
t1-t0
Dimana :SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)t1 = Waktu akhir penelitian (hari)t0 = Waktu awal penelitian (hari)
2.3.2 Rasio Pakan
Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak
atau peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber
energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan
Buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan
pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan nutrisi hewan ternak yang bersangkutan, sumber dan
kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut,
diharapkan dapat dihasilkan pakan ikan yang memiliki standar mutu tinggi dengan
biaya yang murah.
Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan merupakan sumber
energi utama bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan tingkat
kebutuhan, pakan buatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu pakan
tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama.
Pakan tambahan adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan
pakan dari alam, tetapi jumlahnya belum memenuhi kebutuhan untuk
perkembangan dan pertumbuhan yang lebih baik. Sementara itu pakan suplemen
adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi komponen nutrisi tertentu yang tidak
bisa atau minim disediakan oleh pekan alamai. Sedangkan pakan utama adalah
pakan yang dibuat untuk menggantitikan sebagian besar atau keseluruhan pakan
16
alami. Pakan utama ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan
pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif.
Pakan memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pakan
merupakan sumber makanan bagi ikan yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa
sehingga menghasilkan kandungan gizi yang baik. Pemberian pakan yang kurang
menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan bahkan tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasar ikan itu sendiri seperti untuk metabolisme, akibatnya
pertumbuhan terhambat dan bahkan bisa menyebabkan penurunan pertumbuhan
dan kematian. Pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan perairan
menjadi kotor dan mengurangi nafsu makan ikan itu sendiri sehingga
pertumbuhan menjadi terhambat. Dalam hal kegiatan pemeliharaan dan pemberian
pakan yang tercampur dengan enzim akan dapat dicerna dengan baik dan yang
tidak dicerna akan dikeluarkan bersama kotoran.
Pakan yang diproses dalam tubuh ikan dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya
akan diserap oleh tubuh ikan untuk membangun jaringan dan daging sehingga
pertumbuhan ikan akan terjamin. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis
dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi,
kondisi lingkungan mendukung, dan dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan nila
akan menjadi cepat sesuai dangan yang diharapkan (Khairuman dan Amri 2003).
Kemampuan mengkonsumsi pakan buatan juga dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan. Dengan adaptasi terhadap pakan buatan dengan kandungan nutrisi
yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhannya semakin cepat dan ukuran
maksimum bertambah (Effendi 2004).
Perolehan rasio konversi pakan lebih rendah harus disesuaikan dengan cara
atau kebiasaan makan pada jenis ikan dan bentuk pakan. Rasio konversi pakan
adalah jumlah berat makanan yang dibutuhkan oleh ikan sebanyak 20 - 25% yang
digunakan untuk tumbuh atau menambah bobot tubuh, selebihnya digunakan
untuk energi dan sebagian yang tidak dapat dicerna oleh ikan. Makanan nabati
faktor konversinya lebih besar dari pada makanan hewani. Ini berarti untuk
menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan makanan nabati lebih banyak dari
17
pada makanan hewani. Konversi makanan dipengaruhi oleh jumlah gizi dan cara
pemberian makanan serta bobot dan umur ikan (Mujiman 2004).
Pascual (2009) menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan,
semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat
tertentu adalah sedikit. Tinggi rendahnya nilai rasio konversi pakan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas dan jumlah pakan, spesies
ikan, ukuran ikan dan kualitas air. Rasio Efisiensi Pakan (Suhenda et al 2004):
Pertambahan Bobot Tubuh EP =
Berat Pakan yang diberikan
Konversi pakan (FCR) adalah jumlah (berat) pakan yang dapat membentuk suatu
unit berat ikan. Adapun rumus untuk menghitung FCR adalah :
Makanan yang dimakan (g) FCR =
Pertambahan berat (g)
Perbandingan antara 1 kg berat daging ikan dengan jumlah berat pakan yang
dibutuhkan untuk membentuknya disebut koefisien konversi berat. Jadi apabila
untuk menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan 2 kg pakan, maka koefisien
konversi berat pakan adalah 1/2. Jika koefisien konversi berat itu dikalikan
dengan 100% maka akan diperoleh nilai yang disebut efisiensi konversi berat.
Pemanfaatan energi pada ikan mulai dari makanan yang masuk tubuh ikan (food
intake). Energi ini akan didistribusikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi
pada tubuh ikan sebagaimana dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
Keseimbangan antar energi dan protein sangat penting dalam laju
pertumbuhan. Jika kebutuhan energi kurang maka protein akan dipecah dan
digunakan sebagai sumber energi. Pemakaian sebagaian protein sebagai sumber
energi menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, mengingat protein sangat
berperan dalam pembentukan sel baru. Jumlah energi yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan pemeliharaan (maintenance) dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain spesies, umur, komposisi ransum, tingkat reproduksi dan tingkat
metabolisme standar.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Perancangan Percobaan ini dilakukan pada rentang waktu 30 hari
yang bermula pada hari Senin 2 November 2015 hingga 30 November 2015 pukul
13.00 - 14.10 WIB di Laboratorium Avertebrata, Gedung Dekanat Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat yang Digunakan
1. Akuarium, sebagai tempat menampung air yang merupakan media hidup
ikan uji selama praktikum.
2. Neraca digital, sebagai alat untuk menghitung berat pakan dan bobot ikan.
3. Plastik zipper kecil, sebagai tempat untuk menyimpan pakan perhari.
4. Selang, sebagai alat untuk menyalurkan udara dari aerator.
5. Batu Aerasi, sebagai alat bantu udara dalam air.
6. Aerator, sebagai alat untuk menyalurkan udara dari luar.
3.2.2 Bahan yang Digunakan
1. Air Kran, sebagai media hidup ikan uji selama praktikum.
2. Ikan Uji, sebagai organisme yang akan diujikan.
3. Label, sebagai penanda antar perlakuan.
4. Pakan, sebagai pasokan nutrisi dan jenis perlakuan yang diberikan pada ikan
selama praktikum.
18
19
3.3 Prosedur Kerja
3.4 Analisis Data
3.4.1 Jumlah Pakan yang diberikan
Perlakuan A = Persentase pakan sebesar 1% per hari
Perlakuan B = Persentase pakan sebesar 3% per hari
Perlakuan C = Persentase pakan sebesar 5% per hari
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali untuk RAK
Perlakuan A = Persentase pakan sebesar 1% per hari
Perlakuan B = Persentase pakan sebesar 2% per hari
Perlakuan C = Persentase pakan sebesar 3% per hari
Perlakuan D = Persentase pakan sebesar 4% per hari
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali untuk RAL
20
Menghitung jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
(perlakuan)
(Pakan diberikan pada ikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore
hari)
3.4.2 Rumus perhitungan SR
Setiap minggu melakukan perhitungan SR dan penimbangan ikan untuk
mengetahui pertumbuhan bobot ikan. Pehitungan SR adalah sebagai berikut :
SR (%) = x 100%
Keterangan :SR : kelangsungan hidup / survival rate ikan selama percobaanNt : jumlah ikan pada akhir percobaan (ekor)No : jumlah ikan pada awal percobaan (ekor)
Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan = Rata Rata bobot ikan minggu (t) – Rata Rata bobot ikan minggu (t-1)
3.4.3 Rumus tabel Anova
Nilai FK
Jumlah Kuadrat Total
Jumlah Kuadrat Perlakuan
Jumlah Kuadrat Galat
JKG = JKT – JKP
F hitung
21
Kuadrat Tengah Kolom
Kuadrat Tengah Perlakuan
Kuadrat Tengah Galat
Tabel 2. Sidik Ragam (ANOVA) RALSumberRagam
db JK KT Fhit F05
Perlakuan t-1 JKP KTP = JKP/DBP KTP/KTGGalat t (r-1) JKG KTG = JKG/DBG
Total tr-1 JKT
Tabel 3. Sidik Ragam (ANOVA) RAK
SumberRagam
db JK KT Fhit F05
Kelompok k-1 JKK KTK = JKK/(BK KTP/KTGPerlakuan t-1 JKP KTP = JKP/DBPGalat t (r-1) JKG KTG = JKG/DBG
Total tr-1 JKT
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Tabel % SR
Tabel 4. Data Perhitungan %SR Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu
4.1.2 Tabel Data Bobot dan Rata Rata Bobot Ikan
Tabel 5. Data Bobot Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu
KolomMinggu ke-
1 2 3A1 13 4,44 - B1 9 6,8 -C1 10 4,23 -A2 11 4,12 -B2 12 5,54 -C2 12 4,99 -A3 14 5,8 -B3 14 15,27 -C3 16 6,68 6,37A4 10 4,45 3,95B4 12 3,4 3,65C4 13 4,71 4,44
22
KolomMinggu Ke-
1 2 3A1 100 33,3333 0B1 100 66,6667 0C1 100 33,3333 0A2 100 33,3333 0B2 100 33,3333 0C2 100 33,3333 0A3 100 33,3333 0B3 100 66,6667 0C3 100 33,3333 33,3333A4 100 33,3333 33,3333B4 100 33,3333 33,3333C4 100 33,3333 33,3333
23
Tabel 6. Data Bobot Rata-Rata Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu
KolomMinggu ke-
Perkembangan1 2 3
A1 4,33 4,44 4,44 0,11B1 3 3,4 3,4 0,4C1 3,33 4,23 4,23 0,9A2 3,66 4,12 4,12 0,46B2 4 5,54 5,54 1,54C2 4 4,99 4,99 0,99A3 4,66 5,8 5,8 1,14B3 4,66 7,63 7,63 2,97C3 5,33 6,68 6,37 1,04A4 3,33 4,45 3,95 0,62B4 4 3,4 3,65 0,35C4 4,33 4,71 4,44 0,11
4.2 Pembahasan
4.2.1.Pembahasan % SR
Berdasarkan Tabel 4, hasil perhitungan SR per minggu menunjukan adanya
perubahan. Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena
itu nilai SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan
oleh beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh
karena itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan
stress saat penimbangan bobot ikan, roses penimbangan dilakukan secara serentak
satu kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga
pemberian pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di
dalam satu akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan
nila yang memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup seperti ikan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping
itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik
dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari
suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup
24
dalam perairan tersebut (Salmin 2000). Kandungan oksigen terlarut (DO)
minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa
beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
mendukung kehidupan organisme contohnya ikan (Swingle 1968).
Berdasarkan hasil praktikum ikan nila sebagai hewan uji mengalami stress
sebagai salah satu akibat dari kematian ikan tersebut. Stress ikan bisa terjadi saat
proses aklimatisasi yang di dalam proses ini ada pemuasaan ikan terlebih dahulu.
Pemuasaan pada ikan merupakan salah sati faktor lingkungan yang memicu
perubahan fisiologis pada ikan. Dalam kondisi puasa ikan pada umumnya
mengalami stress, sehingga berpengaruh terhadap aktifitas fisiologis hewan.
Stress merupakan respon bertahan pada hewan terhadap penyebab gangguan dari
luar yang mengganggu (Nur 2010).
Menurut Brett (1971) jumlah pakan yang mampu dikonsumsi ikan setiap
harinya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi potensi ikan untuk
tumbuh secara maksimal dan laju konsumsi makanan harian berhubungan erat
dengan kapasitas dan pengosongan perut ikan. Kebiasaan ikan nila jantan selalu
agresif pada masa birahi, ikan nila jantan akan membuat sarang dan akan
mempertahankan sarang tersebut pada kondisi alaminya (Amri dan Khairuman
2002). Sedangkan di dalam akuarium kebiasaan tersebut terjadi dan ikan yang
kalah bertarung pun mati.
4.2.2.Pembahasan Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan
Praktikum mengenai pengaruh pemberian pakan dengan berbagai rasio
terhadap laju pertumbuhan ikan nila yang dilaksanakan selama 3 minggu dengan
menggunakan metode rancangan acak kelompok. Praktikum tersebut
menggunakan perlakuan pemberian pakan dengan berbagai rasio diantaranya 1 %
untuk perlakuan A, 3% untuk perlakuan b, dan 5 % untuk perlakuan C.
Pengulangan dalam rancangan acak lengkap ini menggunakan 4 kali ulangan.
Ikan yang menjadi objek pengamatan yaitu menggunakan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dengan jumlah 3 ekor setiap kolom akuarium. Parameter
dalam praktikum ini yaitu mengukur laju perkembangan bobot ikan.
25
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan hasil yang bervariasi untuk
setiap perlakuan dan ulanganPerkembangan pertumbuhan ikan nila dari berbagai
ulangan cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
Perkembangan pertumbuhan pada ikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Sjafei dkk (1989) dalam Pratiwi dkk (2011) bahwa pertumbuhan didefinisikan
sebagai perubahan ukuran baik panjang, berat maupun volume dalam jangka
waktu tertentu. Namun, ada beberapa yang mengalami penurunan. Hal tersebut
diakibatkan oleh adanya faktor kematian atau mortalitas pada ikan, sehingga
mempengaruhi perkembangan pertumbuhan bobot rata-rata ikan yang berada
dalam satu kolom akuarium.
Berdasarkan tabel 6. Perkembangan tertinggi yaitu perlakuan pemberian
pakan 3 % pada ulangan ketiga sebesar 2,97 gram. Sedangkan pertumbuhan
terendah yaitu pada perlakuan 3 % yaitu 0,11 gram. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pakan yang diberikan dapat diterima oleh ikan sehingga menghasilkan
pertumbuhan. Pertumbuhan erat kaitannya dengan pakan, karena pakan
memberikan nutrien dan energi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan
(Pratiwi 2011). Selain itu hal tersebut didukung oleh NRC (1983) menyatakan
bahwa apabila energi yang diperlukan untuk peeliharaan tubuh dan aktivitas
harian telah terpenuhi maka energi tersebut kan digunakan untuk pertumbuhan.
4.3 Tabel Anova
4.3.1 Tabel Anova %SRTabel 7. Analisis Ragam (ANOVA) Laju Kematian Ikan (SR)
Sumber Ragam DB JK KT Fhit F0,5Kelompok 3 2221,78 740,593 8 0,88578Perlakuan 2 185,148 92,5741 1 0,77976
Galat 6 555,444 92,5741Total 11 2962,37
26
4.3.2 Tabel Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan
Tabel 8. Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan
PerlakuanUlangan
Total Total^2rata-rata
Var1 2 3 4
A(1%) 0,11 0,46 1,14 0,62 2,33 5,4289 0,5825 0,18349B(3%) 0,4 1,54 2,97 0,35 5,26 27,6676 1,315 1,51937C(5%) 0,9 0,99 1,04 0,11 3,04 9,2416 0,76 0,19113total 1,41 2,99 5,15 1,08 10,63 42,3381 2,6575
total^2 1,9881 8,9401 26,5225 1,1664 38,6171
Tabel 9. Perhitungan ANOVA Rancangan Acak KelompokSumber Ragam Perhitungan Nilai
FK = (∑Y2) / t*k 9,41641JKP =(∑Total Perlakuan^2) 1,16812JKK =(∑Total Ulangan^2) 3,45596JKT =(0,112
+ 0,462+) 6,85009
JKG =JKT-JKK-JKP 2,22602KTK =JKK/DB K 1,15199KTP =JKP/DB P 0,58406KTG =JKG/DB P 0,371Fk =KTK/KTG 3,10506Fp =KTP/KTG 1,57427
Tabel 10. Sidik Anova Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat rasio Pakan Terhadap Bobot Ikan
Sumber Ragam
DB JK KT Fhit F0,5
Kelompok 3 3,455958 1,151986 3,105061 0,885783Perlakuan 2 1,168117 0,584058 1,574269 0,738719
Galat 6 2,226017 0,371003Total 11 6,850092
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pembahasan Tabel Anova % SR
Berdasarkan Tabel 7, hasil analisis ragam menunjukan bahwa laju kematian
ikan menunjukan perbedaan yang nyata dari perlakuan yang kita berikan
(penambahan aerasi, pemberian pakan, dan penyiponan). Hasil tersebut
memperlihatkan bahwa ikan nila sensitif terhadap lingkungan. Kematian ikan nila
juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.
27
Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya
sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga dataran
tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,
danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara
normal pada kisaran suhu 22-37 0C. Pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu
optimum bagi ikan nila adalah 25-30 0C. Pertumbuhan ikan nila biasanya
terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 0C ata pada suhu tinggi 38 0C.
Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 0C atau 42 0C (Amri dan
Khairuman 2002).
4.4.2 Pembahasan Tabel Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan
Berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA (Analisys Of Varians)
mengenai pengaruh pemberian pakan dengan berbagai persentase yaitu 1 %, 3 %,
dan 5 % dari bobot biomassa menunjukkan bahwa F hitung ulangan (Fk) > F 0,5
dan F hitung perlakuan > F 0,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang nyata antar perlakuan dan ulangan pada taraf kesalahan 5 %.
Pemberian pakan dengan berbagai tingkat presentasi memberikan pengaruh
yang nyata terhadap laju pertumbuhan. Namun pertumbuhan tertinggi yaitu pada
pemberian pakan sebesar 3 % dari bobot tubuh yang diikuti dengan 5 % dan 1 %
dar biomassa ikan. Namun galat dalam praktikum ini cukup besar yaitu 2,2 karena
selama proses pengamatan selain pemberian pakan yang berpengaruh terhadap
laju pertumbuhan, terdapa faktor eksternal yang berpengaruh pula terhadap
pertumbuhan ikan yaitu kualitas air. Hal tersebut didukung oleh Effendie (1997)
yang menyatakan bahwa selai makanan faktor ekternal lain yaitu suhu perairan.
Selain itu, faktor kimia peraiarn apabila dalam keadaan ekstrim mempunyai
pengaruh hebat terhadap pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan fatal.
Diantaranya yaitu oksigen, karbon dioksida, hidrogen sulfida, keasaman, dan
alkalinitas yang akhirnya akan mempengaruhi makanan.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan hasil yang bervariasi untuk
setiap perlakuan dan ulangan Perkembangan pertumbuhan ikan nila dari berbagai
ulangan cenderung meningkat. Perkembangan tertinggi yaitu perlakuan pemberian
pakan 3 % pada ulangan ketiga sebesar 2,97 gram.Sedangkan pertumbuhan
terendah yaitu pada perlakuan 3 % yaitu 0,11 gram. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pakan yang diberikan dapat diterima oleh ikan sehingga menghasilkan
pertumbuhan.
Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena itu nilai
SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh karena
itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan stress saat
penimbangan bobot ikan, proses penimbangan dilakukan secara serentak satu
kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga pemberian
pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di dalam satu
akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan nila yang
memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.
5.2 Saran
Praktikum ini cukup membantu mahasiswa untuk mengetahui bagaimana
suatu rancangan percobaan dalam penelitian dengan skala laboratorium. Namun
alangkah lebih baik lagi jika ditunjang dengan alat – alat yang memadai sehingga
praktikan tidak harus menunggu lama pada saat praktikum dilaksanankan dan
waktu yang terpakaipun akan lebih efektif.
28
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.Agromedia. Jakarta.
Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Anggriani, Ryan. dkk. 2012. Efektivitas Penambahan Bacillus sp. Hasil Isolasidari Saluran Pencernaan Ikan Patin pada Pakan Komersial TerhadapKelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah(Oreochromis niloticus). Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Padjadjaran.
Bliss, C.I., 1967. Statistics in Biology. Mc Graw Hill Book Co. New York
Boyd CE. 2004. Farm Level Issue in Aquaculture Certification : Tilapia. WWF-US. Auburn, Albama.
Brett, J. R. 1971. Satiation Time, Appetite and Maximum Food Intake of SocheyeSalmon (Onchorhyncus nerka). J. Fish. Bd. Canada, 28: 409 – 415.
Djarijah, A. S. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.
FAO Fisheries and Agriculture Department. 2006. State of the World’s Fisheries and Aquaculture. Rome, FAO Italy. 162p.
Kottwlat, M;A. J. Whitten; S. n. Kartikasari & S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater of Western Indonesia and Sulawesi. London : Periplus Edition.
Nutrient Requirement Council. 1983. Nutrient Requirement of Warmfishes and Shellfish. National Academy Press. Washington Dc. 71 hlm.
Nur Rachmawati, Farida. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromisniloticus, yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan Pemberian
Pakan Kembali. Fakultas Biologi Universitas Soedirman. Purwokerto.
Pratama, 2009. Morfologi Ikan Nila. Airlangga. Jakarta.
Pratiwi dkk .2011. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan dan deposisi Logam Berat Pada Ikan Nilem Di Karamba Jaring Apung Waduk IR. H Djuanda. Jurnal Akuatika Vol (II) No. 2.
Rahmawati, Rita. 2008. Penelusuran Keragaman Dalam Blok Pada Rancangan Acak Kelompok dengan Intergradien. Media Statistika, Vol. 1, No. 2, Desember 2008: 63-68.
29
30
Rukmana, R. 1997. Ikan Nila; Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. 90 hlm.
Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, MuaraKarang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai BioindikatorPencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap. Tanggerang(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O – LIPIhal 42 – 46.
Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kasinius. Yogyakarta.
Saputra, Eka. dkk. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Nila(Oreochromis niloticus) Selama Pemeliharaan dengan Padat TebarBerbeda di Lahan Pasang Surut Telang 2 Banyuasin. Program StudiAkuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.
Setiawan, M. dan M. A. Suprayudi. 2003. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan IkanNila Merah (Oreochromis sp.) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Setyo , S. 2006. Fisiologi Nila (Oreochromis niloticus). Kanisius. Jakarta. 64 hal
Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi. Sukabumi.
Suhenda, N., Z.I. Azwar, dan H. Djajasewaka. 2003. Kontribusi penelitian nutrisi dan teknologi pakan untuk mendukung usaha perikanan budidaya. Prosiding semi-loka aplikasi teknologi pakan dan peranannya bagi perkembangan usaha perikaan budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm.:53-60.
Suhenda, N., E. Tahapari, J. Slembrouck, dan Y. Moreau. 2004. Retensi protein dan pemanfaatan energi pada benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) yang di beri pakan berprotein tinggi. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5):65-69.
Sugiarto. 1988. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta,105 hlm.
Supito, Kuntiyo, dan I. S. Djunaidah. 1998. Kaji pendahuluan pembesaran kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Tambak. Prosiding seminar teknologi perikanan pantai Bali. Perkembangan terakhir teknologi budidaya pantai untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol–Bali bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency JICA ATA. Hlm.:25-32.
Susilowati, Titik. dkk. 2012. Pengaruh Kedalaman Terhadap PertumbuhanRumput Laut (Eucheuma cottonii) yang Dibudidayakan dengan MetodeLongline di Pantai Milonggo, Kabupaten Jepara. Jepara.
Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.
31
Suyanto, R. 2008. Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.
Swingle, H. S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and PoundMuds. F. A. O. Fish, Rep. 44,4, 379 – 406 pp.
Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.