laporan praktikum

63
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN PERCOBAAN Disusun oleh : Kelompok 6 / Perikanan B Adhardiansyah 230110130135 Anggi Permana 230110130136 Muchamad Zais Syahri 230110130138 Teguh Maulana 230110130139 Ina Rahmawati 230110130140 Sarimanah 230110130141 Zulfiqar Wahyu Ibrahim 230110130142 Nabila Dwi Yasti 230110130143 Siti Aliyah 230110130144 Santi Ryanti 230110130145 Rahman Arif Firmansyah 230110130147 PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Upload: nabila-dwi-yasti

Post on 27-Jan-2016

146 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

lapak

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN PERCOBAAN

Disusun oleh :

Kelompok 6 / Perikanan B

Adhardiansyah 230110130135Anggi Permana 230110130136Muchamad Zais Syahri 230110130138Teguh Maulana 230110130139Ina Rahmawati 230110130140Sarimanah 230110130141Zulfiqar Wahyu Ibrahim 230110130142Nabila Dwi Yasti 230110130143Siti Aliyah 230110130144Santi Ryanti 230110130145Rahman Arif Firmansyah 230110130147

PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PADJADJARANJATINANGOR

2015

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat

dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum perancangan

percobaan ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi

salah satu tugas laporan praktikum mata kuliah Perancangan Percobaan.

Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak yang telah bekerjasama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk

itu pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum

maupun dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan

terus berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.

Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan

yang diberikan oleh asisten laboratorium.

Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya

bagi semua pihak.

Jatinangor, Desember 2015

Penyusun

i

DAFTAR ISIBab Halaman

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Tujuan ....................................................................................... 1 1.3. Manfaat...................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Ikan Nila........................................................ 32.1.1. Klasifikasi Ikan Nila.............................................................. 42.1.2. Fisiologi Ikan Nila................................................................. 52.1.3. Tingkah Laku Ikan Nila ........................................................ 92.2. Rancangan Acak Kelompok ..................................................... 102.2.1. Definisi Rancangan Acak Kelompok..................................... 102.2.2. Fungsi dan Kegunaan Rancangan Acak Kelompok .............. 132.3. Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan .................................. 142.3.1 Perhitungan Biomassa ............................................................ 142.3.2 Rasio Pakan............................................................................. 15

III. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat ................................................................... 183.2. Alat dan Bahan.......................................................................... 183.2.1. Alat ........................................................................................ 183.2.2. Bahan .................................................................................... 183.3. Prosedur Kerja........................................................................... 193.4. Analisis Data............................................................................. 193.4.1. Jumlah Pakan yang Diberikan................................................ 193.4.2. Rumus Perhitungan SR.......................................................... 203.4.3. Rumus Tabel Anova............................................................... 20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data .......................................................................................... 224.1.1. Tabel % SR............................................................................ 224.1.2. Tabel Data Bobot dan Rata-Rata Bobot Ikan......................... 224.2. Pembahasan .............................................................................. 234.2.1. Pembahasan % SR................................................................. 234.2.2. Pembahasan Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan............... 244.3. Tabel Anova.............................................................................. 254.3.1. Tabel Anova % SR................................................................. 254.3.2. Tabel Anova Perkembangan Rata-Rata Bobot Ikan.............. 264.4. Pembahasan............................................................................... 264.4.1. Pembahasan Tabel Anova % SR............................................ 26

ii

iii

4.4.2. Pembahasan Tabel Anova dan Perkembangan...................... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan .............................................................................. 285.2. Saran ......................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 29

LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap makhluk hidup termasuk ikan membutuhkan energi untuk

mempertahankan kelangsungan hidup dan kelestarian keturunannya. Sumber

utama energi bagi ikan berasal dari makanan atau pakan sebab ikan tidak mampu

memanfaatkan energi matahari secara langsung seperti tumbuhan. Pemanfaatan

energi yang berasal dari pakan tidak hanya dimanfaatkan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup namun memberikan pengaruh pada pertumbuhan ikan itu

sendiri terutama pertumbuhan bobot.

Secara umum dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan akan mengalami

peningkata dengan meningkatnya jumlah pemberian pakan. Pertumbuhan sangat

erat kaitannya dengan pakan, karena pakan memberikan nutrien dan energi yang

sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan

energi setelah energi yang tersedia digunakan untuk metabolisme standar, untuk

pencernaan dan untuk metabolisme standar.

Pada praktikum kali ini membahas mengenai pengaruh pemberian pakan

dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertambahan bobot ikan. Dimana dalam

pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan 3 perlakuan dan 4 ulangan.

Praktikum menggunakan Rancangan Acak Kelompok dimana perlakuan

diterapkan pada lingkungan yang heterogen, setiap pengamatan diklasifikasikan

menurut kelompok yang mengandung satuan percobaan itu dan perlakuan yang

diberikan sehingga menunjukkan klasifikasi dua arah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis

yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan dengan dosis

yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan nila.

1

2

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan dengan dosis

yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum Pengaruh Pemberian Pakan dengan Dosis

yang Berbeda terhadap pertumbuhan bobot dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila ini

adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan

dengan dosis yang berbeda terhadap laju pertumbuhan bobot ikan nila.

2. Mahasiswa dapat mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian pakan

engan dosis yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Ikan Nila

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang termasuk

dalam famili Cichlidae dan merupakan ikan asal Afrika (Boyd 2004). Ikan ini

merupakan jenis ikan yang di introduksi dari luar negeri, ikan tersebut berasal dari

Afrika bagian Timur di sungai Nil, danau Tangayika, dan Kenya lalu dibawa ke

Eropa, Amerika, Negara Timur Tengah dan Asia. Di Indonesia benih ikan nila

secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar

pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara

200- 400 gram, sifat omnivora atau pemakan segala sehingga dapat

mengkonsumsi makanan berupa hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman

2003) sehingga ikan ini sangat mudah dibudidayakan.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup

dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air

yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan

dari jenis lain tidak dapat hidup. Ikan nila (Oreochromis niloticus) dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan kadar Dissolved

Oxygen (DO) antara 2,0 - 2,5 mg/l. Secara umum nilai pH air pada budidaya ikan

nila (Oreochromis niloticus) antara 5 sampai 10 tetapi nilai pH optimum adalah

berkisar 6 - 9. Ikan nila (Oreochromis niloticus) umumnya hidup di perairan

tawar, seperti sungai, danau, waduk, rawa, sawah dan saluran irigasi, memiliki

toleransi terhadap salinitas sehingga ikan nila dapat hidup dan berkembang biak di

perairan payau dengan salinitas 20 – 25 ‰ dan suhu optimal bagi pertumbuhan

ikan nila adalah antara 22 - 290 C (Setyo 2006).

Komoditas ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki sifat biologi seperti

memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan penyakit ;

memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi lingkungan; memiliki kemampuan

yang efisien dalam membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik, limbah

domestik dan pertanian ; memiliki kemampuan tumbuh yang baik ; mudah

3

4

tumbuh dalam sistem budidaya intensif. (Sucipto 2007). Adapun klasifikasi

ikan nila (Sugiarto 1988) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Osteichthyes Sub Class : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub Order : Percoidea Family : Cichlidae Genus : Oreochromis Species : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila(Sumber : www.djpb.kkp.go.id)

2.1.1 Morfologi

Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut

torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda

lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak

keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih

agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan

tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Tubuhnya

memiliki garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawahnya.

Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang

sirip punggung sampai pangkal sirip ekor. Ukuran kepala relatif kecil dengan

mulut berada di ujung kepala serta mempunyai mata yang besar (Kottelat et al

1993).

Bentuk badan ikan nila (Oreochromis niloticus) ialah pipih ke samping

memanjang. Mempunyai garis vertikal pada badan sebanyak 9 –11 buah,

sedangkan garis-garis pada sirip berwarna merah berjumlah 6 –12 buah. Pada

5

sirip punggung terdapat juga garis-garis miring. Mata kelihatan menonjol dan

relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna putih. Badan relatif lebih tebal

dan kekar dibandingkan ikan mujair. Garis lateralis (gurat sisi di tengah tubuh)

terputus dan dilanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah (Susanto 2007).

Perbedaan antara ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang

genitalnya dan juga ciri-ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping

lubang anus terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing

sebagai saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga

berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang memberi

kesan kokoh, sedangkan yang betina biasanya pada bagian perutnya besar

(Suyanto 2003).

2.1.2 Fisiologi Ikan Nila

Fisiologi ikan nila digolongkan menjadi sistem pencernaan, sistem ekskresi,

sistem reproduksi, sistem respirasi, sistem peredaran darah, sistem syaraf dan

hormon, dan sistem integumen.

a. Sistem Pencernaan Ikan Nila

Sistem pencernaan pada ikan nila melalui proses sebagai berikut. Dari mulai

anggota mulut, esophagus atau kerongkongan, lambung, usus dan terakhir anus

(Dwisang 2008). Proses penyedeerhanaan pada ikan nila melalui cara fisik dan

kimia. Sehingga menjadi sari-sari makanan yang mudah diserap di dalam usus

kemudian diedarkan ke seluruh organ tubuh melalui system peredaran darah

(Dwisang 2008). Sistem pencernaan pada hewan vertebrata dibangun oleh

pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler, yang dimulai dari bagian

mulut sampai anus. Organ-organnya adalah rongga mulut, faring, esophagus,

lambung, usus halus, usus besar dan rektum (Pratama 2009).

b. Sistem Ekskresi Ikan Nila

Mekanisme sistem ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar adalah ikan

tidak banyak minum, aktif menyerap ion organik, melalui insang dan

mengeluarkan urin yang encer dalam jumlah yang besar (Dwisang 2008). Sistem

Ekskresi melibatkan organ insang, kulit, Ginjal berfungsi mengekskresikan zat-zat

6

sisa metabolism yang mengandung Nitrogen (Pratama 2009). Insang sebagai

organ pernafasan ikan. Kulit sebagai organ ekskresi karena mengandung kelenjar

keringat yang mengeluarkan 5%, 10% dari seluruh metaydisme (Pratama 2009).

c. Sistem Reproduksi Ikan Nila

Sistem reproduksi pada jantan mempunyai tistis. Pada ikan nila betina

mempunyai indung telur, keduanya terletak pada rongga perut. Sebelah kandung

kemih dan kanan cili mentari keadaan Gonad Ikan sangat menentukan

kedewasaan ikan, meningkat dengan makin meningkatnya fungsi Gonad. Ikan nila

umumnya memiliki gonad, terletak pada bagian posterior rongga perut disebelah

bawah ginjal (Pratama 2009). Nila berasal dari sungai nil, secara ilmiah atau

alamiah dapat berkembang biak sepanjang tahun. Namun frekuensi pemijahan,

banyak terjadi pada musim penghujan. Ikan ini mudah berkembang biak tanpa

perlakuan khusus (Meitanisyah 2010). Sebelum melangsungkan perkawinan, nila

jantan biasanya membuat kubangan berbentuk bulat didasar perairan, kolan

(Santoso 1996).

d. Sistem Respirasi Ikan Nila

Pernafasan adalah pertukaran CO2 (sisa-sisa proses metabolisme tubuh yg

harus dibuang) dengan O2 (berasal dari perairan, dibutuhkan tubuh untuk proses

metabolisme dan sebagainya). Organ-organ pernafasan mengambil O2 dari

perairan terjadi pada insang. Organ tambahan mengambil O2 dari udara (paru-

paru, labirin, dsb). Bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung insang. tulang

tapis insang, daun insang. Fungsi dari bagian-bagian insang yaitu tulang lengkung

insang sebagai tempat melakeatnya tulang tapis insang dan daun insang,

mempunyai banyak saluran-saluran darah dan saluran syaraf ; tulang tapis insang,

berfungsi dalam sistem pencernaan untuk mencegah keluarnya organisme

makanan melalui celah insang ; daun insang berfungsi sebagai dalam sistem

pernafasan dan peredaran darah, tempat terjadinya pertukaran gas O2 dengan

CO2.

Mekanisme pernafasannya yaitu pertukaran gas CO2 dan O2 terjadi secara

difusi ketika air dari habitat yang masuk melalui mulut, terdorong ke arah daerah

insang. O2 yang banyak dikandung di dalam air akan diikat oleh hemoglobin

7

darah, sedangkan CO2 yang dikandung di dalam darah akan dikeluarkan ke

perairan. Darah yang sudah banyak mengandung O2 kemudian diedarkan kembali

ke seluruh organ tubuh dan seterusnya.

e. Sistem Peredaran Darah Ikan Nila

Sistem sirkulasi adalah sistem yang berfungsi untuk mengangkut dan

mengedarkan O2 dari perairan ke sel tubuh yang membutuhkan, juga mengangkut

enzim, zat nutrisi, garam, hormon, dan anti bodi serta mengangkut CO2 dari

dalam usus, kelenjar, insang, dan sebagainya, keluar tubuh. Organ-organ sistem

peredaran darah berupa jantung, pembuluh nadi (aorta, arteri) dan pembuluh balik

(vena), dan kapiler-kapiler darah. Bahan yang diedarkan yaitu darah (plasma

darah dan butir-butir darah).

Jantung ikan berfungsi untuk memompa darah ke seluruh bagian tubuh.

Beda jantung ikan dengan jantung hewan lain yaitu ada alat pacu jantung yg

memungkinkan jantung terus berdenyut walaupun otak sudah rusak Bagian-

bagian jantung meliputi atrium berdinding tipis ; ventrikal berdinding tebal,

sebagai pemompa darah ; bulbus arteriosus. Sebelum atrium, terdapat sinus

venosus (SV) yang mengumpulkan darah berkadar CO2 tinggi, berasal dari organ-

organ tertentu. Darah dari SV masuk ke dalam atrium melalui katup sinuautrial,

dari atrium darah masuk ke dalam ventricle melalui katup atrioventricular. Dari

ventrikel darah ditekan dengan daya pompa padanya, menuju ke arah aorta

ventralis, menuju ke insang. Di insang terjadi pertukaran O2 dengan CO2 (pada

sistem pernafasan) dan seterusnya darah dengan kandungan O2 tinggi diedarkan

ke daerah kepala, ke bagian dorsal, ke ventral, dan ekor setelah mengedarkan

nutrisi dsb kembali ke jantung dan seterusnya.

f. Sistem Syaraf dan Hormon

Kedua sistem ini dapat dikatakan sebagai sistem koordinasi untuk

mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan perubahan status kehidupan

(reproduksi dsb). Perubahan lingkungan akan diinformasikan ke sistem saraf

(saraf pusat dsb), saraf akan merangsang kelenjar endokrin  hormon dikirim ke

otak untuk mengeluarkan hormon-hormon yang dibutuhkan akan merangsang

organ target dan aktivitas metabolisme  jaringan-jaringan untuk bergerak. Sistem

8

saraf terdiri dari sistem cerebro spinal ; sistem saraf pusat berupa otak dan tulang

punggung ;sistem saraf tepi ; sistem otonomi : simpati dan parasimpati ;organ-

organ khusus yaitu hidung, telinga, mata, LL.

SHormon dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar hormon hormon pertumbuhan,

hormon reproduksi, hormon ekskresi dan osmoregulasi. Hasil kelenjar hormon

meliputi endo hormon yang bekerja di dalam tubuh, seperti hormon-hormon di

atas; ekto hormon yang bekerja di luar tubuh, seperti fenomen yang merangsang

jenis kelamin lain mendekat untuk berpijah.

g. Sistem Integumen

Lapisan epidermis pada ikan selalu basah karena adanya lendir yang

dihasilkan oleh sel-sel yang berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan

tubuhnya. Epidermis merupakan bagian tubuh yang berhubungan langsung

dengan lingkungan dan sistem somatis, mempunyai sejarah evolusi yang

kompleks. Integumen sekalian hewan merupakan lapisan protektif yang menjaga

lalulintas air dan zat-zat yang terlarut di dalamnya secara bebas. Epidermis tidak

dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah, keperluan metabolisme diperoleh

secara difusi, karena itu kecenderungan dari sel-sel yang paling di luar untuk

menjadi mati dan lepas sangat besar sekali. Epidermis bagian dalam terdapat

lapisan sel yang disebut stratum germinativum (lapisan malphigi). Lapisan ini

sangat giat dalam melakukan pembelahan untuk menggantikan sel-sel bagian luar

yang lepas dan untuk persediaan pengembangan tubuh.

Dermis yang didalamnya terkandung pembuluh darah, saraf dan jaringan

pengikat memiliki struktur yang lebih tebal dan sel-sel yang susunannya lebih

kompak dari pada epidermis. Derivat-derivat kulit juga juga dibentuk dalam

lapisan ini. Lapisan dermisi berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang

bersisik, dan derivat-derivat kulit lainnya. Asal mula terbentuknya dermis ini

belum banyak diketahui diperkirakan bahwa jaringan ikat di bawah epidermis

dulunya berubah, terutama sekali menjadi tulang pada hewan nenek moyang

vertebrata, seperti yang terlihat pada fosil-fosil Ostracodermi yang mempunyai

prisai-prisai tulang pada kulitnya, yang pertumbuhannya sangat baik.

9

2.1.3 Tingkah Laku Ikan Nila

Ikan nila memiliki karakteristik sebagai ikan parental care yang merawat

anaknya dengan menggunakan mulut (mouth breeder) (Effendie 1997). Ikan nila

merupakan ikan omnivora yang memakan fitoplankton, perifiton, tanaman air,

avertebrata kecil, fauna bentik, detritus, dan bakteri yang berasosiasi dengan

detritus. Ikan nila dapat menyaring makanannya dengan menangkap partikel

tersuspensi, termasuk fitoplankton dan bakteri, pada mukus yang terletak pada

rongga buccal. Tetapi sumber nutrisi utama ikan nila diperoleh dengan cara

memakan makanan pada lapisan perifiton (FAO 2006).

Ikan nila merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal. Ikan

nila dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat

hidupnya. Nila hidup di lingkungan air tawar, air payau, dan air asin. Kadar garam

air yang disukai antara 0-35 ppt. Ikan nila air tawar dapat dipindahkan ke air asin

dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit.

Pemindahan ikan nila secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat

berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Suyanto 2003).

Tempat hidup Ikan nila biasanya berada pada perairan yang dangkal dengan

arus yang tidak begitu deras, ikan ini tidak suka hidup di perairan yang bergerak

(mengalir),akan tetapi jika dilakukan perlakuan terhadap ikan nila seperti

pengadaptasian terhadap lingkungan air yang mengalir maka ikan nila juga bisa

hidup baik pada perairan yang mengalir. (Djarijah 2002). Lingkungan tumbuh

(habitat) yang paling ideal adalah perairan air tawar yang memiliki suhu antara

14-38oC, atau suhu optimal 25-30oC. Keadaan suhu yang rendah yaitu suhu

kurang dari 140C ataupun suhu yang terlalu tinggi di atas 380C akan menghambat

pertumbuhan nila. Ikan nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan

lingkungan hidup. Batas bawah dan batas atas suhu yang mematikan ikan nila

berturut-turut adalah 11-12oC dan 42oC. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat

ditoleransi oleh ikan nila, tetapi pH yang optimal untuk pertumbuhan dan

perkembangbiakkan ikan ini adalah 7- 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam

keadaan air asin pada salinitas 0-35 ppt. Oleh karena itu, ikan nila dapat

10

dibudidayakan di perairan payau, tambak dan perairan laut, terutama untuk tujuan

usaha pembesaran (Rukmana 1997).

2.2 Rancangan Acak Kelompok

2.2.1 Definisi rancangan acak kelompok

Rancangan Acak Kelompok merupakan suatu rancangan yang meakukan

suatu bentuk pengelompokkan pada satuan percobaan ke dalam data yang bersifat

homogeny homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian dilakukan

penentuan perlakuan secara acak di dalam masing-masing kelompok. Rancangan

Acak Kelompok merupakan rancangan acak kelompok dengan semua perlakuan

dicobakan pada setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan satuan-satuan

percobaan tersebut adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di

dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar

kelompok sebesar mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan

bertambahnya satuan percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok,

sehingga sebisa mungkin buatlah ukuran kelompok sekecil mungkin.

Pengelompokan yang tepat akan memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang

lebih tinggi dibandingkan rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.

Rancangan Acak Kelompok atau randomized block design merupakan salah

satu model rancangan dalam rancangan percobaan. Rancangan acak kelompok ini

digunakan bila unit percobaan tidak homogen, dimana ketidak homogen ini

diduga mengarah pada satu arah. Rancangan ini disebut rancangan acak

kelompok, karena pengacakan perlakuan dilakukan pada setiap kelompok.

Rancangan ini dapat digunakan untuk melakukan percobaan di lapangan atau di

laboratorium ataupun di rumah kaca. Rancangan acak kelompok digunakan bila

faktor yang akan diteliti satu faktor atau lebih dari satu faktor. Pada percobaan

dengan menggunakan rancangan faktorial (lebih dari satu faktor) rancangan acak

kelompok menjadi rancangan lingkungan.

Rancangan Acak Kelompok adalah suatu rancangan acak yang dilakukan

dengan mengelompokkan satuan percobaan ke dalam grup-grup yang homogen

yang dinamakan kelompok dan kemudian menentukan perlakuan secara acak di

11

dalam masing-masing kelompok. Rancangan Acak Kelompok Lengkap

merupakan rancangan acak kelompok dengan semua perlakuan dicobakan pada

setiap kelompok yang ada. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan

tersebut adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam

masing-masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok

sebesar mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan bertambahnya

satuan percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok, sehingga sebisa

mungkin membuat ukuran kelompok sekecil mungkin. Pengelompokan yang tepat

akan memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan

rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya (Yitnosumarto 1993).

Percobaan faktorial bukan merupakan suatu rancangan, melainkan suatu

pola melakukan percobaan untuk mencoba secara serentak dari beberapa faktor

dalam suatu percobaan. Adapun rancangan yang dipergunakan dalam percobaan

faktorial tergantung pada keadaan lingkungan percobaan dan tujuan percobaan

Percobaan faktorial mempelajari pengaruh dari dua faktor atau lebih. Masing-

masing faktor terdiri dari dua taraf atau lebih, dimana semua taraf setiap faktor

dikombinasikan menjadi kombinasi perlakuan. Kombinasi perlakuan ini

merupakan satu kesatuan perlakuan yang dicoba dengan suatu rancangan tertentu

(Potcner 2004).

Dua cara pencatatan atau pernyataan percobaan factorial yang digunakan,

yaitu dengan huruf latin besar atau dengan angka arab. Misalnya percobaan

factorial yang dimaksud melibatkan faktor A dan B dimana masing-masing faktor

mempunyai 2 dan 3 level secara berturut-turut. Jelas bahwa yang dimaksud

dengan perlakuan dalam percobaan factorial ini adalah perlakuan kombinasi,

karena perlakuan-perlakuan tersebut merupakan kombinasi level-level faktor A

dengan level-level faktor B. dank arena dalam percobaan factorial ini kita

merancangkan perlakuan, maka rancangannya disebut Rancangan Perlakuan

(Treatment Design) (Yitnosumarto 1993).

Karakteristik rancangan yaitu perlakuan yang dicobakan merupakan taraf-

taraf dari satu faktor tertentu ; faktor-faktor diluar perlakuan dikondisikan serba

sama ; kondisi unit percobaan tidak homogen, sumber ketidakhomogenan unit

12

percobaan berasal dari satu arah, pengendalian ketidakhomogenan dapat

dilakukan dengan pengelompokan. Pemberian perlakuan terhadap unit percobaan

dilakukan secara acak pada setiap kelompok, dengan batasan bahwa setiap

perlakuan muncul sekali pada setiap kelompok. Contoh, suatu percobaan dengan

enam buah perlakuan (P1, P2, P3, P4, P5, P6) dan setiap perlakuan diulang dalam

tiga kelompok atau blok, dengan demikian unit percobaan yang dilibatkan

sebanyak 6 unit pada setiap blok sehingga secara keseluruhan dibutuhkan 3 x 6 =

18 unit percobaan.

Pengacakan perlakuan dilakukan pada masing-masing blok percobaan.

Setiap perlakuan hanya muncul sekali pada setiap blok. Pengacakan dapat

menggunakan sistem lotere, tabel bilangan acak, kalkulator atau komputer.

Adapun model linear digambarkan sebagai berikut:

Dimana:

i = 1, 2, …, 6 ; j = 1, 2,…,rYij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-jμ = Rataan umumτi = Pengaruh perlakuan ke-iβj = Pengaruh kelompok ke-jεij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Hipotesis yang dilakukan dalam rancangan acak kelompok adalah sebagai berikut:

Pengaruh perlakuan:

H0: τ1 = …= τt=0 (perlakuan tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)

H1: paling sedikit ada satu i dimana τi ≠ 0

Pengaruh pengelompokan:

H0: β1 = …= βr=0 (kelompok tidak berpengaruh terhadap respon yang diamati)

H1: paling sedikit ada satu j dimana βj ≠ 0

Tabel 1. Sidik Ragam pada Rancangan Acak KelompokSumber

keragamanDerajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat tengah

F hitung

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTGUlangan r-1 JKU KTU KTU/KTG

Galat (t-1)(r-1) JKG KTGTotal Tr-1 JKT

13

Untuk mempermudah perhitungan jumlah kuadrat dapat dilakukan langkah-langkah

perhitungan sebagai berikut:

1. Hitung Faktor Koreksi (FK) 2. Hitung Jumlah Kuadrat Total

(JKT)3. Hitung Jumlah Kuadrat Perlakuan

(JKP)4. Hitung Jumlah Kuadrat Blok

(JKB)5. Hitung Jumlah Kuadrat Galat

(JKG)

Kesimpulan dapat ditarik setelah didapatkan hasil perhitungan F hitung dan

F table yaitu apabila F Hitung ≤ F tabel 5%, Terima H0, berarti kelompok atau

perlakuan tidak berpengaruh nyata, diberi tanda tn (tidak nyata) atau ns (non

significant) ; apabila F Hitung ≥ F Tabel 5% tapi ≤ F Tabel 1%, tolak H0 yang

berarti kelompok atau perlakuan berpengaruh nyata (diberi tanda*) atau F Hitung

≥ F Tabel 1%, tolak H0 yang berarti perlakuan atau kelompok berpengaruh sangat

nyata.

2.2.2 Fungsi dan kegunaan Rancangan Acak Kelompok

Rancangan acak kelompok merupakan metode eksperimental yang

digunakan dalam beberapa bidang misalkan bidang pertanian, bidang perikanan

dan bidang lainnya dimana dilakukan suatu bentuk pengelompokan dalam

eksperimen tersebut. Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan tersebut

adalah untuk membuat keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-

masing kelompok sekecil mungkin sedangkan perbedaan antar kelompok sebesar

mungkin. Tingkat ketepatan biasanya menurun dengan bertambahnya satuan

percobaan (ukuran satuan percobaan) per kelompok, sehingga sebisa mungkin

buatlah ukuran kelompok sekecil mungkin. Pengelompokan yang tepat akan

memberikan hasil dengan tingkat ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan

rancangan acak lengkap yang sebanding besarnya.

14

2.3 Perhitungan Biomassa dan Rasio Pakan

2.3.1 Perhitunngan Biomassa

Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang mengacu pada bahan

biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati (dibandingkan dengan

bahan bakar fosil). Sumber-sumber biomassa yang paling umum adalah bahan

bakar kayu, limbah dan alkohol. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan

karena tanaman dapat kembali tumbuh pada lahan yang sama. Kayu saat ini

merupakan sumber yang paling banyak digunakan untuk biomassa. Di Amerika

Serikat, misalnya, hampir 90% biomassa berasal dari kayu sebagai bahan bakar.

Ada tiga jenis proses yang digunakan untuk mengkonversi biomassa menjadi

bentuk yang energi yang berguna yaitu: konversi termal dari biomassa, konversi

kimia dari biomassa, dan konversi biokimia dari biomassa.

Biomassa adalah sumber energi terbarukan tetapi ini tidak berarti biomassa

adalah sumber energi yang benar-benar ramah lingkungan. Pertanyaan apakah kita

harus menggunakan biomassa atau tidak telah menimbulkan banyak kontroversi

di beberapa tahun terakhir. Para penentang mengatakan bahwa biomassa dapat

menyebabkan emisi gas rumah kaca yang besar (dari pembakaran kayu), bahkan

lebih besar daripada gas rumah kaca yang berasal dari pembangkit listrik berbahan

bakar batubara.Biomassa merupakan berat dari semua material yang hidup pada

suatu satuan luas tertentu, dalam artian lain biomassa adalah berat kering atau

organik vegetasi yang ditambahkan ke ekosistem persatuan luasan per satuan

waktu (g/m2/tahun). Biomassa atau Standing Stok adalah jumlah total bahan

organisme hidup yang ada pada saat itu. Berbeda dengan “standing crop”,

biomassa termasuk semua tanaman dengan bagian akarnya. Biomassa yaitu berat

semua material hidup pada waktu t3, pada areal t3. Pertumbuhan biomassa mutlak

adalah selisih antara berat basah pada akhir penelitian dengan berat basah pada

awal penelitian (Effendie, 1979).

W = Wt – WoDimana : W = Pertumbuhan mutlak (gram) Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram)

15

Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)

Untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik sesuai dengan Steffens (1989):

lnWt - lnWoSGR =

t1-t0

Dimana :SGR = Laju pertumbuhan berat spesifik (% perhari)Wt = Bobot biomassa pada akhir penelitian (gram) Wo = Bobot biomassa pada awal penelitian (gram)t1 = Waktu akhir penelitian (hari)t0 = Waktu awal penelitian (hari)

2.3.2 Rasio Pakan

Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak

atau peliharaan. Istilah ini diadopsi dari bahasa Jawa. Pakan merupakan sumber

energi dan materi bagi pertumbuhan dan dan kehidupan makhluk hidup. Pakan

Buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu berdasarkan

pertimbangan pembuatnya. Pembuatan pakan buatan sebaiknya didasarkan pada

pertimbangan kebutuhan nutrisi hewan ternak yang bersangkutan, sumber dan

kualitas bahan baku, dan nilai ekonomis. Dengan berbagai pertimbangan tersebut,

diharapkan dapat dihasilkan pakan ikan yang memiliki standar mutu tinggi dengan

biaya yang murah.

Dalam budidaya ikan secara intensif, pakan buatan merupakan sumber

energi utama bagi perkembangan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan tingkat

kebutuhan, pakan buatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu pakan

tambahan, pakan suplemen, dan pakan utama.

Pakan tambahan adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan

kebutuhan pakan. Dalam hal ini, ikan yang dibudidayakan sudah mendapatkan

pakan dari alam, tetapi jumlahnya belum memenuhi kebutuhan untuk

perkembangan dan pertumbuhan yang lebih baik. Sementara itu pakan suplemen

adalah pakan yang dibuat untuk memenuhi komponen nutrisi tertentu yang tidak

bisa atau minim disediakan oleh pekan alamai. Sedangkan pakan utama adalah

pakan yang dibuat untuk menggantitikan sebagian besar atau keseluruhan pakan

16

alami. Pakan utama ini biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pakan

pada budidaya ikan yang dilakukan secara intensif.

Pakan memiliki pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pakan

merupakan sumber makanan bagi ikan yang dapat dimodifikasi sedemikian rupa

sehingga menghasilkan kandungan gizi yang baik. Pemberian pakan yang kurang

menyebabkan ikan mudah terserang penyakit dan bahkan tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhan dasar ikan itu sendiri seperti untuk metabolisme, akibatnya

pertumbuhan terhambat dan bahkan bisa menyebabkan penurunan pertumbuhan

dan kematian. Pemberian pakan yang berlebihan akan menyebabkan perairan

menjadi kotor dan mengurangi nafsu makan ikan itu sendiri sehingga

pertumbuhan menjadi terhambat. Dalam hal kegiatan pemeliharaan dan pemberian

pakan yang tercampur dengan enzim akan dapat dicerna dengan baik dan yang

tidak dicerna akan dikeluarkan bersama kotoran.

Pakan yang diproses dalam tubuh ikan dan unsur-unsur nutrisi atau gizinya

akan diserap oleh tubuh ikan untuk membangun jaringan dan daging sehingga

pertumbuhan ikan akan terjamin. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh jenis

dan kualitas pakan yang diberikan berkualitas baik, jumlahnya mencukupi,

kondisi lingkungan mendukung, dan dapat dipastikan laju pertumbuhan ikan nila

akan menjadi cepat sesuai dangan yang diharapkan (Khairuman dan Amri 2003).

Kemampuan mengkonsumsi pakan buatan juga dapat mempengaruhi laju

pertumbuhan. Dengan adaptasi terhadap pakan buatan dengan kandungan nutrisi

yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhannya semakin cepat dan ukuran

maksimum bertambah (Effendi 2004).

Perolehan rasio konversi pakan lebih rendah harus disesuaikan dengan cara

atau kebiasaan makan pada jenis ikan dan bentuk pakan. Rasio konversi pakan

adalah jumlah berat makanan yang dibutuhkan oleh ikan sebanyak 20 - 25% yang

digunakan untuk tumbuh atau menambah bobot tubuh, selebihnya digunakan

untuk energi dan sebagian yang tidak dapat dicerna oleh ikan. Makanan nabati

faktor konversinya lebih besar dari pada makanan hewani. Ini berarti untuk

menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan makanan nabati lebih banyak dari

17

pada makanan hewani. Konversi makanan dipengaruhi oleh jumlah gizi dan cara

pemberian makanan serta bobot dan umur ikan (Mujiman 2004).

Pascual (2009) menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan,

semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat

tertentu adalah sedikit. Tinggi rendahnya nilai rasio konversi pakan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama kualitas dan jumlah pakan, spesies

ikan, ukuran ikan dan kualitas air. Rasio Efisiensi Pakan (Suhenda et al 2004):

Pertambahan Bobot Tubuh EP =

Berat Pakan yang diberikan

Konversi pakan (FCR) adalah jumlah (berat) pakan yang dapat membentuk suatu

unit berat ikan. Adapun rumus untuk menghitung FCR adalah :

Makanan yang dimakan (g) FCR =

Pertambahan berat (g)

Perbandingan antara 1 kg berat daging ikan dengan jumlah berat pakan yang

dibutuhkan untuk membentuknya disebut koefisien konversi berat. Jadi apabila

untuk menambah berat 1 kg daging ikan dibutuhkan 2 kg pakan, maka koefisien

konversi berat pakan adalah 1/2. Jika koefisien konversi berat itu dikalikan

dengan 100% maka akan diperoleh nilai yang disebut efisiensi konversi berat.

Pemanfaatan energi pada ikan mulai dari makanan yang masuk tubuh ikan (food

intake). Energi ini akan didistribusikan untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi

pada tubuh ikan sebagaimana dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

Keseimbangan antar energi dan protein sangat penting dalam laju

pertumbuhan. Jika kebutuhan energi kurang maka protein akan dipecah dan

digunakan sebagai sumber energi. Pemakaian sebagaian protein sebagai sumber

energi menyebabkan pertumbuhan ikan terhambat, mengingat protein sangat

berperan dalam pembentukan sel baru. Jumlah energi yang diperlukan bagi

pertumbuhan dan pemeliharaan (maintenance) dipengaruhi beberapa faktor,

antara lain spesies, umur, komposisi ransum, tingkat reproduksi dan tingkat

metabolisme standar.

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

Praktikum Perancangan Percobaan ini dilakukan pada rentang waktu 30 hari

yang bermula pada hari Senin 2 November 2015 hingga 30 November 2015 pukul

13.00 - 14.10 WIB di Laboratorium Avertebrata, Gedung Dekanat Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat yang Digunakan

1. Akuarium, sebagai tempat menampung air yang merupakan media hidup

ikan uji selama praktikum.

2. Neraca digital, sebagai alat untuk menghitung berat pakan dan bobot ikan.

3. Plastik zipper kecil, sebagai tempat untuk menyimpan pakan perhari.

4. Selang, sebagai alat untuk menyalurkan udara dari aerator.

5. Batu Aerasi, sebagai alat bantu udara dalam air.

6. Aerator, sebagai alat untuk menyalurkan udara dari luar.

3.2.2 Bahan yang Digunakan

1. Air Kran, sebagai media hidup ikan uji selama praktikum.

2. Ikan Uji, sebagai organisme yang akan diujikan.

3. Label, sebagai penanda antar perlakuan.

4. Pakan, sebagai pasokan nutrisi dan jenis perlakuan yang diberikan pada ikan

selama praktikum.

18

19

3.3 Prosedur Kerja

3.4 Analisis Data

3.4.1 Jumlah Pakan yang diberikan

Perlakuan A = Persentase pakan sebesar 1% per hari

Perlakuan B = Persentase pakan sebesar 3% per hari

Perlakuan C = Persentase pakan sebesar 5% per hari

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali untuk RAK

Perlakuan A = Persentase pakan sebesar 1% per hari

Perlakuan B = Persentase pakan sebesar 2% per hari

Perlakuan C = Persentase pakan sebesar 3% per hari

Perlakuan D = Persentase pakan sebesar 4% per hari

Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali untuk RAL

20

Menghitung jumlah pakan yang akan diberikan pada ikan dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut :

(perlakuan)

(Pakan diberikan pada ikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore

hari)

3.4.2 Rumus perhitungan SR

Setiap minggu melakukan perhitungan SR dan penimbangan ikan untuk

mengetahui pertumbuhan bobot ikan. Pehitungan SR adalah sebagai berikut :

SR (%) = x 100%

Keterangan :SR : kelangsungan hidup / survival rate ikan selama percobaanNt : jumlah ikan pada akhir percobaan (ekor)No : jumlah ikan pada awal percobaan (ekor)

Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan = Rata Rata bobot ikan minggu (t) – Rata Rata bobot ikan minggu (t-1)

3.4.3 Rumus tabel Anova

Nilai FK

Jumlah Kuadrat Total

Jumlah Kuadrat Perlakuan

Jumlah Kuadrat Galat

JKG = JKT – JKP

F hitung

21

Kuadrat Tengah Kolom

Kuadrat Tengah Perlakuan

Kuadrat Tengah Galat

Tabel 2. Sidik Ragam (ANOVA) RALSumberRagam

db JK KT Fhit F05

Perlakuan t-1 JKP KTP = JKP/DBP KTP/KTGGalat t (r-1) JKG KTG = JKG/DBG

Total tr-1 JKT

Tabel 3. Sidik Ragam (ANOVA) RAK

SumberRagam

db JK KT Fhit F05

Kelompok k-1 JKK KTK = JKK/(BK KTP/KTGPerlakuan t-1 JKP KTP = JKP/DBPGalat t (r-1) JKG KTG = JKG/DBG

Total tr-1 JKT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

4.1.1 Tabel % SR

Tabel 4. Data Perhitungan %SR Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu

4.1.2 Tabel Data Bobot dan Rata Rata Bobot Ikan

Tabel 5. Data Bobot Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu

KolomMinggu ke-

1 2 3A1 13 4,44 - B1 9 6,8  -C1 10 4,23  -A2 11 4,12  -B2 12 5,54  -C2 12 4,99  -A3 14 5,8  -B3 14 15,27  -C3 16 6,68 6,37A4 10 4,45 3,95B4 12 3,4 3,65C4 13 4,71 4,44

22

KolomMinggu Ke-

1 2 3A1 100 33,3333 0B1 100 66,6667 0C1 100 33,3333 0A2 100 33,3333 0B2 100 33,3333 0C2 100 33,3333 0A3 100 33,3333 0B3 100 66,6667 0C3 100 33,3333 33,3333A4 100 33,3333 33,3333B4 100 33,3333 33,3333C4 100 33,3333 33,3333

23

Tabel 6. Data Bobot Rata-Rata Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Perminggu

KolomMinggu ke-

Perkembangan1 2 3

A1 4,33 4,44 4,44 0,11B1 3 3,4 3,4 0,4C1 3,33 4,23 4,23 0,9A2 3,66 4,12 4,12 0,46B2 4 5,54 5,54 1,54C2 4 4,99 4,99 0,99A3 4,66 5,8 5,8 1,14B3 4,66 7,63 7,63 2,97C3 5,33 6,68 6,37 1,04A4 3,33 4,45 3,95 0,62B4 4 3,4 3,65 0,35C4 4,33 4,71 4,44 0,11

4.2 Pembahasan

4.2.1.Pembahasan % SR

Berdasarkan Tabel 4, hasil perhitungan SR per minggu menunjukan adanya

perubahan. Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena

itu nilai SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan

oleh beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh

karena itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan

stress saat penimbangan bobot ikan, roses penimbangan dilakukan secara serentak

satu kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga

pemberian pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di

dalam satu akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan

nila yang memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad

hidup seperti ikan untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang

kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping

itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik

dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari

suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup

24

dalam perairan tersebut (Salmin 2000). Kandungan oksigen terlarut (DO)

minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa

beracun (toksik). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup

mendukung kehidupan organisme contohnya ikan (Swingle 1968).

Berdasarkan hasil praktikum ikan nila sebagai hewan uji mengalami stress

sebagai salah satu akibat dari kematian ikan tersebut. Stress ikan bisa terjadi saat

proses aklimatisasi yang di dalam proses ini ada pemuasaan ikan terlebih dahulu.

Pemuasaan pada ikan merupakan salah sati faktor lingkungan yang memicu

perubahan fisiologis pada ikan. Dalam kondisi puasa ikan pada umumnya

mengalami stress, sehingga berpengaruh terhadap aktifitas fisiologis hewan.

Stress merupakan respon bertahan pada hewan terhadap penyebab gangguan dari

luar yang mengganggu (Nur 2010).

Menurut Brett (1971) jumlah pakan yang mampu dikonsumsi ikan setiap

harinya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi potensi ikan untuk

tumbuh secara maksimal dan laju konsumsi makanan harian berhubungan erat

dengan kapasitas dan pengosongan perut ikan. Kebiasaan ikan nila jantan selalu

agresif pada masa birahi, ikan nila jantan akan membuat sarang dan akan

mempertahankan sarang tersebut pada kondisi alaminya (Amri dan Khairuman

2002). Sedangkan di dalam akuarium kebiasaan tersebut terjadi dan ikan yang

kalah bertarung pun mati.

4.2.2.Pembahasan Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan

Praktikum mengenai pengaruh pemberian pakan dengan berbagai rasio

terhadap laju pertumbuhan ikan nila yang dilaksanakan selama 3 minggu dengan

menggunakan metode rancangan acak kelompok. Praktikum tersebut

menggunakan perlakuan pemberian pakan dengan berbagai rasio diantaranya 1 %

untuk perlakuan A, 3% untuk perlakuan b, dan 5 % untuk perlakuan C.

Pengulangan dalam rancangan acak lengkap ini menggunakan 4 kali ulangan.

Ikan yang menjadi objek pengamatan yaitu menggunakan ikan nila

(Oreochromis niloticus) dengan jumlah 3 ekor setiap kolom akuarium. Parameter

dalam praktikum ini yaitu mengukur laju perkembangan bobot ikan.

25

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan hasil yang bervariasi untuk

setiap perlakuan dan ulanganPerkembangan pertumbuhan ikan nila dari berbagai

ulangan cenderung meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi

Perkembangan pertumbuhan pada ikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Sjafei dkk (1989) dalam Pratiwi dkk (2011) bahwa pertumbuhan didefinisikan

sebagai perubahan ukuran baik panjang, berat maupun volume dalam jangka

waktu tertentu. Namun, ada beberapa yang mengalami penurunan. Hal tersebut

diakibatkan oleh adanya faktor kematian atau mortalitas pada ikan, sehingga

mempengaruhi perkembangan pertumbuhan bobot rata-rata ikan yang berada

dalam satu kolom akuarium.

Berdasarkan tabel 6. Perkembangan tertinggi yaitu perlakuan pemberian

pakan 3 % pada ulangan ketiga sebesar 2,97 gram. Sedangkan pertumbuhan

terendah yaitu pada perlakuan 3 % yaitu 0,11 gram. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pakan yang diberikan dapat diterima oleh ikan sehingga menghasilkan

pertumbuhan. Pertumbuhan erat kaitannya dengan pakan, karena pakan

memberikan nutrien dan energi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan

(Pratiwi 2011). Selain itu hal tersebut didukung oleh NRC (1983) menyatakan

bahwa apabila energi yang diperlukan untuk peeliharaan tubuh dan aktivitas

harian telah terpenuhi maka energi tersebut kan digunakan untuk pertumbuhan.

4.3 Tabel Anova

4.3.1 Tabel Anova %SRTabel 7. Analisis Ragam (ANOVA) Laju Kematian Ikan (SR)

Sumber Ragam DB JK KT Fhit F0,5Kelompok 3 2221,78 740,593 8 0,88578Perlakuan 2 185,148 92,5741 1 0,77976

Galat 6 555,444 92,5741Total 11 2962,37

26

4.3.2 Tabel Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan

Tabel 8. Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan

PerlakuanUlangan

Total Total^2rata-rata

Var1 2 3 4

A(1%) 0,11 0,46 1,14 0,62 2,33 5,4289 0,5825 0,18349B(3%) 0,4 1,54 2,97 0,35 5,26 27,6676 1,315 1,51937C(5%) 0,9 0,99 1,04 0,11 3,04 9,2416 0,76 0,19113total 1,41 2,99 5,15 1,08 10,63 42,3381 2,6575

total^2 1,9881 8,9401 26,5225 1,1664 38,6171

Tabel 9. Perhitungan ANOVA Rancangan Acak KelompokSumber Ragam Perhitungan Nilai

FK = (∑Y2) / t*k 9,41641JKP =(∑Total Perlakuan^2) 1,16812JKK =(∑Total Ulangan^2) 3,45596JKT =(0,112

+ 0,462+) 6,85009

JKG =JKT-JKK-JKP 2,22602KTK =JKK/DB K 1,15199KTP =JKP/DB P 0,58406KTG =JKG/DB P 0,371Fk =KTK/KTG 3,10506Fp =KTP/KTG 1,57427

Tabel 10. Sidik Anova Pengaruh Pemberian Berbagai Tingkat rasio Pakan Terhadap Bobot Ikan

Sumber Ragam

DB JK KT Fhit F0,5

Kelompok 3 3,455958 1,151986 3,105061 0,885783Perlakuan 2 1,168117 0,584058 1,574269 0,738719

Galat 6 2,226017 0,371003Total 11 6,850092

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pembahasan Tabel Anova % SR

Berdasarkan Tabel 7, hasil analisis ragam menunjukan bahwa laju kematian

ikan menunjukan perbedaan yang nyata dari perlakuan yang kita berikan

(penambahan aerasi, pemberian pakan, dan penyiponan). Hasil tersebut

memperlihatkan bahwa ikan nila sensitif terhadap lingkungan. Kematian ikan nila

juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

27

Ikan nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya

sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga dataran

tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai,

danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan nila dapat tumbuh secara

normal pada kisaran suhu 22-37 0C. Pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu

optimum bagi ikan nila adalah 25-30 0C. Pertumbuhan ikan nila biasanya

terganggu jika suhu habitatnya lebih rendah dari 14 0C ata pada suhu tinggi 38 0C.

Ikan nila akan mengalami kematian pada suhu 6 0C atau 42 0C (Amri dan

Khairuman 2002).

4.4.2 Pembahasan Tabel Anova Perkembangan Rata Rata Bobot Ikan

Berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA (Analisys Of Varians)

mengenai pengaruh pemberian pakan dengan berbagai persentase yaitu 1 %, 3 %,

dan 5 % dari bobot biomassa menunjukkan bahwa F hitung ulangan (Fk) > F 0,5

dan F hitung perlakuan > F 0,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata antar perlakuan dan ulangan pada taraf kesalahan 5 %.

Pemberian pakan dengan berbagai tingkat presentasi memberikan pengaruh

yang nyata terhadap laju pertumbuhan. Namun pertumbuhan tertinggi yaitu pada

pemberian pakan sebesar 3 % dari bobot tubuh yang diikuti dengan 5 % dan 1 %

dar biomassa ikan. Namun galat dalam praktikum ini cukup besar yaitu 2,2 karena

selama proses pengamatan selain pemberian pakan yang berpengaruh terhadap

laju pertumbuhan, terdapa faktor eksternal yang berpengaruh pula terhadap

pertumbuhan ikan yaitu kualitas air. Hal tersebut didukung oleh Effendie (1997)

yang menyatakan bahwa selai makanan faktor ekternal lain yaitu suhu perairan.

Selain itu, faktor kimia peraiarn apabila dalam keadaan ekstrim mempunyai

pengaruh hebat terhadap pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan fatal.

Diantaranya yaitu oksigen, karbon dioksida, hidrogen sulfida, keasaman, dan

alkalinitas yang akhirnya akan mempengaruhi makanan.

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan hasil yang bervariasi untuk

setiap perlakuan dan ulangan Perkembangan pertumbuhan ikan nila dari berbagai

ulangan cenderung meningkat. Perkembangan tertinggi yaitu perlakuan pemberian

pakan 3 % pada ulangan ketiga sebesar 2,97 gram.Sedangkan pertumbuhan

terendah yaitu pada perlakuan 3 % yaitu 0,11 gram. Hal tersebut menunjukkan

bahwa pakan yang diberikan dapat diterima oleh ikan sehingga menghasilkan

pertumbuhan.

Perubahan kematian ikan setiap minggunya bertambah. Oleh karena itu nilai

SR pun semakin mengecil setiap minggunya. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa hal. Pertama aerasi di akuarium percobaan ini tidak stabil, oleh karena

itu asupan oksigen terlarut menjadi berkurang. Kedua ikan percobaan stress saat

penimbangan bobot ikan, proses penimbangan dilakukan secara serentak satu

kelas dan seluruh ikan dengan neraca yang tersedia hanya satu. Ketiga pemberian

pakan tidak teratur, tidak sesuai jadwal. Keempat ada beberapa ikan di dalam satu

akuarium yang saling di adu, karena ikan yang di pakai adalah ikan nila yang

memiliki sifat mempertahan daerah kekuasaannya.

5.2 Saran

Praktikum ini cukup membantu mahasiswa untuk mengetahui bagaimana

suatu rancangan percobaan dalam penelitian dengan skala laboratorium. Namun

alangkah lebih baik lagi jika ditunjang dengan alat – alat yang memadai sehingga

praktikan tidak harus menunggu lama pada saat praktikum dilaksanankan dan

waktu yang terpakaipun akan lebih efektif.

28

DAFTAR PUSTAKA

Amri, K. dan Khairuman. 2002. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi.Agromedia. Jakarta.

Amri, K dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Anggriani, Ryan. dkk. 2012. Efektivitas Penambahan Bacillus sp. Hasil Isolasidari Saluran Pencernaan Ikan Patin pada Pakan Komersial TerhadapKelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah(Oreochromis niloticus). Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Padjadjaran.

Bliss, C.I., 1967. Statistics in Biology. Mc Graw Hill Book Co. New York

Boyd CE. 2004. Farm Level Issue in Aquaculture Certification : Tilapia. WWF-US. Auburn, Albama.

Brett, J. R. 1971. Satiation Time, Appetite and Maximum Food Intake of SocheyeSalmon (Onchorhyncus nerka). J. Fish. Bd. Canada, 28: 409 – 415.

Djarijah, A. S. 2002. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Kanisius. Yogyakarta.

Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

FAO Fisheries and Agriculture Department. 2006. State of the World’s Fisheries and Aquaculture. Rome, FAO Italy. 162p.

Kottwlat, M;A. J. Whitten; S. n. Kartikasari & S. Wirjoatmojo. 1993. Freshwater of Western Indonesia and Sulawesi. London : Periplus Edition.

Nutrient Requirement Council. 1983. Nutrient Requirement of Warmfishes and Shellfish. National Academy Press. Washington Dc. 71 hlm.

Nur Rachmawati, Farida. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila, Oreochromisniloticus, yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan Pemberian

Pakan Kembali. Fakultas Biologi Universitas Soedirman. Purwokerto.

Pratama, 2009. Morfologi Ikan Nila. Airlangga. Jakarta.

Pratiwi dkk .2011. Pengaruh Tingkat Pemberian Pakan Terhadap Laju Pertumbuhan dan deposisi Logam Berat Pada Ikan Nilem Di Karamba Jaring Apung Waduk IR. H Djuanda. Jurnal Akuatika Vol (II) No. 2.

Rahmawati, Rita. 2008. Penelusuran Keragaman Dalam Blok Pada Rancangan Acak Kelompok dengan Intergradien. Media Statistika, Vol. 1, No. 2, Desember 2008: 63-68.

29

30

Rukmana, R. 1997. Ikan Nila; Budidaya dan Prospek Agribisnis. Kanisius. Yogyakarta. 90 hlm.

Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, MuaraKarang dan Teluk Banten. Dalam : Foraminifera Sebagai BioindikatorPencemaran, Hasil Studi di Perairan Estuarin Sungai Dadap. Tanggerang(Djoko P. Praseno, Ricky Rositasari dan S. Hadi Riyono, eds.) P3O – LIPIhal 42 – 46.

Santoso, B. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kasinius. Yogyakarta.

Saputra, Eka. dkk. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Nila(Oreochromis niloticus) Selama Pemeliharaan dengan Padat TebarBerbeda di Lahan Pasang Surut Telang 2 Banyuasin. Program StudiAkuakultur Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang.

Setiawan, M. dan M. A. Suprayudi. 2003. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan IkanNila Merah (Oreochromis sp.) yang Dipelihara Pada Media Bersalinitas.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyo , S. 2006. Fisiologi Nila (Oreochromis niloticus). Kanisius. Jakarta. 64 hal

Sucipto Adi. 2007. Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis sp.). Direktorat Jendral Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Sukabumi. Sukabumi.

Suhenda, N., Z.I. Azwar, dan H. Djajasewaka. 2003. Kontribusi penelitian nutrisi dan teknologi pakan untuk mendukung usaha perikanan budidaya. Prosiding semi-loka aplikasi teknologi pakan dan peranannya bagi perkembangan usaha perikaan budidaya. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Hlm.:53-60.

Suhenda, N., E. Tahapari, J. Slembrouck, dan Y. Moreau. 2004. Retensi protein dan pemanfaatan energi pada benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) yang di beri pakan berprotein tinggi. J. Penelitian Perikanan Indonesia, 10(5):65-69.

Sugiarto. 1988. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta,105 hlm.

Supito, Kuntiyo, dan I. S. Djunaidah. 1998. Kaji pendahuluan pembesaran kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) di Tambak. Prosiding seminar teknologi perikanan pantai Bali. Perkembangan terakhir teknologi budidaya pantai untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol–Bali bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency JICA ATA. Hlm.:25-32.

Susilowati, Titik. dkk. 2012. Pengaruh Kedalaman Terhadap PertumbuhanRumput Laut (Eucheuma cottonii) yang Dibudidayakan dengan MetodeLongline di Pantai Milonggo, Kabupaten Jepara. Jepara.

Suyanto, S.R., 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 halaman.

31

Suyanto, R. 2008. Budidaya Ikan Nila. Penebar Swadaya. Jakarta.

Swingle, H. S. 1968. Standardization of Chemical Analysis for Water and PoundMuds. F. A. O. Fish, Rep. 44,4, 379 – 406 pp.

Yitnosumarto, S. 1993. Percobaan Perancangan, Analisis, dan Interpretasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Penimbangan Pakan Penimbangan Ikan

Lampiran 2. Hasil Dokumentasi Laporan Sementara Praktikum