laporan praktikum

Upload: liarudy

Post on 10-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

entalpi pelarutan

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA

ENTALPI PELARUTAN

Nama Praktikan: Handariatul MasrurohNIM: 121810301003Kelas/Kelompok: A/VIFak/Jurusan: MIPA/KIMIANama asisten: Linda Kartika

LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIAFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS JEMBERTAHUN 2014

BAB 1. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangWujud suatu zat dapat digolongkan menjadi padat, cair, dan gas. Ketiga wujud zat tersebut dapat diubah dengan memberikan panas atau dengan menyerap panas yang ada. Zat padat dapat diubah menjadi wujud cair dengan cara memberikan panas hingga mencapai titik lelehnya. Namun ketika suatu zat memiliki titik leleh yang tinggi maka ketika suhu diturunkan zat tersebut akan kembali menjadi padat. Selain itu, pelarutan juga dapat digunakan untuk mengubah zat padat menjadi berwujud cairan. Akuades merupakan pelarut yang paling umum digunakan unutk senyawa-senyawa polar.Proses pelarutan tidak selalu bisa melarutkan suatu zat secara keseluruhan. Terkadang proses pelarutan menyisakan kristal-kristal yang mengendap di bagian bawah wadah. Kristal yang mengendap tersebut merupakan kristal yang belum larut. Proses pelarutan umumnya suatu zat dibantu dengan memberikan panas atau meningkatkan temperatur dari pelarut. Panas yang diberikan atau panas yang dilepaskan dari suatu pelarutan zat dapat diukur menggunakan perubahan temperatur dan kemudian dapat dihitung perubahan entalpi pelarutan dari zat tersebut.Percobaan entalpi pelarutan ini akan memberikan gambaran mengenai pengaruh temperatur terhadap proses pelarutan suatu zat. Selain itu, gambaran tersebut diharapkan menambah pemahaman tentang pelarutan zat serta meningkatkan ketrampilan dalam melakukan percobaan mengenai entalpi pelarutan.

1.2 TujuanAdapun tujuan dari percobaan yang akan dilakukan adalah: Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas pelarutannya1.3 Tinjauan Pustaka1.3.1 Dasar TeoriEnergetika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam proses atau reaksi. Studi ini mencakup dua aspek penting yaitu penentuan atau perhitungan kalor reaksi dan studi tentang arah proses dan sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan. Bagian alam semesta yang dipilih untuk penelititan termodinamika disebut sistem, dan bagian alam semesta yang berinteraksi dengan sistem tersebut disebut dengan keadaan sekeliling lingkungan dari sistem. Perpindahan energi dapat berupa kalor (q) atau dalam beberapa bentuk lainnya secara keseluruhan disebut kerja. Perpindahan energi berupa kalor atau kerja yang mempengaruhi jumlah keseluruhan energi dalam sistem, yang disebut energi dalam (U) (Petrucci, 1996:194).Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung pada keadaan sistem. Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat, cair atau gas) selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul, bila sistem mengalami peristiwa mungkin akan mengubah energi dalam. Suhu naik menandakan bahwa partikel lebih cepat dan energi dalam bertambah (Syukri, 1999:74).Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan atau solute dan pelarut atau solvent misalnya, larutan gula dalam air, gula merupakan zat pelarut dan air sebagai pelarutnya, untuk larutan alkohol dalam air, tergantung zat yang banyak. Hal ini dapat dikatakan bahwa larutan air dalam alkohol atau alkohol dalam air. Larutan ada yang jenuh, tidak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan disebut jenuh pada temperatur tertentu, bila larutan tidak dapat melarutkan lebih banyak zat terlarut. Larutan tidak jenuh terjadi bila jumlah zat terlarut kurang dari ini dan bila lebih disebut lewat jenuh. Zat yang dapat membentuk larutan lewat jenuh adalah asam oksalat (Sukardjo, 1997 : 141-142). Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur dan tekanan. Zatzat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur (like dissolves like). Air dan alkohol bercampur sempurna (completely immiscible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immicible). Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Daya larut turun dengan naiknya temperatur bila panas pelarutan (H) negatif. Daya larut naik dengan naiknya temperatur bila panas pelarutan (H) positif. Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas (Sukardjo, 1997 : 142).Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja pada sebuah materi. Secara matematis, entalpi dapat dirumuskan sebagai berikut:H = U + PV (1)di mana: H = entalpi sistem (joule) U = energi internal (joule) P = tekanan dari sistem (Pa) V = volume sistem (m2) (Atkins, 2009: 44).Entalpi pelarutan atau panas pelarutan adalah panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan mol zat solute dalam mol solvent pada tekanan dan temperatur yang sama. Panas pelarutan didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi bila dua zat atau lebih zat murni dalam keadaan standar dicampur pada tekanan dan temperatur tetap untuk membuat larutan. Hal ini disebabkan adanya ikatan kimia dari atom - atom. Panas pelarutan dibagi menjadi dua yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Panas pelarutan disebabkan karena pembentukan ikatan kimia baru dari asam- asam pelarutan, perubahan gaya antara molekul tak sejenis dengan molekul sejenis jika berada pada tekanan dan temperatur tetap. Perubahan energi terkadang terjadi pada peristiwa pelarutan, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik-menarik antara molekul sejenis. Gaya ini jauh lebih kecil daripada gaya tarik pada ikatan kimia, sehingga panas pelarutan biasanya jauh lebih kecil daripada panas reaksi (Alberty, 1983:33-35).

1.3.2 Material Safety Data Sheet1.3.2.1 Asam OksalatAsam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH, merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat daripada asam asetat. Asam oksalat sebagai anion dikenal dengan oksalat yang juga sebagai agen pereduktor (Anonim, 2014). Asam oksalat mempunyai massa molar 126.07 g/mol (dihidrat), rupa putih, kepadatan dalam fase 1,90 g/cm (anhidrat) dan 1.653 g/cm (dihidrat), kelarutan dalam air 9,5 g/100 mL (15C), 14,3 g /100 mL (25C?), dan 120 g/100 mL (100C), dan titik didih sebesar 101-102C (dihidrat). Asam oksalat mempunyai toksisitas menengah bila terhirup ataupun tertelan. Asam ini juga bersifat korosif dan dapat menyebabkan luka bakar jika terkena kulit (Anonim, 2014).1.3.2.2 NaOHNatium hidroksida (NaOH) yang biasa disebut dengan soda api atau soda kaustik merupakan basa kuat. Natrium hidroksida akan membentuk larutan alkali yang kuat ketika dilarutkan dalam air. Dalam bidang industri senyawa ini digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu, kertas, tekstil, air minum, sabun, maupun deterjen. NaOH mempunyai massa molar 39,99 gram/mol dan berwujud kristal putih padat. Kristal NaOH bersifat mudah menyerap air atau uap air dalam keadaan terbuka (higroskopis). Massa jenis NaOH adalah 2,1 gram/cm3 pada wujud padat. Titik leleh dan titik didih dari natrium hidroksida berturut-turut adalah 318oC dan 1390oC. NaOH sangat larut dalam air hingga 111 gram/100 mL air pada suhu 20oC. Tingkat kebasaan (pKb) dari senyawa ini adalah -2,43. Natrium hidroksida tersedia dalam bentuk pellet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50 %. Senyawa ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Senyawa ini sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, dan senyawa ini juga larut dalam etanol dan methanol. Senyawa ini dapat menyebabkan luka bakar pada mata yang memu ngkinkan menimbulkan kebutaan atau menyebabkan kornea mata rusak. NaOH juga bisa menyebabkan luka bakar pada kulit. Ketika tertelan senyawa ini dapat menyebabkan gangguan perncernaan. Natrium hidroksida juga menyebabkan iritasi saluran pernapasan, susah bernafas, dan memungkinkan terjadinya koma (Anonim, 2014).1.3.2.3 Garam DapurGaram dapur merupakan suatu mineral yang sering dikonsumsi manusia. Garam dapur berasal dari kristalisasi air laut yang kemudian dibersihkan dan diberi beberapa kandungan mineral lain. Garam dapur sangat diperlukan bagi tubuh namun pengkonsumsian secara berlebih dapat menimbulkan penyakit tekanan darah tinggi. Garam dapur juga sering ditambahkan pada makanan sebagai bumbu. Garam yang ditambahkan iodium digunakan sebagai pencegah penyakit gondok. Garam dapur biasanya paling banyak mengandung garam natrium klorida atau NaCl. NaCl mempunyai massa molar 58,44 gram/mol. Kerapatan atau massa jenisnya adalah 2,16 gram/cm3.NaCl memiliki titik leleh 801oC dan titik didih 1465oC. Garam natrium klorida memiliki kelarutan dalam air sebesar 35,9 gram/100 mL air pada suhu 25oC. Natrium klorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi (Anonim, 2014).1.3.2.4 Indikator PPIndikator asam-basa (phenol ptalein) menunjukkan bahwa suatu larutan bersifat asam atau basa. Indikator PP mempunyai warna tertentu pada trayek pH/rentang pH tertentu yang ditunjukkan dengan perubahan warna indikator. Kalau indikator PP, merupakan indikator yang menunjukkan pH basa, karena dia berada pada rentang pH antara 8,3 hingga 10,0 (dari tak berwarna - merah pink). Ketika NaOH diberi fenoftalen, lalu warnanya berubah menjadi merah lembayung, maka trayek pH-nya mungkin sekitar 9-10. Senyawa ini dapat menyebabkan iritasi pada mata maupun kulit. Selain itu indikator PP tidak bersifat korosif pada kulit ataupun mata. Senyawa ini dapat menyebabkan mutagenik pada bakteri. Indikator PP akan beracun jika masuk ke dalam darah, sistem reproduksi, maupun liver. Pertolongan yang seharusnya dilakukan adalah segera membilas mata atau kulit yang terkena larutan ini dengan air bersih kurang lebih 15 menit.

BAB 2. METODE PRAKTIKUM2.1 Alat Termometer Buret 50 mL Erlenmeyer 250 mL Gelas ukur 250 mL Pipet volume Pengaduk gelas Tabung reaksi2.2 Bahan NaOH 0,5 N Indikator PP Asam oksalat Garam dapur

Asam Oksalat2.3 Prosedur Percobaan

dilarutkan dalam 100 ml akuades sedikit demi sedikit sampai keadaan jenuh dimasukkan larutan jenuh ke dalam tabung reaksi dilengkapi dengan termometer dan pengaduk, kemudian dimasukkan kedalam waterbath. diatur temperatur larutan asam oksalat dengan menggunakan es batu yang telah diberikan garam dapur untuk membantu proses penurunan temperatur 20C, 15C, 10C , 5C, 0C. diambil masing-masing 5 mL larutan asam oksalat pada setiap temperatur ke dalam masing-masing erlenmeyer ditambahkan indikator pp, kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,5 N yang sudah distandarisasi dilakukan duplo

Hasil

BAB 3. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA3.1 Hasil3.1.1 DataSuhu (oC)Pengulangan ke-1Pengulangan ke-2

Massa EMassa (E+L)V NaOHMassa EMassa (E+L)V NaOH

034,854 g39,713 g7,9 mL34,792 g39,619 g7,8 mL

535,215 g39,897 g8,7 mL34,479 g39,479 g8,9 mL

1034,822 g39,257 g11,15 mL34,924 g39,376 g9,90 mL

1534,925 g39,344 g12,7 mL35,267 g39,573 g12,6 mL

2034,849 g39,314 g14,6 mL34, 951 g39, 545 g 15,9 mL

3.1.2 GambarNo.SuhuGambar

10 C

25 C

310 C

415 C

520 C

3.2 Pengolahan DataSuhu(oC)Molaritas oksalat Mol OksalatMassa OksalatMassa LarutanMassa H2OMolalitas soluteMol SoluteS (g/mL)

00,39 M1,95mmol0,18 g4,843 g4,663 g0,42 m1,96 mol35,28

50,44 M2,2mmol0,20 g4,841 g4,641 g0,47 m2,18 mol39,24

100,54 M2,7mmol0,24 g4,444 g4,204 g0,64 m2,69 mol48,42

150,63 M3,15mmol0,28 g5,363 g5,083 g0,62 m3,15 mol56,7

200,76 M3,8mmol0,34 g4,530 g4,19 g0,91 m3,81 mol68,58

BAB 4. PEMBAHASAN

Praktikum yang dilakukan kali ini berjudul entalpi pelarutan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap suatu kelarutan dan untuk mengetahui panas kelarutannya. Entalpi pelarutan merupakan panas yang menyertai reaksi kimia pada pelarutan 1 mol zat terlarut dalam sejumlah pelarut. Entalpi pelarutan menyatakan perubahan entalpi pada pelarutan 1 mol zat untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar. Entalpi atau panas pelarutan pada tekanan dan temperatur tetap disebabkan karena pembentukan ikatan kimia baru dari asam-asam pelarutan, perubahan gaya antar molekul tak sejenis dengan molekul sejenis. Perubahan energi dapat terjadi pada peristiwa pelarutan, hal ini disebabkan adanya perbedaan gaya tarik pada ikatan kimia.Sampel yang akan ditentukan panas kelarutannya dalam percobaan kali ini adalah asam oksalat. Percobaan dimulai dengan pelarutan asam oksalat. Pelarutan ini dilakukan dengan melarutkan asam okaslat ke dalam 100 mL air sampai keadaan jenuh. Keadaan jenuh merupakan keadaan dimana pelarut tidak dapat melarutkan zat terlarut yang ditambahkan lagi, dalam keadaan ini tercapai suatu kesetimbangan dimana kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap dan konsentrasi zat akan selalu sama. Asam oksalat dapat terlarut dalam air karena karena kedua zat ini memiliki sifat yang sama, yaitu sama-sama polar. Suatu struktur zat pelarut akan mengelilingi komponen zat terlarut dalam larutan. Hal ini memungkinkan adanya interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil. Selama proses pelarutan, tarikan antarpartikel senyawa murni (asam oksalat) akan terpecah dan akan terbentuk tarikan antara partikel pelarut (air) dan partiket zat terlarut. Pelarutan asam oksalat tersebut dipercepat dengan proses pengadukan. Proses pengadukan ini menyebabkan partikel-partikel zat dalam larutan bergerak semakin tidak beraturan yang memungkinkan terjadinya kebersamaan partikel zat dalam larutan atau disebut dengan istilah homogen. Reaksi pelarutan asam oksalat dalam air ini merupakan rekasi endoterm. Hal ini ditandai dengan terasa dinginnya beaker. Banyaknya zat terlarut dalam suatu proses pelarutan akan berpengaruh pada konsentrasi larutan tersebut. Semakin banyak zat yang larut, maka konsentrasi larutan akan lebih tinggi, sebaliknya jika semakin sedikit zat terlarut yang terlarut maka konsentrasi larutan akan lebih rendah. Proses pelarutan asam oksalat sampai keadaan jenuh menghasilkan kristal-kristal asam oksalat saat temperatur larutan diturunkan dari suhu kamar. Jumlah kristal asam oksalat yang terlarut sangat dipengaruhi oleh suhu. Kelarutan asam oksalat akan semakin kecil dengan menurunnya suhu. Hal ini dapat diamati dengan melihat banyaknya kristal asam oksalat yang larut dalam air pada suhu-suhu yang bervariasi yaitu 0C, 5C, 10C, 15C, 20C. Jumlah krisal asam oksalat yang larut dalam air diamati dengan melakukan titrasi asam basa. Titrasi asam basa pada percobaan kali ini dilakukan dengan larutan NaOH. Volume NaOH yang dibutuhkan berbanding lurus dengan banyaknya kristal asam oksalat yang larut dalam air. Volume NaOH yang dibutuhkan seharusnya meningkat dengan semakin banyaknya kristal asam oksalat yang larut dalam air. Hal ini disebabkan karena banyaknya partikel yang larut berpengaruh pada konsentrasi larutan, sehingga semakin banyak kristal asam oksalat yang larut, semakin tinggi konsentrasi larutan dan akan semakin besar pula volume NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisasikan asam oksalat. Reaksi yang terjadi saat asam oksalat dititrasi dengan NaOH adalah:H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4 (aq) + 2H2O (l)Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator PP. Pemilihan indikator PP ini didasari oleh penyesuaian pH pada titik ekivalen dengan trayek pH phenolptalein. Pemilihan indikator harus sesuai agar titik ekivalen mudah teramati. NaOH merupakan basa kuat dan asam oksalat merupakan asam lemah, titrasi antara asam basa ini akan menghasilkan titik ekivalen pada pH basa. Indikator PP memiliki trayek pH 8-9,2, pada saat titik ekivalen tercapai warna larutan akan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda karena adanya indikator ini. Titrasi dihentikan saat perubahan warna ini terjadi. Molaritas dari asam oksalat akan diketahui setelah titrasi ini dihentikan. Hasil yang diperoleh dari percobaan telah yang dilakukan adalah pada suhu 0C sebesar molaritas asam oksalat yang diperoleh sebesar 0,39 M, pada suhu 5C molaritasnya sebesar 0,44 M, pada suhu 10C molaritasnya sebesar 0,54C, pada suhu 15C sebesar 0,63 M dan pada suhu 20C sebesar 0,76 M. Hasil menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu semakin besar pula konsentrasi larutan. Molaritas asam oksalat yang telah diketahui ini akan digunakan untuk menghitung unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menghitung kelarutan asam oksalat. Kelarutan asam yang diperoleh dari perhitungan yang telah dilakukan adalah pada suhu 0C kelarutan asam oksalat sebesar 35,28 g/mL, pada suhu 5C sebesar 39,24 g/mL, pada suhu 10C sebesar 48,42 g/mol, pada suhu 15C sebesar 56,7 g/mol dan pada suhu 20C sebesar 68,58 g/mol. Hasil ini menunjukkan bahwa kelarutan asam oksalat semakin meningkat dengan meningkatnya suhu. Hal ini sesuai dengan teori yang ada, yaitu kelarutan asam oksalat akan meningkat seiring dengan meningkatnya suhu.

Hubungan antara kelarutan asam oksalat dengan suhu dapat digambarkan oleh grafik berikut ini.

Grafik di atas dapat digunakan untuk menentukan panas pelarutan dari pelarutan asam oksalat dalam air. Persamaan umum dari grafik di atas adalah , dan rumus untuk mencari panas pelarutan adalah , di mana m merupakan kemiringan yang didapat dari rumus . Panas pelarutan yang didapatkan dari perhitungan adalah 1,66 J/mol.

BAB 5. PENUTUP5.1 KesimpulanKesimpulan yang dapat diambil dari percobaan yang telah dilakukan adalah kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, di mana semakin tinggi suhu semakin besar pula kelarutan suatu zat. Panas pelarutan dari pelarutan asam oksalat pada air sebesar 1,66 J/mol.

5.2 Saran Sebaiknya praktikan lebih teliti saat menentukan titik akhir dari titrasi. Sebaiknya praktikan lebih cekatan dalam melakukan penimbangan larutan pada suhu di bawah 25oC karena suhu larutan akan cepat berubah. Sebaiknya praktikan selalu menjaga kebersihan alat yang digunakan dalam percobaan khususnya alat untuk titrasi.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2011. Indikator PP. [Serial online].http://wikipedia.org/indikator_pp.html.[14 Maret 2014 pukul 09.01 WIB].Anonim. 2011. Garam Dapur .[Serial online]. http://wikipedia.org/garam_dapur.html. [14 Maret 2014 pukul 09.09 WIB].Alberty, R.A. 1983. Kimia Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.Material Safety Data Sheet. 2014. Asam Oksalat. [serial online]. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924120. Diakses 14 Maret 2014 pukul 08.57 WIB.Material Safety Data Sheet. 2014. Natrium Hidroksida. [serial online]. http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9924234. Diakses 14 Maret 2014 pukul 08.57 WIB.Petrucci, R.H. 1996. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Yogyakarta : Rineka CiptaSyukri,S. 1999. Termodinamika Kimia. Jakarta : ErlanggaTim Kimia Fisika. 2014. Penuntun Praktikum Termodinamika Kimia. Jember: FMIPA Universitas Jember.

LAMPIRANData:

Suhu (oC)Pengulangan ke-1Pengulangan ke-2

Massa EMassa (E+L)V NaOHMassa EMassa (E+L)V NaOH

034,854 g39,713 g7,9 mL34,792 g39,619 g7,8 mL

535,215 g39,897 g8,7 mL34,479 g39,479 g8,9 mL

1034,822 g39,257 g11,15 mL34,924 g39,376 g9,90 mL

1534,925 g39,344 g12,7 mL35,267 g39,573 g12,6 mL

2034,849 g39,314 g14,6 mL34, 951 g39, 545 g 15,9 mL

No.SuhuRata-rata pengulangan ke-1 dan ke-2

Massa erlenmeyerMassa (E+L)Massa V NaOH

10C34,823 g39,666 g7,85 mL

25C34,847 g39,688 g8,8 mL

310C34,873 g39,317 g10,7 mL

415C35,096 g39,459 g12,65 mL

520C34,900 g39,430 g15,25 mL

Perhitungan :1. Molaritas Asam Oksalata. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

2. Mol Asam Oksalata. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

3. Massa Asam Oksalata. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

4. Massa Larutana. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

5. Massa Pelaruta. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

6. Molalitas Solutea. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

7. Mol(n) Solutea. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

8. Kelarutan asam oksalata. Suhu 0C

b. Suhu 5C

c. Suhu 10C

d. Suhu 15C

e. Suhu 20C

9. Grafik hubungan kelarutan dan suhu

Besarnya panas pelarutan: