laporan prak.homeo 1a

25
Laporan Praktikum Homeopati Penyiapan simplisia, Pembuatan ekstrak & Skrining fitokimia Zingiber purpureum (Bangle) Farmasi 2010 A Kelompok 1 : Fatmah Syafiqoh 1110102000001 Yeyet Durotul Y 11101020000 Arsyadanie Syafiadli 11101020000 Auva Marwah Murod 1110102000075 Yusna Fadliyah 11101020000 Suchinda Fer 11101020000 Mayta Ravika 11101020000 Lu’luatil Hayati 11101020000 Luther Pindo 11101020000 PENYIAPAN SIMPLISIA

Upload: ameellia-phobiia-diplopoda

Post on 25-Oct-2015

115 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Prak.homeo 1A

Laporan Praktikum Homeopati

Penyiapan simplisia, Pembuatan ekstrak & Skrining fitokimiaZingiber purpureum (Bangle)

Farmasi 2010 A

Kelompok 1 :Fatmah Syafiqoh

1110102000001Yeyet Durotul Y 11101020000Arsyadanie Syafiadli 11101020000

Auva Marwah Murod 1110102000075Yusna Fadliyah 11101020000Suchinda Fer 11101020000Mayta Ravika 11101020000Lu’luatil Hayati 11101020000

Luther Pindo 11101020000

PENYIAPAN SIMPLISIA

TUJUAN

Page 2: Laporan Prak.homeo 1A

Praktikan menyiapkan simplisia yang selanjutnnya akan dijadikan ekstrak, distandarisasi dan

di uji aktifitas farmakologisnya.

DASAR TEORI

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia dibedakan menjadi 3 macam :

1. Bahan nabati, flora, tumbuhan

2. Bahan hewani, fauna

3. Bahan pelikan, mineral

1. Bahan nabati

Berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat. EKSUDAT, isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau

zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanaman .

2. Bahan hewani

Berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan

dan belum berupa zat kimia murni.

3. Bahan pelikan

Berupa pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa zat kimia murni

Tiga konsep penyusun parameter standar mutu

Page 3: Laporan Prak.homeo 1A

1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga parameter

mutu umum suatu bahan yaitu :

Identifikasi

Kemurnian ( bebas dari kontaminasi kimia dan biologis )

Aturan penstabilan ( wadah, penyimpanan dan transportasi )

2. Bahan simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap

diupayakan memilki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu

Quality

Safety

Efficacy

3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab

terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi

komposisi ( jenis dan kadar ) senyawa kandungan

SUMBER SIMPLSIA

1. TUMBUHAN LIAR

- Kerugian: a. umur dan bagian tanaman

b. jenis (species)

c. lingkungan tempat tumbuh

- Keuntungan : ekonomis

2. TANAMAN BUDIDAYA (tumpangsari, TOGA, perkebunan)

- Keuntungan : a. bibit unggul

b. pengolahan pascapanen

c. tempat tumbuh

- Kerugian : a. tanaman manja

b. residu pestisida

DASAR PEMBUATAN SIMPLISIA

Page 4: Laporan Prak.homeo 1A

Cara pengeringan : - waktu

- suhu

- perajangan

Proses fermentasi: - harus tepat waktu

Proses khusus : - penyulingan

- pengentalan eksudat

- pengeringan sari air

Proses pembuatan memerlukan air :

- pati

- talk

Catatan: air harus bebas racun serangga, kuman patogen, logam berat, dll

PEMBUATAN EKSTRAK

TUJUAN

Praktikan membuat ekstrak dari simplisia yang nantinya akan dilakukan standarisasi dan

beberapa pengujian farmakologis.

DASAR TEORI

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan

menggunakan pelarut. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan cara ekstraksi tanaman

obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi yang tertentu

pula.

Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ekstrak yang diperoleh sesudah

pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micela”. Micella ini dapat diubah

menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair dan tinktura atau sebagai produk atau

bahan antara yang selanjutnya dapat diproses menjadi ekstrak kering (Agoes.G, 2007 )

Cara ekstraksi kandungan kimia dari tumbuhan dapat dibedakan atas :

Page 5: Laporan Prak.homeo 1A

I. Cara ekstraksi tradisional

A. Dengan menggunakan pelarut organik

1. Maserasi

2. Sokletasi

3. Perkolasi

B. Dengan menggunakan pelarut air

1. Dekokta

2. Infusa

3. Destilasi uap

II. Cara ekstraksi modern

1. Ekstraksi ultrasonik

2. Ekstraksi dengan bantuan radiasi microwave

3. Ekstraksi fluida super kritikis

a. Metode maserasi

Maserasi adalah proses penyarian senyawa dari simplisia tumbuhan cara dingin dengan

mengguanakan metode perendaman. Cara kerjanya adalah sampel yang telah dihaluskan dengan derajat

kehalusan tertentu direndam dalam suatu bejana yang tertutup dan terlindung dari cahaya matahari langsung

selama lebih kurang 1-2 hari. Perendaman biasanya dilakukan sebanyak 2 kali perulangan, dimaksudkan agar

proses perendaman dapat menyari kandungan kimia tumbuhan dengan sempurna. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk

kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi

antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel, maka larutan yang terpekat akan terdesak keluar dan diganti

oleh cairan penyari yang lain. Peristiwa tersebut berulang hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara

larutan di luar sel dan di dalam sel.

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan

yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen

kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan

penyariannya kurang sempurna.

b. Metode sokletasi

Page 6: Laporan Prak.homeo 1A

Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan

dalam selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa,cairan penyari dipanaskan

dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi

molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari zat aktif di dalam

simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun

kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna

ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi

telah mencapai 20-25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan

Adapun keuntungan dari proses sokletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap

panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah

jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi.

c.    Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia

yang telah dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan

dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari

dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif

dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah

disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya,

dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke bawah.

SKRINING FITOKIMIA

TUJUAN

Praktikan mengetahui golongan senyawa yang terkandung di dalam sampel tanaman uji.

DASAR TEORI

Skrining fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan

langkah awal dan salah satu pendekatan yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan

obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat

menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu.

Maka dari itu, metode uji fitokimia merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode uji

Page 7: Laporan Prak.homeo 1A

fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat

dilakukan di lapangan atau di laboratorium.

Skrining fitokimia merupakan analisis kualitatif terhadap senyawa-senyawa metabolit

sekunder. Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder yang

berperan dalam aktivitas biologinya. Senyawa-senyawa tersebut dapat diidentifikasi dengan

pereaksi-pereaksi yang mampu memberikan ciri khas dari setiap golongan dari metabolit

sekunder (Harborne, 1987). Skrining atau penapisan fitokimia memberikan informasi yang

dapa digunakan untuk keperluan sumber bahan yang mempunyai nilai ekonomi lain seperti

sumber tanin, minyak untuk industri, sumber gum dll.

Berbagai metode yang dapat digunakan untuk identifikasi metabolit sekunder yang terdapat

pada suatu ekstrak antara lain:

a. Identifikasi senyawa fenolik

Identifikasi adanya senyawa fenolik dalam suatu cuplikan dapat dilakukan   dengan pereaksi

besi (III) klorida (FeCl3) 1% dalam etanol. Adanya senyawa fenolik ditunjukkan oleh

timbulnya warna hijau, merah ungu, biru atau hitam yang kuat (Harborne, 1987).

b. Identifikasi senyawa golongan saponin (steroid dan terpenoid)

Saponin  adalah  suatu  glikosida  yang  larut  dalam  air  dan  mempunyai karakteristik dapat

membentuk busa bila dikocok. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Karakteristik

dapat membentuk busa bila dikocok, serta   mempunyai kemampuan menghemolisis sel darah

merah. Saponin mempunyai toksisitas yang tinggi. Berdasarkan strukturnya, saponin dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu saponin yang mempunyai rangka triterpenoid dan yang

mempunyai rangka stetorid. Berdasarkan  pada  strukturnya  saponin  akan  memberikan

reaksi warna yang khas dengan pereaksi Liebermann-Buchard (LB) (Harbone, 1987).

c. Identifikasi senyawa golongan alkaloid

Alkaloid   merupakan   senyawa   nitrogen   yang   sering   terdapat   dalam tumbuhan. Atom

nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid umumnya merupakan atom nitrogen sekunder

ataupun tersier. Salah satu pereaksi untuk mengidentifikasi adanya alkaloid adalah

menggunakan pereaksi Dragendorff dan pereaksi Mayer (Harborne, 1987).

d. Identifikasi golongan antraquinon

Page 8: Laporan Prak.homeo 1A

Antrakuinon merupakan suatu glikosida yang  di dalam tumbuhan biasanya terdapat sebagai

turunan antrakuinon terhidloksilasi, termitilasi, atau terkarboksilasi. Senyawa antrakuinon

dapat bereaksi dengan basa memberikan warna ungu atau hijau (Harborne, 1987).

PENYIAPAN SIMPLISIA

ALAT

Tampah

Pisau

Koran

Blender

Oven

BAHAN

Tanaman bangle segar

PEMBUATAN EKSTRAK

ALAT

Becker glass

Erlenmeyer

Spatula

Botol gelap

Seperangkat alat vacuum rotary evaporator

Kertas saring

BAHAN

TanamanBangle segar

Methanol

SKRINING FITOKIMIA

Page 9: Laporan Prak.homeo 1A

ALAT dan BAHAN

Bahan

- Plat KLT

- Etanol 70%

- Kloroform

- Kloroform amoniak

- H2SO4 2 N

- Serbuk Mg

- HCl pekat

- Eter

- Asetat anhidrat

- H2SO4 pekat

- FeCl3

- Reagen Mayer

- Reagen Drogendorf

Alat

- Lampu uv

- Tabung reaksi

- Kaps

- Plat tetes

- Pipet tetes

PENYIAPAN SIMPLISIA

CARA KERJA

1. PenyiapanSimplisia

a. Pengumpulan bahan baku

Rimpang bangle dicabut, dibersihkan dari akar,dipotong melintang dengan ketebalan

tertentu

b. Sortasi Basah

Memilih rimpang bangle yang masih segardan membuang bangle yang sudah tua dan

agak layu

c. Pencucian

Mencuci bangle yang sudah disortir dengan air bersih dan mengalir

d. Perajangan

Merajang kasar semua bagian bangle

e. Pengeringan

Hasil rajangan ditempatkan pada nampan dan diberi jarak, lalu dijemur

f. Sortasi kering

Page 10: Laporan Prak.homeo 1A

PEMBUATAN EKSTRAK

CARA KERJA

a. Serbuk simplisia yang telah dihaluskan ditimbang dan selanjutnya dimasukkan

kedalam botol gelap dan kemudian ditambahkan pelarut methanol sampai serbuk

simplisia terendam dan terdapat lapisan pelarut setebal 2,5 cm diatas serbuk simplisia

b. Tutup botol dan lakukan maserasi simpisia selama 3 hari sambil sesekali diaduk ,

ulangi sebanyak 2 kali

c. Setelah proses maserasi selesai, hasil maserasi disaring dengan menggunakan kertas

saring yang dipasang diatas corong sehingga didapatkan filtrate, selanjutnya filtrate

yang dihasilkan disaring lagi dengan kertas saring.

d. Filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan pelarutnya dengan menggunakan penguap

putar vakum (vacuum rotary evaporator) sampai didapatkan ekstrak kental

e. Ekstrak kental yang didapatkan ditimbang. Memilih rimpang bangle yang sudah

dikeringkan dan membuang jika terdapat bangle yang busuk

g. Penggilingan

Menggiling bangle yang telah disortir didalam blender sampai halus, lalu dikeringkan

dalam oven

SKRINING FITOKIMIA

CARA KERJA

1. Uji alkaloid

Dengan plat KLT, dimana pada plat ditotolkan ekstrak, allu disemprotkan dengan reagen

Droendorf. Apabila ada noda yang naik yang memberikan perubahan warna menjadi orange

atau merah, diduga positif alkaloid. Ekstrak ditambahkan 10 mL kloroform amoniak 0,05N,

digerus. Saring dengan kapas, lalu ambil dengan pipet dan masukkan kedalam tabung reaksi

besar, tambahkan 5 mL asam sulfat 2 N, lalu dikocok. Lapisan asam diambil dan dimasukkan

kedalam tabung reaksi kecil, lalu ditambahkan satu tetes reagen Mayer. Apabila terbentuk

endapan putih, berarti positif alkaloid.

2. Uji flavonoid

Page 11: Laporan Prak.homeo 1A

Ekstrak ditambahkan serbuk Mg, lalu ditambahkan HCl pekat. Apabila terbentuk warna

oarange, merah atau kuning berarti positif flavonoid

3. Uji terpenoid dan steroid

Ekstrak dimasukkan sedikit dalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sediki eter

Lapisan eter diambil lalu diteteskan pada plat tetes, dan biarkan sampai kering. Setelah keing,

tambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan satu tetes asam sulfat pekat. Apabila kuning

berarti positif terpenoid. Tetapi apabila terbentuk warna hijau berarti positif steroid

4. Uji fenolik

Sejumlah kecil ekstrak dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit

eter. Lapisan eter keringkan pada plat tetes, ditambahkan larutan FeCl3. Terbentuk warna

ungu biru berarti positif fenolik

5. Uji saponin

Lapisan air pada fraksi diatas diambil, lalu diocok vertikel. Apabila terbentuk busa stabil

selama 10 menit berarti positif saponin.

HASIL PENGAMATAN SKRINING FITOKIMIA

pengujian parameter hasil Keterangan

Uji alkaloid

(plat KLT)

Oranye atau merah + Larutan berwarna

orange

Uji flavanoidOranye,merah atau

kuning+

Larutan berwarna

orange

Uji tepenoid &

steroid

Terpenoid=Oranye,mer

ah

Steroid =hijau

-

Larutan berwarna

hitam gelap

Uji fenolik Biru atau ungu - Larutan berwarna

hitam gelap

Uji saponin Busa stabil ±10 menit + Busa larutan stabil

Page 12: Laporan Prak.homeo 1A

selama 10 menit

FOTO

Uji alkaloid menggunakan plat KLT UjiFlavanoid

Uji Terpenoid dan Steroid Uji Fenolik Uji Saponi

PEMBAHASAN

Page 13: Laporan Prak.homeo 1A

Pada praktikum kali ini kami melakukan tahapan pertama dalam mempersiapkan

ekstrak terstandar yaitu penyiapan simplisa. Simplisia yang kelompok kami gunakan adalah

rimpang bangle (Zingiber cassumunar Roxb) . Tahapan dari penyiapan simplisia terdiri dari 8

tahap . Tahap pertama adalah pengumpulan bahan, dimana pada tahap ini kami mendapatkan

sample dengan membelinya di pasar Ciputat sebanyak 3 kg . Bagian tanaman yang digunakan

adalah rimpang tanaman Bangle, yang sudah dicabut kemudian dibersihkan dari akarnya.

Menurut literatur, masa panen rimpang bangle yaitu 10 bulan tetapi untuk sampel kami ini,

kami tidak mengetahui masa panen dari Bangle yang kami beli. Tahap kedua adalah

melakukan sortasi basah yang dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari simplisa seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah

rusak, dan pengotor lainnya.

Tahap ketiga yaitu pencucian, mencuci sampel dengan menggunakan air bersih yang

mengalir sambil dibersihkan dari pengotor yang masih menempel dirimpang dan pastikan

tidak ada kotoran yang tertinggal. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan

pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Tahap ke empat adalah melakukan

perajangan. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan

bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan. Perajangan dapat

dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipas

atau potongan dengan ukuran yang dikehendali. Pada praktikum ini kami merajangnya

dengan memotongnya menjadi bagian kecil lalu kami blender agar simplisia kami lebih kecil

lagi. Semakin tipis bahan yang di keringkan semakin cepat proses penguapan air pada

rajangan, sehingga mempercepat proses pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis

juga akan menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap

seperti minyak atsirinya sehingga mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan.

Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah.Penjemuran yang kami

lakukan kurang lebih selama 1 minggu dan penjemurannya tidak terkena matahari langsung.

Tahap kelima yaitu proses pengeringan. Tujuan pengeringan adalah untuk

mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak dan tercemar mikroba, sehingga dapat

disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan

reaksi enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia serta dengan

berkurangnya kandungan air maka akan mencegah bakteri tumbuh di simplisia. Pengeringan

kami lanjutkan dengan memasukkan rajangan ke dalam oven pada suhu 400-500C selama

kurang lebih 4 hari. Panduan pengeringan ini kami dapatkan berdasarkan jurnal

Page 14: Laporan Prak.homeo 1A

“Phagocytosis Effectivity Test of Phenylbutenoid Compounds Isolated from Bangle

(Zingiber cassumunar Roxb.) Rhizome “.

Tahap selanjutnya yaitu pengepakan, tetapi kami tidak melakukan pengepakan karena sampel

yang sudah kami keringkan dengan oven langsung kami beri perlakuan selanjutnya yaitu di

maserasi dengan metanol. Tetapi berdasarkan literatur untuk pengepakan Bangle sebagai

berikut :

Kondisi

Pengemasan

Detail

Metode

Pengepakan

Pengepakan kedap udara, atau pengepakan yang

sesuai untuk transportasi jarak jauh.

Pengepakan

bagian luar

Penutup kemasan disesuaikan menurut beratnya.

Dikepak dengan kotak karton yang kuat atau dalam

drum, yang dikemas dengan tali pengikat atau

terbungkus besi pengikat.

Alas Kemasan Food Grade Cover PE,2-Layered material.

Jenis

Pengemasan per

unit

Vacuum Packing.,Eco-friendly QS certified.

Bahan Kemasan

Tiap Unit

Di bagian dalam:digunakan QS Certified Self Lock

PE Bag, or QS Certified Vacuum Bag.

Penutup digunakan 3-layer/4-layer Pure Alumnium

Foil Bag.

Metode

Penyegelan

Vacuum heat sealing.

Tahap berikutnya yaitu Penandaan kemasan, Kemasan diberi label yang ditulis

dengan bahan yang aman yang tidak luntur, data mudah terbaca dengan isi minimal sebagai

Page 15: Laporan Prak.homeo 1A

berikut: Jenis/varietas, Kadar air, Tanggal panen, Masa kadaluarsa. Penanda kemasan ini

tidak juga kami lakukan.

Tahap selanjutnya adalah penyimpanan simplisia. Penyimpanan simplisia dapat

dilakukan  di suhu ruangan, terlindung dari cahaya, ruang tempat penyimpanan juga harus

bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama

menyukai udara yang lembab dan panas. Untuk kelembabab udara sebaiknya diusahakan

serendah mungkin (650C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara

yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan

baik dalam bentuk segar maupun kering. Tahap terakhir dari penyiapan simplisia yaitu

pemeriksaan mutu. Simplisia yang bermutu adalah simplisia yang memenuhi persyaratan

Farmakope Indonesia, Materia medika indonesia. Berdasarkan Farmakope Indonesia edisi IV

pemeriksaan mutu terdiri dari penetapan kadar abu, penetapan kadar abu yang tidak larut

asam, penetapan serat kasar, penetapan kadar minyak atsiri, dan penetapan kadar air.

Salah satu pendekatan untuk penelitian tumbuhan obat adalah penapis senyawa kimia yang

terkandung dalam tanaman. Cara ini digunakan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan

berdasarkan golonganya. Sebagai informasi awal dalam mengetahui senyawa kimia apa yang

mempunyai aktivitas biologi dari suatu tanaman.

Padapraktikum Homeopathy semester ini, kami menggunakan ekstrak tanaman

Bangle (Zingeberpurpureum). Menurut literature yang kami dapatkan Rimpang bangle

(Zingiberpurpureum) atau disebut juga bangle merupakan bahan alami yang dapat digunakan

untuk mengatasi penyakit cacing (SYAMSUHIDAYAT dan HUTAPEA, 1994). Tanaman

yang telah dikeringkan mempunyai efek antielmintik yang cukup kuat terhadap cacing gelang

pada manusia (Ascarislumbricoides) (BADAN PENELITIAN dan PENGEMBANGAN

KESEHATAN, 1987). Bangle mengandung minyak atsiri (sineol, pinen), damar, pati,

tanin,saponin, flavonoid, lemak, mineral, resin, albumin, serat, abu, alkohol, keton, terpen,

gula (DEPARTEMENKESEHATAN, 1989).Bangle sering digunakan untuk mengobati

demam, sakitkepala, batuk berdahak, nyeri perut, masuk angin, sembelit, sakit kuning,

cacingan, rheumatik, ramuan jamu pada wanita setelah melahirkan untuk mengecilkan perut

dan obat untuk ketombe.Daun yang digunakan untuk mengobati tidak nafsu makan (ANON.,

1977; DEPARTEMENKESEHATAN,1989).

Page 16: Laporan Prak.homeo 1A

Setelah menyiapkan sampel, kami melakukan ekstraksi dengan merendam/maserasi

menggunakan methanol sampai seluruh ekstrak terendam 2,5 cm. Maserasi dilakukan untuk

memisahkan zat-zat pada sampel sesuai kepolaranya. Setelah dimaserasi selama 5 hari, kami

melakukan evaporasi untuk memisahkan ekstrak dengan pelarutnya. Kami melakukan proses

maserasi dan evaporasi dua kali, karena sampel yang digunakan sebanyak 30 kg. Dan

ekstrak yang didapat 13,36 mg.

Hasil ekstrak itu kami uji dengan berbagai uji untuk mendeteksi adanya golongan

senyawa alkaloid, flavonoid, fenolat, tannin, saponin, kumarin, quinon, dan steroid/terpenoid.

Uji pertama adalah uji alkaloid, pada uji ini dilakukan menggunakan 2 cara :menggunakan

plat KLT dan metode Culvenorfitzgerald. Uji alkaloid menggunakan plat KLT, dimana pada

plat ditotolkan ekstrak, lalu disemprotkan dengan reagen Drogendorf. Parameternya adalah

apabila ada noda yang naik yang memberikan perubahan warna menjadi orange atau merah,

diduga positif alkaloid. Hasil yang didapat adalah ekstrak rimpang Bangle berubah warna

menjadi orange, sehingga dapat dikatakan pada tanaman Bangle terdapat senyawa golongan

alkaloid.Sedangkan uji alkaloid mengunakan metode Culvenorfitzgerald pada sampel bangle

yang sudah dilakukan ekstraksi adalah dengan cara menambahkan kloroform amoniak 0,05 N

sebanyak 2 ml, setelah itu sampel ditambah menggunakan 2 ml asam sulfat 2N, lalu dikocok.

Hasil yang didapatkan adalah terbentuknya endapan putih pada saat penambahan reagen

Meyer. Menurut literature, hasil yang didapatkan tersebut sesuai dengan parameter yang

menunjukkan adanya senyawa alkaloid pada uji ini.

Pengujian selanjutnya adalah Uji Flavonoid, ekstrak ditambahkan Mg, lalu

ditambahkan HCl pekat. Apabila terbentuk warna orange, merah atau kuning berarti positif

flavonoid.Hasil percobaan pun menunjukkan bahwa ekstrak rimpang bangle mengandung

flavonoid, dengan menunjukkan perubahan warna saat dilakukan hal seperti diatas.

Pengujians elanjutnya adalah Uji Terpenoid dan steroid. Pengujian dilakukan dengan

memasukkan ekstrak kedalam tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan

eter diambil lalu ditetes kan pada plat tetes, dan biarkan sampai kering. Setelah kering,

ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat atau satu tetes asam sulfat pekat. Apabila terbentuk

warna orange, merah atau kuning berarti positif terpenoid. Tetapi apabila terbentuk warna

hijau berarti positif steroid. Hasil yang kita dapatkan dari pengujian sampel dengan uji

terpenoid dan steroid ini adalah terbentuk warna hitam gelap, sehingga dapat dikatakan

bahwa ekstrak Bangle tidak mengandung terpenoid maupun steroid.

Page 17: Laporan Prak.homeo 1A

Pengujian selanjutnya adalah uji fenolik, sejumlah kecil ekstrak dimasukkan kedalam

tabung reaksi kecil, lalu dikocok dengan sedikit eter. Lapisan eter keringkan pada plat tetes,

lalu ditambahkan larutan FeCl3, terbentuklah warna biru berarti positif fenolik, Namun

sampel rimpang bangle tidak memberikan warna itu saat dilakukan uji ini, sehingga dapat

dikatakan Bangle tidak mengandung fenol.

Uji saponin dilakukan dengan mengambil lapisan air pada fraksi diatas, lalu di kocok

vertical. Apabila terbentuk busa yang stabil selama 10 menit, berarti senyawa tersebut

mengandung saponin. Dan ekstrak rimpang Bangle juga melakukan teknik penelitian seperti

itu, dan diadapat hasil yang sama dengan parameter positif pada uji ini. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa rimpang Bangle mengandung saponin.

Dari hasil seluruh pengujian skrining fitokimia, dapat disimpulkan bahwa rimpang

Bangle mengandung alkaloid, flavonoid, dan saponin.

KESIMPULAN

Dari hasil skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak bangle dengan pelarut

metanol, dapat disimpulkan bahwa rimpang Bangle memberikan hasil positif terhadap uji

alkaloid, flavonoid, dan saponin, sehingga rimpang Bangle diduga mengandung ketiga

senyawa tersebut.

Page 18: Laporan Prak.homeo 1A