laporan populasi

46
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yangmendiami su atu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yangwalaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Widjaja, 1987). Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan.Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.Untuk itu biasa

Upload: andreasrambakila

Post on 14-Jan-2017

436 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan populasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama

jenis(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik)

yangmendiami su atu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik

yangwalaupun paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik

kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Widjaja, 1987).

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam

dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan

volume atau persatuan penangkapan.Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk

menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan

komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat.Untuk itu biasa digunakan

kepadatan relatif.Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan

suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit

tersebut.Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Widjaja,

1987).

Semua makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain,

baik individu dalam satu populasinya atau individu-individu dari populasi

lain. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita.Interaksi antar organisme

dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. Interaksi

antarorganisme dapat dikategorikan sebagai berikut (Widjaja, 1987).

Page 2: Laporan populasi
Page 3: Laporan populasi

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

a) Menggunakan model untuk meneliti bagaimana suatu populasi dapat tumbuh.

b) Mempelajari suatu komunitas, mengumpulkan data sebanyak mungkin

selama  waktu dan kesempatan memungkinkan. Kemudian memeriksa hubungan

antara masing-masing spesies, agar dapat memperkirakan urutan mana yang

paling penting dan untuk mengetahui struktur komunitas itu.

I.3 Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakn pada hari selasa tanggal 15 April 2015 pukul

08.00-11.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar.Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,

Makassar.Percobaan ini dilaksanakan di luar ruangan, di halaman fakultas Pertanian.

Page 4: Laporan populasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada kenyataannya, makhluk hidup tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik

itu makhluk hidup lainnya (biotik) maupun makhluk tak hidup (abiotik).Dengan

interaksi antara kedua komponen tersebut, ekosistem akan selalu tumbuh berkembang

sehingga menimbulkan perubahan ekosistem (Herni, 2009).

Di dalam lingkungan terjadi interaksi kisaran yang luas dan kompleks.Ekologi

merupakan cabang ilmu biologi yang menggabungkan pendekatan hipotesis deduktif,

yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis

dari fenomena-fenomena ekologis (Widjaja, 1987).

Ekologi mempunyai tingkatan pengkajian yaitu unsure biotik dan

abiotik.Lingkungan meliputi komponen abiotik seperti suhu, udara, cahaya, dan

nutrient. Yang juga penting pengaruhnya kepada organisme adalah komponen biotik

yakni semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu

(Caudill, 2000).

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal

balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan antara komponen komponen

tersebut terjadi pengambilan dan perpindahan energi, daur materi, dan produktivitas

(Risa, 2009).

Satuan makhluk hidup dalam ekosistem dapat berupa individu, populasi, atau

komunitas.Individu adalah makhluk tunggal. Contohnya: seekor kelinci,seekor

serigala, atau individu yang lainnya. Sejumlah individu sejenis (satu species) pada

Page 5: Laporan populasi

tempat tertentu akan membentuk Populasi. Contoh : di padang rumput hidup

sekelompok kelinci dan sekelompok srigala. Jumlah anggota populasi dapat

mengalami perubahan karena kelahiran, kematian, dan migrasi (emigrasi dan

imigrasi).  Sedangkan komunitas yaitu seluruh populasi makhluk hidup yang hidup di

suatu daerah tertentu dan diantara satu sama lain saling berinteraksi. Contoh: di suatu

padang rumput terjadi saling interaksi antar populasi rumput, populasi kelinci dan

populasi serigala. Setiap individu, populasi dan komunitas menempati tempat hidup

tertentu yang disebut habitat (Widjaja, 1987).

            Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.

Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang

merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat

disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Herni, 2009).

Populasi terbentuk dari kelompok individu dengan spesies yang sama atau

kelompok yang terbiak antar kadang. Karena spesies itu kebersamaannya sebagai

kelompok terpelihara oleh pembiakan antar-kadang,dengan pertukaran gen atau

faktor keturunannya, maka spesies tersebut dikatakan mempunyai kelompok gen

yang sama. Spesies itu mungkin membentuk kelompok nisbi terpisah-pisah yang

terdiri dari populasi setempat. Spesies yang sama itu bisa saja memiliki lebih dari satu

populasi setempat yang masing-masing telah menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Perbedaan kecil dalam penyesuaian antar populasi merupakan dasar

untuk seleksi alam dan untuk perubahan secara evolusi (Yanney, 1990).

Populasi organisme pada suatu daerah tidaj akan tetap dari waktu ke waktu

berikutnya. Jika jumlaah populasi suatu jenis berubah, kepadatan populasinya juga

Page 6: Laporan populasi

akan berubah. Ada beberapa hal yang mempengaruhi perubahan kepadatan populasi

organisme pada suatu daerah yaitu (Risa, 2009).:

1. Natalitas (Angka Kelahiran)

Natalitas atau angka kelahiran adalah angka yang menunjukkan jumlah

individu baru yang menyebabkan populasi bertambah per satuan waktu.Dengan

demikan, meningkatnya natalitas merupakan faktor pendorong meningkatnya

pertumbuhan populasi.

2.   Mortalitas

Mortalitas atau angka kematian adalah angka yang menunjukkan jumlah

pengurangan individu per satuan waktu.Terjadinya kematian merupakan salah satu

faktor utama yang mengontrol ukuran suatu populasi.Apabila natalitas lebih besar

dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya meningkat.Apabila natalitas lebih

kecil dari pada mortalitas, pertumbuhan populasinya menurun.

3.   Migrasi (Imigtasi dan Emigrasi)

Migrasi adalah kedatangan individu baru dari tempat lain, sedangkan emigrasi

adaalah kepergian/ pindah ke tempat lain. Apabila luas suatu daerah tetap dan

jumlahnya individu yang datang lebih besar daripada yang pergi maka kepadatan

populasi akan mengecil. Pada suatu daerah yang tersedia cukup ruang dan makanan

akan cenderung mendorong bertambahnya jumlah individu. Hal itu akan

meningkatkan jumlah populasi sekaligus meningkatkan kepadatan populasi.

Meningkatnya jumlah populasi organisme pada suatu daerah akan menyebabkan

terjadinya pertumbuhan populasi. Pertumbuhan populasi akan terus berlangsung

selama lingkungan mampu menunjang kehidupan. Apabila populasi sudah mencapai

Page 7: Laporan populasi

titik maksimum atau melebihi daya dukung lingkungan akan menurun. Populasi

organisme pada suatu ekosistem senantiasa mengalami perubahan.Perubahan tersebut

ada yang tampak jelas dan ada pula yang tidak jelas. Pada ekosistem darat, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan populasi, di antaranya adalah

(Suwarno, 2009) :

1.   Perubahan suhu

  Setiap organisme hanya dapat hidup dengan baik pada suhu tertentu. Apabila

suhu lingkungannya berubah lebih tinggi atau lebih rendah dari pada suhu yang

diperlukan, akan menimbulkan gangguan kehidupan organisme tersebut. Hal itu

terbukti dengan adanya migrasi hewan yang hidup pada daerah yang mengalami

pergantian iklim, yaitu di daerah subtropis.

2.   Kadar air tanah dan curah hujan

  Tidak ada satu pun jenis makhluk hidup yang tidak memerlukan air untuk

aktivitas kehidupannya. Oleh karena itu, perubahan kadar air dalam tanah akan

mempengaruhi peri kehidupan tumbuhan dan organisme lain yang hidup di atasnya.

Hal itu dapat kita perhatikan pada alam sekitar kita, yaitu pada musim kemarau dan

musim hujan.Pada musim kemarau daun-daun pohon berguguran dan rumput-rumput

mati.Pada musim hujan daun-daun pohon tumbuh subur dan rerumputan pun tampak

menghijau. Perubahan populasi tumbuhan tersebut akibatnya juga akan berpengaruh

pada perikehidupan serta populasi hewan yang ada di tempat tersebut.

Komunitas mengacu kepada suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies yang

berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus merupakan daerah

yang luas dengan natabah yang beraneka dengan spesies hewannya yang  sama-sama

Page 8: Laporan populasi

beragamnya, atau rawabakau, atau laguna. Pada kenyataannya, komunitas dapat

mempunyai ukuran berapapun, bahkan sekecil sebuah stoples laboratorium berisi air

yang mengandung bakteri, jamur atau protozoa. Bahkan tanahnya sendiri mendukung

suatu komunitas (Yanney,1990).

Suatu komunitas terdiri dari semua organisme yang menempati suatu daerah

tertentu; komunitas adalah kumpulan populasi dari spesies yang berlainan.

Pertanyaan pada tingkat analisis ini meliputi cara berinteraksi di antara organism

seperti predasi, kompetisi dan penyakit, yang mempengaruhi struktur dan organisasi

komunitas (Suwarno, 2009).

Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi, ini menciptakan

kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem adalah suatu komunitas

tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang dinamis

dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai unit yang fungsional (Abidin,2007).

Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dibedakan atas dua macam

(Zoer’ani,2003):

Ekosistem Alami, yaitu ekosistem yang terjadi secara alami tanpa campur

tangan manusia. Contoh : padang rumput, gurun,laut.Ekosistem Buatan, yaitu

ekosistem yang terjadi karena buatan manusia.Contoh : kolam, sawah, waduk,

kebun.Ekosistem tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup Sebagai

contoh, ekosistem sawah terdiri atas hewan dan tumbuhan yang hidup bersama-sama.

Pada ekosistem sawah tersebut, terdapat rumput, tanaman padi, belalang, ulat, tikus,

burung pemakan ulat, burung elang,dan masih banyak lagi. Dalam ekosistem,

terdapat satuan-satuan makhluk hidup.Individu, populasi, komunitas, biosfer yang

Page 9: Laporan populasi

merupakan satuan makhluk hidup dalam satu ekosistem, dan sinar matahari sangat

berperan terhadap kelangsungan hidup satuan ekosistem tersebut (Suwarno, 2009).

Ekosistem tidak akan tetap selamanya, tetapi selalu mengalami perubahan.

Antara faktor biotik dan abiotik selalu mengadakan interaksi, hal inilah yang

merupakan salah satu penyebab perubahan. Perubahan suatu ekosistem dapat

disebabkan oleh proses alamiah atau karena campur tangan manusia (Abidin,2007).

Ekosistem disusun oleh dua komponen, yaitu lingkungan fisik atau tidak

hidup (komponen abiotik) dan berbagai jenis makhluk hidup (komponen  biotik).

Berbagai jenis makhluk hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi satuan-satuan

makhluk hidup dan ekosistem :

1.    Komponen Abiotik     

            Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri

dari benda-benda tak hidup.Secara terperinci, kompo-nen abiotik merupakan keadaan

fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk

menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik

adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Zoer’ani,2003).

            Komponen abiotik merupakan komponen penyusun ekosistem yang terdiri

dari benda-benda tak hidup.Secara terperinci, komponen abiotik merupakan keadaan

fisik dan kimia di sekitar organisme yang menjadi medium dan substrat untuk

menunjang berlangsungnya kehidupan organisme tersebut. Contoh komponen abiotik

adalah air, udara, cahaya matahari, tanah, topografi , dan iklim (Hasmar,2003).

Hampir semua makhluk hidup membutuhkan  air. Karena itu, air merupakan

komponen yang sangat vital bagi kehidupan.Sebagian besar tubuh makhluk hidup

Page 10: Laporan populasi

tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air.

Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan

yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak  sama antara

daerah satu dengan yang lainnya. Komponen abiotik lainnya adalah udara.Kita tidak

bisa menyangkal bahwa peranan udara sangat penting bagi kehidupan di bumi

ini.Oksigen yang kita gunakan untuk bernapas atau CO2 yang diperlukan tumbuhan

untuk berfotosintesis juga berasal dari udara.Bahkan bumi kita pun dilindungi oleh

atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara (Ari,2009).

Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembaban,

dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu

daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu,

cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara.Adanya

perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga

udara mengalir atau bergerak membentuk angin.Kesemuanya memberikan pengaruh

bagi organisme (Andri,2011).

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup,

karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di

udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme.

Organisme yang hidup di dae-rah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah)

akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya onta

yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup

di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki bulu yang

tebal.Selain itu, perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran

Page 11: Laporan populasi

udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan

kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan

angin yang kencang, daerah pantai misalnya,  membentuk sistem perakaran yang kuat

dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya

jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang (Oman,2007).

Selain air, udara, dan cahaya matahari, keberadaan suatu ekosistem juga

dipengaruhi oleh kondisi tanah.Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai jenis

organisme, terutamatumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah

memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang me-makan

pemakan tumbuhan tersebut. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH),

tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur haranya

(Idun,2009).

Page 12: Laporan populasi

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kertas grafik dan tali

raffia.

III.2 Bahan

Bahan- bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu : semua hal yang

mampu dilihat dan yang mampu membentuk suatu ekosistem.

III.3 Prosedur Kerja

III. 3.1 Percobaan Mengamati Ekosistem Lapangan

Langkah – langkah percobaan yang harus dilakukan yaitu :

1. Mengamati daerah penelitian.

2. Mengamati hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan

abiotiknya.

3. Mencatat dan mengumpulkan data

4. Mengidentifikasi organisme dalam bentuk kelompok dan mengamati klasifikasi

antara kelompok biotik dan abiotic.

5. Membuat jarring-jaring makanan, dan piramida makanan dari hasil pengamatan

yang telah dilakukan.

Page 13: Laporan populasi

III.3. Cara kerja

a.      Model populasi

1.        Mempersiapkan model

Mengumpamakan disuatu pulau tahun 2015 dihuni oleh 10 burung gereja (5

pasang jantan dan betina).

Asumsi I : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina.

Asumsi II : Setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum

musim bertelur berikutnya.

Asumsi III : Setiap tahun semua keturunan hidup sampai pada musim bertelur

berikutnya. (dalam keadaan sebenarnya beberapa tetua akan hidup dan beberap

keturunan akan mati. Asumsi I dan III akan memberikan keseimbangan. Sehingga

akan mengurangi perbedaan antara model yang kita buat dengan keadaanyang

sebenarnya)

Asumsi IV : selama pengamatan tidak ada burung yang meninggalkan atau yang

datang ke pulau tersebut.

2.    Pertumbuhan populasi

Mengamati bagaimana populasi hipotik ini tumbuh.Lalu menghitung besarnya

populasi setiap permulaan musim bertelur. Sesuai dengan asumsi I, pada tahu 2015

terdapat lima pasang. Setiap pasang menghasilkan keturunan sebanyak 10.Jadi jumlah

seluruhnya 50 keturunan. Sesuai dengan asumsi II, ke-50 keturunan akan hidup

semuanya hingga musim bertelur tahun 2017.sesuan dengan asumsi I , terdiri dari 25

jantan dan 25 betina (25 pasang), dan setiap pasang menghasilkan 10 keturunan.

Page 14: Laporan populasi

Menghitung populasi burung gereja berdasarkan cara diatas pada tahun 2017,

2016 dan 2015. Setelah memiliki sejumlah angka, membuat gambaran lebih jelas

tentang jalannya pertumbuhan dari suatu populasi dengan cara menempatkan angka-

angka pada garis grafik.

Membuat grafik dimana tahun pada garis sumbu horizontal dan jumlah

burung pada garis sumbu vertical.

3.        Mengamati grafik

Mengamati naik turunnya grafik jika dibaca dari kiri ke kanan ( dari tahun ke

tahun melintasi gambar grafik tersebut)

Mencari tau apa arti naik turunnya grafik tersebut

Mengetahui bagaimana gambar grafik apabila perhitungan populasi dilanjutkan

hingga waktu yang tak terhingga

Menggambarkan dengan kata-kata populasi hipotik dalam batas batas asumsi

yang telah dibuat

4.        Melanjutkan perhitungan dengan asumsi yan berbeda

Mengubah asumsi II sebagai berikut : setiap tahun dua perlima dari tetua (jantan

dan betina jumlahnya sama) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk kedua

kalinya, baru kemudian mati. Asimsi lain tidak diubah. Membandingkan hasil ini

dengan asumsi yang asli dengan menggambar grafik pada kertas grafik

Mengubah asumsi III sebagi berikut : setiap tahun dua perlima dari keturunan

(jantan dan betina jumlahnya sama) mati sebelum musim bertelur. Asumsi yang

lain tidak diubah. Kemudian membandingkan dengan model asli.

Page 15: Laporan populasi

Mengubah asumsi IV sebagai berikut : setiap ahun 50 burung gereja baru

(jantan dan betina jumlahnya sama) datang kepulau tersebut dari tempat lainnya.

Tidak seekor burung pun yang meninggalkan pulau tersebut. Asumsi yang

laintidak diubah.

b.      Jaring-jaring makanan dan rantai makanan.

1.   Meneliti organisme yang ada pada lingkungan sekitar

2.   Membuat pola peralihan energy berupa proses makan dimakan yang terjadi

3.   Mencatat rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang terjadi.

Page 16: Laporan populasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Percobaan

IV.1.1 Mengamati ekosistem dihalaman fakultas pertanian.

Komponen biotik Komponen abiotik

1. Lalat Sarchopaga sp 1. Tanah

2. Ulat daunHandeuleum doleschallia polibete 2. Cahaya matahari

3. Rumput 3. Nutrient

4. Cacing tanah Lumbricus terretis 4. Kerikil

5. Semut rangrang merah Monornorium monomorium 5. Batang kering

6. KodokBufo melanostictus 7. Udara

8. Kupu-kupuGonepteryx rhamni.

Page 17: Laporan populasi

Trofik IV ( Konsumen III )

Trofik III ( Konsumen II )

Trofik II ( Konsumen I )

Trofik I ( Produsen )

a. Jaring- jaring makanan

a. Piramida makanan

Page 18: Laporan populasi

IV.1.2. Perhitungan Model I-IV

a. Model I

Tahun 2015:

Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi II : 60 ekor – 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)

Asumsi IV : 50 ekor (25 pasang)

Tahun 2016:

Asumsi I : 25 pasang x 10 ekor = 250 ekor (125 pasang)

Jumlah Populasi : 250 ekor + 50 ekor = 300 ekor (150 pasang)

Asumsi II : 300 ekor – 50 ekor = 250 ekor (125 pasang)

Asumsi III : 250 ekor (125 pasang)

Asumsi IV : 250 ekor (125 pasang)

Tahun 2017:

Asumsi I : 125 pasang x 10 ekor = 1250 ekor (625 pasang)

Jumlah Populasi : 1250 ekor + 250 ekor = 1500 ekor (750 pasang)

Asumsi II : 1500 ekor – 250 ekor = 1250 ekor (625 pasang)

Asumsi III : 1250 ekor (625 pasang)

Asumsi IV : 1250 ekor (625 pasang)

Tahun 2018:

Asumsi I : 625 pasang x 10 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)

Jumlah Populasi : 6250 ekor + 1250 ekor = 7500 ekor (3750 pasang)

Page 19: Laporan populasi

Asumsi II : 7500 ekor – 1250 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi III : 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi IV : 6250 ekor (3125 pasang)

Tahun 2019:

Asumsi I : 625 pasang x 10 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)

Jumlah Populasi : 6250 ekor + 1250 ekor = 7500 ekor (3750 pasang)

Asumsi II : 7500 ekor – 1250 ekor = 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi III : 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi IV : 6250 ekor (3125 pasang)

b. Model II

Tahun 2015:

Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi II : 2/5 x 10 ekor = 4 ekor (hidup), 6 ekor mati

Jumlah Populasi : 50 ekor + 4 ekor = 54 ekor (27 pasang)

Asumsi III : 54 ekor (27 pasang)

Asumsi IV : 54 ekor (27 pasang)

Tahun 2016:

Asumsi I : 27 pasang x 10 ekor = 270 ekor (135 pasang)

Jumlah Populasi : 270 ekor + 54 ekor = 324 ekor (162 pasang)

Asumsi II : 2/5 x 50 ekor = 20 ekor (hidup), 30 ekor mati

Jumlah Populasi : 320 ekor + 30 ekor = 290 ekor (145 pasang)

Asumsi III : 290 ekor (145 pasang)

Page 20: Laporan populasi

Asumsi IV : 290 ekor (145 pasang)

Tahun 2017:

Asumsi I : 145 pasang x 10 ekor = 1450 ekor (725 pasang)

Jumlah Populasi : 1450 ekor + 270 ekor = 1720 ekor (860 pasang)

Asumsi II : 2/5 x 270 ekor = 108 ekor (hidup), 62 ekor mati

Jumlah Populasi : 1720 ekor - 162 ekor = 1580 ekor (779 pasang)

Asumsi III : 1588 ekor (779 pasang)

Asumsi IV : 1588 ekor (779 pasang)

Tahun 2018:

Asumsi I : 779 pasang X10 ekor = 7790 ekor (3895 pasang)

Jumlah Populasi : 1558 ekor – 108 ekor = 1450 ekor (725 pasang)

7790 ekor + 1450 ekor = 9240 ekor (4260 pasang)

Asumsi II : 2/5 X 1450 ekor = 580 ekor (290 pasang)

Jumlah Populasi : 9240 ekor – 870 ekor = 8370 ekor (4185 pasang)

Asumsi III : 8370 ekor (4185 pasang)

Asumsi IV : 8370 ekor (4185 pasang)

Tahun 2019

Asumsi 1 : 4185 pasang X10 ekor = 41850 ekor (20925 pasang)

Jumlah Populasi : 8370 ekor – 58 ekor 0 = 7790 ekor (3895 pasang)

4150 ekor + 7790 ekor = 49640 ekor (24820 pasang)

Asumsi 2 : 2/5 X 7790 ekor = 3116 ekor (1558 pasang)

49640 ekor – 4674 ekor = 44966 ekor (22483 pasang)

Asumsi 3 : 44966 ekor (22483 pasang)

Page 21: Laporan populasi

Asumsi 4 : 44966 ekor (22483 pasang)

c. Model III

Tahun 2015:

Asumsi I : 5 pasang x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Jumlah Populasi : 50 ekor + 10 ekor = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi II : 60 ekor - 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi III : 2/5 x 50 ekor = 20 ekor (mati), 30 ekor hidup

Asumsi IV : 30 ekor (15 pasang)

Tahun 2016:

Asumsi I : 15 ekor x 10 = 150 ekor

Jumlah Populasi : 150 ekor + 30 = 180 ekor

Asumsi II : 180-30 = 150 ekor

Asumsi III : 2/5 x 150 = 60 ekor mati, 90 ekor hidup

Asumsi IV : 90 ekor (45 pasang)

Tahun 2017:

Asumsi I : 45 pasang x 10 ekor = 450 ekor

Jumlah Populasi : 450 ekor + 90 ekor = 540 ekor

Asumsi II : 540-90=450 ekor

Asumsi III : 2/5 x 450 = 180 ekor mati, 270 ekor hidup.

Asumsi IV : 270 ekor ( 135 pasang)

Tahun 2018:

Asumsi I : 135 pasang x 10 ekor = 1350 ekor (1600 pasang)

Jumlah Populasi : 1350 ekor + 270 ekor = 1620 ekor (810 pasang)

Page 22: Laporan populasi

Asumsi II : 1620 – 270 = 1350 ekor

Asumsi III : 2/5 x 1350 = 540 ekor mati, 810 ekor hidup

Asumsi IV : 810 ekor (405 pasang)

Tahun 2019:

Asumsi I : 405 pasang x 10 ekor = 4050 ekor (2025 pasang)

Jumlah Populasi : 4050 ekor + 810 ekor = 4860 ekor (2430 pasang)

Asumsi II : 4860 ekor – 810 = 4050 ekor

Asumsi III : 2/5 x 4050 = 1620 ekor mati, 2430 ekor hidup

Asumsi IV : 2430 ekor (1215 pasang)

d. Model IV

Tahun 2015

Asumsi I : 5  ekor x 10 ekor = 50 ekor (25 pasang)

Jumlah populasi : 50 ekor +10 ekor = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi II : 60 ekor -10 ekor = 50 ekor(25 pasang)

Asumsi III : 50 ekor (25 pasang)

Asumsi IV : 50 ekor + 50 ekor = 100 ekor (50 pasang)

Tahun 2016

Asumsi I : 50  pasang x 10 ekor = 500 ekor (250 pasang)

Jumlah populasi : 500 ekor + 10 ekor = 510 ekor (255 pasang)

Asumsi II : 510 ekor – 10 ekor = 500 ekor (250 pasang)

Asumsi III : 500 ekor (250 pasang)

Asumsi IV : 500 ekor + 50 ekor = 550 ekor (275 pasang)

Tahun 2017

Page 23: Laporan populasi

Asumsi I : 275 pasang x 10 ekor  = 2.750 ekor ((1372 pasang)

Jumlah populasi : 2.750 ekor + 10 ekor = 2.750 ekor (1.375 pasang)

Asumsi II : 2.760 ekor – 10 ekor = 2.750 ekor (1.375 pasang)

Asumsi III : 2.750 ekor (1.375 pasang)

Asumsi IV : 2.750 ekor + 50 ekor = 2.800 ekor (1.400 pasang)

Tahun 2018

Asumsi I : 1.400 pasang x 10 ekor =  14.000 ekor (7000 pasang)

Jumlah populasi : 14.000 ekor + 10 ekor = 14.010 ekor (7.005 pasang)

Asumsi II : 14.010 ekor – 10 ekor = 14.000 ekor (7000 pasang)

Asumsi III : 14.000 ekor (7000 pasang)

Asumsi IV : 14.000 ekor + 50 ekor = 14.050 ekor (7.025 pasang)

Tahun 2019

Asumsi I : 7.025 pasang x 10 ekor  = 70.250 ekor (35125 pasang)

Jumlah populasi :70.250 ekor + 10 ekor = 70.260 ekor (35.130 pasang)

Asumsi II : 70.260 ekor – 10 ekor = 70.250 ekor (35.125 pasang)

Asumsi III : 70.250 ekor (35.125 pasang)

Asumsi IV : 70.250 ekor + 50 ekor = 70.300 ekor (35.150 pasang)

Page 24: Laporan populasi

IV. 2. Pembahasan

a. Ekosistem, jaring-jaring makanan dan piramida makanan

Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang

melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga

aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus

materi antara organisme dan anorganisme.Matahari sebagai sumber dari semua energi

yangada.

Pada jaring-jaring makanan arah proses makan dimakan tidak hanya

berlangsung dalam satu arah, melainkan beberapa arah. Karena jaring-jaring makanan

merupakan penggabungan dari beberapa rantai makanan. Hal ini menyebabkan ada

organisme yang memiliki dua peranan dalam reaksi perputaran energi yang terjadi.

Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu organisme yang

melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau.organisme ini disebut produsenpada

pengamatan yang dilakukan di dapat rumput sebagai produsen utama, karena hanya

mereka yang dapat membuat makan dari bahan mentah anorganik. Setiap organisme,

yang memakan tumbuhan disebut herbivora atau konsumen primer dalam jarring

makanan yang didapat yang bertindak sebagai herbivora yaitu ulatdaunHandeuleum

doleschallia polibete.Sedangkan pada jaring makanan yang didapat yang berfungsi

sebagai konsumen utama yaitu kodokBufo melanostictus, karena kodok memakan

Page 25: Laporan populasi

hewan lain di dalam lingkup ekosistem yang didapat diantaranya, ulat, cacing tanah,

kupu-kupu Gonepteryx rhamni, lalatSarchopaga sp dan semut merahMonornorium

monomorium.

Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan

komposisi jumlah biomassa dan energy dari produsen sampai konsumen puncak

dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang

menempati tempat produsen atau trofik I yaitu rumput, komposisi ini semakin ke atas

semakin kecil selama terjadinya perpindahan energy, yang mendapat energy terbesar

kedua yaitu ulat daun sebagai trofik II atau konsumen I, kemudian ditempat ketiga

yaitu kupu-kupu Gonepteryx rhamni, lalatSarchopaga sp, cacing tanahLumbricus

terretis, dan semut merahMonornorium monomorium. Aliran energy terkecil didapat

oleh kodok sebagai konsumen puncak.

b. Model asumsi dan pertumbuhan populasi

Pada model I, pertumbuhan populasi hanya di pengaruhi oleh kelahiran dan

kematian yang berlasung secara normal, setiap tetua akan mati sebelum musim

bertelur berikutnya. Angka Kematian (mortalitas) Menyatakan  jumlah  individu-

individu dalam  populasi  yang mati  per  satuan  waktu. Dalam kondisi yang ideal

maka angka kematian berada pada titik minimum. Mortalitas pasti

terjadi  pada  makhluk  hidup meskipun  kondisi  lingkungan  sangat  ideal,  kematian 

 terjadi karena umur tua. Hal ini tidak terlalu menghambat pertumbuhan populasi

karena kelahiran lebih besar dibanding kematian.Pada model ini didapat pertumbuhan

populasi pada tahun 2015 yaitu 50 ekor (25 pasang), pada tahun 2016 yaitu 250 ekor

Page 26: Laporan populasi

(125 pasang), pada tahun 2017 yaitu 1250 ekor (625 pasang), pada tahun 2018 yaitu

6250 ekor (3125 pasang) dan pada tahun 2019 sama pada tahun 2018.

Pada model II, setiap tahun dua perlima dari tetua masih dapat mempunyai

keturunan lagi untuk kedua kalinya sebelum akhirnya mati, hal ini tentunya memiliki

pengaruh kuat karena akan meningkatkan keturunan dan menurunkan kematian. Pada

model ini didapat pertumbuhan populasi pada tahun 2015 yaitu 54 ekor(27 pasang),

pada tahun 2016 290 ekor(145 pasang), pada tahun 2017 1588 ekor (779 pasang),

pada tahun 2018 8370 eor (4185 pasang), dan pada tahun 2019 44966 ekor (22483

pasang).

Pada model III, asumsi III mengatakan bahwa setiap tahun dua perlima dari

keturunan mati sebelum bertelur. Hal ini tentu akan menyebabkan meningkatnya

kematian sehingga menekan angka kelahiran. Hal ini dapat menurunkan pertumbuhan

populasi. Pada model ini didapat pertumbuhan populasi pada tahun 2015 yaitu 30

ekor (15 pasang), pada tahun 2016 yaitu 90 ekor (45 pasang), pada tahun 2017 yaitu

270 ekor (135 pasang), pada tahun 2018 yaitu 810 ekor (405 pasang), pada tahun

2019 yaitu 810 ekor (405 pasang).

Pada  model IV, terlihat jelas bahwa proses migrasi memilki pengaruh kuat bagi

pertumbuhan populasi. Pada model ini, asumsi 4 mengatakan bahwa setiap tahun ada

50 burung geraja baru darang ke pulau dan tidak ada yang meninggalkan pulau. Hal

ini tentu akan memingkatkan pertumbuhan populasi.pada model ini pertumbuhan

populasi pada tahun 2015 yaitu 100 ekor (50 pasang, pada tahun 2016 yitu 550 ekor

(270 pasang), pada tahun 2017 yaitu 2800 ekor (1400 pasang), pada tahun 2018 yaitu

14050 ekor (7025 pasang), dan pada tahun 2019 yaitu 70300 ekor (35150 pasang).

Page 27: Laporan populasi
Page 28: Laporan populasi

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1.  Terdapat empat model yang digunakan untuk melakukan percobaan mengenai

populasi, komunitas, danekosistem. Dan setiap model terdapat 4 asumsi dimulai

dari 2015-2019.

2.  Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen biotik (mahkluk hidup) dan

komponen abiotik (lingkungan) yang saling berhubungan untuk menjaga

kesimbangan ekosistem.

V.2 Saran

Sebaiknya lokasi pengamatan yang digunakan agar dicari yang terdapat

banyak komponen biotiknya, agar para praktikan juga dapat melihat berbagai macam

hewan besertainteraksi di dalamnya.

Page 29: Laporan populasi

DAFTAR PUSTAKA

Andri.2011.Laporan Tetap Ekologi Pertanian.http://andriecaale.blogspot.com/ 2011/06/laporan-tetap-ekologi-pertanian.html. Diakses pada 22 april 2015 pukul 23.00 WITA

Budiati, Herni, 2009. Biologi SMA. Bandung : Gema Ilmu.

Caudill, Herb, 2005. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia:Suatu Kerangka Pikir untuk Penilaian . Jakarta: Millennium Ecosystem Assessment

Karmana Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi Untuk Kelas X  SMA/MA program IPA. Bandung : Grafindo.

Kistinnah, Idun, 2009. Biologi Makhluk Hidup dan Lingkungannya,Jakarta.: Putra Nugraha.

Parjatmo, Widjaja. 1987. Biologi Umum I. Bandung: Angkasa.

Rusmendro, Hasmar. 2003. Seri Diktat Kuliah Ekologi Tumbuhan. Jakarta: UI.

Sativani, Risa.2009.Ekologi Populasi. http://oryza-sativa135rsh. blogspot.com/ 2009/01 /ekologi-populasi.html. Diakses pada 22 april 2015 pukul 22.00 WITA

Sulistyorini, Ari, 2009. Biologi 1.Jakarta : Balai Pustaka

Suwarno, 2009. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta : Karya Mandiri Nusantara.

Yanney, J.E., 1990. Ekologi Tropika. Bandung : ITB.

Zainal, Abidin, 2007. Ekologi. http://www.masbiet.com. Diakses pada 22 april 2015 pukul 23.21 WITA

Zoer´aini D.I. 2003. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi.Jakarta : Bumi Aksara.