laporan pkl pembuatan taksidermis di ugm

21
PEMBUATAN TAKSIDERMIS (Laporan Praktikum Lapangan Taksonomi Vertebrata) Disusun Oleh : Kelompok II 1. Berti Anina Sulistina 2. Cikra Pawana 3. Darwisah 4. Erma Indriyana 5. Fitri Mulyana 6. Helen Ariska 7. Irawansyah 8. Luq-lug In Tatimah 9. Moh Dwi Kurniawan Hasan 10. Sinta Damaiyanti 11. Siti Khusnul 12. Syarifah Setianingrum 13. Winda Kurniati 14. Wiwit Nurhasanah Kelas : Biologi B Semester : IV (empat) Dosen : Gress Maretta, M.Si PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RAADEN INTAN LAMPUNG 2014

Upload: google

Post on 19-Jul-2015

370 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

PEMBUATAN TAKSIDERMIS

(Laporan Praktikum Lapangan Taksonomi Vertebrata)

Disusun Oleh :

Kelompok II

1. Berti Anina

Sulistina

2. Cikra Pawana

3. Darwisah

4. Erma Indriyana

5. Fitri Mulyana

6. Helen Ariska

7. Irawansyah

8. Luq-lug In Tatimah

9. Moh Dwi Kurniawan Hasan

10. Sinta Damaiyanti

11. Siti Khusnul

12. Syarifah Setianingrum

13. Winda Kurniati

14. Wiwit Nurhasanah

Kelas : Biologi B

Semester : IV (empat)

Dosen : Gress Maretta, M.Si

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RAADEN INTAN

LAMPUNG

2014

Page 2: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taksidermi merupakan salah satu upaya pengawetan kering hewan-hewan yang

telah mati untuk ditampilkan. Taksidermi biasanya digunakan untuk berbagai

tujuan misalnya sebagai media dalam pembelajaran biologi dan juga sebagai

hiasan. Keunggulan taksidermi sebagai media pembelajaran biologi adalah

keasliannya karena terbuat dari hewan asli dan tidak membahayakan bagi

mahasiswa. Sedangkan kelemahannya adalah hanya morfologi hewan saja yang

bias diamati melalui taksidermi. Taksidermi ini dapat dilakukan pada semua

spesies hewan vertebrata termasuk mamalia, burung, ikan, reptil, dan amfibi.

Banyak masyarakat Indonesia yang bertempat tinggal di pesisir yang

memanfaatkan teknik ini sebagai salah satu upaya untuk mengawetkan binatang-

binatang laut sebagai kerajinan ataupun hiasan yang biasanya mereka jual.

Namun cara-cara yang digunakan masih sederhana sehingga hasil yang

didapatkan masih berbeda jauh dengan buatan negara lain. Taksidermi ikan yang

kami lakukan pada Praktikum Kuliah Lapangan (PKL) yang diadakan di

laboratorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Madah Yogyakarta dilakukan

dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu: 1) persiapan ikan, peralatan serta

bahan-bahan yang diperlukan; 2) melakukan proses skinning, preserving, stuffing

dan mounting.

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui cara pembuatan taksidermi

2. Untuk mengetahui kerangka tulang pada salah satu jenis hewan vertebrata

yaitu ikan bawal

Page 3: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksidermi

Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya,

vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhdap hewan yang

berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa jenis

reptil, aves, amphibi dan mamalia. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian

dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya

bagian kulit yang tersisa).

Pengetahuan tentang kulit ini, sering dipakai sebagai bahan referensi untuk

identifikasi hewan vertebrata, dan juga untuk menunjukkan bemacam-macam

varietas yang terdapat di dalam species. Dengan kata lain taksidermi merupakan

pengetahuan tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit),

stuffing (pembentukan), dan mounting/ (penyimpanan sesuai kondisi waktu

hidup).

Biologi adalah suatu ilmu tentang kehidupan. Bagi siswa mempelajari tumbuhan

dan hewan dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya adalah bagian

penting dalam mempelajari biologi. Untuk mengenal hakekat hidup, serta dalam

kehidupan tersebut diperlukan suatu cara atau metode. Pengawetan tumbuhan

dan hewan sangat diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa

yang akan datang, dalam membantu perkembangan ilmu. Awet an rangka dan

anatomi tumbuhan maupun hewan sering diperlukan sebagai alat peraga dalam

kegiatan belajar mengajar biologi di kelas. Adanya awetan yang dibuat sendiri

sangat membantu pengadaan alat peraga dan koleksi. Tanpa adanya pengawetan

yang baik, tumbuhan dan hewan yang ditemukan dan dikoleksikan maka akan

mengalami kerusakan, misalnya pengerutan atau pembusukan. Pengawetan

hewan dan tumbuhan diperlukan terutama untuk memenuhi kebutuhan pada masa

yang akan datang dan juga sebagai alat peraga dan eksperimen dalam kegiatan

Page 4: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

belajar mengajar. Pengawetan pada hewan dilakukan dengan dua macam cara,

yaitu : pengawetan basah dan pengawetan kering. Taksidermi merupakan istilah

pengawetan untuk hewan pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan

biasanya dilakukan terhdap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang

dapat dikuliti termasuk beberapa jenis reptil, aves, dan mammalia. Organ dalam

dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan

tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa). Pengetahuan tentang

kulit ini, sering dipakai sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan

vertebrata, dan juga untuk menunjukkan bemacam-macam varietas yang terdapat

di dalam species.

Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan tentang skinning

(pengulitan), preserving (pengawetan kulit), stuffing (pembentukan), dan

mounting/opzet/pajangan (penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup).

1. Persiapan

Tahap persiapan yaitu menyediakan bahan-bahan dan peralatan. Bahan-bahan

yang dibutuhkan yaitu ikan yang telah mati, manikin, boraks, larutan

pembersih kamar mandi (lysol), air bersih, lem kayu, lem G, dry foam dan

mata ikan palsu. Peralatan-peralatan yang dipakai meliputi: seperangkat alat

bedah (sectio set), pisau tajam, nampan plastik, ember, timbangan digital,

beaker glass, alat ukur (meteran) dan gunting. Seluruh bahan dan peralatan di

atas harus tersedia agar proses taksidermi berjalan lancar.

2. Skinning (penyiapan kulit ikan)

Skinning adalah tahap pemisahan kulit dari daging dan isi rongga tubuhnya.

Proses skinning diawali dengan pemotretan dan pengukuran morfometrik.

Gambar hasil pemotretan sebaiknya ditempel sebagai panduan ketika

mencapai tahap mounting. Pengukuran morfometrik meliputi: 1) pengukuran

panjang standar (PS) ikan; 2) pengukuran panjang kepala (PK); 3) dan

pengukuran tinggi badan (TB) ikan. PS diukur dari moncong ikan yang

Page 5: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

paling atas sampai pangkal ekor ikan. Panjang kepala diukur dari moncong

ikan yang paling atas sampai pangkal oper kulum ikan. Pengukuran tinggi

badan ikan diukur dari badan ikan yang paling tinggi sampai pangkal sirip

dubur. Data hasil pengukuran morfometrik menjadi pedoman dalam membuat

manikin atau badan tiruan ikan. Manikin sendiri terbuat dari dry foam yang

dibentuk menyerupai badan ikan koi.

Ikan dilumuri dengan borak untuk mencegah terlepasnya sisik dari kulit ketika

proses skinning. Tepat di bagian linea lateralis, kulit ikan disayat memanjang,

mulai dari bagian akhir operculum hingga pangkal ekor. Dari bagian yang

disayat tersebut, daging dan isi rongga tubuh diambil sedikit demi sedikit,

mulai dari daging dalam rongga kepala, dilanjutkan badan hingga pangkal

ekor. Pengambilan dilakukan hati-hati agar kulit tidak sampai terkoyak. Sisa

daging ikan yang tidak terambil harus dibersihkan sebersih-bersihnya. Daging

ikan yang tidak terambil dalam jumlah banyak tentunya akan mempengaruhi

hasil taksidermi, karena dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menurunkan

kualitas ikan taksiermi yang dihasilkan. Bagian insang dan bola mata juga

diambil menggunakan sectio set. Organ insang dapat diambil, dapat juga

tidak, tergantung ekspresi yang akan diharapkan pada saat mounting. Ada

kalanya insang tidak peerlu diambil apabila akan ditampakkan ekspresinya

seperti ikan hidup, yaitu pada saat ikan akan disetting membuka

operkulumnya, seperti ikan yang akan bertarung atau akan menangkap

mangsa.

3. Preserving (proses pengawetan kulit)

Kulit ikan yang telah bersih kemudian direndam menggunakan larutan

pengawet. Terdapat beberapa larutan yang dapat dipakai untuk mengawetkan

kulit ikan, yaitu 1) perendaman dengan menggunakan cairan spiritus 2)

perendaman dengan menggunakan boraks dan lysol. Adapun prosedur

perendaman menggunakan spiritus, yaitu, dengan mengisikan spiritus dalam

Page 6: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

baskom kemudian memasukkan kulit ikan ke dalam cairan spiritus tersebut.

Kulit diusahakan tidak terlipat dan harus terendam sempurna. Jika ada

sebagian kulit ikan yang tidak terendam, atau cairan spiritus terlalu sedikit,

maka proses preserving akan gagal. Perendaman kulit ikan dengan cairan

spiritus membutuhkan waktu selama 8x24 jam.

Prosedur menggunakan serbuk boraks yaitu, mengisi baskom dengan air

bersih sebanyak 3,75 l air bersih sedangkan dengan menggunakan campuran

boraks dan lysol hanya memerlukan waktu 1x24 jam. Penggunaan campuran

larutan boraks ini lebih murah dan cepat dalam waktu penyimpanannya,

sedangkan kekurangannya hasil awetan masih berpotensi memunculkan

serangan jamur atau cendawan. Pengawetan dengan menggunakan spiritus

hasil awetan tidak menimbulkan bau, namun harganya relatif lebih mahal.

Kekurangan pengawetan menggunakan cairan spirtus, dalam pemakaiannya

membutuhkan jumlah yang banyak dimana jumlah ini akan mempengaruhi

biaya pembelian spirtus yang cenderung mahal serta proses penyimpanan

yang membutuhkan waktu lama daripada menggunakan boraks

4. Stuffing (penataan)

Kulit ikan kemudian di angin-anginkan setelah direndam menggunakan cairan

pengawet. Pengeringan kulit ikan dilakukan dengan menggantung ikan

dengan posisi kepala dibawah. Pengeringan ini dilakukan selama 15 menit

atau lebih tergantung dari besarnya ikan. Pengeringan ini dilakukan hanya

beberapa saat, Tidak sampai kulit ikan benar-benar kering tetapi hanya

sekedar menghilangkan kandungan air. Selanjutnya kulit ikan diisi dengan

menggunakan manikin yang sudah dibuat sebelumnya. Pembuatan manikin

disesuaikan dengan ukuran morfometrik yang telah dilakukan. Apabila dalam

pemasangan manikin, ukuran manikin cenderung lebih besar dari ukuran ikan

sebenarnya, yang dimungkinkan mengalami penyusutan pada saat proses

Page 7: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

pengeringan kulit ikan berlangsung, manikin dapat diperkecil kembali sesuai

dengan ukuran yang cocok.

Apabila dalam pemasangan manikin masih terdapat rongga-rongga yang

belum terisi sepenuhnya dengan manikin, bagian-bagian ini dapat ditutup

dengan menggunakan campuran lem kayu dengan semen putih. Pemasangan

manikin dilakukan setelah sebelumnya bagian kulit ikan yang akan dipasangi

manikin dan manikin itu sendiri dilumuri dengan lem perekat. Lem perekat ini

dibuat dari campuran lem kayu dan lem sandal ( lem G). Penutupan kulit ikan

dapat menggunakan lem perekat ini juga. Setelah ikan selesai dibentuk seperti

bentuk semula maka selanjutnya dilakukan proses carding. Carding adalah

proses penyusunan sirip dengan membubuhkan bahan yang dapat

meregangkan sirip untuk selanjutnya dikeringkan sesuai posisi yang dipilih.

Bahan yang digunakan kawat strimin dan penjepit. Untung mengcarding sirip

ekor maka dapat menambahkan potongan kardus untuk memudahkannya.

Ikan yang akan di cat harus menunggu sampai benar-benar lem perekat

kering. Pengecatan warna ikan disesuaikan dengan warna ikan sebelumnya

yaitu pada saat ikan masih hidup atau setelah beberapa saat ikan tersebut mati.

Pengecatan dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu; 1) mengecat warna

dasar ; 2) mengecat sesuai dengan warna kombinasi. Pengecatan warna dasar

pada ikan disesuaikan dengan warna ikan yang asli, setelah melalui proses ini

ikan dibiarkan kering terlebih dahulu. Tahapan pengecatan ikan selanjutnya

disesuaikan dengan warna kombinasi yang dimiliki ikan. Alat yang digunakan

untuk mengecat ikan dinamakan Air brush. Cat yang deigunakan dapat berupa

cat khusus untuk taksidermi yang berbentuk cair dan bubuk.

5. Mounting (peletakan)

Pemajangan hasil taksidermi dapat dilakukan setelah melalui proses-proses

pembuatan taksidermi selesai. Ikan koi yang sudah ditaksidermi tidak akan

Page 8: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

mengalami banyak perubahan, hanya saja ikan ini tidak dapat bergerak bebas/

mati. Taksidermi ini dapat dipajang di lemari kaca, ataupun melalui teknik

bow front case . Kelemahan pemajangan yang dilakukan didalam almari

kaca, hasil taksidermi ikan masih terlihat sederhana, belum ada kreasi unik

untuk menambah kesan hidup. Sedangakan untuk pemajangan menggunakan

teknik bow front case, hasil taksidermi dapat dipajang didepan rumah atau

digantung pada dinding dengan menggunakan hiasan-hiasan tertentu sehingga

taksidermi ikan terlihat sangat menarik.

2.2 Spesifikasi Ikan Bawal (Colossoma macropomum)

Dalam klasifikasi, ikan bawel termasuk keluarga kelas Ostrichtyes, ordo

Chariformis, familli Characidae dan genus Colossoma. Warna tubuh abu-abu tua.

Bentuk tubuh tegak agak bulat, sisik berbentuk cycloid berwarna perak dan pada

kedua sisi tubuhnya terdapat bercak hitam. Letak sirip dada tepat dibawah tutup

insang (operkulum). Sisik pada linea lateralis berjumlah 78-84 buah. Tubuh

bagian ventral dan sekitar sirip dada ikan bawal muda berwarna merah. Warna

ini akan memudar sejalan dengan pertambahan umur dan perkembangan fisik.

Ikan bawal memiliki dua buah sirip punggung yang letaknya agak bergeser

kebelakang. Sirip perut dan sirip dubur terpisah, sedangkan sirip ekor berbentuk

homocercal. Ikan bawal memiliki bibir bawah menonjol dan memiliki gigi-gigi

besar serta tajam untuk memecah biji-bijian atau buah-buahan yang akan ditelan.

Gigi-gigi ikan tersebut memberi kesan sebagai ikan garang dan ganas. Bentuk

morfologi ikan bawal yaitu :

Page 9: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

Lambung ikan baawal berkembang baik dan memiliki 43-75 buah cecapylorica.

Panjang usus berkisar 2-2,5 kali panjang badan. Ikan bawal memiliki insang yang

permukaan pernafasannnya lebih luas daripada jenis ikan air tawar lain.

Permukaan pernafasan yang luas ini memungkinkan ikan bawal mampu bertahan

hidup pada perairan yang memiliki kandungan oksigen yang rendah. Ikan bawal

yang tumbuh normal dapat berpijah setelah berumur 4 tahun atau berat badannya

mencapai 4 kg/ekor. Ciri-ciri induk ikan bawal jantan dan betina tidak mudah

untuk dibedakan. Ikan bawal memiliki ciri seksual dimorphisme. Ikan bawal

yang kenyang dan ikan bawal yang telah matang kelamin (matang gonada) agak

sulit dibedakan. Perut ikan bawal betina lunak dan membesar. Kondisi tersebut

merupakan cara adaptasi ikan bawal terhadap lingkungannya yang banyak dihuni

oleh ikan-ikan piranha yang ganas dan kanibalserta acapkali menyerang induk-

induk ikan bawal yang akan berpijah.

Tingkat kedewasaan (matang kelamin atau matang gonada) ikan bawal didaerah

subtropis relatif lebih lama dari pada didaerah tropis yang beriklim panas. Ikan

bawal jantan mencapai dewasa kelamin lebih cepat daripada ikan bawal betina.

Proses pematangan kelamin ikan bawal berlangsung relatif lama dan pelan-pelan.

Perkembangan gamet ikan bawal sangat dipengaruhi oleh suhu (temperatur)

lingkungan. Tetapi perkembangan telur, dan sperma induk ikan bawal yang

hidup didaerah tropis relatif lebih cepat dari pada dikawasan subtropis.

Page 10: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

Pembentukan kuning telur didaerah subtropis hampir mandeg ( terhenti) selama

musim dingin. Demikian pula larva dan benih ikan bawal yang menetas pada

lingkungan dingin cenderung memiliki ukuran yang relatif kecil.

Organ yang aktif bertugas dalam proses pemijahan adalah sistem saraf pusat dan

kelenjar pituitary. Kinerja kedua organ tersebut adalah menstimulasi

(rangsangan) aliran hormon gonadtropin masuk kedalam aliran darah. Dengan

adanya rangsangan hormon tersebut, maka terjadilah proses ovulasi telur. Dalam

kondisi normal, semprotan cairan sperma dalam media air juga menciptakan

kondisi psikologis ( spawning condition) yang secara langsung mempengaruhi

proses ovulasi telur.

Induk betina yang berpijah akan berovulasi mengeluarkan telur-telurnya secara

bertahap. Setiap pemijahan dapat terjadi ovulasi sebanyak 4 kali atau lebih secara

interval waktu sekitar 10-15 menit. Dalam kondisi tertentu, proses ovulasi dapat

terjadi berkali-kali dengan interval lebih lama.

Fertilisasi terjadi apabila sel-sel telur segera terbuahi oleh sel sperma. Didalam

air sel sperma bergerak aktif dan masuk membuahi sel telur melalui lubang kecil

pada chorion. Telur yang telah terbuahi (fertil) akan menyerap air sehingga

ukurannya membesar atau menggelembung (swell) dan sel-selnya mulai

melakukan pembelahan secara mitosis. Proses embriogenesis ini berlangsung

selama puluhan jam dan kemudian telur menetas menjadi larva. Setiap 4-6 kg

induk betina ikan bawal yang berpijah mampu menghasilkan telur sebanyak

500.000-700.000 butir.

Telur ikan bawal berwarna putih jernih dan tenggelam dalam air tawar. Telur

yang terbuahi (fertil) ataupun yang tidak terbuahi (unfertil) akan membengkak

dan menggumpal (menumpuk) didasa air. Telur yang terbuahi akan menetas,

sementara telur unfertil akan rusak dan membusuk. Larva ikan bawal dibekali

Page 11: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

makanan cadangan berupa kuning telur (yolk) yang menggantung dibawah

permukanan perut. Kuning telur ini merupakan makanan yang berkualita tinggi.

Makanan ini merupakan sumber energi bagi larva sebelum organ pencernaannya

berkembang dan mampu menelan makanan yang diperoleh dari media atau

lingkungan disekitar habitatnya. Makanan cadangan ini cukup untuk mensuplai

kebutuhan energi untuk mempertahankan kelangsungan hidup larva selama 3-4

hari.

Larva ikan bawal yang baru menetas sangat berbeda dengan induknya. Larva

ikan bawal yang baru menetas belum memiliki mulut (rongga mulut), perut,

(usus) anus, insang dan kantong udara, mulut dan perut larva ikan bawal tidak

memiliki insang, tetapi memiliki tabung pipa sederhana yang bentuknya mirip

insang. Pernafasan larva ikan dikendalikan oleh sistem kapiler kulit yang

membalut kantong kuning telur. Proses pernafasannya dilakukan secara diffusi.

Insang dan kantong udara yang berfungsi sebagai kemudi gerakan dan pengatur

kesetimbangan mulai berbentuk beberapa hari setelah menetas dan larva mulai

sanggup berenang. Larva ikan bawal belum memiliki sirip berpasangan, tetapi

memiliki sirip ekstra yang melingakar di permukaan tubuh bagian belakang dan

kelenjar sekresi. Larva ikan bawal tidak mengalami pigmentasi sehingga sangat

peka dan rentang terhadap radiasai sinar matahati. Ikan bawal menjadi gerang

dan suka marah pada saat lapar. Ikan bawal yang lapar akan menyerang ikan-ikan

lain yang lebih kecil dan lemah.

1. Lingkungan Hidup

Sama seperti ikan lainnya, bawal pun menghendaki lingkungan yang baik dan

sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan di

habitat aslinya. Di Brazil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan

sering juga ditemukan di sungai Orinoko, Venezuela. Hidupnya bergerombol

di daerah yang aliran sungainya deras, tetapi ditemukan pula di daerah yang

Page 12: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

aliran sungainya tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan

yang baik bagi bawal ada banyak hal yang harus diperhatikan, terutama dalam

memilih lahan usaha, di antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.

2. Makanan

Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan

ikan berdasarkan kebiasaan makan yaitu ikan yang biasanya makan di dasar

perairan, di tengah, dan di permukaan. Apabila dilihat dari jenis makanannya,

ikan digolongkan dalam tiga golongan pula, yaitu herbivora (pemakan

tumbuhan), karnivora (pemakan daging), dan omnivora (pemakan segala).

Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bawal tergolong omnivora. Meskipun

tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat

karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah crustacea, cladocera,

copepoda, dan ostracoda.

Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva mulai terbuka, tetapi belum

bisa menerima makanan dari luar tubuh, makanannya masih dari kuning

telurnya. Umur empat hari, kuning yang diserap oleh tubuh sudah habis dan

pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar. Apabila diamati

kebiasaan makannya, bawal tergolong ikan yang lebih suka makan di bagian

tengah perairan. Dengan kata lain, bawal bukanlah ikan yang biasa makan di

dasar perairan (bottom feeder) atau di permukaan perairan (surface feeder).

3. Kebiasaan Reproduksi

Membedakan bawal jantan dan betina pada saat masih kecil memang sulit.

Beberapa tanda yang bisa dilihat adalah bawal betina memiliki tubuh yang

lebih gemuk, sedangkan bawal jantan selain lebih langsing, warna merah pada

perutnya lebih menyala. Apabila sudah matang gonade, perut betina akan

Page 13: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

terlihat gendut dan gerakannya lamban. Adapun bawal jantan selain agresif

juga akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu bila dipijat ke arah anus.

Seperti ikan lainnya, bawal pun biasanya memijah pada awal dan selama

musim hujan. Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni

dan Juli. Adapun di negara-negara lainnya, bawal dapat mengikuti musim

yang ada, misalnya di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan

Oktober sampai April.

Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah matang akan mencari

tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan. Daerah yang paling disukai

adalah hulu sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan

pada musim hujan tergenang. Daerah yang seperti ini memberikan rangsangan

dalam memijah.

Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk

betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala

induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk betina akan

mengeluarkan telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma. Telur yang

telah keluar akan dibuahi dalam air (di luar tubuh).

4. Klasifikasi Ikan Bawel Gambar.

Kingdom : Animalia

Kelas : Pisces

Ordo : Cypriniformes

Familli : Characidae

Genus : Colossoma

Spesies : Colossoma macropomum

Page 14: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanankan pada hari jumat, 09 Mei 2014 pukul 13.00-14.30

WIB di Laboratorium Fakultas Biologi UGM Yogyakarta.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan taksidermi ikan ini terdiri

dari :

NO Alat Bahan

1 Seperangkat alat bedah (section set)

2 Pisau khusus untuk menguliti Ikan bawal air tawar

3 Cutter Formalin

4 Pemotong styrofoam Styrofoam

5 Jarum jait dan jarum paku Kapas

6 Gloves (sarung tangan) dan masker Zat pengawet Boraks

7 Tang Lem

8 Kuas Kancing

9 Suntikan

10 Kawat

11 Gunting

12 Alat ukur

13 Nampan

14 Benang sol

3.3 Cara Kerja

Adapun cara kerja yang dilakukan saat praktikum dilakukan ialah:

1. Menyiapkan alat dan bahan

Page 15: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

2. Membius ikan

3. Ikan yang akan diawetkan perlu dibuang isi, mata dan otaknya.

4. Membuat sayatan dibagian ventral dan mengguntingnya

5. Melepas kulit ikan dengan cara menyayat kulit sehingga terpisah dengan

dagingnya. Penyayatan kulit ini harus dilakukan dengan hati-hati agar kulit

ikan tidak robek atau ikut tersayat.

6. Membersihkan kulit ikan dari daging dan lemak yang masih menempel

dengan menggunakan pisau yang ujungnya tumpul.

7. Mengeluarkan isi dan minyak yang berada dibagian kepala ikan.

8. Mencuci kulit ikan pada air yang mengalir dengan membersihkan sisa-sisa

lemaknya.

9. Mengoleskan kulit ikan dengan menggunakan borak secara menyeluruh atau

rata.

10. Menyuntikkan formalin dibagian kepala ikan.

11. Mengisi rongga kulit ikan dengan menggunakan gabus atau styropoam yang

telah diukur sebelumnya sehingga menyerupai bentuk ikan.

12. Menjahit bagian kulit ikan yang digunting dengan menggunakan benang nilon

13. Memasangkan manik-manik kancing dibagian mata ikan.

14. Menjemur atau mengeringkan awetan.

Page 16: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

BAB IV

PEMBAHASAN DAN DOKUMENTASI

4.1 Pembhasan

Pada percobaan taksidermi ini kami menggunakan ikan bawal, ( Colossoma

macropomum ) sebagai objek utama. ikan merupakan hewan vertebrata yang

hidup di akuatik.

Langkah pertama yang kami lakukan ketika kami akan mengawetan ikan dengan

cara taksidermi yaitu terlebih dahulu memerhatikan ukuran ikan. Hal ini

dikarenakan semakin besarl ukuran ikan maka akan semakin besar pula rangka

dalamnya. Oleh karena itu kami memilih ikan dengan ukuran agak sedang

sehingga dapat mempermudah proses pembentukan kembali ( stuffing ).

Dalam proses percobaan setiap tahap kami lakukan dengan baik dan cukup

memenuhi prosedur dari mulai membius, membedah, membersihkan dari bagian

isi, mata dan otak, kemudian menyayat bagian dagingnya sehingga yang tersisah

hanyalah kulitnya.

Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan hal yang seharusnya

diperhatikan yaitu saat proses pengukuran dan penyayatan ikan. Proses

pengukuran dilakukan untuk membuat bentukan ikan yang sesuai agar dapat

digunakan untuk bagian dalam ikan sehingga dapat memudahkan pada waktu

proses penjahitan. Dan proses penyayatanpun harus dilakuakan dengan sangat

hati-hati dan teliti sehingga tidak ada sisah daging yang tertinggal dibagian

dalam. Jika pada waktu proses pembersihan dilakukan dengan cermat dan teliti

maka nantinya kerangka ikanpun tidak meninggalkan bau dari sisa daging busuk

yang masih melekat pada kulit terutama dibagian kerangka kepala.

Page 17: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

4.2 Dokumentasi Proses Percobaan

Berikut beberapa hasil dari dokumentasi dari praktikum yang telah dilakukan

di Universitas Gaja Madah.

A. Persiapan

B. Skinning (penyiapan kulit ikan)

Page 18: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

C. Preserving (proses pengawetan kulit)

Page 19: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

D. Stuffing (penataan)

E. Mounting (peletakan)

Page 20: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya,

vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhdap hewan yang

berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti termasuk beberapa

jenis reptil, aves, amphibi dan mamalia.

b. Ketika melakukan pengulitan maka harus dilakukan dengan penuh hati-

hati, supaya tidak merusak bagian kulit atau melukai bagian kulit hingga

bolong, ketika sudah rusak maka awetan akan menjadi jelek.

c. Ketika melakukan penjahitan bagian kulit yang akan disambung, ternyata

tidak semuda menjahit baju dengan tangan, bagian dasar kulit bawal

ternyata sangat keras dan harus dilakukan dengan eksta hati-hati dan

memerlukan tenaga lebih beserta kesabaran supaya tidak tertusuk di

tangan dan tidak mematahkan jarum.

Page 21: Laporan PKL Pembuatan Taksidermis di UGM

DAFTAR PUSTAKA

Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito, 1990. ZOOLOGI DASAR. Erlangga.

Jakarta.

Djarijah Siregar Abbas, 2001. Budi Daya Ikan Bawal. Yogyakarta : Kanisius (

Anggota IKAPI).

Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta press. Universitas Negeri

Yogyakarta.

Suryana Sarnah, 2009. Mengawetkan Hewan.

Online. http://mediapendidikanok.blogspot.com/2009/10/mengawetkan-

hewan_27.html. diakses pada hari selasa, 27 mei 2014

Syamsuri,Istamar. 2004. Biologi. Widya Utama. Jakarta