laporan penggunaan bahan tambahan makanan

Upload: medina-maulidya

Post on 10-Oct-2015

80 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Bahan Pangan dan Dasar-Dasar Pengolahan

TRANSCRIPT

Medina Maulidya

240210130020

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN5.1 Penggunaan Bahan PengawetPenggunaan bahan pengawet merupakan salah satu metode dalam pengawetan bahan pangan yang menyebabkan daya simpan bahan mejadi lebih lama.Bahan pengawet merupakan bahan kimia yang berfungsi untuk membantu mempertahankan bahan dari serangan mikroorganisme pembusuk, baik bakteri, kapang maupun khamir. Bahan pengawet ini bekerja dengan cara menghambat, mencegah, dan menghentikan proses pembusukan, pengasaman, atau kerusakan komponen lain dari bahan pangan. (Desrosier, 1988)

Menurut Buckle dkk (1987), bahan-bahan pengawet yang biasa ditambahkan pada bahan pangan antara lain asam sitrat, asam benzoat, sulfit, metabisulfit, asam asetat, cuka, garam, alkohol, dan lain-lain. Daya pengawet dari bahan-bahan pengawet tersebut sangat tergantung dari konsentrasi, komposisi bahan pangan, serta jenis mikroorganisme yang akan dicegah pertumbuhannya. Praktikum kali ini adalah mengamati penggunaan bahan tambahan makanan berupa pengawet. Pengawetan yang dilakukan dengan dua cara yaitu penambahan gula melalui pembuatan manisan belimbing, strawberry, nanas, dan mangga, serta penambahan garam melalui penggaraman cumi dan udang.

5.1.1 Penggulaan (Pembuatan Manisan Belimbing )Gula umumnya digunakan dalam pengawetan buah-buahan karena gula dapat mencegah atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi aktivitas air (aw) dalam bahan pangan. Gula yang ditambahkan ke dalam bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas air (aw) dari bahan pangan berkurang. Pengaruh konsentrasi gula pada aw bukan merupakan satu-satunya faktor yang mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme karena bahan-bahan dasar yang mengandung komponen yang berbeda-beda tetapi dengan nilai aw yang sama dapat menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap kerusakan karena mikroorganisme. Produk-produk pangan yang berkadar gula tinggi cenderung rusak oleh khamir dan kapang, yaitu kelompok mikroorganisme yang relatif mudah dirusak oleh panas. Produk-produk makanan lain yang juga diawetkan dengan penambahan gula yaitu manisan, jeli, marmalade, sari buah pekat, sirup buah-buahan, susu kental manis, dan lain-lain. (Buckle dkk, 1987)

Manisan buahadalah buah-buahan yang direndam dalam larutan gula selama beberapa waktu. Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara pengawetan makananyang sudah diterapkan sejak dahulu kala.Perendamanan manisan akan membuat kadar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang.Keadaan ini akan menghambat pertumbuhanmikrobaperusak sehingga buah akan lebih tahan lama. (Anonima, 2011)Beberapa macam jenis pengawetan dengan pembuatan manisan antara lain (Perdana, 2011) :1. Golongan I, manisan basah dengan larutan gula encer. Buah yang biasa digunakan dalam manisan ini antara lain jambu, kedondong, salak, dan mangga2. Golongan II, manisan larutan gula kental yang menempel pada buah. Buah yang biasa digunakan dalam manisan ini antara lain pala, ceremai, dan lobi-lobi.3. Golongan III, manisan kering dengan gula pasir utuh (gula tidak larut dan menempel pada buah). Buah yang biasa digunakan dalam manisan ini antara lain mangga dan kedondong4. Golongan IV, manisan kering asin karena unsur yang dominan dalam bahan adalah garam. Buah yang biasa digunakan dalam manisan ini antara lain jambu biji, mangga, dan belimbing.

Awalnya manisan dibuat dengan merendam pada larutangulahanya untuk mengawetkan.Ada beberapabuahyang hanya dipanen pada musim-musim tertentu.Saat musim itu, buah akan melimpah dan kelebihannya akan segera membusuk apabila tidak segera dikonsumsi, sehingga menimbulkan ide untuk mengawetkan buah dengan membuat manisan. Manisan juga dibuat dengan alasan memperbaiki cita rasa buah yang tadinya masam menjadi manis. Perkembangannya kini, manisan telah menjadi komoditas dan mulai diolah dengan berbagai tambahan bahan, seperti pemutih, pengenyal, pengering, atau gula buatan.

Pembuatan manisan buah kering yang dilakukan pada praktikum kali ini dilaksanakan mulai dari sortasi dan pembersihan buah yang akan dibuat manisan, kemudian dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil. Buah ini kemudian direndam dalam air kapur sirih 0,2% selama 30 menit, lalu dicuci dan dimasak dengan api kecil dalam larutan gula (2:1). Larutan gula yang digunakan memiliki perbandingan 2 kg gula : 1 L air. Gula yang digunakan untuk pembuatan masnisan belimbing harus mempunyai kadar 65% - 70%. Hal ini disebabkan karena pada tingkat tersebut gula sudah jenuh dan tidak mampu melarutkan. Perendaman dalam larutan air kapur sirih bertujuan untuk mempertahankan warna dan citarasa, mempertahankan asam askorbat dan karoten, sebagai bahan pengawet kimia, untuk menentukan atau mungkin menghindarkan kerusakan oleh mikroorganisme dan untuk mempertahankan stabilitas bahan selama penyimpanan (Anonimb, 1990). Terakhir, untuk pengeringan, dilakukan pengovenan pada suhu 80C selama 2 jam.

Pengamatan terhadap perubahan organoleptik yang terjadi selama proses pembuatan manisan belimbing dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Pengamatan Manisan Belimbing

IndikatorSebelum Setelah

Warna Hijau muda kekuninganCoklat

Aroma Asam, segarHarum (++)

Tekstur Keras, kakuLembek

Rasa Asam, segarManis, asam

Berat

(Sumber : Data kelompok, 2014)Hasil pengamatan yang didapat dari karakteristik belimbing sebelum diolah dan sesudah diolah menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Warna belimbing berubah dari warna hijau muda kekuningan menjadi berwarna lebih gelap, yaitu cokelat. Perubahan warna ini disebabkan terjadinya reaksi karamelisasi. Karamelisasi merupakan proses pencoklatan non enzimatis yang disebabkan dalam pemanasan gula yang melampaui titik leburnya. Aromanya berubah dari aroma khas buah belimbing yang asam dan segar menjadi harum khas karamel yang cukup menyengat. Teksturnya berubah dari yang keras dan kaku menjadi lebih lunak dan bergranula. Seharusnya, tekstur yang tepat adalah kering dan keras seperti keripik. Tidak tercapainya tekstur seperti keripik ini dapat disebabkan karena pengovenan yang kurang lama, yaitu kurang dari dua jam dan kesalahan bentuk hasil pemotongan yang terlalu tebal. Rasa yang didapat semakin manis walaupun masih terasa asam. Beratnya sesudah pengolahan tidak ditimbang karena manisan menempel lengket pada wadah alumunium.

5.1.2 Penggaraman ( Penggaraman Udang ) Garam digunakan manusia sebagai salah satu metode pengawetan pangan yang pertama dan masih digunakan secara luas untuk mengawetkan berbagai macam makanan. Garam biasa digunakan dalam pengawetan produk sayuran, ikan, daging, dan bahan pangan lainnya dengan konsentrasi antara 3% sampai 20% (Desrosier, 1988).

Pengawetan dengan garam yang cukup lazim dilakukan di Indonesia adalah penggaraman pada hasil laut. Makanan laut (seafood) atau hidangan laut adalah sebutan untuk makanan berupa hewan dan tumbuhan laut yang ditangkap, dipancing, diambil dari laut maupun hasil budidaya. Burung dan burung air yang terdapat di laut tidak termasuk ke dalam makanan laut. (Anonimb, 2011)

Di beberapa negara, istilah "makanan laut" juga mencakup mamalia laut, ikan dan kerang yang ditangkap atau dikumpulkan nelayan dari air tawar (danau dan sungai). Makanan laut merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral (seng,zat besi, selenium, magnesium, daniodium).Pengolahan makanan laut (Anonimc, 2011) :

Pematangan dengan cara direbus, digoreng, dibakar, ditumis, dikukus, atau dipepes menjadi berbagai masakan dan makanan olahan: kerang rebus, udang bakar, kepiting rebus, ikan goreng, ikanpepes,kerupuk, atau bakso.

Pengeringan dan penggaraman:udang kering,ikan asin,cumi asin Perendaman dengan cuka atau minyak:carpaccio,ceviche,pekelharing Fermentasi:kecap ikan,narezushi Penyajian sewaktu masih segar (mentah) sebagaisashimi,sushi, atau campuranselada

Pada praktikum ini akan dilakukan salah satu metode dari kelima metode pengolahan makanan laut diatas, yaitu cara pengeringan dan penggaraman pada cumi dan udang.Prinsip pengawetan dalam pembuatan cumi dan udang asin ini merupakan kombinasi penambahan garam dan pengeringan. Dalam jumlah yang cukup, garam dapat mencegah terjadinya autolisis, yaitu kerusakan yang disebabkan oleh enzim-enzim yang terdapat dalam cumi dan udang se, dan mencegah terjadinya pembusukan oleh jasad renik. Daya pengawetan oleh garam ini disebabkan garam atau NaCl mempunyai osmotik tinggi, sehingga selain dapat menarik air dari daging, sekaligus menarik cairan sel mikroorganisme sehingga sel mengalami plasmolisis dan mati. Garam menyebabkan denaturasi dan koagulasi protein dan enzim, sehingga terjadi pengerutan daging, akibatnya air akan terperas keluar. Konsentrasi garam yang tinggi akan mengakibatkan kematian bakteri patogen dan pembusuk yang pada umumnya sangat sensitif terhadap garam.

Sifat pengawet dari garam juga disebabkan adanya garam di dalam jaringan akan mengurangi atau menghilangkan oksigen dari jaringan tubuh, sehingga pertumbuhan jasad renik yang membutuhkan oksigen akan terhambat. Disamping itu, garam dapat terurai menjadi ion natrium dan ion klorida. Ion klorida ini bersifat racun terhadap jasad renik.

Selain karena adanya garam, cumi dan udang asin menjadi awet karena perlakukan pengeringan. Pengeringan akan mengurangi kandungan air pada tubuh cumi dan udang sehingga jasad renik tidak dapat tumbuh dan proses pembusukan dapat dicegah. Dalam pembuatan cumi dan udang asin secara tradisional, pengeringan biasanya dilakukan dengan sinar matahari. (Anonimb, 1990).

Pembuatan cumi dan udan asin diawali dengan proses trimming, kemudian dilakukan pencucian serta penirisan. Proses trimming bertujuan agar larutan garam dapat dengan mudah masuk dan meresap ke bagian dalam tubuh udang dan cumi (Buckle, 1987). Larutan garam 0,3% disiapkan, kemudian dididihkan. Setelah mendidih, udang dan cumi dimasukkan ke dalam larutan garam, lalu dimakasi selama 15 menit. Hal ini menunjukkan proses pembuatan udang asin dan cumi asin ini digolongkan ke dalam proses penggaraman cara basah. Menurut Darmo (2010), selama proses perebusan, udang dan teri mengalami krenasi. Krenasi adalah mengerutnya sel hewan karena keadaan hipertonis (konsentrasi yang tinggi) disekitar udang. Udang dan teri merupakan bahan pangan hewani, sehingga udang dan teri tidak memiliki dinding sel. Hal ini menyebabkan ketika garam berdifusi dan air dalam udang dan teri berosmosis proses pengeluaran zat cair dari udang ke larutan garam sel-sel udang dan teri tersebut mengerut, sehingga udang dan teri mengalami penyusutan. Terakhir dilakukan pengeringan dengan cara dijemur selama satu minggu. Pengamatan penggaraman pada udang dapat dilihat pada tabel berikut.Tabel 2. Pengamatan Pembuatan Asinan Udang IndikatorSebelum Setelah

Warna Hijau muda kekuninganCoklat

Aroma Asam, segarHarum (++)

Tekstur Keras, kakuLembek

Rasa Asam, segarManis, asam

Berat

(Sumber : Data kelompok, 2014)

Perubahan-perubahan pada udang yang digarami dan dikeringkan juga tidak berbeda jauh dengan cumi. Warna udang tampak jelas perubahannya, yaitu dari warna abu-abu menjadi warna jingga kemerahan. Juga terlihat menjadi lebih pucat dibanding udang segar. Aroma amis udang yang cenderung sangat menyengat berkurang setelah diolah. Tekstur daging udang yang lunak, setelah penggaraman menjadi keras. Hal ini sama dengan cumi, yaitu karena adanya penguapan selama penjemuran sehingga kadar air dalam udang berkurang dan teksturnya menjadi keras dan tegar (rigid). Selain itu, walaupun berat akhirnya tidak ditimbang kembali, namun secara kasat mata ukuran udang menciut. 5.2 Pengemasan Bahan PanganPengemasanmerupakansistemyang terkoordinasi untuk menyiapkan barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual, dan dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungiprodukyang ada di dalamnya, melindungi dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan,getaran). Pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasilpengolahanatau produkindustriagar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalampenyimpanan, pengangkutan dandistribusi. Segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. (Anonima, 2011)

Budaya kemasan sebenarnya telah dimulai sejak manusia mengenal sistem penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah yang ditemuinya. Perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemasproduk pertanian. Temuan kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen produk-produk pertanian, dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia. (Buckle, 1988)

Terdapat beberapa kegiatan yang terlibat dalam pengemasan bahan pangan, diantaranya ( Tjahjadi, 2009) :

1. Kegiatan mendesain kemasan dari berbagai bahan kemasan.

2. Kegiatan membentuk wadah.

3. Kegiatan penakaran bahan makanan dalam jumlah tertentu ke dalam kemasan.

4. Kegiatan menarik vakum atau menambahkan atau memasukkan gas lembam ke dalam kemasan.

5. Penutupan wadah.

Dewasa ini telah berkembang pesat sistem pengemasan secara fleksibel, yaitu sistem pengemasan yang dapat melentur mengikuti bentuk bahan yang dikemas.

5.2.1 Bahan Pengemas

Praktikum pertama yang dilakukan adalah mengamati karakteristik berbagai macam pengemasan pada bahan pangan. Ada berbagai macam bahan pengemas, antara lain terbuat dari kertas, plastik, kaleng, kaca, alumunium foil, kayu, dan daun. Berikut adalah tabel hasil pengamatan bahan pengemas.Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengemasan Bahan Pangan (Bahan Kemasan)NoBahan PengemasDeskripsiSesuai Untuk Produk

1.kertas minyakLicin, tipis, dapat menyerap minyakWajik, dodol, permen susu

2.Alumunium foilBerasal darilogam alumunium, tipis, mudah disobek, warna perak dan emasCokelat

3.Kertas rotiWarnanya buram, tipis, tidak mudah sobek, tidak mengkilapRoti

4.Botol/ JarTerbuat dari kaca, tutupnya terbuat dari logamTempat menyimpan bahan pangan

5.Cling wrap

Plastik halus dan licin serta elastisBuah-buahan, sayuran, daging, ikan

6.Metalized plastikBerukuran 20m x 30 cm, mudah disobek, tipis, trnasparan, warna putih bening, bagian belakang plastic metalized berwarna abu-abuKeripik, manisan kering

7.PPBening (transparan), fleksibel, tidak mudah sobek, kedap udara.

Panjang: 34,6cm, lebar: 19,9cm, tebal: 0,012cmBungkus keripik, gula pasir, dan bahan pangan krispi

8.PETPutih bening, tutup dan wadah sama bentuknya, pinggirnya bergerigi.

Tebal: 0,01cm, tinggi: 2,77cm, panjang: 17,7cm, lebar: 9,35cmBuah-buahan (stroberi, anggur), kue kering, kemasan sekunder kue setengah kering (dodol, wajik,dll)

9.LDPEPutih, transparan, fleksibel, lembut, kedap udara.

Panjang: 29,9cm, lebar: 15,4cm, tebal:0,002cmBungkus sayuran, bungkus terigu, gula, kerupuk

10.Anyaman bambu

Primer: kertas buram

Sekunder: anyaman bambu berbentuk U, kertas buram berbentuk persegi panjangMakanan oleh-oleh, buah-buahan

11.Vial Botol terbuat dari kaca yang tebal dan tutup terbuat dari karet.

Primer: botol kacaBubuk bumbu masakan rempah-rempah yang telah diawetkan, obat-obatan

12.Kertas nasiBerwarna coklat, terdapat plastik tipis di bagian dalam kertas nasi. Merupakan kemasan primerNasi, lauk pauk

13.Daun jagung keringBerwarna krim, teksturnya kasar, terdapat serat dibagian daun. Daun mudah dikupas. Merupakan kemasan primerWajik

Sumber : data kelompok, 20145.2.1.1 Kertas

Ada dua jenis kertas yang utama digunakan sekarang yaitu kertas kasar dan kertas lunak. Semua kertas yang digunakan untuk kemasan diklasifikasikan sebagai kertas kasar. Kertas halus digunakan sebagai kertas tulis surat obligasi, buku besar, buku dan kertas sampul. (Dise, 2011)Kertas digunakan untuk mengemas bahan pangan disebabkan oleh alasan -alasan kemudahan pemakaian dan mudah pula diberi label (tulisan periklanan). Kertas dengan ketebalan 0-3 mm digolongkan dalam kemasan lentur (fleksibel).Kertas yang paling kuat dan paling banyak digunakan untuk kemasan adalah yang dikenal sebagai kertas kraft dengan warna yang alami. Jenis kemasan kertas lebih ringan bobotnya, murah, mudah dalam pembentukan kemasan dan pelabelan. (Dise, 2011)Kertas dibuat dari bahan-bahan berserat (kadar selulosa tinggi) dengan atau tanpa bleaching, dengan atau tanpa diberi filler dari pelapis lilin. Sifat-sifat kertas dipengaruhi pula oleh pembuburan, filler, dan perlakuan akhir atau calendaring.

Jenis-jenis kertas yang biasanya digunakan sebagai bahan pengemas yaitu kertas roti, perkamen, glasin, kertas minyak, kertas nasi, kertas karton, kraft, kertas lainer, kertas corrugated, kertas sigaret, kertas daluang dan kertas tipis yang dilipat

Kertas roti mempunyai sifat tidak mudah lengket pada bahan pangan, maka kertas jenis ini sering digunakan sebagai alas ataupun sebagai pembungkus. Sesuai dengan namanya kertas roti ini biasanya digunakan untuk membungkus roti dan juga dapat sebagai alas untuk mencetak kue agar tidak lengket. (Dise, 2011)

Kertas perkamen merupakan kertas yang tembus pandang (transparan) tetapi kertas jenis perkamen ini mempunyai tekstur yang lebih kasar jika dibandingkan dengan kertas glasin dan minyak, permukaan yang licin, dan jika terdekorasi mempunyai efek pewarnaan yang baik. Kertas perkamen biasanya digunakan sebagai kemasan mentega, keju dalam bentuk bungkusan, dan juga dapat digunakan sebagai label.

Kertas glasin merupakan kertas yang tahan terhadap minyak dan lemak, tidak tahan air, penutupan kemasan cukup mudah karena sifatnya yang tipis sehingga mudah dibentuk. Kertas glasin dapat digunakan untuk produk yang mempunyai kadar minyak berlebih sehingga minyaknya terserap dan menjadi berkurang. Biasanya digunakan untuk mengemas mentega, keju, permen dan produk-produk kering karena mempunyai daya serap minyak yang baik. (Dise, 2011)

Kertas minyak digunakan untuk membungkus makanan yang masih dalam keadaan panas, Anjuran yang sedang beredar, pembungkus makanan yang baik adalah menggunakan kertas minyak ataupun daun. (Rachman, 2010)

Kertas nasi digunakan untuk membungkus nasi, biasanya bewarna coklat, tahan minyak, tapi kurang bagus untuk membungkus makanan yang masih panas.

Kotak kertas karton merupakan jenis kertas yang populer karena praktis dan murah. Kertas karton dalam perdagangan disebut juga sebagai folding carton (FC), dan digunakan untuk mengemas bahan hasil pertanian atau jenis-jenis barang lainnya. (Anonimb, 2011)

Kertas kraft yang berwarna coklat merupakan warna alami hasil dari proses bleaching. Kertas kraft mempunyai tekstur yang sangat kuat karena proses pembuatannya yang menggunakan sulfat dan perlakuan bleaching atau pemucatan. Biasanya digunakan sebagai kemasan sekunder dalam bentuk kantung, sak, pembungkus, tabung kaleng komposit, amplop, dan dapat dibuat karung dan sebagai pelapis papan bergelombang. (Dise, 2011)

Kertas lainer mempunyai karakteristik cokelat muda, terbagi 2 bagian (1 kasar & 1 halus), dan mempunyai tekstur yang lebih tebal bila dibandingkan dengan kertas lainnya. Biasanya digunakan sebagai pengemas sekunder.

Kertas sigaret mempunyai karakteristik yang halus, berwarna putih, tidak kaku, dan tipis (dibandingkan kertas roti, kertas perkamen, dan kertas glasin). Biasanya digunakan dalam pengemas rokok.

Kertas daluang merupakan jenis pengemas yang popular karena sifat praktis dan harganya relatif murah. Sifatnya yang mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit tempat dalam pengankutan dan penyimpanan. Meningkatkan daya tahan minyak atau fungsi penahan lain dapat dilakukan laminasi pada bagian dalam. (Dise, 2011)

Corrugated atau karton bergelombang merupakan karton yang terdiri atas bagian bergelombang yang kedua sisinya ditutup dengan lembaran karton yang direkatkan, bagian ini disebut liner. Konstruksi gelombang tersebut adalah karton bergelombang tunggal dan ganda, memiliki sifat yang kaku sehingga bisa digunakan untuk keperluan transportasi yang dapat meredam getaran atau tekanan. Karton bergelombang ini biasanya digunakan sebagai kemasan sekunder. (Anonimb, 2011)

Kertas lipatan pada makanan perlu diwaspadai, karena kemasan yang langsung meleleh saat terkena panas atau kemasan yangtidak layak digunakan. Kemasan ini sangat tidak dianjurkan menjadi pembungkus makanan karena racun di dalamnya. Timbal dalam kertas koran bisa ikut termakan dan sangat membahayakan kesehatan. (Fajar, 2010).

Bahan pengemas kertas yang diamati memiliki sifat keras, tipis, tegar (rigid), mudah robek, dan menyerap air. Bahan pangan yang biasa dikemas dengan menggunakan kertas adalah bahan pangan yang padat dan kering seperti teh, cookies, kopi, kue kering, dan popcorn.

5.2.1.2 Logam

Logam merupakan bahan pengemas yang kuat dari benturan. Logam yang digunakan dalam pengemas terdiri dari bermacam-macam, antara lain kaleng tinplate dan alumunium foil.

Wadah yang dibuat dari logam, baik yang berasal dari plat timah (tin plate) atau aluminium merupakan pengemas yang sangat kuat dan sangat baik digunakan dalam pengawetan makanan. Logam ini mempunyai daya tahan yang bagus terhadap panas, dingin, maupun kelembaban. (Rizki, 2011)

Kaleng tinplate terdiri dari dua jenis yaitu kaleng tinplate two pieces dan kaleng tinplate three pieces. Perbedaan antara kedua kaleng tersebut terletak pada banyaknya sambungan pada kaleng tersebut. Kaleng tinplate two pieces hanya memiliki sambungan satu yaiti pada bagian atas yang merupakan bagian tutup, sedangkan kaleng tinplate three pieces memiliki sambungan sebanyak 2 sambungan yaitu pada bagian atas dan bagian bawah ( Tjahjadi, 2008).

Kemasan kaleng makanan umumnya berukuran 52 mm sampai 285 mm. Semua bentuk kemasan ini tentu saja di cocokan dengan produk yang akan di kemas. (Sugengsiwi, 2011)Penggunaan kemasan kaleng memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari penggunaan kaleng adalah : 1) Mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi - barrier yang baik terhadap gas, uap air, jasad renik, debu dan kotoran sehingga cocok untuk kemasan hermetis. 2) Toksisitasnya relatif rendah meskipun ada kemungkinan migrasi unsur logam ke bahan yang dikemas. 3) Tahan terhadap perubahan-perubahan atau keadaan suhu yang ekstrim. 4) Mempunyai permukaan yang ideal untuk dekorasi dan pelabelan. Adapun kerugian dari penggunaan kaleng adalah sebagai berikut : 1) Perubahan warna dari bagian dalam kaleng. 2) Perubahan warna pada makanan yang dikemas. 3) Off-flavor pada makanan yang dikemas. 4) Kekeruhan pada sirup. 5) Perkaratan atau terbentuknya lubang pada logam. 6) Kehilangan zat gizi. 7) Meningkatnya resistensi mikroba terhadap panas setelah proses sterilisasi. 8) Rusaknya kaleng setelah proses sterilisasi sehingga memungkinkan masuknya mikroorganisme ke dalam kaleng ( Tjahjadi, 2009).

Kemasan logam yang lain, yaitu lembaran aluminium (alumunium foil). Menurut Citra (2010), alumunium foil adalah lembaran aluminium tipis yang dapat dipakai untuk berbagai macam aplikasi memasak ataupun lainnya. Pada umumnya digunakan pada industri minuman karena sifatnya yang lebih ringan dan daya korosif oleh udara yang rendah, namun lapisan dalam aluminium pun selalu dilapisi oleh lapisan pelindung tertentu. Dengan kemampuan untuk tahan suhu tinggi, bahan ini biasa digunakan untuk alas bahan pangan yang akan mengalami proses pemanasan. Selain itu, bahan ini sangat mudah untuk dibentuk dan digunakan. Namun kekurangannya adalah mudah robek dan harganya yang cukup mahal serta hanya bisa digunakan satu kali.

Keuntungan menggunakan aluminium foil adalah mempunyai luas permukaan yang lebih besar per satuan berat, tidak tembus cahaya, untuk ukuran yang tebal, daya tahan terhadap oksigen dan uap air baik, tidak terpengaruh cahaya matahari, tidak terbakar, tidak bersifat menyerap, dan tidak mengalami perubahan akibat variasi kelembaban. (Tjahjadi, 2009).

Bahan pengemas logam yang diamati pada praktikum bersifat kaku dan mudah rusak. Bahan tersebut terbuat dari alumunium dan berbentuk silinder. Bahan pangan yang biasa dikemas dengan menggunakan bahan pengemas logam adalah bahan pangan yang cair dan mengandung soda.

5.2.1.3 Plastik

Menurut Dise (2011), plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-lembaran yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Bahan utama pembuat plastik adalah resin, baik alami maupun sintetik.

Plastik mudah didapat dan sangat fleksibel penggunaannya. Pengemasan langsung bahan makanan, seringkali digunakan sebagai pelapis kertas. Plastik sering digunakan dalam industri pengemasan karena memiliki kelebihan-kelebihan, antara lain (Tjahjadi, 2009):

Melindungi isi dengan baik, unsur proteksi merupakan fungsi pengemasan.

Ringan (biaya transportasi lebih murah).

Tidak mudah pecah sehingga mengurangi faktor resiko dan kerugian selama penyimpanan dan transportasi.

Bisa diberikan warna untuk memenuhi selera.

Bisa dibuat berbagai macam bentuk.

Banyak berbagai jenis platik yang beredar di pasaran seperti plastik PET (Polyethylene), plastik PP (PolyPropylene), plastik HDPE (High Density Polyethylene), plastik PVC (Poly Vinil Chlorid), LDPE (Low Density Polyethylene), Styrofoam, dan plastik clingwrap ( Buckle, 1987).PET (Poly Ester) merupakan polimer ester dari alkohol dan asam. Jenis yang paling popular pada PET adalah mylar karena mempunyai kristal dan sifat tembus istimewa. Permeabilitas uap air rendah, transmisi CO2 rendah, tahan terhadap pelarut organik seperti asam-asam pada buah, dapat digunakan untuk kemasan beku, tidak tahan terhadap asam kuat (fenol dan benzyl alkohol), tetapi tahan terhadap bahan organik sehingga cocok untuk sari buah, bentuk kaku. Digunakan utnuk kemasan kopi, roti, biji-bijian dan chip, kecap, selai, kacang, sosis, keju, mentega dan margarin. (Dise, 2011)PP (Polypropylen) mempunyai sifat tahan minyak/lemak, warna jernih/transparan, tahan temperatur tinggi, permeabilitas uap air rendah, tahan terhadap alkali, tahan terhadap asam kecuali asam nitrat dan hidrokarbon berklorida, dan lebih kaku dari PE. Plastik ini mempunyai impact strength baik dan mempunyai permukaan yang mengkilat. Contoh penggunaan antara lain sebagai pengemas rokok, roti, keripik, minyak, kacang dan dibuat tali plastik.Plastik jenis PP ini terbagi dua yaitu PP tipis dan PP tebal.. Perbedaan ketebalan ini berpengaruh terhadap kekakuannya, sehingga PP tebal lebih kaku dibandingkan dengan PP tipis. (Dise, 2011). HDPE (High Density Polyethylen) merupakan salah satu jenis dari PE namun melalui proses yang berbeda sehingga menghasilkan berat jenis yang lebih tinggi. HDPE dapat digunakan untuk suhu tinggi sampai 1200 C, kurang transparan, dapat dibuat kantung plastik dan BJ-nya 0,041 0,965 g/cm3. HDPE sering digunakan untuk kemas kaku juga bermacam-macam tutup wadah.

Sifat yang dimiliki dari jenis plastik ini sebagai pelindung yang sangat baik terhadap air dan stabil terhadap panas. HDPE memiliki ikatan antar molekul yang lebih kuat sehingga sangat cocok untuk mengemas produk yang mudah terkena gesekan dan tekanan. HDPE terbuat dari kromium/silika. HDPE digunakan untuk mengemas susu kotak karena dapat dibentuk menjadi botol kaku, aneka produk olahan, sayuran, buah-buahan, mentega dan margarin. (Dise, 2011)PVC (Poli Vinil Chlorida) dapat dibuat kemasan kaku atau fleksibel dengan sifat-sifatnya adalah permukaannya transparan sampai keruh, permeabilitas terhadap gas dan air rendah sehingga baik untuk produk yang peka O2, tahan minyak dan lemak, berwarna kuning bila terkena panas, tidak mudah sobek dan tahan terhadap asam dan alkali kecuali asam pengoksida.PVC cocok untuk mengemas produk yang banyak mengandung senyawa volatil (senyawa yang mudah menguap) karena memiliki permeabilitas terhadap gas dan air rendah. Penggunaannya dapat pula untuk mengemas produk segar, seperti daging ayam, sapi, dll.PVC adalah jenis polimer yang paling hemat minyak bumi karena bahan bakunya terdiri dari kurang lebih 43% minyak bumi (ethylene) dimana 57% sisanya adalah Chlorine (Cl2) yang bisa diperoleh dari elektrolisis garam. Penggunaan untuk pengemasan pangan dibatasi, karena bahan-bahan yang mengandung minyak dapat melarutkan komponen-komponen plastik sehingga menjadi toksik. (Dise, 2011)Polietilena berdensitas rendah (Low Density Polyethylene,LDPE) adalahtermoplastikyang terbuat dariminyak bumi. Pertama kali diproduksi olehImperial Chemical Industries(ICI) pada tahun1933menggunakan tekanan tinggi danpolimerisasi radikal bebas. LDPE dapat didaur ulang, dan memiliki nomor 4 padasimbol daur ulang.

LDPE dicirikan dengan densitas antara 0.910 - 0.940 g/cm3dan tidak reaktif padatemperatur kamar, kecuali oleh oksidator kuat dan beberapa jenis pelarut dapat menyebabkan kerusakan. LDPE dapat bertahan pada temperatur 90oC dalam waktu yang tidak terlalu lama. LDPE memilikipercabanganyang banyak, lebih banyak dari pada HDPE sehinggagaya antar molekulnyarendah. (Anonimc, 2010)

Styrofoam sebenarnya adalah merk dagang untuk barang polystyrene yang diproduksi oleh Dow Chemicals pada tahun 1940an. Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu Styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.

Bungkus plastikadalah saput (film) plastik tipis yang biasanya digunakan untuk menutupimakananagar makanan tetap segar. Tebal bungkus plastik yang biasa kira-kira 0,01 mm. Bungkus plastik dikenal sebagaicling - filmdiBritania Rayaandcling wrapdiAustralia. Salah satu inovasi terbaru adalah bungkus plastik berlubang. (Ratna, 2010).

Bahan pengemas plastik yang diamati memiliki warna bening, permukaan yang mulus, sifat tipis, elastis, dan tahan air. Banyak bahan pangan yang biasa dikemas dengan menggunakan plastik, baik itu bahan pangan yang basah maupun yang kering. Bahan pangan tersebut antara lain yang berupa cairan semisolid, produk pangan instan, dan tepung-tepungan.

5.2.1.4 Gelas

Pemakaian bahan kemasan gelas cukup banyak dijumpai di pasaran. Bahan pengemas yang terbuat dari kaca ada 4 jenis, yaitu botol, jar, vial, dan tumbler.Botol digunakan untuk produk cairan atau larutan yang mengandung butiran padat. Misalnya sirup, air mineral, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, minuman berenergi, kecap, saus tomat, sari buah yang masih berupa essens dan madu. (Souvia, 2011)

Jar digunakan untuk mengemas produk cair, padat, semi padat misalnya jam, pasta, acar, kopi bubuk, susu bubuk, madu, mayonnaise, dan jelly. Jar memiliki tutup twist off yaitu bentuk yang hampir sama dengan screw yaitu diputar. Hanya bedanya pada twist off terdapat karet yang memudahkan proses menutup dan membuka kemasan ( Tjahjadi, 2009).Vial digunakan sebagai pengemas obat obatan atau sari makanan tertentu. Sesuatu yg disuntik biasanya datang dari kemasan vial atau ampul. Vial bentuknya seperti botol kaca kecil yang tertutup rapat oleh karet (pada karet itulah akan ditusukkan jarum suntik dan mengambil isi nya dengan alat suntik).

Tumbler digunakan untuk mengemas produk seperti jam, jelly, pangan yang dioleskan (spreds) yaitu keju, mayonaise. Tumbler dapat juga digunakan untuk mengemas produk padat misalnya kopi bubuk.

Tutup kemasan kaca terbagi tiga (Souvia, 2011):

Tutup normal

Tekanan di luar dan di dalam botol sama. Contoh : sumbat/tutup berulir

Tutup vakum

Kondisi dalam botol vakum dan kedap udara. Contoh : lug cap/ditarik dan omnia

Tutup tekanan

Mempertahankan isi botol yang mengandung CO. Contoh : tutup mahkota dan berulir

Macam / jenis tutup kemasan kaca (screw cap) (Souvia, 2011):

Tutup berulir untuk botol dan jar berleher ulir, isi bertekanan bahan luar logam/plastik, bahan dalam gabus, karet, plastik (press on / band cap)

Tutup sumbat tutup ditekan, bahan gabus/ plastik (crimp-on / crown cap)

Tutup mahkota untuk bahan tinplate, perapat plastik, kertas, gabus, karet (roll-on)

Tutup twist off dan omnia modifikasi dari tutup berulir, tinplate, untuk jar

Beberapa keuntungan pemakaian bahan kemasan dari gelas adalah sebagai berikut: (1) bersifat transparan dan produk yang dikemas dapat dilihat dengan jelas oleh konsumen; (2) tidak memengaruhi produk yang dikemas; (3) kedap terhadap gas, rasa dan warna produk yang dikemas; (4) dapat dibentuk dengan bermacam-macam desain; (5) dapat diwarnai dengan berbagai macam warna, sesuai dengan berbagai kebutuhan produk yang dikemas; (6) dapat disterilisasi dan divakum; dan (7) tahan terhadap perubahan suhu rendah dan tinggi, dengan catatan suhu tersebut tidak berubah dengan cepat (Tjahjadi, 2009).

Kemasan gelas yang diamati pada praktikum kali ini memiliki warna bening, tekstur solid, permeabilitas rendah dan sifat kuat. Biasanya bahan pangan yang dikemas dengan menggunakan bahan pengemas gelas adalah bahan pangan yang memiliki viskositas tinggi.

5.2.1.5 Kain

Kain memiliki tekstur yang kasar, kuat, tidak mudah rusak, dan tidak tahan air, serta memiliki tekstur yang berserat. Biasanya kain digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti serealia dan tepung-tepungan. Kain yang digunakan biasanya terbuat dari karung goni.

5.2.2 Membandingkan Karakteristik Berbagai Bahan Pengemas

Setiap bahan pengemas mempunyai karakteristik yang berbeda. Pertama adalah karakteristik antara plastik dan kertas. Plastik memiliki sifat licin, bening dan tidak tahan panas sementara kertas memiliki sifat keras dan kedap cahaya.

Perbandingan kedua dilakukan terhadap perbedaan karakteristik antara plastik dan alumunium foil. Plastik memiliki karakteristik elastis, kurang licin, tidak tahan panas, bentuk kantung dan berwarna bening sementara itu alumunium foil memiliki karakteristik mudah robek, cukup licin, tahan panas, bentuk lembaran, dan berwarna silver. Aluminium foil baik digunakan untuk makanan berbau tidak sedap, dan jika kita akan menghangatkan makanan tersebut dengan oven (karena jelas aluminium foil itu tahan panas).

Perbedaan karakteristik selanjutnya dilakukan terhadap kertas dan alumunium foil. Kertas memiliki karakteristik berbentuk lembaran, permukaan agak kasar, kurang kuat, dan cukup tebal sementara alumunium foil memiliki bentuk yang sama namun sifatnya licin, cenderung tipis, dan cenderung mudah rusak.

Perbandingan selanjutnya adalah perbedaan karakteristik terhadap kaleng tin plate dan jar. Tin plate terbuat dari baja, berwarna-warni akibat dari pelabelan, memiliki tutup yang dapat langsung dibuka dengan alat bantu, ukurannya lebih kecil daripada jar dan lebih tebal sementara jar terbuat dari kaca, berwarna bening memiliki tutup ulir, ukurannya lebih besar daripada jar dan kurang tebal dibandingkan dengan tinplate.Pengamatan untuk perbandingan berbagai karakteristik bahan pengemas dilakukan juga pada kaleng alumunium dan tin plate. Kaleng alumunium memiliki karakteristik lebih mudah penyok, lebih ringan, dan lebih tipis sementara tin plate mempunyai sifat lebih kuat dan lebih keras.

Alumunium berkarat dengan cepat membentuk oksida aluminium (Al2O3). Akan tetapi, perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis oksida terbentuk. Lapisan itu melekat pada permukaan logam, sehingga melindungi logam di bawahnya terhadap perkaratan berlanjut. Lapisan oksida pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisi, yang disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan (panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih mudah dicat dan memberi warna yang lebih terang. (Anonimd, 2009).

Pengamatan terakhir dilakukan pada kain dan karung. Karakteristik kain adalah memiliki pori-pori yang cukup rapat, dan lebih lembut, sedangkan karung memiliki karakteristik lebih berserat dan kuat.

5.2.3 Berbagai Bentuk Pengemas

Hasil pengamatan selanjutnya yaitu deskripsi singkat terhadap berbagai bentuk pengemas serta produk yang sesuai untuk dikemas dalam bentuk tersebut. Bentuk pengemasan yang pertama adalah bentuk kemasan botol dari bahan gelas. Deskripsi dari bentuk botol adalah transparan, licin, agak tebal, kaku, dan tahan panas. Produk yang sesuai untuk dikemas dalam bentuk botol adalah minuman dan saus.

Bentuk kemasan silinder dari bahan baja yang dilapisi enamel mempunyai ciri-ciri tebal, kuat, dan kaku. Biasanya bentuk kemasan ini digunakan untuk mengemas bahan pangan yang telah melalui proses pengawetan, baik suhu tinggi maupun penambahan bahan tambahan makanan, seperti sarden dan buah potong dalam air gula.

Pengamatan selanjutnya dilakukan pada bentuk gelas, dimana bentuk kemasan seperti ini biasanya digunakan untuk produk mie instant. Terbuat dari styrofoam, bentuk kemasan seperti ini memiliki ciri-ciri tahan panas dan mudah rusak. Pada bagian dasar dari kemasan terdapat kode PS 6. 6-PS. PS (polystyrene) biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China (Anonimc, 2008). Kemasan ini dibuat menyerupai gelas untuk mempermudah konsumen untuk mengonsumsinya.

Bentuk kemasan selanjutnya adalah bentuk jar gelas, biasanya kemasan seperti ini digunakan untuk menyimpan selai dan manisan. Bentuk kemasan menyerupai tabung ini terbuat dari kaca, kuat dan mudah pecah. Umumnya digunakan untuk penyimpanan jangka lama.

Bentuk kemasan selanjutnya adalah bentuk bucket yang mempunyai ciri-ciri permukaan yang licin, kurang kuat, dan kurang tebal. Bentuk pengemasan ini umumnya terbuat dari kertas laminar. Bahan pangan yang biasanya disimpan pada bentuk kemasan seperti ini adalah bahan pangan solid seperti pop corn, kacang sangrai, dan juga keripik. Bentuk kemasan dibuat menyerupai bucket untuk menarik perhatian para konsumen untuk membeli produk tersebut.

Kemudian dilakukan pengamatan terhadap bentuk kemasan karton segi enam yang biasanya digunakan untuk mengemas bahan pangan solid seperti biscuit, kacang, dan juga wafer. Kemasan seperti ini mempunyai ciri tebal, tidak mudah rusak, dan cukup kuat. Bentuk kemasan ini biasanya dibuat dari bahan pengemas jenis kertas yaitu karton. Bentuk kemasan ini memiliki daya simpan yang cukup lama.

Bentuk kemasan selanjutnya adalah bentuk kemasan kotak yang biasa digunakan untuk mengemas minuman instan seperti kopi dan teh. Bentuk kemasan kotak ini mempunyai ciri-ciri mudah rusak, tidak tahan tekanan dan air, serta udara dapat masuk ke dalam kemasan. Kemungkinan bentuk kemasan ini terbuat dari bahan pengemas kertas karena kemasannya mudah sobek dan tipis.

Bentuk selanjutnya adalah bentuk kemasan yang menyerupai botol dari bahan plastik yang mempunyai ciri-ciri cukup kuat, tahan air, dan berwarna bening. Selain itu botol ini memiliki tutup botol ulir. Biasanya digunakan untuk mengemas minuman dan minyak. Bentuk kemasan yang menyerupai botol ini terbuat dari plastik yang mempunyai kode plastik 1 PET biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih, transparan, tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan dengan kode 1 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas ( Anonim c, 2008).

Bentuk kemasan lainnya adalah bentuk kemasan yang berbentuk mangkuk. Biasanya digunakan untuk mengemas bubur instant dan mie instant, Bentuk kemasan ini memiliki ciri-ciri cenderung tipis dan mudah rusak. Bentuk kemasan seperti ini dapat menjadi kemasan primer maupun sekunder dan umumnya memiliki penutup dari bahan kertas berlapis. Kemasan ini dibuat menyerupai mangkuk untuk mempermudah konsumen dalam mengonsumsi produk pangan terwsebut. Pada bentuk kemasan mangkuk ini terdapat kode 5 pada bagian dasar dari kemasan. Kode tesebut adalah 5-PP. PP (polypropylene) yang merupakan pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan ( Anonimc, 2008).

Selanjutnya adalah bentuk kemasan sachet yang memiliki ciri-ciri cenderung kurang tebal dan praktis dalam penggunaannya. Umumnya, bentuk kemasan ini digunakan sekali pakai. Kemasan ini biasanya digunakan untuk mengemas produk berbentuk tepung seperti kopi bubuk.

Bentuk kemasan berbahan dasar alumunium menyerupai kaleng ini biasa digunakan untuk bahan pangan cair. Bentuk pengemas ini memiliki ciri-ciri agak tebal, kaku, mudah rusak.

Bentuk kemasan yang terakhir adalah bentuk pouch yang biasanya digunakan untuk mengemas susu kental manis. Bentuk kemasan ini mempunyai ciri-ciri tidak tembus cahaya dan air, sulit robek, lentur, dan juga tegar. 5.2.4 Contoh Produk Pengemasan Bahan Pangan

Berikut adalah tabel beberapa contoh produk yang dikemas:Tabel 2. Hasil Pengamatan Pengemasan Bahan Pangan (Produk Kemasan)

NoContoh ProdukJenis KemasanDeskripsi

1.You C 1000 Health SupplementBotol kaca

(primer)Botol terseut terbuat dari kaca tebal bening dan termasuk pembungkus primer. Diluar botol terdapat label merk kemasan yang terbuat dari kertas. Tutup botol dibuat kedap udara dan terbuat dari kaleng yang keras. Takaran saji botol adalah 140 ml.

2.Nescafe SmooulatteBotol plastik PET No. 1

(primer)Terdapat label merk, sebagai merk dagang segel terdapat dalam tutup botol. Dibagian label tercantum izin dari BPOM dengan isi penyajian 190 ml.

3.Bear BrandKaleng (primer)Warna kemasan : putih alumunium

Bahan pengemas: kaleng alumunium

Bentuk kemasan : silinder

Berat : 189 ml

4.Twister Primer : PET

Sekunder : plastic metalizedPrimer : jenis PET, warna bening transparan, sedikit keras

Sekunder : plastic metalized, warna luar : kuning tua, warna dalam: putih mengkilat (alumunium), berat: 20 gram

5.Silver QueenPrimer : alumunium foil

Sekunder : laminasiCoklat dilapisi kemasan primer alumunium foil 2 warna. Warna didalamnya putih, sedangkan warna luarnya kuning. Coklat dilapisi kemasan sekunder, kemasan laminasi 2 warna. Warna didalamnya putih, warna luarnya hitam bergambar kacang mete bertuliskan silver queen.

6.Entrasol Primer : metalized

Sekunder :colugatedSusu dibungkus kemasan primer metalized berwarna abu bertuliskan kalbe. Susu dibungkus kemasan sekunder, kemasan colugated 2 warna. Warna dalamnya seperti warna dus abu, warna luarnya berwarna biru kuning bergambar susu tulisan entrasol.

7.Corn Chips (Happy Toys)Primer : plastik metalizedDi bagian dalam berwarna abu-abu (silver). Di bagian luar berwarna ciri khas kemasan sesuai dengan produk-produk. Untuk menarik perhatian konsumen, pada bagian dalam adalah plastik metalized.

8.Delipo Primer : kaleng 2 pcsMerupakan kemasan primer.

Primer: kaleng 2 pcs, kaleng tebal.

9.Wajik Daun jagung keringBerwarna krim, teksturnya kasar dan terdapat serat. Mudah disobek, merupakan kemasan primer

Sumber : data kelompok, 2014VI. KESIMPULAN

1. Pengawetan dapat dilakukan dengan penambahan gula, garam dan asam.

2. Gula sebagai bahan pengawet dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara mempengaruhi aktivitas air (aw) dari bahan pangan.

3. Pembuatan manisan buah tidak mencapai struktur dan tekstur akhir yang diharapkan.

4. Garam berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pembusuk atau protelitik dan juga pembentuk spora.

5. Metode penggaraman yang dilakukan pada pembuatan cumi dan udang asin adalah penggaraman basah.

6. Bahan pengawet adalah bahan kimia yang dapat membantu mmpertahankan bahan pangan dari serangan mikroorganisme pembusuk, baik bakteri, kapang, maupun khamir dengan cara menghambat, mencegah, dan menghentikan proses pembusukan, pengasaman, atau kerusakan komponen lain dari bahan pangan.7. Pengemasan bertujuan untuk melindungi bahan pangan dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis, maupun mekanis hingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan menarik.

8. Tipe-tipe kemasan pangan dibedakan menjadi kemasan primer dan kemasan sekunder, kemasan tegar dan kemasan lentur, serta kemasan pre-formed dan kemasan in-line forward.9. Bahan pengemas yang biasa digunakan untuk mengemas bahan pangan adalah jenis kertas, plastik, logam, gelas, dan styrofoam.10. Setiap jenis bahan pengemas memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

11. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi daya awet bahan pangan yang telah dikemas adalah sifat alamiah dari bahan pangan, ukuran bahan pengemas, kondisi atmosfer (terutama suhu dan kelembaban), ketahanan bahan pengemas secara keseluruhan terhadap air, gas atmosfer dan bau, termasuk ketahanan dari tutup, penutupan dan lipatan.DAFTAR PUSTAKAAnonima. 2011. Manisan Buah. Available online at : http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diakses pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 09:30)

Anonimb. 1990. Tekno Pangan dan Agroindustri. Volume I, Nomor 8-9.

Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.

Anonimc. 2011. Makanan Laut. Available online at : http://id.wikipedia.org/wiki/ (Diakses pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 11:03)

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, & M.Woottoon. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia : Jakarta

Darmo, M. 2010. Manfaat Udang. Available online at : http://id.shvoong.com (Diakses pada tanggal 15 Juni 2012, pukul 11:56)

Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Muchji Muljohardjo. UI- Press, Jakarta

Perdana, S.A. 2011. BuahBuahan. Available online at : http://sokoandhika.blogspot.com (Diakses pada15 Juni 2012, pukul 09:36)

JAWABAN PERTANYAANA. Penggunaan Bahan Pengawet1. Apa fungsi garam dalam pengawetan bahan pangan?

Jawab : Gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet karena gula dengan konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan sebagian air yang ada menjadi tidak tersedia untuk mikroorganisme dan aktivitas air dari bahan pangan berkurang sehingga makanan menjadi lebih awet.

2. Mengapa gula dapat digunakan sebagai bahan pengawet?

Jawab :

Fungsi garam dalam pengawetan bahan pangan adalah menaikkan tekanan osmotik larutan yang menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel mikroorganisme, sehingga terjadi rehidrasi dan kematian mikroorganisme.

3. Mengapa asam sorbat, asam benzoat, asam sitrat, dll dapat berfungsi sebagai zat antimikroorganisme?

Jawab :

Asam sorbat, asam benzoat, asam sitrat, dan lain-lain dapat berfungsi sebagai zat anti mikroorganisme karena asam mempunyai pengaruh antimikroorganisme, yaitu karena pengaruhnya terhadap pH dan sifat keracunan yang khas dari asam- asam yang tidak terurai.B. Pengemasan Bahan Pangan

1. Apa perbedaan dari alumunium foil dengan clingwrap?

Perbedaan alumunium foil dengan clingwrap antara lain :

Alumunium foilClingwrap

Tidak tembus cahayaTembus cahaya

Tahan terhadap suhu tinggiTidak tahan terhadap suhu tinggi

Tidak dapat direkatkan oleh panasDapat direkatkan oleh panas

Tidak elastisElastis

2. Apa perbedaan antara botol dan jar?

PembedaBotolJar

Bahan PenyusunPlastikKaca

LeherAda leherTidak ada leher

Ketahanan terhadap panasTidak tahan panas (dapat menghasilkan zat racun)Tahan panas

TutupTidak begitu kencangKencang