laporan pengenalan gejala dan tanda penyakit tanaman pangan

30
PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT (Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan) Oleh Andino Nurponco G. 1414121026 Kelompok 5

Upload: andino

Post on 12-Apr-2016

135 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

penyakit tanaman

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT(Laporan Praktikum Bioekologi Penyakit Tumbuhan)

Oleh

Andino Nurponco G.1414121026Kelompok 5

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG2015

Page 2: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu penangan penyakit tanaman, tentu kita harus tahu terlebih dahulu

apa yang dialami oleh tanaman tersebut. Lain halnya dokter manusia yang

pasiennya dapat memberi tahu keluhan yang dia alami, tanaman tidak dapat

bertindak seperti manusia. Oleh karena itu kita sebagai orang yang akan

menangani tanaman harus mengerti dan memahami penyakit tanaman dari gejala

dan tanda-tanda yang diberikan tanaman.

Tanaman dapat menunjukan gejala perubahan bentuk, dan kelayuan pada

tanaman, tanaman dapat menujukan kelompok gejala yang membentuk gambaan

penyakit atau sidrom  penyakit yang di sebakan oleh penyebab abiotik dan biotik.

Suatu tanaman dapat dikatakan sehat atau normal, jika tanaman tersebut dapat

menjalankan fungsi-fungsi fisiolgis dengan seperti perkembangan dan pembelah

sel (Setiadi, 2000). 

Pada umumnya suatu gejala penyakit pada tumbuhan bisa dilihat dengan mata

telanjang. Gejala yang sudah berkembang ini disebut dengan tanda. Sebagai

petani, hal yang harus dilakukan adalah menanggulangi penyakit yang akan

muncul dari awal gejala sudah terlihat. Karena mencegah lebih baik daripada

mengobati. Sehingga jika dari awal sudah dapat ditangani maka kerugianpun

dapat diminimalisir sedini mungkin.

Page 3: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui jenis penyakit penting tanaman pangan

2. Mengetahui gejala dan tanda penyakit

Page 4: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

II. METODOLOGI PERCOBAAN

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 21 September 2015 pukul 08.00 s/d

10.00 di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat-alat dalam praktikum kali ini adalah alat tulis dan kamera. Sedangkan

bahan yang digunakan adalah gambar mengenai penyakit tanaman pangan yang

disediakan oleh asisten.

2.3 Proses Kerja

Adapun proses kerja pada parktikum ini adalah diamati dengan baik dan diambil

gambar mengenai penyakit tanaman pangan yang telah disediakan. Dicatat

keterangan berupa rincian nama penyakit dan bagian yang diserang pada tanaman

tersebut yang dijelaskan oleh asisten. Digambar dan dituliskan keterangan bagian

tanaman pangan yang diserang penyakit mengikuti gambar ang telah disediakan

asisten pada meja kerja.

Page 5: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

NO GAMBAR KETERANGAN

1 Karat daun kedelai

disebabkan oleh jamur

Phakopsora pachyrhizi

2 Bulai pada jagung

disebabkan oleh

Peronosclerospora

maydis

3 Hawar pada padi

disebabkan oleh

Xanthomonas oryzae

4 Tungro pada padi

disebabkan oleh Rice

Page 6: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Tungro Baaliiform Virus

atau Rice Tungro

Sperichal Virus dengan

Wereng batang coklat

sebagai vektor

5 Hawar daun jagung,

disebabkan oleh

Helminthosporium

turcicum

6 Blast pada padi

disebabkan oleh jamur

Pyricularia oryzae

1. Karat Daun Kedelai (Phakopsora pachyrhizi)

Gejala dan Penyebab :

Jenis penyakit ini menyerang tanaman kedelai yang umumnya belum tua, dan bisa

menyebakan hampanya polong. Pada serangan yang berat, daun-daunnya rontok.

Apabila tanaman yang terserang ini disentuh, sporanya akan beterbangan,

kemudian akhirnya hinggap menyerang tanaman yang masih sehat. Di samping

karena sentuhan, spora tersebut bisa terbawa oleh angin (Matnawy, 1989).

Page 7: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Penyakit yang disebabkan oleh cendawan Phakopsora pachyrhizi berasal dari

kelompok Basidiomycetes. Phakopsora pachyrizhy mempunyai uredium pada sisi

bawah dan atas daun, coklat muda sampai coklat, bergaris tengah 100-200 µm,

sering tersebar merata memenuhi permukaan daun. Parafisa pangkalnya bersatu,

membentuk penutup yang mirip dengan kubah diatas uredium. Parafisa

membengkok dan berbentuk gada atau mempunyai ujung membengkak, hialin

atau berwarna jerami dengan ruang sel sempit. Ujungnya berukuran 7,5-15µm

dengan panjang 20-47µm. Uredium bentuknya mirip dengan gunung api kecil

yang dibentuk di bawah epidermis, jika dilihat dari atas berbentuk bulat atau

jorong. Di pusat bagian uredium yang menonjol berbentuk lubang yang menjadi

jalan keluarnya urediospora. Urediospora membulat pendek, bulat telur atau

jorong, hialin sampai coklat kekuningan, dengan dinding tebal yang hialin dan

berduri halus. 

Menurut Sudjono (1984) pada daun pertama kedelai muda dapat terjadi dua

macam bercak, yaitu yang mempunyai halo berwarna coklat dan yang tidak.

Gejala tampak pada daun, tangkai, dan kadang-kadang pada tangkai. Awalnya

terjadi bercak-bercak kecil coklat kelabu atau bercak yang sedikit demi sedikit

berubah menjadi coklat atau coklat tua. Bercak karat terlihat sebelum bisul-bisul

(pustul) pecah. Bercak tampak bersudut-sudut karena dibatasi oleh tulang daun di

dekat terjadinya infeksi (Semangun, 1991). Pada umumnya serangan terjadi pada

permukaan bawah daun dan serangan awal biasanya terjadi pada daun-daun

bawah yang kemudian berkembang ke daun yang lebih atas. Penyakit karat

kedelai biasanya mulai menyerang pada saat tanaman berumur 3-4 minggu setelah

tanam. 

Daur Hidup Penyakit :

Urediospora masuk ke dalam tumbuhan melalui stomata. Setelah mencapai mulut

kulit (stomata), ujung pembuluh kecambah membesar dan membentuk

apresorium. Alat ini membentuk tabung penetrasi yang masuk ke dalam lubang

stomata lalu membengkak menjadi gelembung substomata di dalam ruang udara.

Dari gelembung ini tumbuh hifa infeksi yang berkembang ke semua arah dan

Page 8: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

membentuk haustorium yang mengisap makanan dari sel-sel tumbuhan inang

(Semangun, 1996).

Faktor yang mempengaruhi :

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit adalah suhu

optimum untuk perkecambahan uredospora adalah 15-25 C. pada kedelai infeksi

paling banyak terjadi pada suhu 20-25 C dengan embun selama 10-12 jam; pada

suhu 15-17 C diperlukan embun selama 16-18 jam. Masa berembun terpendek

untuk terjadinya infeksi pada suhu 20-25 C adalah 6 jam, sedang pada suhu 15-17

C adalah 8-10 jam. Infeksi tidak terjadi bila suhu lebih tinggi dari 27,5 C. Bakal

uredium mulai tampak 5-7 hari setelah inokulasi, dan pembentukan spora terjadi

2-4 hari kemudian (Holliday, 1980). Penyakt karat yang lebih berat terjadi pada

pertanaman kedelai musim hujan (Sudjadi, 1979). Selain itu, jenis-jenis kedelai

memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda. Ketahanan satu jenis kedelai

terhadap karat juga bervariasi tergantung dari lokasi pengujian. Antara umur

panjang dengan ketahanan dan antara umur pendek (genjah) dengan kerentanan

terdapat korelasi positif. Ketahanan ternyata bersifat dominan dan ditentukan oleh

dua gen mayor. 

Pengendalian :

Beberapa pengendalian yang direkomendasikan yaitu penggunaan varietas yang

tahan terhadap penyakit ini, yaitu varietas Wilis, Merbabu, Raung, Dempo,

Krakatau, Tampomas dan Cikurai, perendaman benih dalam larutan fungisida

Benlate T 20, pengendalian secara kimia dengan menggunakan fungisida

misalnya Alto 100 SL, pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati,

misalnya ekstrak mimba yang dapat menekan pertumbuhan jamur dan dipakai

untuk tindakan preventif pada tahap awal gejala penyakit serta pengaturan jarak

tanam dan perlakukan budidaya tanaman secara benar. 

2. Bulai pada Jagung (Peronosclerospora maydis)

Gejala :

Page 9: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Gejala khas penyakit bulai adalah adanya warna khlorotik memanjang sejajar

tulang daun dengan batas terlihat jelas antara daun sehat. Bagian daun permukaan

atas maupun bawah terdapat warna putih seperti tepung, sangat jelas di pagi hari.

Selanjutnya pertumbuhan tanaman jagung akan terhambat, termasuk pembentukan

tongkol buah, bahkan tongkol tidak terbentuk, daun-daun menggulung serta

terpuntir, bunga jantan berubah menjadi massa daun yang berlebihan.

Penyakit bulai tanaman jagung menyebabkan gejala sistemik dimana gejalanya

meluas ke seluruh bagian tanaman jagung serta menimbulkan gejala lokal

(setempat). Gejala sistemik terjadi bila infeksi cendawan mencapai titik tumbuh

sehingga semua daun akan terinfeksi. Tanaman terinfeksi penyakit bulai saat umur

tanaman masih muda umumnya tidak menghasilkan buah, tetapi bila terinfeksi

saat tanaman sudah tua masih dapat terbentuk buah, sekalipun buahnya kecil-kecil

karena umumnya pertumbuhan tanaman mengerdil.

Penyebab :

Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah. Konidium yang

paling baik berkecambah pada suhu 30 ºC. Infeksi hanya terjadi kalau ada air,

baik ini air embun, air hujan. Infeksi sangat ditentukan oleh umur tanaman dan

umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup

tahan terhadap infeksi, dan makin muda tanaman, makin rentan pula (Semangun,

1991).

Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap dan suhu tertentu

yaitu 24 ºC. Penyakit ini merupakan penyakit yang paling berbahaya.

Penyebarannya sangat luas, kehilangan hasil dapat mencapai 90%

(Wakman dan Burhanuddin, 2007).

Faktor yang mempengaruhi :

Pembentukan konidia jamur ini menghendaki air bebas, gelap, dan suhu tertentu,

P. maydis di bawah suhu 24 oC, P. philippinensis 21-26 oC. Ada beberapa faktor

Page 10: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

yang mendorong percepatan perkembangan penyakit bulai yaitu, suhu udara yang

relatif tinggi yang disertai kelembaban tinggi.

Siklus Hidup :

Infeksi terutama berasal dari konidia yang terbawa oleh angin, ataupun curah

hujan yang tinggi. Infeksi memerlukan waktu 6-18 jam pada suhu 18-27º C.

Kondisi ideal untuk siklus hidup patogen ini adalah 60 - 70 hari (Lucas at al,

1987).

Pengendalian :

Menanam varietas tahan penyakit bulai seperti varietas Bima 1, Bima 3, Bima 9,

Bima 14, Bima 15, Lagaligo, atau Gumarang

Melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai

satu bulan

Penanaman jagung secara serempak

Pemusnahan seluruh bagian tanaman sampai ke akarnya (Eradikasi tanaman) pada

tanaman terserang penyakit bulai

Penggunaan fungisida metalaksil saat perlakuan benih dengan dosis 2 gram (0,7 g

bahan aktif) per kg benih 

3. Hawar Daun Padi (Xanthomonas oryzae)

Gejala :

Tanaman padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada fase awal

pertumbuhan, tanaman layu dan akhirnya mati. Gejala inilah yang biasanya oleh

petani disebut dengan penyakit kresek. Sedangkan pada tanaman dewasa serangan

mulai dari tepi daun berwarna keabu-abuan dan akhirnya mengering sehingga

tanaman tidak dapat berfotosintesisi dengan baik sehingga pertumbuhan tanaman

terganggu. Apabila serangan pada saat tanaman berbunga, hawar daun bakteri ini

dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar dengan mengurangi hasil sampai

50-70% akibat pengisian gabah terhambat sehingga gabah hampa meningkat.

Penyebab :

Page 11: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas

oryzae pv.oryzae. Bakteri patogen ini biasa disebut juga dengan patogen Xoo. Di

masyarakat secara umum penyakit hawar daun bakteri ini disebut juga sebagai

penyakit kresek. Mungkin tanaman yang terserang penyakit hawar daun bakteri

ini bunyinya kresek-kresek pada saat tertiup angin, sehingga untuk memudahkan

akhirnya disebut sebagai penyakit kresek.

Serangan penyakit hawar daun bakteri ini menyerang tanaman padi mulai dari

persemaian sampai tanaman padi menjelang panen. Infeksi dimulai dari bagian

daun melalui luka seperti bekas potongan bibit padi atau lubang alami daun

seperti stomata (lubang daun) dan merusak klorofil daun, sehingga kemampuan

daun untuk melakukan fotosintesis menjadi menurun dan pertumbuhan tanaman

terhambat.

Penyakit hawar daun bakteri (HDB) ini biasanya menyerang tanaman padi pada

saat musim hujan. Kondisi pertanaman dengan kelembaban yang tinggi dan

pemupukan yang tidak berimbang dengan dosis pupuk nitrogen yang tinggi.

Siklus Hidup :

Di luar musim tanam, bakteri dapat hidup dalam tanah selama 1-3 bulan

tergantung pada kelembaban dan keasaman tanah. Bakteri juga dapat bertahan

dalam jerami tanaman terinfeksi, pada singgang, dan pada tanaman inang selain

padi; sehingga dengan demikian penularan penyakit dapat terjadi dari musim ke

musim. Dilaporkan juga bahwa pathogen dapat hidup dalam biji sampai beberapa

saat, tetapi di alam penularan penyakit melalui benih jarang terjadi. Selain itu

bakteri dapat juga menginfeksi tanaman melalui hidatoda daun, melalui luka pada

akar atau bagian tanaman lainnya, tetapi tidak dapat melalui stomata. Kemudian

bakteri memperbanyak diri dalam epithemi yang berhubungan dengan pembuluh

pengangkut, kemudian menyebar ke jaringan lainnya.

Faktor yang Mempengaruhi :

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang

tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar

daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk

Page 12: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium

menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun

bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun

bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan,

gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus,

sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten).

Pengendalian :

Penanaman Benih dan bibit sehat

Mengingat pathogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka sangat

dianjurkan pertanaman yang terinfeksi penyakit HDB tidak digunakan sebagai

benih. Bibit yang sudah terinfeksi/bergejala penyakit HDB sebaiknya tidak

ditanam.

Cara tanam

Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap

perkembangan penyakit HDB sangat dianjurkan tanam dengan system Legowo

dan .menggunakan system pengairan secara berselang (intermitten irrigation).

Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban disekitar kanopi pertanaman,

mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antar tanaman

sebagai media penularan pathogen.

Pemupukan

Pupuk Nitrogen berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya

pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman

menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya dengan

pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit

hawar daun bakteri. Oleh karena itu agar perkembangan penyakit dapat ditekan

dan diperoleh produksi yang tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K

secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.

Sanitasi lingkungan

Mengingat pathogen dapat bertahan pada inang alternative dan sisa-sisa tanaman

maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma

Page 13: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

yang mungkin menjadi inang alternative dan membersihkan sisa-sisa tanaman

yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan.

Pencegahan

Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas padi yang

memiliki ketahanan terhadap penyakit HDB. Pencegahan penyebaran penyakit

perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari

pertanaman yang terserang penyakit, mencegah terjadinya infeksi bibit melalui

luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan  pertanaman

dari naungan.

Cara lain menghidar dari penyakit ini adalah dengan menggunakan benih yang

agak tahan atau tahan dengan penyakit hawar daun.

Varietas - varietas padi yang agak tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri ini

antara lain Ciliwung, Fatmawati, Mekongga dan Aek Sibundoong (patotipe

IV),Widas, Rokan dan Hipa 3 ( patotipe III dan IV), Ketonggo, Ciherang, Inpari 2

dan Inpari 3 (patotipe III), Tukad Unda dan Tukad Petanu (patotipe VIII), Hipa 4,

Hipa 5 Ceva, Hipa 6 Jete (patotipe IV dan VIII), Inpari 1 dan Inpari 6 Jete

(patotipe III, IV dan VIII).

Sedangkan varietas padi yang tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri (HBD)

ini antara lain Memberamo, Cibodas, Maros, Sintanur, Wera, (patotipe III), Way

Apo Buru, Singkil, Konawe, Intani, Sunggal, Ketan Hitam (patotipe III dan IV),

Code, Angke, Ciujung, Inpari 1, Inpari 6 Jete (patotipe III, IV dan VIII) .

4. Tungro

Gejala :

Gejala utama penyakit tungro terlihat pada perubahan warna daun terutama pada

daun muda berwarna kuning oranye dimulai dari ujung daun. Daun muda agak

menggulung, jumlah anakan berkurang, tanaman kerdil dan pertumbuhan

terhambat. Gejala ini biasanya tersebar mengelompok pada areal pertanaman padi

sehingga hamparan tanaman padi terlihat bergelombang karena adanya perbedaan

Page 14: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

tinggi tanaman antara tanaman sehat dan tanaman sakit. Gejala biasanya mulai

tampak pada 6-15 hari setelah terinfeksi. Tanaman muda lebih rentan terinfeksi

disbanding tanaman tua. Jika tanaman sampai berumur dua bulan terhindar dari

infeksi, penyakit tungro kurang berpengaruh terhadap kerusakan dan kehilangan

hasil.

Penyebab :

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk

batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice

Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki

kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus

tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi

multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya.

Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix

virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai

keberadaannya. Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh

virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan

mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.

Faktor yang Mempengaruhi :

Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor

diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor

(penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan,

namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor terpenting.

Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan

stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi

vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan

tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman

yang tidak serempak.

Siklus Hidup :

Serangga penular penyakit virus tungro menularkan penyakit tersebut secara non

persisten.

Page 15: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Masa inkubasi dalam tanaman adalah 6 – 9 hari.  Serangga dapat menularkan

virus dengan segera dalam waktu 2 jam setelah memperoleh virus dan

mempertahankan dalam tubuhnya selama tidak lebih dari 5 hari.  Setelah masa itu,

serangga menjadi tidak infektif lagi.  Kembali menjadi infektif setelah menghisap

tanaman sakit.

Nimfa wereng hijau dapat menularkan virus, tetapi  infektif setelah ganti kulit. 

Virus tidak dapat ditularkan melalui telur serangga maupun melalui biji, tanah, air

dan secara mekanis (pergesekan antara bagian tanaman sakit dengan yang sehat).

Pengendalian :

Upaya untuk pengendalian wereng coklat adalah dengan pendekatan teknik budi

daya , teknik kimiawi dan secara hayati serta melakukan deteksi dini dengan

pengamatan secara rutin pada pangkal batang, maksimal 3 hari sekali atau

menggunakan lampu perangkap.

Apabila pengendalian dilakukan dengan teknik budidaya maka :

Gunakan varietas tahan seperti Memberamo, Mekongga, Ciherang, IR74, Inpari 2,

Inpari 3, dan Inpari 6; 

Pelihara persemaian dan tanaman muda agar tidak terserang wereng coklat; 

Tanam padi secara serempak dalam suatu wilayah; 

Gunakan pupuk sesuai dengan kebutuhan tanaman, dapat menggunakan BWD

(bagan warna daun) sebagai indikator kebutuhan pupuk; dan 

Pada saat terjadi serangan, keringkan petakan sawah untuk memudahkan teknis

pengendalian.

5. Hawar jagung (Helminthosporium turcicum)

Gejala dan Penyebab :

Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak

semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan

disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15

Cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju

daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering

Page 16: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat

bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa

tanaman di lapang. Penyebab penyakit hawar daun adalah : Helminthosporium

turcicum

Faktor yang Mempengaruhi :

Faktor yang mempengaruhi yaitu kelembaban, serta suhu yang mendukung

pertumbuhan cendawan ini, umumnya cendawan berkecambah pada pagi hari.

Pengendalian dapat dilakukan dengan menanam varietas tahan seperti Bisma,

Pioner2, pioner 14, Semar 2 dan 5 dapat juga dengan eradikasi tanaman yang

terinfeksi bercak daun. Terakhir penggunaan fungisida dengan bahan aktif

mankozeb dan dithiocarbamate

Siklus Hidup :

Sporulasi H. turcicum di lapang terjadi pada permukaan tanaman yang terinfeksi,

hingga pada permukaan tanaman yang lain. Selanjutnya spora beradhesi,

melakukan penetrasi awal, kemudian membentuk bercak dan berkembang. Siklus

hidup cendawan H. turcicum berlangsung 2–3 hari. Dalam 72 jam satu bercak

mampu menghasilkan 100–300 konidia (Holliday, 1980).

Pengendalian :

Cara pengendalian. Menanam varietas tahan Bisma, Pioner2, pioner 14, Semar 2

dan 5. Eradikasi tanaman yang terinfeksi bercak daun. Penggunaan fungisida

dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.

6. Blast

Gejala :

Hawar daun turcicum mula-mula menyebabkan terjadinya bercak-bercak kecil,

jorong, hijau tua atau hijau kelabu kebasah-basahan. Kemudian bercak menjadi

berwarna cokelat kehijauan, lama kelamaan bercak membesar dan mempunyai

bentuk yang khas , yaitu berbentuk kumparan atau perahu. Bercak mempunyai

lebar 1-2 cm dan panjang 5-10 cm, tetapi dapat mencapai lebar 5 cm dengan

Page 17: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

panjang 15 cm. Sehabis hujan atau banyak embun pada kedua sisi bercak

terbentuk banyak spora, yang menyebabkan bercak tampak berwarna hijau tua

berbeledu, yang makin ke tepi warnanya makin muda. Beberapa bercak dapat

bersatu membentuk bercak yang sangat besar yang dapat memenuhi seluruh daun.

Tanaman yang sakit keras tampak kering seperti habis terbakar (Semangun,1991).

Penyebab :

Salah satu penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium turcicum.

Penyakit hawar daun (H. turcicum) ini mampu menyebabkan kehilangan hasil

hingga 50% bahkan dapat menyebabkan kerugian besar bila serangan patogen

terjadi sebelum pemunculan bunga jantan. Hasil pengamatan di Kebun Percobaan

IPB Cikarawang, luas serangan penyakit ini rata-rata mencapai 100%.

Siklus Hidup :

Proses infeksi pada saat daun dalam keadaan basah dan pada kondisi lingkungan

yang mendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika konidia

melewati masa kering selama 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah

terjadi infeksi hifa akan mempenetrasi melalui epidermis. Kkolonisasi tergantung

dari salah satu faktor seperti genetik, umur tanaman inang, nutrisi dan faktor

lingkungan seperti suhu dan tanah.

Sporulasi H. turcicum di lapang terjadi pada permukaan tanaman yang terinfeksi,

hingga pada permukaan tanaman yang lain. Selanjutnya spora beradhesi,

melakukan penetrasi awal, kemudian membentuk bercak dan berkembang. Siklus

hidup cendawan H. turcicum berlangsung 2–3 hari. Dalam 72 jam satu bercak

mampu menghasilkan 100–300 konidia (Holliday, 1980).

Faktor yang Mempengaruhi :

Pada H. turcicum suhu optimum untuk perkecambahan konidiumnya lebih kurang

30oC. Jamur ini lebih banyak terdapat di dataran rendah. Suhu optimum untuk

pembentukan peritesium adalah 26-27oC. Konidium tidak terbentuk pada

kelembaban nisbi kurang dari 93%. Pada kelembaban 97-98% jamur akan

membentuk banyak konidium (Semangun,1991).

Page 18: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

Terdapat tiga spesies gulma yang dapat menjadi inang alternatif H. maydis yaitu

Leptochloa chinensis, Digitaria ciliaris, dan Echinochloa colona (Koesnang et al.

1996 dalam Pakki, 2005). Govitawawong dan Kengpiem (1975) dalam Pakki,

2005 melaporkan terdapat enam jenis rumput yang terinfeksi H. maydis, yaitu

Jonhson grass, R. exaltata, Setaria sphacelata, Pennisetum setosum, Sorghum

vulgare, dan Brachiaria cumbens. Spesies R. exaltata pada kondisi lapang sangat

rentan sehingga jenis rumput ini cukup potensial sebagai sumber inokulum awal.

Spesies-spesies rumput tersebut dominan ditemukan pada areal pertanaman

jagung sehingga dapat menjadi sumber inokulum awal yang penting. Akibatnya

H. maydis selalu ditemukan pada setiap musim tanam.

Pengendalian :

Semangun (1991) menyatakan di antara varietas bersari bebas yang diketahui

tahan atau cukup tahan terhadap Helminthosporium. sp. diantaranya adalah Metro,

Kania, Harapan, Harapan Baru, Arjuna, Bromo, Rama, Bisma. Diantara varietas

hibrida yang diketahui atau cukup tahan adalah C-4, C-9-10, Pioner 2-5, Pioner 7,

Pioner 10-19, Semar 1-10, dan Bima-1.

Untuk mencegah terjadinya kerugian karena penyakit ini tanaman harus mendapat

air yang cukup, pupuk yang seimbang, dan ditanam secara serentak pada saat

penanaman yang tepat. Pemberian unsur hara yang tepat dianggap sebagai cara

pengendalian yang paling baik (Semangun, 1996).

Jika dibutuhkan penyakit dapat dikendalikan dengan fungisida, antara lain

mankozeb, jamur yang terbawa oleh biji dapat dikendalikan dengan Thiram dan

Karboxin , atau dengan perawatan udara panas selama 17 menit dengan suhu 54-

55oC (Holliday,1980).

Tingkat kecepatan penyebaran setiap mikroorganisme berbeda. Virus sebenarnya

bukanlah disebut mikroorganisme. Virus disebut sebagai agen alih-alih karena

virus tumbuh dan berkembang bila berada didalam sel hidup. Tingkat infeksi virus

lebih cepat dari pada bakteri dan jamur. Sementara bakteri tingkat infeksinya

tergantung jenisnya. Bakteri yang memiliki flagel (alat penggerak) biasanya akan

Page 19: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

lebih cepat dari pada yang tidak memiliki alat penggerak. Jamur memiliki tingkat

infeksi yang lebih lambat dari pada virus dan bakteri. Jamur akan menyerap bahan

organic dari tumbuhan inang yang diserangnya dengan terlebih dahulu

menghancurkannya. Yaitu dengan mematikn dulu sel-selnya dan kemudian

menyerapnya sebagai sari makanan (Martoredjo, 1984).

Tipe penyakit yang ada dalam percobaan ini adalah tipe gejala nekrotik. Karena

jika diperhatikan, gejala tersebut memberikan tanda bahwa adanya sel-sel yang

mati. Contohnya hawar daun padi. Hawar daun padi terbentuk dengan adanya

bercak memanjang dan berkembang semakin memanjang sehingga berkembang

menjadi gejala nekrotik.

Page 20: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Penyakit pada tanaman disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur.

2. Tanaman yang terkena virus lebih cepat penyebarannya dibandingkan dengan

bakteri dan jamur.

3. Penyakit Tungro memerlukan vektor wereng batang coklat untuk menginfeksi

tanaman.

4. Pengendalian perlu dilakukan jika masih sempat, namun jika penyakit sudah

terlanjur menyebar dan tidak mungkin dikendalikan maka biarkanlah, karena

hanya akan membuat kita tambah rugi.

Page 21: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

DAFTAR PUSTAKA

Holliday, P. Fungus Disesases Of Tropical Crops. Cambridge University Press. Cambridgeshire.

Martoredjo, T. 1984. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan Bagian dari Perlindungan Tanaman. Andi Offset. Yogyakarta.

Matnawy, H. 1989. Perlindungan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.

Semangun, H. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gajah Mada Unuversity. Yogyakarta.

Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Setiadi, 2000. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University. Yogyakarta.

Sudjadi, M. 1979. Ekobiologi cendawan karat kedelai dan resistensi varietas kedelai. IPB. Bogor. 66 Hal.

Wakman, W. Dan Burhanuddin. 2007. Pengelolaan Penyakit Prapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Page 22: Laporan Pengenalan Gejala Dan Tanda Penyakit Tanaman Pangan

LAMPIRAN