laporan pengecetan bakteri

27
PENGECATAN BAKTERI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengamatan bentuk dan ukuran sel akan tampak jelas jika dilakukan pewarnaan terhadap sel. Metode pewarnaan sel bakteri ini pertama kali dikembangkan oleh Christian Gram pada tahun 1884 yaitu seorang ahli bakteriologi Denmark. Dia mengembangkan prosedur pewarnaan ini selagi mencari suatu metode untuk memperlihatkan bakteri Pneumococcus pada jaringan paru-paru pasien yang mati karena pneumonia. Selain itu dia melihat bahwa beberapa spesies bakteri dapat dibedakan dengan prosedur pewarnaan. Preparat mikroskopik ada dua macam yaitu preparat kering dan preparat basah. Preparat kering adalah preparat yang dibuat melalui proses perwanaan, yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat kimia tertentu yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu. DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si. O1A1 14 135

Upload: aisalam

Post on 16-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Mikrobiologi Farmasi 2015

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengamatan bentuk dan ukuran sel akan tampak jelas jika dilakukan

pewarnaan terhadap sel. Metode pewarnaan sel bakteri ini pertama kali

dikembangkan oleh Christian Gram pada tahun 1884 yaitu seorang ahli

bakteriologi Denmark. Dia mengembangkan prosedur pewarnaan ini selagi

mencari suatu metode untuk memperlihatkan bakteri Pneumococcus pada

jaringan paru-paru pasien yang mati karena pneumonia. Selain itu dia melihat

bahwa beberapa spesies bakteri dapat dibedakan dengan prosedur pewarnaan.

Preparat mikroskopik ada dua macam yaitu preparat kering dan preparat

basah. Preparat kering adalah preparat yang dibuat melalui proses perwanaan,

yaitu untuk mengamati mikroba yang telah diwarnai dengan zat kimia tertentu

yang biasanya berhubungan dengan sifat mikroba tertentu.

Teknik pewarnaan pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam

yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan

pengecatan struktural. Dalam praktikum ini hanya melakukan teknik

pengecatan sederhana dan pengecatan diferensial atau Pewarnaan Gram.

Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan difrensial yang memisahkan

bakteri menjadi kelompok gram posisitif dan gram negatif.

Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa

pengecatan, yaitu dengan cara-cara khusus. Tetapi pengamatan dengan tanpa

pengecatan akan lebih sulit dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 2: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

bagian sel yang diteliti, karena umumnya sel bakteri bersifat tembus cahaya

(transparan) atau semi transparan. Oleh karena itu perlu dilakukannya

praktikum ini untuk mengetahui cara pengecatan bakteri.

B. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengidentifikasian sel

bakteri dengan cara mewmberi warna pada permukaan sel bakteri.

C. Manfaat

Manfaat yang ingin diperoleh pada praktikum ini adalah agar dapat

mengetahui pengidentifikasian sel bakteri dengan cara mewmberi warna pada

permukaan sel bakteri.

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 3: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Salah satu pewarnaan yang sering digunakan untuk mengidentifikasi

bakteri adalah pewarnaan gram. Berdasarkan pewarnaan gram, bakteri dibagi

menjadi dua golongan, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta

safranin atau kristal violet. Bakteri yang tetap berwarna ungu dengan

pewarnaan oleh kristal violet disebut bakteri Gram positif misalnya

Staphylococcus aureus, sedangkan bakteri yang warna ungunya hilang jika

dibilas dengan alkohol, tetapi tetap berwarna merah muda karena menahan

warna merah safranin disebut bakteri Gram negatif misalnya Pseudomonas

aeruginosa (James dkk,2008).

Kebanyakan bakteri selulotik yang berbentuk coccus memperlihatkan tipe

struktur dinding sel Gram positif dan yang berbentuk batang memperlihatkan

tipe struktur sel Gram negatif. Struktur dinding sel bakteri berperan penting

terhadap integritas selular, bentuk dan stabilitas fisiologis. Sel Gram positif

memiliki dinding tebal yang terdiri dari suatu jaringan multilayer peptidoglikan

(sekitar 30-70% dari bobot total dinding sel) yang terikat oleh membran bagian

dalam. Sedangkan sel Gram Negatif memiliki dinding relatif tipis dari

peptidoglikan yang tersisip diantara dua membran (<10% dari bobot total

dinding sel). Membran bagian luar terdiri dari lipopolisakarida dan lipiprotein

(Thalib dkk, 2000).

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 4: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Susu merupakan salah satu bahan pangan yang kaya akan zat gizi,

kandungan protein, glukosa, lipida, garam mineral, dan vitamin dengan pH

sekitar 6,80 menyebabkan mikroorganisme tumbuh dalam susu. Secara alami,

susu mengandung kurang dari 5 x 103 per ml jika diperah dengan cara yang

benar dan berasal dari sapi yang sehat (Suwito, 2010).

Cairan rumen sapi bali dapat diisolasi bakteri asam laktat dengan

kemampuan antimikroba yang cukup luas baik terhadap bakteri Gram positif

maupun Gram negatif yakni isolat SR21 (Lactococcus lactis spp lactis 1) dan

isolat SR54 (suardana dkk, 2007). Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri

Gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan

flora normal di usus dan sebagai penyebab penyakit diare, sedangkan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif (Noverita dkk, 2009).

Identifikasi isolat bakteri dan khamir dilakukan melalui pengamatan

morfologi meliputi pengamatan bentuk dan warna koloni, sedangkan

pengamatan mikroskopis, bentuk sel melalui pewarnaan Gram untuk bakteri,

dan pewarnaan sederhana untuk khamir. Beberapa bakteri Gram positif

dan Gram negatif, seperti: Bacillus cereus, Salmonella cholerasius serotype

typhimurium, Staphylococcus aureus, dan Eschericia coli (Aditiwati dan

Kusnadi ,2003).

Ada beberapa spesie dari bakteri dapat memproduksi warna selama

pertumbuhannya, sehingga dapat memberikan warna koloni yang spesifik.

Misalnya Staphylococcus aureus dapat memproduksi zat warna berupa warna

kuning emas. Demikian pula bakteri serratia marsceresens dapat memberikan

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 5: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

warna merah. Fungsi dari zat warna tersebut belum diketahui dengan pasti,

tetapi yang jelas dapat berfungsi sebgai proteksi terhadap efek toksis dengan

adanya sinar (Natsir dkk, 2003).

Data morfologi koloni bakteri yang diperoleh dianalisis secara deskriptif

dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Pengamatan tentang

karakteristik morfologi koloni bakteri perlu dilakukan, agar mempermudah

dalam proses identifikasi jenis bakteri. Berdasarkan ciri morfologi koloni

bakteri dan biakan murni maka dapat dilakukan proses identifikasi jenis-jenis

mikroorganisme, namun untuk memperoleh hasil identifikasi yang sempurna

maka harus dilanjutkan dengan uji biokimia (Fitri dan Yekki, 2008).

B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Ditjen POM Edisi III, 1979:65)

Nama resmi : Aethanolum

Nama lain : Etanol

Rumus struktur : O – H

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap rasa

panas dan mudah bergerak, bau khas, serta

mudah terbakar dengan memberikan nyala biru

yang tidak berasap.

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P

dan dalam eter P.

Kegunaan : Zat tambahan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 6: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

2. Aquadest (Ditjen POM Edisi III, 1979:96)

Nama resmi : Aqua destillata

Nama lain : Air suling

RM / BM : H2O / 18,02

Rumus struktur : H – O – H

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa

Kegunaan : Sebagai sumber nutrien mikroba dan pelarut medium

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. Kristal Violet (Ditjen POM, 1979:698)

Nama resmi : Kristal violet

Pemerian : Hablur berwarna hijau tua

Kelarutan : Sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol

(95%) P dan dalam asam asetat glasial P. Larutannya

berwarna lembayung tua

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai cat utama atau gram A dalam pengecatan gram

4. Iodium (Ditjen POM, 1979:684)

Nama resmi : Iodum

Nama lain : Iodium

RM/BM : I2 /126,91

Pemerian : Keping atau butir, berat, mengkilat, seperti logam,

hitam kelabu, bau khas

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 7: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 3500 bagian air, dalam 13

bagian etanol (95%) P, dalam lebih kurang 80

bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 4 bagian

karbondisulfida P; larut dalam kloroform P dan

dalam karbontetraklorida P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

5. Safranin (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi : Safranin

Pemerian : Serbuk halus berwarna biru keunguan.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 8: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

BAB III

METODE PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat dan kegunaannya yang digunakan dalam praktikum dapat

dilihat pada tabel 1

Tabel l. Alat dan kegunaannya

No. Nama Alat Fungsi

1. Mikroskop Mengamati mikroorganisme

2. Jarum inokulasi Untuk mengambil biakan

3. BunsenUntuk memijarkan atau sterilisasi secara

manual

4. Korek api Menyalakan api

5. Kaca obyekSebagai tempat penyimpan objek pada

mikroskop.

6. Pipet tetes Untuk mengambil larutan.

7. Kamera Untuk memotret hasil pengamatan

2. Bahan

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 9: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Bahan dan kegunaannya yang digunakan dalam praktikum dapat

di lihat pada tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaannya

No. Nama Bahan Kegunaan

1. AquadesUntuk membersihkan kaca objek setelah

pewarnaan

2.

Zat Pewarna (Kristal

violet, iodium, dan

safranin)

Untuk mewarnai sel bakteri

3. Alkohol 70%Untuk menstelilkan alat yang akan

digunakan

4. Tissue Untuk membersihkan kaca obyek

B. Cara Kerja

1. Prosedur kerja pada praktikum pewarnaan sederhana, yaitu:

Kaca objek disemprot dengan alkohol dan melapnya dengan tissue

agar tidak mengandung serat yang dapat mengganggu pengamatan terhadap

bakteri, difiksasi, diambil biakan kultur pada tabung reaksi dengan

menggunakan jarum ose yang telah dipijarkan dan ditaruh diatas kaca

objek, difiksasi agar merata, diteteskan larutan kristal violet diatas kaca

objek sebagai pewarna utama dan ditunggu kurang lebih 30 detik, dilap kaca

objek dengan tisu guna menghilangkan pewarnaan yang berlebih,dicuci

lapisan pewarnaan dengan menggunakan aquades, kemudian diamati

dibawah mikroskop dan dipotret bakteri yang nampak.

2. Prosedur kerja pada praktikum pengecatan Gram, yaitu :

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 10: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Bakteri disiapkan untuk diamati, Disemprot kaca objek dengan

alkohol dan dibersihkan dengan tissue agar tidak mengandung serat yang

dapat mengganggu pengamatan terhadap bakteri, difiksasi, diambil biakan

kultur pada tabung reaksi dengan menggunakan jarum ose yang telah

dipijarkan dan ditaruh diatas kaca objek, difiksasi agar merata, diteteskan

larutan kristal violet diatas kaca objek sebagai pewarna utama dan ditunggu

kurang lebih 1 menit, dilap kaca objek dengan tisu guna menghilangkan

pewarnaan yang berlebih, dicuci lapisan pewarnaan dengan menggunakan

aquades, diteteskan larutan iodium, ditunggu 1 menit, dicuci dengan

aquades, diberi larutan etanol setetes demi setetes hingga etanol yang jatuh

jernih, dicuci dengan aquades, diteteskan safranin dan ditunggu kurang lebih

2 menit, dicuci dengan aquades kemudian diamati dibawah mikroskop dan

dipotret bakteri yang nampak.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 11: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah gambar pengamatan

bakteri dari mikroskop yang menunjukkan bahwa preparat bakteri menjadi

berwarna merah :

Dalam pratikum Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi materi pewarnaan

gram diperoleh hasil pengamatan dari setiap kelompok yang disajikan dalam

table berikut ini

Tabel Hasil Pengamatan Uji Warna Bakteri

Kelompok Jenis bakteri (gram positif/gram ) Hasil uji warna

1 Bakteri Gram

2 Bakteri Gram

3 Bakteri Gram

4 Bakteri Gram

5 Bakteri Gram

6 Bakteri Gram

7 Bakteri Gram

8 Bakteri Gram

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 12: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Tabel Mekanisme Penyerapan Warna

Larutan dan Urutan

penggunaannya

Reaksi dan Tampang Bakteri

Gram Positif Gram Negatif

1. Kristal Violet (KV) Sel berwarna ungu. Sel berwarna ungu.

2. Iodium (I) Kompleks KV-I

terbentuk di dalam sel,

sel tetap berwarna ungu.

Kompleks KV-I terbentuk

di dalam sel; sel tetap

berwarna ungu.

3. Alkohol Dinding sel mengalami

dehidrasi, pori-pori

menciut, daya rembes

dinding sel dan

membran menurun,

KV-I tak dapat keluar

dari sel; sel tetap ungu.

Lipid terekstraksi dari

dinding sel, pori-pori

mengembang, kompleks

KV-I keluar dari sel; sel

menjadi tak berwarna.

4. Safranin Sel tak terpengaruhi,

tetap ungu.

Sel menyerap zat pewarna

ini, menjadi merah.

B. Pembahasan

Pada Pratikum Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi dengan materi

Pengecatan Bakteri yang pertama kali dilakukan adalah dipersiapkan alat dan

bahan alat-alat yang digunakan antara lain mikroskop kaca objek, jarum loop,

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 13: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

tabung reaksi, pipet tetes dan bunsen. Sedangkan bahan yang digunakan adalah

media NA miring, kristal violet, iodium, alkohol 70% , safranin dan aquadest.

Bakteri diambil dari media inokulasi dengan menggunakan jarum loop

karena apabila menggunakan jarum ose dapat merusak media, jarum loop juga

terlebih dahulu dipanaskan diatas bunsen agar kondisinya aseptis. Setelah itu

disentuhkan pada medium yang tidak ada bakterinya karena jika kondisi terlalu

panas bakteri bisa mati. Setelah itu diambil bakteri dan digoreskan pada kaca

objek. Kemudian kaca objek difiksasi dengan bunsen untuk mengkondisikan

aseptis dan untuk memperjelas struktur internal dan eksternal sel. Setelah itu

ditetesi dengan larutan kristal violet yang berfungsi sebagai zat warna utama

dan didiamkan selama kurang lebih 1 menit karena pada waktu 1 menit

diasumsikan dinding sel bakteri sudah mengunci kristal violet.

Setelah itu kaca objek disemprot dengan aquadest hal ini bertujuan agar

kristal violet yang berlebih dapat luntur dan untuk memperjelas pengamatan.

kemudian ditetesi iodium. Iodium berfungsi sebagai penguat warna kristal

ungu dan didiamkan selama 2 menit. Perlakuan ini dilakukan karena selama

waktu tersebut diasumsikan telah cukup jelas memberikan warna ungu pada

bakteri. Setelah itu disemprot lagi dengan aquadest hal ini bertujuan untuk

membersihkan sisa iodium pada bakteri. Kemudian disemprot dengan

menggunakan alkohol 70 %. Alkohol berfungsi untuk melarutkan lemak.

Kemudian disemprot kembali dengan aquadest, hal ini bertujuan untuk

memperjelas pengamatan setelah itu ditetesi dengan menggunukan safranin.

Safranin berfungsi sebagai pewarna sekunder dan sebagai tanda bahwa bakteri

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 14: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

tersebut merupakan gram negatif (-) lalu dibiarkan setengah menit karena

waktu tersebut diasumsikan bahwa dinding sel telah mengunci safranin.

Setelah itu disemprot dengan aquadest hal ini bertujuan untuk membilas

safranin dan untuk memperjelas pengamatan. Kemudian kaca objek diamati di

bawah mikroskop dan didokumentasikan menggunakan kamera.

Gram positif adalah bakteri yang dapat menahan komplek pewarna utama

kristal violet sampai pada akhir prosedur (sel tampak biru gelap atau ungu).

Sedangkan gram negatif adalah bakteri yang kehilangan komplek warna ungu

kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol namun kemudian terwarnai oleh

pewarnaan tandingan safranin (sel tampak merah muda).

Dalam pewarnaan Gram ada 2 kemungkinan yang akan terjadi yaitu

menjadi warna ungu yang menunjukkan gram positif dan warna merah yang

menunjukkan gram negatif. Warna ungu yang terdapat digram positif didapat

karena pada saat bakteri ditetesi dengan Alkohol dinding selnya mengkerut.

Sehingga saat diberi safranin ( pewarnaan sekunder ) bakteri tetap dapat

mempertahankan warna primernya karena pengaruh ketebalan dinding, oleh

karena itu disebut gram positif. Sedangkan gram negatif didapat karena pada

saat bakteri ditetesi dengan etanol dinding selnya tidak dapat mengkerut

dengan kuat karena strukturnya yang tipis, sehingga saat diberi safranin

( pewarnaan sekunder ) bakteri tidak dapat mempertahankan warna primernya,

sehingga warna ungu pudar menjadi merah muda, oleh karena itu disebut gram

negatif. Perbedaan antara bakteri gram positif dan bakteri gam negatif terletak

pada struktur dinding sel dan kandungan asam ribonukleatnya. Hasil yang

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 15: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

diperoleh dari setiap kelompok mengenai pewarnaan gram bakteri berbeda –

beda. Ada yang jenis bakterinya gram (+) dan ada yang jenis bakterinya gram

(-). Gram (+) berwarna ungu karena bakteri tersebut mengikat komplek zat

warna kristal ungu, gram (-) berwarna merah karena mengikat zat warna

sekunder.

Jika sedian kemudian di cuci dengan air, lalu dengan alkohol maka dua

kemungkinan dapat terjadi. Pertama zat warna tambahan terhapus, sehingga

yang nampak ialah zat warna yang asli (ungu). Dalam hal ini sedian (bakteri)

kita sebut gram positif. Kedua zat warna tambahan (merah) bertahan hingga zat

warna asli tidak tampak, dalam hal ini sedian (bakteri) kita katakan gram

negatif.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 16: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum ini adalah preparat mikroba

berwarna ungu atau violet yang menunjukkan bahwa bakteri sampel

merupakan bakteri Gram positif.

B. Saran

Sebaiknya alat-alat dalam praktikum harus steril sehingga tidak terjadi

kontaminasi di dalam Laboratorium. Dalam melaksanakan praktikum,

dilakukan secara jelas oleh asisten agar para praktikan dapat lebih memahami

dan ruangan laboratorium harus dibersihkan sebelum digunakan agar tidak

mengganggu jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Aditiwati, P., Kusnadi, 2003, Kultur Campuran dan Faktor Lingkungan Mikroorganisme yang Berperan dalam Fermentasi Tea-Cider, Jurnal PROC. ITB Sains & Tek. vol. 35(2).

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 17: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Fitri, L., Yasmin Y., 2011, Isolasi dan Pengamatan Morfologi Koloni Bakteri Kitinolitik, Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi Vol. 3(2).

James, J., Colin B., Swain H., 2008, Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Natsir, Djide., Sartini., Syahruddin Kadir, 2003, Mikrobiologi Farmasi Terapan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Makassar.

Suwito W., 2010, Bakteri yang Sering Mencemari Susu: Deteksi, Patogenesis, Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya, Balai Pengkajian Teknologi, Yogyakarta.

Noverita, Fitria D., Sinaga E., 2009, Isolasi dan Uji Aktivitas Anti Bakteri Jamur Endofit dari Daun dan Rimpang Zingiber Ottensi Val., Jurnal Farmasi Indonesia Vol 4 (4).

Thalib, A., Haryanto B., Kompiang S., Mathius I.W., Aini A., 2000, Pengaruh Mikromineral dan Fenilpropionat Terhadap Performans Bakteri Selulolitik Cocci dan Batang dalam Mencerna Serat Hijauan Pakan, Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner Vol. 5 (2).

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135

Page 18: LAPORAN PENGECETAN BAKTERI

PENGECATAN BAKTERI

DIAH ASTARI SALAM SARIPUDDIN, S.Si.O1A1 14 135