laporan pendahuluan pasien dengan sinovial sarkoma

32
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINOVAL KARSINOMA DI RUANG A2 ( BEDAH WANITA & ANAK ) RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh: DIAN AJI WIBOWO P. 17420110007 JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 1

Upload: hangger-putro-pangarso

Post on 07-Aug-2015

474 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINOVAL KARSINOMA

DI RUANG A2 ( BEDAH WANITA & ANAK )

RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh:

DIAN AJI WIBOWO

P. 17420110007

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2012

1

Page 2: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SINOVIAL SARKOMA

DI RUANG A2 ( Bedah Wanita & Anak ) RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

a. Definisi

Sarkoma jaringan lunak adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan mesenchym yang

terdapat pada kerangka tubuh, kepala, leher dan ekstremitas kecuali tulang dan tulang rawan.

Dalam kategori jaringan lunak termasuk otot, tendon, fascia, ligament, lemak, pembuluh darah,

pembuluh limfe, saraf perifer, saraf autonom, ganglion, bursa, synovia, kartilago palpebra,

kartilango telinga dan lain-lain, namun tidak termasuk tulang, kartilago, sumsum, kartilago

hidung, mamae dan jaringan lunak dalam organ.

Synovial sarcoma: Sebuah keganasan bermutu tinggi pada jaringan lunak. Terjadi di

daerah para-artikular. Serta jarang terjadi di dalam sendi. Insidennya di Indonesia belum

diketahui pasti, namun diperkirakan 1 per 100.000 penduduk dan merupakan 1% dari seluruh

tumor ganas. Sekitar 60% sarkoma jaringan lunak mengenai ekstremitas, dimana ekstremitas

bawah 3 kali lebih sering daripada ekstremitas atas. Sisanya, 30% mengenai badan dan 10%

mengenai kepala dan leher.

Faktor predisposisi sarkoma jaringan lunak adalah genetika, radiasi, virus, iatrogenik

(mis. Radiasi), dan imunologi. Lokasi: Lower ekstremitas: 60%, Upper ekstremitas: 25%.

Batang: 10%. Kepala / leher: 10%. Tidak ada penyebab dikenal, tetapi koneksi genetik untuk

sarkoma sinovial ada. Synovial sarcoma: Terjadi pada pasien muda (15-40 tahun),

Pria:Wanita adalah rasio 1,2:1. Tidak ada faktor risiko yang diketahui.

2

Page 3: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

b. Etiologi

Genetika Sinovial: Sebuah kelainan kromosom karakteristik ditemukan dalam semua

kasus. Balanced translokasi timbal balik: t (X; 18) (p11.2; q11.2): SYT gen pada kromosom 18

SSX1 atau SSX2 pada kromosom X Gen fusi produk: SYT-SSX1, SYT-SSX2

c. Patofisiologi

Sinovial sarkoma: Tidak diatur pertumbuhan massa jaringan lunak. Hematologi

menyebar ke paru-paru. Limfatik menyebar ke kelenjar getah bening\ sarkoma epithelioid dapat

timbul dalam jaringan superfisial atau mendalam. Ketika dangkal, itu tumbuh di jaringan bawah

kulit sebagai benjolan dan mungkin memborok melalui kulit.

Dalam jaringan yang mendalam, seringkali terpasang kuat ke otot, tendon, atau struktur

fasia. Dalam 'Klasifikasi WHO dari Jaringan Lunak dan Bone Tumor' terakhir SS

diklasifikasikan di antara tumor ganas diferensiasi yang tidak pasti, tidak memiliki sebuah

jaringan mitra yang tepat normal (WHO 2002). Bahkan jika khas dari jaringan lunak, SS

dijelaskan juga di situs lain, seperti ginjal, paru, dan pleura.

Temuan Gross: Diameter SSS bervariasi dari 3 sampai 10 sentimeter (cm). Tumor

cenderung multinodular dan dapat fibrosis. Ketika mereka tumbuh lambat, mereka cenderung

telah mendorong margin dan dibatasi oleh pseudocapsule berserat. SS diferensiasi buruk tumbuh

pesat dengan margin infiltratif, menunjukkan perdarahan dan nekrosis.

Histologi Temuan: SS terdiri dari dua jenis sel morfologi dan immunophenotypically

berbeda: sel spindle, seragam dan relatif kecil, dengan inti oval dan sitoplasma langka,

membentuk lembaran solid, dan sel epitel, yang ditandai dengan diferensiasi epitel benar.

SSS diklasifikasikan berdasarkan penampilan morfologi mereka sebagai:

Biphasic SS

Monophasic SS

Monophasic epitel SS (luar biasa)

SS Diferensiasi buruk

3

Page 4: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

Biphasic SS menunjukkan baik spindle dan sel epitel dalam proporsi yang bervariasi.

SS monophasic hanya menunjukkan komponen sel spindle.

SS epitel kelenjar monophasic murni adalah entitas teoritis dan membutuhkan genetika

molekuler harus dibedakan dari adenokarsinoma.

SS diferensiasi buruk menunjukkan salah satu dari tiga pola morfologi: sel besar /

epithelioid / rhabdoid pola, pola sel kecil, dan spindle tinggi pola sel kelas

Sarkoma sinovial buruk Differentiated dianggap sebagai bentuk kemajuan, dengan

perilaku yang lebih agresif dan persentase yang lebih tinggi metastasis (Weiss 2001). Di daerah

kurang selular bisa ada hialinisasi, perubahan myxoid dan kalsifikasi, dengan atau tanpa

perubahan osifikasi dan jarang chondroid.

d. Tanda dan Gejala

Pasien datang dengan massa jaringan lunak. Nyeri hadir dalam ~ 50%.

Beberapa pasien catatan kehadiran jangka panjang dari massa. Mungkin pertumbuhan yang

lambat atau cepat. Pasien dapat mencatat bahwa massa telah hadir untuk waktu yang singkat dan

berk embang atau yang telah ada untuk waktu yang lama dengan pertumbuhan sedikit atau tidak

ada.

Gangguan mobilisasi atau pergerakan bisa juga terjadi pada pasien dengan synovial

sarcoma karena dengan adanya massa yang membesar di sekitar sendi dan mendesak sendi,

sangat memungkinkan penderita akan kesulitan untuk menggerakkan sendi tersebut.

4

Page 5: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

e. Pemeriksaan Klinis

A. Anamnesis

Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan utama pasien

SJL daerah ekstremitas tersering adalah benjolan yang umumnya tidak nyeri dan sering

dikeluhkan muncul setelah terjadi trauma didaerah tersebut. Untuk SJL lokasi di

visceral/retroperitoneal umumnya dirasakan ada benjolan abdominal yang tidak nyeri, hanya

sedikit kasus yang disertai nyeri, kadang-kadang terdapat pula perdarahan gastro intestinal,

obstruksi usus atau berupa gangguan neuro vaskular.

Perlu ditanyakan bila terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya, keluhan yang

berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap jaringan sekitar, dan ketuhan yang

berhubungan dengan metastasis jauh.

5

Page 6: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

B. Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan status generalis untuk menilai keadaan umum penderita dan tanda-tanda

metastasis pada paru, hati dan tulang.

2. Pemeriksaan status lokalis meliputi:

a. Tumor primer:

Lokasi tumor

Ukuran tumor

Batas tumor, tegas atau tidak

Konsistensi dan mobilitas

Tanda-tanda infiltrasi, sehingga perlu diperiksa fungsi motorik/sensorik dan tanda-tanda

bendungan pembuluh darah, obstruksi usus, dan lain-lain sesuai dengan lokasi lesi.

b. Metastasis regional:

Perlu diperiksa ada atau tidaknya pembesaran kgb regional.

6

Page 7: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto polos untuk menilai ada tidaknya inliltrasi pada tulang.

2. MRI/CT-scan untuk menilai infiltrasi pada jaringan sekitarnya

3. Angiografi atas indikasi

4. Foto thoraks untuk menilai metastasis paru

5. USG hepar/sidik tulang atas indikasi untuk menilai metastasis

6. Untuk SJL retroperitoneal perlu diperiksa fungsi ginjal.

7. Biopsi

Tidak dianjurkan pemeriksaan FNAB (sitologi)

Sebaiknya dilakukan “core biopsy” atau “tru cut biopsy” dan lebih dianjurkan untuk

dilakukan biopsi terbuka, yaitu bila ukuran tumor < 3 cm dilakukan biopsi eksisi dan bila

> 3 cm dilakukan biopsi insisi.

8.   Untuk kasus kasus tertentu bila meragukan dilakukan emeriksaan imunohistokimia

Setelah dilakukan pemeriksaan di atas diagnosis ditegakkan, selanjutnya ditentukan

stadium sebelum melakukan tindakan terapi terlebih dahulu harus dipastikan kasus SJL tersebut

kurabel atau tidak, resektabel atau tidak, dan modalitas terapi yang dimiliki, serta tindakan

rehabilitasi.

7

Page 8: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

f. Prosedur Terapi

Risk-adapted treatment program for synovial sarcoma, European pediatric Soft Tissue

Sarcoma Study Group EpSSG, NRSTS 2005 protocol.

Dibedakan atas lokasi SJL, yaitu:

1. Ekstremitas

2. Visceral/ retroperitoneal

3. Bagian tubuh lain

4. SJL dengan metastasis jauh

8

Page 9: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

A. Ekstremitas

Pengelolaan SJL di daerah ekstremitas sedapat mungkin haruslah dengan tindakan “the

limb-sparring operation” dengan atau tanpa terapi adjuvant (radiasi/khemoterapi). Tindakan

amputasi harus ditempatkan sebagai pilihan terakhir. Tindakan yang dapat dilakukan selain

tindakan operasi adalah dengan khemoterapi intra arterial atau dengan hyperthermia dan “limb

perfusion“.

1. SJL Pada Ekstremitas Yang Resektabel

Setelah diagnosis klinis onkologi dan diagnosis histopatologi ditegakkan secara biopsi

insisi/eksisi, dan setelah ditentukan gradasi SJL serta stadium klinisnya, maka dilakukan

tindakan eksisi luas. Untuk SJL yang masih operabel/resektabel, eksisi luas yang dilakukan

adalah eksisi dengan “curative wide margin‘: yaitu eksisi pada jarak 5 cm atau lebih dari zona

reaktif tumor yaitu daerah yang mengalami perubahan warna disekitar tumor yang terlihat secara

inspeksi, yang berhubungan dengan jaringan yang vaskuler, degenerasi otot, edema dan jaringan

sikatrik.

Untuk SJL ukuran < 5 cm dan gradasi rendah, tidak ada tindakan adjuvant setelah

tindakan eksisi luas.

Bila SJL ukuran > 5 cm dan. gradasi rendah, perlu ditambahkan radioterapi eksterna

sebagai terapi adjuvan.     erlu ditambahkan

Untuk SJL ukuran 5-10 cm dan gradasi tinggi dittambahkan radioterapi eksterna atau

brakhiterapi sebagai terapi adjuvan

Bila SJL ukuran > 10 cm dan gradasi tinggi, pertu dipertimbangkan pemberian

khemoterapi preoperatif dan pasta operatif dilakukan pemberian radioterapi eksterna atau

brakhiterapi.

9

Page 10: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

2. SJL Pada Ekstremitas Yang Tidak Resektabel

Ada 2 pilihan yang dapat dilakukan, yaitu:

Sebelum tindakan eksisi luas terlebih dahulu ditakukan radioterapi preoperatif atau neo

adjuvan khemoterapi sebanyak 3 kali.

Pilihan lain adatah dilakukan terlebih dahulu eksisi kemudiian dilanjutkan dengan radiasi

pasta operasi atau khemoterapi. Eksisi yang dapat dilakukan:

Eksisi “wide margin” yaitu 1 cm diluar zona reaktif.

Eksisi “marginal margin” yaitu pada batas pseudo capsul.

Eksisi “intralesional margin” yaitu memotong parenchim tumor atau debunking, dengan

syarat harus membuang massa tumor > 50% dan tumornya harus berespon serhadap

radioterapi atau khemoterapi.

Perlu perhatian khusus untuk SJL yang tidak ada respon terhadap radioterapi atau

khemoterapi dapat dipertimbangkan tindakan amputasi.

B. SJL Di Daerah Viseral/Retroperitoneol

Jenis histopatotogi yang sering ditemukan adalah liposarkoma dan leiomiosarkoma. Bila

dari penilaian klinis/penunjang ditegakkan diagnosis SJL viseral/retroperitoneal harus dilakukan

pemeriksaan tes fungsi ginjal dan pemeriksaan untuk menilai pasase usus. Sebelum operasi

dilakukan “persiapan kolon” untuk kemungkinan dilakukan reseksi kolon. Modalitas terapi yang

utama untuk SJL viseral/retroperitoneal adalah tindakan operasi.

Bila SJL telah menginfiltrasi ginjal dan dari tes fungsi ginjal diketahui ginjal kontralateral

dalam kondisi baik, maka tindakan eksisi luas harus disertai dengan tindakan nefrektomi. Dan

bila telah menginfiltrasi kolon, maka dilakukan reseksi kolon. Seringkali tindakan eksisi luas

yang dilakukan tidak dapat mencapai reseksi radikal karena terbatas oleh organ-organ vital

seperti aorta, vena cava, dan sebagainya, sehingga tindakan yang dilakukan tidak radikal dan

terbatas pada pseudo kapsul. Untuk kasus yang demikian perlu dipikirkan terapi adjuvan, berupa

khemoterapi dan atau radioterapi.

10

Page 11: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

C. SJL Dengan Metastasis luas

Bila lesi metastasis tunggal masih operabel/ resektabel dapat dilakukan tindakan eksisi,

tetapi bila tidak dapat dieksisi, maka dilakukan khemoterapi dengan Doxorubicin sebagal obat

tunggal atau dengan obat khemoterapi kombinasl, yaitu Doxorublcin + Ifosfamide, terutama

untuk pasten dengan status performance yang baik.

Obat-obat kombinasi yang lain adalah :

Doxorubicin + Dacarbazine

CyVADIC

Doxorubicin + Ifosfamide + Mesna + Dacarbazine

Ruang lingkup : Sarkoma jaringan lunak

Indikasi operasi : Semua sarkoma jaringan lunak. Terapi primer sarkoma jaringan lunak

adalah eksisi luas.

Kontra indikasi operasi : Keadaan umum yang buruk, tumor dengan metastasis (relative)

Diagnosis Banding : Tumor ganas, Tumor jinak jaringan lunak

Pemeriksaan penunjang : Darah lengkap, faal hemostasis, fungsi hati, fungsi ginjal, rontgen

thorax, USG abdomen, foto tulang, CT Scan/MRI, hasil patologi anatomi biopsi/kelenjar

limfe regional dengan atau tanpa immunohistokimia

g. Algoritma Dan Prosedur

Algoritma

Pembedahan merupakan terapi yang utama pada sarkoma soft tissue. Pembedahan secara

garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu Amputasi dan pembedahan yang mempertahankan

tungkai.

11

Page 12: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

1.  Amputasi

Amputasi dilakukan pada sarkoma enggota gerak dengan batas satu sendi diatasnya. Ada

beberapa syarat bila kita melakukan amputasi:

Lokal rekuren pada high grade karsinoma

Mengenai pembuluh darah utama

Mengenai jaringan saraf yang utama

Sudah mengenai tulang di bawahnya

Sudah teradi kontaminasi sel karsinoma yang lugs

Sudah terjadi fraktur patologis

Infeksi pada tempat biopsi atau tumornya sendiri

2. Pembedahan yang mempertahankan anggota gerak (limb salvage)

Dalam pembedahan yang mempertahankan anggota gerak, bisa kita lakukan beberapa

prosedur antara lain: Compartment resection, wide local excition dan marginal excition

Marginal Excition

Pada marginal eksisi, eksisi dilakukan melalui pseudocapsul (reactive zone) dimana

secara mikroskopis sel-sel karsinoma masih tertinggal, daerah yang kita operasi

terkontaminasi oleh sel-sel karsinoma. Terjadinya rekurensi tinggi, bisa mencapai 100%

pada yang high grade dan pada yang low grade juga tinggi.

Biasanya marginal eksisi dilakukan pada sarkoma di retroperitoneal atau pada kepala-

leher, yang segera diikuti dengan pemberian radioterapi dan kemoterapi.

Wide lokal eksisi

Pada wide lokal eksisi, eksisi dilakukan 2-3 cm diluar pseudocapsul (reactive zone), bila

kita ingin menyelamatkan saraf dan pembuluh darah maka eksisi bisa dilakukan lebih

sempit lagi.

Sebelum kita melakukan wide lokal eksisi, kita harus memperhatikan tipe histologi,

grade, ukuran tumor, dan lokasinya dimana.

12

Page 13: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

Compartment reseksi

Compartment reseksi adalah suatu tindakan yang radikal pada operasi penyelamatan

anggota gerak yang mana tumor beserta dengan otot di sekitarnya pada compartment

tersebut diangkat.

Reseksi ini seringkali dilakukan pada ekstremitas bawah yang terbagi menjadi

compartment anterior, medial dan posterior.

Sarkoma pada paha yang tidak melewati batas dari compartment dapat dilakukan

compartment reseksi.

ad. Reseksi compartment anterior

Compartement anterior meliputt otot vastus lateralis, vastus medius, vastus intermedius,

rectus femoria, sartorius serta saraf femoralis ramus kutanaeus.

Pada reseksi anterior idealnya dilakukan pada tumor yang hanya mengenai kelompok otot

quadrisep (vastus lateralis, vastus medius, vastus intermedius serta rectus femoris) dan

tidak mengenai tulang atau struktur neurovaskuler yang penting.

Setelah dilakukan reseksi compartment anterior terjadi kelemahan ekstensi dari kaki dan

hilangnya sensasi pada paha daerah anterior serta bagian medial dari kaki.

Untuk kelemahan dari ekstensi dapat dilakukan operasi transplantasi dari otot lateral atau

medial, lalu pasien menggunakan ankle/foot orthosis (AFO) dengan plantar fleksi 5°.

Radioterapi sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan disfungsi dari seksual,

merusak rekonstruksi tendon, dan tertadinya kekakuan yang hebat pada lutut.

Teknik Operasi

A. Reseksi compartment anterior

Compartement anterior meliput otot vastus lateralis, vastus medius, vastus intermedius,

rectus femoria, sartorius serta saraf femoralis ramus kutanaeus.

Pada reseksi anterior idealnya dilakukan pada tumor yang hanya mengenai kelompok otot

quadrisep (vastus lateralis, vastus medius, vastus intermedius serta rectus femoris) dan

tidak mengenai tulang atau struktur neurovaskuler yang penting.

13

Page 14: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

Setelah dilakukan reseksi compartment anterior terjadi kelemahan ekstensi dari kaki dan

hilangnya sensasi pada paha daerah anterior serta bagian medial dari kaki.

Untuk kelemahan dari ekstensi dapat dilakukan operasi transplantasi dari otot lateral atau

medial, lalu pasien menggunakan ankle/foot orthosis ( AFO ) dengan plantar fleksi 5°.

Radioterapi sebaiknya dihindari karena dapat menyebabkan disfungsi dari seksual,

merusak rekonstruksi tendon, dan terjadinya kekakuan yang hebat pada lutut.

1. Posisi pasien telentang.

2. Insisi elip longitudinal mulai dari anterior inferior iliac spine sampai ke patella, bila

patella terkena insisi diperlebar sampai tuberkel tibia, tulang patella juga dieksisi

3. Kita buat flap (kulit dan jaringan subcutan) superficial dari fascia lata dengan batas

medialnya otot adductor dan batas lateralnya otot-otot fleksor vena saphena diligasi pada

fossa ovalis

4. Otot-otol quadriceps kita traksi ke lateral, cabang arteri dan vena femoralis yang ke otot-

otot tersebut kita ligasi mulai dari atas ke bawah, pada daerah kanal hunter kita

memotong otot yang melintang arteri femoralis

5. Pemotongan origo dan otot tensor fascia lata pada wing dari tulang ilium, origo dari otot

sartorius pada SIAS, serta origo dari otot rectus femoris pada anterior inferior iliac spine

dengan elektrocauter

6. Dilanjutkan dengan pemotongan origo dari otot-otot vastus lateralis, medial dan

intermedius pada femur.

7. Insersi pada tulang patella dipotong pada tulang tersebut juga ikut terpotong bursa dari

pre dan postpatela serta insersi otot vastus medial juga dipotong pada ligamen kolateral

medialis

8. Rekonstruksi dilakukan dengan menjahitkan otot-otot gracilis dan bisep femoris ke

tendon dari patella setelah kita bebaskan dari ligamen kolateral medial dan lateral lalu

kedua otot tersebut kita jahitkan untuk menutupi.

14

Page 15: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

9. 1 /3 distal dari femur

10. Cuci luka operasi dengan cairan normal saline lalu pasang dua buah drain dibawah flap.

Dan fiksasi drain pada kulit lalu dihubungkan pada sistim suction tertutup dengan vakum.

Mobilisasi pasien setelah edema berkurang

11. 2 minggu kemudian penderita memakai ankle/fool orthosis

B. Reseksi compartment posterior

Compartment posterior meliputi otot hamstring group. Reseksi ini idealnya dilakukan

pada tumor grade 1 dan grade 2 yang terbatas pada compartment ini. Bila tumor sudah mengenai

nervus sciatic, maka nervus ini diambil juga dengan fungsi kaki yang memuaskan.

1. Posisi pasien tertelungkup

2. Insisi elip dari poplitea sarnpai pelipatan pantat, lalu dibuat flap dengan batas

medialnya otot gracilis dan batas lateralnya iliotibial tract

3. Flap dilakukan lalu tampak otot-otot semitendinosus, semimembranosus, bisep femoris

4. Klem Origo lalu dipotong pada ischial tuberositas

5. Kemudian otot-otot dibebaskan

6. Arteri, vena yang ke otot-otot tersebut diligasi serta nervus juga dipotong

7. Insersi dari otot bisep femoris (long head) dipotong pada daerah tendonnya, disini hati-

hati jangan mencederai nervus peroneus

8. Insersi dari otot semimembranosus dan semitendinosus dipotong pada daerah

tendonnya

9. Nervus sciatic juga diangkat bila terkena infiltrasi tumor

10. Kemudian cuci luka dengan cairan normal saline lalu pasang dua drain. Dan fiksasi

drain pada kulit lalu dihubungkan pada sistem suction tertutup dengan vakum.

15

Page 16: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

C. Reseksi compartment medial

Compartment medial meliputi m. gracilis, adductor (longs, brevis, magnus) dan m.

pectineus. Reseksi ini hasilnya paling baik dibandingkan dengan yang lain. Eksisi dari kelenjar

getah bening tidak dianjurkan kecuali bila tumor tersebut secara langsung mengenai kelenjar

tersebut, pada rhabdomiosarcoma atau sinovial sarcoma yang Bering metastase ke kelenjar getah

bening, kelainan pada kelenjar hanya sebesar 20%.

1. Posisi pasien terlentang dengan kaki sedikit fleksi dan abduksi.

2. Insisi elip dari tuberkel pubis sampai epicondilus medialis dari tibia, T insisi dilakukan

bila tumor tersebut besar atau pada bagian atas dari otot-otot adductor, flap dibuat dengan

batas lateral otot sartorius, batas medialnya ototoitot fleksor.

3. Kita buat flap dengan batas atas ramus pubis, batas bawah epicondilus medial dari tibia,

batas lateral otot sartorius, batas medialnya otot-otot fleksor.

4. Arteri femoralis profondus diligasi dibagian distal dari medial circumflex arteri femoralis

5. Otot-otot adductor dipotong origonya pada tulang pubis mulai dari origo otot pectineus,

adductor longus, adductor brevis, gracilis, adductor magnus

6. Secara tajam otot-otot adductor dibebaskan dari otot-otot fleksor dan nervus sciatic

7. Kemudian cuci luka dengan cairan normal saline lalu pasang dua buah drain dan fiksasi

drain pada kulit lalu hubungkan pada sistim suction tertutup dengan vakum

Komplikasi operasi

a. Perdarahan

Bila hemostasis tidak baik, dapat terjadi perdarahan di daerah operasi. Pada insisional

biopsi tumor, mudah terjadi perdarahan. Bila perdarahan merembes dan tidak dapat dijahit

(jaringan rapuh), dilakukan penekanan dan balut tekan diatas titik perdarahan.

16

Page 17: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

b. Infeksi dan Nekrosis Flap

Infeksi dapat muncul bila tehnik aseptik tidak dilaksanakan dengan tepat, atau sudah ada

infeksi di daerah yang di biopsi. Nekrosis flap terjadi bila terlalu tegang atau terlalu tipis, atau

tulang menekan flap dari dalam (pemotongan tulang kurang pendek).

Komplikasi Operasi : Perdarahan, Infeksi, Nekrosis

Mortalitas : Tergantung berat – ringannya penyakit

j. Perawatan Pasca Bedah

Elevasi tungkai selama 3-5 hari untuk mencegah edema post operasi

Drain diangkat kira-kira pada hari ke 5 bila produsi minimal

Antibiotika diberikan selama 3-5 hari sampai drain diangkat

Isometrik exercise esok harinya setelah operasi

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengakajian

•    Nyeri diatas area yang sakit dari ekstremitas, khususnya pada malam hari.

•    Keterbatasan pengguanaan ekstremitas

•    Anoreksia

•    Penurunan berat badan

•    Kelelahan

•    Pembengkakan lokal dengan atau tanpa trauma

•    Peningkatan suhu kulit diatas area yang dipengaruhi

17

Page 18: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

B.    Diagnosa keperawatan

1. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan diagnosis kanker dan prognosa yang

tidak pasti

Kriteria hasil:

Ansietas, kekuatiran dan kelemahan menurun pada tingkat yang dapat

mendemonstrasikan kemandirian yang meningkat dalam aktivitas dan proses

pengambilan keputusan.

Intervensi keperawatan:

a. gunakan pendekatan yang tenang dan berikan suatu suasana lingkungan yang

dapat diterima.

R/ membantu pasien dalam menbangun kepercayaan pada tenaga kesehatan

b. evaluasi kemampuan pasien dalam pembuatan keputusan

R/ membantu pengkajian terhadap kemandirian dalam pengambilan keputusan.

c. dorong sikap harapan yang realistis

R/ meningkatkan kedamaian diri

d. dukung pengguanaan mekanisme pertahanan diri yang sesuai

R/ meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah

e. klasifikasi persepsi pasien tentang proses penyakit, pengobatan .

R/ membantu dalam memahami informasi yang penting dan menghilangkan

mitos.

f. jawab pertanyaan pasien atau bantu mereka dalam mendapatkan informasi.

R/ menemulan kebutuhan penyuluhan pasien mungkin dapat membantu dalam

koping

g. dorong untuk bersikap asertif dalam mencari informasi

R/ untuk menemukan kebutuhan pasien.

18

Page 19: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

2. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan pengobatan kemoterapi berkaitan dengan

destruksi secara cepat pembelahan sel hematopoetik normal yang mengakibatkan

immunosupresi.

Kriteria hasil:

Penurunan potensial infesksi

Intervensi keperawatan:

a. pantau infeksi sistemik atau lokal infeksi

R/ kekurangan neutropil selama granulositopenia menghambat kemampuan untuk

melawan infeksi dan dapat menutupi munculnya tanda- tanda infeksi.

b. pantau tanda- tanda vital setiap 4 jam dan lebih sering jika diperlukan.

R/ demam atau hipotermia mungkin mengindikasikan munculnya infeksi pada pasien

granulositopetik.

c. kaji semua daerah prosedur invasif terhadap kemungkinan adanya tanda infeksi

R/ membantu mengidentifikasi komplikasi

d. kaji kemungkinan adanya kerusakan kulit dan permukaan mukosa

R/ kulit dan membran mukosa memberikan jalan pertama dari pertahanan terhadap

mikroorganisme

e. laporkan demam diatas 37,7 C dengan segera

R/ peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan jumlah sel darah putih yang rendah

mungkin hanya merupakan tanda infeksi pasien.

f. mulai terapi antibotik dengan segera setelah diperoleh kultur yang perlu.

R/ pasien dapat mengalami sepsis dalam12 jam demam tinggi jika tidak diobati

dengan antibiotik.

g. bantu pasien mengenai kebersihan diri meliputi mandi, kebersihan mulut dan

perawatan perineal.

R/ menurunkan kehadiran organisme endogen.

h. anjurkan istirahat sesuai kebutuhan

R/ keletihan dapat menekan sistem imun tubuh

i. ganti semua balutan setiap hari termasuk pada jalur sentral

R/ mencegah sepsis pada daerah invasif atau daerah lain.

19

Page 20: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,

muntah dan diare karena kemoterapi

kriteria hasil:

pasien mempertahankan berat badan 5 % sebelum pengobatan. Pasien tidak mengalami

mual, muntah atau jika akan dikontrol dan diminimalkan.

Intervensi keperawatan:

a. kaji   masukan makanan dan cairan.

b. beritahu jika pasien mempunyai beberapa jenis alergi

c. kolaborasi dengan ahli gizi sesuai kebutuhan

d. timbang berat badan pasien saat masuk dan setiap minggu dengan menggunakan

timbangan yang sama

e. anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering

f. instruksikan untuk menelan obat antiemetik sebelum makan jika ada mual atau

muntah

g. anjurkan pasien untuk mencoba makanan yang berbeda jika ada perubahan rasa

kecap.

4. Perubahan eliminasi urinarius berhubungan dengan efek samping kemoterapi yang dapat

mengakibatkan kemoterapi hematuria atau tosisitas renal.

Krietria hasil:

Eliminasi urine optimal dapat dipertahankan

Intervensi keperawatan:

a. pantau eliminasi urine yang meliputi warna, jumlah, adanya sel darah merah.

Ureum, keratinin

b. berikan kemoterapi pada pagi hari

c. instruksikan pasien untuk minum paling sedikit 8- 12 gelas perhari sebelum atau

sesudah kemoterapi.

d. Instruksikan pasien untuk berkemih setiap dua sampai tiga jam sebelum tidur dan

ketika bangun di malam hari.

e. Beritahu mengenai rasioanal untuk masukan cairan adekuat dan sering berkemih.

20

Page 21: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

5. Nyeri berhubungan dengan intervensi pembedahan

Kriteria hasil:

Nyeri tidak ada atau terkontrol

Intervensi keperawatan:

a. tentukan letak nyeri, karakteristik, kualitas dan beratnya sebelum pasien

mendapatkan pengobatan.

b. Cek pesanan medis terhadap obat, dosis dan frekuensi pemberian analgetik

c. Cek riwayat alergi obat

d. Pilih analgesik yang sesuai jika lebih dari satu yang diresepkan.

e. Pantau tanda- tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik narkotik

untuk dosis pertama atau jika ada tanda yang tidak umum mohon dicatat.

f. Bantu relaksasi untuk memfasilitasi respon terhadap analgetik

g. Berikan analgetik pada waktunya terutama untuk nyeri berat.

6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, nyeri karena

pembedahan atau amputasi bagian tubuh yang terkena, interupsi pembedahan atau

pengangkatan otot – otot ,kartilago dan ligamen.

Kriteria hasil:

Pasien mampu bergerak atau berpidah secara mandiri

Intervensi keperawatan:

a.    Kaji puntung terhadap pembengkakan dan tanda –tanda infeksi.

b.    Kaji balutan terhadap perdarahan

c.    Tinggikan kepala tempat tidur selama 24 jam pertama setelah amputasi

d.    Posisikan anggota badan yang sakit pada kesejajaran tubuh yang tepat

e.    Posisikan pasien degan amputasi kaki pada lambung 3 x sehari

f.    Posisikan puntung dibawah lutut pada posisi ekstensi

g.    Berikan alat untuk berpegangan diatas tempat tidur

h.    Bantu dalam latihan dengan tepat

21

Page 22: Laporan Pendahuluan Pasien Dengan Sinovial Sarkoma

DAFTAR PUSTAKA

Charlotte And Gale.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. Egc. Jakarta

Mezzelani A, Mariani L, Tamborini E, et al. SYT-SSX fusion genes and prognosis in synovial

sarcoma. Br J Cancer 85:1535-1539, 2001.

Spillane AJ, A'Hern R, Judson IR, et al. Synovial sarcoma: a clinicopathologic, staging, and

prognostic assessment. J Clin Oncol 18 :3794-3803, 2000.

WHO Classification of Tumours. Pathology and Genetics. Tumours of Soft Tissue and Bone.

CDM Fletcher, KK Unni, and F Mertens eds. IARC Press, Lyon, 2002.

Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta: EGC

Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 4 buku II.

Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner

& Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

22