laporan pendahuluan dm

41
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS A. DEFINISI Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. B. KLASIFIKASI Berdasarkan klasifikasi dari WHO dibagi beberapa type yaitu : 1. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan. 2. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu : a. Non obesitas b. Obesitas Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya resistensi aksi

Upload: nurvina-taurimasari

Post on 02-Dec-2015

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Dm

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. DEFINISI

Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

B. KLASIFIKASI

Berdasarkan klasifikasi dari WHO dibagi beberapa type yaitu :

1. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus

(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes (JOD),

klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya

ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau

usia muda dapat disebabkan karena keturunan.

2. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus

(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes

(MOD) terbagi dua yaitu :

a. Non obesitas

b. Obesitas

Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,

tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.

Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan

obesitas.

3. Diabetes Mellitus Type Lain

a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan

hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,

kelainan genetik dan lain-lain.

b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam

hidotinik.

Page 2: Laporan Pendahuluan Dm

c. Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa

selama kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada

pertengahan kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan

dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini

meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

C. ETIOLOGI

Secara umum penyebab terjadinya DM tidak diketahui secara pasti, namun

dimungkinkan karena faktor :

1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)

a. Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan

pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human

Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang

bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun

lainnya.

b. Faktor imunologi

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun.

Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada

jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas,

sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau

toksin tertentu dapat memicu proses autuimun yang dapat

menimbulkan destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin (DMTTI)

Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor

genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

Page 3: Laporan Pendahuluan Dm

mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan

dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak

terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-

mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu,

kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa

menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan

dalam pengikatan insulin dengan reseptor.

Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor

yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan

abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport

glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang

cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi

insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan

euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes

Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent

Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen

bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang

dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

d. Kelompok etnik

D. PATOFISIOLOGI

Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak

terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat

Page 4: Laporan Pendahuluan Dm

disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan

diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami

peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera

makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup

kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis

(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa

baru dari asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi

insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turun

menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang mengganggu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti

hiperventilasi, napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan

perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.

Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian

reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Retensi insulin pada diabetes tipe

II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Page 5: Laporan Pendahuluan Dm

Untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin

yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal

atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan

meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

Page 6: Laporan Pendahuluan Dm

E. PATHWAY

Page 7: Laporan Pendahuluan Dm

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala diabetes mellitus type 1 muncul secara tiba–tiba pada usia anak–

anak sebagai akibat dari kelainan genetika sehingga tubuh tidak memproduksi

insulin dengan baik. Gejala–gejalanya antara lain adalah sering buang air kecil,

terus menerus lapar dan haus, berat badan turun, kelelahan, penglihatan kabur,

infeksi pada kulit yang berulang, meningkatnya kadar gula dalam darah dan air

seni, cenderung terjadi pada mereka yang berusia dibawah 20 tahun.

Sedangkan diabetes mellitus tipe II muncul secara perlahan–lahan sampai

menjadi gangguan kulit yang jelas, dan pada tahap permulaannya seperti gejala

pada diabetes mellitus type I, yaitu cepat lemah, kehilangan tenaga, dan merasa

tidak fit, sering buang air kecil, terus menerus lapar dan haus, kelelahan yang

berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit yang berkepanjangan,

biasanya terjadi pada mereka yang berusia diatas 40 tahun tetapi prevalensinya

kini semakin tinggi pada golongan anak–anak dan remaja.

Gejala–gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai keletihan

akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urine sehingga bila urine

tersebut tidak disiram akan dikerubungi oleh semut adalah tanda adanya gula.

Gejala lain yang biasa muncul adalah penglihatan kabur, luka yang lam asembuh,

kaki tersa keras, infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita, impotensi pada

pria.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronik.

1. Komplikasi Akut, ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang

penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah

dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah:

a. Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut

dari suatu perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik

ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak

cukupnya jumlah insulin yang nyata.

Page 8: Laporan Pendahuluan Dm

b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang

didominasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai

perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN

dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada

KHHN.

c. Hypoglikemia

Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)

terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga

60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat

insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang

terlalu sedikit.

2. Komplikasi kronik

Diabetes Melitus pada adsarnya terjadi pada semua pembuluh darah

diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi

menjadi 2 yaitu (Long 1996) :

a. Mikrovaskuler

Ginjal

Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan

mikrovaskuler adalah perubahan pada struktural dan fungsi

ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme

filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan

kebocoran protein darah dalam urin.

Penyakit Mata (Katarak)

Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala

penglihatan sampai kebutaan. Keluhan penglihatan kabur

tidak selalui disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 : 588).

Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang

berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakan lensa dan

kerusakan lensa (Long, 1996 : !6).

Neuropati

Page 9: Laporan Pendahuluan Dm

Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem

saraf otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat.

Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain

dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan

hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi saraf.

b. Makrovaskuler

Penyakit Jantung Koroner

Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus

maka terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan

darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik

atau hipertensi. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh

darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis),

dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau stroke.

Pembuluh darah kaki

Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf

sensorik, keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor

dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren.

Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami

hipertropi, pada sel–sel kuku yang tertanam pada bagian kaki,

bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus, demikian juga pada

daerah–daerah yang tekena trauma.

Pembuluh darah otak

Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan

sehingga suplai darah ke otak menurun.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium:

1. Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang, > 200 mg/dL.

2. Biasanya, tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar

glukosa darah meningkat di bawah kondisi stress.

3. Gula darah puasa (FBS) ; >140 mg/dl

4. Kadar glukosa sewaktu (GDS) ; >200 mg/dl

Page 10: Laporan Pendahuluan Dm

5. Urinolisa positif terhadap glukosa dan keton.

Pada respon terhadap defisiensi intraseluler, protein dan lemak diubah

menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk energi.selama perubahanini asam lemak

bebas dipecah menjadi badan keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditujukkan oleh

ketonuria.glukosuria menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorbsi

glukosa tercapai. 

Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat, menandakan

ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya

ateroskerosis.

Essei hemoglobin glikosilat di atas rentang normal. Tes ini mengukur

presentase glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada

hemoglobin selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%.

I. PENATALAKSAAN

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitasinsulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi

komplikasi vaskulerserta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes

adalah mencapai kadarglukosa darah normalAda 5 komponen dalam

penatalaksanaan diabetes:

1. Diet

a. Latihan

b. Pemantauan

c. Terapi (jika diperlukan)

d. Pendidikan

2. Perencanan Makan (Meal Planning)

Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah

ditetapkan bahwa standart yang diajurkan adalah santapan dengan

komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%) protein (10-15%) dan

lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan karbohidrat sampai 70-75%

juga memberikan hasil yang baik. Terutama untuk golongan ekonomi

rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,

stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal, jumlah

Page 11: Laporan Pendahuluan Dm

kandungan kolesterol < 300 mg/hr. Jumlah kandungan serat + 25 g/hr,

diutamakan jenis serat larut, konsumsi garam dibatasi bila terdapat

hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya.

3. Latihan Jasmani

Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama + 0,5 jam

yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous, Rhytmical, Progresive, Endurance

Trainning). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot

berkonsentrasi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak

cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit kelatihan yang lebih berat

secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat

dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan

berdayung.

4. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Sulfonilurea

Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara

Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan.

Menurunkan ambang sekresi insulin.

Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan

glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat

badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya

sedikit lebih.

Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi renal

dan orang tua karena resiko hipoglikemia yang berkepanjangan,

demikian juga glibenklamid, untuk orang tua dianjurkan preparat

dengan waktu kerja pendek (tolbutamid, glikuidon). Glikuidon juga

diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi ginjal atau hati

ringan.

b. Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di

bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.

Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (indeks masa tubuh  / IMT

Page 12: Laporan Pendahuluan Dm

>30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT

27-30) dapat dikombinasikan dengan obat golongan sulfonilurea.

c. Inhibitor dan Glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim dan

glukosidase di dalam saluran cerna, sehingga menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

d. Insulin Sensitizing Agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai

efek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga bisa

mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat

resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

5. Insulin diperlukan pada keadaan :

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetic

d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

f. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis

hampir maksimal

g. Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)

h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak

terkendali

i. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat

j. Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO

Jenis dan lama kerja Insulin berdasarkan lama kerja, insulin terbagi

menjadi empat jenis, yakni :

a. Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)

b. Insulin kerja pendek (short acting insulin)

c. Insulin kerja menengah (intermediate acting insulin)

d. Insulin kerja panjang (long acting insulin)

e. Insulin campuran tetap (premixed insulin)

Page 13: Laporan Pendahuluan Dm

Efek samping terapi insulin:

a. Efek samping utama dari terapi insulin adalah terjadinya

hipoglikemia.

b. Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang

dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

Cara penyuntikan insulin

a. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit

(subkutan). Dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap

permukaan kulit.

b. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara

bolus atau drip.

c. Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin

kerja pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang

tertentu. Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut

atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan

pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut.

d. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan

insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai

rotasi tempat suntik.

e. Apabila diperlukan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit

insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh

diabetisi yang sama.

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

Data-data yang dikumpul atau dikaji meliputi :

a. Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,

alamat rumah, agama, suku, bangasa, status perkawinan, pendidikan

terakhir, nomor register, pekerjaan pasien, dan nama orang tua/ suami/

istri.

b. Riwayat Kesehatan

Page 14: Laporan Pendahuluan Dm

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Tanyakan kepada pasien Berapa lama menderita DM, bagaimana

penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara

minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan

klien untuk menanggulangi penyakitnya.

2. Riwayat Penyakit Keluarga

Tanyakan kepada pasien apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama dengan pasien atau penyakit

lainnya.

3. Pengkajian

Aktivitas/ Istirahat

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas,

kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang

penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

Integritas Ego

Stres, ansietas

Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

berat badan, haus, penggunaan diuretik.

Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

parestesia,gangguan penglihatan.

Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya

infeksi / tidak)

Page 15: Laporan Pendahuluan Dm

Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis

osmotik ditandai dengan peningkatan haluaran urine, haus

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan defisiensi insulin ditandai dengan penurunan berat badan,

kurang minat terhadap makanan.

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi

metabolik, perubahan kimia darah: insufisensi insulin ditandai

dengan keyidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa.

4. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,

penurunan fungsi leukosit.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang

pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi ditandai dengan pertanyaan, meminta

informasi.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/ insulin dan elektrolit.

Page 16: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas

Berhubungan dengan :

Tirah Baring atau

imobilisasi

Kelemahan menyeluruh

Ketidakseimbangan

antara suplei oksigen

dengan kebutuhan

Gaya hidup yang

dipertahankan.

DS:

Melaporkan secara

verbal adanya kelelahan

atau kelemahan.

Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat

beraktivitas.

NOC :

Self Care : ADLs

Toleransi aktivitas

Konservasi energi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. Pasien bertoleransi terhadap

aktivitas dengan Kriteria Hasil :

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa

disertai peningkatan tekanan darah, nadi

dan RR

Mampu melakukan aktivitas sehari hari

(ADLs) secara mandiri

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

NIC :

Observasi adanya pembatasan klien dalam

melakukan aktivitas

Kaji adanya faktor yang menyebabkan

kelelahan

Monitor nutrisi dan sumber energi yang

adekuat

Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan

emosi secara berlebihan

Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,

diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat

pasien

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi

Medik dalam merencanakan progran terapi

yang tepat.

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

Page 17: Laporan Pendahuluan Dm

DO :

Respon abnormal dari

tekanan darah atau nadi

terhadap aktifitas

Perubahan ECG :

aritmia, iskemia

yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang

sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan

sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan

sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang

diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas

seperti kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang

disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan

diwaktu luang

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi

kekurangan dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif

beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi

diri dan penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Page 18: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Berhubungan dengan :

Ketidakmampuan untuk

memasukkan atau mencerna

nutrisi oleh karena faktor

biologis, psikologis atau

ekonomi.

DS:

- Nyeri abdomen

- Muntah

- Kejang perut

- Rasa penuh tiba-tiba

setelah makan

DO:

NOC:

a. Nutritional status: Adequacy of nutrient

b. Nutritional Status : food and Fluid Intake

c. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama….nutrisi kurang teratasi dengan

indikator:

Albumin serum

Pre albumin serum

Hematokrit

Hemoglobin

Total iron binding capacity

Jumlah limfosit

NIC:

Kaji adanya alergi makanan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi

serat untuk mencegah konstipasi

Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan

makanan harian.

Monitor adanya penurunan BB dan gula darah

Monitor lingkungan selama makan

Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama

jam makan

Monitor turgor kulit

Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,

Hb dan kadar Ht

Monitor mual dan muntah

Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan

Page 19: Laporan Pendahuluan Dm

- Diare

- Rontok rambut yang

berlebih

- Kurang nafsu makan

- Bising usus berlebih

- Konjungtiva pucat

- Denyut nadi lemah

jaringan konjungtiva

Monitor intake nuntrisi

Informasikan pada klien dan keluarga tentang

manfaat nutrisi

Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan

suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga

intake cairan yang adekuat dapat dipertahankan.

Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama

makan

Kelola pemberan anti emetik:.....

Anjurkan banyak minum

Pertahankan terapi IV line

Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila

lidah dan cavitas oval

Page 20: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Defisit Volume Cairan

Berhubungan dengan:

- Kehilangan volume

cairan secara aktif

- Kegagalan mekanisme

pengaturan

DS :

- Haus

DO:

- Penurunan turgor

kulit/lidah

- Membran mukosa/kulit

kering

- Peningkatan denyut nadi,

penurunan tekanan darah,

penurunan

volume/tekanan nadi

NOC:

Fluid balance

Hydration

Nutritional Status : Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama….. defisit volume cairan teratasi

dengan kriteria hasil:

Mempertahankan urine output sesuai

dengan usia dan BB, BJ urine normal,

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam

batas normal

Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas

turgor kulit baik, membran mukosa lembab,

tidak ada rasa haus yang berlebihan

Orientasi terhadap waktu dan tempat baik

Jumlah dan irama pernapasan dalam batas

normal

NIC :

Pertahankan catatan intake dan output yang

akurat

Monitor status hidrasi ( kelembaban membran

mukosa, nadi adekuat, tekanan darah

ortostatik ), jika diperlukan

Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi

cairan (BUN , Hmt , osmolalitas urin, albumin,

total protein )

Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam

Kolaborasi pemberian cairan IV

Monitor status nutrisi

Berikan cairan oral

Berikan penggantian nasogatrik sesuai output

(50 – 100cc/jam)

Dorong keluarga untuk membantu pasien

makan

Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih

Page 21: Laporan Pendahuluan Dm

- Pengisian vena menurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine

meningkat

- Temperatur tubuh

meningkat

- Kehilangan berat badan

secara tiba-tiba

- Penurunan urine output

- HMT meningkat

- Kelemahan

Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal

pH urin dalam batas normal

Intake oral dan intravena adekuat

muncul meburuk

Atur kemungkinan tranfusi

Persiapan untuk tranfusi

Pasang kateter jika perlu

Monitor intake dan urin output setiap 8 jam

Page 22: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kerusakan integritas

jaringan

berhubungan dengan:

Gangguan sirkulasi, iritasi

kimia (ekskresi dan sekresi

tubuh, medikasi), defisit

cairan, kerusakan mobilitas

fisik, keterbatasan

pengetahuan, faktor

mekanik (tekanan,

gesekan),kurangnya nutrisi,

radiasi, faktor suhu (suhu

yang ekstrim)

DO :

- Kerusakan jaringan

(membran mukosa,

integumen, subkutan)

NOC:

Tissue integrity : skin and mucous

membranes

Wound healing : primary and secondary

intention

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. kerusakan integritas jaringan

pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Perfusi jaringan normal

Tidak ada tanda-tanda infeksi

Ketebalan dan tekstur jaringan normal

Menunjukkan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan mencegah

terjadinya cidera berulang

Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka

NIC :

Pressure ulcer prevention

Wound care

- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian

yang longgar

- Jaga kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua

jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah

yang tertekan

- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

- Monitor status nutrisi pasien

- Memandikan pasien dengan sabun dan air

hangat

- Kaji lingkungan dan peralatan yang

menyebabkan tekanan

- Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman

Page 23: Laporan Pendahuluan Dm

luka, karakteristik,warna cairan, granulasi,

jaringan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal,

formasi traktus

- Ajarkan pada keluarga tentang luka dan

perawatan luka

- Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP,

vitamin

- Cegah kontaminasi feses dan urin

- Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril

- Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada

luka

- Hindari kerutan pada tempat tidur

Page 24: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kurang Pengetahuan

Berhubungan dengan :

keterbatasan kognitif,

interpretasi terhadap

informasi yang salah,

kurangnya keinginan untuk

mencari informasi, tidak

mengetahui sumber-sumber

informasi.

DS: Menyatakan secara

verbal adanya masalah

DO: ketidakakuratan

mengikuti instruksi,

perilaku tidak sesuai

NOC:

Kowlwdge : disease process

Kowledge : health Behavior

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama …. pasien menunjukkan pengetahuan

tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:

Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi,

prognosis dan program pengobatan

Pasien dan keluarga mampu melaksanakan

prosedur yang dijelaskan secara benar

Pasien dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

NIC :

Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi

dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul

pada penyakit, dengan cara yang tepat

Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang

tepat

Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara

yang tepat

Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat

Sediakan bagi keluarga informasi tentang

kemajuan pasien dengan cara yang tepat

Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion dengan cara yang

Page 25: Laporan Pendahuluan Dm

tepat atau diindikasikan

Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,

dengan cara yang tepat

Page 26: Laporan Pendahuluan Dm

Diagnosa Keperawatan/

Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko :

- Prosedur Infasif

- Kerusakan jaringan dan

peningkatan paparan

lingkungan

- Malnutrisi

- Peningkatan paparan

lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan

respon inflamasi)

- Penyakit kronik

- Imunosupresi

- Malnutrisi

NOC :

Immune Status

Knowledge : Infection control

Risk control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama…… pasien tidak mengalami infeksi

dengan kriteria hasil:

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

Menunjukkan kemampuan untuk mencegah

timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat

Status imun, gastrointestinal, genitourinaria

dalam batas normal

NIC :

Pertahankan teknik aseptif

Batasi pengunjung bila perlu

Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

keperawatan

Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

pelindung

Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan

petunjuk umum

Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

infeksi kandung kencing

Tingkatkan intake nutrisi

Berikan terapi antibiotik:.................................

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal

Pertahankan teknik isolasi k/p

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase

Page 27: Laporan Pendahuluan Dm

- Pertahan primer tidak

adekuat (kerusakan kulit,

trauma jaringan,

gangguan peristaltik)

Monitor adanya luka

Dorong masukan cairan

Dorong istirahat

Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi

Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4

jam

Page 28: Laporan Pendahuluan Dm

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi B. Trisnohadi. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3.

Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi

6, Volume I. Jakarta:EGC.

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth,. Alih bahasa Agung Waluyo Edisi. 8. Jakarta : EGC.