laporan pendahuluan

33
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN AKNE VULGARIS OLEH : SGD 1 I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI 1302105001 NI KADEK AMARA DEWI 1302105008 NI WAYAN LUH WAHYUNI 1302105011 A.A SAGUNG DIAH GAYATRI DIPPA 1302105026 I DEWA MADE SURYA WIBAWANTARA 1302105034 NI PUTU PEBRIANI WIDIASIH 1302105039 I GUSTI AYU SRI MAHARANI DEVI 1302105026 HARISTA MIRANDA SALAM 1302105059 A.A PURNAMA JAYANTI 1302105078 MADE AYU WEDASWARI WIDYA 1302105080 NI PUTU EKA YANTI 1202105002

Upload: atikaadiw

Post on 21-Dec-2015

46 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

AKNE VULGARIS

OLEH :

SGD 1

I GUSTI AYU CITRA KUSMALA DEWI 1302105001

NI KADEK AMARA DEWI 1302105008

NI WAYAN LUH WAHYUNI 1302105011

A.A SAGUNG DIAH GAYATRI DIPPA 1302105026

I DEWA MADE SURYA WIBAWANTARA 1302105034

NI PUTU PEBRIANI WIDIASIH 1302105039

I GUSTI AYU SRI MAHARANI DEVI 1302105026

HARISTA MIRANDA SALAM 1302105059

A.A PURNAMA JAYANTI 1302105078

MADE AYU WEDASWARI WIDYA 1302105080

NI PUTU EKA YANTI 1202105002

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana

2015

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN AKNE VULGARIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Akne vulgaris adalah suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar

sebasea. Penyakit ini dapat bersifat minor dengan hanya komedo atau peradangan

dengan pustula multipel atau kista. (Price&Wilson, 2005)

Akne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai

folikel pilosebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di

daerah muka, leher serta badan bagian atas. Akne ditandai dengan komedo

tertutup (whitehead), komedo terbuka (blackhead), papula, pustula, nodul dan

kista (Smeltzer, Suzanne C. 2001)

Akne vulgaris (jerawat) adalah penyakit kulit akibat peradangan kronik folikel

pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis

berupa komedo, papula, pustul, nodus, dan kista pada tempat predileksinya

(Mansjoer, Arif. 2000)

Jadi, Akne vulgaris adalah kelainan pada kelnjar sebasea dalam memproduksi

minyak sehingga produksi minyak berlebih dan menyumbat folikel polisebasea

sehingga timbullah akne yang ditandai dengan adanya papula, pustula, nodul dan

kista.

2. Epidemiologi

Laki-laki dan perempuan terkena sama banyaknya, dengan insidensi tertinggi

antara usia 14 dan 17 tahun untuk anak perempuan, serta antara usia 16 dan 19

tahun untuk anak laki-laki (Clark,1993).

Kelainan kulit ini semakin nyata pada pubertas dan usia remaja, dan kenyataan

tersebut mungkin terjadi karena fungsi kelenjar endokrin tertentu yang

mempengaruhi sekresi kelenjar sebasea mencapai aktifitas puncaknya pada usia

ini. Akne tampaknya berakar dari interaksi factor genetic, hormonal dan bacterial.

Pada sebagian besar kasus terdapat riwayat akne dalam keluarga (Stawiski, 1992)

3. Penyebab/Faktor Predisposisi

Penyebab pasti timbulnya akne belum diketahui dengan jelas. Faktor-faktor

yang mempengaruhi terjadinya akne vulgaris antara lain (Price&Wilson, 2005) :

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN

a. Bakteria

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah Corynebakterium acnes,

Staphylococcus epidermidis dan Pityrosporum ovale.

b. Genetik

Akne vulgaris mungkin merupakan penyakit genetik akibat adanya

peningkatan kepekaan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal.

c. Ras

Kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena

adanya ras-ras tertentu seperti oriental (Jepang, Cina, Korea) yang lebih jarang

dibandingkan dengan ras caucasian (Eropa, Amerika) dan orang kulit hitam

pun lebih jarang terkena daripada orang kulit putih.

d. Hormon

Peningkatan kadar hormon androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin

serta ACTH mungkin menjadi faktor penting pada kegiatan kelenjar sebasea.

Kelenjar sebasea sangat sensitif terhadap hormon androgen yang

menyebabkan kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum

meningkat. Hormon estrogen dapat mencegah terjadinya akne karena bekerja

berlawanan dengan hormon androgen. Hormon progesteron dalam jumlah

fisiologik tidak mempunyai efektivitas terhadap aktivitas kelenjar sebasea,

akan tetapi terkadang progesteron dapat menyebabkan akne sebelum

menstruasi. Pada wanita, 60-70% menjadi lebih parah beberapa hari sebelum

menstruasi danmenetap sampai seminggu menstruasi.

e. Diet

Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah

makanan yang tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim),

makanan tinggi karbohidrat (sirup manis), makanan yang beryodida tinggi

(makanan asal laut) dan pedas. Pola makanan yang tinggi lemak jenuh dan

tinggi glukosa susu dapat meningkatkan konsentrasi insulin-like growth factor

(IGF-I) yang dapat merangsang produksi hormon androgen yang

meningkatkan produksi jerawat.

f. Psikis

Stres psikis dapat menyebabkan sekresi ACTH yang akan meningkatkan

produksi androgen. Naiknya hormon androgen inilah yang menyebabkan

kelenjar sebasea bertambah besar dan produksi sebum bertambah.

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN

g. Iklim

Pada daerah yang mempunyai empat musim biasanya akne akan bertambah

hebat pada musim dingin dan sebaliknya membaik pada musim panas. Hal ini

disebabkan karena sinar ultraviolet (UV) yang mempunyai efek membunuh

bakteri dapat menembus epidermis bagian bawah dan dermis bagian atas yang

berpengaruh pada bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar sebasea.

h. Kosmetika

Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus dalam waktu

yang lama dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang terutama terdiri

dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustula pada pipi dan dagu.

Bahan yang sering menyebabkan akne bisa terdapat pada berbagai krem wajah

seperti bedak dasar (foundation), pelembab (moisturiser), tabir surya

(suncreen) dan krem malam.

i. Trauma kulit berulang

Menggosok dengan cairan pembersih wajah, scrub atau penggunaan pakaian

ketat misalnya tali bra, helm, kerah ketat dapat memperburuk jerawat.

j. Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kondisi kulit seseorang sehingga menimbulkan

acne yang dikenal dengan “smoking acne”. Berdasarkan penelitian sekitar

42% perokok menderita akne vulgaris. Partisipasi non-perokok yang memiliki

akne vulgaris tidak meradang sebagian besar dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, seperti sering terkena uap atau terus menerus terpapar asap rokok.

4. Patofisiologi

Menurut Smeltzer, Suzanne C. 2001, selama usia kanak –kanak, kelenjar

sebasea berukuran kecil dan pada hakekatnya tidak berfungsi, kelenjar ini berada

dibawah kendali endokrin, khususnya hormon - hormon androgen. Dalam usia

pubertas, hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea dan menyebabkan

kelenjartersebut membesar serta mensekresikan suatu minyak alami ,yaitu sebum,

yang merembas naikhingga puncak folikel rambut dan mengalir keluar pada

permukaan kulit.Pada remaja yang berjerawat, stimulasi androgen akan

meningkatkan daya responsivekelenjar sebasea sehingga akne terjadi ketika

duktus pilosebaseus tersumbat oleh tumpukan sebum. Bahan bertumpuk ini akan

membentuk komedo.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN

 

Patofisiologi akne vulgaris dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu :

a. Peningkatan sekresi sebum

b. Penyumbatan saluran pilosebasea

c. Perubahan komposisi lemak permukaan kulit

d. Kolonisasi baktri dalam folikel sebasea

Akne terjadi ketika lubang kecil dipermukaan kulit yang disebut pori-pori

tersumbat. Secaranormal, kelenjar minyak membantu melumasi kulit dan

menyingkirkan sel kulit mati. Namun, ketikakelenjar tersebut menghasilkan

minyak yang berlebihan, pori-pori menjadi tersumbat olehpenumpukan kotoran

dan bakteri. Penyumbatan ini disebut sebagai komedo.Pembentukan komedo

dimulai dari bagian tengah folikel akibat masuknya bahan keratinsehingga dinding

folikel menjadi tipis dan menggelembung, secara bertahap akan

terjadipenumpukan keratin sehingga dinding folikel menjadi bertambah tipis dan

dilatasi. Pada waktu yangbersamaan kelenjar sebasea menjadi atropi dan diganti

dengan sel epitel yang tidak berdiferensiasi.Komedo yang telah terbentuk

sempurna mempunyai dinding yang tipis. Komedo terbuka(blackheads)

mempunyai keratin yang tersusun dalam bentuk lamelar yang konsentris

denganrambut pusatnya dan jarang mengalami inflamasi kecuali bila terkena

trauma. Komedo tertutup(whiteheads) mempunyai keratin yang tidak padat,

lubang folikelnya sempit dan sumber timbulnyalesi yang inflamasi  

5. Klasifikasi

Selama ini, tidak terdapat standart internasional untuk pengelompokan dan

sistem grading acne. Hal ini tidak jarang menimbulkan kesulitan dalam

pengelompokan acne. Saat ini, terdapat lebih dari 20 metode berbeda yang

digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat keparahan acne.

Klasifikasi lainnya oleh Plewig dan Kligman, yang mengelompokkan acne

vulgaris menjadi :

a. Acne komedonal

- Grade 1 : Kurang dari 10 komedo pada tiap sisi wajah

- Grade 2 : 10-25 komedo pada tiap sisi wajah

- Grade 3 : 25-50 komedo pada tiap sisi wajah

- Grade 4 : Lebih dari 50 komedo pada tiap sisi wajah

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN

b. Acne papulopustul

- Grade 1 : Kurang dari 10 lesi pada tiap sisi wajah

- Grade 2 : 10-20 lesi pada tiap sisi wajah

- Grade 3 : 20-30 lesi pada tiap sisi wajah

- Grade 4 : Lebih dari 30 lesi pada tiap sisi wajah

c. Acne konglobata

Klasifikasi ASEAN grading Lehmann 2003 yang mengelompokkan acne

menjadi tiga kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat sebagai berikut

(Wasitaatmadja, 2010)

Derajat Komedo Papul / pustul Nodul

- Ringan < 20 < 15 Tidak ada

- Sedang 20-100 15-50 < 5

- Berat >100 > 50 > 5

6. Gejala Klinis (DAPUS BELUM)

Gejala Klinis akne dapat berupa lesi non inflamasi (komedo terbuka dan

komedo tertutup), lesi inflamasi (papul dan pustul) dan lesi inflamasi dalam

(nodul).

a. Komedo

Komedo adalah tanda awal dari akne. Sering muncul 1-2 tahun sebelum

pubertas. Komedogenic adalah proses deskuamasi korneosit folikel dalam

duktus folikel sebasea mengakibatkan terbentuknya mikrokomedo

(mikroskopik komedo) yang merupakan inti dari patogenesis akne.

Mikrokomedo berkembang menjadi lesi non inflamasi yaitu komedo

terbuka dan komedo tertutup atau dapat juga berkembang menjadi lesi

inflamasi

- Komedo terbuka (Blackhead)

Komedo terbuka disebut juga blackhead secara klinis dijumpai lesi

berwarna hitam berdiameter 0,1-3mm, biasanya berkembang waktu

beberapa minggu. Puncak komedo berwarna hitam disebabkan

permukaan lemaknya mengalami oksidasi dan akibat pengaruh

melamin. Komedo terbuka (blackhead) merupakan lesi obstruktif yang

terbentuk dari lipid atau minyak yang terjepit dan keratin yang

menyumbat folikel yang melebar. Whitehead merupakan papula kecil

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN

berwarna keputihan dengan lubang folikuler yang halus sehingga

umumnya tidak terlihat.

- Komedo tertutup (Whitehead)

Komedo tertutup disebut juga whitehead secara klinis dijumpai lesinya

kecil dan jelas berdiameter 0,1-3mm, komedo jenis ini disebabkan oleh

sel-sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.

Secara berkala pada kulit terjadi penumpukan sel-sel kulit mati, minyak

dipermukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit dan terjadilah

sumbatan. Warna blackhead bukan terjadi karena kotoran melainkan

karena akumulasi lipid, bakteri serta debris epitel. Sebagaian komedo

tertutup dapat mengalami rupture dan menimbulkan reaksi inflamasi

yang disebabkan oleh perembasan isi folikel (sebum, keratin, bakteri)

ke dalam dermis. Reaksi inflamasi ini dapat terjadi akibat kerja bakteri

kulit tertentu, seperti Propionibacterium acnes yang hidup dalam folike

rambut dan menguraikan trigliserida dari sebum menjadi asam lemak

bebas serta gliserin. Inflamasi yang ditimbulkan terlihat secara klinis

sebagai papula eritematosa, pustule dan kista inflamatorik. Papula serta

kista yang ringan akan kempis dan sembuh sendiri tanpa terapi. Papula

dan kista yang lebih dalam menimbulkan jaringan parut pada kulit.

(Stawiski, 1992).

b. Jerawat biasa

Jerawat jenis ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau

kemerahan. Terjadi karena terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini terdapat

dipermukaan kulit, dapat juga dari waslap, kuas make up, jari tangan juga

telepon. Stres, hormon dan udara lembab dapat memperbesar

kemungkinan infeksi jerawat karena kulit memproduksi minyak yang

merupakan perkembangbiakannya bakteri berkumpul pada salah satu

bagian muka.

c. Papula

Penonjolan padat diatas permukaan kulit akibat reaksi radang, berbatas

tegas dan berukuran diameter <5mm. Papul superfisial sembuh dalam 5-

10 hari dengan sedikit jaringan parut tetapi dapat terjadi hiperpigmentasi

pasca inflamasi terutama remaja dengan kulit yang berwarna gelap. Papul

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN

yang lebih dalam penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama

dan dapat meninggalkan jaringan parut.

d. Pustula

Pustul akne vulgaris merupakan papul dengan puncak berupa pus.Letak

pustula bisa dalam ataupun superfisial. Pustula lebih jarang dijumpai

dibandingkan papula dan pustula yang dalam sering dijumpai pada akne

vulgaris yang parah.

e. Nodul

Nodul pada akne vulgaris merupakan lesi radang dengan diameter 1 cm

atau lebih, disertai dengan nyeri.

f. Cystic Acne/jerawat Kista (jerawat batu)

Acne yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat,

berkumpul diseluruh muka. Penonjolan diatas permukaan kulit berupa

kantong yang berisi cairan serosa atau setengah padat atau padat. Kista

jarang terjadi, bila terbentuk berdiameter bisa mencapai beberapa

sentimeter. Jika diaspirasi dengan jarum besar akan didapati material

kental berupa krem berwarna kuning. Lesi dapa menyatu menyebabkan

terbentuknya sinus, terjadi nekrosis dan peradangan granulomatous.

Keadaan ini sering disebut akne konglobata. Penderita ini biasanya juga

memiliki keluarga dekat yang juga menderita akne yang serupa.

g. Parut

Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah hilang.

Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami peradangan yang

besar. Ada beberapa bentuk jaringan parut, antara lain:

- Ice-pick scar merupakan jaringan parut depresi dengan bentuk ireguler

terutama pada wajah

- Fibrosis peri-folikuler ditandai dengan cincin kuning disekitar folikel

- Jaringan parut hipertrofik atau keloid, sering terdapat didada,

punggung, garis rahang (jaw line) dan telinga, lebih sering ditemukan

pada orang berkulit gelap

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN

7. Pemeriksaan diagnostik/penunjang

Diagnosis akne vulgaris ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis.

Keluhan penderita dapat berupa gatal atau sakit, tetapi pada umumnya keluhan

penderita lebih bersifat kosmetik. Pada pemeriksaan fisik ditemukan komedo, baik

komedo terbuka maupun komedo tertutup. Adanya komedo diperlukan untuk

menegakkan diagnosis acne vulgaris (Wolff dan Johnson, 2009).

Selain itu, dapat pula ditemukan papul, pustul, nodul, dan kista pada daerah –

daerah predileksi yang mempunyai banyak kelenjar lemak. Secara umum,

pemeriksaan laboratorium bukan merupakan indikasi untuk penderita acne

vulgaris, kecuali jika dicurigai adanya hiperandrogenism (Zaenglein dkk., 2008).

8. Terapi/tindakan penanganan

Menurut Smeltzer, Suzanne C tahun 2001 tujuan penatalaksanaan akne adalah

untuk mengurangi koloni bakteri, menurunkan aktivitas kelenjar sebasea,

mencegah agar folikel tidak tersumbat, mengurangi inflamasi, memerangi infeksi

sekunder, meminimalkan pembentukan jaringan parut dan mengeliminasi faktor-

faktor presdiposisi terjadinya akne. Program terapi tergantung dari tipe lesi

(komedo, papuler, pustule, kristik).

a. Terapi Diet

Meskipun pembatasan makanan terus dianjurkan dalam penanganan akne,

diet tidak memainkan peranan utama dalam terapi. Penghindaran jenis atau

produk makanan tertentu yang berkaitan dengan peningkatan intensitas

akne, seperti: coklat, cola, gorengan dan produk susu

b. Higiene Kulit

Pada kasus akne yang ringan, tindakan yang diperlukan mungkin hanya

dengan memabasuh muka 2 kali sehari dengan menggunakan sabun

pembersih muka seperti: Lave, Dial atau Neutrogena. jenis sabun ini dapat

menghilangkan minyak kulit yang berlebihan dan pada sebagian besar

kasus melenyapkan komedo. Metode lain yang efektif untuk

menghilangkan komedo adalah dengan pemakaian spons sperti Buf-Puf

(Clark, 1993). Penggunaan krim atau produk kosmetik yang berbahan

dasar minyak tidak dianjurkan.

c. Farmakologi Topikal

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN

- Benzoil Peroksida : Preparat benzoil peroksida banyak digunakan

karena preparat ini dapat memgurangi lesi inflamasi dengan cepat dan

berkelanjutan. Preparat tersebut menekan produksi sebum dan mengurangi

sumbat komedo. obat ini juga mempunyai efek anti bakteri dengan

menekan pertumbuhan Propionibacterium acnes. pada walanya, benzoil

peroksida menimbulkan kemerahan dan deskuamasi, terapi kulit

kemudian menyesuaikan dirinya secara cepat dengan pemakaian preparat

tersebut.

- Asam Vitamin A : Asam vitamin A (tretinoin) yang dioleskan secara

topikal digunakan untuk menghilangkan sumbat keratin dari duktus

pilosebaseus. Preparat ini akan mempercepat proses penggantian sel,

menghilangkan komedo dan mencegah pembentukan komedo yang baru.

jadi, asam vitamin A merupakan preparat yang efektif mengobati akne

yang disertai pembentukan komedo (comedonal acne).

- Antibiotik Topika : Pemakaian antibiotic topical dalam pengobatan

akne sudah meluas. antibiotik topikal akan menekan pertumbuhan

P.acnes; menurunkan kadar asam lemak bebas pada permukaan kulit;

mengurangi komedo, papula serta pastula; dan tidak menimbulakan efek

samping sistemik. preparat topical yang mengandung tetrasiklin,

klindamisin, eritromisin atau meklosiklin kerap kali digunakan.

d. Terapi Sistemik

- Antibiotik Sistemik : Preparat antibiotik oral, seperti tetrasiklin, yang

berikan dengan dosis kecil dalam periode waktu yang lama sangat efektif

untuk mengobati pasien-pasien dengan akne yang sedang dan berat,

khususnya kalau akne tersebut bersifat inflamatorik serta menimbulkan

pasula, abses dan sikatriks. Terapi dapat dilanjutkan selama berbulan-

bulan dan bertahun-tahun. pemakaian tetrasiklin merupakan kontrainsikasi

pada anak-anak di bawah usia 12 tahun dan pada wanita hamil. pemberian

selama kehamilan dapat mempengaruhi gigi yang sedang tumbuh karena

akan menyebabkan hipoplasia enamel dan perubahan warna permanen

pada gigi bayi (Stawiski,1992).

- Retinoid Oral : Senyawa vitamin A sintetik (retinoid) kini digunakan

dengan hasil-hasil yang dramatis pada penderita akne kistik noduler yang

tida responsif terhadap terapi konvensional. salah satu senyawanya asalah

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN

isotretinoin (Accutane). Isoretinoin akan mengurangi ukuran kelenjar

sebasea dan mengahambat produksi sebum. Efek samping yang paling

sering ditemukan dan dialami oleh hampir semua pasien adalah keilitis

(inflamasi bibir).

- Terapi Hormon : Terapi estrogen (preparat progesterone-strogen)

ternyata dapat mensupresi produksi sebum dan mengurangi keadaan kulit

yang berminyak. biasanya terapi ini hanya dilakukan pada wanita muda

kalau penyakit akne dimulai pada usia yang lebih lanjut daripada biasanya

dan cenderung meningkat intensitasnya pada waktu-waktu tertentu dalam

siklus haid yang kerap kali ireguler. estrogen tidak diberikan kepada anak

laki-laki karena efek sampingnya tidak dikehendaki.

e. Terapi Bedah

Terapi bedah akne terdiri dari ekstrasi komedo, penyuntikan

kortikosteroid ke dalam lesi yang mengalami inflamasi dan insisi serta

drainase pada lesi kistik noduler yang berfluktasi dan berukuran besar.

- Ekstrasi komedo : Komedo dapat dihilangkan dengan alat ekstraktor

komedo. Lesi pertama-tama dibersihakan dengan kapas alkohol. komedu

ditusuk dengan jarum dengan ukuran 18 atau dengan ujung skapel untuk

memudahkan pengeluaran komedo. mulut ekstraktor kemudian

ditempatkan pada lesi dan dilakukan penekanan langsung agar isi kelenjar

komedo dpat keluar. pengeluaran komedo akan meninggalkan daerah

eritema yang memerlukan waktu beberapa minggu sebelum sembuh.

pemebntukan kembali komedo sesudah ekstraksi sering dijumpai karena

kerap kali ada bagian komedo yang tertinggal dalam kanalis pilosebasea.

- Kriosurgeri : (pembekuan dengan nitrogen cair) dapat digunakan pada

penyakit akne bentuk noduler dan kistik.

- Dermabrasi : Pasien dengan sikatriks yang dalam dapat ditangani

dengan terapi abrasi dalam, dimana epidermis dan sebagian lapisan dermis

superfisal dibuang sampai setinggi sikatriks.

9. Komplikasi

Semua tipe akne berpotensi meninggalkan sekuele. Hampir semua lesi acne

akan meninggalkan makula eritema yang bersifat sementara setelah lesi sembuh.

Pada warna kulit yang lebih gelap, hiperpigmentasi post inflamasi dapat bertahan

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN

berbulanbulan setelah lesi acne sembuh. Acne juga dapat menyebabkan terjadinya

scar pada beberapa individu. Selain itu, adanya acne juga menyebabkan dampak

psikologis. Dikatakan 30– 50% penderita acne mengalami gangguan psikiatrik

karena adanya acne (Zaenglein dkk., 2008).

10. Prognosis

Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering residif.

Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi

akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat

sehingga perlu rawat inap di rumah sakit. Namun ada yang sukar diobati, mungkin

ada faktor genetika. Bila banyak sikatrik bisa dilakukan dermabrasi oleh yang

ahli. (Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988)

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian

- Pengkajian Pola Gordon

a. Pemeliharaan dan Persepsi Terhadap Kesehatan

b. Nutrisi dan Metabolik

c. Pola Eliminasi

d. Pola Aktivitas dan Latihan

e. Pola Tidur dan Istirahat

f. Pola Kognitif dan Perseptual

g. Pola Persepsi Diri/Konsep Diri

h. Pola Seksual dan Reproduksi

i. Pola Peran dan Hubungan

j. Pola Manajemen Koping Stres

k. Pola Keyakinan-Nilai

II. Diagnosa Keperawatan

a. Analisis Data

b. Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan Integritas Kulit b.d kondisi gangguan metabolik ditandai

dengan kerusakan lapisan kulit

2. Risiko Infeksi berhubungan dengan faktor risiko kerusakan integritas kulit

dan trauma jaringan

3. Gangguan Citra Tubuh b.d penyakit ditandai dengan perubahan aktual pada

struktur dan mengungkapkan perasaan malu terhadap kondisi penampilan

tubuh

4. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif ditandai

dengan pengungkapan masalah dan prilaku tidak tepat

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN

III. Intervensi

Hari/

Tgl

Diagnosa Rencana Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Kerusakan

Integritas Kulit

b.d kondisi

gangguan

metabolik

ditandai

dengan

kerusakan

lapisan kulit

Setelah diberikan asuhan

keperawatan

selama….x24 jam

diharapkan citra tubuh

pasien membaik dengan

kriteria hasil:

NOC Label: Tissue

Integrity : Skin &

Mucous Membran

1. Klien mengatakan

tidak merasakan

panas lagi pada

kulitnya yang

terinfeksi

2. Tidak terlihat adanya

NIC Label : Skin Care :

Topical Treatment

1. Kaji keadan kulit pasien

(derajat kerusakan

integritas)

2. Bersihkan kulit pasien

dengan sabun antibakteri

3. Aplikasikan antibiotic

topikal pada area yang

mengalami kerusakan

integritas

4. Aplikasikan antiinflamsi

topikal pada area yang

mengalami kerusakan

1.Derajat kerusakan integritas menunjukan kondisi

kulit klien

2. Penggunaan sabun antibakteri digunakan untuk

mencegah infeksi berlanjut

3. Antibotik topikal dapat memperbaikan

kerusakan kulit akibat jerawat

4. Antiinflamasi digunakan untuk mencegah

peradangan yang terus-menerus

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN

kemerahan pada kulit

klien yang terinfeksi

3. Integritas kulit klien

dapat membaik

dibanding keadaan

sebelumnya

4. Lesi pada kulit pasien

dapat teratasi

5. Rasa sakit akibat

papula (jerawat yang

berisi cairan)

berkurang.

integritas

5. Dokumentasikan derajat

kerusakan integritas

sebelum dan sesudah

dilakukannya terapi serta

terapi yang telah dilakukan

6. Memonitor warna dan

kelembapan kulit

5. Pendokumentasian sebelum dan sesudah terapi

mengindikasikan keberhasilan tindakan

keperawatan

6. Warna dan kelembapan kulit menunjukan

kondisi kulit

Risiko Infeksi

berhubungan

dengan faktor

risiko

kerusakan

integritas kulit

dan trauma

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam pasien

dapat melakukan kontrol

status imun, dengan

criteria :

NIC label : Infection

Control

1. Membersihkan

lingkungan pasien setelah

pasien lain

menggunakannya

1. Untuk menghindari pasien tertular virus

dari pasien sebelumnya

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN

jaringan NOC label : Immune

Status

1. Pasien mengetahui

pentingnya cuci

tangan

2. Pasien

mengetahui yang

berpengaruh

terhadap

penyebaran infeksi

2. Membatasi jumlah

pengunjung yang masuk

3. Menginstruksikan

pengunjung mencuci

tangan sebelum masuk ke

ruangan

4. Menggunakan sabun

antiseptic untuk mencuci

tangan.

5. Mencuci tangan sebelum

dan sesudah merawat

pasien.

6. Memberikan terapi

antibiotic seseuai yang

ditetapkan (Obat Derajat

sedang: Topikal retinoid+

topikal antimikroba atau

kombinasi,topikal dapson

atau Aze laic acid atau

salicylic acid, atau

penggunaan laser/terapi

sinar, terapi fotodinamik)

2. Untuk menghindari pasien tertular virus yang

dibawa oleh pengunjung lain.

3. Untuk menghindari pasien tertular virus dari

pasien yang akan masuk untuk berkunjung

4. Untuk membunuh bakteri dan kuman

penyakit dari tangan pengunjung yang masuk

5. Untuk mencegah penularan virus dan bakteri

setelah merawat pasien lain, dan tidak

menularkannya ke pasien lainnya

6. Penggunaan terapi antibiotik disesuaikan

dengan derajatnya untuk meningkatkan

efektifitas kerja obat.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN

NIC label : Infection

Protection

1. Memantau kadar

granulosit, leukosit,dan

perbedaannya

2. Memantau asupan nutrisi

3. Mengajari pasien dan

keluarga bagaimana cara

mencegah infeksi

4. Menganjurkan pemberian

asupan cairan sesuai

kebutuhan.

NIC Label: Infection Protection

1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada

kadar granulosit dan leukosit.

2. Mengetahui apakah kebutuhan nutrisi

sudah terpenuhi

3. Pasien dan keluarga mengetahui

bagaimana cara mencegah infeksi

4. Mengetahui apakah kebutuhan cairan

sudah terpenuhi.

Gangguan Citra

Tubuh b.d

penyakit

ditandai dengan

perubahan

aktual pada

Setelah diberikan asuhan

keperawatan

selama….x24 jam

diharapkan citra tubuh

pasien membaik dengan

kriteria hasil:

NIC Label: Body Image

Enhancement

1. Tentukan harapan

citra tubuh pasien

berdasarkan tahap

NIC Label: Body Image Enhancement

1. Dengan mengetahui harapan pasien

terhadap citra tubuhnya sendiri dapat

membantu dalam memberikan tindakan

yang sesuai

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN

struktur dan

mengungkapkan

perasaan malu

terhadap

kondisi

penampilan

tubuh

Noc Label: Body Image

1. Puas terhadap

penampilan tubuh

2. Puas terhadap fungsi

tubuh

3. Menyesuaikan terhadap

perubahan tubuh akibat

operasi

perkembangan

2. Bantu pasien

menentukan tingkat

perubahan aktual

dalam tubuh atau

terhadap level

fungsinya

3. Bantu pasien untuk

mendiskusikan

stressor yang

mempengaruhi citra

tubuh akibat operasi

4. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi

tindakan yang akan

meningkatkan

penampilan

2.Membantu pasien untuk mengetahui kondisinya

dapat meminimalkan kecemasan pasien

3. Dengan berdiskusi pasien akan merasakan

masalahnya sedikit teratasi karena mendapatkan

jawaban atas masalahnya

4. Identifikasi penting untuk dilakukan agar klien

dapat menambah ilmu terkait kesehatannya

Defisiensi

Pengetahuan

berhubungan

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan selama … x

24 jam diharapkan pasien

Nic Label :

Teaching : Disease Process

1. Pengetahuan pasien menunjukan sejauh mana

klien tahu mengenai kesehatan

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN

dengan

keterbatasan

kognitif

ditandai dengan

pengungkapan

masalah dan

prilaku tidak

tepat

membaik dengan criteria

hasil :

a. NOC Label :

Knowledge: Disease

Process

Dengan kriteria hasil:

a. Klien mengetahui

penyebab dan faktor

yang berkontribusi

terhadap terjadinya

penyakit

b. Mengetahui tanda dan

gejala dari penyakit

c. Klien mengetahui

faktor risiko

d. Klien dapat

menggunakan strategi

untuk meminimalisir

laju penyakit

e. Dapat mengetahui

dampak psikososial

1. Kaji tingkat

pengetahuan pasien

2. Jelaskan tentang

penyakit yang dialami

pasien (penyebab,

faktor resiko, dampak

yang ditimbulkan,

gejala dan tanda

penyakit

3. Tanya kepada pasien

usaha apa yang sudah

dilakukan untuk

memenejemen gejala

yang muncul

4. Jelaskan kepada

pasien gaya hidup

yang baik

5. Jelaskan pilihan terapi

yang dapat pasien

pilih

2. Penjelasan tentang penyakit dapat menambah

wawasan pasien terkait kondisinya

3. Usaha yang dilakukan sebelumnya dapat

menjadi acuan untuk pengobatan selanjutnya

4.Gaya hidup yang baik dapat meningkatkan

derajat kesehatan pasien

5. Pasien memiliki hak untuk memilih jenis terapi

yang akan diterimanya

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN

penyakit pada diri

sendiri dan keluarga.

IV. Implementasi

Implementasi diberikan sesuai dengan intervensi yang telah dilakukan

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN

V. Evaluasi

Evaluasi dilakukan setelah implementasi dilakukan dengan menggunakan SOAP, dimana :

- S : merupakan data subjektif yang didapat pada saat evaluasi dari pasien setelah dilakukan tindakan

- O : merupakan data objektif yang didapat oleh perawat pada saat evaluasi dari pasien setelah pasien setelah dilakukan tindakan

- A : merupakan tujuan yang telah dicapai perawat setelah dilakukan implementasi

- P : merupakan rencana tindakan selanjutnya untuk meningkatkan status kesehatan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN

Price Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner&Suddarth. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Media Aesculapius : Jakarta

Stawiski MA. Acne and related conditions. In Price SA and Wilson LM. 1992 Pathophysiology: Clinical Concepts of Disease. New York, McGraw-Hill, Inc

Clark C. Acnegeneral Practice Management. Practitioner. 1993 Feb; 237: 160-164

Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne Vulgaris, EGC, Jakarta, Hal : 132-135.