laporan observasi fgdm

Upload: estidias

Post on 16-Jul-2015

439 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM II PSIKOLOGI SOSIAL IV

Disusun oleh: Theresia Meirosa P Stevia Malini Rr. Permata H Shara Fadhilla H Aisyah Maharani Carissa Erani Sekar Titisani S Rachmah Fitrie I Anthony Siagara Estidia Kumala S 190110080024 190110080090 190110080094 190110080103 190110080104 190110080106 190110080112 190110080126 190110080 190110080

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 TEORI 1.1.1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (selanjutnya disingkat PHBS) merupakan suatu program yang dicanangkan untuk mengembangkan perilaku seseorang agar menunjang bagi kepentingan penjagaan maupun peningkatan kesehatannya. PHBS difokuskan pada pemberdayaan masyarakat agar mampu menerapkan PHBS dalam kehidupannya serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat di lingkungannya. Definisi PHBS itu sendiri adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan-aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku guna membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri sehingga masyarakat sadar, mau dan mampu mempraktekkan PHBS melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Sosial Suport) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Berdasarkan 1. 2. 3. 4. 5. tatanan atau tempat pelaksanaan, ruang lingkup PHBS dikelompokkan ke dalam lima tatanan, yaitu sebagai berikut: PHBS Rumah Tangga PHBS Sekolah PHBS Tempat Kerja PHBS Sarana Kesehatan PHBS Tempat-tempat Umum.

Dalam laporan ini, kami akan lebih menekankan penjelasan pada PHBS danlam tatanan Sekolah (Institusi Pendidikan). Dalam hal ini, sekolah (Institusi pendidikan)

yang dimaksud adalah dari tingkat SD/MI, SLTP/MTs sampai dengan SLTA/MA. Sekolah (Institusi Pendidikan) adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru/pengajar kepada anak didiknya. PHBS Sekolah (Institusi Pendidikan) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. PHBS Sekolah (Institusi Pendidikan) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Manfaat PHBS Sekolah (Institusi Pendidikan) adalah terciptanya sekolah yang bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit, meningkatnya semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar peserta didik, meningkatnya citra sekolah sehingga mampu menarik perhatian masyarakat, meningkatnya citra daerah di bidang pendidikan, dan dapat menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Sekolah (Institusi Pendidikan) yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Olahraga yang teratur dan terukur Memberantas jentik nyamuk Tidak merokok di sekolah Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan Membuang sampah pada tempatnya

1.1.2 INTENSI Memprediksi prilaku : Intensi dan Perceived behavioral control Sesuai dengan teori reaction-action, faktor penting dalam teori planned behavior adalah intensi seseorang dalam melakukan suatu perilaku. Intensi diasumsikan untuk menangkap faktor motivasional yang mempengaruhi suatu perilaku, mereka adalah indikasi bagaimana sulitnya seseorang agar berkeinginan untuk mencoba, seberapa banyak usaha yang seseorang rencanakan untuk dikeluarkan, yang bertujuan untuk mengerjakan perilaku tersebut. Sebagai aturan umum, semakin besar intense dalam berprilaku, semakin besar kemungkinan perilaku itu muncul.

Intensi dapat diekspektasikan untuk mempengaruhi kinerja hingga seseorang memiliki kontrol atas perilakunya (behavioral control), dan kinerja seharusnya

meningkat bersama dengan perilaku terkontrolnya itu hingga orang tersebut termotivasi untuk mencoba. Kontrol atas perilaku yang terpersepsikan (perceived behavioral control). Hal

terpenting dalam perilaku aktual adalah kepercayaan diri : sumber dan kesempatan yang tersedia bagi seseorang hingga tahap tertentu menentukan kemungkinan pencapaian perilaku orang tersebut. Kekonsistenan terhadap penekanan faktor yang berhubungan dengan perilaku tertentu, perceived behavioral control ini mengacu pada persepsi seseorang terhadap tingkat kesulitan melaksanakan perilaku yang diperhatikan. Dibandingkan dengan locus of control yang merupakan generalisasi ekspektasi yang stabil, perceived behavioral control dapat, dan biasanya terjadi, bervariasi dari situasi dan aksi. Sehingga seseorang dapat percaya bahwa secara umum hasil (outome) miliknya akan terdeterminasi dari perilakunya sendiri (internal locus of control), namun di waktu bersamaan ia juga akan percaya bahwa kesempatannya untuk menjadi pilot kecil (low perceived behavioral control). Pandangan masa kini mengenai perceived behavioral control sangat sesuai dengan konsep Bandura mengenai persepsi sel-efficacy (perceived self-efficacy), yaitu berkaitan dengan penilaian seberapa baik seseorang dapat melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk menghadapi situasi yang akan dating.(is concerned with judgement of how well one can execute courses of action required to deal with prospective situation) (Bandura, 1982, p.122). akan kemampuannya dalam melaksanakan investigasi yang dilakukan Self-efficacy dapat menunjukkan bahwa perilaku seseorang sangat terpengaruh oleh kepercayaan diri sesuatu. mempengaruhi pemilihan aktivitas, persiapan untuk beraktivitas, usaha yang dikeluarkan ketika pelaksanaan, dan juga pola pikir serta reaksi emosional(Bandura 1982, 1991). Teori planned behavior meletakkan konstruk dari self-efficacy atau perceived behavioral control di dalam kerangka pikir umum dianatara relasi kepercayaan(belief), sikap(attitude), intensi, dan perilaku. Berdasarkan teori planned behavior, perceived behavioral control, dan juga intensi berperilaku, dapat langsung digunakan untuk mengukur pencapaian perilaku (behavioral achievement). setidaknya ada dua hal yang rasional yang ditawarkan

dalam hipotesis ini.

Pertama, berpegang pada kekonstanan intensi, usaha yang Alasan kedua adalah, untuk

dikeluarkan dalam suatu perilaku untuk akhir yang berhasil, adalah untuk meningkatkan perceived behavioral control. mengekspektasikan hubungan langusng antara perceived behavioral control dan behavioral achievement adalah dengan perceived behavioral control sering digunakan sebagai pengganti dalam pengukuran suatu kontrol aktual. Apakah suatu pengukuran dari perceived behavioral control dapat mengganti pengukuran control aktual, bergantung pada keakuratan persepsinya. Perceived behavioral control dapat menjadi tidak realistis ketika seseorang memiliki informasi yang sedikit mengenai suatu perilaku, ketika sumber yang dibutuhkan atau yang tersedia berganti, atau ketika ada elemen baru atau tidak dikenal memasuki situasi itu. Dalam kondisi seperti ini, pengukuran perceived behavioral control dapat sedikit menambah keakuratan dari prediksi perilaku. Namun hanya hingga pada tahap bahwa perceived control itu realistis, hal ini dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan keberhasilan pecobaan perilaku (behavioral attempt).(Ajzen, 1985)

Memprediksi Perilaku: Temuan Empiris Menurut teori planned behavior, kinerja perilaku merupakan fungsi gabungan dari niat dan kontrol perilaku yang dirasakan. Untuk mendapatkan prediksi yang akurat, beberapa kondisi harus dipenuhi. Pertama, perilaku niat dan kontrol perilaku yang dirasakan harus sesuai dengan (Ajzen & Fishbein, 1977) atau sesuai dengan (Ajzen, 1988) perilaku yang ingin diperkirakan. Artinya, niat dan persepsi kontrol harus dinilai dalam kaitannya dengan perilaku tertentu yang menarik, dan konteks yang ditentukan harus sama seperti konteks di mana perilaku tersebut terjadi. Sebagai contoh, jika perilaku yang akan diprediksi adalah menyumbangkan uang ke Palang Merah , maka kita harus menilai niat menyumbangkan uang ke Palang Merah(bukan niat menyumbangkan uang secara umum maupun niat membantu Palang Merah sebagaimana kontrol yang dirasakan terhadap menyumbangkan uang kepada Palang Merah. Kondisi kedua untuk prediksi perilaku yang akurat adalah bahwa niat dan kontrol perilaku yang dirasakan harus tetap stabil pada

interval antara penilaian dan pengamatan perilaku. peristiwa intervensi dapat menghasilkan perubahan pada niat atau persepsi pengendalian perilaku, dengan efek bahwa tindakan asli variabel tersebut tidak lagi membiarkan prediksi perilaku yang akurat. Persyaratan ketiga untuk validitas prediksi berkaitan dengan akurasi kontrol perilakuyang dirasakan. Seperti disebutkan sebelumnya, prediksi perilaku dari kontrol perilaku yang dirasakan harus meningkat sejauh mana persepsi pengendalian perilaku mencerminkan kontrol sebenarnya secara realistis. Kepentingan relatif dari niat dan kontrol perilaku dirasakan dalam prediksi perilaku diharapkan dapat bervariasi di seluruh situasi dan seluruh perilaku yang berbeda. Ketika perilaku atau situasi memberikan kendali penuh atas kinerja perilaku, niat saja seharusnya cukup untuk memprediksi perilaku, sebagaimana ditentukan dalam theory of reasoned action. Penambahan kontrol perilaku yang dirasakan harus menjadi semakin berguna sebagai kontrol kehendak atas penurunan perilaku. Keduanya, niat dan persepsi pengendalian perilaku, dapat membuat kontribusi yang signifikan pada prediksi perilaku, tetapi dalam aplikasi tertentu, salah satunya mungkin lebih penting daripada yang lain dan, pada kenyataannya, hanya satu dari dua prediktor mungkin diperlukan. Niat dan perilaku. Bukti mengenai hubungan antara niat dan tindakan telah dikumpulkan sehubungan dengan banyaknya jenis perilaku yang berbeda, yang mana banyak pekerjaan yang dilakukan dalam rangka teori tindakan beralasan. Tinjauan penelitian ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber (misalnya, Ajzen, 1988; Ajzen & Fishbein, 1980; Canary & Seibold, 1984; Sheppard, Hartwick, & Warshaw, 1988). Perilaku yang terlibat telah berkisar mulai dari pilihan strategi yang sangat sederhana di laboratorium permainan sampai pada tindakan yang lumayan pribadi atau bermakna sosial,. Sebagai aturan umum diketahui bahwa ketika perilaku tidak menimbulkanmasalah kontrol yang serius, mereka dapat diprediksi dari niat dengan akurasi yang cukup (lihat Ajzen, 1988; Sheppard, Hartwick, & Warshaw, 1988). Contoh yang baik dapat ditemukan dalam perilaku yang melibatkan pilihan antara alternatif yang tersedia. Misalnya, niat pemungutan suara orang-orang, menilai waktu yang singkat sebelum pemilihan presiden, cenderung berkorelasi dengan suara

pilihan voting yang sebenarnya dalam kisaran 0,75 sampai 0,80 (lihat Fishbein & Ajzen, 1981). Sebuah keputusan yang berbeda adalah pada masalah pilihan ibu tentang metode menyusui (payudara versus botol) untuk bayi yang baru lahir. Pilihan ini ditemukan memiliki korelasi 0,82 dengan niat yang ditunjukkan beberapa minggu sebelum pengiriman (Manstead, Proffitt, & Smart, 1983). Kontrol perilaku yang dirasakan. Pada artikel ini, bagaimanapun, kita fokus pada situasi yang mungkin perlu untuk melampaui total aspek perilaku manusia yang dikendalikan. Kami beralih kepada penelitian yang dilakukan dalam kerangka teori perilaku terencana, penelitian yang telah mencoba untuk memprediksi perilaku dengan menggabungkan niat dan kontrol perilaku yang dirasakan. Tabel 1 merangkum hasil dari beberapa penelitian terkini yang telah berurusan dengan berbagai macam aktivitas, dari bermain video game dan kehilangan berat badan sampai pada menipu, mengutil, dan berbohong. Melihat empat kolom pertama dari data, dapat dilihat bahwa kedua prediksi, niat dan kontrol perilaku yang dirasakan, cukup berhubungan baik dengan kinerja perilaku. Koefisien regresi menunjukkan bahwa dalam lima studi pertama, masing-masing dari dua variabel yang mendahului membuat kontribusi yang signifikan terhadap prediksi perilaku. Niat x interaksi kontrol. Kami mencatat sebelumnya bahwa teori terakhir sebagaimana intuisi akan membuat kita mengharapkan interaksi antara motivasidan kontrol. Dalam konteks teori perilaku terencana, harapan ini menyiratkan bahwa niat dan persepsi pengendalian perilaku harus berinteraksi dalam prediksi suatu perilaku. Memprediksi Niat: Sikap, Norma Subyektif, dan yang dirasakan Kontrol Perilaku Teori perilaku yang direncanakan mempostulat tiga penentu niat yang independen secara konseptual. Yang pertama adalah sikap terhadap perilaku (attitude toward the behavior) dan mengacu pada sejauh mana seseorang memiliki evaluasi atau penilaian yang menyenangkan atau tidak dari perilaku yang bersangkutan. Sikap ini merupakan suatu sikap terhadap perilaku tertentu. Hal ini bersifat personal dari dalam diri individu mengenai perilaku tertentu. Sikap dapat menggambarkan evaluasi positif atau negatif terhadap perilaku tersebut. Evaluasi positif dapat berupa

mendukung, atau menganggap baik perilaku tersebut. Evaluasi negatif dapat berupa menolak atau menganggap buruk perilaku yang ditampilkan.

Prediktor yang kedua adalah faktor sosial yang disebut norma subyektif (subjective norm), mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku. Norma ini merupakan sesuatu yang dipengaruhi dari luar. Pengaruh dari luar biasanya adalah pengaruh sosial terhadap individu yang melakukan penilaian mengenai suatu perilaku tertentu. Penilaian dapat berubah persepsinya terhadap sesuatu berhubungan dengan tekanan sosial yang ia alami berkenaan dengan keharusan atau tidak untuk melakukan atau menampilkan tingkah laku tertentu. Niat pendahulu yang ketiga adalah derajat kontrol perilaku yang dirasakan(perceived behavioral control), yang seperti kita lihat sebelumnya, mengacu pada kemudahan atau kesulitan yang dirasakan untuk menunjukkan perilaku dan diasumsikan untuk mencerminkan pengalaman masa lalu sebagai rintangan yangantisipasi sebagaimana juga sebagai hambatan. Sebagai aturan umum, lebih baik sikap dan norma subyektif terhadap perilaku, dan semakin besar kontrol perilaku yang dirasakan, harusnya semakin kuat niat individu untuk melakukan perilaku di bawah pertimbangan. Kepentingan relatif dari sikap, norma subyektif, dan kontrol perilaku kontrol yang disadari dalam prediksi niat diharapkan dapat bervariasi di antara perilaku dan situasi. Dengan demikian, dalam beberapa aplikasi mungkin ditemukan bahwa hanya sikap yang memiliki dampak yang signifikan terhadap niat, pada orang lain sikap dan kontrol perilaku yang dirasakan cukup untuk menjelaskan niat, dan pada yang lain ketiga prediktor membuat kontribusi yang independen.

Memprediksi Intensi: Temuan Empiris Sama pentingnya, penambahan kontrol perilaku yang dirasakan membawa perbaikan yang dapat dipertimbangkan dalam prediksi niat; koefisien regresi dari kontrol

perilaku yang dirasakan cukup signifikan dalam setiap studi. Perhatikan juga bahwa, dengan hanya satu pengecualian, sikap terhadap berbagai perilaku telah memberikan kontribusi signifikan terhadap prediksi niat, sedangkan hasil untuk norma subyektif tercampur, tanpa pola yang terlihat jelas. Temuan ini menunjukkan bahwa, karena perilaku dipertimbangkan, pertimbangan pribadi cenderung membayangi pengaruh tekanan sosial yang dirasakan.

1.1.3 DINAMIKA KELOMPOK Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan kelompok. Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti tenaga kekuatan, selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan. Dinamika juga berarti adanya interaksi dan interdependensi antara anggota kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat kelompok (group spirit) terus-menerus ada dalam kelompok itu, oleh karena itu kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang bersangkutan dapat berubah. Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Menurut W.H.Y. Sprott mendefinisikan kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain. Kurt Lewin berpendapat the essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdependence. H. Smith menguraikan bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan dasar kesatuan persepsi. Interaksi antar anggota kelompok dapat menimbulkan kerja sama apabila masing-masing anggota kelompok: Mengerti akan tujuan yang dibebankan di dalam kelompok tersebut Adanya saling menghomati di antara anggota-anggotanya Adanya saling menghargai pendapat anggota lain Adanya saling keterbukaan, toleransi dan kejujuran di antara anggota kelompok

Menurut Reitz (1977) kelompok mempunyai karakteristik sebagai berikut: Terdiri dari dua orang atau lebih Berinteraksi satu sama lain Saling membagi beberapa tujuan yang sama Melihat dirinya sebagai suatu kelompok Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli tentang pengertian kelompok adalah kelompok tidak terlepas dari elemen keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dinamika kelompok merupakan suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain: Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai Menimbulkan rasa solidaritas anggota sehingga dapat saling menghormati dan saling menghargai pendapat orang lain Menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok Menimbulkan adanya itikad yang baik diantara sesama anggota kelompok. Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai ice breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok, yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming. Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada proses ini individu mengalami forming. Dalam setiap kelompok harus ada aturan main yang disepakati bersama oleh semua

anggota kelompok dan pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut norming. Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai kegiatan, proses ini disebut performing. Secara singkat proses dinamika kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:

Individ u

Ice Breaking

Storming

Formin g

Performin g

Normin g

Alasan pentingnya dinamika kelompok: Individu tidak mungkin hidup sendiri di dalam masyarakat Individu tidak dapat bekerja sendiri dalam memenuhi kehidupannya Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan dapat terlaksana dengan baik Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat bekerja dengan efektif Dinamika kelompok seperti disebutkan di bagian awal, menjadi bahan persaingan dari para ahli psikologi, ahli sosiologi, ahli psikologi sosial, maupun ahli yang menganggap dinamika kelompok sebagai eksperimen. Hal tersebut membawa pengaruh terhadap pendekatan-pendekatan yang ada dalam dinamika kelompok. 1. Pendekatan oleh Bales dan Homans Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan sistem interdependensi, dengan sifat-sifat: Adanya stratifikasi kedudukan warga

Adanya diferensiasi dalam hubungan dan pengaruh antara anggota kelompok yang satu dengan yang lain Adanya perkembangan pada sistem intern kelompok yang diakibatkan adanya pengaruh faktor-faktor dari luar. 2. bentuk Pendekatan oleh Stogdill Pendekatan ini lebih menekankan pada sifat-sifat kepemimpinan dalam organisasi formal. Stogdill menambahkan bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok yang terorganisir sebagai usaha untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok terorganisir yang dimaksud disini adalah kelompok yang tiap-tiap anggotanya mendapat tanggungan dalam hubungannya dengan pembagian tugas untuk mencapai kerja sama dalam kelompok.3.

Pendekatan dari ahli Psycho Analysis (Sigmund Freud dan

Scheidlinger) Scheidlinger berpendapat bahwa aspek-aspek motif dan emosional memegang peranan penting dalam kehidupan kelompok. Kelompok akan terbentuk apabila didasarkan pada kesamaan motif antar anggota kelompok, demikian pula emosional yang sama akan menjadi tenaga pemersatu dala kelompok, sehingga kelompok tersebut semakin kokoh. Freud berpendapat bahwa di dalam setiap kelompok perlu adanya kesatuan kelompok, agar kelompok tersebut dapat berkembang dan bertahan lama. Kesatua kelompok akan terbentuk apabila tiap-tiap anggota kelompok melaksanakan identifikasi bersama antara anggota yang satu dengan yang lain. 4. Pendekatan dari Yennings dan Moreno Yennings mengungkapkan konsepsinya tentang pilihan bebas, spontan, dan efektif dari anggota kelompok yang satu terhadap angota kelompok yang lain dalam rangka pembentukan ikatan kelompok. Moreno membedakan antara psikhe group dan sosio group sebagai berikut: Psikhe group merupakan suatu kelompok yang terbentuk atas dasar suka/tidak

suka, simpati, atau antipati antar anggota Sosio group merupakan kelompok yang terbentuk atas dasar tekanan dari pihak

luar.

Yennings menambahkan bahwa pelaksanaan tugas akan lebih lancar apabila pembentukan Sosio group disesuaikan dengan Psikhe group, dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi kerja dan kepemimpinan dalam kelompok.

FUNGSI DINAMIKA KELOMPOK 1. Individu satu dengan yang lain akan terjadi kerjasama saling membutuhkan (individu tidak dapat hidup sendiri di dalam masyarakat) 2. Dinamika kelompok memudahkan segala pekerjaan (dalam dinamika kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain) 3. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar, sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat, efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagi-bagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing) 4. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki peran yang sama dalam masyarakat.

1.2 LATAR BELAKANG PELAKSANAAN PRAKTIKUM MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Pelaksanaan praktikum MJKH ini dilakukan untuk mengetahui jadwal kegiatan mahasiswa terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Praktikum ini mengenai assessment partisipatif Pelaksanaan praktikum dengan menggunakan assesment partisipatif ini memungkinkan peserta untuk aktif dalam melakukan kegiatannya. Adapun perlengkapan dan prosedur pelaksanannya adalah sebagai berikut: Perlengkapan : 1. Satu orang pemandu dan satu orang notulis. 2. Partisipan yang terdiri dari 5-8 mahasiswa dari fakultas/jurusan/program studi yang sama. 3. Selembar kertas besar bagi setiap peserta, untuk menggambarkan jam kegiatan, dengan tabel 7 hari dan 24 jam perhari yang sudah disiapkan oleh tim pemandu. 4. Potongan-potongan kertas berwarna. Setiap potongan warna mewakili satu kegiatan tertentu, disiapkan pula sejumlah warna untuk mengantisipasi adanya kegiatan yang unik pada beberapa orang partisipan. 5. Double tape untuk setiap peserta untuk menempelkan kertas berwarna ke kertas besar. 6. Alat tulis/spidol untuk setiap peserta untuk menuliskan legend yang perlu dituliskan pada lembar kerjanya. 7. Alat perekam dengan kelengkapannya (jika ada). Siapkan backup untuk menjaga kemungkinan kegagalan merekam. Prosedur pelaksanaan : 1. Berikan penjelasan tentang apa saja yang akan didiskusikan dalam pertemuan Membuat Jadwal Kegiatan Harian (MJKH). 2. Jelaskan pula proses MJKH ini akan direkam (jika dilakukan) untuk kepentingan keakuratan data. 3. Berikut adalah daftar informasi yang diperlukan sebagai data

a. Perkiraan jarak antara tempat tinggal dan kampus, dan waktu yang diperlukan untuk perjalanan antara tempat tinggal dan kampus. b. Kendaraan yang dimiliki, bagaimana mencapai kampus atau pulang? c. Jam berapa bangun pagi? Rata-rata? d. Jadwal BAB, keteraturan e. Frekuensi mandi, kebiasaan mencuci tangan f. Frekuensi kerasam/mencuci rambut g. Frekuensi makan, waktu, keteraturan dan jenis makanan h. Jumlah minum i. Rutinitas olah raga j. Kegiatan perkuliahan k. Mengerjakan tugas dari perkuliahan l. Jam tidur malam, berapa jam rata-rata m. Kegiatan hiburan n. Rutinitas periksa kesehatan 4. Proses MPK a. Setelah partisipan mengetahui kegiatan apa saja yang seharusnya dimasukkan ke dalam tabel Jadwal Kegiatan Harian, persilakan partisipan untuk mulai mengisi tabel. b. Tim pemandu boleh membantu merekatkan kertas warna atau menempatkan kertas warna tersebut pada tempat yang dikehendaki oleh partisipan, tapi boleh mengklarifikasi pilihan aktivitas atau waktu aktivitasnya, misalnya: Apakah memang aktivitas itu Anda lakukan pada jam tersebut? atau Apakah selama/sesering itu aktivitas tersebut Anda lakukan?. c. Pemandu tidak diperkenankan memberikan penilaian atas aktivitas partisipan yang ditampilkan dalam tabel. d. Setelah tabulasi kegiatan, peserta diminta menuliskan legend yang mewakili aktivitasnya. e. Selanjutnya Jadwal Kegiatan Harian digunakan sebagai salah satu dasar dari FGD. MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK)

Adapun prosedur pelaksanaan praktikum sesi Menggambar Peta Kampus adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan: a. Menghubungi semua calon partisipan untuk mendapatkan kesepakatan mengenai waktu pelaksanaan pengambilan data. b. Memberikan penjelasan mengenai proses Membuat Peta Kampus, waktu yang akan diperlukan (dari pukul berapa sampai dengan pukul berapa), juga siapa saja yang akan hadir dalam praktikum ini. c. Mengingatkan partisipan satu atau dua hari sebelum hari H dilaksanakannya praktikum. 2. Awal tahap pelaksanaan: a. Menuliskan topik Menggambar Peta Kampus di papan tulis: Gedung Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan dan berbagai fasilitasnya, sehubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. b. Menjelaskan topik gambar/diskusi beserta segala aspek yang terlibat, sehingga peserta memahami apa yang akan mereka lakukan. c. Memberikan karton kepada para peserta dan membagikan marker kepada masing-masing peserta. 3. Proses MPK a. Mendiskusikan tentang jumlah gedung dan berbagai fasilitas yang ada di kampus, terutama yang berkaitan dengan isyu kebersihan dan kesehatan sambil fasilitator. mencatatkan fasilitas kampus yang mereka sebutkan berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. b. Setelah mendiskusikan, mempersilahkan partisipan untuk menggambar peta kampus.

c. Setelah gambar peta selesai, meminta peserta membuat legend yang

menjelaskan isi gambar mengenai keterangan nama tempat, fasilitas yang menunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, fasilitas yang kurang/tidak menunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Focus group discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Sebenarnya FGD sendiri konsepnya hampir sama dengan wawancara yang bertujuan untuk mengetahui dinamika atau kecenderungan personaliti seseorang. Hanya memang dalam FGD peserta ditempatkan dalam sebuah kelompok sehingga selain bisa dilihat kecenderungan personalnya juga akan terlihat bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan diluar dirinya dan menghadapi situasi yang berada di luar prediksinya. Manfaat FGD antara lain: 1. Praktis dan ekomonis. Penggunaaan FGD memungkinkan tim melakukan satu kegiatan dengan beberapa orang sekaligus. Seperti yang sudah disampaikan pada artikel sebelumnya, dalam FGD normalnya setiap kelompok terdiri dari 4 7 orang dan rata-rata satu kelompok waktunya adalah 20 30 menit sehingga FGD akan menghemat waktu yang harus diluangkan pemandu. 2. FGD mengungkap beberapa aspek sekaligus seperti pemahaman atas permasalahan di sekitarnya, logika berfikir, pengambilan keputusan, inisiatif, ketrampilan komunikasi, kepercayaan diri dan masih banyak hal lainnya. 3. FGD lebih bersifat natural bila dibandingkan dengan wawancara, namun justru dari situ dapat dilihat antisipasi peserta dalam menyelesaikan permasalahan atau kasus yang diberikan. Selain itu bisa dilihat juga bagaimana ketahanannya dalam berhadapan dengan situasi yang underpressure. Tidak seperti wawancara yang

pressurenya dari pertanyaan interviewernya, pressure dari FGD selain berupa kasus itu sendiri bisa dari anggota kelompok lainnya (ketika si peserta membandingkan kemampuannya dengan kemampuan anggota kelompok yang lainnya termasuk juga bagaimana pengendalian dirinya). Umumnya dalam FGD setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 7 orang, namun hal ini bisa disesuaikan dengan kemampuan observasi dari pemandu. Dengan kemampuan yang expert, jumlah anggota kelompok masih bisa ditambah lagi. Setelah terbentuk kelompok-kelompok, pemandu memberikan penjelasan sekalilas kepada kelompok bahwa mereka harus mendiskusikan kasus yang akan diberikan kepadanya. Untuk efisiensi, pembatasan waktu kadang boleh diterapkan. Namun pada beberapa situasi, pembatasan waktu ini justru menghambat dinamika kelompok karena seringkali karena terdesak oleh waktu maka kelompok akan melakukan voting untuk mendapatkan penyelesaikan yang disepakati. Jadi, berapa waktu yang digunakan juga sangat fleksibel, tergantung dari kebutuhan tiap-tiap perusahaan. Setelah kelompok mendapatkan penyelesaian yang dirasa paling tepat, ada baiknya pemandu membahas dinamika kelompok tersebut seperti apa yang mereka dapatkan dari kasus seperti itu, atau apa yang dirasakan ketika harus bekerja dengan orang lain, dsb. Intinya adalah bagaimana membuat peserta mendapatkan insight atau wawasan baru dari kasus atau dinamika kelompok yang baru saja ia lewati. Adapun prosedur Focus Group Discussion adalah sebagai berikut: Persiapan: 1. Menetukan tiga orang anggota kelompok untuk bergabung dalam tim FGD2. Membuat guideline sesuai dengan tema dan tujuan FGD

3. Menyusun jadwal (alokasi waktu, durasi, menentukan tanggal dan jam pelaksanaan) 4. Menentukan tempat pelaksanaan 5. Mencari dan menghubungi calon partisipan 6. Membagi tugas di antara tim FGD (moderator, observer, notulensi)

7. Menyiapkan peralatan (recorder, flip chart, alat tulis, kursi, papan tulis)

Pelaksanaan : 1. Memastikan peserta datang sesuai jadwal yang ditetapkan 2. Mengecek persiapan terakhir (ruangan, peralatan, posisi duduk)3. Menuliskan topik pada flip chart

4. Membuka FGD (memperkenalkan tim FGD)5. Menjelaskan tema dan topik diskusi

6. Menjelaskan aturan main dalam FGD7. Memberikan pertanyaan sesuai dengan tema dan topik FGD

8. Mendengarkan pendapat 9. Mencatat hasil atau pendapat peserta 10.Memberikan kesimpulan 11.Menutup FGD (mengucapkan terima kasih, menjamin kerahasiaan data)

BAB 2 HASIL KESIMPULAN PRAKTIKUM

2.1 DATA RESPONDEN 1.1 DESKRIPSI RESPON PESERTA MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH)

MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Bedasarkan hasil observasi, selama proses praktikum Menggambar Peta Kampus (MPK), para peserta terlihat antusias dan langsung memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang harus digambar. Hal ini terlihat dari respon peserta yang menyimak ketika kami menyampaikan instruksi dan saat mereka mengerjakan gambar peta kampus. Para peserta yang terdiri atas 8 orang tersebut langsung membagi tugas sesuai jumlah tingkat gedung kuliah yang mereka gunakan sehari-hari, yaitu 3 tingkat (lantai). Awalnya, mereka langsung membagi siapa yang menggambar bagian lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 sehingga proses penggambaran tidak berlangsung lama. Selama menggambar, mereka saling berdiskusi dan bahkan ada yang berdebat. Perdebatan yang terjadi umumnya adalah saat memutuskan apakah suatu ruangan itu bersih atau kurang bersih. Saat berdebat, peserta tidak hanya mengeluarkan pendapatnya namun juga berusaha mendengarkan saran dari teman-temannya. Hal lain yang terjadi adalah, karena peserta merupakan mahasiswa angkatan 2008 ke atas, para peserta sangat terlihat menguasai dan mengenal setiap seluk beluk gedung kampusnya. Hal tersebut menyebabkan ketika kami memberi beberapa pertanyaan terkait dengan keadaan kampus, misalnya dimana saja letak tempat sampah, para peserta dapat dengan cekatan memberi tanda. Demikian juga dengan ukuran ruangan, para peserta sering berdebat mengenai ukuran ruangan yang ada, dan pada akhirnya selalu menghasilkan keputusan yang dapat diterima oleh peserta lainnya. Selama proses Menggambar Peta Kampus berlangsung,

para peserta mengerjakan dengan bersemangat namun tidak pernah mengajukan pertanyaan pada fasilitator mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Menggambar Peta Kampus.

MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) Pada awalnya, semua responden berpikir sambil menoleh ke kanan dan kiri, tampak seperti menunggu responden lain yang menjawab terlebih dahulu. Kemudian responden satu persatu mulai menyebutkan tempat laundry, dokter gigi, petugas kebersihan, dan puskesmas. Mimi dan Bowo berdiskusi apakah PDAM juga termasuk dalam institusi yang mendukung PHBS. Sebagian responden terlihat diam sambil berpikir. Kebanyakan dari responden hanya mengiyakan jawaban responden lain. Dan kemudian, Ala seperti memberi stimulus kepada teman-temannya untuk berpikir lebih, seperti mempersilahkan temannya untuk menjawab. Mimi dan Julia selalu melihat ke arah Ala dan Bowo, seperti menunggu jawaban dari kedua orang tersebut. Ketika Bowo, dan dua responden perempuan sedang berdiskusi. Frans dan Eka terlihat juga berdiskusi. Ala kemudian menanyakan apakah organisasi mahasiswa termasuk dalam intitusi dan menanyakan nama organisasi tentang lingkungan kepada temantemannya. Eka mengeluarkan nama ENVI yang merupakan nama organisasi dalam FTIP tersebut. Nama dari organisasi tersebut tidaklah sangat jelas dalam ingatan mereka karena terlihat bahwa mereka susah untuk merecall nama tersebut dengan lancar. Laura memunculkan nama Green Peace dan mereka mulai tersenyum-senyum. Dan mengatakan bahwa BEM-Unpad juga sering mengadakan acara untuk lingkungan. Setelah itu, kami membahas tentang respons yang diberikan mengenai institusi tersebut. Pada saat membahas itu, responden menambahkan beberapa institusi lagi, yaitu supermarket, apotek., dan tempat makan. Responden kelompok kami terlihat sangat nyaman dengan diskusi tersebut. Semua terlihat dapat mendominasi dan aktif dalam memberikan tanggapan. Pada proses diskusi terlihat bahwa ada tiga kubu yang sering berinteraksi, yaitu kubu 1 (Frans, Eka, dan Laura), kubu 2 ( Mimi dan Julia), dan kubu 3 (Ala dan Bowo). Ketika berdiskusi kubu 2 sering menoleh ke arah kubu 3. Ala juga sering membantu lancarnya diskusi, misalnya ketika semua teman-temannya berbicara pada saat yang sama, dia meminta temannya untuk mengacungkan tangan. Responden juga bertanya ketika ada jawaban yang meragukan dan

menanyakan pendapat kami. Oleh karena itu, semua jawaban yang diberikan dirasakan cukup maksimal dari para responden. Pada saat mengerjakan diagram venn, mereka memilih warna, menentukan bentuk dan besarnya serta menggunting kertas lipat sesuai dengan lambang yang diinginkan. Semua responden menggambar lambang institusi yang diinginkan dan mengguntingnya. Secara otomatis, mereka masing-masing sudah dapat mengambil peran apa yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas diagram venn. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Bedasarkan hasil observasi yang dilakukan selama pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD), seluruh partisipan terlihat aktif dalam memberikan pendapat mengenai topik yang diajukan, yaitu mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Beberapa partisipan memang terlihat lelah pada saat FGD dimulai, akan tetapi mereka tetap menunjukkan antusiasme mereka dan fokus pada topik yang dibicarakan. Berikut ini akan dipaparkan mengenai deskripsi respon masing-masing peserta. Subjek A, saat FGD dimulai, subjek terlihat memperhatikan flip chart dan menbaca definisi dari topik yang akan dibahas. Ketika subjek ditanya, ia memikirkannya sebentar baru menjawab, biasanya menggunakan tangan dan jemari untuk menjelaskan atau menggambarkan masalah. Subjek menjaga kontak mata dengan fasilitator dan cukup membantu fasilitator dalam menjaga kondisi FGD tetap kondusif dan tidak monoton. Selama jalannya FGD, subjek selalu terlibat aktif dalam memberikan pendapatnya. Subjek B, dalam memberikan pendapatnya ia mengambil kesimpulan dari pendapat peserta yang lainnya baru kemudian menambahkannya dengan jawaban sendiri, kecuali untuk beberapa pertanyaan yang mungkin sesuai dengan keadaannya, ia memiliki inisiatif sendiri untuk menjawab sebelum dipersilakan. Selama jalannya FGD subjek Cukup antusias dan aktif, posisi duduknya condong kedepan, dan beberapa kali mengubah posisi duduk. Subjek E, dalam berpendapat ia kurang memiliki inisiatif sendiri. Akan tetapi, apabila ada orang lain yang menjawab dan sesuai dengan kondisinya, atau malah bertentangan, ia akan memberi tanggapan atas jawaban orang tersebut. Posisi duduk subjek selama jalannya FGD cenderung menyender ke belakang. Subjek juga terlihat lelah akan tetapi ia berusaha untuk tetap terlibat aktif dalam FGD ini.

Subjek F, terlibat aktif dan antusias selama FGD berlangsung. Subjek memiliki inisiatif sendiri untuk berpendapat ataupun memberikan tanggapan mengenai pendapat peserta yang lain. Ketika ingin memberikan tanggapan atas pendapat peserta yang lain subjek akan menunggu hingga peserta yang lain selesai menyampaikan tanggapan mereka. Cara subjek berpendapat pun terkesan tenang dan santai. Ketika berpendapat subjek menggunakan tangan untuk membantu menjelaskan masalah atau jawabannya. Posisi duduk subjek condong ke depan. Subjek J terlihat sudah lelah tetapi masih menunjukkan minat pada topik yang didiskusikan. Ia duduk berganti posisi hampir setiap 10 menit dan menjawab dengan cukup yakin dan semangat. Terkadang subjek memainkan jari tangannya. Subjek lebih memperhatikan orang lain yang menjawab lalu menuangkan jawaban atau pengalamannya sendiri. Subjek L, terlihat cukup tenang, menjaga jeda beberapa saat untuk berfikir sebelum menuangkan jawaban. Ia menjelaskan jawabannya dengan bantuan tangan. Subjek cukup aktif dalam berpendapat ataupun memberi tanggapan. Ketika berpendapat, subjek terlihat bersemangat. Subjek M, terkesan santai dan menjawab dengan tenang. Duduknya condong ke depan, dan beberapa kali mengubah posisi duduknya. Ia menggunakan tangan untuk membantu menjelaskan jawabannya, menjawab sambil berfikir sehingga terkadang ada beberapa jeda sebelum ia menyelesaikan jawabannya. 1.2 PEMBAHASAN RESPON PESERTA MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Dari respon-respon yang ditunjukkan oleh peserta seperti yang dipaparkan sebelumnya, para peserta seluruhnya terlibat aktif dalam proses Menggambar Peta Kampus ini. Hal ini dikarenakan sebelumnya telah diberitahukan bahwa setiap peserta diperbolehkan memiliki satu buah marker. Keaktifan mereka juga terlihat dari adanya pembagian tugas secara tidak langsung dan otomatis, dalam artian setiap peserta memiliki inisiatif untuk

mengambil bagiannya dan mulai menggambar bersama-sama. Beberapa peserta juga saling bertanya satu sama lain mengenai keadaan kampusnya, dan peserta lain langsung menjawab dengan jawaban yang meyakinkan. Hal ini menunjukkan bahwa peserta sudah sangat mengenal keadaan kampus mereka. MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) Laundry merupakan institusi yang mendukung PHBS karena laundry sebagai institusi jasa yang menyediakan pakaian bersih sehari-hari. Dokter gigi dapat memeriksa kesehatan gigi kita. Petugas kebersihan merupakan Institusi yang menyediakan jasa membersihkan lingkungan terdekat Puskesmas/ klinik merupakan tempat/ institusi untuk memeriksa kesehatan serta berobat saat sakit PDAM Menyediakan air bersih sehari-hari ENVI/ EFTC : Environment Food Tech Community adalah Suatu komunitas peduli lingkungan dalam lingkup Fakultas Teknik Ilmu Pertanian, menyediakan tempat sampah dan fasilitas kebersihan lainnya di jurusan. Green Peace juga untuk lingkungan kebersihan serta kelestarian lingkungan, seperti reboisasi. BEM-U/ BEM Fakultas juga sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung PHBS. Misalnya penanaman pohon. Mereka juga memberikan informasi, penyuluhan untuk menunjang PHBS. Supermarket menyediakan alat-alat kebersihan yang membantu kita untuk dapat hidup bersih dan sehat. Misalnya peralatan mandi, dan lain-lain. Apotek adalah sebagai institusi yang menyediakan suplemen, vitamin, dan obat-obatan yang dapat membantu kita hidup sehat. Tempat Makan juga memberikan kita asupan gizi agar kita dapat tumbuh sehat dan menyediakan makanan higienis. Kemudian, kami membahas urutan pentingnya institusi tersebut dan alasannya. Hampir semua responden setuju dengan mengatakan PDAM sebagai institusi yang paling penting dalam menunjang PHBS. Karena air bersih adalah hal yang utama atau paling

krusial. Kita benar-benar membutuhkan air bersih untuk berbagai kegiatan kita sehari-hari, terutama hal mengenai kebersihan dan kesehatan. Responden mengatakan bahwa jika tidak makan beberapa hari masih dapat hidup, akan tetapi jika tidak minum tidak dapat bertahan hidup. Maka, sumber airlah paling penting. Kemudian petugas kebersihan, juga dominan yang menjawabnya. Alasannya karena petugas kebersihan membantu menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Karena lingkungan cukup luas, dan tuntutan agar lingkungan selalu bersih maka peran petugas kebersihan sangat dibutuhkan. Puskesmas / Klinik. Alasannya adalah menjaga kesehatan. Di puskesmas/ klinik kita dapat melakukan check up kesehatan, konsultasi dan sebagainya. Tempat Makan. Tempat makan yang menyediakan makanan bersih dan sehat dapat menunjang kesehatan tubuh kita. Supermarket. Supermarket yang menyediakan berbagai alat-alat kebersihan. Dengan alat-alat kebersihan ini, dapat menunjang kehidupan kita yang sehat. Dokter/ dokter gigi. Dokter gigi juga dibutuhkan karena kesehatan gigi sangatlah penting. Apabila sakit gigi, maka aktivitas sehari-hari dapat terganggu pula. Apotek. Setelah mendapatkan resep dokter maka kita harus membeli obat. Obat dapat dibeli di apotek. Apotek menyediakan obat-obatan, vitamin, dan suplemen lainnya, hal ini sangat penting untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari penyakit-penyakit. ENVI/ EFTC. Peran ENVI masih kurang intens di lingkungan mereka. Eksistensi mereka tidaklah terlalu mencolok dalam menunjang PHBS sehingga mereka tidak menyadari betapa pentingnya ENVI ini. BEM-U/ BEM Fakultas. Dukungan dari BEM biasanya berupa ajakan, informasi, himbauan, penyuluhan, dan sebagainya. Memang hal tersebut sangat mendorong hidup bersih dan sehat, tapi secara jangka panjang. Laundry. Laundry ditempatkan di tempat kurang penting karena menurut responden baju masih dapat dicuci sendiri. Green Peace. Alasan kurang penting: peran Green Peace dalam mendukung hidup bersih dan sehat kurang begitu terasa karena perannya agak terlalu universal.

Dilihat dari mudah atau susahnya institusi tersebut diakses. Dari paling mudah itu adalah PDAM. Air bersih tidak susah untuk didapatkan. Hampir di setiap tempat yang dibutuhkan, air bersih selalu tersedia. Kemudian, responden mengurutkan semua institusi tersebut dalam urutan sesuai dari yang mudah diakses sampai yang susah. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Dari respon-respon yang ditunjukkan oleh peserta seperti yang dipaparkan sebelumnya, para peserta seluruhnya terlibat aktif dan antusias dalam proses FGD ini. Keantusiasan dan keaktifan peserta selama pelaksaan FGD terlihat dari cara peserta yang memberikan pendapat mereka dengan semangat, berinisiatif sendiri untuk memberikan pendapat mereka mengenai FGD, berusaha saling menganggapi pendapat satu sama lain, dan mendengarkan dengan aktif pendapat dari peserta lainnya. Penghargaan yang diberikan peserta yang lain saat ada peserta yang berpendapat membuat setiap peserta memiliki keinginan untuk berpendapat. Keaktifan maupun antusiasme peserta dalam FGD ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh latar belakang mereka sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Pangan. Dari pendapat-pendapat yang mereka berikan, diperoleh informasi bahwa kegiatan kampus mereka sangat dekat dengan kebersihan. Selain itu, dalam kehidupan sehari-harinya, peserta juga sangat memperhatikan kebersihan. Hal inilah yang mungkin membuat peserta tidak mengalami kesulitan ketika diminta untuk berpendapat mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan antusias selama FGD berlangsung. 1.3 EVALUASI PELAKSANAAN SESI MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Kegiatan MJKH ini adalah kegiatan pembuka pada praktikum mengenai asesmen partisipatif Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Kegiatan ini secara keseluruhan berjalan dengan baik meskipun mengalami keterlambatan. Seharusnya kegiatan ini dimulai pada pukul 9.00, tapi karena harus menunggu responden sampai lengkap, maka akhirnya kegiatan ini dimulai pada pukul ---. Selain itu perkiraan lamanya kegiatan yang ternyata jauh berbeda dengan kenyataannya. Perkiraannya bahwa kegiatan ini berlangsung paling lama sekitar 75

menit. Namun kenyataannya adalah --- menit. Dikarenakan sekitar 5 orang saat pengisian kegiatan masing-masing ke dalam kertas HVS memakan waktu lebih dari 20 menit dan proses penginputan data masing-masing ke dalam kertas karton yang memakan lebih dari --menit. Namun di samping itu, kegiatan ini dianggap berhasil menimbulkan attachment yang baik di antara responden. Karena saat penginputan data ke dalam kertas karton terjadi proses diskusi tentang cara penginputan, serta adanya proses kerjasama yang terjadi di dalamnya. Attachment ini berguna untuk kemudian melakukan serangkaian kegiatan selanjutnya pada praktikum ini. MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Pelaksanaan praktikum sesi Menggambar Peta Kampus berjalan dengan cukup baik. Peserta memahami dan mau mengikuti instruksi dan petunjuk dari kami. Mereka pun melakukannya dengan baikdan sesi Menggambar Peta Kampus ini berjalan dengan cukup baik. Dimulai dari saat kita menerangkan apa yang akan dilakukan pada sesi ini, sarana dan prasarana apa saja yang terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat, mengerjakan gambar peta kampus, sampai pada akhirnya ada diskusi singkat mengenai sarana dan prasarana di lingkungan kampus Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan. Dari praktikum sesi ini terlihat bahwa partisipan pun cukup antusias dalam mengikutinya, mereka memahami tentang apa yang mereka kerjakan. Mereka mendengarkan instruksi dengan saksama, mengerjakannya dengan antusias, sampai-sampai mereka saling membagi tugas saat menggambar peta kampus tersebut. Kemudian tujuan dari praktikum sesi Menggambar Peta Kampus ini dapat dikatakan cukup tercapai, yaitu mengetahui sarana dan prasarana kampus yang terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, baik itu perilaku yang mendukung maupun yang kurang mendukung. Hal ini terlihat dari hasil diskusi singkat sebelum praktikum sesi ini berakhir, yaitu bahwa mereka menyadari bahwa di antara sarana dan prasarana di kampus mereka yang terbilang bersih, masih ada yang kurang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, misalnya melalui pernyataan dari mereka bahwa toiletnya masih kurang memadai karena dindingnya berwarna kusam sehingga tampak jorok, walaupun sebenarnya mereka mengaku

bahwa toilet mereka cukup bersih serta letak dan bentuk kantin yang kecil dan di bawah tangga membuat mereka merasakan kurang baiknya kualitas kantin di kampus mereka. MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Pelaksanaan praktikum FGD berjalan dengan baik. Dari awal FGD dilaksanakan hingga selesai, suasana yang tercipta antara fasilitator maupun peserta sangat baik. Peserta dapat memahami instruksi yang diberikan dan terlibat secara aktif selama FGD berlangsung. Fasilitator tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam membimbing peserta untuk mengarah pada tujuan FGD. Tujuan dari pelaksanaan FGD ini sendiri dapat dikatakan cukup berhasil. Peserta dapat mengenali bagaimana kondisi PHBS di kampus mereka pada saat ini dan memberikan saran-saran yang dapat membantu keberhasilan pelaksanaan PHBS di kampus mereka. 1.4 KESULITAN DAN KEBERHASILAN MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Kesulitan: - Waktu perkiraan kegiatan dengan pelaksanaannya ternyata berbeda jauh. Perkiraannya sekitar paling lama yaitu 75 menit. Pada kenyataannya adalah 90 menit. - Double tape yang dibuka saat penginputan data ke dalam tabel ternyata menghabiskan banyak waktu. Keberhasilan: Tumbuhnya kerjasama di antara responden ketika penginputan data kelompok ke dalam karton yang telah disediakan. MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Dalam melaksanakan praktikum sesi Menggambar Peta Kampus sebenarnya tidak ada kesulitan yang berarti. Hal ini dikarenakan para partisipan dapat menangkap dan memahami instruksi yang diberikan, serta mereka dapat saling bekerja sama dengan baik sehingga praktikum sesi Menggambar Peta Kampus ini berjalan dengan cukup baik.

Sedangkan keberhasilannya adalah bahwa partisipan memahami instruksi dengan baik, mereka menggambar dengan baik, sigap, dan saling bekerja sama. Kemudian yang paling penting adalah tercapainya tujuan dari dilaksanakannya praktikum sesi Menggambar Peta Kampus ini, yaitu mengetahui dan memahami tentang sarana dan prasarana kampus mereka yang terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, baik itu fasilitas yang mendukung, maupun yang kurang mendukung. Kemudian keberhasilan lainnya adalah waktu pelaksanaan praktikum sesi Menggambar Peta Kampus ini terbilang tepat waktu, tidak memakan waktu yang cukup lama, hanya sekitar 40 menit. Waktu pelaksanaan tersebut lebih singkat dari perkiraan waktu estimasi, yaitu sekitar 45 sampai dengan 75 menit. Pada awal sebelum menggambar, kami memberitahukan kepada partisipan bahwa disediakan waktu 30 menit untuk menggambar dan mereka menjalankan tugas mereka dengan sigap, teliti, dan saling bekerja sama begitu kami katakan Silakan mulai. Mereka sangat mempertimbangkan waktu, sampai-sampai ada salah seorang partisipan yang menanyakan, Berapa menit lagi ya?

MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) Kesulitan yang dirasakan tidaklah terlalu menghambat proses pelaksanaan praktikum MDV. Kesulitan mungkin terjadi pada saat menjelaskan instruksi kepada para responden. Misalnya, menjelaskan institusi/ lembaga tidak harus resmi. Awalnya responden masih terlihat bingung. Responden sendiri bingung dengan apa yang dimaksud dengan institusi itu sendiri. Akan tetapi, ketika dijelaskan dengan contoh mereka dapat lebih cepat mengerti dan menstimulus mereka untuk menyebutkan institusi-institusi yang menurut mereka mendukung PHBS. Keberhasilan yang dirasakan adalah responden aktif untuk memberikan jawaban dan bertanya pada saat tidak mengerti. Selain itu dirasakan pula bahwa sesama responden saling mendorong responden lain untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan pembuatan diagram venn. Dinamika yang terjadi didalam kelompok terasa sangat produktif dan kondusif. Proses diskusi dengan kami lakukan dirasakan interaktif dengan responden. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD)

Dalam melaksanakan praktikum FGD ini tidak ditemukan adanya kesulitan yang berarti. Antusiasme dan keaktifan dari partisipan membuat pelaksanaan FGD menjadi hidup dan dengan mudah mengarah pada tujuan pelaksanaan FGD ini sendiri. Keberhasilan dari FGD ini terlihat dari tercapainya tujuan FGD itu sendiri, yaitu untuk mengajak peserta terlibat secara aktif dalam melihat kondisi PHBS di lingkungan kampus mereka dan bersama-sama mencari alternatif terbaik yang dapat meningkatkan ataupun memperbaiki kondisi PHBS di kampus mereka. 1.5 LESSON TO LEARN MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Stevia Malini Carissa Erani Rachmah Fitrie I. POINT LESSON TO LEARN Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah 8 8 7 6 PERCAYA DIRI 5.5 6 7 7,5 9 9 RAMAH 7.5 7.5 8 8 5 5 TEGAS 6 7 7 7 8 8 EMPATI 6 6.5 7 7,3 4 4 KOMUNIKATIF 6.5 7 8 8 8 8 FLEKSIBEL 7.5 7.5 9 9 9 9 KREATIF 7 7 9 9 8 8 SABAR 7 7 7,5 7,8 6 7 RESPONSIF 7 7 7 7,5 8 8,5 ATENTIF 8 8 7,5 7,5 7 8 TRANSPARAN 7 7 7,5 7,5 7 7 TOLERANSI 7.5 7.5 7 7 8 6 ASERTIF 7 7 7,5 7,8 6 6 OBSERVASI 7.5 7.5 8 8 6 6 DISIPLIN 4.5 5 7 7 4 4 INTERAKTIF 5 5.5 8 8 8 8 OBJEKTIF 8 8 7 7 7 7 KRITIS 5 5 8 8 8 8 OPEN MINDED 8.5 8.5 7 8 7 7 TELITI 4.5 5 Stevia Malini (090) Selama praktikum berlangsung, mulai dari datang hingga selesai, ada beberapa hal yang saya pelajari. Pertama, saya mencoba untuk lebih berinteraksi

dengan responden yang ada, lebih mengeluarkan suara saya ketika berbicara baik kepada responden, baik itu ketika praktikum berlangsung dan berada di depan, atau tidak. Say mencoba untuk melihat dan memosisikan diri saya ketika menjadi mereka. Saya juga menjadi lebih teliti, selain karena praktikum ini yang cukup menuntut ketelitian, lebih tepatnya ketika bagian menempel dan menginput data kelompok. Saya memeriksa bagian-bagian mana saja yang belum terisi, dan membantu memberikan kertas warna-warni bagi yang memerlukannya. Selain itu, ketegasan juga saya perjelas. Ketika saya meminta salah satu responden untuk lebih cepat lagi mengerjakan jadwal hariannya. Carissa Erani (106) Selama pratikum, saya belajar untuk lebih ramah dengan para responden yang baru pertama kali saya kenal agar bisa bekerjasama dengan baik selama membuat jadwal kegiatan harian. Dan juga belajar untuk lebih komunikatif, yaitu mampu memberikan instruksi yang bisa dengan mudah dimengerti oleh responden. Selain menjadi lebih komunikatif saya juga belajar untuk menjadi lebih atentif, yaitu dapat menarik atensi partisipan sehingga perhatian mereka hanya kepada saya selama saya memberikan instruksi. Kemudian juga saya juga bisa menjadi lebih responsif selama pengerjaan MJKH secara berkelompok, yaitu bisa langsung tanggap dengan kebutuhan responden pada saat itu. Menjadi lebih responsif juga dapat di dukung dengan kemampuan observasi yang bagus, oleh karena itu kemampuan observasi saya juga menjadi lebih baik dari sebelumnya selama pratikum tersebut. Terakhir, saya belajar untuk menjadi lebih teliti selama mengevaluasi dan menginput hasil kerja dari para partisipan. Rachmah Fitrie I. (126) Karena kegiatan membuat jadwal harian ini adalah pembuka dari keseluruhan acara, maka kami, saya termasuk di dalamnya harus membuat pembukaan yang menarik. Dimulai dari menyambut responden yang berarti nilai ramah diperlihatkan, kemudian sampai pada jalannya acara. Di sini saya bertindak sebagai notulen yang berarti saya tidak banyak berperan di depan layar. Oleh karena itu, kemampuan

verbal saya tidak terlalu dikeluarkan, bahkan terkesan menurun, seperti percaya diri, dan asertif. Namun begitu, sebagai notulen saya dituntut untuk responsif, atentif, dan transparan, yaitu saat para responden menyebutkan suatu data, saya diharuskan untuk cepat menuliskannya kembali ke papan tulis sehingga responden lain bisa melihat apa yang telah dibicarakan. Sehingga proses dapat berjalan dengan baik. MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Dari praktikum sesi Menggambar Peta Kampus, kami mendapatkan pelajaran bahwa kerjasama itu sangat dibutuhkan, terutama jika kita bekerja bersama orang lain dalam kelompok. Perbedaan pendapat yang ada, seharusnya bukanlah menjadi penghambat, tetapi menjadi memperkaya wawasan dan memperkaya kemampuan memecahkan masalah serta pengambilan keputusan. Kami juga mendapatkan sesuatu bahwa beberapa tempat berusaha untuk menciptakan suasana dan kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, akan tetapi persepsi kita terhadap sarana dan prasarana tersebut juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menilai apakah sarana dan prasarana tersebut sudah memadai atau belum, misalnya persepsi mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan terhadap toilet yang berada di kampus mereka. Mereka semula sepakat berpendapat bahwa toilet mereka kurang memadai dalam menunjang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, akan tetapi kemudian salah seorang mengatakan bahwa sebenarnya toilet tersebut cukup bersih, hanya saja warnanya yang kusam menjadikan toilet tersebut menjadi terlihat kotor. Mengacu pada table kompetensi yang dimiliki, jika dilihat ketika sebelum dan setelah pelaksanaan assement partisipatif, kompetensi yang dimiliki oleh kami adalah sebagai berikut: Theresia M. P. Sebelum Sesudah 3 7 7 7,5 5 7 5 7 6 7,5 Sekar T. S. Sebelum Sesudah 4 4,5 7,5 7 3 4 7 7 5 5

Percaya Diri Ramah Tegas Empati Komunikatif

Fleksibel Kreatif Sabar Responsif Atentif Transparan Toleransi Asertif Observasi Disiplin Interaktif Objektif Kritis Open minded Teliti

7 7 7 7 7 4 6 2 7 7 6 7,5 7,5 7,5 7,5

8 8 8,5 8 8,5 7 8 6,5 8 8,5 7 8 8 8 8,5

4 4 7,5 7 7 2 7,5 6 7 6 5 7 7 7,5 7,5

4 4 7,5 7 7,5 2 7,5 6 7,5 6 5 7,5 7 7,5 7,5

Berdasarkan table di atas, terlihat bahwa beberapa kompetensi yang kami miliki dirasa cukup meningkat, walaupun ada kompetensi yang diarasakan tetap dan tidak mengalami perubahan. Jika dilihat, kompetensi yang terlihat meningkat dengan cukup signifikan adalah kompetensi asertif, dari 2 sampai dengan 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pelaksanaan praktikum ini, kami cukup terbantu dalam meningkatkan kompetensi yang kami miliki terutama kompetensi yang terkait dengan pelaksanaan assement partisipatif. MENGGAMBAR DIAGRAM VENN (MDV) Dari praktikum ini, saya mendapatkan pelajaran agar lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan memberikan instruksi yang jelas dan terarah. Dari praktikum ini,saya (Estidia) belajar untuk mengembangkan diri saya. Dari memandu praktikum ini saya meningkatkan percaya diri, tegas, responsive, asertif, dispilin serta interaktif. Aspek-aspek lain juga saya rasa cukup meningkat namun tidak seperti aspek di atas. Tugas saya dalam memandu praktikum diagram venn ini adalah sebagai notulen, namun dalam beberapa aktivitas, saya ikut membantu menambahkan Anthony sebagai fasilitator utama. Saya menjadi cukup percaya diri untuk berdiri serta berbicara di depan umum. Dalam menjaga waktu pelaksanaan (time-keeper), saya belajar menjadi disiplin serta tegas untuk mengingatkan waktu pada responden serta mengingatkan fasilitator utama.

Praktikum ini juga meningkatkan kerjasama saya dengan teman-teman sekelompok untuk membagi tugas. FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Dari praktikum sesi FGD ada beberapa pelajaran yang dapat diambil. Kerja sama tim sangatlah penting untuk menunjang keberhasilan pelaksaan praktikum. Tanpa adanya kerja sama antar tiap anggota dalam satu tim tujuan yang sudah ditetapkan tidak akan pernah tercapai. Selain itu, rasa saling menghargai dan komunikasi antar anggota tim juga sangat diperlukan karena tanpa hal tersebut kerja sama tim tidak akan pernan terwujud. Hal lain yang dapat dipelajari adalah mengenai pentingnya persiapan yang matang sebelum kita melakukan sesuatu. Salah satunya adalah masalah pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tugas. Hal ini sangat diperlukan agar saat pelaksanaan setiap orang dapat berfungsi sesuai dengan tugasnya dan tidak mengambil tanggung jawab dari tugas yang lain. Berdasarkan table kompetensi, kompetensi yang kami miliki sebelum dan setelah pelaksanaan assement partisipatif, adalah sebagai berikut: Rr. Permata H Sebelum Sesudah Percaya Diri Ramah Tegas Empati Komunikatif Fleksibel Kreatif Sabar Responsif Atentif Transparan Toleransi Asertif Observasi Disiplin Interaktif Objektif Shara Fadhilla H Sebelum Sesudah 5 7 8 9 1 4 7 9 4 5 6 7 6 6 7 9 7 8 9 9 8 8 8 9 8 8 7 8 4 6 7 8 5 6 Aisyah Maharani Sebelum Sesudah 7 7 7 8 7 7 6 7 6 7 5 4 5 5 7 8 6 6 7 7 5 5 7 8 7 7 7 8 4 6 6 6 7 8

Kritis Open minded Teliti Penjelasan dari Tabel: Rr. Permata Shara Fadhilla H (Notulen)

5 6 8

6 7 9

6 7 6

6 7 8

Berdasarkan table di atas, terlihat bahwa beberapa kompetensi yang kami miliki dirasa cukup meningkat, walaupun ada kompetensi yang diarasakan tetap dan tidak mengalami perubahan. Akan tetapi, kompetensi yang benar-benar dirasakan berubah adalah dalam hal percaya diri, toleransi, dan sabar. Untuk kompetensi percaya diri, memang pada saat pelaksanaan FGD saya tidak berbicara sama sekali karena bertugas sebagai notulensi. Akan tetapi saya bertugas sebagai presenter untuk membuka dan menutup pelaksaan praktikum. Saya mendapat tanggapan yang positif baik dari peserta maupun teman-teman saya ketika bertindak sebagai presenter. Hal inilah yang membuat saya menjadi lebih percaya diri. Kompetensi toleransi dan sabar juga sangat saya rasakan berubah. Peningkatan kompetensi sabar dan toleransi saya rasakan ketika ada peserta yang datang terlambat, lumayan jauh dari waktu yang telah ditetapkan dan ketika proses pelaksanaan praktikum, dari awal hingga akhir, ada teman-teman pelaksana yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan diri saya. Kompetensi tersebut sangat membantu saya mengatasi kedua hal di atas. Aisyah Maharani Saya sudah lebih bisa bertoleransi dan bertenggang rasa, berusaha paham pada mereka yang sedang tidak mau diganggu karena UTS, semakin sering memperhatikan banyak orang, semakin mampu membaca dan mengenali apa yang ada di benak orang lain, lebih menghargai waktu, sehingga terus mengontrol agar semua sesuai dengan apa yang dijadwalkan tidak memandang siapa orang dihadapan kita, lebih peduli pada apa yang akan dia katakana atau lakukan, dan pada saya awalnya lebih pada takut salah, takut kurang, takut menyinggung, dan berbagai ketakutan, sehingga sekarang jadi lebih memperhatikan detail, dan tentu lebih teliti.

BAB 3 HASIL KESIMPULAN DISKUSI KELOMPOK

3.1 DATA NOTULENSI DISKUSI MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Kegiatan yang dilakukan selama satu minggu. Hasilnya adalah sebagai berikut: TIDUR MAIN JALAN-JALAN MENCUCI RAPAT ONLINE LES TIDUR-TIDURAN PRAKTIKUM BIMBINGAN IBADAH ASDOS MAKAN MANDI OLAHRAGA KE PERPUSTAKAAN KULIAH berikut: BERSIH-BERSIH, misalnya dari mandi, mencuci, dll. MAKAN STUDI, misalnya kuliah, les, praktikum, bimbingan, asdos. REFRESHING, misalnya ma in, jalan-jalan, online internet, tidur-tiduran. OLAHRAGA TIDUR IBADAH KEGIATAN LAIN, misalnya rapat, dll. Kemudian ditentukan warna-warna yang mewakili masing-masing kegiatan berdasarkan hasil diskusi seluruh responden: BERSIH-BERSIH warna BIRU MAKAN warna HIJAU STUDI warna PINK

Dari kegiatan-kegiatan tersebut, kemudian disimpulkan kegiatannya seperti

REFRESHING warna KUNING TUA OLAHRAGA warna ORANYE TIDUR warna HITAM IBADAH warna MERAH KEGIATAN LAIN warna UNGU

MENGGAMBAR PETA KAMPUS (MPK) Gedung Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan dan Berbagai Fasilitasnya, Sehubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Fasilitas: 1. Toilet 2. Kantin 3. Ruang kelas 4. Ruang dosen 5. Laboratorium 6. Ruang HIMA7. Ruang cleaning service

8. Perpustakaan 9. Ruang siding MENGGAMBAR DIAGRAM VENN Organisasi/ institusi yang berada di sekitar kampus dan tempat tinggal yang berkaitan dengan isu kebersihan dan kesehatan: Laundry Karena laundry sebagai institusi jasa yang menyediakan pakaian bersih sehari-hari Dokter gigi Memeriksa kesehatan gigi Petugas kebersihan Institusi yang menyediakan jasa membersihkan lingkungan terdekat Puskesmas/ klinik Tempat/ institusi untuk memeriksa kesehatan serta berobat saat sakit PDAM Menyediakan air bersih sehari-hari ENVI/ EFTC : Environment Food Tech Community Suatu komunitas peduli lingkungan dalam lingkup Fakultas Teknik Ilmu Pertanian, menyediakan tempat sampah dan fasilitas kebersihan lainnya di jurusan.

Green Peace Untuk kebersihan serta kelestarian lingkungan secara keseluruhan BEM-U/ BEM Fakultas Memberikan penyuluhan, informasi, himbauan serta menyediakan fasilitas yang menunjang hidup bersih dan sehat di kampus.

Supermarket Supermarket menyediakan alat-alat kebersihan Apotek Sebagai institusi yang menyediakan suplemen, vitamin, dan obat-obatan Tempat Makan Menyediakan makanan higienis dan sehat

Berdasarkan organisasi/institusi yang telah disebutkan tadi, manakah yang paling paling penting? Dapatkah diurutkan berdasarkan tingkat kepentingannya? Apa alasannya? 1. PDAM Karena air bersih adalah hal yang utama atau paling krusial. Kita benar-benar membutuhkan air bersih untuk berbagai kegiatan kita sehari-hari, terutama hal mengenai kebersihan dan kesehatan. 2. Petugas kebersihan Petugas kebersihan membantu menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Karena lingkungan cukup luas, dan tuntutan agar lingkungan selalu bersih maka peran petugas kebersihan sangat dibutuhkan. 3. Puskesmas / Klinik Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Di puskesmas/ klinik kita dapat melakukan check up kesehatan, konsultasi dan sebagainya. 4. Tempat Makan Tempat makan yang menyediakan makanan bersih dan sehat dapat menunjang kesehatan tubuh kita. 5. Supermarket Supermarket yang menyediakan berbagai alat-alat kebersihan. Dengan alat-alat kebersihan ini, dapat menunjang kehidupan kita yang sehat.

6. Dokter gigi Dokter gigi juga dibutuhkan karena kesehatan gigi sangatlah penting. Apabila sakit gigi, maka aktivitas sehari-hari dapat terganggu pula. 7. Apotek Apotek menyediakan obat-obatan, vitamin, dan suplemen lainnya, hal ini sangat penting untuk menjaga tubuh kita tetap sehat dan terhindar dari penyakit-penyakit. 8. ENVI/ EFTC EFTC menyediakan alat-alat kebersihan di lingkungan kampus, yang dekat dengan kita, seperti tempat sampah. 9. BEM-U/ BEM Fakultas Dukungan dari BEM biasanya berupa ajakan, informasi, himbauan, penyuluhan, dan sebagainya. Memang hal tersebut sangat mendorong hidup bersih dan sehat, tapi secara jangka panjang. 10. Laundry Sebenarnya laundry tidak begitu penting karena masih dapat mencuci sendiri. 11. Green Peace Peran Green Peace dalam mendukung hidup bersih dan sehat kurang begitu terasa karena perannya agak terlalu universal Kemudian, berdasarkan kemudahan mengakses, manakah organisasi/ institusi yang paling mudah hingga yang paling susah diakses? A. PDAM Air bersih tidak susah untuk didapatkan. Hampir di setiap tempat yang dibutuhkan, air bersih selalu tersedia. B. Tempat Makan Jumlahnya yang sangat banyak memudahkan kita untuk mengakses makanan bersih. C. Petugas Kebersihan D. ENVI/ EFTC E. BEM-U F. Laundry G. Supermarket

H. Apotek I. Puskesmas J. Dokter gigi K. Green Peace FOCUS GROUP DISCUSSION Bentuk perilaku PHBS: 1. Mandi dua kali sehari 2. Olahraga 3. Menjaga lingkungan sendiri 4. Mengajak orang lain untuk berperilaku PHBS 5. Kegiatan atau aktivitas yang dilakukan harus dijaga konsistensinya 6. Langsung mencuci tangan dan kaki serta berganti baju setelah berpergian 7. Segera mencuci peralatan makan sehabis digunakan. 8. Rajin mencuci dan menyetrika baju 9. Sikat gigi sebelum tidur, setelah bangun tidur dan sesudah makan 10. Minum 2 liter setiap harinya. 11. Gunting kuku 12. Bersih-bersih kos-an seperti menyapu, mengepel dan mengelap debu. Barang-barang yang tidak diperlukan lagi dibuang dari kos-an karena merupakan sumber penyakit 13. Ganti seprei 14. Bepartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan kebersihan dalam masyarakat.

Manfaat: 1. Nyaman 2. Mendekati konsep sehat 3. Dijauhkan dari penyakit

4. Dari segi usia bisa lebih panjang umur (lama, karena jarang sakit) 5. Dari segi psikologis menjadi lebih bahagia 6. Pola hidup bersih meningkatkan motivasi hidup bersih sehingga meningkatkan aktivitas sehari-hari, sehingga manajemen kehidupan menjadi lebih baik. 7. Lingkungan menjadi lebih nyaman 8. Mencegah terjadinya bencana alam 9. Menjadi model tingkah laku positif bagi orang lain

Tema: bagaimanakah pendapat teman-teman tentang PHBS di kampus Unpad?? Diskusi: 1. Bagaimana kampus dapat mendukung PHBS? Hambatan: kurangnya kesadaran individu dalam PHBS 2. Keadaan di Unpad, kekurangannya: tempat sampah kurang dan belum ada instalasi pengolahan limbah 3. Keadaan di FTIP: a. tempat sampah banyak b. petugas kebersihan cukup baik c. kantin cukup mendukung untuk melakukan pola makan sehat d. toilet dalam jumlah yang memadai, tetapi kondisinya kurang mendukung. Dindingnya bewarna gelap dan saluran airnya berbau tidak menyenangkan 4. secara umum, FTIP sudah berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang cukup untuk mendukung PHBS 5. ruang kuliah di FTIP dalam keadaan baik, bersih serta memiliki sirkulasi udara yang baik 6. bagaimana interaksi dengan lingkungan sekitar, mendukung PHBS atau tidak? F, M : teman kampus mendukung, teman kosan tidak E : teman kampus tidak, teman kosan iya

A : lingkungan kampus lebih mendukung dibandingkan lingkungan lain. Hal ini terkait dengan system kampus B : PHBS itu mengenai pola berfikir 7. peran dalam menerapkan PHBS pada orang lain: a. menjadi tingkah laku positif bagi orang lain (tanpa disadari oleh individu) b. himbauan secara tertulis c. teguran secara lisan dan tegas 8. bagaimana perasaannya ketika berada di sekitar orang yang tidak bersih? Apa dampaknya? a. Kesal b. Menurunnya kreativitas dan kenyamanan c. Takut terbawa menjadi tidak bersih d. Menjauhi sumber yang menghambat pelaksanaan PHBS e. Jika dalam kelompok, berusaha beradaptasi dengan kelompok 9. PHBS sebenarnya perlu dilakukan atau tidak? Perlu. Untuk kepentingan generasi mendatang. Penting untuk kesadaran diri individu. Dengan cara seminar dan media komunikasi seperti iklan yang dikemas menarik dan disesuaikan dengan minat generasi muda. Di jatinangor masih kurang. 10. Sosialisasi PHBS yang sudah ada: seminar dan himbauan.

Kesimpulan: lingkuangan merupakan agen PHBS

Fgd-PHBS Phbs?

1. F : PHBS itu untuk diri sendiri dan orang lain 2. E : perlu didukung oleh prasarana dan sarana 3. L : kebersihan diri sendiri dan lingkungan 4. J : PHBS harus rutin dilakukan 5. M : harus dilakukan secara sadar 6. B : PHBS itu penting 7. A: tergantung individual habit. Hal itu menentukan nyaman atau tidaknya individu melakukan sesuatu.

Fgd- PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) Definisi: PHBS merupakan : 1. Perilaku yang disadari 2. Hasil pembelajaran 3. Menolong diri sendiri 4. Mewujudkan kesehatan masyarakatnya Ruang lingkup PHBS: 1. Rumah tangga 2. Sekolah 3. Tempat kerja 4. Sarana kesehatan 5. Tempat umum

3.2 ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN

MENGGAMBAR PETA KAMPUS Pada data yang telah diperoleh berupa peta Gedung Fakultas Teknologi Industri Pertanian (Gedung 4), dapat dilihat beberapa fasilitas yang berhubungan dengan PHBS. Fasilitas tersebut diantaranya adalah toilet, wastafel, kantin, tempat sampah yang tersebar mulai dari lantai satu sampai lantai tiga, tempat penyimpanan tas, ruang penyimpanan alat kebersihan, ruang staf kebersihan, mushola, dan parking area. Fasilitas lainnya adalah ruang dosen, ruang kuliah multimedia, ruang sidang, ruang HIMA, laboratorium, perpustakaan,. Total toilet yang terdapat pada gedung adalah 8, dengan rincian: pada lantai 1 terdapat 1 toilet pria dan 1 toilet wanita untuk mahasiswa, pada lantai 2 terdapat 1 toilet dosen, 1 toilet pria (mahasiswa), dan 1 toilet wanita (mahasiswa), dan pada lantai 3 terdapat 1 toilet dosen, 1 toilet pria (mahasiswa), dan 1 toilet wanita (mahasiswa). Wastafel yang ada tersebar di berbagai ruangan dan laboratorium. Jumlah wastafel yang terdapat di setiap ruangan berbeda-beda, misalnya di laboratorium pendidikan 1 dan 2 masing-masing terdapat 2 buah wastafel, di laboratorium keteknikan pengolahan data dan laboratorium jasa uji, serta di perpustakaan hanya terdapat 1 wastafel, pada laboratorium TPP terdapat 10 wastafel, pada laboratorim mikrobiologi dan kimia organik terdapat 4 wastafel, dan di ruang kuliah multimedia tidak terdapat wastafel. Selain di ruangan tersebut, di toilet juga terdapat wastafel, seperti pada toilet wanita (mahasiswa) lantai 2 dan 3, serta pada toilet pria (mahasiswa) lantai 3. Pada peta yang telah digambar, telah dicantumkan legenda yang menunjukkan tanda berupa arsiran merah yang berarti bahwa lokasi itu adalah lokasi yang kurang bersih dan arsiran berwarna hijau yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi yang bersih. Arsiran berwarna merah dan hijau tersebut tidak sebatas diberikan pada ruangan yang ada, tetapi juga pada beberapa tempat sampah untuk membedakan tempat sampah yang bersih (tidak terlalu banyak sampah menumpuk) dan tempat sampah dengan sampah yang sering menumpuk. Dari peta, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa bagian dari gedung yang dianggap kurang bersih oleh peserta dan ada juga yang dianggap bersih. Berdasarkan hasil observasi, kami mendapat data bahwa laboratorium merupakan ruangan yang sudah pasti bersih. Hal ini terlihat dari ungkapan seorang peserta. Pada data, hal tersebut ditunjukkan dengan arsiran hijau yang diberikan pada setiap ruangan, mulai dari laboratorium, perpustakaan, ruang

dosen, dan lain-lain. Namun, terdapat ruangan yang diberi arsiran berwarna merah diantaranya kantin, toilet pria dan wanita (untuk mahasiswa) di lantai 1, lantai 2, dan lantai 3, serta di beberapa tempat sampah di lantai 1 (yaitu tempat sampah di depan ruang staf kebersihan), tempat sampah di lantai 2 (di depan mushola), dan beberapa tempat sampah di lantai 3. Tempat sampah dengan arsiran merah merupakan tempat sampah yang sering menampung sampah yang sangat menumpuk dibandingkan tempat sampah lainnya sehingga menimbulkan suasana yang kurang bersih dan sehat. Namun demikian, terdapat juga tempat sampah yang bersih di sekitaran gedung tersebut. Hal yang memperoleh perhatian adalah kantin. Kantin di gedung ini terletak di bawah tangga di lantai 1. Menurut pendapat para peserta, letak kantin tersebut tidaklah strategis dan luas dari kantin tersebut juga kurang, sehingga saat jam makan siang tiba, lobi lantai satu akan menjadi penuh oleh mahasiswa yang makan siang, dan keadaan menjadi kurang bersih. Walaupun letaknya kurang strategis, peserta menyebutkan bahwa makanan yang dijual di kantin tersebut adalah makanan yang sehat dan masih hangat. Hal lain yang memperoleh perhatian adalah keadaan toilet pria dan wanita yang diperuntukkan bagi mahasiswa. Para peserta menyatakan bahwa sebenarnya keadaan toilet di kampus mereka cukup bersih. Peserta menyebutkan bahwa air tetap mengalir di kampus tersebut. Namun, kondisi fisik toilet kurang memberi kesan bersih, yaitu tembok yang dicat menggunakan warna gelap sehingga suasana toilet terkesan suram. Seluruh bagian gedung ini merupakan ruangan tanpa asap rokok, sehingga mahasiswa yang merokok diharapkan merokok di luar gedung. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan, dapat dikatakan bahwa kondisi Gedung Fakultas Teknologi Industri Pertanian (Gedung 4) ini ada yang mencerminkan PHBS, dan ada juga yang belum mencerminkan PHBS. Fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan akademis seperti laboratorium dan perpustakaan serta ruangan lainnya adalah ruangan yang dinilai bersih dan mendukung PHBS itu sendiri, sedangkan fasilitas lainnya seperti kantin dan toilet yang sebenarnya memiliki andil besar dalam mendukung PHBS kurang mendapat perhatian dari pihak kampus sehingga para peserta menilai bahwa toilet dan kantin di kampus mereka kurang bersih dan kurang mendukung PHBS tersebut. Jika kita melihatnya berdasarkan konsep mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dalam hal ini kita mengambil konsep PHBS di lingkungan sekolah, yaitu kampus

Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan. Pengertian PHBS dalam lingkungan sekolah adalah sebagai berikut PHBS Sekolah (Institusi Pendidikan) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Jika dilihat berdasarkan indikator-indikator PHBS dalam lingkungan sekolah, yaitu mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, serta membuang sampah pada tempatnya, kampus para partisipan memiliki sarana dan prasarana yang belum mendukung PHBS serta beberapa yang sudah. Hal ini dikarenakan beberapa fasilitas pendukung PHBS, seperti toilet, kantin, dan tempat sampah masih dirasa kurang mendukung PHBS. Hal ini ditunjukkan oleh keadaan toilet yang terkesan kusam, kantin yang sempit dan terletak di bawah tangga sehingga kurang strategis sehingga para pembelinya banyak yang menggunakan fasilitas lain dari kampus, yaitu lobi sebagai tempat makan, khususnya saat makan siang. Kemudian terdapat beberapa tempat sampah yang kotor dikarenakan sampah yang sering menumpuk. Namun untuk fasilitas akademis, seperti ruang kelas dan laboratorium, sudah memadai kebersihannya. Setelah itu dalam kampus mereka juga terdapat pelarangan untuk merokok di dalamnya, sehingga hal ini juga mendukung PHBS. MENGGAMBAR DIAGRAM VENN Dapat dilihat bahwa institusi maupun organisasi yang paling menunjang perilaku hidup bersih dan sehat adalah institusi yang paling mudah untuk diakses pula. Dalam diagram venn yang dibuat mahasiswa FTIP ini menyebutkan bahwa air bersih yaitu PDAM, adalah yang paling berperan bagi PHBS. Menurut mereka, air bersih sangatlah penting dan merupakan hal krusial. Namun, dapat dilihat pula, ketersediaan air bersih ini sangatlah banyak sehingga sangat mudah untuk diperoleh. Demikian pula dengan tempat makan. Di Jatinangor, tempat makan jumlahnya sangat banyak dan mudah untuk diperoleh. Menurut mahasiswa FTIP ini pula, petugas kebersihan adalah hal yang penting pula dalam menunjang PHBS. Petugas kebersihan berperan dalam menjaga lingkungan agar

selalu tampak bersih. Disini juga dapat dilihat bahwa petugas kebersihan termasuk cukup mudah untuk diakses. Puskesmas/klinik adalah institusi yang cukup penting untuk menunjang PHBS. Namun menurut pernyataan yang mereka sebutkan, puskesmas/klinik ini sulit untuk didapatkan atau susah diakses. Jumlahnya yang tidak terlalu banyak di Jatinangor dan lokasinya yang cukup jauh menjadi alasan mengapa institusi ini dikatakan susah diakses. Demikian pula untuk institusi kesehatan lain seperti apotek dan dokter gigi. Institusi-institusi ini sangat dibutuhkan dan mendukung terciptanya PHBS, namun institusi ini justru sulit untuk ditemukan dan diakses di Jatinangor. Institusi yang menyediakan alat-alat kebersihan yaitu supermarket termasuk agak susah untuk dicapai, namun institusi ini dianggap cukup penting oleh responden. Laundry, sebagai institusi jasa penyedia pakaian bersih sebenarnya tidak begitu penting dalam menunjang PHBS. Responden menyatakan bahwa mereka masih dapat mencuci pakaian mereka sendiri, sehingga tidak begitu memerlukan jasa laundry. Namun, dalam keadaan tertentu, seperti musim hujan, cucian menumpuk dan tidak ada waktu, terkadang mereka mengggunakan jasa laundry ini. Jadi dapat dikatakan mereka tidak begitu membutuhkan jasa laundry, maka laundry dianggap tidak begitu penting. Meskipun laundry tidak begitu diperlukan, namun keberadaan laundry sangatlah banyak sehingga sangat mudah untuk diakses. Organisasi yang disebutkan menunjang PHBS adalah ENVI dan BEM. Menurut responden, organisasi ini memberikan bantuan seperti informasi atau penyuluhan dan menyediakan fasilitas-fasilitas di kampus. Menurut responden, peran organisasi ini mungkin tidak terlalu penting atau besar manfaatnya. Tetapi dilihat dari kemudahan diaksesnya, organisasi-organisasi ini cukup mudah untuk dicapai karena organisasi ini adalah yang paling dekat dengan kehidupan kampus sehari-hari. Terakhir adalah organisasi Green Peace. Menurut responden asal FTIP ini, organisasi Green Peace bersifat terlalu umum dan universal dalam mendukung PHBS. Selain itu keberadaannya sulit untuk diperoleh. Organisasi ini berada di depan gerbang Unpad dan itupun sangat jarang sekali berada disana. Fungsinya dalam mendukung PHBS juga tidak begitu penting karena Green Peace dianggap sebagai organisasi unutuk kelestarian lingkungan.

FOCUS GROUP DISCUSSION Dari hasil diskusi dengan 7 orang mahasiswa dari fakultas teknik industry pertanian, dapat disimpulkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan sekolah (Universitas) cukup memadai. Subjek memahami makna dari PHBS itu sendiri dan mampu berperan aktif bagi dirinya sendiri dan orang lain disekitarnya untuk menerapkan PHBS di lingkungannya, khususnya lingkungan belajar. Seperti yang telah subjek nyatakan, fasilitas di universitas sudah cukup memadai. Tempat sampah disediakan cukup banyak, dengan para petugas kebersihan yang cukup rajin, kantin yang bersih dan cukup menunjang untuk makanan sehat, dan jumlah toilet yang memadai. Akan tetapi masih ada sedikit kekurangan, yaitu saluran air toilet yang berbau tidak sedap membuat kurang nyaman, dan subjek menyayangkan tidak adanya saluran pengolahan limbah di Universitas. Selain itu sebenarnya disediakan toilet yang bersih dan nyaman, juga kantin yang sehat, akan tetapi jaraknya jauh dari gedung tempat para subjek biasa beraktifitas. Sebagai individu, subjek merasa cukup menerapkan PHBS di kehiduannya dengan menjaga kebersihan. Beberapa merasa lingkungannya, khususnya lingkungan diluar kampus (kostan, tempat tinggal) tidak cukup memadai. Akan tetapi para subjek tetap berusaha menerapkan PHBS itu sendiri, bahkan berusaha mengajak orang lain dilingkungannya agar ikut terpengaruh. Dalam kehidupan kuliah, para subjek terikat peraturan dari fakultas yang mewajibkan mereka untuk menjaga kebersihan, terutama saat praktek, mengingat subjek berasal dari jurusan industry pangan yang terus berinteraksi dengan makanan. Subjek yang dating dari berbagai kalangan, harus mengikuti aturan ini, seperti misalnya tidak membuang sampah sembarangan, atau tidak membawa makanan kedalam ruangan, khususnya laboratorium, juga mencuci tangan saat melakukan praktikum dan setelahnya. Hal ini dilakukan oleh setiap individu yang terlibat, termasuk dosen dan mahasiswa lainnya. 3.3 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN MEMBUAT PETA KAMPUS Beradasarkan data yang kami peroleh dari praktikum Menggambar Peta Kampus tersbut, dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang tersedia di kampus yang berkaitan dengan PHBS belum memadai dalam mendukung PHBS itu sendiri. Hal ini terlihat dari dua indikator PHBS yang terdapat pada gedung kampus yaitu kantin dan toilet yang dianggap belum memadai dalam mendukung PHBS. Namun demikian, fasilitas lainnya yang berhubugan dengan akademis sudah mencerminkan PHBS tersebut. Rekomendasi kami untuk Fakultas Teknologi Industri Pertanian Jurusan Teknik Pangan ini terutama pada kantin dan toilet mahasiswa. Unuk kantin yang letaknya kurang strategis, hendaknya dibuat satu ruangan khusus kantin yang mana ruangan tersebut terpisah dari gedung perkuliahan sehingga meminimalisir terganggunya proses perkuliahan yang sedang berlangsung. Kemudian, toilet mahasiswa yang berdasarkan pengakuan para partisipan kurang bersih akibat warna cat yang kusam, hendaknya warna tembok toilet diperbaiki dan diganti dengan yang warna lebih cerah sehingga kesannya pun lebih bersih. MENGGAMBAR DIAGRAM VENN Dari diskusi mengenai institusi dan organisasi yang menunjang perilaku hidup bersih dan sehat didapatkan bahwa PDAM dianggap sebagai institusi yang sangat berperan besar dalam PHBS, dan PDAM ini juga institusi yang mudah untuk didapatkan. Seperti pula institusi tempat makan dan petugas kebersihan. Institusi-institusi ini sangat penting dan juga sangat mudah diakses. Hal seperti ini sangat mendukung perilaku hidup bersih dan sehat mahasiswa dan mahasiswi FTIP di Jatinangor. Dan institusi kesehatan seperti puskesmas, dokter gigi dan apotek sebenarnya sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, namun aksesnya sangat susah untuk dicapai. Jumlahnya yang sedikit dan lokasinya yang susah untuk dicapai menjadikan institusi kesehatan ini menjadi hambatan untuk menciptakan perilaku hidup bersih dan sehat mereka. Sebaiknya hasil dari diagram venn ini dapat dijadikan pertimbangan untuk lebih memperhatikan fasilitas-fasilitas umum apa yang dibutuhkan untuk menunjang perilaku hidup bersih serta sehat.

Khususnya untuk fasilitas-fasilitas yang sangat dibutuhkan namun keberadaannya sedikit. Sehingga dengan demikian, PHBS di dalam kehidupan mahasiswa FTIP di Jatinangor ini dapat tercapai.

FOCUS GROUP DISCUSSION PHBS di Universitas Padjadjaran, khususnya fakultas teknik industry pertanian jurusan teknologi pangan cukup berjalan. Dapat dilihat dari cukup memadainya jumlah tempat sampah dan toilet dengan air mengalir, dan tersedianya kantin yang dapat meemnuhi criteria makanan sehat. Dari segi individu juga sudah cukup mengamalkan PHBS seperti dengan cara memotong kuku, mandi 2 kali sehari, rajin mencuci baju dan alat makan, bersih-bersih, juga mencuci tangan. Ada beberapa individu yang bahkan mencoba mengajak orang dari lingkungannya juga untuk menerapkan PHBS. Yang menjadi hambatan adalah lingkungan yang tidak cukup memadai, seperti teman-teman yang tidak mengabaikan ajakan untuk melakukan PHBS, atau saluran air yang mengalir tetapi mengeluarkan bau tidak menyenangkan. Untuk menanganinya, dapat dicoba dengan cara mengadakan seminar dan menggunakan media komunikasi seperti iklan yang dikemas menarik dan disesuaikan dengan minat generasi muda, dan di lingkungan jatinangor masih kurang.

LAMPIRAN MEMBUAT JADWAL KEGIATAN HARIAN (MJKH) Lembar Observasi Awalnya, para responden dipersilakan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan oleh Setelah itu, 3 orang petugas, yaitu 2 orang sebagai fasilitator menjelaskan prosedur panitia. Susunan kursi dibuat dengan bentuk setengah lingkaran dan mengarah ke papan tulis. pelaksanaan kegiatan secara bergantian kepada para peserta dan 1 orang bertugas sebagai notulen kegiatan. Responden kemudian diminta untuk menyebutkan berbagai kegiatan yang dilakukan MAIN JALAN-JALAN MENCUCI RAPAT ONLINE LES TIDUR-TIDURAN PRAKTIKUM BIMBINGAN IBADAH ASDOS selama satu minggu. Waktu yang diperlukan 10 menit. Hasilnya adalah sebagai berikut: MAKAN MANDI OLAHRAGA KE PERPUSTAKAAN KULIAH TIDUR

Dari kegiatan-kegiatan tersebut, kemudian disimpulkan kegiatannya seperti berikut:

BERSIH-BERSIH, misalnya dari mandi, mencuci, dll. MAKAN STUDI, misalnya kuliah, les, praktikum, bimbingan, asdos. REFRESHING, misalnya ma in, jalan-jalan, online internet, tidur-tiduran. OLAHRAGA TIDUR IBADAH KEGIATAN LAIN, misalnya rapat, dll. Setelah itu, setiap responden diminta untuk membuat jadwal kegiatannya masing-masing dalam waktu satu minggu selama 24 jam. Oleh fasilitator, setiap responden dibebaskan untuk membuat jadwal dalam bentuk narasi, pointer, atau tabel yang telah diperlihatkan pada responden. Tetapi seluruh responden akhirnya membuat jadwal dalam bentuk tabel.

Responden diberi waktu sekitar 10 menit untuk menuliskan jadwal hariannya. Namun sampai 20 menit berlalu, ketujuh responden belum juga selesai membuat jadwal harian. Akhirnya sampai menit ke 25 seluruh responden selesai mengerjakan. Kemudian ditentukan warna-warna yang mewakili masing-masing kegiatan berdasarkan OLAHRAGA warna ORANYE TIDUR warna HITAM IBADAH warna MERAH KEGIATAN LAIN warna UNGU hasil diskusi seluruh responden: BERSIH-BERSIH warna BIRU MAKAN warna HIJAU STUDI warna PINK REFRESHING warna KUNING TUA

Setelah itu, setiap responden diminta untuk menginput masing-masing jadwal

kegiatannya yang sudah disesuaikan dengan warna yang sudah ditentukan sebelumnya. Proses input data tersebut dilakukan dengan duduk di lantai. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses penginputan. Selain itu ternyata terdapat keuntungan lain, yaitu untuk meningkatkan attachment di antara para responden. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku para responden yang awalnya malu-malu atau tidak banyak bicara satu sama lain, tetapi setelah proses penginputan data dimulai, para responden menjadi lebih sering berkomunikasi satu sama lain. Awalnya proses penginputan diinstruksikan untuk dilakukan sendiri-sendiri. Namun pada akhirnya responden bekerja sama dalam proses tersebut. Ada yang bertugas menginput data istirahat, makan, studi, dan lainnya. Dari data yang sudah diinput tersebut, kemudian diberi keterangan nomor responden sebagai berikut: Responden A = 1 Responden B = 2 Responden M = 3 R