laporan management keperawatan

44
LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN Nama Kelompok 1. Ade Sukriani Harahap 2. Anugerah Puji Safitri 3. Asmida 4. Hasti Dwiretno Pratiwi 5. Juriatin Harini 6. Rizky Maulana. R 7. Wiwien Hermina 8. Hari Ruswanti 9. Lenawati 10. Ngadiyem 11. Rellys 12. Silvia Zaharti 13. Suhartini Husin 14. Waristalam Program profei ners STIKes Jayakarta PKP DKI JAKARTA

Upload: foniewidiyowati

Post on 14-Jul-2016

33 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan mankep

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Management Keperawatan

LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN

Nama Kelompok1. Ade Sukriani Harahap2. Anugerah Puji Safitri3. Asmida4. Hasti Dwiretno Pratiwi5. Juriatin Harini6. Rizky Maulana. R7. Wiwien Hermina

8. Hari Ruswanti9. Lenawati10. Ngadiyem11. Rellys12. Silvia Zaharti13. Suhartini Husin14. Waristalam

Program profei nersSTIKes Jayakarta PKP DKI JAKARTA

Page 2: Laporan Management Keperawatan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan rahmatnya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini dalam rangka memenuhi tugas stase management keperawatan. Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah untuk menjabarkan hasil pelaksanaan dari rencana yang telah disusun untuk mengatasi masalah management keperawatan yang terdapat dalam ruangan Kedokteran Militer Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto.

Laporan ini tersusun berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kelompok ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Lusianah S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Keperawatan STIKes Jayakarta.

2. Ibu Melati Fajarini S.Kp, M.N selaku koordinator dan pembimbing kelompok yang telah memberikan masukan dan nasihat yang baik dan membangun bagi kelompok.

3. Ibu Ns. Amei Nuriani, S.Kep selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.

4. Seluruh teman – teman yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini.

Kelompok menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca agar penulis dapat menghasilkan laporan yang lebih baik lagi.

Jakarta, 12 Juni 2015

( Penulis )

Page 3: Laporan Management Keperawatan

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN RUANG KEDOKTERAN MILITER RSPAD GATOT SOEBROTO PERIODE JUNI 2015

PENYUSUN : KELOMPOK I

1. Ade Sukriani Harahap2. Anugerah Puji Safitri3. Asmida4. Hasti Dwiretno Pratiwi5. Juriatin Harini6. Rizky Maulana. R7. Wiwien Hermina8. Hari Ruswanti9. Lenawati10. Ngadiyem11. Rellys12. Silvia Zaharti13. Suhartini Husin14. Waristalam

Jakarta, 12 Juni 2015

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Melati Fajarini S.Kp, M.N Ns. Amei Nuriani, S.Kep

Koordinator Stase Management Keperawatan

Lusianah, S.Kp. M.Kep

Page 4: Laporan Management Keperawatan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara

efisien, efektif, rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan

sebelumnya ( swanburg, 2000 ). Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan

pengendalian aktivitas – aktivitas upaya keperawatan. Fungsi manajerial di ruang rawat

dikoordinatori oleh kepala ruang rawat.

Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan

oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan

kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala

ruangan dapat mengacu pada penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional

(MAKP). Terdapat empat pilar dalam metode MAKP yaitu : pendekatan manajemen

keperawatan, system penghargaan (compensatory reward), hubungan professional

(professional Relationship), manajemen asuhan keperawatan (patient Care Delivery

system).

Pada pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari 4 tahapan proses yaitu

perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing), dan

pengendalian (Controling). Pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang sehingga

perlu menerapkan yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen harus

dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien

atau keluarga secara professional.

Tujuan MAKP adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik

tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan,

menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, memberikan pedoman

dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan

tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat terhadap

mutu pelayanan keperawatan juga semakin meningkat oleh sebab itu pelayanan

keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan keperawatan

rumah sakit, dan juga merupakan tulang punggung dalam mencapai tujuan pelayanan

Page 5: Laporan Management Keperawatan

kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan untuk dapat

memberikan pelayanan yang komprehensif, efisien, dan efektif serta bermutu diperlukan

keterampilan manajemen dalam mengelola pelayanan keperawatan. Sehingga keperawatan

harus selalu mengembangkan diri dan meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan

keperawatan maupun manajemen asuhan keperawatan.

Dengan adanya tuntutan ini maka seluruh masyarakat, keperawatan harus selalu

memperbaiki diri dalam meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan keperawatan

maupun manajemen asuhan keperawatan. Dalam hal ini rumah sakit turut bertanggung

jawab untuk meningkatkan terus menerus kemampuan sumber daya manusia tenaga

kesehatan termasuk didalamnya perawat.

Melalui model MAKP dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan

secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara

pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MAKP dapat digunakan sebagai tempat

belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional. Selain itu, mahasiswa

juga dapat berkolaborasi dengan perawat yang berkompeten dalam memperbaiki sarana

dan prasarana dalam ruangan, agar ruang Kedokteran Militer Lantai 6 dapat lebih baik

lagi.

Dalam laporan ini dibahas tentang kegiatan dan tindakan yang telah dilakukan

kelompok berdasarkan rencana yang kelak disusun dari masalah yang diangkat

berdasarkan hasil pengkajian, wawancara, kuesioner, dan observasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menerapkan konsep yang telah diterima dari pendidikan tentang

manajemen keperawatan secara professional berdasarkan metode MAKP diruang Lt

6 Dokmil RSPAD Gatot Soebroto.

2. Tujuan Khusus

a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam

pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan manajemen asuhan

keperawatan pada pasien dan keluarganya ditingkat unit atau ruang rawat

disuatu tatanan pelayanan kesehatan.

b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan

pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.

Page 6: Laporan Management Keperawatan

c. Fungsi perencanaan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6

d. Fungsi pengorganisasian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL

Lt.6

e. Fungsi pengarahan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6

f. Fungsi pengendalian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga

meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dan

memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan yang diterapkan.

2. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang

diaplikasikan di ruang DOKMIL Lt.6

b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan

model MAKP di ruang DOKMIL Lt.6

c. Didapatkannya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga

dapat memodifikasi metode MAKP yang akan dilaksanakan diruangan.

3. Bagi Perawat

a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-

masalah yang ada diruang di ruang DOKMIL Lt.6 yang berkaitan dengan

pelaksanaan MAKP.

b. Dapat terlaksananya manajemen ruangan yang professional sehingga

meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan rekan sejawat, perawat

dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.

d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.

4. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan

pelaksanaan model MAKP yang diterapkan diruangan di ruang DOKMIL Lt.6

Page 7: Laporan Management Keperawatan

BAB II

TINJAUAN LAHAN

A. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,

pengorganisasian, dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan

yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Manajemen adalah proses dalam

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilies, 1989).

Manajemen adalah suatu proses interaksi social tehnik yang terjadi dalam

organisasi yang formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang

ditentukan melalui penggunaan sumber-sumber lain (Donovan, 2002). Sedangkan

manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam

menjalankan kegiatan keperawatan dengan mengguanakan metode proses

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien

(Keliat, 2000).

Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan

melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,

dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2002).

Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu metoda yang sistematis

dalam memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien secara

holistik.

B. Konsep Model Pratek Keperawatan Profesional

Pelayanan prima keperawatan dalam bentuk Model Asuhan Keperawatan Profesional,

yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain di Indonesia. MAKP adalah

suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan

perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan

yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.

Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MAKP

sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, yaitu:

Page 8: Laporan Management Keperawatan

1. Model Praktek Keperawatan Profesional III

Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada

perawat yang sudah menyandang gelar doktor dalam pengalaman klinik, sehingga

praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut dilakukan

penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta memanfaatkan hasil riset

dalam memberikan asuhan keperawatan.

2. Model Praktek Keperawatan Profesional II

Tenaga perawat yang bekerja diruangan ini mempunyai kemampuan spesialis

keperawatan yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di

ruangan ini digunakan hasil-hasil keperawatan dan melakukan penelitian

keperawatan.

3. Model Praktek Keperawatan Profesional I

Model ini merupakan 3 komponen utama yaitu, ketenagaan, metode pemberian

asuhan keperawatan, dan pendokumentasian keperawatan. Metode yang

digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan

metode tim yang disebut tim primer.

4. Model Asuhan Keperawatan Profesional Pemula

Model ini menyerupai MAKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti MAKP I

tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional 1.

C. Pilar-pilar atau Nilai-nilai Model Pratek Keperawatan Profesional

Pilar-pilar profesional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan

profesional yang di paparkan sebagai berikut:

1. Manajemen keperawatan

a. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,1990). Perencanaan dapat

juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus

dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan

mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.

Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan professional

merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan

keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi

Page 9: Laporan Management Keperawatan

bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima

jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu sendiri. Jenis-jenis

perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah

dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga

perencanaan strategis yang disusun untuk 3(tiga) sampai 10(sepuluh) tahun.

Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun,

sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1(satu) jam sampai dengan satu

tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,

peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).

Prasarat Perencanaan

Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebjakan dan

prosedur yang berlaku, prioritas, libatan aktif, praktis, fleksibel,

berkesinambungan dan mempunyai kejelasan metode evaluasi

Dasar pertimbangan :

5 W + 1 H : what, where, when, why, who, how

Langkah-langkah dalam perencanaan :

1. Pengumpulan data

2. Analisa lingkungan (analisa SWOT) : strength, wweaknee, oportunities,

threts

3. Pengorganisasian data : pilih data yang mendukung dan yang menghambat

4. Menetapkan masalah dan prioritas masalah

5. Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target

waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.

Jenis Perencanaan

1. Perencanaa strategis, Perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan dan

kebijakan umum yang berjangka panjang berdasarkan analisis internal dan

eksternal

2. Perencanaan operasional, Perencanaan yang menyangkut penentuan target

dan sasaran yang meliputi rencana kerja dan anggaran

3. Perencanaan spesifik, Perencanaan yang telah ditentukan secara jelas baik

sasaran, jadual, prosedur kegiatan, dan alokasi anggaran

Page 10: Laporan Management Keperawatan

4. Perencanaan pengarahan, Perencanaan yang hanya memberikan kebijakan

umum dan tidak menentukan sasaran, program atau anggaran secara

khusus.

b. Pengorganisasian (Organising)

Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai

tujuan, penugasan satu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari

pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang

bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian

kegiatan dan tenaga perawat diruang MAKP menggunakan pendekatan sistem

penugasan Modifikasi keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala

Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab

terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di Ruang MAKP terdiri dari:

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu

organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi

menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana

fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegritaskan atau

dikoordinasikan.

b. Daftar Dinas Ruangan

Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penannggung

jawab dinas/shift.

c. Daftar Pasien

Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama

perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi pearawat saat

menjalankan dinas di tiap shift.

Ketenagaan

Ketenagaan : anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan

Tujuan managemen ketenagaan di ruang rawat : mendaya gunakan tenaga

keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan

bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.

Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : kategori klien yang

dirawat, ratio perawat dan metode penugasan

Page 11: Laporan Management Keperawatan

Kategori keperawatan :

1. Keperawatan mandiri/self care : klien memerlukan bantuan minimal dalam

melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan

2. Keperawatan sebagian /partial care : klien memerlukan bantuan sebagian

dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu seperti pemberian

obat intravena

3. Keperawatan penuh/total care : klien memerlukan bantuan secara penuh

dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat

4. Keperawatan intensive/intensive care : klien memerlukan observasi dan

tindakan

Metode penugasan

Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu

unit perawatan keoada tenaga yang ada di unit tersebut.

Jenis-jenis metode penugasan:

1. Metode fungsional.

Metode inl dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada

bagian tersebut secara umum, sbb :

a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan

kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan

supervisi, menerima instruksi dokter.

b. Perawat staf :

- Melakukan askep langsung pada pasien

- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga

keperawatan

c. Perawat Pelaksaaa :

Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,

pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan

penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)

d. Pembantu Perawat :

Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk

mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.

e. Tenaga Administrasi ruangan

Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi,

Page 12: Laporan Management Keperawatan

mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat

pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,

membuat permintaan lab untuk obat - obatan/persediaan yang

diperlukan atas instruksi kepala ruangan. Kerugian metode

fungsional :

- Pasien mendapat banyak perawat.

- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.

- Pelayanan terputus-putus

Kelebihan dari metode fungslonal :

- Sederlana

- Efisien.

2. Metode penugasaan pasien/metode kasus.

Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk

memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di

ruang isolasi dan ICU.

Namun metode ini mempunyai kekurangan, yaitu :

- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas

sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh

- Membutuhkan banyak tenaga.

Adapun kelebihannya yaltu :

- Kebutuhan terperuhi.

- Pasien merasa puas.

- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.

3. Metode penugasan tim

Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda

dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari

tim ini terdiri dari :

- Ketua tim

- Pelakaana perawatan

- Pembantu perawatan

Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih

Page 13: Laporan Management Keperawatan

baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.

Metode tim ini mempunyai kelebihan, yaitu :

- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.

- Pasien dilayani secara komfrehesif

- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

- Terclpta kerja sama yang balk .

Namun, metode tim ini juga mempunyai kekurangan, yaitu :

Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi

tanggung jawabnya.

4. Metode Perawatan Primer

Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus

menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk

merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien

dirawat.

Tugas perawat primer adalah :

- Menerima pasien

- Mengkaji kebutuhan

- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.

- Mengkoordinasi pelayanan

- Menerima dan menyesuaikan rencana

- menyiapkan penyuluhan pulang

Konsep dasar :

1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat

2. Ada otonomi

3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya

Ketenagaan :

1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.

2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat

3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.

4. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional

sebagai asisten.

Page 14: Laporan Management Keperawatan

Kepala bangsal :

1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer

2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.

3. Menyusun jadwal dinas

4. Memberi penugasan pada perawat asisten.

Kelebihan dari metode perawat primer ini adalah :

- Mendorong kemandirian perawat.

- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

- Berkomunikasl !angsung denga! Dokter

- Perawatan adalah perawatan komfrehensif

Sedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :

- Perlu kualitas dan

- kuantitas tenaga perawat,

5. Metode Modul (Distrik)

Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode

perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat

pasien dari datang sampai pulang.

Perhitungan tenaga :

Rumus gilies:

∑ Jam kept u.psn/hr x rata-rata sensusu psn/hr x ∑ hr/th

∑ Hr/th – hr libur prwt x ∑ jam kerja/hr

= ∑ jam kept u. Psn/th = jumlah perawat di suatu unit

∑ Jm kerja prwwt per hr

Catatan :

Waktu perawatan menurut gilies 1989

1. Waktu perawatan langsung :

Self care = ½ x 4 jam = 2 jam

Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam

Total care = 1-1 ½ jam x 4 jam = 4-6 jam

Intensive care = 2x4 jam = 8 jam

Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam

Page 15: Laporan Management Keperawatan

2. Waktu keperawatan tak langsung 38mnt/psn/hr

3. Waktu penyuluhan = 15 mnt/psn/hari

Rasio perawat ahli : tampil = 55% : 45%

Proporsi dines pagi : sore : malam = 47% : 36% ;17%

Rumus Douglas :

Tabel ketergantungan pasien :

pasienMinimal care Partial care Total care

pagi Sore malam Pagi sore malam pagi sore Malam

1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20

2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40

Rumus depkes 2003

Berdasarkan :

Tingkat ketergantungan pasien

Rata-rata pasien perhari

Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien

Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari

Jam kerja efektif setiap perawat

Cara perhitungan:

1. Hitung jumlah perawat yang harus tersedia

Jumlah jam perawat = A

Jam kerja efektif per shift

2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti.hari besar dan tugas-

tugas non keperawatan

loss day/hari libur/cuti/hari besar

jumlah hari minggu/th + cuti + hari besar x hasil A = B

jumlah hari kerja efektif

tugas non keperawatan

jumlah tenaga kprwtn + B x 25 = C

100

Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan

A + B + C

∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan

Page 16: Laporan Management Keperawatan

c. Pengarahan (Directing)

Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu

penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan

sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan.

Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan pada “melaksanakan”

kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).

Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang

mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan

pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-

upaya sebagai berikut: menciptakan iklim motivasi, mengelola waktu secara

efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik, mengelola

konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan

supervisi, dan negosiasi. Di ruangan MAKP pengarahan diterapkan dalam

bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menciptakan budaya motivasi

b. Manajemen waktu dan Rencana Harian

c. Komunikasi efektif melalui kegiatan

1) Operan antar shift

2) Pre-conference Tim

3) Post-confrerence Tim

d. Manajemen konflik

e. Pendelegasian dan supervise

d. Pengendalian (Controlling)

Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau

pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai “Pemeriksaan

apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,

instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang

bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki

dan tidak terjadi lagi.

Page 17: Laporan Management Keperawatan

Menurut Mockler (1984) pengendalian manajemen adalah usaha

sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan

perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk

membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah

ditetapkan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan

bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien

mungkin untuk mencapai tujuan.

Jadi, pengendalian manjemen adalah proses untuk memastikan bahwa

aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi

untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian dan penampilan. Langkah-

langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi: menetapkan

standard dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan

pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan

standar, dan mengambil tindakan korektif. Peralatan atau instrumen dipilih

untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukan standar yang telah

ditetapkan atau tersedia adalah audit yang merupakan penilaian pekerjaan

yang telah dilakukan, terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu:

1) Audit struktur

2) Audit proses

3) Audit hasil

2. Compensatory Reward

Pada pilar kedua ini menjelaskan tentang manajemen sumber daya manusia

(SDM) keperawatan yang berfokus pada pengelolaan tenaga keperawatan agar

dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Seorang

perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang

professional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program

pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga

keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk

menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan pengaturan

tertentu.

Page 18: Laporan Management Keperawatan

Fungsi Manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan, pengembangan organisasi,

staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Menurut Jernigan & Huber (2000) ada 8

(delapan) proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yaitu: rekuitmen,

seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching, retensi dan

produktifitas. Pengembangan staf serta hubungan pekerja (labor relations). Fungsi

dan proses manajemen SDM secara bersama-sama akan membentuk satu elemen

yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talent atau bakat dan

potensi seseorang dalam organisasi.

Manajemen SDM di ruang model asuhan keperawatan professional (MAKP)

berfokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian

kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum

membuka ruang MAKP dan setiap ada penambahan perawat baru.

3. Professional Relationship

Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan

standar dari hubungan pemberi pelayanan keperawatan tim kesehatan dan

penerima pelayanan keperawatan yaitu klien dan keluarga. Menurut Cameron

(1997) dalam Elizaberth & Kathleen, (2003). Pada pelaksanaan hubungan

profesional dapat terjadi secara internal yaitu hubungan antara pemberi pelayanan

kesehatan misalnya antara perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim

kesehatan lainnya, sedangkan hubungan eksternal yaitu hubungan yang terjadi

antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut

adalah dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam pemberian pelayanan

kesehatan. Pada pilar ketiga ini berfokus pada hubungan professional secara

internal artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan perawat, perawat

dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak lepas

dari komunikasi secara professional di dalam bekerjasama secara tim.

Adapun bentuk komunikasi hubungan professional yaitu:

1) Horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara sesama manajer

2) Vertikal adalah komunkasi yang terjadi antara pimpinan atas dan bawahan

3) Diagonal adalah komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih

dalam lingkungan yang sama.

Page 19: Laporan Management Keperawatan

Di ruang MAKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara ketua tim dan

perawat pelaksana, komunikasi vertikal dapat terjadi antara kepala ruangan

dengan ketua tim dan perawat pelaksana, dan antara ketua tim dengan perawat

pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesii lain.

Hubungan yang terjadi di ruang model pratek keperawatan professional yaitu:

1) Rapat perawat ruangan

2) Case conference

3) Rapat tim kesehatan

4) Visit dokter

4. Patient Care Delivery

Manajemen asuhan keperawatan merupakan praktek keperawatan profesional

didasari oleh keterampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal dengan

menerapkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses

keperawatn terdiri dari pengkajian, rencana tindakan keperawatan untuk setiap

diagnosa keperawatan, format implementasi tindakan keperawatan dan petunjuk

tehnik proses keperawatan.

Standar asuhan keperawatan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Aplikasi asuhan keperawatan dilakukan

dengan penerapan diagnosis keperawatan tunggal menurut NANDA. NANDA

2009-2012 ada 206 diagnosa keperawatan, identifikasi 10 diagnosa keperawatan

yang sering terjadi, membuat standar interaksi dengan penerapan strategi

pelaksanaan interaksi dalam melakukan tindakan keperawatan.

Pilar ke empat ini membahas mengenai manajemen asuhan keperawatan. Praktek

keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan keterampilan

intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu

metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan

untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan, yang dimana suatu

rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan,

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Salah satu

pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan

Page 20: Laporan Management Keperawatan

menggunakan patient care delivery system yang diterapkan di MAKP adalah

asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan:

1) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

hipertermi.

2) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri

akut.

3) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

perubahan perfusi jaringan perifer.

4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

perubahan perfusi jaringan serebral.

5) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak

toleransi aktifitas.

6) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola

nafas tidak efektif.

7) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak

efektifnya bersihan jalan nafas.

8) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

pertukaran gas.

9) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

penurunan curah jantung.

10) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

11) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.

12) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

kekurangan volume cairan.

13) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas.

14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

keterbatasan aktivitas.

15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan

pemenuhan cairan

16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang

pengetahuan.

Page 21: Laporan Management Keperawatan

Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MAKP patient care delivery system

diterapkan dalam bentuk:

a. Pedoman proses keperawatan

b. Pedoman asuhan keperawatan pada 16 kasus

c. Pedoman pendidikan kesehatan pasien pulang dan keluarga.

Discharge Planning

a. Pengertian

Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses

mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang

lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.

Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen

pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien

untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif

seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi

yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan

diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai

dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan.

b. Pemberi Layanan Discharge planning

Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan

multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam

memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).

Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan

berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang

berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan

fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf

rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning

(Discharge Planning Association, 2008).

Page 22: Laporan Management Keperawatan

c. Penerima Discharge Planning

Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge

Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan

pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang

berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit

terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry &

Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi

tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).

d. Tujuan Discharge Planning

Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk

mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,

1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin

keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan

memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008).

The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya

discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara

fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang

dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan

pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses

pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan

semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk

menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada

pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas

perawatan diri.

e. Prinsip Discharge Planning

Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan

yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah

beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004),

yaitu:

1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-

sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan

Page 23: Laporan Management Keperawatan

ditempatkan pada satu tempat.

2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas

tinggi pada semua pasien

3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.

4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.

5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang

terutama.

6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim

kesehatan dengan pasien/ care giver, dan kemampuan terakhir disediakan

dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.

7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika

menyusun discharge planning .

f. Proses Pelaksanaan Discharge Planning

Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,

budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge

planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.

Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .

Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi

tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk

pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase

pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan

dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah

pemulangan.

Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :

a) Pengkajian

1. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan

menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care

giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik

pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber

finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat

pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.

Page 24: Laporan Management Keperawatan

2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan

berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah,

penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan

kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara

pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton

video, mendengarkan petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang

digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi

pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran

yang berbeda pada pasien.

3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor

lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam

perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu,

lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna

(seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu

dalam pengkajian).

4. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter

pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada

pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang

lebih luas.

5. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan

kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap

kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan

perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan,

mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga

untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan

diantara keduanya.

6. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan

dengan pembatasan.

7. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang

kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat

klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah).

Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.

b) Perencanaan

Page 25: Laporan Management Keperawatan

Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah

sebagai berikut :

1) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana

keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),

penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari

pengobatan akibat masalah yang timbul.

2) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota

keluarga mampu melakukan aturan perawatan).

3) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam

setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi

kesehatannya telah diubah.

c) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang

dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada

hari pemulangan.

1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien

a. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi

kebutuhan pasien.

b. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi

tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat

dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.

c. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk

belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat

mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala

terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat

medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan

oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau rekaman

video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga dapat diberitahu tentang

sumber-sumber informasi yang ada di internet.

d. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan

usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang

terlibat dalam perawatan pasien.

2) Penatalaksanaan pada hari pemulangan

Page 26: Laporan Management Keperawatan

Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan,

perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang

dilakukan pada hari pemulangan antara lain :

a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang

berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk

mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.

b. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau

kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan

sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan

alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti

tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ).

c. Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan

transportasi menuju ke rumah.

d. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua

barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.

e. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien.

Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah

ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator

yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada

pasien.

f. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien

sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan

terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman

untuk administrasi diri.

g. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor

dokter.

h. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien

membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan

pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.

i. Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda

untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang

dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.

j. Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh

dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit

Page 27: Laporan Management Keperawatan

dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari

kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk

transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien

ke dalam kendaraan.

k. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen

pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk

membersihkan ruangan pasien.

3) Evaluasi

a. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,

pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus

dilaporkan kepada dokter.

b. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap

pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.

c. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan

rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi

pasien, dan menganjurkan perbaikan.

g. Unsur-Unsur Discharge Planning

Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang

harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :

1) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat

dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.

2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping

yang umum terjadi.

3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan

lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu

akan diadakannya.

4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,

latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.

5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan

insulin, dan lain-lain).

6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan

dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan

Page 28: Laporan Management Keperawatan

lokasi setiap janji untuk control .

7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa

dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.

8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat

yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-

lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang

bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.

h. Cara Mengukur Discharge Planning

Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan

untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan,

serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan

pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden

Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien

mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah

meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).

i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan

Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu

kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan

atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan,

komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu.

Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda

yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien

menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan,

pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan,

komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan

aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi

lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui

pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan

lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).

Page 29: Laporan Management Keperawatan

j. Kriteria Pemulangan

Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang, pasien harus

mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk

memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning

menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan

realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter,

2006). Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila

pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan,

serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien

dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan

tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan

respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).