laporan las asetilin

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Fabrikasi Logam setelah melakukan praktek di workshop. Pembuatan laporan ini bersifat wajib yang harus dipenuhi atau dikerjakan bagi penulis dan mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Fabrikasi Logam. Laporan ini pun dapat dipakai sebagai patokan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami materi-materi yang didapatkan pada saat praktek berlangsung. Pada saat praktek berlangsung, mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengerjaan atau pembuatan benda kerja yang telah diberikan oleh dosen. Sehingga dengan laporan ini, dosen dapat mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa dalam penguasaan materi setelah melakukan praktek walaupun teori-teorinya pun telah diberikan kepada mahasiswa. Selain itu, sebagai calon pendidik kita harus mampu dalam menguasai materi-materi Fabrikasi Logam agar dapat menyampaikan kepada peserta didik dengan baik dan benar. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari las asetilin ? b. Bagaimana cara kerja dalam pengelasan menggunakan las asetilin ? 1

Upload: nandya-ritsi

Post on 24-Jul-2015

1.857 views

Category:

Documents


138 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Las Asetilin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata

kuliah Fabrikasi Logam setelah melakukan praktek di workshop. Pembuatan laporan

ini bersifat wajib yang harus dipenuhi atau dikerjakan bagi penulis dan mahasiswa

yang mengikuti mata kuliah Fabrikasi Logam. Laporan ini pun dapat dipakai sebagai

patokan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami materi-

materi yang didapatkan pada saat praktek berlangsung. Pada saat praktek berlangsung,

mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengerjaan atau pembuatan benda kerja

yang telah diberikan oleh dosen. Sehingga dengan laporan ini, dosen dapat

mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa dalam penguasaan

materi setelah melakukan praktek walaupun teori-teorinya pun telah diberikan kepada

mahasiswa. Selain itu, sebagai calon pendidik kita harus mampu dalam menguasai

materi-materi Fabrikasi Logam agar dapat menyampaikan kepada peserta didik

dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari las asetilin ?

b. Bagaimana cara kerja dalam pengelasan menggunakan las asetilin ?

c. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengerjaan menggunakan las

asetilin ?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Mendeskripsikan pengertian dari las asetilin.

b. Menggambarkan cara pengerjaan las asetilin.

c. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pengerjaan menggunakan las

asetilin.

1.4 Sistematis Penulisan

Kata Pengantar

Daftar Isi

1

Page 2: Laporan Las Asetilin

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II ISI LAPORAN

2.1 Tujuan Praktek

2.1.1 Tujuan Umum

2.1.2 Tujuan Khusus

2.2 Alat

2.2.1 Alat-alat utama

2.2.2 Alat-alat pembantu

2.2.3 Alat-alat keselamatan kerja

2.3 Bahan

2.3.1 Jenis Bahan

2.3.2 Ukuran Bahan

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Pengertian Las Asetilin

2.4.2 Proses Pengelasan

2.4.2.1 Menentukan Nyala Api

2.4.2.2 Teknik Pengelasan

2.5 Langkah Kerja

2.6. Temuan Praktek dan Pembahasan

BAB III PENUTUP

2

Page 3: Laporan Las Asetilin

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

LAMPIRAN

Gambar Kerja

Job Sheet

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Laporan Las Asetilin

BAB II

ISI LAPORAN

2.1 Tujuan Praktek

Tujuan dari laporan ini dibagi menjadi 2 tujuan yaitu:

2.1.1 Tujuan Umum

a. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai las asetilin.

b. Dapat lebih memahami mengenai cara kerja menggunakan las asetilin.

2.1.2 Tujuan Khusus

Tujuannya adalah mahasiswa menjadi lebih terampil dan mahir dalam

menggunakan las asetilin.

2.2 Alat-alat

2.2.1 Alat-alat Utama

a. Tabung Gas Asetilin

b. Katup tabung

c. Regulator

d. Torch (pembakaran)

2.2.2 Alat-alat Pembantu

a. Tang penjepit

b. Sikat kawat

c. Tip cleaner

d. Korek

2.2.3 Alat-alat Keselamatan Kerja

a. Kacamata las

b. Sarung Tangan

2.3 Bahan

2.3.1 Jenis Bahan

Jenis bahan yang digunakan baja ST 37

4

Page 5: Laporan Las Asetilin

2.3.2 Ukuran Bahan

Ukuran bahan adalah 100 x 40 mm dengan tebal 2mm.

2.4 Landasan Teori

2.4.1 Pengertian Las Asetilin

Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam

(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai

bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga

menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan

logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana

atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah

gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-

asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak

dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur

elektroda terbungku.

2.4.2 Proses Pengelasan

2.4.2.1 Menentukan Nyala Api

Nyala api Karburasi

Bila terlalu banyak perbandingan gas

asetilen yang digunakan maka di antara

kerucut dalam dan kerucut luar akan

timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang

menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang

berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah

kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya

karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam

pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-

macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

Nyala api Netral

Nyala ini terjadi bila perbandingan

antara oksigen dan asetilen sekitar satu.

Nyala terdiri atas kerucut dalam yang

berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru

bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu

5

Page 6: Laporan Las Asetilin

maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung

nyala kerucut.

Nyala api oksidasi

Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk

menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan

warna kerucut dalam berubah menjadi

ungu. Nyala ini akan menyebabkan

terjadinya proses oksidasi atau

dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat

oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari

kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan

lainnya.

2.4.2.2 Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan

Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang

dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang

datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan

kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° -

40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut

sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal

pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke

tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

Posisi pengelasan datar ( horizontal )

Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan

dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung

mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil

mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70°

dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan

kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.

Posisi pengelasan tegak ( vertical )

Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung

ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api

dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander

sebesar 80°.

6

Page 7: Laporan Las Asetilin

Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )

Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan

dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan

pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini

sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat

pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.

Pengelasan arah ke kiri ( maju )

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api

diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°

terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus

terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara

pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit

saat mengelas.

Pengelasan arah ke kanan ( mundur )

Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah

pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk

pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.

Operasi Branzing ( Flame Brazing )

Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses

penyambungan tanpa mencairkan logam induk yang disambung,

hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan

pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa

titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan (sekitar

1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan

lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.

Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )

7

Page 8: Laporan Las Asetilin

Kasus pemotongan logam

sebenarnya dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Proses penggergajian

(sewing) dan menggunting

(shearing) merupakan contoh dari

pro ses pemotongan logam dan

lembaran logam. Proses

menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang

ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada

pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang

lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih

singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan

peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel

menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api

ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih.

Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang

memang dibuat untuk keperluan memotong.

Operasi Perluasan ( Flame Gauging )

Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada

produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya.

Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan,

terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan

retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil

pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.

Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )

Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada

komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi

dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan

8

Page 9: Laporan Las Asetilin

pada suatu logam batang. Batang lurus dipanaskan dengan pola

pemanasan segitiga. Logam cenderung

memuai pada saat dipanaskan. Daerah

pemanasan tersebut menghasilkan

pemuaian yang besar. Logam mengkerut

pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan

terbesar.

2.5 Langkah-langkah Kerja

No Proses Langkah Kerja Alat Bantu Visual

A

B

C

Pemotongan

Benda Kerja

Pengelasan

kubangan

Pengelasan

Menggunak

an Bahan

Pelat panjangnya 500 mm dipotong-potong dengan gergaji menjadi 100 mm.

Siapkan perlengkapan las accetelyn, cek tabung oksigen dan tabung asetilen dalam keadaan baik.

Jangan lupa memakai alat keselamatan.

Pelat pertama, lakukan pelukisan pada pelat dengan menggunakan mistar dan kapur (garis lurus arah memanjang). Tanpa menggnakan bahan tambah.

Pelat kedua, lukis pada tengah-tengah pelat arah memanjang dengan menggunakan mistar baja dan

1. gergaji

2. mistar baja

3. penggores

4. kapur basah

1. Mista2. kapur3. kacamata las

asetilen4. tang

penjepit5. pematik api

1. Mista2. kapur3. kcamata las

asetilen4. tang

9

Page 10: Laporan Las Asetilin

D

E

F

Tambah

Pengelasan

Sambungan

tumpang

Menggunak

an Bahan

Tambah

Pengelasan

sambungan

T

menggunaka

n Bahan

Tambah

Pengelasan

sambungan

kapur basah. Pengelasan pada

pelat ini dengan menggunakan bahan tambah, dengan mengikuti garis yang telah dibuat.Gerakan pengelasan seperti membentuk gelombang dengan arah memanjang.

Plat kedua ditumpangkan dengan plat yang tiga lalu beri jarak kerenggangan.

Pengelasan menggunakan bahan tambah.

Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik.

Plat ketiga diberi garis, plat ketiga tegak lurus terhadap plat empat.

Pengelasan menggunakan bahan tambah.

Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik.

Plat ke empat disambungkan dengan sudut diantara ujung 90°.

penjepit5. pematik api

1. Mista2. kapur3. kacamata las

asetilen4. tang

penjepit5. pematik api

1. Mista2. kapur3. kacamata las

asetilen4. tang

penjepit5. pematik api

1. Mista2. kapur

10

Page 11: Laporan Las Asetilin

Sudut

menggunaka

n Bahan

Tambah

(bisa dilihat digambar kerja)

Pengelasan menggunakan bahan tambah.

Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik

3. kacamata las asetilen

4. tang penjepit

5. pematik api

2.6 Temuan Praktek dan Pembahasan

Dalam menggunakan las asetilin, perlu diperhatikan kebersihan lubang torch

(pembakar) karena sangat mempengaruhi nyala api. Apabila lubang torch kotor

akan menyebabkan nyala api terhambat sehingga dapat menghasilkan nyala api

yang tidak sesuai dan dapat mempengaruhi hasil las. Selain itu juga dapat

mengeluarkan suara ledakan keras. Dan untuk membersihkannya dapat

menggunakan tip cleaner.

Dalam menggunakan las asetilin, kita harus dapat menggerakkan torch dengan

kawat dengan benar dan tepat karena mempengaruhi hasil las. Apabila kita benar

menggerakkan torch dan meleburkan kawat akan menghasilkan hasil yang tidak

memuaskan. Gerakannya pun secara konstan dan perlahan.

Dalam menggunakan las asetilin, kita harus menunggu benda kerja melebur

sampai terlihar seperti larva baru kemudian menempelkan atau ditambahkan

bahan tambah (kawat). Apabila tidak seperti itu, maka hasilnya pun tidak akan

terlalu memuaskan.

Dalam pengelasan menggunakan las asetilin, arah pengelasan dapat dilakukan

dengan cara pengelasan arah ke kiri (maju). Cara pengelasan ini paling banyak

digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan

kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus

terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya

mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.

11

Page 12: Laporan Las Asetilin

Dalam pengelasan menggunakan las asetilin, posisi pengelasan dapat dilakukan

dengan posisi pengelasan di bawah tangan. Pengelasan di bawah tangan adalah

proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas

bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat

pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja.

Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar

terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala

diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.

12

Page 13: Laporan Las Asetilin

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek dan pengamatan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor

yang dapat mempengaruhi hasil las yang menggunakan las asetilin, yaitu:

Gerakan pengelasan

Peleburan

Nyala api

Kecepatan gerakan pengelasan

Kebersihan lubang torch

3.2 Saran

Dalam pengerjaan las asetilin, harus berkonsentrasi dan serius.

Selalu menggunakan alat-alat keselamatan kerja.

Selalu membereskan dan mengecek tabung, apabila terjadi kebocoran.

Selalu menjaga kebersihan tempat las.

13