laporan las asetilin
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulis membuat laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Fabrikasi Logam setelah melakukan praktek di workshop. Pembuatan laporan
ini bersifat wajib yang harus dipenuhi atau dikerjakan bagi penulis dan mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah Fabrikasi Logam. Laporan ini pun dapat dipakai sebagai
patokan untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa menguasai dan memahami materi-
materi yang didapatkan pada saat praktek berlangsung. Pada saat praktek berlangsung,
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengerjaan atau pembuatan benda kerja
yang telah diberikan oleh dosen. Sehingga dengan laporan ini, dosen dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan dan pengetahuan siswa dalam penguasaan
materi setelah melakukan praktek walaupun teori-teorinya pun telah diberikan kepada
mahasiswa. Selain itu, sebagai calon pendidik kita harus mampu dalam menguasai
materi-materi Fabrikasi Logam agar dapat menyampaikan kepada peserta didik
dengan baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari las asetilin ?
b. Bagaimana cara kerja dalam pengelasan menggunakan las asetilin ?
c. Apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengerjaan menggunakan las
asetilin ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Mendeskripsikan pengertian dari las asetilin.
b. Menggambarkan cara pengerjaan las asetilin.
c. Mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pengerjaan menggunakan las
asetilin.
1.4 Sistematis Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II ISI LAPORAN
2.1 Tujuan Praktek
2.1.1 Tujuan Umum
2.1.2 Tujuan Khusus
2.2 Alat
2.2.1 Alat-alat utama
2.2.2 Alat-alat pembantu
2.2.3 Alat-alat keselamatan kerja
2.3 Bahan
2.3.1 Jenis Bahan
2.3.2 Ukuran Bahan
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Pengertian Las Asetilin
2.4.2 Proses Pengelasan
2.4.2.1 Menentukan Nyala Api
2.4.2.2 Teknik Pengelasan
2.5 Langkah Kerja
2.6. Temuan Praktek dan Pembahasan
BAB III PENUTUP
2
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
LAMPIRAN
Gambar Kerja
Job Sheet
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB II
ISI LAPORAN
2.1 Tujuan Praktek
Tujuan dari laporan ini dibagi menjadi 2 tujuan yaitu:
2.1.1 Tujuan Umum
a. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa mengenai las asetilin.
b. Dapat lebih memahami mengenai cara kerja menggunakan las asetilin.
2.1.2 Tujuan Khusus
Tujuannya adalah mahasiswa menjadi lebih terampil dan mahir dalam
menggunakan las asetilin.
2.2 Alat-alat
2.2.1 Alat-alat Utama
a. Tabung Gas Asetilin
b. Katup tabung
c. Regulator
d. Torch (pembakaran)
2.2.2 Alat-alat Pembantu
a. Tang penjepit
b. Sikat kawat
c. Tip cleaner
d. Korek
2.2.3 Alat-alat Keselamatan Kerja
a. Kacamata las
b. Sarung Tangan
2.3 Bahan
2.3.1 Jenis Bahan
Jenis bahan yang digunakan baja ST 37
4
2.3.2 Ukuran Bahan
Ukuran bahan adalah 100 x 40 mm dengan tebal 2mm.
2.4 Landasan Teori
2.4.1 Pengertian Las Asetilin
Las Gas/Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam
(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C2H2) sebagai
bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar gas dengan O2 sehingga
menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencairkan logam induk dan
logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propana
atau hidrogen. Ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah
gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las oksi-
asetelin. Karena tidak menggunakan tenaga listrik, las oksi-asetelin banyak
dipakai di lapangan walaupun pemakaiannya tidak sebanyak las busur
elektroda terbungku.
2.4.2 Proses Pengelasan
2.4.2.1 Menentukan Nyala Api
Nyala api Karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas
asetilen yang digunakan maka di antara
kerucut dalam dan kerucut luar akan
timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di antara kerucut yang
menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang
berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah
kelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam
pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-
macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.
Nyala api Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan
antara oksigen dan asetilen sekitar satu.
Nyala terdiri atas kerucut dalam yang
berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang berwarna biru
bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu
5
maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung
nyala kerucut.
Nyala api oksidasi
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk
menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan
warna kerucut dalam berubah menjadi
ungu. Nyala ini akan menyebabkan
terjadinya proses oksidasi atau
dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat
oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion dari
kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan
lainnya.
2.4.2.2 Teknik Pengelasan
Posisi pengelasan di bawah tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang
dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang
datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan
kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° -
40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar terjadi panas maksimal
pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke
tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
Posisi pengelasan datar ( horizontal )
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan
dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung
mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil
mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70°
dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan
kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar.
Posisi pengelasan tegak ( vertical )
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung
ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api
dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander
sebesar 80°.
6
Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan
dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan
pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini
sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat
pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
Pengelasan arah ke kiri ( maju )
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api
diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30°
terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus
terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara
pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit
saat mengelas.
Pengelasan arah ke kanan ( mundur )
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah
pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk
pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
Operasi Branzing ( Flame Brazing )
Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses
penyambungan tanpa mencairkan logam induk yang disambung,
hanya logam pengisi saja. Misalnya saja proses penyambungan
pelat baja yang menggunakan kawat las dari kuningan. Ingat bahwa
titik cair Baja ( ± 1550 °C) lebih tinggi dari kuningan (sekitar
1080°C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan
lebih mudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.
Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )
7
Kasus pemotongan logam
sebenarnya dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Proses penggergajian
(sewing) dan menggunting
(shearing) merupakan contoh dari
pro ses pemotongan logam dan
lembaran logam. Proses
menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang
ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada
pelat yang lebih tebal tetapi memerlukan waktu pemotongan yang
lebih lama. Untuk dapat memotong pelat tebal denngan waktu lebih
singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini dengan
peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel
menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api
ini dilakukan dengan memberikan suplai gas Oksigen berlebih.
Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur pada torch yang
memang dibuat untuk keperluan memotong.
Operasi Perluasan ( Flame Gauging )
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada
produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya.
Retak/cacat tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan,
terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan
retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alur hasil
pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las.
Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )
Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada
komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi
dibawah ini menunjukkan prinsip dasar pemuaian dan pengkerutan
8
pada suatu logam batang. Batang lurus dipanaskan dengan pola
pemanasan segitiga. Logam cenderung
memuai pada saat dipanaskan. Daerah
pemanasan tersebut menghasilkan
pemuaian yang besar. Logam mengkerut
pasa saat didinginkan. Daerah pemanasan
terbesar.
2.5 Langkah-langkah Kerja
No Proses Langkah Kerja Alat Bantu Visual
A
B
C
Pemotongan
Benda Kerja
Pengelasan
kubangan
Pengelasan
Menggunak
an Bahan
Pelat panjangnya 500 mm dipotong-potong dengan gergaji menjadi 100 mm.
Siapkan perlengkapan las accetelyn, cek tabung oksigen dan tabung asetilen dalam keadaan baik.
Jangan lupa memakai alat keselamatan.
Pelat pertama, lakukan pelukisan pada pelat dengan menggunakan mistar dan kapur (garis lurus arah memanjang). Tanpa menggnakan bahan tambah.
Pelat kedua, lukis pada tengah-tengah pelat arah memanjang dengan menggunakan mistar baja dan
1. gergaji
2. mistar baja
3. penggores
4. kapur basah
1. Mista2. kapur3. kacamata las
asetilen4. tang
penjepit5. pematik api
1. Mista2. kapur3. kcamata las
asetilen4. tang
9
D
E
F
Tambah
Pengelasan
Sambungan
tumpang
Menggunak
an Bahan
Tambah
Pengelasan
sambungan
T
menggunaka
n Bahan
Tambah
Pengelasan
sambungan
kapur basah. Pengelasan pada
pelat ini dengan menggunakan bahan tambah, dengan mengikuti garis yang telah dibuat.Gerakan pengelasan seperti membentuk gelombang dengan arah memanjang.
Plat kedua ditumpangkan dengan plat yang tiga lalu beri jarak kerenggangan.
Pengelasan menggunakan bahan tambah.
Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik.
Plat ketiga diberi garis, plat ketiga tegak lurus terhadap plat empat.
Pengelasan menggunakan bahan tambah.
Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik.
Plat ke empat disambungkan dengan sudut diantara ujung 90°.
penjepit5. pematik api
1. Mista2. kapur3. kacamata las
asetilen4. tang
penjepit5. pematik api
1. Mista2. kapur3. kacamata las
asetilen4. tang
penjepit5. pematik api
1. Mista2. kapur
10
Sudut
menggunaka
n Bahan
Tambah
(bisa dilihat digambar kerja)
Pengelasan menggunakan bahan tambah.
Teknik pengelasan dengan cara diayunkan busur apinya dari kanan ke kiri, supaya mendapatkan hasil yang baik
3. kacamata las asetilen
4. tang penjepit
5. pematik api
2.6 Temuan Praktek dan Pembahasan
Dalam menggunakan las asetilin, perlu diperhatikan kebersihan lubang torch
(pembakar) karena sangat mempengaruhi nyala api. Apabila lubang torch kotor
akan menyebabkan nyala api terhambat sehingga dapat menghasilkan nyala api
yang tidak sesuai dan dapat mempengaruhi hasil las. Selain itu juga dapat
mengeluarkan suara ledakan keras. Dan untuk membersihkannya dapat
menggunakan tip cleaner.
Dalam menggunakan las asetilin, kita harus dapat menggerakkan torch dengan
kawat dengan benar dan tepat karena mempengaruhi hasil las. Apabila kita benar
menggerakkan torch dan meleburkan kawat akan menghasilkan hasil yang tidak
memuaskan. Gerakannya pun secara konstan dan perlahan.
Dalam menggunakan las asetilin, kita harus menunggu benda kerja melebur
sampai terlihar seperti larva baru kemudian menempelkan atau ditambahkan
bahan tambah (kawat). Apabila tidak seperti itu, maka hasilnya pun tidak akan
terlalu memuaskan.
Dalam pengelasan menggunakan las asetilin, arah pengelasan dapat dilakukan
dengan cara pengelasan arah ke kiri (maju). Cara pengelasan ini paling banyak
digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan
kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus
terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya
mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas.
11
Dalam pengelasan menggunakan las asetilin, posisi pengelasan dapat dilakukan
dengan posisi pengelasan di bawah tangan. Pengelasan di bawah tangan adalah
proses pengelasan yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas
bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60° dan kawat
pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 30° - 40° dengan benda kerja.
Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2 – 3 mm agar
terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala
diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek dan pengamatan, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor
yang dapat mempengaruhi hasil las yang menggunakan las asetilin, yaitu:
Gerakan pengelasan
Peleburan
Nyala api
Kecepatan gerakan pengelasan
Kebersihan lubang torch
3.2 Saran
Dalam pengerjaan las asetilin, harus berkonsentrasi dan serius.
Selalu menggunakan alat-alat keselamatan kerja.
Selalu membereskan dan mengecek tabung, apabila terjadi kebocoran.
Selalu menjaga kebersihan tempat las.
13