laporan lab operasi gen 3 fasa

33

Click here to load reader

Upload: destfa

Post on 05-Aug-2015

137 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Laporan Operasi Paralel Generator 3 Phasa

Kelompok 1:

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN

POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012

Afgan Pradanasta P.P 1241157001

Duta Ristanta Putra Pratama 0941150018

Mada Dwi Ludiasari 0941150027

Sandi budi Kurniawan 0941150015

Zendy Yudha Pratama 0941150045

Page 2: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

2

PEMBEBANAN DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

PADA SIMULASI SISTEM 2 GENERATOR PARALEL

1. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengerti dan memahami operasi MG - set (Motor Generator – Set).

2. Mengerti dan memahami teknik memparalelkan 2 atau lebih generator AC 3 fasa

3. Mengerti dan memahami pengaruh dari berbagai macam beban terhadapgenerator 3 fasa.

4. Mengerti dan memahami perbaikan faktor daya dan pengaruhnya terhadap perbaikan

tegangan system.

2. PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Hampden Power System Simulator

3. DASAR TEORI

Power System Simulator menggunakan 3 MG – set untuk mensuplai daya kebeban. Oleh karena itu,

penting sekali untuk mengerti dan memahami operasi dankarakteristik alternator 3 fasa tersebut.

Penggerak utama (prime mover) dari masing-masing MG – set adalah motor DC.

Alternator 3 fasa dari MG – set adalah generator sinkron penguatan medan terpisah.

Kontrol dari MG – set terdiri dari :

a. Sumber DC 125 Volt, untuk mencatu jangkar motor DC.

b. Rheostat, yang terhubung seri dengan belitan medan motor DC.

c. Sumber tegangan DC 0 – 18 Volt, untuk mencatu belitan medan generator.

d. Saklar pemutus medan generator untuk masing-masing MG – set.

Kecepatan putar motor DC dapat di ubah-ubah melalui rheostat. Semakin cepatputaran motor DC,

frekuensi gelombang tegangan keluaran generator semakin besardan tegangan keluaran juga

semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Sumber teganganDC 0 – 18 Volt digunakan untuk mencatu

belitan medan generator sinkron. Jikategangan penguatan semakin besar, maka tegangan keluaran

generator bertambahbesar.

Page 3: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

3

GENERATOR

Ada 3 hal yang menyebabkan drop tegangan pada generator sinkron penguatan medan

terpisah, yaitu :

A . Resistansi jangkar ( Ra )

Resistansi jangkar / fasa Ra menyebabkan terjadinya tegangan jatuh ( kerugian tegangan )/ fasa I.Ra

yang sefasa dengan arus jangkar.

B . Reaktansi Bocor Jangkar

Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar , sebagian fluks yang terjadi tidak mengimbas pada

jalur yang telah ditentukan. Hal seperti ini disebut Flukbocor.

C. Reaksi Jangkar

Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat alternator dibebani akan menimbulkan fluks

jangkar ( фA ) yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada kumparan medan rotor ( фF ),

sehingga akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar : фR = фF . фA

Interaksi antara kedua fluksi ini disebut reaksi jangkar.

Poin a dan b adalah dua faktor yang selalu menyebabkan drop tegangan. Sedangkanpoin c, reaksi

jangkar, dapat menyebabkan tegangan keluaran naik atau turun,tergantung pada power faktor

beban.Drop tegangan adalah fungsi dari arus beban.

Hal ini akan membawa dampak pada pengaturan tegangan, yaitu :

- Dengan power factor leading, tegangan akan naik dari kondisi tanpa beban kebeban penuh

- Dengan power factor lagging, tegangan akan turun dari kondisi tanpa beban kebeban penuh

Pengaturan tegangan (dalam %) ditentukan dengan rumus :

Pengaturan tegangan (%) =

VNL= tegangan tanpa beban

VFL= tegangan beban penuh

Page 4: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

4

PARALEL GENERATOR

Ada dua metode sistem pembangkitan energi listrik, yaitu :

a. Sistem pembangkitan tunggal. Kelemahan dari sistem ini adalah

- Generator akan terus memproduksi energi listrik sepanjang waktu bahkan ketika sistem

daya memikul beban yang ringan

- Apabila generator gagal dalam bekerja, tidak ada daya cadangan yang dapat diberikan

- Jika suatu saat beban bertambah, sistem pembangkita energi listrik secara keseluruhan

harus di-upgrade.

Karena kelemahan-kelemahan di atas, sistem ini tidak banyak dipakai.

b. Sistem pembangkitan dengan cara memparalelkan dua generator atau lebih melalui sistem

transmisi tegangan tinggi, yang disebut grid. Walaupun demikian timbul masalah-masalah,

yaitu :

- Tegangan, frekuensi dan sinkronnya fasa dari masing-masing generator harus sama

- Pengamanan grid dan stasiun pembangkitan dari gangguan pada generator maupun

saluran transmisi juga harus mendapat perhatian

- Harus diperhitungkan masalah produksi energi dan pemeliharaan berkala untuk operasi

ekonomis sistem daya yang berkelanjutan.

Yang dimaksud dengan kerja pararel adalah pengoperasian beberapa buah generator secara

bersama-sama, dimana output dari generator yang sedang beroperasi tersebut disalurkan ke beban

melalui rel yang sama (common busbar sistem). Sedangkan yang dimaksud dengan sinkronisasi

adalah memasukkan satu generator untuk kerja pararel yang lain. Seringkali sistem dimana

generator yang akan dihubungkan sudah mempunyai begitu banyak generator dan beban yang

terpasang, sehingga berapapun juga daya yang diberikan oleh generator yang baru masuk tidak

mempengaruhi tegangan dan frekuensi dari sistem. Hal ini yang disebut generator terhubung pada

sistem yang kuat sekali.

Adapun tujuan utama dari pelaksanaan kerja pararel ini adalah sebagai berikut :

a) Penambahan daya, jika genset yang terpasang tidak mampu menanggung pertambahan

beban listrik. dengan kerja pararel dapat diatasi.

b) Kontuinitas. jika ada gangguan dari sumber listrik PLN. maka beban akan tetap

mendapatkan suplai listrik

c) Efisiensi, efisiensi maksimum dari generator dapat tercapai jika generator mengirim beban

puncak. generator dapat dioperasikan pararel dengan Generator yang lain.

Page 5: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

5

Memparalelkan generator AC jauh lebih rumit dari pada generator DC. Persyaratan utama

untuk memparalelkan generator DC hanyalah pada tegangan dan polaritasnya saja. Sedangkan untuk

generator AC harus dipertimbangkan masalah tegangan, bentuk gelombang, perputaran fasa (phase

rotation) dan sinkronisasi fasa (phase sinchonization). Dalam sistem utilitas, bentuk gelombang dan

rotasi fasa dirancang konstan sehingga perhatian ditujukan pada tegangan, frekuensi dan

sinkronisasi fasa (power factor dan daya juga harus diperhatikan untuk memonitor efisiensi daya dan

masalah ekonomi).

Untuk mengukur tegangan dan frekuensi sistem digunakan volt meter dan frekuensi meter.

Sinkronisasi fasa dapat dimonitor dengan synchroscope atau dengan lampu fasa (phasing lamps).

Pada dasarnya synchroscope adalah sebuah motor dengan statornya dicatu oleh generator yang

akan diparalelkan (incoming generator) sedangkan rotornya dicatu oleh generator yang sedang

berjalan (running generator).

Kecepatan putar dari motor (synchroscope) tersebut ditentukan oleh perbedaan frekuensi

antara kedua generator itu. Apabila kedua generator mempunyai frekuensi yang sama, maka

synchroscope akan berhenti berputar.

Untuk sinkronisasi fasa dengan lampu fasa (phasing lamps) pada prinsipnya juga sama. Lampu fasa

(phasing lamps) dipasang seri di antara 3 saluran (fasa R, S dan T) dua generator untuk fasa – fasa

yang sama. Apabila kedua generator mempunyai frekuensi yang berbeda, maka lampu fasa (phasing

lamps) akan berkedip-kedip.

Apabila telah memiliki frekuensi yang sama, maka lampu fasa (phasing lamps) tidak menyala (untuk

lampu sinkronisasi fasa hubungan gelap). Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam

memparalelkan generator 3 fasa dengan bus (jala-jala PLN) adalah sebagai berikut :

a. Tegangan efektif saluran generator disesuaikan dengan tegangan efektif saluran dari bus.

Kecepatan rotor generator dibuat sedemikian rupa sehingga frekuensinya sama dengan

frekuensi bus.

b. Urutan fasa dicek dengan menggunakan indikator urutaan fasa atau dengan menggunakan

lampu.

c. Frekuensi generator dibandingkan dengan frekuensi bus dengan menggunakan

synchrosacope atau lampu fasa (phasing lamps). Apabila frekuensinya lebih tinggi maka

kecepatan putar prime mover diturunkan. Dan begitu sebaliknya, apabila frekuensi

generator lebih rendah daripada frekuensi bus, maka kecepatan putar prime mover

dinaikkan.

d. Apabila telah diketahui bahwa tegangan dan frekuensinya benar-benar sama maka

generator siap untuk bekerja paralel.

Page 6: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

6

Apabila dua generator telah bekerja paralel, maka :

- Frekuensi sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan menambah atau

mengurangi kecepatan prime mover masing-masing generator secara serentak (simultan).

- Tegangan sistem secara keseluruhan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan menaikkan atau

menurunkan tegangan pengeksitasi medan masing-masing generator.

PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Sebagian besar masalah faktor daya disebabkan oleh beban induktif,seperti motor dan transformer

induksi.salah satu metode yang digunakkan untuk meningkatkan faktor daya dari rangkaian jenis ini

adalah dengan menghubungkan kapasitor secara parallel dengan beban.(lihat gambar).

C

I total

LO

AD

V

IC

Gambar 1 Penghubungan Kapasitor dengan Sistem Tenaga untuk meningkatkan faktor daya.

Dengan cara ini IL tetap sama dan setiap beban bekerja pada faktor dayanya sendiri, tetapi faktor

daya keseluruhan pada rangkaian yang dikombinasikan akan meningkat. Kapasitor murni merupakan

beban yang bekerja pada faktor daya yang mendahului dan ketika dihubungkan ke beban

induktif,cenderung melawan efek ketertinggalan induktansi tetapi tanpa menghabiskan daya

apapun.

4. PROSEDURPERCOBAAN :

Page 7: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

7

A. SOP PERSIAPAN

1. Hidupkan (ON) CB catu daya peralatan Hampden Power System Simulator.

2. Hidupkan (ON) generator 2sebagai generator referensi.

3. Masukkan prime mover generator 2 sebagai pemanasan dengan langkah di bawah ini :

Hidupkan CB prime mover.

Hidupkan switch control generator 2.

Masukkan prime mover selama 3 detik.

4. Masukkan eksitasi generator 2dengan langkah di bawah ini :

Hidupkan CB eksitasi.

Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 305 V.

Naikkan prime mover hingga frekuensi 50 Hz.

5. Masukkan beban Station Service (SS) pada generator 2 dengan menghidupkan (ON) DS pada

jalur yang dipilih terlebih dahulu baru menghidupkan (ON) CB beban SS.

6. Cek tegangan dan frekuensi pada generator 2 dengan melihat voltmeter dan frekuensimeter

yang terdapat pada simulator.

7. Atur tegangan dan frekuensi generator 2 dengan nilai 305 V dan 50 Hz apabila nilainya

berubah, jaga konstan pada nilai tersebut.

8. Putar saklar synchronouscope dari generator 2 ke posisi running dan putar saklar

synchronouscope dari generator 1 ke posisi incoming.

9. Arahkan selector switch frekuensimeter dan voltmeter ke generator 1.

10. Hidupkan (ON) generator 1.

11. Masukkan prime mover generator 1 sebagai pemanasan dengan langkah di bawah ini :

Hidupkan CB prime mover.

Hidupkan switch control generator 1.

Masukkan prime mover selama 3 detik.

12. Masukkan eksitasi generator 1 dengan langkah di bawah ini :

Hidupkan CB eksitasi.

Naikkan eksitasi hingga mencapai tegangan sebesar 305 V.

Naikkan prime mover hingga frekuensi 50 Hz.

B. SOP PARALEL GENERATOR

Page 8: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

8

1. Setelah generator 1 dimasukkan, amati lampu sinkronisasi dan jarum synchronouscope.

Apabila lampu sinkronisasi masih berkedip-kedip dan jarum synchronouscope masih

berputar, maka kedua generator belum sinkron.

2. Atur generator 1 hingga lampu sinkronisasi tidak berkedip dan jarum synchronouscope

berhenti berputar. Jaga konstan tegangan dan frekuensi kedua generator, maka kedua

generator siap diparalelkan dengan menutup saklar isolasi saluran.

3. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap dalam kondisi

lagging. Isikan data tegangan, arus, daya, frekuensi dan power factor kedua generator pada

table 1.

4. Masukkan beban agricultural dan residential secara bergantian atau bersamaan sesuai

dengan tabel dan catat hasilnya pada tabel 1.

C. PERBAIKAN POWER FAKTOR

1. Jika percobaan paralel generator telah selesai dibebani dengan beban agricultural dan

residential sesuai dengan tabel 1, maka sekarang paralel generator akan dibebani dengan

beban industrial.

2. Masukkan beban industrial sesuai dengan tabel.

3. Tetap pertahankan tegangan keluaran dan aturlah power factor untuk tetap dalam kondisi

lagging. Isikan data pengukuran pada tabel 2.

4. Kemudian ambil alihkan semua beban ke generator 2. Pertahankan tegangan dan frekuensi

tetap konstan. Juga pertahankan power factor-nya tetap lagging. Ketika generator 1 tidak

lagi menghasilkan daya watt, buka saklar isolasi saluran. Dan matikan generator 1.

5. Hilangkan beban dari sistem. Atur kembali generator tetap mempunyai tegangan 320V, 50

Hz. Matikan generator 2.

6. Untuk mematikan generator :

a. Lepaskan semua beban dan matikan saklar isolasi saluran

b. Turunkan tegangan pengeksitasi medan generator sampai 0 volt. Matikan saklar

pemutus medan.

c. Turunkan kecepatan putar motor DC. Matikan motor DC dengan mematikan CB pencatu

tegangan DC 125 V. ubahlah posisi saklar Start – Run pada posisi “Start”.

Page 9: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

9

5. DATA HASIL PERCOBAAN :

Tabel 1. Data pengukuran tegangan, arus, power factor dan daya

NO BEBAN

TEGANGAN ARUS POWER

FACTOR DAYA (KW)

Frekuensi

(Hz ) (V) (A)

G1 G2 G1 G2 G1 G2 G1 G2 G1 G2

1. SS 300 300 0 1,5 1 0,98 0 0,81 50 50

2. SS + Ag 300 300 1,7 1,7 1 0,99 0,7 1 50 50

3. SS + Rs1 300 300 2,7 2,7 0,9 0,92 0,8 1 50 50

4. SS + Rs1 + Rs2 300 300 2,6 2,9 0,92 0,92 1,2 1,6 50 50

5. SS + Ag + Rs1 300 300 3,4 3,7 0,95 0,94 1,2 1,6 50 50

6. SS + Ag + Rs1 + Rs2 300 300 3,4 3,8 0,97 0,94 1,6 2 50 50

7. SS + Ag + Rs1 + Rs2 + Rs3 300 300 3,4 4 0,98 0,93 2,2 2,6 50 50

Tabel 2. Perbaikan Factor Daya

NO BEBAN

TEG (V) ARUS

COS PI

DAYA

SIN MVAR

BUS IND (A) (W)

1. R = 1000 Ω + XL = 600 Ω 200 0,3 0,8575 51,45 0,51 30,87

2. R = 500 Ω + XL = 300 Ω 200 0,6 0,8575 102,90 0,51 61,74

3. R=250 Ω + XL = 150 Ω 200 1,1 0,8575 188,65 0,51 113,19

4. R = 1000 Ω + XL = 600 Ω + XC = 2650 Ω 200 0,25 0,4384 21,92 0,90 44,94

5. R = 500 Ω + XL = 300 Ω + XC = 1325 Ω 200 0,5 0,4384 43,84 0,90 89,88

6. R=250 Ω + XL = 150 Ω + XC = 2650 Ω 200 1,05 0,0995 20,90 1,00 208,96

Page 10: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

10

Pertanyaan :

1. Bagaimana Pengaruh perubahan beban terhadap generator? Gambarkan grafik V

fungsi I dari tabel percobaan ke-1!

2. Jelaskan apa pengaruh perubahan arus eksitasi terhadap pf,f,I,kW dan V

generator! Buktikan dengan rumus.

3. Jelaskan secara singkat metode penyingkronan fasa dengan lampu fasa (phasing

lamp) dengan menggambarkan rangkaian)?

4. Jelaskan bagaimana memperbaiki pada system tenaga listrik?

5. Jelaskan pengaruh power factor terhadap tegangan system!

Jawaban

1. Pengaruhnya dapat mmbuat perubahan berarti terhadap kinerja generator dengan

menmbah beban akan menambah generator bekerja sehingga butuh tambahan arus

eksitasi yang membuat tambahan tegangan generator pada terminal keluaran.

2. Ea = - N. L 𝑑𝑖𝑒𝑥

𝑑𝑡 = - N. L

𝑑𝐼𝑀 (𝑒𝑥 ).𝑆𝑖𝑛 𝜔𝑡

𝑑𝜔𝑡

ω = 2.π.f

yang semula untuk membantu timbulnya beda fluksi untuk menimbulkan beda tegangan dalam

bentuk induksi elektromagnetik. Sehingga E (gaya elektromagnetik) berbanding lurus dengan arus

eksitasi dan dalam bentuk penguraiannya berbanding lurus dengan frekuensi dikarenakan ω≈f . Dan

0

1,7

2,7 2,6

3,4 3,4 3,4

1,51,7

2,72,9

3,7 3,84

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

SS SS + Ag SS + Rs1 SS + Rs1 + Rs2

SS + Ag + Rs1

SS + Ag + Rs1 + Rs2

SS + Ag + Rs1 + Rs2 +

Rs3

A

r

u

s

(

A)

Jenis Pembebanan

Grafik Tegangan Terhadap Arus

G1 G2

Page 11: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

11

selanjutnya pada urutan diatas maka setelah diasumsikan Ea≈ iex maka sehingga berbanding lurus

dengan tegangan generator karena bila Ea bertambah maka Va ikut bertambah dan sebaliknya bila

arus Ia pada beban bertambah maka akan mengurangi Ea.

Sehingga bila diurutkan maka daya akan berpengaruh banyak karena seperti diatas Va berbanding

lurus dan terbalik terhadap arus sehingga bila tegangan tetap akan tetapi menyebabkan arus

berubah maka daya P generator bertambah dan seiring pertambahan juga mempengaruhi power

factor.

3.Metoda sederhana yang dipergunakan untuk mensikronkan duagenerator atau lebih adalah

dengan mempergunakan sinkroskoplampu. Yang harus diperhatikan dalam metoda sederhana ini

adalahlampu – lampu indikator harus sanggup menahan dua kali teganganantar fasa.

Dalam memparallel generator syarat-syarat bila terpenuhi maka generator tersebut akan bekerja

sesuai dengan yang diinginkan. Apabila saat beroperasi dari dua atau lebih generator yang diparalel

syarat-syarat yang diatas tidak terpenuhi maka daya yang dikeluarkan akan berubah dari harga atau

besarnya daya yang keluarkan pada saat pemaralelan berhasil. Jika salah satu dari syarat

Page 12: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

12

pemaralelan tidak terpenuhi salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan

sinkronoskop lampu terang seperti gambar dibawah ini:

Synchronizing

lamps

A B C

a b c

V1

V2

L L L

Infinite bus

Circuit breaker

Prime

overSynchronous generator

It

Skematik diagram pemaralelan generator sinkron menggunakan sinkronoskop lampu.

Keterangan: EA, EB, ECvektor diagram dari infinite bus.

Ea, Eb, Ec vektor diagram dari generator

EAa,EBb, ECc vektor diagramdari sinkronoskop lampu.

Page 13: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

13

ECc

EC

EA

EAa

EA

EAa

Ea

Ec Eb

EB

EBb

Ea

EC

Ec

Eb

ECc

EB

EBb

EA

EC EB Ec

f1

Eb

Ea

f2

EAa

EA Ea

Eb

EBEBb

EC

ECc

Ec

EAaEA

Ea

EC

Ec

ECc

Eb

EB

EBb

(a)

(b) saat t = t2

(b) saat t = t1

(c) (d)

f

Vektor tegangan dari pemaralelan generator sinkron.

Ada beberapa cara untuk mensinkronkan kedua generator yaitu :

1. Dengan sinkronouskop lampu 2 terang 1 gelap.

Sinkronoskop jenis ini dapat dikatakan merupakan perpaduanantara sinkronoskop lampu

gelap dan terang. Prinsip dari sinkronoskopini adalah dengan menghubungkan satu fasa

sama dan dua fasa yangberlainan, yaitu fasa U dengan fasa U, fasa V dengan fasa W dan

fasaW dengan fasa V. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skemadibawah ini.

U 1 U 2= L u 0=

W1 W2= V 1 V 2=

LW-V

LU-W

Page 14: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

14

G

U V W

SU

S V

SW

L U

LV-W

LW-V

2. Dengan sinkronouskop lampu terang

Jenis sinkronoskop lampu terang pada prinsipnyamenghubungkan antara ketiga fasa, yaitu U

dengan V, V dengan Wdan W dengan U. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambarberikut:

U U=

W1 W2= V 1 V 2=

1 2

LV-W

L U-VLW-U

Page 15: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

15

G

U V W

SU

S V

SW

L W-U

LV-W

L U-V

Sinkronoskop jenis ini merupakan kebalikan dari sinkronoskoplampu gelap. Jika antara fasa

terdapat beda tegangan maka ketigalampu akan menyala sama terang dan generator siap

untuk diparalel.Kelemahan dari sinkronoskop ini adalah kita tidak mengetahui

seberapaterang lampu tersebut sampai generator siap diparalel.

3. Dengan sinkronouskop lampu gelap

Pada hubungan ini jika tegangan antar fasa adalah sama makaketiga lampu akan gelap yang

disebabkan oleh beda tegangan yangada adalah nol. Demikian juga sebaliknya, jika lampu

menyala makadiantara fasa terdapat beda tegangan. Ini dapat dijelaskan padagambar

berikut.

U 1 U 2= L u 0=

W1 W2= V 1 V 2=

L W=0 L V=0

V2 LV

LU

LW

W2

W1

U1

U2

V1

Page 16: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

16

G

U V W

SU

S V

SW

L W

L V

L U

4. Cara meperbaikinya dari sisi supply adalah dengan pengatiran secara load shedding dan

load sharing, secara distribusi dengan cara penambahan secara teknis dengan

penambahan reactor inductor dan pemasangan kapasitor juga pada sisi pembangkit

ditambahkan synchronous condenser juga bisa ditambahkan dengan VAR compensator.

5. Seperti di nomor 2 diatas dengan menyamakan persamaan diatas sehingga seiring power

factor sehingga bila tertinggal membuat tegangan terminal bertambah dan sebaliknya.

6. ANALISA :

Dengan memahami operasi dari power system maka dapat diketahui bahwa saat pemaralelan

generator dapat ditambahkan beban akan tetapi ada fluktuasi pengaturan baik dari arus eksitasi

dan juga dari segi frekunsi dengan mengatur prime mover sehingga tegangan system terjaga. Dan

yang terjadi adaqlah penambahan arus di distribusi sehingga penambahan daya pada sisi supply.

Untuk sisi industry ternyata dengan penambahan kapasitor jangan terlalu

banyak dan membuat system perlu sekedar denga penambahan kapasitor untuk mengurangi rugi

secara induktif.

Page 17: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

17

7. KESIMPULAN :

Cara kerja power system hampden dapat mebuat mengetahui kinerja dari system

transmisi

Dapat mengatur seperlunya untuk tegangan dan frekuensi melaui pengaturan arus

eksitasi dan prime mover

Power factor dapat mempengaruhi arus eksitasi dan membuat banyak perubahan

tegangan dan arus.

Page 18: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

18

SIMULASI PERCOBAAN PEMBEBANAN GENERATOR 3 PHASE

DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

KONDISI SEBELUM SIMULASI DIJALANKAN

Page 19: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

19

KONDISI SIMULASI TANPA GENERATOR 2

Page 20: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

20

SIMULASI TANPA GENERATOR 1

Page 21: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

21

SIMULASI TANPA BEBAN 2 DAN PERBAIKAN DAYA

Page 22: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

22

SIMULASI SS

Page 23: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

23

SIMULASI SS + AG

Page 24: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

24

SIMULASI SS + RS 1

Page 25: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

25

SIMULASI AG + RS 1

Page 26: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

26

SIMULASI SS + RS 1

Page 27: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

27

SIMULASI AG + RS 1 + RS 2

Page 28: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

28

SIMULASI SS + AG + RS 1

Page 29: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

29

SIMULASI BEBAN 2 NO.1

Page 30: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

30

SIMULASI BEBAN 2 NO 2

Page 31: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

31

SIMULASI BEBAN 2 NO 3

Page 32: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

32

SIMULASI BEBAN 2 NO.1 + C1

Page 33: Laporan Lab Operasi Gen 3 Fasa

Lab Sistem Tenaga II D4-4A Sistem Kelistrikan – Teknik Elektro

33

SIMULASI BEBAN 2 NO.2 + C2