laporan kunjungan rumah

Upload: sitti-rahmadani-saranani

Post on 12-Oct-2015

226 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

kunjungan rumah pasien ISPA

TRANSCRIPT

STUDI KASUS

JUDUL KASUS KEDOKTERAN KELUARGA : ISPA

TINJAUAN PUSTAKA

1. DefinisiInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi yang terutama mengenai struktur saluran pernapasan diatas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan. Gambaran patofisioliginya meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya sekresi mukus, dan perubahan dan struktur fungsi siliare.

2. EtiologiBakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronovirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain.Etiologi pneumonia pada balita sukar untuk ditetapkan karena dahak biasanya sukar untuk diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan immunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Penetapan etiologi pneumonia yang dapat diandalkan adalah biakan dari aspirat paru dan darah. Tetapi pungsi paru merupakan prosedur yang berisiko dan bertentangan dengan etika jika hanya dimaksudkan untuk penelitian. Oleh karena itu di Indonesia masih menggunakan hasil penelitian dari luar negeri. Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab ISPA atau etiologinya : a. Grup B Streptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan penyebab yang paling umum pada neonatal (bayi berumur 1-28 hari) dan merupakan transmisi vertikal dari ibu sewaktu persalinan. b. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptococcus Pneumoniae. c. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering dari pneumonia, yaitu respiratory syncytial virus. d. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya penyebab dari pneumonia adalah bakteri. Pada penelitian lain Streptococcus pneumoniae merupakan patogen paling banyak sebagai penyebab pneumonia pada semua pihak kelompok umur. Menurut WHO, penelitian di berbagai negara juga menunjukkan bahwa di negara berkembang Streptococcus pneumoniae dan Haemofilus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada 2/3 (dua pertiga) dari hasil isolasi yaitu 73,9% aspirat paru dan 69,1% hasil isolasi dari spesimen darah. Bakteri merupakan penyebab utama dari pneumonia pada balita. Diperkirakan besarnya presentase bakteri sebagai penyebabnya adalah sebesar 50%. Sedangkan di negara maju, saat ini pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.

3. Tanda dan GejalaTanda dan gejala ISPA sangat bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal napas apabila tidak mendapat pertolongan dan dapat mengakibatkan kematian

4. Klasifikasi ISPAa. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Atas (ISPaA), yaitu infeksi yang menyerang hidung sampai epiglotis, misalnya rhinitis akut, faringitis akut, sinusitus akut dan sebagainya.b. Infeksi Saluran Pernafasan Akut bagian Bawah (ISPbA). Dinamakan sesuai dengan organ saluran pernafasan mulai dari bagian bawah epiglotis sampai alveoli paru misalnya trakhetis, bronkhitis akut, pneumoni dan sebagainya. Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA) dikelompokkan dalam dua kelompok umur yaitu (1) pneumonia pada anak umur 2 bulan hingga 5 tahun dan (2) pneumonia pada bayi muda yang berumur kurang dari dua bulan.

5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi ISPAa. UmurPrevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah (pneumonia) lebih tinggi pada umur yang lebih muda. Ini terlihat dari hasil SDKI tahun 1997 yang menunjukkan prevalensi pneumonia paling tinggi terdapat pada kelompok umur 6-11 bulan yaitu 12%. Hasil penelitian Kartasasmita di Cikutra (1993) didapatkan bahwa insiden dan lamanya anak menderita ISPA menurun dengan bertambahnya umur.b. Jenis KelaminBerdasarkan hasil SDKI tahun 1997 menunjukkan adanya perbedaan prevalensi 2 minggu pada balita dengan batuk dan napas cepat (yang merupakan ciri khas pneumonia) antara anak laki-laki dengan perempuan, dimana prevalensi untuk anak laki-laki adalah 9,4% sedangkan untuk anak perempuan 8,5% (Depkes RI,1997).Ada kecendrungan anak laki-laki lebih sering terserang infeksi dari pada anak perempuan, tetapi belum diketahui faktor yang mempengaruhinya (Soetjiningsih, 1995).c. Status ImunisasiTelah diketahui secara teoritis, bahwa imunisasi adalah cara untuk menimbulkan kekebalan terhadap berbagai penyakit (Kresno, 2000). Dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Sebodo (1996), didapatkan proporsi kasus balita penderita ISPA terbanyak terdapat anak yang imunisasinya tidak lengkap (10,25%).d. Status ASI EksklusifPenelitian-penelitian yang dilakukan pada sepuluh tahun terakhir ini menunjukkan bahwa ASI kaya akan faktor antibodi cairan tubuh untuk melawan infeksi bakteri dan virus. Penelitian di Negara-negara sedang berkembang menunjukkan menunjukkan bahwa ASI melindungi bayi terhadap infeksi saluran pernapasan berat (Djaja, 2000).Jika produksi ASI cukup, pertumbuhan bayi umur 4-5 bulan pertama akan memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi menjadi 2 kali lipat dari pada berat badan lahir, maka sampai umur 4-5 bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada bayi tersebut (Pudjiadi, 2000). Lemahnya koordinasi menelan pada bayi umur dibawah 4 bulan dapat menimbulkan aspirasi kedalam saluran pernapasan menjadi pemicu untuk terjadinya infeksi saluran pernapasan (Ngastiyah, 1997).e. Berat Badan LahirBerat badan lahir rendah ditetapkan sebagai suatu berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi karena bayi rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah (Ngastiyah, 1997). Menurut Sulistyowati dalam Djaja (2000) bayi dengan berat badan lahir rendah mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada bayi berat badan lebih dari 2500 gram saat lahir selama satu tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah penyebab terbesar kematian akibat infeksi pada bayi yang baru lahir dengan berat badan rendah, bila dibandingkan dengan bayi yang beratnya diatas 2500 garam.f. Pencemaran Udara Dalam LingkunganPencemaran udara di dalam rumah selain berasal dari luar ruangan dapat pula berasal dari sumber polutan di dalam rumah terutama aktivitas penghuninya antara lain, penggunaan biomassa untuk memasak maupun pemanas ruangan, asap dari sumber penerangan yang menggunakan bahan bakar, asap rokok, penggunaan obat anti nyamuk, pelarut organik yang mudah menguap (formaldehid) yang banyak dipakai pada peralatan perabot rumah tangga dan sebagainya (Mukono, 1997). Menurut soesanto (2000) yang dikutip dari Samsuddin (2000), rumah dengan bahan bakar minyak tanah baik untuk memasak maupun sumber penerangan memberikan resiko terkena ISPA pada balita 3,8 kali lebih besar dibandingkan dengan bahan bakar gas. Asap rokok dalam rumah juga merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran udara dalam ruangan. Hasil penelitian yang dilakukan Charles (1996), menyebutkan bahwa asap rokok dari orang yang merokok dalam rumah serta pemakaian obat nyamuk bakar juga merupakan resiko yang bermakna terhadap terjadinya penyakit ISPA.Penggunaan obat anti nyamuk bakar sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan karena hasilnya asap dan bau yang tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indra Chahaya pemakaian obat nyamuk bakar mempunyai exp (B) 19,97 yang berarti faktor pemakaian obat nyamuk bakar mempunyai 19 kali beresiko terhadap terjadiya ISPA.g. VentilasiVentilasi adalah suatu usaha untuk menyediakan udara segar, mencegah akumulasi gas beracun dan mikroorganisme, memelihara temperatur dan kelembaban optimum terhadap udara di dalam ruangan. Ventilasi yang baik akan memberikan rasa nyaman dan menjaga kesehatan penghuninya (Mukono, 1997).Penelitian yang dilakukan oleh Soewasti (2000) membuktikan bahwa ventilasi berhubungan dengan kejadian ISPA. Penderita ISPA banyak di temukan pada masyarakat yang mempunyai Ventilasi rumah dengan perhawaan paling kecil (0-0,99 m).h. Kepadatan HunianKepadatan hunian dapat mempengaruhi kualitas udara di dalam rumah, dimana semakin banyak jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara di dalam rumah akan mengalami pencemaran. Hal ini sesuai dengan penelitian Achmadi (1990) yang dikutip oleh Chahaya (2005), bahwa rumah yang padat sering kali menimbulkan gangguan pernapasan terutama pada anak-anak dan pengaruh lain pada anak-anak adalah mereka menekan tumbuh kembang mentalnya. Menurut hasil penelitian Hidayati (2003) yang di kutip oleh Agustama (2005) menunjukkan bahwa dengan kepadatan rumah yang tidak memenuhi syarat terhadap terjadinya ISPA pada balita sebesar 68% dimana jika terjadi kepadatan dalam hunian kamar akan menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan fisik, mental maupun moril. Rumah dengan penghuni kamar yang padat akan memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernapasan.

A. IDENTITAS PASIEN Nama: An. FahriUmur: 6 tahunAlamat: Kel. Teporombua, belakang kantor Camat BarugaPekerjaan: -Suku: BugisAgama: Islam

Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal serumah No. NamaHub. KeluargaUmur/JKPekerjaan Ket.

1Tn. TamrinAyah 46 / LStaf di STAINsehat

2Ny. HarsiahIbu38 / PGuru SDGIVPIIIA0

3An. RafiAnak 8 / Lsiswasehat

4An. FahriAnak6 / LSiswa Sakit

5An. ZahraAnak3 / P-sakit

6Nn. Imelsepupu17 / Pmahasiswasehat

B. Anamnesis :

Seorang anak, 6 tahun datang ke Puskesmas diantar Ibunya untuk dengan keluhan batuk kering yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Batuk terus menerus, demam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), pilek (+) sejak 1 minggu yang lalu, sakit tenggorokan (-), sesak napas (-), NUH (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK kesan normal. Sebelum ke puskesmas, pasien pernah meminum obat yang dibeli Ibunya di apotek, namun keluhan belum berkurang. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+), riwayat kontak dengan orang yg bergejala sama (-). Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga (+) yaitu adik pasien. Riwayat kebiasaan : pasien sering mengkonsumsi makanan ringan yang dibeli di warung.C. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : sakit ringanTanda Vital Tekanan darah : 100 / 70 mmHgFrekwensi nadi : 68 x/mntFrekwensi nafas : 16 x/mntSuhu : 36,5 oCKepala: dbnKulit: dbnMata: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)Telinga: serumen (-)Hidung: sekret (+)Tenggorok: T1T1 , hiperemis (-)Leher: pembesara KGB (-)Thorax:PulmoInspeksi: simetris ki = kaPalpasi : vokal fremitus ki = kaPerkusi: sonor (+)Auskultasi: vesikuler (+/+) , BT : (-/-)CorInspeksi: ictus cordis tidak tampakPalpasi: ictus cordis terabaPerkusi: pekak (+)Auskultasi: BJ I/II reguler, bising (-)Abdomen:Inspeksi: datar, ikut gerak napas (-)Palpasi: massa tumor (-), pembesaran hepar dan lien (-), Perkusi: timpani (+)Auskultasi: bising usus (+), 6 x/ menitGenito Urinaria : tidak diperiksaEkstremitas:Edema : (-)Akral dingin : (-)Cap refill : 2 detikPemeriksaan Kelenjar limfeLeher;Kanan :

Normal Kiri :

Normal

AxillaKanan :

Normal Kiri :

Normal

InguinalKanan :

Tidak diperiksaKiri :

Tidak diperiksa

DPemeriksaan penunjang yang diperlukan, ditulis dengan lengkap . Pemeriksaan biakan kuman (swab) Hb, Leukosit, LED

EAlasan mengapa diperlukan pemeriksaan penunjang tersebut, ditulis dengan lengkap . Pemeriksaan biakan dilakukan untuk mengetahui kuman penyebab dari ISPA Pemeriksaan Hb, Leukosit, dan LED untuk memastikan terjadinya infeksi

FHasil laboratorium , atau prakiraan hasil laboratorium, ditulis dengan lengkap Tidak dilakukan

GDiagnosis kerja ISPA rhinitis

HDiagnosis Banding ISPA pharingitis

IPenyelesaian masalah yang dihadapi pasien Penyelesaian masalah pasien ini adalah dengan meminum obat yang didapat dari Puskesmas Tidak mengkonsumsi makanan ringan / snack Membiasakan cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas Menggunakan masker

JKapan menurut anda pasien ini perlu dirujuk Pasien ini dirujuk apabila penyebab ISPA adalah pneumonia

KPenjelasan yang anda sampaikan pada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang di derita. Penjelasan bahwa ISPA merupakan penyakit infeksi akut pada saluran napas, mulai dari hidung sampai alveoli paru - paru. ISPA merupakan masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan, dan merupakan penyakit menular melalui droplet atau percikan dahak, sehingga perlu keaktifan dari keluarga untuk mencegah terjadinya ISPA Pencegahan ISPA dapat dilakukan dengan mebiasakan diri hidup sehat seperti mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas, mandi 2 kali sehari, mengkonsumsi makanan yang sehat dan bersih, dan menggunakan masker bila ada orang yang batuk.

LPenjelasan yang anda sampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita Kesembuhan pasien sangat bergantung dari peranan keluarga dalam memotivasi dan memberikan semangat serta mengingatkan pasien untuk menjalani pola hidup sehat

MPenyuluhan yang anda lakukan pada pasien dan keluarganya. Edukasi pasien dan Ibunya tentang ISPA Membatasi konsumsi snack snack dan makanan berpengawet lainnya Menghindari asap rokok Istirahat yang cukup Mengurangi aktivitas di luar rumah Menggunakan masker

NUpaya pencegahan yang anda sampaikan pada keluarganya

Primer: Edukasi kepada keluarga bahwa mencegah terjadinya penyakit lebih baik daripada mengobati. Edukasi kepada keluarga pasien pentingnya mencuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas Edukasi kepada pasien dan keluarga agar rajin mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan menghindari makanan yang berpengawetSekunder: Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk rajin berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang gejala, penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.Tersier: Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan

KEGIATAN YANG DILAKUKAN SAAT KUNJUNGAN RUMAHMelakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik APerjalanan penyakit saat ini :(uraikan perjalanan penyakit sejak gejala mulai dirasakan, obat-obatan yang telah diminum, kondisi yang dirasakan saat ini setelah berobat dikelinik, sikap dan perilaku pasien dan keluarganya terhadap masalah kesehatan yang dialami)

Seorang anak, 6 tahun datang ke Puskesmas diantar Ibunya untuk dengan keluhan batuk kering yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Batuk terus menerus, demam (-), nyeri kepala (-), pusing (-), pilek (+) sejak 1 minggu yang lalu, sakit tenggorokan (-), sesak napas (-), NUH (-), mual (-), muntah (-). BAB dan BAK kesan normal. Sebelum ke puskesmas, pasien pernah meminum obat yang dibeli Ibunya di apotek, namun keluhan belum berkurang. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+), riwayat kontak dengan orang yg bergejala sama (-).

BRiwayat penyakit keluarga :(uraian penyakit yang ada pada keluarga baik yang sama, berbeda, maupun yang tidak berhubungan dengan masalah yang ada saat ini, termasuk bagaimana cara anggota keluarga tersebut menghadapinya)

Adik pasien juga mengalami keluhan yang sama sejak 4 hari yang lalu

CRiwayat penyakit dahulu.(baik yang sama maupun yang berbeda dengan sekarang, riwayat pengobatan dan pelayanan kesehatan yang pernah diperoleh termasuk pencegahan spesifik yang pernah diterima)

Pasien sering mengalami keluhan yang sama dan sembuh dengan pengobatan dari Puskesmas

Diagnosis holistikDAspek personal (alasan berobat, harapan dan kekhawatiran) Pasien berobat karena merasa tidak nyaman setelah 1 minggu batuk, dan juga ada kekhawatiran dari keluarga batuk yang dialami anak bisa bertambah parah bila tidak diobati

EAspek risiko internal(merupakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien)

Faktor usia, usia pasien yang masih anak anak memiliki risiko lebih tinggi terkena ISPA

FAspek psikososial keluarga(merupakan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien) Kebiasaan pasien yang sering mengkonsumsi makanan berpengawet Kebiasaan pasien yang sering bermain di luar rumah Kebiasaan pasien yang jarang mencuci tangan

Diagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

G. SOSIALAdalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam mempersiapkan anggota keluarga untuk terjun ke tengah masyarakat termasuk di dalamnya pendidikan formal dan informal untuk dapat mandiri.

Komponen penilaian yang digunakan adalah jenjang pendidikan formal, pendidikan informal yang pernah diikuti, hubungan dengan masyarakat sekitar, keaktifan dalam berorganisasi, riwayat pekerjaan dsb.Pasien masih bersekolah di taman kanak kanak, dan masih sering bermain di luar rumah. Pasien termasuk anak yang aktif.Kedua orang tua pasien adalah PNS, pendidikan terkhir D3, dan keluarga ini berhubungan baik dengan tetangga

H. Ekonomi Adalah sikap dan perilaku keluarga selama ini dalam usaha pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tertier.

Komponen penilaian yang digunakan bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan uang, namun pemenuhan kebutuhan lainnya, komponen untuk penilaian ekonomi bukan hanya pemilikan barang-barang elektronik, namun termasuk gaya hidup dan prioritas penggunaan uang.

Penghasilan dalam keluarga ini 4 juta per bulan dan dirasa cukup dalam memenuhi kebutuhan sehari hari, baik kebutuhan primer maupun sekunder.

I. Penggunaan pelayanan kesehatanPerilaku keluarga apakah datang ke posyandu, puskesmas dsb untuk preventif atau hanya kuratif, atau kuratif ke pengobatan komplementer dan alternatif, sebutkan jenisnya dan keseringannya.

keluarga sering berobat ke Puskesmas bila ada yang sakit. Namun keluarga lebih aktif dalam upaya kuratif daripada preventif

J. Perilaku yang tidak menunjang kesehatan.Merokok, alkohol, begadang, narkoba, dll

Dalam keluarga tidak ada yang merokok atau megkonsumsi alkohol, narkoba, dsb

K. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungankehidupan keluargaTabel : Faktor pelayanan kesehatanFaktor Keterangan Kesimpulan tentang faktor pelayanan kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan yang digunakan oleh keluargaKeluarga sering ke Puskesmas bila ada yang sakit, namun biasanya keluarga membeli obat di aoptek atau di warung terlebih dahulu sebelum ke Puskesmas

Cara mencapai sarana pelayanan kesehatan tsb

Cara mencapai Puskesmas adalah dengan menggunakan kendaraan pribadi ( kendaraan roda dua)

Tarif pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat mahal,mahal, terjangkau, murah, gratis)

Gratis karena menggunakan BPJS

Kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan(sangat baik, baik, biasa, kurang baik, buruk)

Kualitas pelayanan kesehatan yang dirasakan pasien adalah baik

L. Lingkungan tempat tinggal.Kepemilikan rumah : (milik sendiri, kontrak, menumpang.)

Daerah perumahan : (kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,) Milik sendiri

Daerah padat dan bersih

Karakteristik rumah dan lingkungan

Luas rumah 16x 6 m2

Bertingkat / tidaktidak

Jumlah penghuni rumah 7 orang

Luas halaman rumah 6 x 1 m

Kondisi halaman : kumuh, sedang, bersih.bersih

Lantai rumah dari tegel

Dinding rumah dari tembok

Kondisi dalam rumah bersih

P. INTERVENSI PADA KELUARGAHari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT.

Kunjungan pertama,

9 Juni 2014.......................

a. Edukasi pasien tentang hipertensiPengenalan tentang ISPA, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan dan pencegahan. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan diskusi dengan pasien.b. Membatasi konsumsi snack snack dan makanan berpengawet lainnyac. Menghindari asap rokok d. Istirahat yang cukupe. Mengurangi aktivitas di luar rumahf. Menggunakan masker atau menutup mulut ketika batuk

Tindak lanjut

10 Juni 2014

Follow up sejauh mana pasien mengerti dan melaksanakan intervensi yang telah diberikan.

I. Kepustakaan:

1. Andrews JL, Badger TL. 1979. LungSoundsthroughAges. JAMA.

2. Cumming G, Semple SJ. 1973. Disorders of theRespiratorySystem. BlackwellScientificPublication. 3. Forgacs P. 1978. TheFunctionalBasis of PulmonarySounds. Journal of Circulation, Respiration, and RelatedSystem4. Goodman D. Bronchitis. Dalam :Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders, 2003 : 1414-5. 5. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam :Kendig EL, Chernick V, penyunting. KendigsDisorders of theRespiratoryTract in Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59. 6. Pasterkamp H, Kraman SS, Wodicka GR. 1997. RespiratorySounds. American Journal of Respiratory and Critical Medicine

Pembimbing :

dr. Indriani Hafizah

Lampiran. Dokumentasi Kunjungan Rumah

16