laporan konseling

41
LAPORAN PRAKTIK KONSELING: MODEL KONSELING BEHAVIOR Tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling Oleh : NISA FITRIANI 201410440211017 Magister Psikologi Sains Direktorat Pasca Sarjana UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1

Upload: nisa-supari

Post on 07-Jul-2016

381 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

gasjsyayausuay

TRANSCRIPT

Page 1: laporan konseling

LAPORAN PRAKTIK KONSELING: MODEL KONSELING BEHAVIOR

Tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling

Oleh :

NISA FITRIANI 201410440211017

Magister Psikologi Sains

Direktorat Pasca Sarjana

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

1

Page 2: laporan konseling

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan

petunjuk, sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul LAPORAN

PRAKTIK KONSELING: MODEL KONSELING BEHAVIOR dengan baik tanpa

ada halangan berarti. Tujuan dari penyusunan paper ini adalah untuk mengetahui model

konseling yang relevan dengan karakteristik dan harapan praktikan. Secara khusus

tujuan penulisan paper ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir mata

kuliah psikologi konseling.

Pengerjaan paper ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak khususnya dosen pengampu mata kuliah psikologi konseling, yaitu Ibu Nur.

Semoga dengan adannya penyusunan paper ini akan memberikan kontribusi bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang psikologi dan konseling.

Secara khusus memberikan kontribusi bagi mahasiswa pascasarjana psikologi

Universitas Muhammadiah Malang.

Penulis

2

Page 3: laporan konseling

DAFTAR ISI

Halaman

COVER........................................................................................................1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................4

B. Rumusan Masalah....................................................................................5

BAB II LAPORAN KONSELING

A. Agenda Kegiatan.....................................................................................6

B. Identifikasi konseli...................................................................................6

C. Pelaksanaan Konseling............................................................................7

BAB III HASIL KONSELING

A. Hasil Konseling.....................................................................................19

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN

A. Evaluasi.................................................................................................20

B. Pembahasan ..........................................................................................21

BAB V PENUTUP

A. Penutup..................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................24

LAMPIRAN..............................................................................................25

3

Page 4: laporan konseling

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling behavior berakar dari berbagai kegiatan eksperimen laboratorik tentang

belajar. Salah satu karakteristik konseling behavior adalah tidak adanya dominasi teori

tunggal. Menurut Corey (2010: 196) ketimbang memandang konseling behavior

sebagai pendekatan tingkah laku yang dipersatukan dan tunggal, lebih tepat

menganggapnya sebagai intervensi yang mencakup berbagai prinsip dan metode yang

belum dipadukan ke dalam suatu sistem yang dipersatukan. Meskipun demikian, tujuan

utama dari konseling behavior adalah perubahan perilaku manusia.

Konseling behavior berkembang pesat dengan ditemukannya sejumlah teknik-

teknik pengubahan perilaku, baik yang menekankan pada aspek fisiologis, perilaku,

maupun kognitif (Hackmann dalam Latipun, 2015: 90). Melalui perkembangannya,

pendekatan behavior memberikan sumbangan-sumbangan yang berarti, baik di bidang

klinis maupun pendidikan. Lebih luas, prosedur behavior dapat diimplementasikan

dalam bidang gangguan perkembangan, mental illness, psikologi sosial, psikologi

klinis, rehabilitasi, bisnis, pendidikan dan pendidikan khusus, manajemen diri, sport

psychology, perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dan gerontology (Corey, 2009:

234).

Pelaksanaan konseling behavioral berbeda dengan model konseling lainnya, yaitu

lebih mengutamakan prosedur yang sistematis dan evaluasi teknik. Hal tersebut

sekaligus menjadi tantangan bagi para praktisi untuk dapat mengaplikasikan prosedur

konseling behavior dengan menggunakan teknik yang tepat terhadap kasus yang akan

4

Page 5: laporan konseling

ditangani. Konseling behavioral memiliki empat prosedur yang sistematis dalam proses

konseling, yaitu melakukan assessment, menetapkan tujuan (goal setting),

implementasi teknik, evaluasi,  dan pengakhiran. Terdapat beberapa perubahan

sigifikan antara konseling behavior tradisional dengan konseling behavior

kontemporer. Pada konseling behavior kontemporer lebih megedepankan adanya

kejasama antara konselor dan konseli pada proses pelaksanaan konseling. Oleh karena

itu untuk dapat memahami model konseling behavior secara lebih komprehensif, akan

dilakukan praktik konseling behavior yang dilaksanakan di SMA Al-Ma’arif Singosari.

B. Tujuan

Laporan praktik konseling ini bertujuan untuk mengetahui model konseling yang

relevan dengan karakteristik dan harapan praktikan.

5

Page 6: laporan konseling

BAB II

LAPORAN KONSELING

A. Agenda Kegiatan

Pelaksanaan konseling berlangsung selama tiga (3) hari. Berikut adalah rincian

kegiatan konseling yang dilaksanakan di SMA Al-Ma’arif:

Pertemuan ke: Kegiatan Hari,

Tanggal

Waktu Instrument

1 Assessment Senin, 1

Juni 2015

11.00-

12.30

Notebook,

alat tulis, dan

perekam

(HP)

2 Introduction

Angket dan tes

grafis

Konseling

Senin, 8

Juni 2015 08.30-

12.30

HVS

Perekam

(HP),

notebook,

dan alat tulis

3 Follow up

B. Identifikasi Konseli

Identifikasi konseli merupakan sebuah proses dalam menemukan dan

mendapatkan konseli yang dipandang membutuhkan layanan konseling dari praktikan.

Untuk memperoleh konseli yang membutuhkan bantuan konseling behavioral,

6

Page 7: laporan konseling

praktikan melakukan assessment berupa wawancara kepada guru BK dan observasi.

Diperoleh empat konseli dari hasil diskusi dengan guru BK dan observasi di lapangan.

Secara umum dari keempat konseli bermasalah dalam hal kedisiplinan dan prestasi

belajar, sedangkan satu lainnya bermasalah dalam hal kecanduan rokok.

C. Pelaksanaan Konseling

Berikut ini rincian pelaksanaan konseling yang dilaksanakan oleh empat siswa

SMA Al-ma’arif. Demi menjaga kerahasiaan konseli, maka nama akan disamarkan:

KASUS I

Identitas

Nama : A

Kelas : XI IPS 1

Alamat : Jl. Kenanga No. 2 Perum Bedali Indah Lawang Malang

Hobi : nyantai (diam)

Cita-Cita : diharapkan banyak orang (terserah mau jadi apa)

Pelajaran yang disukai : seni budaya

Pelajaran yang tidak disukai : selain seni budaya

Kesan untuk sekolah : Guru nya ribet, merasa muridnya butuh jadi semena-

mena gurunya

Proses Konseling

Proses konseling dimulai melalui membangun hubungan baik (raport) dengan

konseli dan menjelaskan mengenai prosedur konseling serta meyakinkan konseli terkait

kode etik konseling untuk menjaga kerahasiaan data-data dari konseli. Kemudian

7

Page 8: laporan konseling

praktikan mulai melakukan prosedur konseling bahavior. Berikut tahap-tahap dan

deskripsinya:

Assessment

Tes grafis

Dari hasil tes grafis yang diinterpretasikan oleh Lutfi Fauziah (Sarjana Psikologi),

ditemukan bahwa A memiliki masalah masa lalu yang sampai saat ini belum bisa

diselesaikan. A juga memendam amarah dan dendam dengan seseorang serta cenderung

introvert. Melihat hasil tes grafis tersebut membuat praktikan semakin tertarik untuk

menggali lebih dalam permasalahan A, terutama mengenai ketidakdisiplinan dia, karena

ada indikasi jika hal tersebut dilatarbelakangi oleh kondisi keluarga.

Wawancara

A adalah anak ke tiga (3) dari lima bersaudara. Hubungan A dengan kakak-kakak

nya tidak terlalu baik. Dia berargumen bahwa kakaknya terlalu diktaktor dan tidak

bertanggung jawab pada keluarga. Ayah sudah meninggal dunia. Sedangkan kakak-

kakak A kurang memperhatikan kondisi ekonomi keluarga walaupun sudah bekerja.

Sebagai seorang kakak yang bertanggung jawab pada adik-adiknya, A lah yang

mengurus kedua adiknya terutama untuk mengantar adik nya ke sekolah. A menjelaskan

bahwa dia sering terlambat ke sekolah disebabkan karena harus mengantar adik-adiknya

ke sekolah. A kesulitan untuk mengatur waktunya dan menyuruh adik-adiknya untuk

berangkat ke sekolah lebih awal. A biasa sampai di sekolah sekitar jam 07.00 padahal

jam masuk sekolah adalah jam 06.45.

Secara spesifik rincian kegiatan A sebelum berangkat ke sekolah adalah bangun

jam 05.30 lalu prepare sampai jam 06.00 dan menunggu adik-adiknya prepare

biasanya sampai jam 06.30. Sampai di sekolah adiknya sekitar jam 06.45 dan baru

8

Page 9: laporan konseling

sampai di sekolah jam 07.00. A sudah pernah meminta adiknya untuk berangkat lebih

awal, akan tetapi adiknya tidak mau karena mereka tidak mau berlama-lama di sekolah

untuk menunggu jam masuk sekolah. Sedangkan saat A meminta kakaknya untuk

mengantar adiknya ke sekolah mereka tidak mau, dengan alasan terburu-buru berangkat

kerja.

Selain permasalahan terkait kedisiplinan, konseli juga bermasalah terkait prestasi

belajar. A sering terlambat untuk mengumpulkan tugas. A menyalahkan guru-gurunya

karena telah menyulitkan A untuk dapat mengumpulkan tugas dan meminta tugas

tambahan. Menurut informasi yang diperoleh dari guru BK A berisiko untuk tidak naik

kelas. A juga tidak memiliki semangat sekolah, dia memiliki fikiran irasional jika

sekolah tidak ada gunannya, karena ketika lulus sekolah dan bekerja, semua mata

pelajaran tidak akan bermanfaat.

Disimpulkan bahwa Antecedent, Behavior, dan Consequences adalah:

Antecedent Mengantar adik ke sekolah, menejemen

waktu kurang baik, dan adik tidak mau

berangkat ke sekolah lebih awal.

Behavior Terlambat sekolah

Consequences Membolos dan memperoleh teguran guru.

Formulasi tujuan konseling behavior

Konseli dan praktikan bersama-sama menentukan tujuan utama pelaksanaan

konseling dan menanyakan kesanggupan konseli untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan konseling behavioral adalah A datang ke sekolah maksimal jam 06.45.

9

Page 10: laporan konseling

Implementasi Teknik

Praktikan menjelaskan mengenai teknik yang akan diberikan kepada konseli dan

memastikan kesanggupan konseli untuk melaksanakannya. Teknik yang diberikan

adalah self management (tidak dijelaskan secara tersurat pada saat proses konseling),

kontrak perilaku, reinforcement sekunder, dan token ekonomi. Terdapat salah satu

teknik yang tidak diinginkan oleh konseli yaitu token ekonomi, dia merasa bahwa dia

bukan anak kecil lagi dan tidak sepantaskan jika dia harus diberi iming-iming reward

dahulu untuk mencapai perubahan perubahan perilaku.

Evaluasi / monitoring

Karena keterbatasan waktu (mendekati liburan sekolah), praktikan hanya dapat

melaksanakan monitoring selama empat hari, yaitu tanggal 9-11. Berikut adalah data

evaluasi:

Tanggal 9 Juni 2015 10 Juni 2015 11 Juni 2015

Waktu masuk

sekolah

6.40 6.50 7.30

Pada hari pertama evalusi diketahui bahwa A sudah dapat datang ke sekolah

kurang dari jam 6.45. Akan tetapi pada hari ke dua dan hari ke tiga terjadi penurunan. A

beralasan apabila saat itu sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar. Puncaknya adalah

pada tanggal 11 Juni 2015 dia masuk jam 07.30 alasan dia adalah dia harus mengantar

kakaknya ke terminal arjosari. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru BK

diketahui bahwa pada saat itu memang bukan waktu efektif untuk dapat memberikan

intervensi terkait kedisiplinan.

10

Page 11: laporan konseling

Penutup

Penutup berupa kegiatan follow up dilaksanakan pada tanggal13 Juni 2015.

Praktikan bersama konseli melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan intervensi dan

memberikan support pada konseli untuk menjaga kestabilan perubahan perilakunya.

KASUS II

Identitas

Nama : B

Kelas : XI IPS 2

Alamat : Jl. MT. Haryono gang 21

Hobi : sepak bola

Cita-Cita : polisi

Pelajaran yang disukai : agama

Pelajaran yang tidak disukai : B.inggris

Kesan untuk sekolah : guru-guru tidak boleh banyak ngatur

Proses Konseling

Proses konseling dimulai dengan membangun hubungan baik pada konseli dan

menjelaskan mengenai prosedur konseling serta meyakinkan konseli terkait kode etik

konseling untuk menjaga kerahasiaan data-data dari konseli. Kemudia praktikan mulai

melakukan prosedur konseling bahavior. Berikut tahap-tahap dan deskripsinya:

Assessment

Tes grafis

Berdasarkan hasil tes grafis disimpulkan bahwa karakter B adalah ragu-ragu,

mudah cemas, dan tidak konsisten. Hal tersebut dilihat dari cara B menggoreskan pena.

11

Page 12: laporan konseling

Wawancara

B adalah seorang anak perantauan dari NTT. Di malang dia tinggal di kontrakan

bersama teman-temannya satu kampung. Sama halnya dengan A, B juga bermasalah

dengan kedisiplinannya. Dia sering membolos, dan ketika pulang sekolah dia pergi ke

warung kopi dekat sekolah bersama A. B mengatakan jika dia memiliki cita-cita sebagai

seorang polisi. Di sisi lain dia adalah pecandu rokok berat. Dalam satu hari dia bisa

menghabiskan lebih dari satu bungkus rokok. Perlu diketahui bahwa orang tua B

melarang B untuk merokok akan tetapi ketika di malang dia bisa leluasa merokok

ditambah lagi teman-temannya satu kontrakan adalah seorang perokok. B pernah sekali

berusaha untuk berhenti merokok, akan tetapi tidak berhenti lama. Keinginannya untuk

merokok selalu muncul kerap muncul ketika melihat teman-temannya merokok,

terutama teman-temannya di kontrakan. Terdapat indikasi pula bahwa B membolos

karena tidak mampu untuk menahan kebiasaan merokoknya, sedangkan apabila dia

harus merokok di sekolah pasti akan memperoleh teguran dari sekolah.

Disimpulkan bahwa Antecedent, Behavior, dan Consequences adalah:

Antecedent Tinggal di kontrakan bersama para

perokok tanpa ada pantauan orang tua.

Behavior Merokok

Consequences Tidak tenang saat mengikuti pelajaran

Formulasi tujuan konseling behavior

Konseli dan praktikan bersama-sama menentukan tujuan utama pelaksanaan

konseling dan menanyakan kesanggupan konseli untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan konseling behavioral adalah mengurangi kebiasaan merokok. Awalnya tujuan

12

Page 13: laporan konseling

konseling adalah agar B berhenti merokok, akan tetapi dia menyatakan jika tidak

sanggup melakukannya.

Implementasi Teknik

Praktikan menjelaskan mengenai teknik yang akan diberikan kepada konseli dan

memastikan kesanggupan konseli untuk melaksanakannya. Teknik yang diberikan

adalah self management (tidak dijelaskan secara tersurat pada saat proses konseling) dan

reinforcement sekunder. Pelaksanaanya konseli diminta untuk mengurangi rokok secara

bertahap. Praktikan memberikan tugas pada konseli untuk mengurangi rokokminimal

dua batang selama 1 minggu, dan akan berkelanjutan pada minggu-minggu berikutnya.

Setiap konseli menunjukkan perubahan, praktikan memberikan reinforcement sekunder

berupa pujian dan ucapan penyemangat atas keberhasilannya.

Evaluasi / monitoring

Monitoring dilaksanakan selama tujuh (7) hari. Berikut adalah data monitoring

yang disajikan dalam tabel dan grafik:

Tabel monitoring

Tanggal 9 Juni

2015

10 Juni

2015

11 Juni

2015

12

Juni

2015

13

Juni

2015

14

Juni

2015

15

Juni

2015

Batang

rokok yang

dikurangi

2 batang 5 batang 0 2

batang

2

batang

3

batang

1

batang

13

Page 14: laporan konseling

Grafik monitoring

hari 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari 5 hari 6 hari 70

1

2

3

4

5

6

batang rokok yang dikurangi

batang rokok yang dikurangi

Berdasarkan tabel dan grafik diketahui bahwa konseli sudah dapat mengurangi

perilaku merokoknya sesuai dengan ketetapan yaitu dalam satu hari minimal

mengurangi dua (2) batang. Pengecualian pada hari ke-3 dan hari ke-7. Secara

keseluruhan disimpulkan bahwa konseli sudah menunjukkan kestabilan untuk

mengurangi perilaku merokok. Apabila dibandingkan dengan data base line (munculnya

perilaku sebelum intervensi) konseli dapat menghabiskan satu bungkus rokok (12

batang) bahkan lebih dalam satu hari, maka dapat dikatakan bahwa konseli sudah

menunjukkan perubahan perilaku sesuai dengan tujuan konseling.

Penutup

Penutup berupa kegiatan follow up dilaksanakan pada tanggal 17 Juni 2015.

Praktikan bersama konseli melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan intervensi dan

memberikan support pada konseli untuk menjaga kestabilan perubahan perilakunya.

14

Page 15: laporan konseling

KASUS III

Pada kasus ke tiga terdapat dua konseli yang memiliki kasus sama, yaitu terkait prestasi

belajar. Sehingga kedua pelaksanaan konseling akan dilaporkan secara bersamaan. Pada

kasus ke tiga ini dirasa unik, karena kedua konseli memiliki karakteristik yang hampir

sama dengan permasalahan yang sama. Berikut deskripsinya:

Identitas konseli 1

Nama : C

Kelas : XI IPS 1

Alamat : Griya Tumapel Singosari No. 7

Hobi : shopping dan nonton

Cita-Cita : pengusaha sukses

Kelebihan : gak bisa marah

Kekurangan : boros, pelupa, dan mudah terpengaruh

Pelajaran yang disukai : b. indonesia

Pelajaran yang tidak disukai : kimia, fisika, dan matematika

Kesan untuk sekolah : saya sekolah di sini karena tidak diterima di SMAN 1

Pandaan. Saya tidak nyaman karena guru-gurunya selalu

menekan.

Identitas konseli 2

Nama : D

Kelas : XI IPS 1

Alamat : Griya Tumapel Singosari No. 7

Hobi : nyanyi, berenang, dan nonton

Cita-Cita : dancer

15

Page 16: laporan konseling

Kelebihan : banyak makan, mudah ingat tapi gampang lupa

Kekurangan : pelupa, gampang emosi, boros, mudah terpengaruh

Pelajaran yang disukai : b. indonesia, b. inggris, dan sejarah

Pelajaran yang tidak disukai : kimia, fisika, pkn, dan matematika

Kesan untuk sekolah : saya sekolah di sini karena tidak diterima di SMAN 1.

Guru di sini ada yang baik ada juga yang bermuka dua,

tapi kebanyakan sih guru di sini pada bermuka dua

semua. Sebenarnya sekolah itu enak, tapi cuma gurunya

aja yang buat gak enak.

Proses Konseling

Proses konseling dimulai melalui membangun hubungan baik dengan konseli dan

menjelaskan mengenai prosedur konseling serta meyakinkan konseli terkait kode etik

konseling untuk menjaga kerahasiaan data-data dari konseli. Kemudian praktikan mulai

melakukan prosedur konseling bahavior. Berikut tahap-tahap dan deskripsinya:

Assessment

Tes grafis

Hasil tes grafis C dan D cenderung memiliki keinginan kuat untuk menunjukkan

eksistensinya. Akan tetapi untuk D, dia memiliki permasalahan pada hubungan dengan

orang tua. Dia lebih dominan dekat dengan ibunya daripada ayahnya. Setelah

dikonfirmasi pada guru BK ternyata orang tua D memang sudah bercerai.

Wawancara

C adalah seorang anak kos. Dia kos bersama sahabat baiknya sejak SMP yaitu D

(konseli ke-4). C bermasalah dalam hal prestasi belajar. Dia mengaku jika tidak

16

Page 17: laporan konseling

menyukai pelajaran yang tekait dengan ilmu hitung. Kenyataanya C adalah salah satu

siswa di jurusan IPA. Hal tersebut membuat C tidak nyaman. Dia sudah berusaha untuk

pindah jurusan bahkan juga pindah sekolah. Akan tetapi, pihak guru tidak setuju dengan

langkahnya tersebut. C mengatakan apabila saat SMP dia memiliki prestasi yang cukup

bagus, sangat berlawanan dengan saat ini. Di sekolahnya saat ini C tidak memiliki

teman kecuali D. Dia mengakui jika teman-temannya terutama perempuan tidak ada

yang mau berteman dengannya. Setiap dia bergabung dengan teman-temannya, mereka

selalu menjauh. C berasumsi bahwa teman-temannya iri kepadanya karena C cukup up

to date dalam hal penampilan.

Diperoleh informasi tambahan bahwa C dan D memiliki karakteristik yang hampir

sama, seperti dalam hal hobi, kekurangan dan kelebihan, bahkan pada penampilan. C

dan D memiliki tas dan sepatu yang sama persis. C dan D sama-sama bermasalah

dalam hal prestasi belajar. Mereka sama-sama tidak menyukai ilmu hitung dan sama-

sama menyukai bahasa.

Disimpulkan bahwa Antecedent, Behavior, dan Consequences adalah:

Antecedent Tidak disukai teman dan tidak pernah

memperhatikan pelajaran

Behavior Prestasi belajar menurun

Consequences Ingin pindah jurusan dan pindah sekolah

Formulasi tujuan konseling behavior

Konseli dan praktikan bersama-sama menentukan tujuan utama pelaksanaan

konseling dan menanyakan kesanggupan konseli untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan konseling behavioral adalah meningkatkan minat belajar pada ilmu hitung.

17

Page 18: laporan konseling

Implementasi Teknik

Praktikan menjelaskan mengenai teknik yang akan diberikan kepada konseli dan

memastikan kesanggupan konseli untuk melaksanakannya. Teknik yang diberikan

adalah dengan memodifikasi perilaku yaitu konseli diminta untuk mencatat dan

memperhatikan guru saat pelajaran berlangsung serta belajar kelompok dengan teman

satu kelas.

Evaluasi / monitoring

Pada saat itu merupakan minggu remidi dan kegiatan belajar mengajar sudah

berakhir sehingga praktikan tidak dapat melakukan monitoring pada konseli. Akhirnya

praktikan meminta konseli untuk mengimplementasikan teknik pada saat masuk

sekolah. Konseli sempat memberikan alternatif solusi yaitu dia akan pindah jurusan

bahasa pada semester depan. Sebagai konselor, praktisi hanya bisa memberikan

dukungan dan motivasi pada konseli untuk dapat menyelesaikan masalah terkait prestasi

secara mandiri melalui teknik-teknik yang telah diajarkan oleh praktikan.

18

Page 19: laporan konseling

BAB III

HASIL KONSELING

Secara keseluruhan hasi konseling behavioral yang dilaksanakan di SMA Al-

Ma’arif hampir belum mencapai tujuan konseling. Satu konseling yang paling

memenuhi standar tujuan konseling adalah pada konseli B. B menunjukkan progress

perubahan perilaku, walaupun belum stabil. Berbeda dengan konseli lainnya, rata-rata

hambatan yang ditemui oleh praktikan adalah pada saat pelaksanaan monitoring.

Praktikan tidak dapat melaksanakan monitoring karena terhalang oleh jadwal sekolah.

Pada saat itu kegitan belajar mengajar sudah berakhir. Sehingga bagi konseli yang

memiliki masalah prestasi belajar dan kedisiplinan tidak dapat dilihat perubahannya

secara signifikan.

Berdasarkan proses konseling yang dilaksanakan praktikan merasa bahwa tiap

konseli memiliki keunikan masalah. Untuk konseli A, B, D pada dasarnya dia

cenderung berfikir irrasional sehingga akan lebih tepat jika ditangani dengan model

konseling REBT. Bentuk fikiran irasional ketiganya sama-sama cenderung

menyalahkan guru. Mereka merasa jika gurulah yang telah menghambat kesuksesan

akademik mereka. Oleh karena itu praktikan memberikan sedikit despute-despute

kepada mereka.

19

Page 20: laporan konseling

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis

Pada bab ini dijelaskan tentang analisis dari hasil pelaksanaan kegiatan program

konseling dengan membandingkan antara tujuan dengan capaian dari pelaksanaan

kegiatan konseling sekaligus mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan konseling yang

telah dilaksanakan oleh praktikan.

Tujuan proses konseling adalah untuk membantu konseli mengganti perilaku

maladaptif menjadi perilaku yang lebih adaptif. Pada saat proses konseling, perilaku

atau respon konseli cukup bagus, konseli cukup aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan

praktikan meskipun kadang konseli juga diam. Konseli bisa mengerti pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan praktikan.

Situasi yang tercipta dalam proses konseling sudah cukup akrab. Keakraban

dalam konseling sangat diperlukan untuk menuju proses konseling selanjutnya. Tahap-

tahap yang dilalui praktikan belum sepenuhnya sesuai dengan teori yang dipelajari di

bangku perkuliahan. Seperti tahap-tahap pelaksanaan konseling yang tidak berlangsung

secara sistematis, akan tetapi secara keseluruhan praktikan dapat melalui setiap tahap

konseling. Faktor-faktor yang menghambat proses konseling adalah suasana yang

kurang kondusif, kurangnya keterampilan komunikasi praktikan, dan kondisi di

lapangan. Suasana yang kurang kondusif ini disebabkan adanya keterbatasan tempat

untuk konseling. Sesuai dengan permintaan konseli, konseling dilaksanakan di luar

ruang BK yaitu di depan kelas dan di dalam kelas kosong.

20

Page 21: laporan konseling

Dalam konseling ini, konseli mendapatkan pengalaman dalam memecahkan

masalahnya sehingga nantinya ketika konseli mendapatkan suatu masalah maka

diharapkan bisa memecahkan masalahnya sendiri. Dilihat dari segi kualitas, alternatif

pemecahan masalah yang dihasilkan konseli juga cukup memadai dan konseli cukup

puas dengan bantuan yang telah diberikan oleh praktikan.

Praktikan banyak memperoleh pengalaman dari proses konseling ini antara lain,

praktikan harus meningkatkan keterampilannya khususnya dalam keterampilan

komunikasinya. Karena ini merupakan kunci sukses dalam proses konseling. Dari

keempat proses konseling yang dilaksanakan terdapat satu proses yang dirasa sudah

relevan dengan harapan praktikan. Proses konseling tersebut adalah pada kasus 2, yaitu

konseli B. Dasarnya adalah hasil konseling sudah memenuhi tujuan, yaitu untuk

mengurangi perilaku merokok. Selain itu, pada pelaksanaan konseling tersebut dirasa

paling memenuhi standar prosedur konseling behavioral.

Berhubung pada proses konseling lainnya (konseli A, C, dan D) praktikan belum

mampu melakukan evaluasi, maka praktikan berharap dapat memberikan intervensi

lanjutan pada saat kegiatan belajar mengajar sudah berlangsung secara kondusif.

B. Pembahasan

Dalam bahasan ini praktikan membahas antara hasil analisis dengan kajian teori

yang sesuai dan memunculkan solusi-solusi perbaikan berdasarkan kajian teoritis nyata

hasil praktikum yang dipandang masih belum berhasil.

Pada waktu melaksanakan proses konseling tahap demi tahap ada yang sudah

terlaksana dengan baik, tetapi ada juga yang belum terlaksana. Secara teori, konseling

dimulai dari raport, assessment, perumusan tujuan, implementasi teknik, evaluasi dan

21

Page 22: laporan konseling

tindak lanjut dari proses konseling. Namun, tidak semua teori itu dapat dilaksanakan

secara sistematis di lapangan. Faktanya, banyak dijumpai kejadian-kejadian yang

memungkinkan bahwa suatu teori itu belum bisa digunakan secara saklek. Adanya

keterbatasan waktu dan kondisi lapangan juga mengakibatkan kecil kemungkinan untuk

melaksanakan tindak lanjut dari proses konseling.

Diharapkan praktikan untuk melakukan assessment pada kondisi lapangan

sebelum melakukan praktik konseling. Karena tidak adanya evaluasi dari implementasi

teknik yang telah diberikan, maka untuk sementara proses konseling yang dilakukan

dianggap belum berhasil. Karena tujuan utama dari konseling behavior adalah untuk

dapat mengetahui keefektivan teknik yang telah diberikan (Corey, 2009).

Pada teknik komunikasi, ada banyak teknik komunikasi dalam konseling yang

sudah digunakan oleh praktikan meskipun terkadang praktikan juga bingung

menentukan teknik komunikasi yang dibuat untuk merespon pernyataan konseli. Oleh

sebab itu, penguasaan teknik-teknik dasar keterampilan komunikasi adalah sangat

penting dan perlu ada banyak latihan untuk menggunakan teknik-teknik komunikasi

konselor. Menurut Fauzan (2008) setiap orang mampu untuk berbicara, tapi belum tentu

mampu berkomunikasi sehingga dibutuhkan ketraplinan berkomunikasi yang benar,

terutama pada konselor dalam melaksanakan proses konseling.

22

Page 23: laporan konseling

BAB V

PENUTUP

Pelaksanaan konseling behavioral berbeda dengan model konseling lainnya, yaitu

lebih mengutamakan prosedur yang sistematis dan evaluasi teknik. Hal tersebut

sekaligus menjadi tantangan bagi para praktisi untuk dapat mengaplikasikan prosedur

konseling behavior dengan menggunakan teknik yang tepat terhadap kasus yang akan

ditangani. Pada praktiknya, praktikan hanya dapat melaksanakan proses konseling yang

sesuai dengan prosedur pada satu kasus saja. Sedangkan pada kasus lainnya praktikan

tidak dapat melakukan evaluasi karena terhalang oleh kondisi di lapangan dan

keterbatasan waktu. Faktanya, Konseling behavioral memiliki empat prosedur yang

sistematis dalam proses konseling dan harus dilaksanakan, yaitu melakukan assessment,

menetapkan tujuan (goal setting), implementasi teknik, evaluasi, dan pengakhiran.

Proses konseling yang paling relevan dengan harapan praktikan adalah pada kasus

ke-2 yaitu B. Dasarnya adalah pada proses konseling tersebut praktikan dapat

melaksanakan sesuai dengan prosedur konseling behavior, walaupun hasilnya belum

begitu memuaskan. Sehingga dibutuhkan tindak lanjut dan pemilihan teknik yang lebih

tepat untuk mengatasi perilaku maladaptif konseli.

23

Page 24: laporan konseling

DAFTAR PUSTAKA

Corey, Gerarld. 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerarld. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy Eight Edition. USA: Thomson Higher Education.

Latipun. 2015. Psikologi Konseling Edisi Keempat. Malang: UMM Press.

Fauzan, Lutfi. 2008. Teknik-Teknik Komunikasi Untuk Konselor. Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang UPT Bimbingan dan Konseling

24

Page 25: laporan konseling

LAMPIRAN

25