laporan kerja las welding.docx

31
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................... ..................... i BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang.......................................... ...................... 1.2 Tujuan......................................... .................................... 1.3 Manfaat........................................ ................................... BAB II Landasaan Teori 2.1 Pengertian Las Gas................................................. ........ 2.2 Peralaatan Las Oksi Asetelin.......................................... 2.3 Menentukan Nyalaa Api................................................. 2.4 Teknik Pengelasan.......................................... ................ BAB III Pembahasan Langkah Kerja 3.1 Pengelasaan Alur................................................ ............ 3.2 Penyambungaan 1................................................... ........ 3.3 Penyambungaan Sudut Luar Pelat Tipis......................... BAB IV

Upload: selvydwiintani

Post on 22-Nov-2015

186 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................... i

BAB IPendahuluan1.1 Latar Belakang................................................................1.2 Tujuan.............................................................................1.3 Manfaat...........................................................................

BAB IILandasaan Teori2.1 Pengertian Las Gas.........................................................2.2 Peralaatan Las Oksi Asetelin..........................................2.3 Menentukan Nyalaa Api.................................................2.4 Teknik Pengelasan..........................................................

BAB IIIPembahasan Langkah Kerja3.1 Pengelasaan Alur............................................................3.2 Penyambungaan 1...........................................................3.3 Penyambungaan Sudut Luar Pelat Tipis.........................

BAB IV4.1 Kesimpulan...............................................................4.2 Saran........................................................................4.3 Kesan dan Pesan.........................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan LaporanPraktek Pengelasan dengan menggunakan las asetilin.Laporan Praktek Pengelasan dengan menggunakan las asetilin ini disusun guna melengakapi tugas mata kuliah Praktikum Proses Produksi di Politeknik Negeri Sriwijaya.Laporan ini berisikan tentang dasar-dasar teori las asetilin. Laporan ini jugaberisikan tentang analisis dari hasil proses pengelasan.Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari banyak kekurangan dankekeliruan yang terjadi, serta penulis menyadari laporan ini jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Penulis banyakmendapatkan dukungan dan bantuan baik moril maupun materiil dari berbagaipihak.Atas segala bantuan, bimbingan, dan motivasi, serta kritik dan saran darisemua pihak, penulis hanya dapat menyerahkan kepada Allah SWT, semoga AllahSWT membalas kebaikannya, dan mudah-mudahan laporan ini bermanfaat.

Palembang, Oktober 2012Penulis,

( i )

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehinggasumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannyadalam setiap kehidupan.Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari pertumbuhanpeningkatan industri karena memegang peranan utama dalam rekayasa danreparasi produksi logam. Hampir tidak mungkin pembangunan suatu pabrik tanpamelibatkan unsur pengelasan.Pada era industrialisasi dewasa ini teknik pengelasan telah banyakdipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada konstruksibangunan baja dan konstruksi mesin. Luasnya pengguanaan teknologi inidisebabkan karena bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknikpenyambungan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatanya.Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam bidang konstruksi sangat luas,meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, pipa saluran dan lain sebagainya.Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnyauntuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas,mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain. Pengelasan bukantujuan utama dari konstruksi, tetapi merupakan sarana untuk mencapai pembuatanyang lebih baik. Karena itu rancangan las harus betul-betul memperhatikankesesuaian antara sifat-sifat las yaitu kekuatan dari sambungan danmemperhatikan sambungan yang akan dilas, sehingga hasil dari pengelasan sesuaidengan yang diharapkan. Dalam memilih proses pengelasan harus dititik beratkanpada proses yang paling sesuai untuk tiap-tiap sambungan las yang ada padakonstruksi. Dalam hal ini dasarnya adalah efisiensi yang tinggi, biaya yang murah,penghematan tenaga dan penghematan energi sejauh mungkin.Mutu dari hasil pengelasan di samping tergantung dari pengerjaan lasnyasendiri dan juga sangat tergantung dari persiapan sebelum pelaksanaanpengelasan, karena pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagianlogam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Pada penelitian inipengelasan yang digunakan las listrik dan asetilin. Hal ini sangat erathubungannya dengan arus listrik, ketangguhan, cacat las, serta retak yang padaumumnya mempunyai pengaruh yang fatal terhadap keamanan dari konstruksiyang dilas.Untuk dapat mengetahui pengaruh hasil pengelasan las listrik dan asitilinpada pelat baja terhadap uji kekerasan, struktur mikro dan uji tarik daripengelasan maka perlu dilakukan pengujian terhadap benda uji hasil daripengelasan.

1.2 Tujuan

1.Mahsiswa dapat menyalakan dan pengelasan alur dengan menggunakan las asetilin.2.Mahasiswa dapat membuat sambungan I dengan menggunakan las asetilin.3.Mahasiswa dapat membuat sambungan tumpang dengan las asetilin.4.Mahasiswa dapat membuat sambungan sudut luar dengan menggunakan las asetilin.5.Mahasiswa dapat melakukan analisis terhadap hasil dari proses pengelasan

1.3 Manfaat

1.Mahasiswa mampu mengaplikasikan dasar teori pengelasan yangdidapatkan dari mata kuliah teknik pengelasan2.Mahasiswa mampu melakukan proses pengelasan dengan las asetilin 3.Mahasiswa mampu menyalakan dan membuat alur serta membuatberbagai sambungan, meliputi sambungan I, sambungan tumpang, dansambungan sudut luar dengn menggunakan las asetilin4.Mampu menganalisis hasil lasan secara teoritis sesuai dengan apa yangtelah didapat pada mata kuliah teknik pengelasan

BAB II

Landasaan Teori

2.1 Pengertian Las Gas

Pengertian Las Oksi AsetilinLas Oksi asetilin adalah pengelasan yang dilaksanakan denganpencampuran 2 jenis gas sebagai pembentuk nyala api dan sebagai sumber panas.Dalam proses las gas ini, gas yang digunakan adalah campuran dari gas Oksigen(O2) dan gas lain sebagai gas bahan bakar (fuel gas). Gas bahan bakar yang palingpopular dan paling banyak digunakan dibengkel-bengkel adalah gas Asetilen (darikata acetylene, dan memiliki rumus kimia C2H2). Gas ini memiliki beberapakelebihan dibandingkan gas bahan bakar lain. Kelebihan yang dimiliki gasAsetilen antara lain, menghasilkan temperature nyala api lebih tinggi dari gasbahan bakar lainya, baik bila dicampur dengan udara ataupun Oksigen.

2.2 Peralatan Las Oksi Asetilin

A.Tabung Gas oksigen & asetilin

Tabung gas berfungsi untuk menampung gas atau gas cair dalam kondisibertekanan. Umumnya tabung gas dibuat dari Baja, tetapi sekarang ini sudahbanyak tabung-tabung gas yang terbuat dari paduan Alumunium. Tabung gastersedia dalam bentuk beragam mulai berukuran kecil hingga besar. Ukurantabung ini dibuat berbeda karena disesuaikan dengan kapasitas daya tampung gasdan juga jenis gas yang ditampung. Untuk membedakan tabung gas apakahdidalamnya berisi gas Oksigen, Asetilen atau gas lainya dapat dilihatdari kodewarna yang ada pada tabung itu.

Gambar 1.Tabung oksigen Gambar 2. tabung asetilin

B.Katup Tabung

Sedang pengatur keluarnya gas dari dalam tabung maka digunakan katup.Katup ini ditempatkan tepat dibagian atas dari tabung. Pada tabung gas Oksigen,katup biasanya dibuat dari material Kuningan, sedangkan untuk tabung gasAsetilen, katup ini terbuat dari material Baja.

C.Regulator

Regulator atau lebih tepat dikatakan Katup Penutun Tekan, dipasang padakatub tabung dengan tujuan untuk mengurangi atau menurunkan tekann hinggamencapai tekana kerja torch.Regulator ini juga berperan untuk mempertahankanbesarnya tekanan kerja selama proses pengelasan atau pemotongan. Bahkan jikatekanan dalam tabung menurun, tekana kerja harus dipertahankan tetap olehregulator. Pada regulator terdapat bagian-bagian seperti saluran masuk, katup pengaturan tekan kerja, katup pengaman, alat pengukuran tekanan tabung, alatpengukuran tekanan kerja dan katup pengatur keluar gas menuju selang.

Gambar 3..regulator

D.Selang gas

Untuk mengalirkan gas yang keluar dari tabung menuju torch digunakanselang gas. Untuk memenuhi persyaratan keamanan, selang harus mampumenahan tekan kerja dan tidak mudah bocor. Dalam pemakaiannya, selangdibedakan berdasarkan jenis gas yang dialirkan. Untuk memudahkan bagimanamembedakan selang Oksigen dan selang Asetilen mak cukup memperhatikankode warna pada selang. Berikut ini diperlihatkan table yang berisi informasitentang perbedaan warna untuk membedakan jenis gas yang mengalir dalamselang.

E.Torch / brender

Gas yang dialirkan melalui selang selanjutnya diteruskan oleh torch,tercampur didalamnya dan akhirnya pada ujuang nosel terbentuk nyala api. Dariketerangan diatas, toch memiliki dua fungsi yaitu : Sebagai pencampur gas oksigen dan gas bahan bakar. Sebagai paembentuk nyala api di ujung nosle

Gambar 4.torch / brander

2.3 Menentukan nyala api

Nyala api KarburasiBila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka diantara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarnabiru. Di antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucutantara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlahkelebihan asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logamcair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagaijenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous.

Gambar 5. Nyala api karburasi Nyala api NetralNyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu.Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luaryang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara.Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai pada ujung nyalakerucut.

Gambar 6. Nyala api netral

Nyala api oksidasiBila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkannyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubahmenjadi ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi ataudekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakandalam pengelasan fusion dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkanuntuk pengelasan lainnya.

Gambar 7. Nyala api oksidasi

2.4 Teknik Pengelasan

Posisi pengelasan di bawah tangan Posisi pengelasan datar(horizontal ) Posisi pengelasan tegak(vertical ) Posisi pengelasan di atas kepala(Overhead ) Pengelasan arah ke kiri (maju )

Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkanke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerjasedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara inibanyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkanposisi yang sulit saat mengelas.

Pengelasan arah ke kanan (mundur )Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan kekiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya4,5 mm ke atas.

BAB III PEMBAAHAASAN LANGKAH KERJA

3.1 Pengelasan Alur (Pengelasan Asetilen)

Alat :1.Gas Oksigen (O2).2.Gas Asetilen (C2H2).3.palu las.4.Penggaris.5.sikat baja.6.tang penjepit.7.korek api.8.kaca mata las. Bahan :1.Pelat baja karbon ukuran 2,5 x 50 x 120 mm2.Kawat las dengan 2,5 3 mm

Langkah kerjaa. Menyalakan pembakar atau nyala api1.Pakailah alat-alat keselamatan kerja2.Siapkan peralatan asetilen dan oksigen dan tekanan kerja masing-masing5 7 psi3.Buat garis pada bendanya dengan jarak 10 mm 4.Nyalakan pembakar atau nyala api hingga netral.5.Pegang pembakar pada posisi 60 70 terhadap permukaan benda kerja.6.Panaskan permukaan benda kerja mulai dari tepi.7.Tujukan nyala api pada suatu tempat hingga tim bul kawah.8.Jarak inti nyala 2 3 mm diatas benda kerja.9.Pertahankan lebar kawah tetap sepanjang garis.10.Pembakar digerakkan berputar dengan mengikuti garis yang telah dibuat.

b.Cara PengelasanUntuk mendapatkan pengelasan yang baik, dilakukan dengan pemilihancara pengelasan yang tepat baik menyangkut : ukuran torch, logam pengisi, caragerakan dari torch, dan pengaturan nyala. Torch terdiri dari bermacam-macamukuran, makin tebal logam dan konduktivitas panas, makin besar torch yangdigunakan. Pada prinsip cara pengelasan ada dua macam, yaitu : backhand danforehand. Untuk logam yang tipis dipakai cara forehand welding dan untuk logamyang tebalnya lebih besar dari 5 mm, dipakai backhand. Ukuran kawat las dipilihdengan perhitungan sebagau berikut :d = S/2 atau (S dibagi 2)Dimana d = diameter kawat S = tebal pelat yang di las

Gambar. Cara pengelasan asetilen

c. Membuat alur las1.Pegang pembakar terhadap posisi 60 70 dan kawat pada posisi 30 40 terhadap benda kerja.2.Panaskan bagian yang akan di las mulai dari tepi hingga timbul kawahlas.3.Setelah las cukup besar, masukkan ujung kawat las pada tepi kawahhingga meleleh dan terpadu dengan lelehan bahan dasar.4.Angkat kawat las, atur kawah dengan nyala api swambil bergerak maju.5.Masukkan dan angkat lagi, begitu seterusnya.

3.2 Penyambungan I (Pengelasan Asetilen)

Alat :1.Gas Oksigon (O2).2.Gas asetilen (C2H2).3.Palu las.4.Penggaris.5.Sikat baja.6.Tang penjepit.7.Korek api8.Kacamata las

Bahan :1.Pelat baja karbon ukuran 0,5 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar 2.Kawat las dengan 2,5 3 mm

Langkah kerja :a. Membuat sambungan IPakailah alat-alat keselamatan kerja.1.Himpitkan kedua benda kerja dan buat las catat pada ujung-ujungnya.2.Posisi pembakar 60 70 dan kawat pada posisi 30 40 terhadapbenda kerja.3.Panaskan bagian yang akan dilas hingga timbul kawah 4.Jika kawah las sudah cukup besar masukkan kwat las kedalamnyahingga turut mencair.5.Angkat kawat las, atur kawah dengan nyala api sambil bergerak maju.6.Masukkan dan angkat lagi, begitu seterusnya hingga terbentuk alursambungan.

Gambar. Posisi benda kerja pada sambungan I

3.3 Penyambungan Sudut Luar Pelat Tipis (Pengelasan Asetilen)

Alat :1.Gas Oksigen (O2).2.Gas Asetilen (C2H2).3.Palu las.4.Penggaris.5.Sikat baja.6.tang penjepit.7.korek api.8.kaca mata las

Bahan :1.Pelat baja karbon ukuran 0,5 x 100 x 120 mm sebanyak 2 lembar.2.Kawat las dengan 2,5 3 mm

Langkah kerja :a. Membuat sambungan sudut luar pelat tipis1.Pakailah alat-alat keselamatan kerja2.Siapkan peralatan las asetilen dan setel tekanan kerja untuk oxigen danasetilen masing-masing 5 7 psi3.Atur kedua benda kerja seperti pada gambar, dan buat las catat padaujung-ujungnya pada kedudukan 90 terhadap yang lain.4.Posisi pembakar 60- 70 terhadap sambungan sedangkan posisi kawatlas 30 - 40 terhadap bidang horizontal.5.Lakukan pengelasan, masukkan kawat las kedalam kawah sampai kawatikut mencair.6.Bersihkan terak.7.Dinginkan perlahan-lahan

Gambar. Teknik mengelas sambungan sudut luar pelat tipis

BAB IV

4.1 Kesimpulan

Dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan pengelasan. Penyetelan tekanan gas dan juga nyala api pada brander sangat mempengaruhi hasil pengelasan. Untuk pengelasan dengan bahan tambah (kawat), yaitu plat harus benar-benar meleleh terlebih dahulu kemudian baru diberi bahan tambah. Untuk penyambungan 2 plat, dibutuhkan tempat yang rata agar diperoleh sambungan yang lurus dan presisi. Pengelasan tanpa bahan tambah, dalam menggeser brander harus memperhatikan bagian plat yang sudah dilas apakah sudah benar-benar meleleh, sehingga terbentuk alur pengeladan yang rapi.

4.2 Saran

Adapun saran yang penulis sampaikaan dalam penelitian ini : Bagi pekerja las asetelin agaar tidaak mengalaami gngguan ketaajaaman mata di anjurkan menggunakan kaca mata las Bekerja menggunaakaan prosedur yang ada agar mengurangi resiko kecelakaan

4.3 Kesan dan Pesan

Utamakaan keselaamataan kerja Agar tidak main-main saat penelasan berlangsung Tidak merokok di sekitar bengkel las karena di bengkel terdiri dari bahan-bahan yaang mudah terbakar

Daftar Pustaka

1. ............., Gambar ,Sumber :http://.arcwelding&gasweldingblogspot.com/2009/06/.html)

LABORATORIUM DASAR PROSES PRODUKSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan.Salah satu pengelasan yang paling banyak digunakan adalah jenis pengelasan yang disebut OAW atau Oxy Acetylene Welding, atau yang umumnya disebut las karbit. Pengelasan jenis ini dilakukan dengan menggabungkan logam dengan pemanasan pada logam dengan campuran gas asitelin dan oksigen yang dinyalakan dengan api. Las karbit memiliki beberapa keuntungan seperti mudah dalam pengaturan panas, mudah pada pengelasan plat tipis dan memiliki sarana yang praktis.

1.2 Tujuan Praktikum Tujuan Praktikum ini adapun untuk memahami proses pengelasan las dengan menggunakan asitelin (las karbit), dengan harapan para Praktikan dapat memahami prinsip kerja dari las asitelin tersebut seperti, pengaturan kadar asitelin dan oksigen untuk penyalaan api las dalam pengelasan yang bergantung pada ketebalan plat, dan juga dapat memiliki keahlian dalam pengelasan yang menggunakan asitelin dengan atau tanpa menggunakan kawat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Pengelasan (las karbit) lazimnya disebut OAW (Oxy Acetilene Welding) jika menggunakan asiteline dan sering disebut OFW (Oxy Fuel Welding) jika menggunakan propan. Pengelasan jenis OAW (Oxy Acetylene welding) prosesnya dilakukan dengan cara memanaskan logam yang akan dilas hingga bagian logam mencair. Las menggunakan nyala api dari campuran dari gas asitelin (C2H2) sebagai bahan bakar dan gas oksigen (O2). Pengelasan juga bisa dilakukan dengan logam pengisi (kawat las). Pembakaran campurann gas-gas ini akan menghasilkan panas yang dapat diatur tinggi rendahnya dengan mengatur proposisi campuran-campuran gas tersebut Optimalnya perbandingan gas yang akan dibakar sangat diperlukan untuk menghasilkan pembakaran yang baik pada suatu pengelasan asitelin. Gas asitelin dapat menghasilkan temperatur pembakaran yang sangat tinggi. Gas asitelin memiliki jenis antara lain :

1. Asitelin (C2H2)Suatu hidrokarbon alkuna sederhana yang hanya terdiri dari dua atom karbon dan dua atom hidrogen. Kedua karbon terikat melalui ikatan rangkap tiga, dan masing-masing atom karbon memiliki hibridisasi orbital sp untuk ikatan sigma. Hal ini menyebabkan keempat atom pada asetilena terletak pada satu garis lurus, dengan sudut C-C-H sebesar 180.2. Propan (C3H8)Salah satu gas minyak bumi cair (LP-gas atau LPG) yang ditemukan bercampur di gas alam dan minyak bumi. Propana dipisahkan dari gas alam di pusat pengolahan gas alam.

2.2 Prinsip kerja alatPada saat pengelasan panas yang dihasilkan dapat mencapai dan bahkan jauh melebihi titik lebur logam baja, yaitu 2680 10.000 derajat fahrenheit yang membuat baja mencair dengan sangat mudah, oleh karena itu pada prisipnya nyala api pada pengelasan harus diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan pembakaran yang optimal. Pembakaran campuran gas terjadi pada ujung suatu pencampur gas yang umumnya disebut brander. Di dalam brander ini gas pembakar dan asam disalurkan melalui saluran yang sebelumnya terpisah dan dilengkapi dengan katup-katup pembuka penutup yang dapat diatur pembukaannya sehingga jumlah gas yang melaluinya juga dapat diatur. Ada tiga macam pengaturan nyala api pengelasan asitelin, yaitu;1. Nyala NetralNyala api memiliki perbandingan yang sama antara gas asitelin dan gas oksigen yang menhasilkan api berwarna biru ke jingga pada kerucut luar dan warna putih kemilau agak kehijauan pada inti.

2. Nyala OksidasiNyala api memiliki perbandingan gas oksigen lebih dominan dari pada gas asitelin sehingga menghasilkan api berwarna jingga keunguan pada kerucut luar dan warna putih keunguan pada inti.

3. Nyala KarburasiNyala api memiliki perbandingan gas asitelin lebih dominan dari pada gas oksigen sehingga menghasilkan api berwarna biru pada bagian luar dan putih pada bagian inti.

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Instalasi Pengujian1. Menyiapkan segala peralatan, bahan/material dan tempat pengelasan.2. Memasang semua peralatan seperti regulator pada tabung, selang hijau pada tabung oksigen dan selang merah pada tabung asitelin.3. Mengencangkan semua penghubung yang pada selang dengan tabung..4. Katup penutup pada tabung oksigen dibuka hingga menunjukkan angka 3 pada regulator. 5. Katup penutup pada tabung asitelin dibuka hingga menunjukkan angka 6 pada regulator.6. Periksa ujung brander, jika kotor dibersihkan dengan sikat baja.7. Pengelasan siap dilakukan

3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:Alat :

a. Peralatan yang digunakan untuk pengelasan ada dua yaitu peralatan las asitelin dan peralatan bantu mengelas.Peralatan las asitelin terdiri dari: - Selang- Brander- Regulator- tabung las

Peralatan bantu mengelas :- Penggaris besi- Palu- Sikat baja- Korek api - Kaca mata las- Tang- Kikir- Sarung tangan- Penggores- Apron - Alat pemotong

Bahan :- Plat ukuran 130 x 70 mm- Kawat las

3.3 Teknik pengelasan1. Posisi pengelasan di bawah tanganPengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di bawahtangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar(brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengansudut antara 30 - 40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudutsambungan dengan jarak 2 3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan.Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dangerakannya adalah lurus.

2. Posisi pengelasan datar ( horizontal )Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan denganarah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk ituayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap bendakerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar, sedangkankawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis mendatar.

3. Posisi pengelasan tegak ( vertical )Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas atauke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambunganyang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.

4. Posisi pengelasan di atas kepala ( Overhead )Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisilainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan daribawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garisvertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45-60.

5. Pengelasan arah ke kiri ( maju )Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiridengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda kerja sedangkansudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yangsulit saat mengelas.

6. Pengelasan arah ke kanan ( mundur )Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri.Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5mm ke atas.

7. Operasi Branzing ( Flame Brazing )Yang dimaksud dengan branzing disini ada lah proses penyambunngan tanpamencairkan logaminduk yang disambung, hanya logam p eng isi saja. Misalnyasaja proses penyambungan pelat baja yang menggunakan kawat las darikuningan. Ingat bahwa titik cair Baja ( 1550 C) lebih tinggi dari kuningan (sekitar 1080C). dengan perbedaan titik car itu, proses branzing, akan lebihmudah dilaksanakan daripada proses pengelasan.8. Operasi Pemotongan Logam ( Flame Cut )Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting(shearing) merupakan contoh dari proses pemotongan logam dan lembaran logam. Proses menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada pelat yang lebih tebal tetapimemerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong pela ttebal denngan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas inidengan peralatan khusus misalnya mengganti torchnya ( dibengkel-bengkel menyebutnya brender ). Pemotongan pelat logam dengan nyala api ini dilakukan dengan memberikansuplai gas Oksigen berlebih. Pemberian gas Oksigen lebih, dapat diatur padatorch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

9. Operasi Perluasan ( Flame Gauging )Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada produk/komponenlogam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat tadi sebelumditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan barulah kemudian alurhasil pencungkilan tadi diisi kembali denganlogam las.

10. Operasi Pelurusan ( Flame Straightening )Operasi pelurusan dilaksanakan denganmemberikan panas pada komponendengan bentuk pola pemanasan tertentu.Ilustrasi dibawah ini menunjukkanprinsip dasar pemuaian dan pengkerutanpada suatu logam batang.Batang lurus dipanaskan dengan polapemanasan segitiga. Logam cenderungmemuai pada saat dipanaskan. Daerahpemanasan tersebut menghasilkanpemuaian yang besar. Logam mengkerutpasa saat didinginkan. Daerah pemanasan terbesar.

3.4 Langkah PengerjaanBerikut langkah kerja dalam prose las asitelin:1. Menyiapkan semua peralatan, bahan dan tempat yang akan digunakan.2. Menggunakan peralatan pengaman (Safety).3. Pemotongan plat berukuran 130 x 70 mm.4. Membuat dua garis penanda alur las pada plat, yaitu alur las yang tidak menggunakan kawat dan yang menggunakan kawat.5. Letakkan plat yang sudah di beri garis pada tempat pengelasan.6. Selang regulator las dipasang pada tabung yang telah disiapkan.7. Memakai kaca mata las agar cahaya las tidak merusak mata dan menggunakan apron untuk melindungi tubuh dari percikan api las.8. Penyalaan api pada las asitelin dengan cara memutarkan katup pembuka gas asitelin dan menhidupkan api dengan korek api.9. Pengaturan nyala api dengan memutar katup gas asitelin dan gas oksigen hingga nyala api yang optimal didapatkan.10. Jika semua persiapan sudah lengkap, dekatkan las dengan benda kerja (plat) untuk melakukan proses pengelasan.11. Pengelasan plat dengan menggunakan teknik maju dan dengan alur bulat pada alur. Pengelasan dilakukan pada alur yang tanpa menggunakan kawat terlebih dahulu.12. Pengelasan plat pada garis alur pengelasan kedua dengan alur bulat dan menggunakan kawat las.13. Jika proses pengelasan sudah selesai, alat las dimatikan dengan cara mengecilkan gas asitelin dan gas oksigen sampai habis.14. Sikat ujung penyemprot las dengan menggunakan sikat baja untuk mencegah penyumbatan katup.15. Pemberian identitas pada benda kerja yang sudah siap.

BAB IV ANALISIS PERMASALAHAN

Pada proses pengelasan yang bagus sangat diperlukan keterampilan dari si pengelas dan persiapan pengelasan yang cukup, karena pada proses pengelasan memerlukan tingkat ketelitian dan konsenterasi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan produk optimal. Permasalahan yang sering terjadi pada proses pengelasan asitelin dapat kita lakukan dengan cara mengamati hasil dari pengelasan pada plat. Permaslahan yang sering terjadi adalah terjadinya kecacatan pada hasil las pada plat seperti:- Terbentuknya Lubang pada plat.Disebabkan karena terlalu lama terjadi pengapian pada bagian plat yang dilas.- Kekeliruan pada alur pengelasan.Disebabkan karena keterampilan pengelas yang belum menguasai teknik pengelasan secara sempurna.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Proses pengelasan merupakan proses penyambungan antara dua logam atau lebih. Pada proses pengelasan memerlukan banyak latihan dan uji coba las, dikarenakan proses pengelasan memerlukan keterampilan, tingkat ketelitian dan konsenterasi yang tinggi untuk mendapatkan hasil pengelasan yang optimal.

Menguasai prinsip dari pengelasan asitelin sangat dibutuhkan seperti cara pengaturan nyala api yang diperlukan, karena biasanya las asitelin digunakan pada plat yang tipis sehingga memerlukan pengaturan nyala api yang sesuai.

5.2 Saran Dalam setiap proses pengelasan yang dilakukan selalu utamakanlah keselamatan (safety first), dengan menggunakan pengaman mata, tangan dan tubuh. dan juga menjaga dan merawat semua peralatan las yang digunakan agar tidak rusak dan tahan lama (awet). ;Hanya Di Sini