laporan kadar protein rdc

Upload: reskydc

Post on 02-Jun-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    1/25

    LAPORAN PRAKTIKUM

    PENENTUAN KADAR PROTEIN

    NAMA : RESKY DWI CAHYATI

    NIM : H311 12 015

    KELOMPOK : II (DUA)

    HARI/ TGL. PERC. : KAMIS/27 FEBRUARI 2014

    ASISTEN : SARTIKA

    LABORATORIUM BIOKIMIA

    JURUSAN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR2014

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    2/25

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar belakang

    Protein merupakan zat yang berguna bagi kebutuhan manusia. Protein

    memiliki fungsi yang sangat peting bagi kehidupan manusia yaitu untuk

    membangun sel tubuh baru dan mengganti sel lama yang telah rusak. Pengukuran

    kadar protein suatu bahan sangat diperlukan karena kandungan protein yang dimiliki

    setiap bahan makanan berbeda-beda (Poedjiadi, 1994).

    Protein ialah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang

    berhubungan satu dengan lainnya lewat ikatan amida (peptida). Protein memainkan

    beberapa peran dalam sistem biologis. Beberapa protein merupakan komponen

    utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain mengangkut

    molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup. Masih ada lagi yang

    bertindak sebagai katalis dalam banyak rekasi biologis yang diperlukan untuk

    mempertahankan hidup (Day dan Underwood, 2002).

    Kadar protein yang terkandung dalam setiap bahan berbeda-beda. Karena itu,

    pengukuran kadar protein suatu bahan sangat diperlukan. Untuk dapat menghitng

    kadar protein, maka diperlukan spektrofotometer dengan cara penembakan sampel.

    Untuk itulah maka pada praktikum kali ini dilakukan percobaan untuk menentukan

    kadar protein dari berbagai sampel (Day dan Underwood, 2002).

    Untuk berbagai keperluan, kadar suatu protein dapat ditentukan. Penentuan

    kadar dalam bahan makanan pada umumnya dilakukan berdasarkan penerapan

    empiris atau secara tidak langsung, karena pembentukan kadar protein secara absolut

    sukar dilakukan sehingga metode tersebut hanya dilakukan untuk keperluan yang

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    3/25

    mendasar saja. Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode

    bergantung pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode

    yang paling umum digunakan adalah metode Kjeldahl, Lowry dan Biuret.

    Berdasarkan teori di atas, maka dilakukanlah percobaan kali ini, yakni

    penentuan kadar protein dengan menggunakan metode Lowry.

    1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

    1.2.1 Maksud Percobaan

    Maksud dari percobaan ini adalah untuk memahami dan mempelajari cara

    penentuan kadar protein dalam suatu sampel dengan menggunakan metode Lowry.

    1.2.2 Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar protein dalam

    suatu sampel dengan metode Lowry menggunakan spektrofotometer.

    1.3 Prinsip Percobaan

    Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan kadar protein dalam beberapa

    sampel cair yang telah dibuat terlebih dahulu dengan menggunakan metode Lowry

    dimana pada sampel tersebut akan ditambahkan Lowry A dan Lowry B kemudian

    diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum menggunakan

    spektrofotometer UV-VIS.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    4/25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh karena

    zat ini berfungsi sebagai sumber energi dalam tubuh serta sebagai zat pembangun

    dan pengatur. Protein adalah polimer dari asam amino yang dihubungkan dengan

    ikatan peptida. Molekul protein mengandung unsur-unsur C, H, O, N, P, S, dan

    terkadang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Katili, 2009).

    Protein merupakan senyawa organik pembangunan dasar makhluk hidup.

    Oleh karena itu, protein memiliki daya tarik bagi para biokimiawan. Protein

    merupakan konstituen utama dari kulit jaringan syaraf, tendon, otot rambut dan

    darah, serta protein eksis dalam semua sel yang hidup (Stevens, 2001).

    H2N CH

    R

    C

    O

    NH CH COOH

    R'

    Gambar 1. Struktur umum protein dengan 2 asam amino

    Protein adalah biopolimer yang terdiri atas banyak asam amino yang

    berhubungan satu dengan lainnya melalui ikatan amida (peptida). Protein

    memainkan berbagai peranan dalam sistim biologis. Beberapa protein merupakan

    komponen utama dari jaringan struktur (otot, kulit, kuku, rambut). Protein lain

    mengangkut molekul dari satu bagian ke bagian lain dalam makhluk hidup, juga ada

    yang bertindak sebagai katalis dalam banyak reaksi biologis yang diperlukan untuk

    mempertahankan hidup (Hart dkk., 2003).

    Protein mempunyai peranan kunci dalam proses biologis dalam semua tingkat

    organisme, baik organisme tingkat rendah sampai dengan organisme tingkat tinggi.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    5/25

    Peran biologis tersebut mempunyai cakupan yang sangat luas, antara lain seperti

    transport dan penyimpanan, pengaturan dan koordinasi gerak, penunjang mekanik,

    proteksi terhadap imun, rangsangan, intergrasi metabolisme, kontrol pertumbuhan

    dan diferensiasi. Antibodi merupakan protein yang sangat spesifik dan dapat

    mengenal serta berkombinasi dengan benda asing seperti virus, bakteri dan sel yang

    berasal dari organisme lain, membangkitkan dan menghantar imfuls saraf

    (Katili, 2009).

    Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersusun oleh

    matarantai asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau

    lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu atau lebih gugus amino (-NH2) yang salah

    satunya terletak pada atom C tepat sebelah gugus karboksil (atau atom C alpha).

    Asam-asam amino yang berbeda-beda (ada 20 jenis asam amino dalam protein

    alamiah) bersambung melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil

    suatu asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang di sampingnya

    (Sudarmadji, 1989).

    Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang

    dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi

    translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih mentah, hanya

    tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi,

    terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi (Stevens, 2001).

    Ada empat struktur dasar dari protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier

    dan kuarterner. Struktur primer menunjukkan jumlah jenis dan urutan sama amino

    dalam molekul protein. Oleh karena ikatan antar asam amino ialah ikatan peptida

    maka struktur primer protein juga menunjukkan ikatan peptida yang urutannya

    diketahui. Untuk mengetahui jumlah, jenis dan urutan asam amino dalam protein

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    6/25

    dilakukan analisis yang terdiri dari beberapa tahap yaitu (Poedjiadi, 1994):

    1. Penentuan jumlah rantai polipeptida yang berdiri sendiri

    2.

    Pemecahan ikatan antara rantai polipeptida

    3. Pemecahan masing-masing rantai polipeptida

    4. Analisis urutan asam amino pada rantai polipeptida.

    Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar

    yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Yang dimaksud dengan

    protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam

    amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas protein dan

    gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat,

    lipid atau asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut

    bentuk molekulnya yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber

    mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut sedangkan protein

    globularberbentuk bulat (Poedjiadi, 1994).

    Penentuan kadar protein dapat dilakukan dengan berbagai metode,

    bergantung pada jenis sampel dan ketersediaan alat serta bahan (pereaksi). Metode

    yang umum digunakan adalah metode Kjedahl, Lowry dan Biuret. Penentuan kadar

    protein dengan metode biuret didasarkan atas pengukuran absorban dari senyawa

    kompleks antara protein dengan pereaksi biuret yang berwarna ungu. Hal ini terjadi

    apabila protein bereaksi dengan tembaga (salah satu komponen dari biuret) dalam

    suasana basa. Prinsip kerja metode Lowry adalah reduksi Cu2+dari CuSO4(Reagen

    Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan dan sistein yang terdapat dalam

    protein. Ion Cu+bersama dengan fosfomolibdat dan fosfotungstat yang terkandung

    dalam reagen Folin membentuk warna biru yang dapat ditera oleh spektrofotometer

    (Septiani dkk., 2004).

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    7/25

    Beberapa metode yang sering digunakan antara lain (Sudarmadji, 1996):

    1. Metode Spektrofotometer UV

    Kebanyakan protein mengabsorbsi sinar ultraviolet maksimum pada 280 nm.

    Hal ini terutama untuk mengidentifikasi adanya asam amino tirosin, triptofan,

    dan fenilalanin yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan

    absorbsi sinar UV adalah cepat, mudah dan tidak merusak bahan. Untuk

    keperluan perhitungan digunakan pula kurva standar.

    2. Metode Turbidimetri atau Kekeruhan

    Metode ini didasarkan pada kekeruhan yang terbentuk pada larutan yang

    mengandung protein apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya

    Tri Chloro Acetic Acid (TCA), kalium ferri sianida [K4Fe(CN)6] atau asam

    sulfosalisilat.

    3. Metode Pengecatan

    Beberapa bahan pewarna misalnya Orange G. Orange 12 dan Amido Black

    dapat membentuk senyawaan berwarna dengan protein dan menjadi tidak larut.

    Dengan mengukur sisa bahan pewarna yang tidak bereaksi dalam larutan

    (dengan kolorimeter), maka jumlah protein dapat ditentukan dengan cepat.

    Metode Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya

    tampak cahaya ultra ungu (Ultraviolet). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi

    cahaya tampak terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya

    Ultraviolet dapat menyebabkan transfuse elektron (Hendayana, 1994).

    Spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorpsian energi

    cahaya oleh suatu system kimia itu sebagai fungsi dari panjang gelombang radiasi.

    Spektrofotometer iltraviolet-cahaya tampak (UV-VIS) adalah salah satu jenis

    spektrofotometri. Semua molekul yang dapat mengabsorpsi radiasi dalam daerah

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    8/25

    UV-tampak karena mereka mengandung elektron, baik berpasangan maupun tidak

    berpasangan, yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang

    gelombang dimana absorpsi itu terjadi, bergantung pada berapa kuat elektron itu

    terikat dalam molekul itu. Electron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat

    dengan kuat dan doperlikan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang pendek

    untuk eksitasinya (Day dan Underwood, 2002).

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    9/25

    BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan induk

    (BSA 1 mg/mL), Lowry B (Na2CO3 2 % dalam NaOH 0,1 N, larutan

    Na-K Tartrat 2 % dan larutan CuSO4.5H2O), Lowry A (larutan Follin Clocalteus dan

    akuades), larutan standar (0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10; 0,12) M, larutan sampel,

    blanko, akuades, tissue rolldan kertas label.

    3.2 Alat

    Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah rak tabung, tabung

    reaksi, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 400 mL, pipet skala 0,2 mL, pipet skala

    1 mL, pipet skala 5 mL, filler pipet, corong, labu semprot, neraca analitik, sendok

    tanduk, batang pengaduk, labu takar 25 mL, pipet tetes, spektrofotometer 20 D+ dan

    bulb.

    3.3 Prosedur Kerja

    3.3.1 Pembuatan Larutan Induk

    Dalam percobaan ini tidak ada pembuatan larutan induk, karena larutan

    induk BSA telah tersedia di laboratorium.

    3.3.2Pembuatan Larutan Standar

    Larutan standar dibuat dengan cara melakukan pengenceran terhadap larutan

    induk BSA. Terlebih dahulu dihitung banyaknya volume yang ingin dipipet dan

    volume yang ingin ditambahkan yang telah diketahui konsentrasinya dan volume

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    10/25

    totalnya. Setelah diketahui disediakan 6 buah tabung reaksi yang bersih dan kering.

    Kemudian dengan menggunakan pipet skala 0,2 mL, larutan induk dipipet sesuai

    dengan volume yang telah dihitung masing-masing dengan konsentrasinya. Lalu

    ditambahkan akuades dengan volume yang telah dihitung seperti pada tabel di

    berikut ini:

    Tabel 1. Pembuatan larutan standar

    Konsentrasi (M)Volume larutan

    induk (mL)

    Volume aquades

    (mL)

    Volume Total

    (mL)

    0,02 0,04 1,96 2,00

    0,04 0,08 1,92 2,00

    0,06 0,12 1,88 2,00

    0,08 0,16 1,84 2,00

    0,10 0,20 1,80 2,00

    0,12 0,24 1,76 2,00

    3.3.3Pembuatan Reagen Lowry

    Pada pembuatan pereaksi Lowry A yaitu dengan pencampuran antara follin

    dengan akuades dengan perbandingan 1 : 1, digunakan follin sebanyak 2 mL dan

    akuades 2 mL. Kemudian dengan menggunakan pipet skala 5 mL, follin dan

    akuades dipipet lalu dimasukkan ke dalam gelas kimia 10 mL. Lalu larutan

    dihomogenkan.

    Pembuatan Lowry B dilakukan dengan mencampurkan Na2CO3 dalam NaOH

    0,1 N, larutan CuSO4.5H2O 1 %, dan larutan Na-K-Tartrat 2 % dengan

    perbandingan 100 : 1 : 1. Diambil larutan Na2CO3 dalam NaOH 0,1 N sebanyak

    25 mL, ditambahkan dengan 0,25 mL larutan CuSO4.5H2O 1 % dan ditambahkan

    lagi dengan 0,25 mL Na-K-Tartrat 2 %, lalu dihomogenkan.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    11/25

    3.3.4 Preparasi Sampel

    Larutan sampel dilakukan dengan pengenceran 100 kali, yaitu dengan

    memipet sampel sebanyak 0,02 mL, lalu diencerken dengan cara ditambahkan

    akuades sebanyak 1,98 mL sehingga volume total menjadi 2 mL. Kemudian

    dihomogenkan.

    3.3.5 Penentuan Kadar Protein

    Disediakan 6 buah tabung reaksi yang telah berisi 2 mL larutan standar pada

    konsentrasi berturut-turut 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 dan 1,2 mg/mL, 1 buah tabung reaksi

    yang diisi blanko sebanyak 2 mL dan 1 buah tabung reaksi yang diisi 2 mL larutan

    sampel, masing-masing ditambah dengan 2,75 mL reagen Lowry B, kemudian

    dikocok dan didiamkan selama 15 menit. Setelah itu ditambah lagi dengan 0,25 mL

    larutan Lowry A, dikocok dan didiamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Lalu

    diukur absorbansinya dengan spektrofotometer 20D+ pada panjang gelombang

    maksimum tertentu (ditentukan terlebih dahulu).

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    12/25

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Pengamatan

    Pada percobaan ini digunakan spektrofotometer untuk menentukan kadar

    protein yaitu dengan cara mengukur absorbansinya. Sebelum mengukur absorban

    dari masing-masing larutan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang

    gelombang maksimum. Konsentrasi yang digunakan untuk menentukan panjang

    gelombang maksimum adalah 0,06 M. Data panjang gelombang dapat dilihat pada

    tabel di bawah ini :

    Tabel 2.Data Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    (nm) Absorban

    610 0.044

    620 0.057

    630 0.055

    Grafik 1. Hasil Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    0

    0.01

    0.02

    0.03

    0.04

    0.05

    0.06

    600 610 620 630 640

    Absorbansi

    Panjang Gelombang

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    13/25

    Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum, dengan menggunakan

    panjang gelombang ini kita dapat menentukan kadar protein pada masing-masing

    konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometer. Sehingga didapatkan data di

    bawah ini.

    Tabel 2.Data Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

    Konsentrasi Absorban

    0,02 -0.009

    0,04 0,009

    0,06 0,057

    0,08 0,065

    0,10 0,097

    0,12 0,073

    Sampel 0,041

    Blanko 0

    Grafik 2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Protein

    y = 0.9743x - 0.0195

    R = 0.814

    -0.02

    0

    0.02

    0.04

    0.06

    0.08

    0.1

    0.12

    0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

    absorbansi

    Konsentrasi

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    14/25

    NH2 CH

    R

    C

    O

    O

    NH2CH

    R

    C

    O

    ONHCH

    R

    C

    O

    HO

    NH CH

    R

    C

    O

    OH

    Cu2+

    NH2 CH

    R

    C

    O

    NH CH

    R

    C

    O

    NH CH

    R

    C

    O

    ONa + CuSO4

    NH2 CH

    R

    C

    O

    NH CH

    R

    C

    O

    NH CH

    R

    C

    O

    OH + NaOH

    Berdasarkan grafik di atas, diperoleh persamaan y = 0,974x - 0,019.

    Data absorbansi yang diperoleh disubstitusikan ke dalam persamaan standar

    y = 0,974x - 0,019. Dimana y adalah absorbansi dan x adalah kadar protein.

    Diketahui : y = 0,041

    0,041 = 0,974x - 0,019

    0,974x = 0,06

    x =

    x = 0,062 mg/mL

    Selanjutnya dikalikan dengan faktor pengenceran sehingga didapatkan :

    Kadar protein = 0,062 mg/mL x 100

    = 100,06 mg/mL

    Jadi, kadar protein dalam sampel adalah 100,06 mg/mL.

    4.2 Reaksi

    Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    15/25

    H2N CHC

    CH2

    OH

    O

    OH

    H3PO4(MoO3)13 + + H2OH2N CHC

    CH

    OH

    O

    O

    + atau

    H2(PMo13O40)

    H3(PMo13O40)

    4.3 Pembahasan

    Pada percobaan ini ditentukan kadar protein dalam suatu sampel dengan

    menggunakan metode Lowry. Penentuan kadar protein ini didasarkan pada reaksi

    protein dengan asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan

    memberikan warna biru yang mana intensitas dari warnanya bergantung pada

    konsentrasi dari protein tersebut. Berdasarkan hal inilah sehingga kita dapat

    mengukur absorbannya dengan menggunakan spektrofotometer.

    Prinsip metode Lowry adalah reaksi antara Cu2+dengan ikatan peptida dan

    reduksi asam fosfomolibdat dan asam fosfotungstat oleh tirosin dan triptofan akan

    menghasilkan warna biru. Warna yang terbentuk terutama dari hasil fosfomolibdat

    dan fosfotungstat. Oleh karena itu warna yang terbentuk tergantung dari tirosin dan

    triptofan yang terdapat dalam protein.

    Larutan Lowry yang digunakan pada percobaan ini ada dua macam yaitu

    Lowry A dan Lowry B. Asam fosfotungstat dan fosfomolibdat dari larutan Lowry A

    berfungsi memberikan warna pada larutan yaitu warna biru, dimana intensitas

    warnanya bergantung pada konsentrasi dari protein itu sendiri. Sedangkan pada

    pembuatan pereaksi Lowry B, bahan-bahan dalam pereaksi Lowry ini memiliki

    fungsi yang berbeda-beda. CuSO4 berfungsi untuk mereduksi fosfomolibdat dan

    fosfotungstat, Na-K-Tartrat berfungsi untuk mencegah terjadinya pengendapan

    kupro oksida dalam pereaksi Lowry B, sedangkan Na2CO3digunakan sebagai garam

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    16/25

    yang mengkoordinasikan reaksi dalam suasana basa bersama dengan NaOH.

    Pereaksi Lowry B diteteskan pada larutan sampel, larutan sampel dan blanko

    kemudian dikocok perlahan agar bercampur dengan baik dan didiamkan selama 10

    menit agar reaksi berlangsung sempurna. Setelah itu ditambahkan pereaksi Lowry

    A, dihomogenkan lalu didiamkan selama 20 menit pada suhu kamar. Hal ini

    dilakukan agar reaksi berlangsung sempurna. Reagen Lowry B ditambahkan terlebih

    dahulu agar larutan CuSO4dapat mereduksi asam fosfotungstat dan fosfomolibdat

    yang terdapat pada Lowry A. Asam fosfotungstat dan fosfomolibdat inilah yang

    memberikan warna biru pada larutan ini. Setelah itu diukur absorbansinya

    menggunakan spektrofotometer.

    Pada percobaan ini dilakukan pengenceran 100 kali agar larutan tidak pekat

    sehingga absorbannya dapat diukur pada spektrofotometer karena konsentrasi

    larutan dan tebal media dapat mempengaruhi pengukuran absorbansi.

    Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan persamaan standar

    y = 0,974x - 0,019. Dari persamaan tersebut dapat diketahui kadar protein dalam

    sampel, yaitu sebesar x = 0,0616 mg/mL, kemudian nilai tersebut dikalikan dengan

    faktor pengenceran yang digunakan yaitu 100, sehingga didapatkan kadar protein

    dalam sampel adalah 100,061 mg/mL.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    17/25

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa

    dengan menggunakan metode Lowry diperoleh kadar protein dalam sampel adalah

    100,06 mg/mL.

    5.2 Saran

    5.2.1 Saran Untuk Percobaan

    Sebaiknya menggunakan metode yang tidak memerlukan waktu yang lama.

    5.2.1 Saran Untuk Laboratorium

    Sebaiknya alat laboratorium diperbanyak, terutama bulp. Agar tidak ada

    hambatan dalam percobaan serta waktu yang digunakan lebih efisien.

    5.2.2 Saran Untuk Asisten

    Sebaiknya menjelaskan prosedur percobaan secara menyeluruh dan jelas

    sebelum dilakukan percobaan, agar praktikan tidak bingung.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    18/25

    DAFTAR PUSTAKA

    Day, R.A., dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,diterjemahkan oleh Iis Sopyan, Erlangga, Jakarta.

    Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, J.D., 2003, Kimia Organik Edisi Kesebelas,

    diterjemahkan oleh Suminar Setiati Achmadi, Erlangga, Jakarta.

    Hendayana, 1994, Kimia Analitik Instrumen Edisi I, IKIP Semarang Press.

    Semarang.

    Katili, A.S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kalogen, Jurnal Pelangi Ilmu,

    2(5) : 197-1000.

    Poedjadi, A., 1994,Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

    Septiani, Y., Tjahjadi, P., dan Artini, P., 2004, Kadar Karbohidrat, Lemak, dan

    Protein pada Kecap dari Tempe,Bioteknologi, 1 (2) : 48-53,

    Stevens, M.P., 2001, Kimia Polimer, Pradnya Paramita, Jakarta.

    Sudarmadji, S., 1989, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty Yogyakarta,

    Yogyakarta.

    Tim Penyusun, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin,

    Makassar.

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    19/25

    LEMBAR PENGESAHAN

    Makassar, 4 Maret 2014

    ASISTEN PRAKTIKAN

    SARTIKA RESKY DWI CAHYATI

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    20/25

    Lampiran I

    Bagan Kerja

    1.

    Pembuatan Larutan Induk BSA 1 mg/mL

    2. Pembuatan Larutan Standar

    a. Larutan Standar 0,02 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,04 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,96 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    b. Larutan Standar 0,04 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,08 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,92 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    10 mg BSA

    -

    Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

    -Dilarutkan dengan akuades hingga tanda garis

    -Dihomogenkan

    Hasil

    Larutan BSA 1 m /mL

    Hasil

    Larutan BSA 1 mg/mL

    Hasil

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    21/25

    c. Larutan Standar 0,06 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,12 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,88 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    d.

    Larutan Standar 0,08 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,16 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,84 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    e. Larutan Standar 0,10 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,20 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,80 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    Larutan BSA 1 mg/mL

    Hasil

    Larutan BSA 1 mg/mL

    Hasil

    Larutan BSA 1 m /mL

    Hasil

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    22/25

    f. Larutan Standar 0,12 mg/mL

    Dipipet sebanyak 0,24 mL ke dalam tabung reaksi

    Ditambahkan akuades sebanyak 1,76 mL

    Dihomogenkan

    Diberi label

    3.

    Pembuatan Reagen Lowry

    a. Pembuatan Reagen Lowry A

    Ditambahkan akuades sebanyak 2 mL

    Dihomogenkan

    b. Pembuatan Reagen Lowry B

    Ditambahkan 2,5 mL CuSO4

    Ditambahkan 2,5 mL K-Na-Tartrat

    Dihomogenkan

    Larutan BSA 1 mg/mL

    Hasil

    2 mL follin

    Hasil

    Hasil

    25 mL Na2CO3dalam NaOH

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    23/25

    4. Preparasi Sampel

    Dipipet 0,02 mL ke dalam tabung reaksi

    Dilarutkan dengan akuades hingga 2 mL

    Dihomogenkan

    5.

    Preparasi Kadar Protein

    Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi

    Ditambahkan dengan 2,75 mL larutan Lowry B

    Didiamkan selama 15 menit

    Ditambahkan dengan 0,25 mL larutan Lowry A

    Didiamkan selama 30 menit

    Diukur absorbannya dengan menggunakan

    spektrofotometer 20 D+

    Larutan Sampel

    Hasil

    2 mL blanko 2 mL larutan standar 2 mL larutan sampel

    Data

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    24/25

    Lampiran II

    Perhitungan

    1.

    Perhitungan Larutan Standar

    Pembuatan larutan standar ini didasarkan pada rumus:

    V1 M1= V2 M2

    a. Untuk konsentrasi 0,02 mg/mL

    b.Untuk konsentrasi 0,04 mg/mL

    c. Untuk konsentrasi 0,06 mg/mL

    d.Untuk konsentrasi 0,08 mg/mL

  • 8/10/2019 Laporan Kadar Protein RDC

    25/25

    e. Untuk konsentrasi 0,1 mg/mL

    f. Untuk konsentrasi 0,12 ppm

    2. Perhitungan Kadar Protein Dalam Sampel

    Slope = a = 0,974

    Intercept = b = -0,019

    Dari grafik, didapatkan persamaan y = 0,974x0,019, dimana y = 0,041

    0,041 = 0,974x0,019

    0,06 = 0,974x

    x = 0,062

    maka konsentrasi kadar protein = x . FP

    = 0,062

    x 100

    = 100,06

    mg/mL