laporan identifikasi pendahuluan
DESCRIPTION
identifikasi anion dan kationTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Daftar isi
IDENTIFIKASI DAN PREPARATIF SAMPEL
REAKSI SPESIFIK TERHADAP KATION SAMPEL ANORGANIK
REAKSI SPESIFIK TERHADAP ANION SAMPEL ANORGANIK
ANALISA GOLONGAN KATION SISTEM CARNOG
ANALISA GOLONGAN KATION SISTEM GARSTENZANG
ANALISA GOLONGAN ANION SISTEM WEISZ
ANALISA KUALITATIF SENYAWA ORGANIK (KLT)
1
IDENTIFIKASI DAN PREPARATIF SAMPEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Berdasarkan uji kualitatif dari sampel senyawa organik ataupun senyawa
anorganik.
1.2 Tujuan Percobaan
Memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pengenalan suatu sampel
dari golongan senyawa anorganik atau senyawa organik serta melihat karakterisasi
atau pengelompokan sifat sampel yang dianalisis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Identifikasi sampel
Identifikas sampel merupakan langkah awal sebelum melakukan analisis
kimia untuk menetapkan jenis / karakter / golongan dari sampel yang akan
dianalisis,sekaligus pula dapat metoda / prosedur kerja analisisnya.Identifikasi
meliputi pengamatan secara makro tentang wujud / rupa / warna / bau sifat
hidroskopik.Dalam praktikum ini jenis atau golongan sampel diberitahu seperti
sampel dari golongan senyawa anorganik atau organic.
Preparatif sampel
Preparatif sampel bertujuan untuk menyiapkan sampel siap saji diukur
dengan alat ukur baik secara gravimetric,volumetric maupun secara inteeraksi
electron dalam sampel penyiapan sampel ini sangat menentukan keberhasilan suatu
analisis.
2.2 Teori Tambahan
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi
komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis
kualitatif, sedangkan langkah estimasinya adalah langkah kuantitatif. Analisis
kualitatif dapat dikatakan lebih sederhana, sedangkan analisis kuantitatif agak lebih
rumit. Analisis kualitatif bertujuan mengidentifikasi penyusun-penyusun suatu zat,
campuran-campuran zat, atau larutan-larutan yang biasanya unsur-unsur
penyusunnya bergabung antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan analisis
3
kuantitatif bertujuan untuk menentukan banyaknya penyusun-penyusun suatu zat
atau persenyawaan. Biasanya identifikasi zat dilakukan dengan penambahan zat lain
yang susunannya telah diketahui, sehingga terjadi perubahan (reaksi kimia).
Analisis kualitatif bertujuan menentukan ada tidaknya unsure,radikal,ion atau
senyawa dalam zat atau campuran zat yang tidak diketahui atau sampel,sedangkan
untuk menentukan struktur molekul atau struktur Kristal tidak termasuk.
1. Analisa kualitatif semi mikro / makro
a. Dapat dilakukan dalam bermacam – macam skala dalam analisa
makro
2. Analisa kuantitatif
a. Analisa dengan reaksi kering,yaitu proses penetapan kualitatif
dilakukan
b. dalam keadaan kering.
c. Analisa reaksi basah,analisa terjadi bisa dalam keadaan larutan.
Zat yang susunannya telah diketahui dan yang menyebabkan terjadinya
reaksi disebut pereaksi (reagen).Cara kering hanya menyediakan informasi yang
diperlukan dan informasi tersebut bersifat jangka pendek. Sedangkan cara basah
dapat digunakan untuk analisis makro, semimakro, dan mikro sehingga banyak
keuntungan yang didapat, misalnya reaksi terjadi dengan cepat dan mudah
dikerjakan. Perubahan yang terjadi pada cara basah adalah terjadinya endapan,
perubahan warna larutan, dan timbulnya gas.
Reagen yang umum digunakan adalah HCl, H2S, (NH4)2S, (NH4)2CO3.
Kation biasanya bereaksi dengan reagen tertentu yang ditandai dengan terbentuknya
endapan atau tdak. Jadi, bisa dikatakan bahwa klasifikasi kation yang paling umum
didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation
tersebut
.
4
Klasifikasi sebagai berikut :
a. Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan-endapan dengan asam klorida
encer. Kation pada golongan ini adalah timbal (Pb), merkuri (Hg+) dan perak (Ag).
b. Golongan II
Kation golongan II akan memberikan endapan jika direaksikan dengan
hidrogen sulfida, dalam suasana asam mineral encer. Kation golongan II masih
dibedakan menjadi:
1. Kation yang dapat larut dalam polisulfida, yaitu: timah (III), arsenik (III),
arsenik (V), timah (II), stibium (III), stibium (V), dan timah (IV).
2. Kation yang tidak dapat larut dalam polisulfida, yaitu: bismuth, tembaga,
merkuri (Hg2+), dan kadmium (Cd2+).
c. Golongan III
Kation golongan III akan membentuk endapan jika direaksikan dengan
ammonium sulfida dalam suasana netral/amoniak. Kation golongan III tidak dapat
bereaksi dengan H2S atau HCl encer. Kation golongan III adalah kobalt (II), nikel
(II), besi (II), kromium (III), alumunium, seng dan mangan.
d. Golongan IV
Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III.
Kationkation ini membentuk endapan dengan adanya ammonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium,
strontium dan barium.
e. Golongan V
Kation golongan V tidak bereaksi dengan reagen golongan I, II, III, dan IV.
Kation yang termasuk dalam golongan ini adalah magnesium, natrium, kalium,
ammonium, litium, dan hidrogen.
5
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat yang Digunakan
1. Tabung reaksi ukuran
kecil, sedang
2. Rak tabung reaksi
3. Batang pengaduk kaca
4. Plat tetes
5. Pipet tetes
6. Gelas kimia 250, 500 mL
7. Spatula
8. Kawat nikrom
9. Kaki tiga + kasa asbes
10. Kaca arloji
11. Botol semprot
12. Penjepit tabung
13. Alat destruksi basah
14. Botol warna penyimpanan
sampel
3.2 Bahan yang Digunakan
1. Sampel dari senyawa
anorganik
2. Sampel dari senyawa
organik
3. Aquadest
4. HCl 2 M
5. HCl pekat
6. Metilen klorida
7. Etil asetat
8. N-hexan
9. H2SO4 pekat
10. HNO3 2M
11. HNO3 pekat
12. H2O2
13. Alcohol
14. Metanol
15. Aseton
16. Na2CO3
17. K2CO3
18. NaOH
6
3.3 Cara Kerja
1. Pengenalan secara makro
2. Uji pelarut anorganik
3. Uji pelarut organik
Warna sampel Unsur /senyawa yang ada
7
Data fisik
- Diidentifikasi wujud, rupa, warna dan bau
Sampel organik / anorganik
Larutan larut
- Dimasukkan dalam test tube+ masing-masing : H2O, HNO3 2M,
HNO3 pekat, HCl 2M, HCl pekat dan Aquaregia
Sampel anorganik
Larutan
- Dimasukkan dalam test tube+ masing-masing : aceton,
alkohol, eter dan kloroform
Sampel organik
Hijau Ni(II),Fe(II),Cs(II),CrO3,Hg2,Cl2,KMnO4
Biru Cu(II),Co(II),HgO,HgI2,HgS,Sb2S3,CrO4,Cu2O,K4Fe(CN)6,Cr2O4
Merah Pb3O4,As2O3
Merah jambu Mn(II),Co(II)
Kuning Fe(III),As2O3,HgO,Cds,PbI2,CrO4,K4Fe(CN)4,3H2O
Coklat Fe(III),PbO,CdO,Fe2O4,Ag3AsO4,SnS,Fe2O3,Fe(OH)3
Hitam PbS,CuS,CuO,HgS,FeS,MnO2,CO3O4,COS,NiS,Ni3O3,Ag2S,C
4. Preparatif sampel
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Larutan sampel
- Dilarutkan dengan pelarut yang cocok sebanyak 500 mL
- Dimasukkan dalam botol berwarna, ditutup yang baik
Sampel anorganik/ organik
4.1 Hasil percobaan
1. Identifikasi sampel
- Uji makro sampel anorganik: berwujud padat,tidak berbau, dan berwarna
putih merah dan bertekstur lembut.
- Uji makro sampel organik:
1. Sampel anorganik
Sampel Pelarut Hasil
Anorganik Aquades Endapan hitam banyak, larutan tidak berwarna
Anorganik HCl 2M Endapan hitam banyak, larutan kuning
Anorganik HCl pekat Endapan hitam sedikit, larutan kuning
Anorganik HCL 6M Endapan hitam banyak, larutan kuning
Anorganik HNO3 2M Endapan hitam banyak, larutan kuning
Anorganik HNO3 pekat Endapan hitam banyak, larutan kuning
Anorganik HNO3 6M Endapan hitam banyak, larutan kuning
Anorganik Aquaregia Endapan hitam banyak, larutan kuning
2. Sampel organic daun
Sampel Pelarut Hasil
Organik daun Metilen klorida Endapan hijau, larutan hijau keruh
Organik daun Etil asetat Endapan hijau, larutan hijau keruh
Organik daun N-Hexana Endapan hijau, larutan hijau keruh
Organik daun Metanol Endapan hijau, larutan hijau keruh
Organik daun Aseton Endapan hijau, larutan hijau keruh
3. Sampel organic batang
Sampel Pelarut Hasil
Organik batang Metilen klorida Endapan hijau kuning, larutan hijau muda
9
keruh
Organik batang Etil asetat Endapan hijau kuning, larutan hijau muda
keruh
Organik batang N-Hexana Endapan hijau kuning, larutan hijau muda
keruh
Organik batang Metanol Endapan hijau kuning, larutan hijau muda
keruh
Organik batang Aseton Endapan hijau kuning, larutan hijau muda
keruh
4. Sampel organic akar
Sampel Pelarut Hasil
Organik akar Metilen klorida Endapan coklat, larutan tidak berwarna
Organik akar Etil asetat Endapan coklat, larutan tidak berwarna
Organik akar N-Hexana Endapan coklat, larutan tidak berwarna
Organik akar Metanol Endapan coklat, larutan tidak berwarna
Organik akar Aseton Endapan coklat, larutan tidak berwarna
4.2 Pembahasan
Pada percobaan identifikasi sampel senyawa anorganik didapatkan hasil
wujud padat berupa serbuk dengan warna hitam putih diduga terdapat unsur Fe pada
senyawa tersebut. Sampel ini dilarutkan dalam pelarut yang bermacam –
macam,yaitu Aquades, HCl 2M, HCl pekat, HNO3 2M, HNO3 pekat, dan aquaregia.
Pada sampel ini yang paling larut dan warna larutannya paling keruh yaitu pada
pelarut HCl pekat. Karena kemungkinan dari pemeriksaan secara makro terdapat
unsur Fe sehingga dapat lebih mudah bereaksi :
Fex + HCl FeClx + H2O
10
Pada pelarutan senyawa organik, sampel tumbuhan yang digunakan adalah
tumbuhan darh-darahan. sampel daun, akar, batang yang sebelumnya sampel di
keringkan lalu digerus hingga benar – benar lembut lalu itu larutkan dengan pelarut
yang berbeda – beda,diantaranya Metilen klorida, Etil asetat, n-hexana, methanol,
dan aseton pada masing – masing sampel organik dan dilihat pada pelarut mana
sampel organic yang paling larut. Pada sampel daun yang paling sedikit endapannya
dan yang paling keruh warna larutannya yaitu pada pelarut metilen klorida, pada
akar pelarut yang digunakan juga pada metilen klorida, dan pada batang larutan yang
endapannya paling sedikit dan memliki warna paling pekat dengan memakai pelarut
etil asetat.
BAB V
KESIMPULAN
11
- Sampel anorganik : menggunakan pelarut HCl pekat
- Sampel organic daun : menggunakan pelarut metilen klorida
- Sampel organic akar : menggunakan pelarut metilen klorida
- Sampel organic batang : menggunakn pelarut etil asetat
- Sampel kemungkinan mengandung unsur Fe
DAFTAR PUSTAKA
- Chokodozt idzis.blogspot.com/identifikasi dan preparative sampel- Ismiarni.2010.anlitik dasar.alarmlearning.blogspot.com/search/label- Khopkar,S.M.2010.Konsep dasar Analitik.Jakarta:Penerbit Universitas
12
- Indonesia- Muchtar, rusvirman. 2012. Petunjuk praktikum kimia analitik I. Cimahi :
Laboratorium kimia analitik FMIPA Unjani.
UJI KUALITATIF REAKSI REAGEN SPESIFIK KATION UNTUK
SAMPEL ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
13
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan reaksi reagen spesifik kation untuk sampel anorganik
1.2 Tujuan percobaan
Untuk melakukan reaksi spesifik terhadap kation dengan menggunakan
reagensia yang khas untuk kation bersangkutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dasar
14
Analisa kualitatif untuk kation melalui reaksi spesifik, kation harus dalam
keadaan tunggal tidak bercampur dengan kation lain. Untuk mengindari reaksi
gangguan yang mungkin terjadi. Namun untuk beberapa kation dapatdikerjakan
dalam keadaan tercampur paling banyak 2 atau 3 kation.dalam pengambilan reagen
pereaksi tidak boleh menggunakan pipet untuk reaen yang berbeda, satu pipet untuk
satu reagen.
2.2 Teori tambahan
Kimia analisa kualitatif adalah suatu analisa yang diguanakan untuk
mengidentifikasi suatu zat yang terdapat dalam suatu campuran atau zat tunggal
dengan cara melakukanreaksi spesifik untuk memastikan kation apa yang terdapat
dalam suatu unsure,maka harus dilakukan reaksi yang spesifik, dimana reaksi
tersebut bertujuan untuk memisahkan atau menggolongkan unsure – unsure yang
ada,terutama jika zat dalam bentuk campuran.Beberapa cara analsa sistematika
kation, antara lain metode H2S dan metode non H2s.Pembagian kation berdasarkan
golongannya, sebagai berikut :
a. Kation golongan I, disebut golongan asam klorida, contohnya
Pb2+,Ag2+,Hg+
b. Kation golongan II, disebut gogolngan hydrogen sulfide, contohnya
Cu2+,Hg2+,Cd2+,Bi3+,As3+,Sb3+ dan Sn2+
c. Kation golongan III, disebut goglongan ammonium klorida,
contohnya Fe2+,Fe3+,Al3+,Cr3+
d. Kation golongan IV, disebut golongan ammonium karbonat,
contohnya Ba2+,Ca2+,Sr2+.
e. Kation golongan V, disebut golongan sisa, contohnya
Mg2+,K+,Na+,NH4.
Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara
sistematik, dapat ditetapkan ada tidaknya golongan – golongan
kation dan dapat juga memisahkan golongan – golongan ini untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
15
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum,
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida dan ammonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia –
reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh dikatakan bahwa
klasifikasi kation yang paling umum didasarkan pada perbedaan kelarutan dari
klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut.
Didalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu
diantaranya :
Golongan I.
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium(I) (raksa) dan perak.
Golongan II.
Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion
golongan ini adalah merkurium(II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik(III),
arsenik(V), stibium(III), stibium(V), timah(II) dan timah(III)(IV).
Golongan III (Zn2+, Mn2+, Fe2+ atau Fe3+, Co2+, Ni2+, Al3+, Cr3+)
Ion-ion dari kation golongan III semuanya diendapkan oleh hydrogen sulfida
dalam buffer amoniak-amonium klorida. Golongan ini golongan hidrogen sulfida
basa atau golongan alumunium-besi. Sulfida yang tak dapat diendapakan pada
golongan II akan terlihat pada golongan III. Sulfida golongan III memiliki Ksp lebih
besar dibandingkan golongan II sehingga dibutuhkan konsentrasi S2- > yang
dipenuhi oleh larutan hidrogen sulfida dalam suasana basa (pH = 9).
Golongan IV (Ca2+ dan Ba2+)
Kalsium dan Barium terletak dalam satu golongan memiliki sifat-sifat kimia
yang mirip dan sulit untuk saling dipisahkan. Klorida, Sulfida dan Hidroksida dari
Barium dan Kalsium bersifat larut kedua kationnya dapat dipisahkan dengan
16
golongan sebelumnya. Kedua ion dapat diendapakan sebagai karbonat dalam suasana
buffer ammonium klorida-amoniak.
Golongan V (Mg2+, Na+, K+, NH4+)
Senyawa kation golongan V memiliki derajat kelarutan yang sangat tinggi,
sehingga disebut golongan larut. Untuk identifikasi kation golongan V tidak cukup
ditetapkan dengan satu pereaksi spesifik. Ion amonium diidentifikasi dari sampel
yang tidak diketahui melalui gas yang dibebaskannya. Untuk kation lainnya tidak
ada pereaksi pengendap yang spesifik. Tambahan identifikasinya dilakukan dengan
menggunakan tes nyala.
Analisa kation dalam kimia analisis – langkah dalam analisis kation secara
umum dapat dikategorikan dalam 3 tahapan sebagai berikut :
- Tahap pertama : pemisahan kation – kation kedalam golongan
kation tiap golongan diendapkan sebagi senyawa dengan pereaksi
pengendap golongan tertentu
endapan yang dihasilkan mengandung kation – kation dalam satu
golongan
pemisahan endapan dan larutan teknik sentrifugasi dekantasi
pereaksi pengendap golongan berikutnya ditambahkan pada larutan
hasil dekantasi.
- Tahap kedua : pemisahan kation – kation dari tiap golongan serangakaian
reaksi memisahkan satu kation dalam satu kelompok dari katoon lainnya.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat-alat percobaan
1. Test tube ukuran sedang 2. Test tube
17
3. Penjepit tabung
4. Pembakar Bunsen
5. Plat tetes
6. Batang pengaduk
7. Pipet tetes
8. Spatula
9. Gelas kimia 100,250ml
10. Kaki tiga + kasa asbes
11. Gelas ukur 10,25ml
12. Kaca arloji
13. Kaca karbon
14. Kertas saring
15. Botol semprot
3.2 Bahan
1. Aquades
2. AgNO3 2M
3. HCl 2M
4. (NH4)2CO3
5. HNO3 2M
6. KBr 1M
7. PbNO3 1 M
8. K2CrO4 1 M
9. NaOH 2 M
10. H2SO4 2 M
11. SnCl2 1 M
12. Anilin
13. Lempeng Cu
14. Cu(NO3)2 2 M
15. K4FeCN6
16. Cd(NO3)2 2 M
17. Cinchonine
18. KI
19. Ba(NO3)2
20. CH3COOH 1 M
21. Cr(NO3)3 2 M
22. Mg(NO3)2 2 M
23. NH4Cl 2 M
24. Bi(NO3)2 2 M
25. As(NO3)2 2 M
26. NaOH 6 M
27. Serbuk Al
28. HgCl2 2 M
29. H2O2 3 %
30. HNO3 pekat
31. Mo(NO3)2 1 M
32. Cacotheline
33. Rhodamin B
34. KNO3 padat
35. Na-asetat 6 M
36. Na2S2O3 padat
37. KIO4 / NaBIO3 padat
38. FeCl3 2 M
39. NH4OH pekat
40. Na2HPO4 1 M
41. Titan yellow
42. KNO3 2 M
18
43. NaCl 2 M
44. MnCl2 2 M
45. NH4Ac 6 M
46. Aluminon
47. (NH4)2CO3
48. Morin
49. Na2CrO4
50. Pb-asetat 1 M
51. Na-asetat 1 M
52. Ni(NO3)2 2 M
53. Dymetilglikosin
54. Co(NO3)3 2 M
55. KSCN padat
56. Amilalkohol
57. α-nitro β-naphtol
58. kloroform
59. Zn(NO3)2 2 M
60. Ca(NO3)2 2 m
61. (NH4)2C2O4 1 M
62. NaNO3
63. Zn uranil asetat
64. NH4(NO3)
65. Benzoinoxim
19
3.3 Cara kerja
1. 10 buah test tube bersih & kering disiapkan, stu buah diberi nama praktikan
dan diserahkan ke asisten
2. Reaksi spesifik kation kelompok I : Ag+, Pb2+, Hg2+, Cu2+, Cd2+, Bi3+, As3+,
Sb3+
3. Uji masing – masing kation dilakukan dengan reagen spesifik yang sesuai
1. Ag+
+ HCl 2 M
Dicuci dengan H2O + 1 tetes KBr 1M + 1 tetes
larut dengan (NH4)2CO3 2M HNO3 2M
2. Hg2+
Ditambahkan pada sekeping tembaga
digosok dengan kertas saring
+ 1 tetes larutan K2CrO4 1M
larut dalam NaOH 2M
20
1 tetes Sampel
Endapan putih AgCl
1 tetes larutan
Hasil mengkilat
1 tetes larutan
Endapan kuning HgCrO4
Hasil
larutan
Endapan putih AgClEndapan kuning AgBr
Hasil
3. Sb3+
+ 2 tetes reagen Rhodamin B
+ beberapa hablur KNO2
diaduk
+ 10 tetes NaOAc 6M
+ sebutir Na2S2O3
Dipanaskan 3 – 5 menit
4. Pb2+
+ 1 tetes larutan K2CrO4 1M
larut dalam NaOH 2M
+ 1 tetes larutan H2SO4 2M
1 tetes alcohol
21
2 tetes larutan
Warna ungu
5 tetes larutan
Warna merah
1 tetes larutan
Endapan kuning PbCrO4
Hasil
1 tetes larutan
Endapan putih PbSO4
Bila telah selesai kelompok I, pemeriksaan dilanjutkan pada kelompok II.
1). Sn2+
+ 1 tetes HgCl2
Dibubuhkan ke kertas saring
+ 1 tetes larutan Sn++
2). Fe+++
+ KSCN 2M + K4FeCN6
3). Al3+
+ 2 tetes NH4Ac + 3 tetes
pereaksi morin
+ 3 tetes pereaksi aluminon
- dipanaskan 5 menit
+ 3 tetes larutan (NH4)2CO3 sampai larutan basa
22
3 tetes larutan
Endapan putih
1 tetes cacacothelin
Warna merah / ungu
1-2 tetes larutan
Warna merah darah
1-2 tetes larutan
5 tetes larutan
Endapan merah
3 tetes larutan
Warna biru
Fluoresensi hijau
Bila telah selesai kelompok II, pemeriksaan dilanjutkan pada kelompok III.
1. Reaksi spesifik kation kelompok II : Sn++, Fe+++, Mn++, Al+++, Cr+++, Ni++, Co++,
Zn++, Ca++
2. Uji masing – masing kation dilakukan dengan reagen spesifik yang sesuai
1). Mg++
+ 2 tetes NH4Cl + 1 tetes pereaksi titan
yellow
+ beberapa tetes NH4OH + 1 tetes NaOH 2 M
+ 2 tetes Na2HPO4
2).NH4+
- Dipanaskan dengan 0,5 mL NaOH 6M
23
Endapan merah
Tercium bau yang keluar
Zat padat
1 tetes larutan
Endapan putih
2 tetes larutan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil percobaan
Uji Hasil
Uji Fe3+ : sampel + KSCN Terjadi perubahan warna dari kuning
menjadi merah, ini menunjukan adanya
kation Fe3+
Uji Al3+ : sampel + pereaksi morin Terjadi perubahan warna menjadi warna
flourensia hijau, ini menunjukan adanya
kation Al3+
Uji Fe3+ : sampel + K4Fe(CN)6 Terbentuk warna biru saat penambahan
pereaksi
4.2 Pembahasan
Reaksi yang terdapat dalam metode analisa kualitatif dapat digolongkan
menjadi reaksi spesifik, reaksi sensitif dan reaksi selektif. Reaksi spesifik adalah
reaksi yang khas yang merupakan reaksi antara bahan tertentu dengan pereaksi
spesifik untuk bahan tersebut , pada percobaan kali ini dilakukan reaksi spesifik
terhadap kation (ion – ion positif) dengan menggunakan reagensia yang khas untuk
kation bersangkutan.
Pada reaksi spesifik kation kelompok 2 yakni Sn++, Mn++, Fe+++, Al+++, Cr+++,
Ni++, Co++, Zn++ dan Ca++ yang menunjukkan hasil positif terhadap sampel adalah Fe+
++ dan Al+++.
Pada saat pengujian Fe3+, sejumlah larutan sampel ditambahkan K4Fe(CN)6
terjadi warna biru. Hal tersebut menunjukan sampel positif terhadap Fe3+.
Fe3+ + 3CN- Fe(CN)3
24
BAB V
KESIMPULAN
- Hasil pertama yang positif pada Fe, dan kedua pada Al3+.
- Pada sampel anorganik mengandung kation Fe.dan Al3+
26
DAFTAR PUSTAKA
- Day,R.A,G,and underwood,A.L (1989);Quality Analisi 5th,edition,new
- Harjadi.1986.Ilmu Kimia Analitik Dasar.jakarta : PT>GRAMEDIA
- Suehla,G (Setiana dan Pudjaat maka ahli
- bahasa) (1985) Vogel analisi KALMAN MEDIA PUSTAKA
- Muchtar, rusvirman. 2012. Petunjuk praktikum kimia analitik I. Cimahi :
Laboratorium kimia analitik FMIPA Unjani.
27
UJI KUALITATIF REAKSI SPESIFIK ANION UNTUK SAMPEL
ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Berdasarkan reaksi spesifik terhadap anion dengan menggunakan reagensia
yang khas untuk anion yang bersangkutan.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk melakukan reaksi spesifik terhadap anion dengan menggunakan
reagensia yang khas untuk anion yang bersangkutan.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Analisa kualitatif untuk anion melalui reaksi spesifik, anion harus dalam
keadaan tunggal tidak tercampur dengan anion lain, untuk menghindari reaksi
gangguan yang mungkin terjadi. Namun untuk beberapa anion dapat dikerjakan
dalam keadaan tercampur paling banyak 2 atau 3 anion. Dalam pengambilan reagen
pereaksi tidak boleh menggunakan pipet untuk reagen yang berbeda, satu pipet untuk
satu reagen.
2.2 Teori Tambahan
Analisi anorganik kualitatif atau analisis kuantitatif adalah bidang kimia
annalitik yang membahas tentang identifikasi zat – zat, menfgenai unsure atau
senyawa apa yang terdapat dalam suatu unsure atau senyawa apa yang terdapat
dalam suatu sampel.Pada dasaranya metoda analisis kualitatif anorganik dapat
mendeteksi ada atau tidaknya kation atau anion dalam suatu larutan garam.Oleh
karena itu sampel yang akan diperiksa harus di larutkan terlebih dahulu menjadi
larutan garamnya.Analisi kualitatif anorganik dibagi menjadi dua yaitu uji kation dan
anion.Reaksi identifikasi yang lebih sedrhana dikenal sebagai reaksi spesifik istilah
yang pelru dipakai adalah gugugs lain yang terikat pada ion logam yang di
kelompokan :
1. Anion sedrhana seperti : O2, F2, CN-
2. Anion oksodisker seperti NO3- dan SO4-
3. Anion polmer , okso seperti : Si
Dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi
komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi dikenal sebagai analisis
29
kualitatif, sedangkan langkah estimasinya adalah langkah kuantitatif. Analisis
kualitatif dapat dikatakan lebih sederhana, sedangkan analisis kuantitatif agak lebih
rumit. Analisis kualitatif bertujuan mengidentifikasi penyusun-penyusun suatu zat,
campuran-campuran zat, atau larutan-larutan yang biasanya unsur-unsur
penyusunnya bergabung antara yang satu dengan yang lain. Sedangkan analisis
kuantitatif bertujuan untuk menentukan banyaknya penyusun-penyusun suatu zat
atau persenyawaan. Biasanya identifikasi zat dilakukan dengan penambahan zat lain
yang susunannya telah diketahui, sehingga terjadi perubahan (reaksi kimia).
Zat yang susunannya telah diketahui dan yang menyebabkan terjadinya
reaksi disebut pereaksi (reagen). Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan dua
macam cara, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Cara kering biasanya digunakan
pada zat padat, sedangkan cara basah digunakan pada zat cair (larutan) yang
kebanyakan menggunakan pelarut air. Cara kering hanya menyediakan informasi
yang diperlukan dan informasi tersebut bersifat jangka pendek. Sedangkan cara
basah dapat digunakan untuk analisis makro, semimakro, dan mikro sehingga banyak
keuntungan yang didapat, misalnya reaksi terjadi dengan cepat dan mudah
dikerjakan. Perubahan yang terjadi pada cara basah adalah terjadinya endapan,
perubahan warna larutan, dan timbulnya gas.
Penambahan suatu elektrolit yang mengandung ion sejenis ke dalam larutan
jenuh suatu garam akan menurunkan kelarutan garam tersebut karena konsentrasi ion
bertambah dan kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan garamnya. Untuk
mempermudah dalam reaksi identifikasi kation-anion, maka digunakan metode
analisis kualitatif sistematik.metode ini merupakan pengklasifikasian kationkation ke
dalam 5 golongan.
30
BAB 3
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat yang Digunakan
1. Test tube ukuran sedang
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pembakar Bunsen
5. Palat tetes
6. Batang pengaduk
7. spatula
8. kaca arloji
9. pipet tetes
10. kaki tiga + kasaasbes
11. gelas kimia
12. gelas ukur
13. kertas saring
14. botol semprot
15. Penjepit tabung
3.2 Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. AgNO3 1M
3. HNO3 1M
4. (NH4)2CO3 1M
5. KBr 1M
6. CHCl3
7. KMnO4 1 M
8. H2SO4 3M
9. H2O2 10%
10. SiO2 padat
11. H2SO4 pekat
12. H2SO4 1M
13. KMnO4 1 M
14. Serbuk Mg
15. KHSO4 padat
16. As2O3 padat
17. K2CR2O7 padat
18. Ba(OH)2 2M
19. Kertas PbOAc
20. Natrium nitropusid
21. Ba(NO3)2 1M
22. HCl 1M
23. HCl pekat
24. Thioreum 10%
25. FeCl3 0,1M
26. FeSO4 pekat
27. HNO3 6M
28. Am.molibdat 2M
29. NaOH 1%
30. Metilalkohol
31. CaCl2 1M
32. KIO3 1M
31
3.3 Cara Kerja
1. Uji Br-
\
33
+ AgNO3 1M
+ HNO3
Endapan putih kuning
sampel
+ 5 tetes CHCl3
+ 3 tetes KMNO4 1M
+ 3 tetes H2SO4 3M
-kocok
Endapan putih coklat/ kuning hilang dengan H2O2 10%
3 tetes sampel
2. Uji F-
3. Uji I-
4. Uji SO42-
34
+ SiO2 padat
+ H2SO4 pekat
hasil
sampel
+ AgNO3 1M
+ HNO3
Endapan kuning
sampel
+ HCl
+ Ba(NO3)2
hasil
Endapan putih
sampel
5. Uji SO32-
+ setetes larutan Ba(NO3)2 atau larutan Ba(OH)2
+ setetes larutan air brom
6. Uji S2O32-
+ 3 tetes larutan HCl 2M
+ 2 tetes larutan KIO3 + 1 tetes larutan Ba(NO3)2
+ larutan kanji + 1 tetes larutan air brom
7. Uji PO43-
35
1 tetes sampel
Endapan putih
6 tetes sampel
Warna biru
Endapan putih
+ 2 tetes HNO3 6M
+ 3 tetes per em.molibdat
-panaskan
Endapan kuning
3 tetes sampel
BAB V
KESIMPULAN
- Pada sampel anorganik,positif mengandung
- Uji anion yang positif yang telah di uji yaitu pada
37
UJI KUALITATIF KATION SISTEM GOLONGAN CARNOG UNTUK
SAMPEL ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan system carnog uji kualitatif kation untuk sampel anorganik
I.2 Tujuan Percobaan
Untuk melakukan pemisahan kation menurut sistem carnog menggunakan
(NH4)2S dan test akhir menandakan adanya kation yang dicari dilakukan reaksi
spesifik terhadap kation dengan menggunakan reagensia yang khas untuk kation
bersangkutan.
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Dasar
Analisa kualitatif untuk kation berdasarkan sistem Carnog, ditujukan untuk
menghindari penggunaan gas H2S. Gas H2S sangat beracun.Pengerjaan disesuaikan
denga diagram di bawah ini dan test spesifisik untuk kationnya dapat dikerjakan
dalam kedaan tercampur paling banyak 2 atau 3 kation.Dalam pengambilan reagen
pereaksi tidak boleh mengunakan pipet untuk reagen yang berbeda, satu pipet untuk
satu reagen.
2.2 Teori Tambahan
Identifikasi kation berdasarkan H2S
Kation dalam suatu cupilkan dapat diketahui dengan melakukan uji
menggunakan pereaksi – pereaksi yang spesifik,meskipun agak sulit mendapatkan
pereaksi yang spesifik untuk setiap kation.oleh karena itu umumnya dilakukan
terlebih dahulu penggolongan kation.Sebelum dilakukan pengendapan golongan da
reaksi identifikasi kation dengan cara basah cupilkan padat harus dilarutkan
dahulu.Supaya mendapatkan larutan cupilkan yang baik, zat yang akan dianalisis
dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan.Analisa kualitatif untuk kation melalui
reaksi spesifik, kation harus dalam keadaan tunggal tidak tercampur dengan kation
lain, untuk menghindari reaksi gangguan yang mungkin terjadi. Namun untuk
beberapa kation dapat dikerjakan dalam keadan tercampur paling banyak 2 atau 3
kation. Dalam pengambilan reagen reaksi tidak boleh menggunakan pipet yang sama
untuk reagen yang berbeda, satu pipet untuk satu reagen. Unsur logam dalam
larutannya akan membentuk ion positif atau kation, sedangkan unsur non logam akan
membentuk ion negatif atau anion. Banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis kualitatif. Ion ion dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisika dan
kimianya.
40
Suatu pereaksi menyebabkan sebagian kation mengendap dan sebagian larut,
maka setelah dilakukan penyaringan tehadap endapan terbentuk dua kelompok
campuran yang masing-masingnya kurang dari campuran sebelumnya. Reaksi yang
terjadi saat pengidentifikasian menyebabkan terbentuknya zat-zat baru yang berbeda
dari zat semula dan berbeda sifat fisiknya.
41
BAB 3
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat-alat yang Digunakan
1. Test tube ukuran sedang
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pembakar Bunsen
5. Plat tetes
6. Pesawat kip
7. Batang pengaduk
8. Spatula
9. Kaca arloji
10. Pipet tetes
11. Kaki tiga + kasa asbes
12. Penangas air
13. Gelas kimia
14. Gelas ukur
15. Alat sentrifuga
16. Kertas saring
17. botol semprot
3.2 bahan – bahan yang digunakan
1. Aquades
2. Aquaregia
3. HCl 6M
4. H2O2 10%
5. Air Iodida
6. NH4OH 2M
7. FeS
8. Air brom
9. (NH4)2S2
10. K2CrO4
11. NaOH 2M
12. H2SO4 2M
13. Na2S2O3 padat
14. KSCN 2M
15. Na2CO3 padat
(NH4)2CO3
16. NH4CL
17. (NH4)2CO3
18. Pereaksi kation
19. KBr 1M
20. SnCl
21. Anilin
22. Plat Cu
23. HNO3 1:1
24. H2SO4
25. NH4OAc 2M
26. NaOAc 1M
27. KI-Cinchonin
28. K4Fe(CN)6
29. Benzoinoxim
30. HCl pekat
42
31. NaBiO3 padat
32. KClO3 padat
33. AgNO 1M
34. α- nitro-β-naphtol
35. alkohol 65%
36. Zn uranil asetat
37. Pereaksi anion
38. KCN 2M
39. NaOH 6M
40. Serbuk Al
41. PbOAc 2M
42. Pereaksi molibdat
43. Garam inggris
44. HNO3 pekat
45. Serbuk Fe
46. HgCl2 5%
47. Cacothelein
48. KNO3 padat
49. Rhodamin B
50. HCl pekat
51. KIO3
52. HOAc 6M
53. CuSO4 0,1%
54. CHCl3
55. Na2HPO4
43
BAB V
KESIMPULAN
- Pada sampel anorganik positif mengandung
- Uji anion yang positif yang telah di uji yaitu pada
47
UJI KUALITATIF KATION SISTEM GOLONGAN GARSTENZANG
UNTUK SAMPEL ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan system Garstenzang uji kualitatif kation untuk sampel
anorganik
1.2 Tujuan percobaan
Untuk melakukan pemisahan kation menurut sistem H2S dan test
akhir menandakan adanya kation yang dicari dilakukan reaksi senyawa
spesifik terhadap kation dengan menggunakan reagensia yang khas untuk
kation bersangkutan.
49
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dasar
Analisa kualitatif untuk kation berdasarkan sistem Garstenzang
pengerjaan disesuaikan dengan diagram dibawah ini dan test spesifik untuk
kationnya dapat dikerjakan dalam keadaan tercampur paling banyak 2 atau 3
kation. Dalam pengambilan reagen pereaksi tidak boleh menggunakan pipet
untuk reagen yang berbeda, satu pipet untuk satu reagen.
2.2 Teori tambahan
Kation dalam suatu cupilkan dapat diketahui denga melakukan uji
menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit
mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation.Oleh karena itu
umunya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation sebelum dilakukan
pengendapan goglongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah
cuplikan padat harus dilarutkan dahulu.Supaya mendapatkan larutan yang
baik,zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan.
50
BAB 3
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat-alat percobaan
1. Test tube
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pembakar Bunsen
5. Plat tetes
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Kaca arloji
9. Pipet tetes
10. Pipet tetes
11. Kaki tiga + kasa asbes
12. Gelas kimia 100,250 ml
13. Gelas ukur 10,25 ml
14. Alat sentrifuga
15. Kertas saring
16. Botol semprot
51
3.2 Bahan yang digunakan
1. Aquades
2. HCl 6 M
3. H2O2 10%
4. Air brom
5. NH4OH 2 M
6. NaCl 2 M
7. K2CO3 2 M
8. KOH 2 M
9. Na2HPO4
10. pereaksi kation
11. pereaksi anion
52
3.3 Cara Kerja
1. 10 buah test tube disiapkan lengkap dengan raknya, bersih dan kering
+ HCl
Ag, Pb, Hg Sentrat
+ KOH + K2CO3 + Br2
Hg, Bi, Mn, Fe, Pb, Co,
Sentrat
Cd, Cu, Ni, Ca, Sr, Ba, Mg
+ HCl + H2O2 Sb, Sn, Al Sentrat
NH3 + H2O2
Zn, Cr, Al sentrat
Hg, Bi,Fe, Pb + Na2HPO4
Ca, Ba, Sr, Mg Sentrat
+ KOH + Br2
53
Campuran
BAB V
KESIMPULAN
- Kation yang pertama positif adalah pada uji
- Kation yang kedua positif adalah pada
- Sampel anorganik mengandung kation
55
UJI KUALITATIF ANION SISTEM WEISZ UNTUK SAMPEL
ANORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip percobaan
Analisa kualitatif untuk anion berdasarkan weisz dan ekstraksi dengan soda
(Na2CO3)
1.2 Tujuan percobaan
Untuk melakukan pemisahan menurut sistem weisz dan test akhir
menandakan adanya anion yang dicari dilakukan reaksi spesipik terhadap
anion dengan menggunakan reagensia yang khas untuk anion bersangkutan.
57
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dasar
Analisa kualitatif untuk anion berdasarkan weisz, berdasarkan
ekstraksi dengan soda (Na2CO3). Zat yang akan dianalisa dicampur dengan
larutan jenuh Na2CO3 dan dipanaskan selama 10-15 menit diatas penangas
air. Endapan yang terjadi disaring dan filtratnya dinamakan ekstrak soda atau
ekstrak karbonat. Reaksi penukaran ion yang terjadi adalah sebagai berikut :
LX + Na2CO3 Na2X + LCO3
Anion X itu membentuk garam yang mudah larut. Pengerjaan
disesuaikan dengan diagram dibawah ini dan test spesifikasi untuk anionnya
dapat dikerjakan dalam keadaan tercampur paling banyak 2 atau 3 anion.
Dalam pengambilan reagen pereaksi tidak boleh menggunakan pipet untuk
reagen yang berbeda, satu pipet untuk satu reagen.
2.2 Teori tambahan
Analisa kualitatif untuk anion berdasarkan system weisz.analisia
anion tidak jauh berbeda dengan analisis kation.Uji pendahuluan awal pada
analisis anion yang berdasarkan pada sifat fisik seprti warna,terbentuknya
gas,hanya sajapada analisis anion tidak memiliki metode analisis standar
yang sistematis seperti analisis kation endapan yang terjadi di saring dan
filtratnya dinamakan ekstrak soda atau ekstrak karbonat anion yang
menghasilkan asam lemah volatile atau dioksida dengan asam sulfat pekat
anion dapat di kelompokan sebagai berikut :
58
a) Anion sederhana
b) Anion oksodiskra
c) Anion polimeroksa
d) Anion kompleks halide.
Analisa anion adalah analisa yang bertujuan untuk menganalisa
adanya ion dalam sampel. Sedangkan analisa kualitatif dilakukan untuk
mengetahui jenis unsur atau ion yang terdapat dalam suatu sampel. Jadi,
analisa anion secara kualitatif merupakan analisa yang dilakukan untuk
mengetahui adanya anion serta jenis anion apa saja yang terdapat dalam suatu
sampel.
Anion merupakan ion bermuatan negatif. Dalam analisa anion dikenal
adanya analisa pendahuluan yang meliputi analisa kering dan analisa basah.
Analisa kering merupakan pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa) dan
pemanasan. Analisa basah meliputi pemeriksaan kelarutan dalam air, reaksi
pengendapan, filtrasi atau penyaringan, dan pencucian endapan. Dalam
analisa anion juga ada uji anion saling mengganggu, misal CO32- dan SO3
2-,
NO32- dan NO2- dll.
Kemungkinan adanya anion dapat diperkirakan dengan mengetahui
kepastian kation apa saja yang terdapat dalam larutan sampel pada percobaan
terdahulu yaitu percobaan analisis kation.
Analisa kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi
keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa
kualitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari
kimia dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis
kualitatif menggunakan beberapa pereaksi diantaranya pereaksi golongan dan
pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis
anion/kation suatu larutan.
59
BAB 3
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat - alat percobaan
1. Testtube ukuran sedang
2. Rak tabung
3. Penjepit tabung
4. Pembakar Bunsen
5. Plat tetes
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Kaca arloji
9. Pipet tetes
10. Kaki tiga + kasa asbes
11. Gelas kimia 100,250 ml
12. Gelas ukur 10,25 ml
3.2 Bahan – bahan percobaan
1. Aquades
2. AgNO3 1M
3. Na2CO3 jenuh
4. (NH4)2CO3
5. HNO3 2M
6. NH4OH
7. Ca(NO3)2
8. Asam benzoat
9. Asam salisilat
10. HOAc 2M
11. Ba(NO3)2
12. Benzen
60
3.3 Cara Kerja
1. 10 buah test tube disiapkan lengkap dengan raknya, bersih dan kering
2. Satu test tube diberi nama praktikan, diserahkan pada asisten
3. Analisa dilakukan menurtu diagram dan prosedur dibawah ini
+ AgNO3 + NH3 + (NH4)2CO3
Cl-, Br-, I-, SCN-, S2-, sentrat
AsO3-, IO4-
Ekstrak benzoat SiO32-, IO3-, BrO3- sentrat
Salisilat + NH4OH
Ca(NO3)2
F-, C2O42-, AsO4
3-, sentrat
PO43-
Ba(NO3)2
HOAc CrO42-, SO4
2- Larutan
BO33-
F-, C2O42- Larutan
PO43-, AsO4
3-
61
Ekstrak soda
UJI KUALITATIF DENGAN SISTEM KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS
UNTUK SAMPEL ORGANIK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip percobaan
Berdasarkan pembuatan bubur silica dengan metoda KLT
1.2 Tujuan percobaan
Penentuan ada tidak senyawa yang dicari didalam sampel dengan metode
KLT, dengan menggunakan absorban, bubur silika gel yang dibandingkan dengan
bubur bentonit dan Al2O3.
65
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori dasar
Analisa kualitatif organik sangat berbeda dengan analisa kualitatif anorganik.
Analisa kualitatif unsur ditujukan untuk penentuan unsur utamanya yakni karbon,
diman senyawa yang akan dilebur dengan logam Na, sehingga unsur Cl, Br, I dan S
direduksi menjadi ionnya seperti S menjadi S2-, dalam senyawa organik menjadi
CN-. Ion-ion tersebut diidentifikasi dengan reagen yang sesuai. Dalam praktikum ini
kualitatif senyawa organik dilakukan dengan menentukan ada tidak senyawa yang
dicari didalam sampel dengan menggunakan metoda kromatografi dari jenis lapisan
tipis atau lebih dikenal dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Pendeteksian
senyawa dilakukan dengan uap yodium atau lampu UV. Dalam pengambilan reagen
tidak boleh menggunakan pipet untuk reagen yang berbeda. Satu pipet untuk satu
reagen.
2.2 Teori tambahan
Kromatrogafi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen yang
dipisahkan terdistribusi dalam 2 fasa.salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan
stasioner dengan permukaan yang luasb yang lainnya seperti fluida yang mengalir
lembut disepanjang landasan stasioner.ketika pita tersebut melewati kolom,
pelebaran disebebkan oleh rancangan kolom dan kondisi pengerjaan dan dapat
diterangkan secara kuantitatif dengan pengrtian jarak dengan teori kolom adalah
jantung kromatrografi, pemisahan sesungguhnya komponen dicapai dalam kolom.
Kromatrografi lapis tipis ialah metoda pemisahan fisika kimia.Lapisan yang
memisahkan yang terdiri atas bahan berbutir butir(fasa diam) di tempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok.Analisa senyawa
organik pun dapat berjalan dengan sederhana, pengukuran sifat fisik, misalnya titik
66
leleh, indeks bias dapat memberikan informasi senyawanya, dengan merujuk ke
buku sebagai referensi baik pada data titik leleh, indeks bias atau data yang dicari.
Pengukuran dua sifat fisik, seperti titik didih dan indeks bias dapat
memberikan informasi tentang karakteristik senyawa yang didapat. Kelemahan
dalam penentuan sifat fisik adalah adanya zat-zat pengotor dan tidak murninya
senyawa yang diperoleh. Ketidakmurnian senyawa dapat diketahui dari spektrum IR-
nya. Metoda yang sederhana untuk senyawa-senyawa tercampur dalam sampel
dengan metoda Kromatografi, misalnya Kromatografi Lapisan Tipis (KLT). Lapis
tipis dibuat dengan menyebarkan bubuk cair dari absorben (Al2O3.SiO2 atau tepung
sellulosa) di permukaan plat kaca.
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu dari metoda
kromatografi cair yang fasa diamnya berupa lapisan tipis pada sejenis penyangga.
Dengan memakai KLT, pemisahan senyawa yang amat berbeda seperti
senyawa organik alam dan senyawa organik sintetik, kompleks anorganik-organik,
dan bahkan ion anorganik, dapat dlakukan dalam beberapa menit dengan alat yang
ada dan gejala kromatografi yang terlibat. Kelebihan KLT yang lain adalah
pemakaian pelarut dan cuplikan yang jumlahnya sedikit, kemungkinan penotolan
cuplikan berganda (saling membandingkan langsung cuplikan praktis) dan
tersedianya berbagai metode (seperti KCP, KCC dan kromatografi eksklusi).
Pada KLT, fase cair berupa lapisan tipis (tebal 0,1 - 2 mm) yang terdiri atas
bahan padat yang dilapiskan kepada permukaan penyangga datar yang biasanya
terbuat dari Ca, tetapi dapat pula terbuat dari polimer atau logam. Lapisan melekat
kepada permukaan dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau
amilum (pati). Pada KLT lapisan tipis itu biasanya berfungsi sebagai permukaan
padat yang menyerap (cair-padat), walaupun dapat pula dipakai sebagai penyangga
zat cair.
KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya dipakai
sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua,
67
dipakai untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai
dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.
Penyiapan lempeng. Dalam kromatografi lapisan tipis bahan penyalut yang
beraneka ragam, meskipun gel silika digunakan lebih sering daripada bahan lain.
Namun pemisahan kation pada gel silika tak selalu memuaskan karena banyak kation
mempunyai nilai Rf yang hampir sama dan tetap terkelompok pada absorben ini.
Bubuk selulosa disarankan sebagai adsorben untuk pemisahan kation dengan TLC
68
BAB 3
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat yang digunakan
1. Test tube ukuran sedang
2. Rak tabung
3. Plat kaca atau Aluminium
4. Kapiler kaca 2 µL
5. Lampu UV
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Plat tetes
9. Chamber
10. Gelas kimia 100,250 mL
11. Gelas ukur 10,25ml
12. Kertas saring
13. Botol semprot
3.2 Zat – zat yang digunakan
1. Aquades
2. Silica gel
3. Bentonit powder
4. Yodium padat
5. N-hexana
6. CHCl3
7. Etil asetat
8. Al2O3 powder
9. Methylen klorida
10. Aseton
11. Metanol
12. alkohol
69
3.3 Cara kerja
1. Persiapan sampel
Diambil tumbuhan
Diekstrak dengan aseton, metanol, n-hexan, metal
klorida, CHCl3
Disimpan dalam botol yang berwarna tertutup
Siap untuk dianalisa
2. Pembuatan plat KLT
ditimbang masing – masing 100 g
dimasukkan kedalam gelas piala 400 Ml
dipanaskan selama 5 menit dengan api sedang
setelah dingin, ditambahkan air secukupnya (sampai
terendam), lalu diaduk merata
lempeng Al atau plat (kaca datar) disiapkan yang bersih
dan kering
ditaburkan secara merata diatas plat, dengan ketebalan 1
- 2 µm
dibiarkan kering secara dianginkan
70
Plat KLT
Silika gel, bentonit
Larutan
sampel
3. Pengukuran sampel
Diberi tanda di pinggir untuk menandai totolan
sampel dan tanda batas aliran eluen
Masing – masing sampel dan standar ditotolkan
pada batas yang ditandai pada plat sebagai start
elusi
Chamber yang telah diisi dengan eluen metal
klorida : n-hexana ( 1: 4) yang tinggi larutan
eluen tidak melebihi tanda totolan
Dimasukkan ke dalam chamber
Dibiarkan mengelusi sampai bidang batas eluen
yang telah ditentukan
Noda yang muncul diamati melalui bantuan uap
yodin atau lampu UV
Percobaan diulangi dengan mengganti eluen :
Methanol : aseton = 1 : 1
n-hexana : CHCl3 = 1 : 4
methanol = 2
aseton = 2
masing – masing sampel dihitung Rf-nya
71
Data sampel
Plat yang telah dibubuhi bubur atau absorban
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Keterangan :
A = akar
b B = batang
D = daun
a = jarak sampel mengelusi
b = jarak batas elusi
- Eluen I methanol : aseton = 1 : 1
Sampel organic Warna Jarak
Daun Kuning samar
Batang
Akar
Rf = cm cm
cm
72
a
A B D
- Eluen II metil klorida : n – hexan = 1 : 4
Sampel organic Warna Jarak
Daun
Batang
Akar
Rf = cm cm
cm
- Eluen 3 n – hexan : CHCl3 = 1 : 4
R f = c m
cm
cm
- Eluen 4 methanol = 2
73
Sampel organic Warna Jarak
Daun
Batang
Akar
Sampel organic Warna Jarak
Daun Kuning,hijau 5,4 cm
Batang Tidak ada -
Akar Tidak ada -
Rf = cm cm
cm
- Eluen V aseton = 2
Sampel organic Warna Jarak
Daun
Batang
Akar
Rf = cm cm
cm
4.2 Pembahasan
74