laporan ian laju alir harlinda mastura s 03

Upload: rere-putri-sasori

Post on 18-Jul-2015

397 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI DAN PENGENDALIAN PROSES

PENGENDALIAN LAJU ALIR

OLEH :

HARLINDA MASTURA S 090307004

PROGRAM STUDI MIGAS JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE 2011

Lembar TugasJudul Praktikum Jurusan/Prodi Nama NIM : : : : Pengendalian Laju Alir

Teknik Kimia/Migas Harlinda Mastura S 090307004 : II Migas/IV

Kelas/Semester Kelompok Anggota : :

4 (empat) 1) Uswatun 2) Harlinda Mastura S 3) Khairul Fahmi

Uraian Tugas : 1) Lakukan percobaan dengan menggunakan pengendali ON-OFF, P, PI, PID : * On-Off : - Set Point = 60% - Gain = 1 25% * P, PI, PID: - Set Point = 60% - Hiterisis = 20% Dengan tanpa gangguan

- Derevative Time = 4 menit

- Proporsional Band = 100% - Actual Signal = 100% - Integral Time = 5 menit 30% Dengan tanpa gangguan

2) Lakukan percobaan tiap 30 menit untuk masing-masing pengendalian 3) Buat grafik keluaran, amati data tiap 2 menit sekali

Kepala Laboratorium

Dosen Pembimbing

Ir.Syafruddin, Msi NIP. 1965 0819 1998 02 1001 1001

Ir.Harunsyah, M.Eng, Sc NIP. 1965 0330 1993 03

Lembar Pengesahaan

Judul Praktikum Mata Kuliah Jurusan/Prodi Nama Mahasiswa

: : : :

Pengendalian Laju Alir Praktikum Instrumentasi dan Pengendalian Proses Teknik Kimia/Migas Harlinda Mastura S 090307004

Nomor Induk Mahasiswa : Kelas/Semester Dosen Pembimbing Nomor Pegawai : : :

II Migas/IV Ir.Harunsyah, M.Eng, Sc 1965 0330 1993 03 1001

Tanggal Pengesahan :

Kepala Laboratorium

Dosen Pembimbing

Ir.Syafruddin, Msi NIP. 1965 0819 1998 02 1001 1001

Ir.Harunsyah, M.Eng, Sc NIP. 1965 0330 1993 03

BAB I Pendahuluan

1.1 Judul Praktikum

:

Pengendalian Laju Alir

1.2 Tujuan Percobaan1) Untuk melihat karakteristik dari masing-masing pengendali di (On-Off, P,PI, PID) yang terjadi pada system 2) Dapat memahami prinsip kerja suatu alat ukur laju alir

1.3 Alat dan Bahan1.3.1 Alat yang digunakan :1) Seperangkat alat pengendali CRF 2) Gelas ukur 3) Beaker gelas 4) Stopwatch

1.3.1 Bahan yang digunakan : 1) Air 2) Udara

1.4 Prosedur Kerja1) Sambungkan arus listrik2) Hidupkan dengan menekan tombol start 3) Kemudian hidupkan (tekan tombol pomp) pada posisi ON 4) Buka keran 5) Atur skala voltmeter berdasarkan skala yang ditentukan 6) Alirkan air sebanyak batasan yang digunakan dalam waktu tertentu 7) Catat jumlah air yang keluar dalam waktu yang telah ditentukan.

1.5 Rangkaian Pelalatan

Rangkaian alat pengendalian CRF Keterangan :1. Tanki Air 2. Pompa Sentrifugal 3. Katup Udara Sebanding

4. Tranduser5. Udara Masuk Bertekanan 6. Kompresor Udara Masuk Bertekanan 7. Kompresor Udara 8. Penggerak Elektronik 9. Perlengkapan Elektrik 10. Seperangkat Komputer 11. Valve Manual 12. Katup Selenoid untuk Mengatasi Gangguan

13.

Flowmeter

14. Valve Manual 15. Pengatur Flow 16. Sensor Flow

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Pengertian Pengendalian ProsesGambar 2.1 Sistem Pengendalian proses adalah pengaturan kondisi operasi

proses agar selalu berada dalam kondisi yang diinginkan atau dikendalikan. Tujuannya adalah : 1) Mengatasi terjadinya gangguan 2) Menstabilkan proses 3) Optimalisasi kondisi operasi Pengendalian

Laju alir merupakan ketetapan untuk menghitung perpindahan fluida, pengendalian laju alir fluida merupakan hal yang sangat penting dalam industry kimia maupun perminyakan. Selain untuk kepentingan proses, pengendalian laju alir pada aliran bahan baku dan prorduk akan berkaitan langsung dengan dana yang harus dikeluarkan atau diterima oleh perusahaan. Dalam melakukan studi proses penting untuk diketahui bahwa proses yang berlangsung di Industri Kimia sesungguhnya (real world) berjalan secara dinamik, yakni variabel- variabel yang menentukan terjadinya proses itu berubah-ubah terhadap waktu. Agar proses itu berjalan sesuai dengan target-target yang ditentukan, maka proses itu harus dikontrol secara automatis. Target-target proses yang tersebut antara lain adalah :

1. Terjaminnya keselamatan (safety) baik bagi buruh maupun peralatan yang ada. 2. Terjaganya kualitas produk, misalnya komposisi produk, warna, dll. Pada keadaan yang kontinyu dan dengan biaya minimum. 3. Proses berlangsung sesuai dengan batasan lingkungan, maksudnya limbah yang dihasilkan oleh proses tersebut tidak melebihi ambang batas lingkungan. 4. Proses berlangsung sesuai dengan batasan-batasan operasinya. Berbagai jenis peralatan yang digunakan dalam sebuah pabrik kimia memiliki batasan (constraint) yang inherent untuk operasi peralatan tersebut. Batasan-batasan itu seharusnya terpenuhi di seluruh operasi sebuah pabrik. 5. Ekonomis, operasi sebuah pabrik harus sesuai dengan kondisi pasar, yakni ketersediaan bahan baku dan permintaan produk akhirnya. Oleh karena itu, harus seekonomis mungkin dalam konsumsi bahan baku, energi, modal, dan tenaga kerja. Hal ini membutuhkan pengontrolan kondisi operasi pada tingkat yang optimum, sehingga terjadi biaya operasi yang minimum, keuntungan yang maksimum, dan sebagainya.

2.2 Pengontrol CRF dan Unit Studi Peraturan/RegulasiUnit yang memungkinkan untuk analisa suatu regulasi pengulangan dimana solusi suatu laju alir adalah kuantitas pengendaliannya jika dibandingkan dengan jumlah lain seperti tinggi cairan atau temperature laju alir bukanlah suatu kuantitas regulasi fungsi linier. Dalam kaitan ini memiliki pengendalian parameter yang sangat bagus. Siswa dapat meneliti efek dari regulasi parameter yang berbeda pada efesiensi peraturan rantai dan stabilitas system dan juga mendapatkan suatu pemahaman yang baik tentang komponen yang digunakan pada pengamplikasian di industri, seperti system yang terdiri dari penggunaan peralatan industri.

2.2.1 Jenis-Jenis variabel yang berperan dalam system pengendalian : 1) Proses Variable (PV) adalah besaran fisika atau kimia yang menunjukkan keadaan system proses yang dikendalikan tetap dikehendaki. 2) Manipulated Variabel (MV) adalah variable yang digunakan untuk melakukan koreksi atau pengendalian PV. 3) Set Point (SP) adalah variable yang diinginkan (nilai acuan). 4) Gabungan (W) adalah variable masukkan yang mampu mempengaruhi nilai PV tetapi tidak digunakan untuk mengendalikan. 5) Variabel keluar tidak dikendalikan adalah variable yang menunjukkan keadaan system proses tetapi tidak dikendalikan secara langsung.

2.2.2 Klasifikasi Kebutuhan Sistem PengendalianAda 3 klasifikasi kebutuhan sistem pengendalian secara umum: 1. Menekan pengaruh gangguan (disteurbance/upset) eksternal. 2. Memastikan kestabilan suatu proses kimia. 3. Optimisasi performansi suatu proses kimia.

2.2.3 Aspek-aspek Desain Sistem Kontrol Variabel (laju alir, suhu, tekanan, konsentrasi, dll) dalam proses dibagi menjadi 2 kelompok: 1. Variabel masukan (input): a) manipulated (adjustable) variable b) disturbance: 2. Variabel keluaran (output): a) dapat dikur (measured): suhu produk, laju alir produk, dll. b) tak dapat diukur (unmeasured): suhu di tray

Adapun elemen-elemen disain sistem control : 1. Mendefinisikan obyektif pengontrolan 2. Menyeleksi pengukuran 3. Menyeleksi variabel yang dimanipulasikan 4. Menyeleksi konfigurasi kontrol 5. Mendisain kontroler

2.3 Macam-Macam Tipe PengendalianSistem Pengendalian (Control System) adalah rangkaian operasi yang dilakukan konversi material secara fisika dan kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat. Peranan pengendalian proses pada dasarnya adalah suatu usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan. Seluruh komponen yang terlihat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau control system. Tipe-tipe pengendalian antara lain:

2.3.1 Pengendalian On-Off Cara sederhana untuk mengimplimentasikan control otomatis dengan menggunakan dua popsisi aquator seperti controller dengan open-open position atau besdasarkan terminollogi baca, On-Off position. Sistem pengendalian dua posisi ialah sistem pengendalian yang mempunyai element koreksi (error detector) memiliki dua tempat kedudukan, maksudnya element kendali akhir mempunyai kedudukan pada kondisi ON dan OFF (buka atau tutup). Pada pengendalian ini, sinyal keluaran dari kendali akan tetap pada harga maksimum atau minimum.

2.3.2 Pengendalian Proporsional (P) Cara mudah untuk mengimplimentasikan continue adalah dengan

mempertunjukkan sinyal x(t) menjadi proporsional perpindahan e(t), sehingga : x(t) = Kp . e(t) Dimana, Kp adalah koefisior

2.3.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI)Pengendalian proporsional integral e(t) tadak pernah nol. jika kita tidak pernah mengharapkan x(t) tidak sama dengan nol, pengendalian dapat dirancang menjadi bentuk 10. Sinyal akan menjadi proporsional ko the dis crepancy dan nilai differensial. x(t) . Kp . e(t) + Ki . ln + Co, t, e, (x), Ti = 1/Kg pengaruh penambahan integral adalah : - Memberikan akibat respon - Cenderung stabil

2.3.4 Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID) Aksi control yang ketiga dapat ditambahkan untuk mempercepat control respon yaitu derivative action. Meskiun respon cepat, namun system menjadi peka terhadap noise/bissing/turbulent karena derivative perubahan error. Persamaana yang ada di dalam PID, adalah komponen simpul umpan balik yang umum dalam sistem kontrol industri. Pengkontrol mengambil harga terukur dari suatu proses atau peralatan lainnya dan membandingkannya dengan harga setpoint acuan; beda/deviasi (error signal)nya kemudian digunakan menyetel beberapa masukan ke proses agar mengembalikan harga proses terukur ke harga setpoint yang diinginkan. Tidak seperti pengkontrol sederhana, pengkontrol PID bisa mengatur

keluaran proses didasarkan pada penyebab dan laju perubahan deviasi, sehingga kontrol menjadi stabil dan lebih akurat. x(t) = Kp . e (t) + Ki . ln + [o, t, e, (v)] + Kd, d (ect)/dp Koefisien Kd seperti istilah koefisien integral juga diketahui sebagai waktu derivative atau waktu kenaikan (advance) : TD.KD

2.4 Macam-Macam Sistem Control2.4.1 Sistem Control Manual (Open Load Control)Proses pengaturan dilakukan secara manual oleh visual, kemudian dilakukan koreksi variable. Variable operator dengan controlnya untuk

mengalami keluaran secara visual, kemuudian koreksi mengalami keluaran secara mempertahankan hasil keluuarannya. Perubahan ini dilakukan secara manual oleh operator setelah mengalami hasil keluaran, melalui alat ukur atau indicator.

2.4.2 Sistem Control Otomatis (Closs Feed Control) Sistem dapat melakukan koreksi variable-variabel contohnya secara otomatis dikarenakan adalah rangkaian tertutup sebagai umpan baik hasil keluaran menuju ke masukkan setelah dikurangkan dengan SP nya.

2.4.3 Sistem Pengendalian Digital Dalam sistem pengendalian otomatis terdapat komponen -komponen utama seperti elemen proses, elemen pengukuran (sensing element dan transmitter), elemen controller (control unit), dan final control element (control value ).

Gambar 2.2 Pengendalian Digital

2.4.4 Sistem Pengendalian Kontinyu Sistem pengendalian yang ber jalan secara kontinyu, pada setiap saat respon sistem selalu ada. Pada gambar 2.7. Sinyal e(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m(t) yang keluar dari kontroler adalah sinyal kontinyu.

Gambar 2.3 Pengendalian Kontinyu 2.3.5 Sistem Pengendalian Adaptive Sistem pengendalian yang mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan disekitarnya. 2.3.6 Sistem Pengendalian Diskrit ( digital) Sistem pengendalian yang berjalan secara diskrit, proses pengendalian tidak berjalan setiap saat, hanya pada waktu -waktu tertentu saja (pada saat terjadi pencuplikan pada waktu cupliknya). Pada gambar 2.2 sinyal e*(t) yang masuk ke kontroler dan sinyal m*(t) yang keluar dari kontroler adalah sinyal digital. Sampler pada gambar 2.2 dipergunakan untuk mengubah dari sinyal kontinyu e(t) menjadi sinyal digital e*(t). Rangkaian holding device dipakai untuk mengubah sinyal digital ke sinyal kontinyu.

Gambar 2.4 Pengendalian Disktrit

2.5 Konfigurasi Sistem PengendaliKonfigurasi system pengendali dapat didefinisikan sebagai struktur

perubahan kendali masukkan (input). Ada 3 jenis system konfigurasi pengendali : 1) Pengendalian Umpan Maju Logika kerjanya, alat pengendalian melakukan tindakan sebelum gangguan memberikan akibat pada proses. Umumnya mempergunakan pengatur (controller) serta aktuator kendali (control actuator) yang berguna untuk memperoleh respon sistem yang baik. Sistem kendali ini keluarannya tidak diperhitungkan ulang oleh kontroler. Suatu keadaan apakah plant benar-benar telah mencapai target seperti yang dikehendaki masukan atau referensi, tidak dapat mempengaruhi kinerja kontroler.

Gambar 2.5 Sistem pengendalian umpan maju

2) Pengendalian Umpan Balik Logika kerjanya, alat pengendalian baru melakukan tindakan setelah gangguan memberikan akibat pada proses.

Gambar 2.6 Sistem pengendalian umpan balik

3) Pengendalian Differensial Pengendalian dofferensial yaitu pengendalian yang menggunakan hasil pengukuran silinder untuk mengukur perubahan kendalinya. misalnya untuk kasus pengaturan level. Hasil pengukuran yang dikontrol adalah aliran masuk dan keluar.

2.6 Penganalisisan sistem pengendalianDalam mengendalikan variabel proses adalah dengan analisis dan

perancangan. Beberapa faktor yang harus dikuasai untuk me lakukan analisis sistem pengendalian atau teknik pengaturan adalah: 1. Penguasaan dasar-dasar matematika Dasar analisis dan perancangan sistem pengendalian yang sering dijumpai yaitu persamaan diferensial, Transpormasi Laplace, Transpormasi Z, Fourier, matrik, dan sebagainya. 2. Penguasaan pemodelan matematika sistem fisik Sebuah sistem fisik akan sulit di analisis apabila model matematika sistem tidak diketahui.

3. Respon sistem pengendalian Untuk memudahkan analisis biasanya dipergun akan respon transien dan frekuensi. Contoh respon diilustrasikan pada gambar 2.7

Gambar 2.7 Respon pengendalian 4. Kestabilan sistem pengendalian Dasar analisis kestabilan biasanya dipergunakan kriteria Routh -Hurwitz, pecahan kontinyu, letak akar dan Nyiquist.

2.7 Sistem Orde Pertama

Sistem orde pertama adalah sistem yang keluarannya dapat dimodelkan atau didekati dengan suatu persamaan matematis berupa persamaan differensial orde pertama. Bentuk umum sistem orde pertama untuk sistem linier atau linierisasi orde pertama adalah:

a1

0

y = b f(t)

Dengan : a1, a0 dan b = konstanta f(t) = fungsi masukan

jika a0

0, persamaan dapat ditulis :

Selanjutnya didefinisikan : dan

BAB III Data Pengamatan dan Pengolahan Data

3.1 Data Pengamatan3.1.1 Pengendalian On-Off Tabel 3.1.1.1 Waktu (menit) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 Data Pengamatan Pengendalian On-Off tanpa gangguan Laju alir (L/h) 60.5 60.8 59.3 59 60.7 55.7 55.5 55.6 55.3 55.25 Control Variabel (%) 41.9 50.5 50 49.8 50.5 46.9 46.2 46.3 46.8 46.2 Actual Signal (%) 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

Tabel 3.1.1.2 Waktu (menit) 3

Data Pengamatan Pengendalian On-Off dengan gangguan Laju alir (L/h) 53.6 Control Variabel (%) 46.4 Actual Signal (%) 44.6

6 9 12 15 18 21 24 27 30

53.8 54.2 54.4 62.7 58.2 52.2 52.8 58.4 59.3

35.5 45.2 45.9 52.3 37.3 43.7 45 45.3 49.9

27.8 43.6 43.8 22.5 56 58 43.6 43.9 62.6

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

3.1.2 Pengendalian Proporsional (P) Tabel 3.1.2.1 gangguanWaktu (menit) 3 6 Laju alir (L/h) 47.6 47.7 Control Variabel (%) 30.7 39.7 Actual Signal (%) 64.7 64.7

Data Pengamatan Pengendalian Prorporsional (P) tanpa

9 12 15 18 21 24 27 30

47.9 48 48.3 47.8 47.5 47.6 47.4 47.6

39.6 40.5 39.6 39.9 39.6 39.7 39.5 38.8

64.8 63.9 64.8 64.5 64.8 64.7 64.9 65.5

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

Tabel 3.1.2.2 gangguanWaktu (menit) 3 6 9 12 15 18 21 24

Data Pengamatan Pengendalian Prorporsional (P) dengan

Laju alir (L/h) 53.7 54.6 55.5 55.7 54.7 54.4 55.9 55.6

Control Variabel (%) 45 45.9 46 46.4 45.6 45.3 46.6 46.4

Actual Signal (%) 60.4 59.6 59.3 58.8 59.6 59.9 58.6 58.8

27 30

55.8 54.7

46.5 46.4

58.8 58.8

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

3.1.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI) Tabel 3.1.3.1Waktu (menit) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Data Pengamatan PI tanpa gangguanLaju alir (L/h) 48.6 48.2 48.9 49.6 51.6 51.1 52 51.6 52.8 51.9 Control Variabel (%) 40.5 39.8 40.8 41.3 43.1 42.6 53.3 43 44 43.2 Actual Signal (%) 66.6 69.6 70.8 72.3 72.5 72.8 75.7 77.6 78.1 80.4

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

Tabel 3.1.3.2Waktu (menit) 3 6

Data Pengamatan PI dengan gangguanLaju alir (L/h) 54.6 53.8 Control Variabel (%) 45.5 45 Actual Signal (%) 59.8 61.6

9 12 15 18 21 24 27 30

55 58.5 58 57.8 58.8 58 58.1 58

45.9 48.8 48.9 48.1 49 49.3 48.3 48.6

61.6 59.1 59.4 60.4 59.9 59.8 61.1 61.1

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

3.1.4 Pengendalian Proporsional Integral Differential (PID) Tabel 3.1.4.1Waktu (menit) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Data Pengamatan PID Tanpa GangguanLaju alir (L/h) 32.6 32.6 33.5 35.6 37.1 40.1 41.5 43 45.5 46.3 Control Variabel (%) 27.1 27.1 27.9 29.6 30.9 33.4 34.6 36.1 37.5 38.6 Actual Signal (%) 49.7 50.8 53.2 54.8 57.8 58 60.8 62.2 63.7 65.3

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

Tabel 3.1.4.2Waktu

Data Pengamatan PID dengan GangguanLaju alir (L/h) Control Variabel (%) Actual Signal (%)

(menit) 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

40.8 41.8 46.7 61 58.7 75.1 76.6 63.8 44.3 38.3

55.7 39.8 38.9 50.9 48.9 62.6 63.8 53.2 21.7 31.9

29.2 70.7 72.1 38.9 39.6 17.10 17 35 78.7 59.5

Keterangan : Set Point Hysterisis Open Time Gain P : 50% : 2% : 2 menit : 1 : 2 bar

Proportional Band : 100%in

3.2 Pengolahan Data3.2.1 Pengendalian On-Off

Grafik 3.2.1.1 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian On-Off

Grafik 3.2.1.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian On-Off

3.2.2 Pengendalian Proporsional (P)

Grafik 3.2.2.1 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian Proporsional

Grafik 3.2.2.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada Pengendalian Proporsional

3.2.3 Pengendalian Proporsional Integral (PI)

Grafik 3.2.3.1 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PI

Grafik 3.2.3.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PI

3.2.4 Pengendalian Proporsional Integral Differential (PID)

Grafik 3.2.4.1 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PID

Grafik 3.2.4.2 Grafik Waktu VS Laju Alir pada PID

BAB IV Pembahasan dan Kesimpulan

4.1 PembahasanPada praktikum pengendalian laju alir ini, kami menggunakan alat yang bernama Control Regulation Flow (CRF). Alat ini berfungsi untuk menganalisa kondisi dan sifat-sifat proses laju alir secara luas yang terjadi dengan memperkecil lingkup operasi dan menggunakan metode sampel atau model dari kejadian yang sesungguhnya terjadi di pabrik atau kilangkilang secara umum. Pengendalian laju alir ini sendiri bertujuan untuk mengontrol kecepatan laju alir dengan atau tanpa gangguan, baik secara automatic maupun manual, disini terjadi konfigurasi feedback (umpan balik).

Ada 5 tahap percobaan pada praktikum kali ini, yaitu : 1) Pengendalian On-Off 2) Pengendalian Proporsional (P) 3) Pengendalian Proporsional Integral (PI) 4) Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID) tanpa gangguan 5) Pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID) dengan gangguan Pada masing-masing tahap percobaan yang kami lakukan, kami membandingkan antara pengendalian laju alir tanpa gangguan dengan menggunakan gangguan yang masing-masing gangguan kami atur pada gangguan 20% dan 25%. Pada masing-masing tahap percobaan, gangguan yang diberikan selalu mengganggu proses pengendalian, hal ini dapat kita lihat pada masing-masing grafik antara tanpa gangguan dengan grafik pengendalian

dengan gangguan, dimana dengan adanya gangguan garis lebih naik turun (menjauhi titik set point). Pada data yang kami peroleh untuk pengendalian ON-OFF, dapat dilihat hasilnya pada grafik. Dimana pada grafik ditunjukkan bahwa pengendalian ON-OFF tidak stabil (naik turun), hal ini jelas terjadi karena pada dasarnya memang pengendali ON-OFF memiliki kondisi minimum dibawah set point dan maksimum di atas set pont. Pada pengendalian Proporsional, data yang kami peroleh lebih baik dibandingkan dengan pada pengendalian ON-OFF. Hal ini dapat dilihat pada garis pada grafik pengendalian proporsional yang lebih kontstan dalam mendekati titik set point Pada pengendalian Proporsional Integral, data yang kami peroleh lebih baik lagi dibandingkan pengendalian Proporsional, kemungkinan hal ini terjadi karena menurut lebih teori baik dan pengaturannya respon pada Proporsional Integral dibandingkan dengan pengendali

Proporsional, lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik Pengendalian Proporsional Integral yang lebih cepat dalam mendekati titik set point. Pengendalian yang terakhir kami gunakan adalah pengendalian Proporsional Integral Differensial (PID), dimana seharusnya hasil yang kami peroleh harus paling baik diantara seluruh pengendalian yang kami gunakan, karena perancangan pengendali PID dilakukan atas dasar peningkatan perbaikan bagi pengendali yang lain. Pada hasil yang kami peroleh Pengen dali PID, dalam waktu 30menit yang kami gunakan belum sampai pada titik set point yang kami atur, namun laju alirnya tetap menuju pada set point yang kami atur, kemungkinan hal ini terjadi karena pada pengendalia PID kami lakukan paling terakhir, sehingga kemungkinan masih ada pengaruh gangguan-gangguan pada proses sebelumnya, sehingga pengendali lebih lama dalam mencapai set point, namun grafiknya menuju titik Set Point yang diatur. Semua gangguan merupakan faktor utama yang harus dikendalikan sehingga dapat diperoleh kualitas produk yang sesuai (set point) dalam hal

ini dapat dikendalikan dengan dua jenis konfigurasi pengendalian yaitu feedback dan feed forward. Dalam praktikum ini konfigurasi yang terjadi adalah feedback. Hal ini terlihat jelas karene pengendalian terjadi setelah adanya gangguan yang terjadi pada proses.

4.2 KesimpulanSetelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa :- Sistem kendali yang digunakan adalah sistem kendali umpan balik,

dimana

alat

pengendali

melakukan

tindakan

setelah

gangguan

memberikan akibat pada proses. - Gangguan yang diberikan pada sistem pengendalian selalu memberikan hasil pengendalian yang tidak baik, pada laju alir yang diperoleh atau ketidakstabilan dalam mencapai set point. - Pengendalian tanpa gangguan memperoleh hasil yang lebih stabil dalam mencapai set point.- Semakin cepat waktu yang diperlukan suatu pengendali dalam mencapai

set point, maka semakin baik kinerja dari pengendali.

Daftar Pustaka

Effendy, Sistem Pengendalian. http://staff.ums.ac.id/effendy, diakses pada 11 April 2010. Effendy, Istilah Pengendalian. http://staff.ums.ac.id/effendy, diunduh 11 April 2010. Wahid. Filosofi Dasar Sistem Kontrol. http://www.chemeng.ui.ac.id/, diunduh 11 April 2010.

Lampiran