laporan geolistrisitas dan elektromagnetik

Download Laporan Geolistrisitas Dan Elektromagnetik

If you can't read please download the document

Upload: megha-irawan

Post on 07-Feb-2016

24 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

BAB I

15

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi geologi di setiap daerah berbeda-beda, khususnya kondisi variasi tipe dan posisi berbatuan penyusun kulit bumi serta mineral-mineral yang terkandung di dalamnya. Apabila tersingkap di permukaan bumi dan bereaksi dengan suhu, tekanan udara ataupun terekspos dengan larutan di sekitarnya, akan dapat bereaksi ataupun mengalami proses yang berpengaruh terhadap kesehatan manusia di sekitarnya. Penyebaran batuan di Indonesia umumnya berhubungan dengan keberadaan geologi di suatu daerah. Batuan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat di manfaatkan secara optimal. Di Kalimantan Barat banyak terdapat berbagai jenis batuan yang tersebar di berbagai daerah. Batuan ini berasal dari erupsi magma yang telah membeku, batuan yang berasal dari magma vulkanis tersebut tersebar merata di berbagai wilayah salah satunya di pantai Kura-Kura, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten bengkayang.

Di bawah permukaan tanah terdapat lapisan batuan yang dapat membedakan antara lapisan yang satu dengan yang lain karena mempunyai karakteristik fisika tertentu. Salah satu metode gofisika yang dapat digunakan untuk memperkirakan keberadaan lapisan batuan adalah dengan metode geolistrik. Geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Current) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Dengan menggunakan metode geolistrik dapat diketahui resistivitas suatu batuan yang berada di dalam tanah, sehingga sebaran jenis batuan di sekitar pantai kura-kura dapat diketahui.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana sebaran jenis batuan yang ada di sekitar pantai Kura-Kura, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten bengkayang.

Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

Metode geolistrik yang digunakan adalah metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi Wenner-Schlumberger.Metode elektromagnetik yang digunakan dalam penelitian ini adalah EM conductivity.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan praktikum yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran jenis batuan yang ada di sekitar pantai Kura-Kura, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten bengkayang.

Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi tentang sebaran jenis batuan yang ada di sekitar pantai Kura-Kura, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten bengkayang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Geolistrik

Metode geolistrik merupakan salah satu metoda geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam hal ini meliputi pengukuran potensial, pengukuran arus dan medan elektromagnetik yang terjdi baik secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Salah satu metode geolistrik adalah metoda geolistrik tahanan jenis (resistivitas). Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan metode geolistrik yang mempelajari sifat tahanan jenis (resistivitas) listrik dari lapisan batuan di dalam bumi. Banyak metode eksplorasi geofisika mempergunakan sifat tahanan jenis sebagai media atau alat untuk mempelajari keadaan geologi bawah permukaan, metode- metode tersebut adalah metode- metode potensial, transient, dan tahanan jenis itu sendiri.

2.2. Metode Resistivitas

Metode resistivitas merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat resistivitas dari lapisan batuan di dalam bumi. Prinsip metode resistivitas adalah dengan mengalirkan arus listrik kedalam bumi melaui kontak dua elektroda arus, kemudian diukur distribusi potensial yang dihasilkan. Resistivitas batuan bawah permukaan dapat dihitung dengan mengetahui besar arus yang dipancarkan oleh elektroda tersebut dan besar potensial yang dihasilkan. Untuk mengetahui struktur bawah permukaan yang lebih dalam, maka jarak masing-masing elektroda arus dan elektroda potensial ditambah secara bertahap. Semakin besar spasi/jarak elektroda arus maka efek penembusan arus ke bawah makin dalam, sehingga batuan yang lebih dalam dapat diketahui sifat-sifat fisisnya.

Sifat konduktivitas listrik batuan dekat permukaan bumi sangat dipengaruhi oleh jumlah air, kadar garam/salinitas air serta bagaimana cara air didistribusikan

dalam batuan. Konduktivitas listrik batuan yang mengandung air sangat ditentukan terutama oleh sifat air, yakni elektrolit. Larutan garam terdiri dari anion dan kation yang bergerak bebas dalam air. Adanya medan listrik eksternal menyebabkan kation dalam larutan elektrolit dipercepat menuju kutub negatif sedangkan anion menuju kutub positif. Tentu saja, batuan yang berpori yang berisi air, nilai resistivitas listriknya berkurang dengan bertambahnya kandungan air.

Berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan atau mineral digolongkan menjadi tiga yaitu :

Konduktor baikKonduktor BurukIsolator

10-6 < < 1 m

1 < < 107 m

> 107 m

Pendekatan yang paling sederhana dalam pembahasan gejala kelistrikan didalam bumi adalah mengangap bumi sebagai medium homogen isotropis. Dengan perlakuan tersebut kemudian medan listrik dari titik sumber di dalam bumi dianggap memiliki simetri bola. Harga resistivitas listrik suatu formasi dibawah permukaan di tentukan menurut persamaan berikut:

I

V

K

D

=

r

(1)

Untuk pengukuran beda potensial antara titik M dan N dari sumber arus listrik A dan B dipermukaan, maka :

1

1

1

1

1

2

-

-

-

-

=

BN

AN

BM

AM

K

p

(2)

dengan

=

K

Faktor geometri

Konsep dasar pengukuran resistivitas batuan dimodifikasi dari pengukuran tahanan suatu sample bahan di laboratorium yang skemanya diberikan oleh gambar (2.1) berikut:

Gambar 2.1. Resistivitas medium berbentuk balok dengan luas penampang A dan

panjang L, beda potensial diukur pada kedua ujung kotak tersebut

dengan memasukkan nilai arus

(Sumber: Telford, dkk, 1976)

Secara matematis harga tahan suatu medium dapat dirumuskan: (Telford, dkk, 1976)

A

L

R

r

=

(3) dengan R = tahanan yang diukur (ohm)

=

r

resistivitas bahan(ohm m)

L = panjang (m)

A = luas penampang (m2)

karena

I

V

R

=

(4)

maka

L

A

I

V

.

=

r

(5)

dengan V = beda potensial (volt)

I = kuat arus yang melalui bahan (ampere)

Sedangkan konduktivitas dapat dinyatakan dalam persamaan:

r

s

1

=

(6)

Dari Persamaan (5) dan (6) diperoleh persamaan:

E

J

=

s

(7)

dengan J = rapat arus =

A

I

E = medan listrik =

L

V

2.3. Metode Pengukuran Resistivitas

Ada beberapa metode pengukuran dalam pengambilan data dengan menggunakan metode resistivitas. Metode yang digunakan tergantung pada target yang diinginkan, yaitu untuk mengetahui variasi resistivitas untuk kedalaman tertentu atau variasi resistivitas ke arah lateral. Metode tersebut adalah :

Sounding

Sounding adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan ke arah vertikal. Caranya: pada titik ukur yang tetap, jarak elektroda arus dan tegangan diubah/divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasa dipakai adalah konfigurasi Schlumberger.

Gambar 2.2. Perpindahan elektroda sounding

(Sumber: Waluyo, 2005

Traversing atau mapping

Traversing atau mapping adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan ke arah lateral (horisontal). Caranya dengan jarak elektroda arus dan tegangan tetap, titik ukur dipindah/digeser secara horizontal. Konfigurasi yang biasa dipakai adalah konfigurasi Wenner atau dipol-dipol.

Gambar 2.3. Perpindahan elektroda mapping

(Sumber: Waluyo, 2005)

3. Resistivity 2D (Susunan Wenner-Schlumberger)

Teknik ini merupakan gabungan antara mapping dan sounding. Dimana pengukuran sounding (1D) dilakukan di setiap titik lintasan secara lateral atau lintasan mapping (1D) dilakukan setiap kedalaman. Secara umum, gambaran pengambilan data untuk masing-masing metode dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.4. Langkah-langkah yang digunakan (a) Wenner dan (b) Rangkaian Wenner Shlumberger dengan perubahan kedalaman dimana Elektroda arus (C) dan Elektroda Potensial (P)

(Sumber : Waluyo, 2005)

Untuk menggambarkan denah lokasi pengambilan data biasanya digunakan Stacking Chart, dimana setiap titik pada Stacking Chart menggambarkan posisi sebuah datum (titik pengambilan data). Dari setiap titik datum itulah yang akan diambil nilai beda potensialnya setelah diberi arus dengan besaran yang telah ditentukan. (Ketua tim, dkk, 2006)

(Sumber : Waluyo, 2005)

Gambar 2.5. Stacking Chart untuk Vertikal Sounding 2D

2.4 Sifat Konfigurasi Elektroda

Faktor geometri K merupakan besaran yang berubah terhadap jarak spasi elektroda dan bergantung pada konfigurasi elektroda. Faktor geometri untuk masing-masing konfigurasi mempunyai nilai yang berbeda.

1. Konfigurasi Wenner

Jarak MN pada konfigurasi Wenner selalu sepertiga (1/3) dari jarak AB. Bila jarak AB diperlebar, maka jarak MN juga harus diubah sehingga jarak MN tetap sepertiga jarak AB. Keunggulan dari konfigurasi Wenner ini adalah ketelitian pembacaan tegangan pada elektroda MN lebih baik dengan angka yang relatif besar karena elektroda MN yang relatif dekat dengan elektroda AB. Disini bisa digunakan alat ukur multimeter dengan impedansi yang relatif lebih kecil. Sedangkan kelemahannya adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Data yang didapat dari cara konfigurasi Wenner, sangat sulit untuk menghilangkan faktor non homogenitas batuan, sehingga hasil perhitungan menjadi kurang akurat.

A1

M

B2

N

a

a

a

Gambar 2.6. Susunan elektroda Wenner

(Sumber : Waluyo, 2005)

Faktor geometri dari susunan elektroda ini adalah:

w

K

-

-

-

=

BN

AN

BM

AM

1

1

1

1

2

p

(8)

a

a

a

a

a

p

p

2

1

2

1

2

1

1

2

=

-

-

-

=

(9)

2. Konfigurasi Schlumberger

Pada konfigurasi Schlumberger idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah. Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak AB.

Kelemahan dari konfigurasi Schlumberger ini adalah pembacaan tegangan pada elektroda MN adalah lebih kecil terutama ketika jarak AB yang relatif jauh, sehingga diperlukan alat ukur multimeter yang mempunyai karakteristik high impedance dengan akurasi tinggi yaitu yang bisa mendisplay tegangan minimal 4 digit atau 2 digit di belakang koma. Atau dengan cara lain diperlukan peralatan pengirim arus yang mempunyai tegangan listrik DC yang sangat tinggi. Sedangkan keunggulan konfigurasi Schlumberger ini adalah kemampuan untuk mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan pada permukaan, yaitu dengan membandingkan nilai resistivitas semu ketika terjadi perubahan jarak elektroda MN/2.

Gambar 7. Susunan elektroda Schlumberger

A

M

B

N

a

a

b

b

O

(Sumber : Waluyo, 2005)

Faktor geometri susunan elektroda ini adalah:

-

-

-

=

2

2

2

1

1

2

1

1

1

1

1

1

2

P

C

P

C

P

C

P

C

Ks

p

(10)

-

-

+

-

+

-

-

=

b

a

b

a

b

a

b

a

1

1

1

1

2

p

(11)

-

=

b

b

a

2

2

2

p

(12)

BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat

Pelaksanaan penelitian geolistrik ini dilaksanakan di Pantai Kura-Kura, Desa Tanjung Gundul, Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. Pantai Kura-kura terletak pada posisi 0005144 LS dan 10805443 BT yang tingginya 24 meter dari permukaan laut. Penelitian geolistrik ini dilaksanakan selama satu hari pada tanggal 1 Juni 2014.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan penelitian dengan metode geolistrik adalah sebagai berikut:

Elektroda 15 buahKabel Panjang 100 m 4 gulungResistivitimeterPaluGPSMeteran gulungAlat tulis

3.3. Prosedur Pengambilan Data

Adapun cara mengambil data resistivitas adalah sebagai berikut :

Dibuat stacking Chart.Dipasang 15 buah elektroda dimana jarak antar elektroda masing-masing 5 meter.Batang elektroda yang dipasang disesuaikan dengan model Stacking Chart.Arus diinjeksikan dengan memencet tombol pada alat resistivitimeter, tahan sekitar 3 detik, kemudian tombol hold ditekan. Arus yang diinjeksikan serta beda potensial yang tertera pada alat dicatat. Koordinat lokasi pengambilan data yang diambil dengan GPS dicatat.Untuk datum 2 dan selanjutnya, batang elektroda dipindahkan dan dipasang sesuai dengan Stacking Chart, selanjutnya ulangi langkah 5 dan 6 untuk datum yang selanjutnya.

3.4. Metode Pengolahan Data

Pengambilan data geolistrik resistivitas pada penelitian ini menggunakan konfigurasi Wenner-Schlumberger. Pengambilan data dengan cara menginjeksikan arus pada kedua elektroda arus dan mengukur potensial dengan elektroda potensial. Dari hasil injeksi ini maka diperoleh nilai resistivitas semu bahan yang terdapat pada lokasi penelitian. Untuk mendapatkan nilai resistivitas bawah permukaan sebenarnya diperlukan proses perhitungan secara inversi dengan bantuan software Res2Dinv. Setelah mendapatkan hasil interpretasi dari software Res2Dinv, kemudian hasil interpretasi tersebut diolah kembali dengan software mapInfo untuk mendapatkan hasil interpretasi yang lebih baik.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pada peta distribusi sebaran resistivitas batuan pada lokasi penelitian didapatkan hasil seperti di bawah ini:

4.1. Hasil Pemodelan software res2dinv Pada Lintasan I

Gambar 4.1. Distribusi sebaran resistivitas pada lintasan I

Berdasarkan pada peta geologi daerah setempat dari nilai standar resistivitas batuan, maka peta distribusi resistivitas batuan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Warna

Keterangan

Olivine norite

Lavas

Batu pasir mengandung air

Batu lempung

Pasir mengandung air

Lapisan air asin

Gambar 4.2 Hasil Interpretasi Peta Distribusi Sebaran Resistivitas Batuan Pada Lokasi Penelitian

Tabel 4.1. Hasil interpretasi sebaran resistivitas pada lintasan I

Dari tabel (4.1) yang merupakan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian terdiri atas:

Olivine norite dengan nilai resistivitas 103 - 6 x 104 .mLavas dengan nilai resistivitas 102 - 5 x 104 .mBatu pasir mengandung air dengan nilai resistivitas 20 90 .mLapisan air asin dengan nilai resistivitas 0,0129 0,342 .mBatu lempung dengan nilai resistivitas 1 10 .mPasir mengandung air dengan nilai resistivitas 0,1 0,9 .m

Hasil pengolahan data geolistrik pada lintasan ini menghasilkan penampang resistivitas sebagaimana terlihat pada (Gambar 4.1).Pada Lintasan ini ditemukan lapisan air laut (air asin) dengan resistivitas yang rendah dengan nilai resistivitas 0,0129 m hingga 0,342 m. Lapisan ini terletak pada rentang jarak 22 m sampai dengan 58 m dari titik awal lintasan dengan rentang kedalaman 1,25 m hingga 12,4 m dari permukaan. Diperkirakan lapisan paling bawah yang bewarna biru tua merupakan intrusi air laut dimana pada lapisan tersebut sudah kerikil batu bercampur air asin. Untuk lapisan yang bewarna biru muda diduga lapisan tersebut air asin pada bercampur pasir. Sedangkan pada lapisan di rentang 7 m sampai 10 dan 15 m sampai 17 m yang bewarna ungu dan merah diduga laisan pasir kering yang tidak kena intrusi air laut. Dikarenakan kotak anomali bocor, terdapat kemungkinan air laut tercampur dengan lapisan pasir kering disekitarnya dengan cepat (sifat porositas pasir yang tinggi), maka pasir basah tersebut memiliki nilai resistivitas yang rendah seperti lapisan air laut. Selain itu, seharusnya terdapat lapisan dengan resistivitas yang tinggi antara pasir kering dengan air laut, yaitu udara. Namun lapisan ini menjadi homogen dengan lapisan pasir kering karena kecilnya area udara antara air laut dan pasir kering.

4.2. Hasil Pemodelan software res2dinv Pada Lintasan II

Gambar 4.2. Distribusi sebaran resistivitas pada lintasan II

Berdasarkan pada peta geologi daerah setempat dari nilai standar resistivitas batuan, maka peta distribusi resistivitas batuan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Warna

Keterangan

Gabbro

Olivine norite

Granite

Batu gamping mengandung air

Batu pasir mengandung air

Batu gamping mengandung air asin

Tabel 4.2. Hasil interpretasi sebaran resistivitas pada lintasan II

Dari tabel (4.2) yang merupakan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian terdiri atas:

Olivine norite dengan nilai resistivitas 103 - 6 x 104 .mGranite dengan nilai resistivitas 3 x102 - 106 .mBatu gamping mengandung air dengan nilai resistivitas 80 200 .mBatu gamping mengandung air asin dengan nilai resistivitas 10 99 .mGabbro dengan nilai resistivitas 103 - 106 .mBatu pasir mengandung air dengan nilai resistivitas 20 - 90 .m

4.3. Hasil Pemodelan software res2dinv Pada Lintasan III

Gambar 4.3. Distribusi sebaran resistivitas pada lintasan III

Berdasarkan pada peta geologi daerah setempat dari nilai standar resistivitas batuan, maka peta distribusi resistivitas batuan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Warna

Keterangan

Gabbro

Olivine norite

Granite

Albite

Batu gamping mengandung air

Batu pasir mengandung air

Dari tabel (4.3) yang merupakan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian terdiri atas:

Gabbro dengan nilai resistivitas 103 - 106 .mOlivine norite dengan nilai resistivitas 103 - 6 x 104 .mGranite nilai resistivitas 3 x102 - 106 .mAlbite dengan nilai resistivitas 3 x 102 (wet) 3,3 x103 (dry) .mBatu gamping mengandung air dengan nilai resistivitas 80 - 200 .mBatu pasir mengandung air dengan nilai resistivitas 20 - 90 .m

Hasil pengolahan data geolistrik pada lintasan ini menghasilkan penampang resistivitas sebagaimana terlihat pada (Gambar 4.3).Pada Lintasan ini ditemukan lapisan air laut (air asin) dengan resistivitas yang rendah dengan nilai resistivitas 30,1 m hingga 60,1 m. Lapisan ini terletak pada rentang jarak 11 m sampai dengan 23 m dari titik awal lintasan dengan rentang kedalaman 1,25 m hingga 6,38 m dari permukaan ditandai dengan warna biru tua. Diperkirakan lapisan paling bawah yang bewarna ungu adalah batuan beku yang letaknya dibawah pasir karana pada lintasan ditemukan singkapannya. Letak batuannya adalah pada rentang 34 m sampai 58 m yang terletatak pada kedalaman 3,75 m sampai 12,4 m. Sedangkan lapisan yang bewarna merah adalah pasir basah yang terletak di rentang 23 samapi 60 m persis berada diatas batu yang terpendam.

4.4. Hasil Pemodelan software res2dinv Pada Lintasan IV

Gambar 4.4. Distribusi sebaran resistivitas pada lintasan IV

Berdasarkan pada peta geologi daerah setempat dari nilai standar resistivitas batuan, maka peta distribusi resistivitas batuan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Warna

Keterangan

Olivine norite

Peridotite

Gabro

Granite

Batu Gamping mengandung air

Batu Pasir Mengandung Air

Gambar 4.2 Hasil Interpretasi Peta Distribusi Sebaran Resistivitas Batuan Pada Lokasi Penelitian

Tabel 4.4. Hasil interpretasi sebaran resistivitas pada lintasan IV

Dari tabel (4.4) yang merupakan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian terdiri atas:

Olivine norite dengan nilai resistivitas 103 - 6 x 104 .mGranite dengan nilai resistivitas 3 x102 - 106 .mBatu gamping mengandung air dengan nilai resistivitas 80 200 .mPeridotite dengan nilai resistivitas 3 x 103 (wet) 6,5 x 103 (dry) .mGabbro dengan nilai resistivitas 103 - 106 .mBatu pasir mengandung air dengan nilai resistivitas 20 - 90 .m

Hasil pengolahan data geolistrik pada lintasan ini menghasilkan penampang resistivitas sebagaimana terlihat pada (Gambar 4.4).Pada Lintasan ini ditemukan lapisan air laut (air asin) dengan resistivitas yang rendah dengan nilai resistivitas 6,32 m hingga 28,7 m. Lapisan ini terletak pada rentang jarak 10 m sampai dengan 15 m dari titik awal lintasan dengan rentang kedalaman 1,25 m hingga 2 m dari permukaan dan pada rentang 55 m sampai 60 m pada kedalaman yang sama dengan rentang sebelumnya. Diperkirakan lapisan paling bawah yang bewarna ungu adalah batuan karena memiliki nilai resistivitas yang termasuk besar. Hal ini bias kita jadikan acuan karena pantai kura-kura terdapat banyak batuan-batuan beku. Sedangkan lapisan yang bewarna merah diperkirakan adalah resapan air lautyang bercampur. Untuk bewarna hijau terdapat pada kedalaman 1,25 mhingga 3,75 m yang berada pada diatas permukaan pantai.

4.5. Hasil Pemodelan software res2dinv Pada Lintasan V

Gambar 4.5. Distribusi sebaran resistivitas pada lintasan V

Berdasarkan pada peta geologi daerah setempat dari nilai standar resistivitas batuan, maka peta distribusi resistivitas batuan dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Warna

Keterangan

Olivine norite

Granite

Pasir

Batu Lempung

Pasir Mengandung Air

Air Asin

Tabel 4.5. Hasil interpretasi sebaran resistivitas pada lintasan II

Dari tabel (4.5) yang merupakan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian terdiri atas:

Olivine norite dengan nilai resistivitas 103 - 6 x 104 .mGranite dengan nilai resistivitas 3 x102 - 106 .mBatu gamping mengandung air dengan nilai resistivitas 80 200 .mBatu gamping mengandung air asin dengan nilai resistivitas 10 99 .mGabbro dengan nilai resistivitas 103 - 106 .mBatu pasir mengandung air dengan nilai resistivitas 20 - 90 .m

Hasil pengolahan data geolistrik pada lintasan ini menghasilkan penampang resistivitas sebagaimana terlihat pada (Gambar 4.5).Pada Lintasan ini ditemukan lapisan air laut (air asin) dengan resistivitas yang rendah dengan nilai resistivitas 0,0380 m hingga 0,766 m. Lapisan ini terletak pada rentang jarak 7 m sampai dengan 24 m dari titik awal lintasan dengan rentang kedalaman 1,25 m hingga 12,4 m dari permukaan. Diperkirakan air laut hanya ada pada rentang 7 m sampai 24

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil interpretasi nilai resistivitas semu umur batuan penyusun titik penelitian dapat disimpulkan bahwa batuan yang menyusun lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

Andesit dengan nilai resistivitas 7,82 .m sampai 88,1 .mAluvium dan sand dengan nilai resistivitas 88,1 sampai 994 .mDiorit Kuarsa dengan nilai resitivitas 994 .m sampai 3337 .m.Granite Prophiry dengan nilai resistivitas 3337 .m sampai 11203 .m.Diorit dengan nilai resistivitas 11203 .m sampai 37616 .m.

Saran

Saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

Perlu adanya perhatian pemerintah terhadap perkembangan dan sumber daya alam daerah Sedau Kecamatan Singkawang Selatan Kota Singkawang.Perlu kajian ulang metode geolisrik yang lain, misalnya metode potensial diri dan lainnya untuk keakuratan data.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar dan Handayani, G., 2004, Penerapan Metode Geolistrik Konfigurasi Schlumberger untuk Penentuan Tahanan Jenis Batubara, Jurnal Natur Indonesia, Volume VI: 122-128

Munir, M., 2003, Geologi Lingkungan, Bayumedia Publishing, Malang.

Sampurno, J., 2007, Pendugaan Potensi Air Bawah Tanah di Daerah Senaning Kabupaten Sintang Dengan Mengunakan Metode Geolistrik Resistivitas, Universitas Tanjung Pura, FMIPA, Pontianak. (Skripsi)

Telford, W.N, Geldard, L.P., Sherrif, R.E., and Keys, D.A., 1976, Applied Geophysics, Cambridge University Press, Cambridge, London,Newyork, Melbourne.

Waluyo, 2005, Panduan Workshop Eksplorasi Geofisika (Teori dan Aplikasi), Laboratorium Geofisika UGM, Yogyakarta.

LAMPIRAN 1 Nilai resistivitas lokasi penelitian

Tabel 2. Nilai resistivitas lokasi penelitian

No.

Spasi Elektroda (m)

n

a (m)

b (m)

K

V

I

(mV)

(mA)

(m)

1

12

1

12

4

803,84

5,6

24,14

186,47

2

20

2

20

4

2411,52

0,3

4,05

178,63

3

12

1

12

4

803,84

3,5

19,54

143,98

4

12

1

12

4

803,84

0,8

0,38

1692,29

5

20

2

20

4

2411,52

0,3

18,17

39,82

6

28

3

28

4

4823,04

0,6

24,43

118,45

7

36

4

36

4

8038,4

2,4

6,36

3033,36

8

28

3

28

4

4823,04

3,4

7,56

2169,09

9

20

2

20

4

2411,52

13,3

20,37

1574,53

10

12

1

12

4

803,84

14,9

20,7

578,61

11

12

1

12

4

803,84

23

28,53

648,03

12

20

2

20

4

2411,52

17,4

33,81

1241,07

13

28

3

28

4

4823,04

4,4

9,3

2281,87

14

36

4

36

4

8038,4

14,1

19,05

5949,68

15

44

5

44

4

12057,6

5,2

0,12

522496,00

16

52

6

52

4

16880,64

0,3

0,31

16336,10

17

44

5

44

4

12057,6

2,2

16,85

1574,29

18

36

4

36

4

8038,4

0,5

65,9

60,99

19

28

3

28

4

4823,04

3,3

160,6

99,10

20

20

2

20

4

2411,52

0,2

4,4

109,61

21

12

1

12

4

803,84

7,7

221,4

27,96

22

12

1

12

4

803,84

1,5

141,3

8,53

23

20

2

20

4

2411,52

1,5

154,7

23,38

24

28

3

28

4

4823,04

0,5

100,7

23,95

25

36

4

36

4

8038,4

0,3

74,3

32,46

26

44

5

44

4

12057,6

1,5

189,3

95,54

27

36

4

36

4

8038,4

0,6

189

25,52

28

28

3

28

4

4823,04

1,3

220,5

28,44

29

20

2

20

4

2411,52

1,6

205,6

18,77

30

12

1

12

4

803,84

3,2

190,4

13,51

31

12

1

12

4

803,84

1,8

86,4

16,75

32

20

2

20

4

2411,52

1,5

28

129,19

33

28

3

28

4

4823,04

6,2

169,4

176,52

34

20

2

20

4

2411,52

2,7

160,9

40,47

35

12

1

12

4

803,84

6,4

189,9

27,09

36

12

1

12

4

803,84

5,6

234,6

19,19

LAMPIRAN 2 Daftar harga resistivitas batuan

Tabel 3. Resistivitas batuan beku dan metamorf

Rock type

Resistivity range (ohm meter)

Granite

Granite prophiry

Feldspar prophiry

Albite

Syenite

Diorit

Diorit prophiry

Porphyryte

Carbonatized prophiry

Quartz prophiry

Quartz diorite

Porphiry (various)

Dacite

Andesite

Diabase porphiry

Diabase (various)

Lavas

Gabbro

Basalt

Olivine norite

Peridotite

Hornfels

Schists (calcareous & mica)

Tuffs

Graphite schist

Slates (various)

Gneiss (various)

Marble

Skarn

Quartzites (various)

3 x102 - 106

4,5 x 103 (wet) 1,5 x 106 (dry)

4 x 103 (wet)

3 x 102 (wet) 3,3 x103 (dry)

102 - 106

104 - 105

1,9 x 103 (wet) 2,8 x 104 (dry)

10 - 5 x 104 (wet) 3,3 x 103 (dry)

2,5 x 103 (wet) 6,4 x 104 (dry)

3 x 102 - 9 x 105

2 x 10-4 2 x 106 (wet) 1,8 x 105 (dry)

60 - 104

2 x 104 (wet)

1,7 x 102 (wet) 4,5 x 104 (dry)

103 (wet) 1,7 x 105 (dry)

20 - 5 x 107

102 - 5 x 104

103 - 106

10 -1,3 x 107 (dry)

103 - 6 x 104 (wet)

3 x 103 (wet) 6,5 x 103 (dry)

8 x 103 (wet) - 6 x 107 (dry)

20 - 104

2 x 103 (wet) - 105 (dry)

10 - 102

6 x 102 - 4 x 107

6,8 x 104 (wet) 3 x 106 (dry)

102 2,5 x 108 (dry)

2,5 x 102 (wet) 2,5 x108 (dry)

10 - 2 x108

Sumber: (Telford, dkk, 1976)

Tabel 4. Resistivitas batuan sedimen

Rock type Resistivity range (ohm meter)

Consolidated shales

Argilitis

Conglomerates

Sandstone

Limestone

Dolomit

Uncosolidated wet clay

Marls

Clays

Aluvium and sands

Oil sands

20 - 2 x 103

10 - 8 x 102

2 x 103 - 104

1 6.4 x 108

50 - 107

3,5 x 102 - 5 x 103

20

3 - 70

1 - 100

10 - 800

4 - 800

Sumber: (Telford, dkk, 1976)

Tabel 5. Resistivity logam dan unsur

Rock type

Resistivity

Range Average

Antimony

Arsenik

Bismuth

Copper

Gold

Graphite

Iron

Lead

Mercury

Molybdenum

Nickel

Platinum

Silver

Sulphur

Tellurium

Tin

Uranium

Zine

4,5 x 10-7

2,2 x 10-7

1,2 x 10-6

1,7 x 10-8

2,4 x 10-8

5 x 10-7 - 10 10-3

10-7

2,2 x 10-7

9,6 x 10-7

5,7 x 10-8

7,8 x 10-8

10-7

1,6 x 10-8

1014

107 - 1016 10-7

10-4 - 2 x 10-3 1,1 x 10-7

3 x 10-7

5,8 x 10-8

Sumber: (Telford, dkk, 1976)

Tabel 6. Daftar harga resistivitas batuan

Jenis batuan

Harga resistivitas (ohm meter)

Batu lempung

Pasir

Batu gamping

Batu gamping mengandung air

Pasir mengandung air

Batu gamping mengandung air asin

Batu pasir mengandung air

1 - 10

40 - 80

100

80 - 200

0,1 0,9

10 - 99

20 - 90

Sumber: (Dinas Pertambangan dan Energi Kalimantan Barat dalam Joko, 2006)