laporan fitokimia "ekstraksi sampel" mutmainnah

Upload: khalishah-ulhy

Post on 02-Jun-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    1/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki luasan

    lautan terbesar di dunia. Indonesia memiliki jumlah pulau 17.807 yang

    dimana memiliki panjang garis pantai mencapai ratusan kilometer. Hal ini

    yang menyebabkan Indonesia memiliki sumbe rdaya alam yang melimpah.

    Kekayaan laut yang sangat beragam pun dapat kita jumpai di Indonesia.

    Eksplorasi merupakan kegiatan dalam mencari, mengelola dan

    memanfaatkan sumberdaya alam yang ada sehingga dapat memenuhi

    kebutuhan. Kita sering memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk kita

    jadikan sebagai sumber kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, pemanfaatan

    sumberdaya tersebut masih belum dapat diseimbangkan dengan kondisi

    alam saat ini. Pemanfaatannya pun belum di optimalkan secara utuh.

    Selain itu sumberdaya yang ada hanya dimanfaatkan dan dikelola hanya

    untuk memenuhi kebutuhan dalam jangka pendek saja.

    Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk

    mengelola dan memanfaatkan sebuah sumberdaya alam yang ada

    sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Praktikum yang

    dilakukan ialah mengekstrak tanaman dari daun dewa (Gynurea segetum)

    dengan metode perkolasi. Ekstrak yang dihasilkan akan dimanfaatkan

    untuk melihat ada tidaknya potensi untuk dijadikan sebuah obat.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    2/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    B. Maksud dan Tujuan

    1. Maksud

    Adapun maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan dan

    memahami cara mengekstraksi komponen kimia ekstrak etanol 70%

    pada daun dewa (Gynurea segetum).

    2. Tujuan

    Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memperoleh ekstrak

    etanol senyawa yang terkandung pada sampel daun dewa (Gynurea

    segetum) dengan menggunakan metode perkolasi.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    3/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Uraian Tanaman

    1. Klasifikasi Tanaman

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Viridaeplantae

    Infrakingdom : Streptophyta

    Division : Tracheophyta

    Subdivision : Spermatophytina

    Infradivision : Angiospermae

    Class : Magnoliopsida

    Order : Asterales

    Genus : Asteraceae

    Species : Gynurea segetum

    (www.itis.com)

    2. Nama Daerah

    Sumatera: beluntas cina, daun dewa (melayu)

    Jawa: tigel Jio (Dalimartha, 1999)

    3. Morfologi

    Daun dewa umumnya ditanam dipekarangan sebagai

    tumbuhan obat, walau bisa ditemukan tumbuh liar di beberapa

    kawasan hutan di Indonesia.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    4/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    Terna tahunan, tegak, tinggi 30 50 cm, bila agak tua bercabang

    banyak. Batang lunak berwarna hijau dengan alur memanjang

    warna tengguli. Daun tunggal, bertangkai, berdaging, berambut

    lebat, helai daun bulat telur sampai bulat memanjang, ujung tumpul,

    pangkal meruncing, tepi bertoreh, pertulangan menyirip, waarna

    permukaan atas berwarna hijau tua, permukaan bawah berwarna

    hijau muda, daun tua membagi sangat dalam, panjang 8 20 cm,

    lebar 510 cm. Bunga majemuk bentuk bongkol, keluar dari ujung

    tangkai, warnanya kuning. Buah kecil, cokelat. Akar membentuk

    umbi, warnanya keabu-abuan, panjang 3 6 cm, diameter 3 cm.

    Perbanyakan dengan umbi, tunas anakan, dan setek cabang

    sekunder (Dalimartha, 1999).

    4. Kandungan Kimia

    Daun dewa mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,

    minyak atsiri, dan tanin (Dalimartha, 1999).

    5. Aktivitas Biologi / Khasiat

    Daun dewa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik.

    Berkhasiat sebagai antiradang, pereda demam (antipiretik),

    penghilang nyeri (analgesik), pembersih daraah, penyejuk darah,

    dan membuyarkan bekuan darah (Dalimartha, 1999).

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    5/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    Metode Ekstraksi

    1. Definisi

    Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

    mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia

    hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau

    hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

    diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah

    ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi

    bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya

    dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen

    POM, 1995).

    Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang

    terdapat didalam bahan alam atau berasal dari dalam sel dengan

    menggunakan pelarut dan metode yang tepat. Sedangkan ekstrak

    adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan

    bahan alam (Ditjen POM, 1986).

    2. Proses Ekstrak bahan alam

    a. Pengeringan dan perajangan

    Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia

    sehingga simplisia tahan lama dalam penyimpanan. Selain itu

    pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena

    pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah

    pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur). Jamur

    Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    6/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    beracun dan dapat menyebabkan kanker hati, senyawa ini sangat

    ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat

    tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak Iebih

    dari 104. Mikroba patogen harus negatif dan kandungan aflatoksin

    tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj). Tandanya simplisia sudah

    kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah.

    Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan

    sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air

    dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia

    atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di

    bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari

    pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga

    terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di

    bawah sinar matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk

    menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar proses

    pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata

    dan tidak bertumpuk. Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan

    diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak kandungan

    aktifnya (Dijten POM, 1990).

    Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses

    pengeringan berlangsung lebih cepat. Perajangan dapat dilakukan

    manual atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan

    yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    7/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    terlalu lama dan kemungkinan dapat membusuk atau berjamur.

    Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan

    kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang

    digunakan sebaiknya bukan dan besi (misalnya stainless steel

    eteu baja nirkarat) (Ditjen POM, 1990).

    b. Pemilihan pelarut

    Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan

    sifat kandungan kimia (metabolit sekunder) yang akan diekstraksi.

    Sifat yang penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari gugus

    polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar

    lebih mudah larut dalam pelarut polar, dan senyawa non polar

    akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Derajat kepolaran

    tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan

    dielektrik makin polar pelarut tersebut (Ditjen POM, 1992).

    Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992):

    a. Kapasitas besar

    b. Selektif

    c. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya

    cukup rendah) Cara memperoleh penguapannya adalah

    dengan cara penguapan diatas penangas air dengan wadah

    lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan

    vakum.

    d. Harus dapat diregenerasi

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    8/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    e. Relative tidak mahal

    f. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius

    dalam keadaan uap

    g. Viskositas cukup rendah

    c. Pemilihan metode ekstraksi

    Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang

    digunakan, bahan yang mengandung mucilago dan bersifat

    mengembang kuat hanya boleh dengancara maserasi. sedangkan

    kulit dan akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan

    panas sebaiknya diekstrasi dengan cara refluks sedangkan

    simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi

    dengan metode soxhlet (Agoes, 2007).

    Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode

    ekstraksi (Agoes, 2007):

    bentuk/tekstur bahan yang digunakan

    kandungan air dari bahan yang diekstrasi

    jenis senyawa yang akan diekstraksi

    sifat senyawa yang akan diekstraksi

    3. Pembagian Jenis Ekstraksi

    a. Ekstraksi Secara Dingin

    Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak

    memerlukan pemanasan. Hal ini diperuntukkan untuk bahan alam

    yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan pemanasan

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    9/25

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    10/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi

    sehingga diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup

    dan disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya selama

    2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya

    dipekatkan (Ditjen POM, 1986).

    Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara

    pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan

    mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen

    kimia sangat minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini

    adalah pengerjaannya lama dan penyariannya kurang

    sempurna (Ditjen POM, 1986).

    Metode Soxhletasi

    Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara

    berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga

    menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-

    molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia

    dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu

    alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung

    hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan

    beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika

    diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan

    noda lagi. (Ditjen POM, 1986).

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    11/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan

    termasuk cara panas, karena pelarut atau cairan penyarinya

    dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan

    masuk ke dalam kondensor, walaupun pemanasan yang

    dilakukan tidak langsung tapi hanya menggunakan suatu alat

    yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas. Namun,

    proses ekstraksinya secara dingin karena pelarut yang masuk

    ke dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum turun

    ke dalam tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau

    di sari. Hal tersebutlah yang mendasari sehingga metode

    soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut

    atau cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi

    simplisia dilakukan karena simplisia yang disari tidak tahan

    terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).

    Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu

    diserbukkan dan ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam

    klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian

    rupa (tinggi sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa

    sifon), karena dapat mempengaruhi kesetimbangan pergerakan

    eluen yang telah terelusi keluar dari pipa sifon, dimana jika

    tinggi sampel melebihi kertas saring (pipa sifon), maka eluen

    hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran uap yang berada

    diatas sampel, bukan keluar melalui pipa sifon. Selanjutnya

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    12/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    labu alas bulat diisi dengan cairan penyari yang sesuai

    kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel

    dan diklem dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi

    sampel dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan

    klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan

    sampel yang ada dalam klongsong. Setelah itu kondensor

    dipasang tegak lurus dan diklem pada statif dengan kuat. Aliran

    air dan pemanas dijalankan hingga terjadi proses ekstraksi

    dimana pada saat pelarut telah mendidih, maka uapnya akan

    melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di sini uap akan

    didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi tetesan

    tetesan cairan yang akan menetes turun ke klongsong dan

    membasahi simplisia. Tetesan tetesan uap air cairan penyari

    ini akan ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika

    ekstrak mencapai ketinggian ujung sifon sehingga pelarut ini

    akan turun kembali ke dalam wadah pelarut secara cepat.

    Proses ini berulang hingga penyarian yang dilakukan sempurna

    dalam hal ini, cairan penyari yang pada awalnya berwarna, di

    dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi atau jika cairan

    penyari pada awalnya memang tidak berwarna maka biasanya

    dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang diperoleh

    dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Ditjen POM,

    1986).

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    13/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara

    ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk

    simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah

    jumlah ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan

    dengan metode maserasi (Ditjen POM, 1986).

    Metode Perkolasi

    Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan

    penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip

    ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan

    dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi

    sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah

    melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat

    aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan

    jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya

    beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya,

    dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan

    gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).

    Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara

    maserasi karena (Ditjen POM, 1986):

    a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian

    larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya

    lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan

    konsentrasi.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    14/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    b) Ruangan diantara butirbutir serbuk simplisia membentuk

    saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya

    saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup

    untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

    meningkatkan perbedaan konsentrasi.

    Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina

    yang mengadung sejumlah besar zat aktif yang larut, tidak baik

    bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab

    perkolat akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir

    (Ditjen POM, 1986).

    Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya

    berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi,

    osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Ditjen

    POM, 1986).

    Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator,

    cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari

    atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator

    disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya

    penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Ditjen POM,

    1986).

    b. Ekstraksi Secara Panas

    Ekstraksi secara panas dilakukan untuk

    mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    15/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang

    mempunyai titik didih yang tinggi, selain itu pemanasan juga

    diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia sehingga

    pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan

    komponen kimia. Metode ekstraksi yang termasuk cara panas

    yaitu (Tobo, 2001) :

    Metode Refluks

    Metode refluks adalah termasuk metode

    berkesinambungan dimana cairan penyari secara kontinyu

    menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari

    dipanaskan sehingga menguap dan uap tersebut

    dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami

    kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali

    ke labu alas bulat sambil menyari simplisia. Proses ini

    berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan

    3 kali dalam waktu 4 jam (Ditjen POM, 1986).

    Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang

    mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan

    dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah,

    biji dan herba (Ditjen POM, 1986).

    Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara

    refluks ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu alas

    bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya methanol

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    16/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas

    permukaaan simplisia atau 2/3 dari volume labu, kemudian labu

    alas bulat dipasang kuat pada statif pada waterbath atau

    heating mantel, lalu kondendor dipasang pada labu alas bulat

    yang dikuatkan dengan klem dan statif. Aliran air dan pemanas

    (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang

    digunakan. Setelah 4 jam dilakukan penyarian. Filtratnya

    ditampung pada wadah penampung dan ampasnya ditambah

    lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan

    selama 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan

    dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilakukan pengujian

    selanjutnya (Ditjen POM, 1986).

    Keuntungan dari metode ini adalah (Ditjen POM, 1986):

    a) Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan

    selama proses pemanasan jika digunakan pelarut yang

    mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.

    b) Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah

    rusak dengan adanya pemanasan.

    Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat

    lama dan diperlukan alat alat yang tahan terhadap

    pemanasan (Ditjen POM, 1986).

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    17/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    Metode Destilasi Uap Air

    Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari

    simplisia yang mengandung minyak menguap atau

    mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi

    pada tekanan udara normal, misalnya pada penyarian minyak

    atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh (Cymbopogon

    nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari

    simplisia dengan adanya pemanasan kecil uap air tersebut

    menguap kembali bersama minyak menguap dan

    dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-

    molekul air yang menetes ke dalam corong pisah penampung

    yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna

    (Ditjen POM, 1986).

    Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas

    kimia selama 2 jam setelah itu dimasukkan ke dalam bejana B,

    bejana A diisi air dan pipa-pipa penyambung serta kondensor

    dan penampung corong pisah dipasang dengan kuat. Api

    Bunsen bejana A dinyalakan sehingga airnya mendidih dan

    diperoleh uap air yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B

    melalui pipa penghubung untuk menyari sampel dengan

    adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak menguap

    yang telah tersari selanjutnya menguap menuju kondensor,

    karena adanya pendinginan balik uap dari minyak menguap ini,

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    18/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    maka uap air yang terbentuk menetes ke dalam corong pisah

    penampung yang telah berisi air (Ditjen POM, 1986).

    Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak

    bercampur digabungkan, tiap cairan bertindak seolah olah

    pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap.

    Tekanan uap total dari campuran yang mendidih sama dengan

    jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan yang digunakan oleh

    komponen tunggal, karena pendidihan yang dimaksud yaitu

    tekanan uap total sama dengan tekanan atmosfer, titik didih

    dicapai pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap

    tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM, 1986).

    Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai

    pada temperatur yang lebih rendah daripada jika tiap tiap

    cairan berada dalam keadaan murni. Selain itu, kerusakan zat

    aktif pada destilasi langsung dapat diatasi pada destilasi uap

    ini. Kerugiannya adalah diperlukannya alat yang lebih kompleks

    dan pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan

    destilasi uap ini (Ditjen POM, 1986).

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    19/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB III

    PROSEDUR KERJA

    A. Alat dan Bahan

    1. Alat

    Alat yang digunakan yaitu alkohol meter, aluminium foil, statif,

    klem, batang pengaduk, toples, gelas ukur, botol dan alat perkolasi.

    2. Bahan

    Bahan yang digunakan yaitu Etanol 70%, kapas, Kertas saring,

    dan alumunim foil.

    3. Cara Kerja

    a. Cara kerja I metode dingin (perkolasi)

    1. Ditimbang Serbuk Gynurea segetum folium

    2. Dimasukkan dalam tabung perkolator.

    3. Dimasukkan etanol 70% hingga membasahi seluruh serbuk.

    4. Dibiarkan selama 30 menit.

    5. Dibuka tutup klem hingga pelarut dapat mengalir pada wadah I.

    6. Ditambahkan kembali etanol 70% secukupnya.

    7. Dibiarkan selama 30 menit.

    8. Dibuka kembali klem hingga pelarut dapat mengalir pada wadah

    II

    9. Ditambahkan sisa etanol 70%.

    10.Dibiarkan selama 1x24 jam.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    20/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    11.Dibuka kembali klem hingga pelarut dapat mengalir pada wadah

    III.

    a. Cara kerja II metode panas-dingin (soxhletasi)

    1. Disiapkan alat dan bahan,

    2. Ditimbang sampel serbuk sebanyak 20 gram,

    3. Dimasukkan kertas saring pada pipa klonsong dan dasar pipa

    klonsong hingga menutupi seluruh bagian dasar pipa klonsong,

    4. Diisi sampel pada pipa klonsong, tinggi sampel tidak melebihi

    pipa siphon,

    5. Diisi labu alas bulat dengan cairan penyari etanol 70%.

    6. Diletakkan labu alas bulat diatas waterbath,

    7. Ditambahkan cairan penyari etanol 70% pada sampel yang ada

    dalam klonsong (untuk membasahkan),

    8. Dipasang kondensor tegak lurus dan diklem pada statif dengan

    kuat,

    9. Dibiarkan proses soxhletasi berlangsung hingga jam,

    10. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan

    rotavapor.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    21/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB IV

    HASIL PRAKTIKUM

    B. Tabel Pengamatan

    No. Pengamatan Sampel

    1 Metode Ekstraksi Perkolasi

    2 Bobot Sebelum diekstraksi (g) 350 Gram

    3 Bobot Ekstrak Kering (g) 23,5954 gram

    4 Pesentase Ekstrak (%) / Rendamen 6,7415 %

    5 Jumlah Cairan Penyari 2250 ml

    6 Jumlah Ekstrak Cair 2050 ml

    C. Perhitungan

    % Rendamen Ekstrak =

    =

    = 6,7415%

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    22/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Tujuan Dilakukan percobaan ekstraksi adalah untuk memperoleh

    ekstrak etanol dari daun tanaman Johar (Cassia Folium) yang selanjutnya

    akan digunakan dalam praktikum berikutnya.

    Ekstraksi adalah proses penarikan senyawa aktif dari suatu simplisia

    menggunakan pelarut tertentu, dimana ektraksi memiliki prinsip umum

    yaitu difusi dan osmosis

    Pada praktikum ini digunakan metode maserasi karena tekstur

    sampel yang kami miliki bertektur lunak, dan hasil ekstrak yang diperoleh

    dari maserasi lebih banyak dari metode lainnya,

    Praktikum ini dilakukan dengan cara menimbang serbuk halus

    sebanyak 350 gram kemudian dimasukan kedalam toples, lalu ditambakan

    750 ml etanol lalu didiamkan beberapa hari sambil diaduk-aduk sesekali,

    setelah itu disaring kemudian diuapkan, setelah itu ampasnya

    ditambahkan lagi pelarut hingga 2 kali remaserasi.

    Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam

    pelarut polar, sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat

    aktif yang juga bersifat polar. Etanol digunakan sebagai cairan penyari

    karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam etanol 20%

    ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur dengan air

    pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan

    lebih rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    23/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    tidak mengakibatkan pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya

    adalah

    sifatnya yang mampu mengendapkan albumin dan menghambat kerja

    enzim. Umumnya yang digunakan sebagai cairan pengekstraksi adalah

    campuran

    Keuntungan dari maserasi yaitu mudah dan sederhana, selain itu

    hasil yang diperoleh juga banyak, sedangkan kerugiannya yaitu

    membutuhkan banyak pelarut, membutuhkan waktu yang lama dan

    penyariannya kurang sempurna.

    Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh Bobot ekstrak kering

    32,5954 gram, dan setelah dihitung rendamennya diperoleh 6,7415%.

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    24/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    15020120070

    BAB VI

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari Praktikum yang dilakukan diperoleh Bobot ekstrak kering

    32,5954 gram, dan % Rendamen 6,7415%.

    B. Saran

    Sebaiknya dalam praktikum semua anggota kelompok ikut bekerja

  • 8/10/2019 Laporan Fitokimia "Ekstraksi Sampel" Mutmainnah

    25/25

    EKSTRAKSI

    MUTMAINNAH La Hamidu S,Farm

    DAFTAR PUSTAKA

    Agoes. Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB: Bandung.

    Amri Syaiful , 1995, Isolasi dan Penentuan Struktur Kandungan KimiaEkstrak Etanol Kulit Batang Johar(Cassia SiameaLamk.) ITB

    Anonim 1999:Senna siamea- a widely used legume tree.Fact Sheet

    Ditjen POM, (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.

    Dijten POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia: Jakarta.

    Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik.Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

    Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 3, DepartemenKehutanan, Jakarta.

    Kardono, L.B.S., Angehofer C.K., Tsauri S., Padmawinata K., PezzutoJ.M. & Kinghorn D.1991. Cytotoxic and antimalarial constituents of

    the roots of Eurycoma longifolia. Journ. Nat. Prod.

    Tobo, Fachruddin, (2001), Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia,Laboratorium Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

    Steenis Van, C.G.G.J. 1978. Flora. P.T. Pradnya. Paramita Jakarta.

    http://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/FACTSH/S_siamea.htmhttp://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/FACTSH/S_siamea.htmhttp://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/FACTSH/S_siamea.htmhttp://www.winrock.org/fnrm/factnet/factpub/FACTSH/S_siamea.htm