laporan case study

36
LAPORAN CASE STUDY “PENYAKIT POLIO DI ABABO” Tutor : dr. Yudhi Wibowo Disusun oleh : KELOMPOK 5 1. MEGA G1A009006 2. DIKODEMUS GINTING G1A009019 3. PRASASTIE GITA W. G1A009023 4. AYU ASTRINI N PS G1A009037 5. BUNGA WIHARNING S. P. G1A009060 6. ALFIAN TAGAR A P G1A009064 7. ZAHRA IBADINA SILMI G1A009082 8. DHYAKSA CAHYA P G1A009088 9. ALIFAH NURMALA SARI G1A009099 10. RENDHA FATIMA RYSTA G1A009123 11. HAFIDH RIZA PERDANA G1A009127

Upload: rendha-fatima-rysta

Post on 06-Aug-2015

141 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Case Study

LAPORAN CASE STUDY“PENYAKIT POLIO DI ABABO”

Tutor : dr. Yudhi Wibowo

Disusun oleh :

KELOMPOK 5

1. MEGA G1A009006

2. DIKODEMUS GINTING G1A009019

3. PRASASTIE GITA W. G1A009023

4. AYU ASTRINI N PS G1A009037

5. BUNGA WIHARNING S. P. G1A009060

6. ALFIAN TAGAR A P G1A009064

7. ZAHRA IBADINA SILMI G1A009082

8. DHYAKSA CAHYA P G1A009088

9. ALIFAH NURMALA SARI G1A009099

10. RENDHA FATIMA RYSTA G1A009123

11. HAFIDH RIZA PERDANA G1A009127

BLOK COMMUNITY HEALTH AND ENVIRONMENTAL MEDICINE IIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANJURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO2010

Page 2: Laporan Case Study

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Polio yang disebut dengan poliomyelitis merupakan suatu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus yang dapat mengahancurkan hampir

seluruh kesehatan komunitas yang ada di dunia. Polio ini terutama dapat

mempengaruhi anak muda. Virus tersebut dapat menular melalui makanan

dan air yang terkontaminasi, dan berkembangbiak dalam usus dan Virus polio

ini dapat melumpuhkan bahkan membunuh. Sifatnya sangat menular dan

selalu menyerang anak balita.. Sebenarnya penyakit polio sudah lama

menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi pada

saat tahun 1900, pada tahun tersebut vaksinasi belum diciptakan. Jonas Salk

adalah orang yang membuat vaksinasi dan imunisasi polio baru di kenal oleh

masyarakat luas pada tahun 1955 dan pada saat dua puluh tahun silam, polio

melumpuhkan 1.000 anak tiap harinya di seluruh penjuru dunia.

Pada awal tahun 1990an, WHO mencanangkan program eradikasi polio di

dunia pada tahun 2000. Likura, sebuah negara fiktif dibagian Selatan Afrika,

dipertimbangkan sebagai salah satu negara yang dipilih untuk menguji

efektivitas strategi eradikasi polio oleh WHO. Sayangnya, sedikit sekali

informasi yang diketahui tentang polio di Likura.

Kabupaten Ababo yang merupakan salah satu daerah yang relatif

miskindi Likura hanya memiliki sebuah rumah sakit dan beberapa Puskesmas.

Kabupaten Ababo telah berusaha untuk melakukan surveilans kasus dan

kematian polio selama 5 tahun terakhir. Rumah sakit, Puskesmas dan semua

petugas kesehatan diminta melaporkan setiap kasus polio yang ditemui kepada

Kepala Dinas Kesehatan Ababo.

B. TUJUAN

a. Umum

Page 3: Laporan Case Study

Menjelaskan mengenai konsep surveillance yang

diaplikasikan dalam kasus wabah polio di Ababo, Afrika

Selatan.

b. Khusus

1. Menjelaskan mengenai prevalensi dan insidensi dalam

surveillance.

2. Menjelaskan komponen-komponen penting dalam

surveillance

3. Menjelaskan bagaimana cara menghitung angka

insidensi, prevalensi, kematian, dan fatalitas penyakit

4. Menjelaskan bagimana cara membuat laporan kasus

yang benar.

C. MANFAAT

1. Mahasiswa dapat memahami konsep surveillance beserta

komponen-komponen di dalamnya.

2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan pemahamannya

mengenai konsep surveillance untuk kepentingan

masyarakat luas

Page 4: Laporan Case Study
Page 5: Laporan Case Study

BAB II

PEMBAHASAN

PENYAKIT POLIO DI ABABO

BAGIAN 1

Pada awal tahun 1990an, WHO mencanangkan program eradikasi polio di dunia pada

tahun 2000. Likura, sebuah negara fiktif dibagian Selatan Afrika, dipertimbangkan

sebagai salah satu negara yang dipilih untuk menguji efektivitas strategi eradikasi

polio oleh WHO. Sayangnya, sedikit sekali informasi yang diketahui tentang polio di

Likura. Menteri Kesehatan kemudian menugaskan seorang karyawan Departemen

Kesehatan yang baru pulang setelah mengikuti kursus epidemiology di Amerika dan

sedang dicalonkan sebagai Kepala Dinas Kesehatan di Kabupaten Ababo untuk

melakukan analisis keadaan polio di Kabupaten Ababo.

Kabupaten Ababo merupakan daerah yang relative miskin, memiliki sebuah rumah

sakit dan beberapa Puskesmas. Kabupaten Ababo telah berusaha untuk melakukan

surveilans kasus dan kematian polio selama 5 tahun terakhir. Rumah sakit, Puskesmas

dan semua petugas kesehatan diminta melaporkan setiap kasus polio yang ditemui

kepada Kepala Dinas Kesehatan Ababo.

Pertanyaan 1. Apakah yang dimaksud dengan insidensi ?

Jawab : insidensi adalah laju dengan beberapa kejadian terjadi (Jumlah kasus baru

suatu penyakit spesifik yang terjadi selama 1 masa tertentu pada populasi

yang mempunyai resiko)

Rumus angka insidensi adalah jumlah kejadian dalam waktu tertentu dibagi

penduduk yang mempunyai risiko (population at risk) terhadap kejadian

tersebut dalam kurun waktu tertentu dikalikan dengan konstanta “k”.

p = (d/n) x k

Page 6: Laporan Case Study

p = estimasi angka insidensi k = konstanta

d = jumlah kasus baru

n = jumlah individu yang awalnya tidak sakit

Salah satu penilaian situasi polio dalam komunitas adalah menghitung prevalensi

kelumpuhan pada anak-anak, karena kelumpuhan merupakan sequel polio yang

paling umum dijumpai.

Pertanyaan 2. Apakah yang dimaksud dengan prevalensi?

Jawab : Prevalensi merupakan jumlah kasus penyakit yang terjadi dalam populasi

pada waktu tertentu, pada suatu titik tertentu / selama periode waktu.

Prevalensi menunjukkan perkiraan kemungkinan seseorang menjadi sakit

pada satu saat tertentu. Prevalensi ada 2, yaitu point prevalence dan periode

prevalence. Rumusnya :

Point jumlah semua kasus yang dicatat (pada saat tertentu)

jumlah penduduk

periode jumlah semua kasus yang dicatat (selama satu periode)

jumlah penduduk

Pertanyaan 3.

a. Data apa yang harus digunakan ( atau anda cari) untuk menentukan insidensi

polio pada populasi ?

Jawab : Data yang harus dicari/digunakan untuk menentukan insidensi polio

pada populasi:

Data tentang jumlah penderita baru.

Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru

(Population at Risk).

Insidensi dibagi menjadi 2:

Incidence Rate:

Page 7: Laporan Case Study

Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

jangka waktu tertentu (umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan

jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut

pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.

Attack Rate:

Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu

saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin

terkena penyakit tersebut pada saat yang sama.

Rumus:

incidencerate= jumlah penderitabarupopulationat risk

( pertengahan tahun)

x k (100% ,1000 % ,100.000 , dsb)

attack rate= jumlah penderita barudalam satu saatpopulation at risk pada saat yang sama

× constanta

b. Data apa yang harus digunakan (atau didapatkan) untuk menentukan

prevalensi sequel polio (kelumpuhan) pada populasi?

Jawab : jumlah populasi anak di ababo, jumlah orang yang sakit polio pada 1

periode dan jumlah orang yang sakit pada suatu waktu tertentu

Pertanyaan 4. Apa sajakah elemen pokok yang harus dimasukkan dalam definisi

surveilans?

Jawab : Public health surveilence adalah kegiatan yang berlangsung terus

menerus,pengumpulan data secara sistematis, analisis, interpretasi, dan

penyebaran data kesehatan yang berhubungan dengan tindakan dalam

kesehatan masyarakat untuk menurunkan morbiditas ( kesakitan) dan

mortalitas ( kematian) serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Komponen pokok :

1. Berkesinambungan (Ongoing)

Page 8: Laporan Case Study

2. Sistematik

3. Pengumpulan (collection)

4. Pengolahan

5. Analisis

6. Interpretasi

7. Diseminasi=penyebaran

8. Penerapan ( link to action)

Pertanyaan 5. Apakah perbedaan antara sistem surveilans pasif dan aktif ?

Jawab : Pada surveillans pasif, informasi diperoleh dari penyedia layanan kesehatan,

rumah sakit, laboratorium, dan lain-lain, yang mengirim data atau laporan

kepada departemen kesehatan berdasarkan seperangkat aturan dan undang-

undang. Sedangkan pada surveillans aktif, informasi diperoleh dengan cara

menghubungi staf departemen kesehatan atau dengan mengunjungi langsung

penyedia layanan kesehatan secara rutin, misalnya mingguan atau bulanan,

untuk mengumpulkan laporan kasus-kasus yang terjadi. Dalam kasus di atas,

Ababo termasuk memiliki sistem surveillans pasif.

BAGIAN 2

Untuk mengetahui karakteristik insidensi polio selama 5 tahun terakhir, Dinas

Kesehatan membuat tabel catatan yang didapat dari surveilans rutin dalam 5 tahun

terakhir. Di Ababo, definisi operasional kasus dalam surveilans untuk polio adalan

onset akut flaccid paraysis dan demam. Data tabulasi dapat dilihat pada Tabel 1.

Sensus paling akhir dilakukan pada tahun 1986, ketika penduduk kabupaten Ababo

berjumlah 360.000 orang. Diasumsikan pertumbuhan populasi Kabupaten Ababo

adalah konstan pada angka 3,8% pertahun.

Tahun Jumlah

Kasus

Baru

Jumlah

Ke-

matian

Populasi

Tengah

Tahun

Incidence

rate (per

100000)

Mortality

rate

(per

Case

Fatality Rate

(%)

Page 9: Laporan Case Study

100000)

1986 54 5

1987 56 7

1988 50 6

1989 66 8

1990 74 10

Pertanyaan 6.

a. Apakah yang dimaksud dengan case fatality rate (CFR) ?

Jawab : Case Fatality Rate merupakan perbandingan antara jumlah kematian

yang disebabkan oleh penyakit tertentu dengan jumlah kasus

penyakit tertentu. CFR digunakan untuk menganalisis tingkat

keparahan suatu penyakit tertentu (mengetahui penyakit-penyakit

dengan tingkat kematian tinggi) dalam suatu populasi tertentu dan

biasanya dinyatakan sebagai prosentase dari total jumlah kasus yang

dilaporkan dari suatu penyakit tertentu.

jumla hkematiankarena kasus penyakit tertentujumla h kasus penyakit tertentu

×100 %

b. Lengkapilah Tabel 1 dengan menghitung perkiraan jumlah populasi, angka

incidence rate polio, mortality rate, dan CFR dari tahun 1986-1990!

Tahun Jumlah

Kasus

Baru

Juml

ah

Kem

atian

Populasi

Tengah

Tahun

Incidence

Rate Per

100.000

Mortality

Rate Per

100.000

Case-fatality

rate (%)

1986 54 5 360.000 15 1,39 9,26 %

1987 56 7 373.680 14,99 1,87 12,5 %

1988 50 6 387.880 12,89 1,55 12 %

1989 68 8 402.619 16,89 1,99 11,76 %

1990 74 10 417.919 17,71 2,39 13,51 %

Page 10: Laporan Case Study

I. Diketahui pertumbuhan penduduk di Distrik Ababo 3,8 % per tahun,

estimasi jumlah populasi dalam pertengahan tahun:

Populasi tahun 1986 = 360.000 jiwa

Populasi tahun 1987 = 360.000 + (3,8% x 360.000) = 373.680 jiwa

Populasi tahun 1988 = 373.680 + (3,8% x 373.680) = 387.880 jiwa

Populasi tahun 1989 = 387.880 + (3,8% x 387.880) = 402.619 jiwa

Populasi tahun 1990 = 402.619 + (3,8% x 402.619) = 417.919 jiwa

II. Perhitungan incidence rate

Angka insidensi tahun 1986 = 54 / 360.000 x 100.000 = 15

Angka insidensi tahun 1987 = 56 / 373.680 x 100.000 = 14,99

Angka insidensi tahun 1988 = 50 / 387.880 x 100.000 = 12,89

Angka insidensi tahun 1989 = 68 / 402.619 x 100.000 = 16,89

Angka insidensi tahun 1990 = 74 / 417.919 x 100.000 = 17,71

III. Perhitungan mortality rate

Angka kematian tahun 1986 = 5 / 360.000 x 100.000 = 1,39

Angka kematian tahun 1987 = 7 / 373.680 x 100.000 = 1,87

Angka kematian tahun 1988 = 6 / 387.879,8 x 100.000 = 1,55

Angka kematian tahun 1989 = 8 / 402.619,3 x 100.000 = 1,99

Angka kematian tahun 1990 = 10 / 417.918,8 x 100.000 = 2,39

IV. Perhitungan case-fatality rate (CFR)

Populasi tahun (1986 + a) = Populasi pertengahan tahun + (3,8% x populasi pertengahan tahun)

Incidence rate = (kasus baru/ populasi pada pertengahan tahun) x 100.000

Mortality rate = (Jumlah kematian/ populasi pertengahan tahun) x 100.000

CFR = (jumlah kematian karena kasus/jumlah kasus) x 100%

Page 11: Laporan Case Study

CFR tahun 1986 = 5 / 54 x 100% = 9,26 %

CFR tahun 1987 = 7 / 56 x 100% = 12,5 %

CFR tahun 1988 = 6 / 50 x 100% = 12 %

CFR tahun 1989 = 8 / 68 x 100% = 11,76 %

CFR tahun 1990 = 10 / 74 x 100% = 13,51 %

Pertanyaan 7. Bagaimana interpretasi Anda terhadap data-data incidence rate,

mortality rate, dan CFR ?

Page 12: Laporan Case Study

Kepala Dinas Kesehatan Ababo menemukan bahwa jumlah kasus polio yang

dilaporkan terlihat rendah. Beliau mencurigai bahwa sensitivitas mungkin merupakan

salah satu kelemahan system surveilans di wilayahnya.

Pertanyaan 8.

a. Apakah definisi sensitivitas ? Apabila sensitivitas system surveilans tersebut

memang rendah? Apakah rata-rata pada Tabel 1 masih dapat dipakai untuk

menggambarkan trend penyakit polio di Ababo?

Jawab : Sensitifitas : 1. Probabilitas hasil test akan (+) bila penyakit benar-benar ada

2. Suatu kemampuan dari tes secara benar untk menempatkan

mereka yang betul-betul menderita pada kelompok penderita

Sensitivitas dan spesivisitas pada definisi kasus atau deteksi surveilans:

Disease status (Dx) Total

1986 1987 1988 1989 19900

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1514.99

12.89

16.8917.71

1.39 1.87 1.55 1.992.39

9.26

12.5 1211.78

13.5

Incidence Rate, Mortality Rate, and CFRAbabo District, 1986-1990

Incidence Rate per 100.000Mortality Rate per 100.000CFR (%)

Page 13: Laporan Case Study

Positif Negatif

Hasil screening tes (T)

Positif a B a + b

Negatif c D c + d

a + c b + d

a = jumlah individu dengan screening test (+) dan benar-benar menderita sakit

(True positive)

b = jumlah orang dengan screening test (+) tetapi tidak menderita sakit (false

positive)

c = jumlah orang dengan hasil screening test (-) tetapi orang tersebut

menderita sakit (false negative)

d = jumlah orangdengan hasil screening test (-) dan orang tersebut tidak

menderita sakit (True negative)

b. Disamping sensitivitas, atribut apa sajakah yang harus di evaluasi dalam

system surveilans untuk menentukan apakah system tersebut sesuai dengan

tujuan ?

Jawab : Saat mengevaluasi system surveillance, faktor berikut harus

dijalankan :

a. Kepentingan kesehatan masyarakat

b. Objektifitas dan operasi dalam system

c. Kegunaan system

d. Elemen system

1. Kesederhanaan

2. Flexibilitas

3. Kualitas data

4. Dapat diterima

5. Sensitifitas

e. Biaya sumber daya yang diperlukan dalam system

Page 14: Laporan Case Study

f. Productive value positive

g. Representative

h. Timeline

i. Stabilitas

Pertanyaan 9: Faktor apa sajakah yang mungkin menjadi penyebab meningkatnya

penemuan kasus baru pada 2 tahun terakhir (tabel 1)?

Jawab: 1. Hal yang biasa terjadi

i. Chance (kesalahan yang tidak disengaja)

a. Predictive value

Dibuat-buat besarnya

Dibuat-buat dari ukuran sampel

b. Interval

ii. Kesalahan sistematika

a. Berubahnya prosedur laporan lokal ( misalnya lebih mudahnya

prosedur laporan seperti aktif dari pada pasif)

b. Berubahnya penjelasan kasus

c. Meningkatnya kepentingan karena lokal atau kesadaran nasional

d. Petugas kesehatan baru atau fasilitas mungkin dilihat lebih

menunjuk kasus, mungkin diagnosis yang lebih sering, mungkin

laporan yang lebih dipercaya

e. Wabah sama dengan penyakit, kesalahan diagnosis penyakit

f. Kesalahan laboratorium atau laporan

g. Berubahnya denominator seperti adanya arus turis, pengungsi, petani

yang berpindah

2. Adanya hipotesis baru

a. Meningkatnya kerentanan populasi (kelahiran, imigrasi)

b. Rendahnya vaksinasi

c. Gagalnya vaksinasi (primer = tidak ada imunitas dalam tubuh, sekunder

= berkurangnya imunitas )

Page 15: Laporan Case Study

d. Berubahnya agent (agent turunan yang lebih virulen)

3. Bias :

1. Bias sukarelawan: kondisi kesehatan sukarelawan yang baik,

mortalitas rendah.

2. Bias Panjang (length bias): bias karena penyakit orang yanng

terdeteksi memiliki masa pre-klinis yang panjang sehingga mudah

dideteksi.

3. Bias Led-time: diagnosis dini memperpanjang survival time tanpa

menurunkan mortalitas.

Untuk mengetahui karakteristik populasi yang telah menderita polio, petugas Dinas

Kesehatan Ababo berkunjung ke rumah sakit untuk mereview catatan medis anak-

anak yang mondok di rumah sakit dengan diagnosis polio selama 2 tahun terakhir.

Petugas tersebut terkejut, karena menemukan jumlah kasus polio di rumah sakit pada

tahun 1989 dan 1990 lebih banyak dari jumlah semua kasus yang dilaporkan dari

seluruh Kabupaten pada tahun yang sama.

Pertanyaan 10. Jelaskan mengapa ada ketidaksesuaian antara jumlah kasus di rumah

sakit dengan jumlah kasus yang dilaporkan ?

Jawab : Penyebab adanya ketidaksesuaian antara jumlah kasus di rumah sakit dengan

jumlah kasus yang dilaporkan:

1) Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai :

Menggunakan sumber data yang tidak representative :

Hanya data dari pelayanan kesehatan saja, padahal diketahui bahwa

cakupan pelayanan kesehatan sangat terbatas dan tidak semua

masyarakat datang berobat ke fasilitas pelayanan tersebut.

Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan

respondennya tidak secara acak. (tidak memenuhi syarat Randomisasi)

Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian

respondenya tidak memberikan jawaban ( drop out )

Page 16: Laporan Case Study

2) Kesalahan karena adanya factor BIAS :

BIAS = adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai

sebenarnya.

Sumber BIAS :

a) Dari Pengumpul Data :

Menggunakan alat ukur yang berbeda – beda / tidak standar

Menggunakan teknik pengukuran yang berbeda

b) Dari Masyarakat :

Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap penyakit yang

ditanyakan

Adanya perbedaan respon terhadap alat / test yang dipergunakan.

Untuk mengingatkann, definisi kerja kasus polio dalam surveilans di Ababo adalah

onset akut flaccid paralysis dan demam. Saat mereview catatan medis, petugas

menemukan bahwa data tentang tanda dan gejala anak-anak yang di diagnosis polio

tidak dicatat dengan seragam. Sebagian besar medical record mencatat bahwa anak

mengalami demam dan ada onset akut flaccid paralysis. Pada sekitar 1/3 dari total

medical record, tidak ada catatan mengenai demam tetapi hanya menyebutkan onset

akut flaccid paralysis.

Pertanyaan 11. Apakah dampak dari memasukkan anak-anak yang dalam catatan

medisnya tidak mengalami panas terhadap definisi kasus saudara?

Jawab : Dampak memasukkan anak-anak dengan rekaman status tidak demam dalam

grafik adalah untuk menurunkan sensitivitas dan meningkatkan spesifisitas

tes, diagnosis, atau screening.

Setelah kembali ke kantor, karyawan tersebut menemukan bahwa blanko laporan

penyakit telah habis. Dia melihat hal ini sebagai kesempatan untuk mendeseain

formulir laporan penyakit yang baru.

Page 17: Laporan Case Study

Pertanyaan 12. Jenis informasi apakah yang akan anda cantumkan dalam formulir

laporan penyakit yang baru.

Jawab : Informasi yang akan dicantumkan jika akan membuat formulir laporan

penyakit yang baru adalah sebagai berikut:

1. Data demografi : nama pasien, umur, jenis kelamin, suku, alamat,

nomor telepon kepala keluarga.

2. Data penyakit : diagnosis, tanggal onset penyakit, manifestasi

klinik dan gambaran epidemiologik

3. Nama, alamat dan nomor telepon orang yang membuat laporan

4. Tanggal pelaporan

Rumah sakit mengidentifikasikan total kasus polio adalah 150 kasus . karakteristik

kasus-kasus tersebut ditampilkan dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 2. Distribusi musim (bulanan) polio, Kabupaten Ababo, 1989, dan 1990

BULAN 1989 1990 BULAN 1989 1990

Januari 5 7 Juli 2 3

Februari 19 16 Agustus 0 2

Maret 4 8 September 1 1

April 9 13 Oktober 2 1

Mei 4 8 November 4 4

Juni 4 5 Desember 7 5

Pertanyaan 13. Deskripsikan kejadian musiman (bulanan) polio di Ababo (Ababo

terletak di daerah subtropis di belahan bumi Selatan)

Jawab : Puncak kasus polio di Ababo terjadi pada bulan Februari, Maret, sampai

April karena pada bulan-bulan tersebut terjadi musim panas – gugur di

Ababo. Hal ini juga sesuai dengan distribusi musiman polio yang banyak

terjadi pada musim panas.

Page 18: Laporan Case Study

Tabel 3. Distribusi kasus polio berdasarkan umur di RS Ababo, 1989, dan 1990

Umur (Tahun) Jumlah Umur (Tahun) Jumlah

<1 34 5 2

1 50 6 3

2 25 7 2

3 27 8 0

4 7

Pertanyaan 14. Hitunglah umur median dan umur rata-rata kasus

Jawab : median = (n + 1) / 2 = (150+1)/2 = 75.5umur rata−rata=¿

(0,5) .(34)+(1,5).(50)+(2,5).(25)+(3,5).(27)+(4,5) .(7)+(5,5) .(2)+(6,5) .(3)+(7,5) .(2)+(8) .(0)150

=2,17

Tabel 4. Bistribusi kasus polio berdasarkan jenis kelamin dan suku di RS Ababo,

1989 dan 1990

SUKU JENIS KELAMIN

Laki-laki Perempuan Jumlah

Suku Zanu 73 53 126

Suku Hanzu 12 2 14

Suku lain 8 2 10

Page 19: Laporan Case Study

Jumlah 93 57 150

Pertanyaan 15. Hitunglah rasio kasus polio pada laki-laki dan perempuan!

Jawab :Rasio kasus laki-laki dan perempuanTotal jumlah laki-laki = 93Total jumlah perempuan = 57 Rasio laki-laki: perempuan = 93 : 57 = 1,631 : 1

Pertanyaan 16.

Perhatikan distribusi etnik kasus polio. Apakah Anda dapat menyimpulkan,

berdasarkan hasil tersebut, bahwa menjadi anggota suku Zanu adalah faktor risiko

untuk menderita polio? Mengapa?

Jawab : Tidak, karena etnik Zanu lebih banyak jumlah populasinya dan proporsi

penduduk masing-masing suku tidak diketahui.

Untuk mendapatkan informasi tentang prevalensi polio, petugas dinas kesehatan

melakukan servei anak-anak di kapubaten tersebut. kelumpuhan digunakan sebagai

pengganti kata polio. Prevalensi kelumpuhan berdasarkan status vaksinasi dapat

dilihat di Tabel 5.

Tabel 5. Kelumpuhan berdasarkan status imunisasi pada anak-anak usia 12-23 bulan

di Kabupaten Ababo, 1991

Lumpuh Normal Jumlah

VAKSIN POLIO1 Dosis 1 242 243

2 Dosis 9 667 676

Jumlah 10 909 919

Pertanyaan 17

a. Berapakah prevalensi polio (kelumpuhan) pada anak-anak yang divaksinasi

polio (1 dosis)?

Jawab : P = 1 x 100% = 0,042 % 243

Page 20: Laporan Case Study

Jadi, prevalensi polio (kepincangan) di antara anak-anak yang diberi

vaksin 0 dosis adalah 0,042%

b. Berapakah prevalensi polio pada anak-anak yang tidak divaksinasi polio?

Jawab : P = 1 x 100% = 0,042 % 243

Jadi, prevalensi polio (kepincangan) di antara anak-anak yang diberi

vaksin 0 dosis adalah 0,042%

c. Berapakah cakupan imunisasi polio (paling tidak 1 dosis) dalam populasi?

Jawab : Kekuatan vaksin (sekurang-kurangnya 1 kali) pada populasi ini adalah

243/ 919 dikalikan 100% yaitu 24,6 %.

d. Interpretasikan data-data pada point 17a sampai dengan 17c

Jawab : Data yang dapat diperoleh dari tabel tersebut adalah jumlah terjadinya

kasus kelumpuhan pada anak berumur 12-36 bulan di daerah Ababo

District dengan tindakan vaksinasi yang sudah dilakukan sebelumnya

dan yang tidak divaksinasi sebelumnya. Pada populasi yang telah

diberikan vaksinasi sebelumnya, jumlah kasus kelumpuhan yang

terjadi adalah satu kasus dari 243 anak pada populasi tersebut.

Sedangkan untuk yang tidak divaksinasi sebelumnya, jumlah kasus

kelumpuhan yang terjadi adalah sembilan kasus dari 567 anak pada

populasi tersebut. Berdasarkan data-data yang ada di atas, prevalensi

kejadian polio pada anak yang sudah divaksinasi sebelumnya dan

yang tidak divaksinasi sebelumnya dapat diketahui. Prevalensi polio

pada anak yang sudah divaksinasi mencapai tiga kali lebih rendah

dibandingkan dengan prevalensi polio pada anak yang tidak

divaksinasi. Dari data yang membahas vaccine coverage juga dapat

disimpulkan bahwa Distrik Ababo belum mencapai nilai minimal

SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu 80%, karena nilai SPM di

distrik Ababo ini baru mencapai 24,6%. Sehingga dapat diketahui

Page 21: Laporan Case Study

bahwa di distrik Ababo ini belum mencapai health immunity

terutama pada immunitas komunitas.

Bagaimanapun juga, vaksinasi tetap dapat menjadi solusi untuk

menurunkan angka kejadian dari kasus polio dan dapat menjadi

sebuah pengendali epidemi polio terhadap penyebarannya pada

tingkat pertama atau sebagai pencegahan pada tingkat primer.

Petugas dinas kesehatan merencanakan untuk mereview data surveilans polio setiap

bulan. Menyadari bahwa bagian dari sistem surveilans yang baik diantaranya adalah

menyebarkan informasi kepada “mereka yang harus tahu”, dinas kesehatan mulai

membuat daftar.

Pertanyaan 18.

Kepada siapa sajakah informasi surveilans harus disebarkan? Bagaimana Anda dapat

menyebarkan informasi tersebut?

Jawab : Surveilans yang telah ditemukan pihak kesehatan masyarakat harus segera

didistribusikan ke dua kelompok : 1. pihak yang menyediakan data sehingga

data yang ada dapat diverifikasi; 2. pihak yang bertanggungjawab atas

kegiatan dan aksi kesehatan masyarakat.

Data hasil surveilans juga harus didistribusikan kepada mereka yang

seharusnya tahu, yaitu antara lain:

a. pihak yang menyediakan data seperti petugas kesehatan, rumah sakit, lab

b. pihak yang bertanggungjawab untuk melakasanakan aksi data, seperti

manager program kesehatan masyarakat, pekerja lapangan, pembuat

kebijakan

c. pihak yang memiliki sebagian tanggungjawab seperti kementrian dan

staff, agen donor

d. pihak yang tertarik seperti penduduk desa, kesehatan masyarakat,

kelompok tertentu hingga masyarakat luas

Cara yang dapat dilakukan untuk mendistribusikan hasil surveilans antara

lain melalui koran, jurnal, jumpa pers, dsb.

Page 22: Laporan Case Study

Beberapa bulan setelah review catatan media RS selesai, petugas medis Bagian Anak

RS Ababo mamanggil petugas dinas kesehatan. Dia mencatat masing-masing ada 12

dan 34 kasus pada bulan Januari dan Februari 1991.

Pertanyaan 19.

a. Berapakah perkiraan jumlah kasus polio pada bulan Januari dan Februari

1991?

Jawab : Nilai yang diharapkan adalah rata-rata dari jumlah kasus yang terjadi

pada bulan itu.

Januari =

5+72

= 6 kasus

Februari =

19+162

= 17.5 kasus

b. Menurut pendapat Anda, apakah Ababo mengalami epidemi polio?

Jawab : Tidak, karena tidak menunjukan kejelasan untuk suatu peningkatan

tertentu. Seperti yang diketahui bahwa epidemi merupakan suatu

kejadian luar biasa dengan timbulnya suatu penyakit yang menimpa

masyarakat pada suatu daerah tertentu melebihi perkiraan kejadian

yang normal dalam periode yang singkat.

Setelah rapat segera diadakan untuk mendiskusikan masalah ini. Hasil cakupan

imunisasi direview kembali dan diputuskan untuk melakukan kampanye intensif

untuk vaksinasi polio.

EPILOG

Pada tahun 1988, the World Health Assembly mencanangkan inisiatif global untuk

eradikasi polio pada akhir tahun 2000. Inisiatif ini memunculkan kontroversi.

Beberapa ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa polio merupakan penyakit

yang fatal dan menimbulkan kecacatan dan dapat dieradikasi, sehingga langkah-

Page 23: Laporan Case Study

langkah eradikasi harus dilakukan. Dalam jangka panjang, eradikasi akan menghemat

milyaran dollar. Sebagian yang lain menyatakan bahwa uang dan energi yang

dikeluarkan untuk eradikasi polio, penyakit yang prevalensinya di banyak negara

sudah rendah, lebih baik digunakan untuk intervensi kesehatan masyarakat yang

komprehensif daripada hanya sekedar untuk satu penyakit, dan bahwa usaha-usaha

eradikasi polio akan mengurangi waktu, perhatian dan sumber-sumber daya untuk

program-program kesehatan yang lain.

Sejak dimulainya Global Polio Eradication Initiative pada tahun 1988 sampai akhir

tahun 2002, jumlah kasus polio telah turun sebesar 99 %, dari sekitar lebih dari

350.000 kasus pada tahun 1988 menjadi 1.919 laporan kasus pada tahun 2002

(keadaan pada 16 April 2003). Pada periode waktu yang sama, jumlah negara yang

terinfeksi polio berkurang dari 125 menjadi 7 negara. Polio saat ini hanya ditemukan

di sebagian wilayah Afrika dan Asia Selatan. Sementara itu, surveilans polio telah

menunjukkan peningkatan, dengan angka deteksi Acute Flaccid Paralysis (AFP)

meningkat dari 1,6 menjadi 1,9 per 100.000 anak berusia <15 tahun antara tahun

2001 dan 2002.

Page 24: Laporan Case Study

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penyakit polio merupakan salah satu penyakit menular yang diakibatkan oleh

virus. Penyakit ini bisa menghancurkan kehidupan manusia karena dapat

mengakibatkan kelumpuhan secara mendadak hingga kematian dan tentunya

mengurangi produktifitas seorang manusia. Di Kabupaten Ababo, Afrika Selatan,

banyak ditemukan kasus polio. Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-anak,

terutama yang tidak divaksinasi. Puncak kasus polio di Ababo terjadi pada bulan

Februari, Maret, sampai April karena pada bulan-bulan tersebut terjadi musim

panas – gugur di Ababo. Hal ini juga sesuai dengan distribusi musiman polio yang

banyak terjadi pada musim panas.

Untuk bisa mengetahui bagaimana distribusi penyakit ini dan seberapa besar

tingkat keparahannya, dapat dilakukan surveillance secara berkala karena di dalam

surveillance juga dilakukan penghitungan mengenai angka insidensi, prevalensi,

angka kematian, dan Case Fatality Rate. Surveillance sendiri dapat dilakukan

dengan metode aktif dan pasif, data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan,

diolah, dianalisis, diinterpretasi, disebarkan kepada orang-orang yang memerlukan

data hasil surveillance dan pengambil kebijakan, lalu diterapkan untuk

penanggulangan kasus.

Page 25: Laporan Case Study

DAFTAR PUSTAKA

Bustan, MN.2006.Pengantar Epidemiologi (Edisi Revisi).Jakarta:PT.Rineka Cipta

Dorland, W.A.2002.Kamus kedokteran Dorland, edisi 29.Jakarta:EGC

http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/case+fatality+rate, diakses pada

tanggal 17 Mei 2009, pukul 14.00

Materi Kuliah “Surveilans” oleh dr. Agung S. Dwi Laksana, MSc.PH, tanggal 11 Mei

2010

Materi Kuliah “Uji Tapis (Screening Test)” oleh dr. Agung S. Dwi Laksana, MSc.PH,

tanggal 11 Mei 2010