laporan b4 m5 kelompok 3
DESCRIPTION
heyTRANSCRIPT
LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL
Sistem Stomatognathy 1
Indera
Kelompok 3
Andre Kusuma Ruslim 1310015116
Annisa Fairus Syafira 1310015094
Dera Armedita 1310015101
Fika Nor Aida 1310015093
Hosana A.M 1310015095
Mirsa Herdiani 1310015119
Madherisa Paulita 1310015099
Marini Andriyana 1310015092
M. Nadhir Alkaff 1310015106
Wilman Rante Marampa 1310015118
Dosen Tutor : drg. Listiyawati
Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
2013
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah laporan yang berjudul “Indera” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (dkk)
kami. Laporan ini secara garis besar berisikan tentang anatomi dan fisiologi dari indera
penglihatan, pendengaran dan penciuman.
Dalam proses penyusunan laporan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Listiyawati selaku tutor kelompok III yang telah membimbing kami dalam
melaksanakan diskusi kelompok kecil di blok 4 modul 5 mengenai “Indera”
2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami sehingga
dapat membantu dalam penyelesaian laporan hasil diskusi kelompok kecil ini.
3. Teman-teman kelompok III yang telah mecurahkan pikiran dan tenaganya sehingga
diskusi kelompok kecil (dkk) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan dapat
menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini.
4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mulawarman angkatan 2013
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat berguna baik
bagi penyusun maupun bagi para pembaca dikemudian hari.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh dari sempurna.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG.................................................................................... 11.2. TUJUAN........................................................................................................ 11.3. MANFAAT.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 STEP 1 : IDENTIFIKASI ISTILAH ASING................................................. 22.2 STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH.......................................................... 22.3 STEP 3 : ANALISIS MASALAH.................................................................. 32.4 STEP 4 : KERANGKA KONSEP.................................................................. 102.5 STEP 5 : IDENTIFIKASI SASARAN BELAJAR........................................ 102.6 STEP 6 : BELAJAR MANDIRI.................................................................... 102.7 STEP 7 : SINTESIS....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP3.1. KESIMPULAN ............................................................................................. 223.2. SARAN........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................23
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem indera merupakan bagian tubuh manusia yang terdiri dari reseptor-reseptor yang
berfungsi untuk menangkap rangsang dari luar untuk diteruskan ke otak dan diubah menjadi
informasi yang akan digunakan untuk menanggapi rangsang tersebut. Sistem indera pada
manusia terbagi menjadi 5, yaitu penglihatan (mata), pendengaran (telinga), penciuman (hidung),
pengecapan (lidah) dan peraba (kulit).
1.2 Tujuan
Setelah melewati modul ini mahasiswa di harapkan mengetahui dan dapat menjelaskan :
- Anatomi dan fisiologi indera penglihatan.
- Anatomi dan fisiologi indera pendengaran.
- Anatomi dan fisiologi indera penciuman.
- Vaskularisasi dan inervasi indera penglihatan, pendengaran dan penciuman.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui anatomi dan fisiologi sistem indera dan perannya dalam
bidang kedokteran gigi serta mahasiswa dapat menggunakan ilmu yang didapat sebagai bekal
untuk mempelajari ilmu yang nanti akan dipelajari di blok-blok selanjutnya.
.
BAB 2
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1 SKENARIO
ADIK KECIL YANG LUCU
Wina mahasiswi kedokteran sangat senang bermain dengan Pandu adiknya yang berusia
1 tahun. Setiap pulang dari kampus wina menyempatkan diri untuk menemani adiknya bermain.
Ia begitu senang menatap mata adiknya yang memiliki iris kecoklatan dan sklera yang putih
bersih. Hari itu sepulang kuliah ia menggoda pandu dengan membunyikan kerincingan di telinga
kanan dan kirinya bergantian. Wina memperhatikan bahwa setiap kali kerincingan dibunyikan di
salah satu telinga maka adiknya akan melirik ke sisi yang sama. Apabila kerincingannya
dibunyikan di belakang kepala maka adiknya akan menolehkan kepala untuk melihat kerincingan
tersebut. Wina gemas dengan tingkah laku adiknya yang lucu. Dengan penuh sayang diciumnya
adiknya. Aroma bedak yang harum membuat wina berkali-kali mencium pipi pandu.
2.2 STEP 1
Identifikasi kata/kalimat yang asing dan sulit :
Iris = bagian berwwarna dari mata yang dapat meluas atau menyempit untuk
mengatur jumlah cahaya yang masuk.
Sklera = lapisan yang tersusun atas jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai bagian
putih pada mata
2.3 STEP 2
Identifikasi Masalah
1. Anatomi struktur indera?
2. Mekanisme pergeraakkan mata?
3. Apa yang menyebabkan keluarnya air mata?
4. Mengapa iris mata pada setiap orang berbed?
5. Apa yang menyebabkan mata merah?
6. Proses terjadinya cidera mata?
7. Apa yang menyebabkan mata juling?
8. Proses mendengar?
9. Proses mencium?
10. Proses pengecapa?
11. Proses peraba?
12. Perlindungan diri pada indera?
13. Apabila salah satu indera mengalami gangguan, apakah berpengaruh bagi indera
lainnya?
2.4 STEP 3
Analisis Masalah
1. ~ MATA
Mata terletak di 1/3 rongga orbita, merupakan organ penglihatan yang menerima
rangsangan cahaya dan memiliki diameter 24 mm.
Bola mata terletak didalam rongga mata dan beralaskan lapisan lemak berbentuk
lonjong yang memiliki diameter 2,5 cm.
Disusun oleh os.maxilla, os. Zygomaticum, os. Lakrimale, os. Frontale, os.
Spinoidale dan os.Eitmoidale.
Mata terdiri dari 3 dinding :
Tunika Fibrosa (dinding dari luar kedalam) yang terdiri dari :
Kornea, yang merupakan perpanjangan anterior yang transparan dibelakang
skelera yang berfungsi menstransmisikan cahaya dan memfokuskan berkas
cahaya.
Sklera, merupakan lapisan pembungkus jaringan ikat yamh kuat dan fibrosa,
membentuk putih mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah
jendela membran bening/kornea, berfungsi untuk melindungi struktur mata
yang sangat halus dan mempertahankan bentuk biji mata.
Tunika Vaskular (bagian tengah) yang terdiri atas :
Iris, merupakan perpanjangan sisi anterior koroid, berwarna bening dan berisi
jaringan ikat, otot radialis dan sirkulasi yang berfungsi mengendalikan
diameter pupil.
Korpus Siliaris, merupakan suatu penebalan dibagian anterior lapisan koroid,
yang mengandung pembuluh darah dan otot siliaris yang melekat pada
ligamen suspensorik, dan merupakan tempat pelekatan lensa mata. Otot ini
penting dalam akomodasi dari penglihatan atau kemampuan untuk mengubah
fokus benda.
Koroid, merupakan lapisan tengah dibawah skela, berpigmen dan
mengandung banyak pembuluh darah disebut lapisan vaskular yang
membentuk iris yang berlubang ditengahnya atau disebut pupil mata.
Pembuluh darah ini meberikan nutrisi bagi retina. Selaput berpigmen yang
terletak diseblah belakang iris yang memancarkan warna kornea dan berperan
dalam menentukan warna mata.Koroid ini bersambung pada bagian depan iris
dan tepat dibelakang iris.
Pupil, yang merupakan ruang terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui
cahaya untuk dapat masuk kebagian anterior mata.
Tunika media yang terdiri atas :
Retina, yang merupakan lapisan paling dalam dibawah koroid, terdiri dari
sejumlah lapisan serabut (sel batang/rods dan sel kerucut/bones), sel-sel saraf,
sel reseptor/ fotoreseptor yang mengubah cahaya energi menjadi impuls saraf.
Sel batang pada retina bertanggung jawab pada penglihatan dimalam hari
untuk mendeteksi cahay dan banyak terdapat dibagian perifer retina,
sedangkan sel kerucut untuk mendeteksi warna bertanggung jawab pada
penglihatan dimalam hari dan banyak terdapat ditengah retina.
Mata memiliki Struktur Aksesoris yang terdiri atas :
Otot-otot fasial, yang terdiri dari 2 pasang otot rektus dan sepasang otot obliq,
kedua otot ini memungkinkan mata untuk bergerak kearah horizontal, vertikal dan
menyilang.
Alis mata, yang melindungi mata dari keringat
Kelopak mata (palpebrae), untuk melindungi mata dari kekeringan dan debu
Konjungtiva, merupakan lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap
kelopak (konjungtiva palpebrae) dan terlipat kembali keatas permukaan anterior
bola mata.
Aparatus Lakrimal, penting untuk produksi dan pengaliran air mata. Air mata
keluar melalui pangtum papila lakrimal yang menyambung kekantong lakrimal
yang membuka kedalam duktus nasolakrimal.
Orbita, yang merupakan lekukan tulang yang berisi bola mata, hanya 1/5 rongga
orbita yang berisi bola mata sisanya rongga berisi jaringan ikat dan adiposa. Ada
2 lubang pad aorbita yaitu foramen optik (untuk lintasan saraf optik dan arteri
optalmik), fissura orbital superior (untuk lintasan saraf dan arteri yang berkaitan
dengan otot mata).
Fissura Palpebrae, yang merupakan ruang antara kelopak mata atas dan bawah.
Kantus medial, yang terbentuk dari sambungan medial kelopak mata atas dan
bawah dan Kantus Lateral yang terbentuk dari sambungan lateral kelopak mata
atas dan bawah.
Karunkel, yang merupakan elevasi kecil pada sambungan medial berisi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.
Bagian Mata terdiri dari :
Camera oculi anterior, yang berada diantara kornea dan iris yang berisi aqueous
humor (cairan bening yang diproduksi oleh prossesus siliaris untuk mencukupi
kebutuhan lensa dan kornea. Cairan ini diserap kembali kedalam aliran darah
melalui vena halus yang dikenal dengan saluran Schlemn.
Camera oculi Posterior, yang terletak diantara iris dan lensa, berisi vitreus humor
(gel transparan) yang berperan untuk mempertahankan bentuk bola mata dan
posisi retina pada kornea.
Korpus Siliare, yang merupakan selaput yang menebal didaerah belakang iris
yang berada diantara iris dan koroid, berisi serabut otot silkuler dan jika
berkontraksi maka pupil juga akan ikut berkontraksi.
Bagian Ligamentum Suspensorius, yang berada didepan dan dibelakang lensa dan
berfungsi untuk mengaitkan lensa pada badan siliaris, apabila mengendor lensa
akan mengerut dan menebal bila ligamentum menebal maka lensa akan menjadi
gepeng.
~ TELINGA
Telinga memiliki tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
a. Telinga luar (auris eksterna)
Pada telinga luar terdapat daun telinga dan liang telinga.
Daun telinga (auricular)
Merupakan kerangka tulang rawan yang dilapisi kulit. Pada anteriornya
melekat erap pada perikondrium dan posteriornya melekat secara longgar.
Liang telinga (meatus akustikus eksterna)
Merupakan saluran yang menuju ke arah telinga tengah dan berakhir pada
membrane timpani. Memiliki diameter 0,5 cm dan panjang 2,5 - 3 cm.
b. Telinga tengah (auris media)
Merupakan ruang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal, semua ruangan
dilapisi oleh mukosa dan epitel selapis kubis.
c. Telinga dalam (auris interna)
Telinga dalam terdiri dari dua organ, yaitu organ status atau alat imbang dan organ
auditus atau alat dengar.
~ HIDUNG
Hidung terbagi menjadi dua, yaitu hidung luar dan rongga hidung. Hidung luar atau nasus
eksterna adalah bagian hidung yang menonjol ke depan, serta terdapat lubang hidung atau nars
anterior kanan dan kiri. Rongga hidung atau nasus interna (cavum nasal) terdapat di kanan dan
kiri. Pada rongga hidung terdapat konkanasi yang merupakan tonjolan-tonjolan yang terdapat 3
pasang, dan meatusnasi yang terletak di bawah masing-masing konkanasi.
2. Mekanisme pergerakan mata diatur oleh 3 pasang otot :
a. Reaktus medialis dan lateralis
Berkontraksi timbal balik untuk menggerakan mata dari satu sisi ke sisi lainnya. Reaktus
medialis dipersarafi oleh nervus III dan reaktus lateralis dipersarafi oleh nervus VI.
b. Reaktus superior dan inferior
Menggerakan mata ke atas dan ke bawah, dipersarafi oleh nervus III.
c. Obliqus superior dan obliqus inferior
Memutar mata agar lapang pandang tetap pada posisi tegak. Obliqus superior dipersarafi
oleh nervus IV dan obliqus inferior oleh nervus III.
Reaktus medialis dan lateralis serta reaktus superior dan inferior merupakan otot lurus sedangkan
obliqus superior dan inferior merupakan otot melintang.
3. Penyebab keluarnya air mata
Air mata dapat keluar karena adanya refleks psikologis, mekanisme pertahanan, menjaga
kelembapan mata, serta tekanan otot disekitar mata saat menguap.
4. Penyebab perbedaan warna pada iris
Iris dapat berbeda-beda warnanya karena adanya lapisan pigmen dan tekstur stroma. Pada
iris yang berwarna biru dan abu-abu memiliki sedikit pigmen, sedangkan iris yang berwarna
coklat mengandug melanofor. Pada penderita albino tidak mengandung pigmen pada stroma dan
epitel iris. Hereditas pigmen coklat lebih dominan daripada biru.
5. Penyebab mata merah
Mata merah di sebabkan oleh iritasi, trauma, infeksi, alergi atau peningkatan tekanan
pada mata. Penyebab tersering mata merah adalah konjungtivis. Infeksi terbesar pertama
disebabkan oleh bakteri sedangkan sebagian kecil disebabkan oleh virus.
6. Cidera mata menyebabkan mata merah atau iritasi yang biasanya disebabkan oleh infeksi,
trauma, alergi, atau reaksi tekanan pada mata.
7. Penyebab mata juling (strabismus) adalah
- sumbu bola mata yang serentak bergerak pada satu titik.
- otot kaku
- bisa karena bawaan sejak lahir atau di peroleh kemudian.
- pengobatan
8. Proses mendengarkan yaitu dimulai dari suara ditangkap oleh daun telinga, kemudian
sampai di gendang telinga menyebabkan getaran yang diteruskan oleh 3 tiga tulang
pendengaran lalu ke rumah siput (koklea) yang didalamnya terdapat cairan limfe yang (akan
bergetar) dan merangsang ujung saraf pendengaran menyebabkan implus saraf menuju ke
otak dan di olah di sana (otak) agar mengenali suara yang ditimbulkan.
9. Proses pembauan dimulai dari selaput lendir yang mengandung sel- sel pembau. Pada sel-sel
pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius), yang
selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin
dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu berupa gas atau uap
masuk bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat larut dalam lendir
hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada dendrit. Kemudian
timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson bergabung menjadi suatu
bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini menembus lamina cribosa
tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps dengan neuron-neuron tractus
olfactorius dan impuls dijalarkan ke daerah pembau primer pada korteks otak untuk
diinterpretasikan
10. Proses pengecapan diatur oleh sel gustatory yang ada pada taste bud lidah. Ketika suatu zat
kimia yang terlarut mengenai reseptor pada taste bud lidah dan merangsang sel-sel kemudian
timbul lah impuls yang akan menjalar ke syaraf VII dan syaraf IX otak untuk diteruskan ke
thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk kemudian
diinterpretasikan. Pengecapan pada manusia dapat merasakan 5 macam sensasi, yaitu manis,
asin, asam, pahit dan umami. Proses pengecapan sangat dipengaruhi oleh pembauan, apabila
fungsi pembauan terganggu maka fungsi pengecapan juga akan terganggu.
11. Pada kulit terdapat reseptor-resptor yang akan merubah stimulus sentuhan yang akan di
teruskan ke otak untuk diinterpretasikan, reseptor tersebut antara lain :
- Pacini : mendeteksi stimulasi dan tekanan, banyak terdapat jari tangan, payudara, dan
organ genetalia eksterna.
- Meissner: mendeteksi sentuhan
- Ruffini : respon terhadap tegangan
- Krause : tekanan sentuhan
12. Perlindungan diri pada indera
- Mata : air mata, kelopak mata, alis, bulu mata.
- Hidung : silia hidung
- Telinga : silia, serumen
- Lidah : Saliva
- Kulit : Rambut, lapisan hipodermis
12. Iya, berpengaruh seperti indera pembau mempengaruhi indera pengecapan
2.5 STEP 4
Kerangka Konsep
2.6STEP 5
Identifikasi sasaran belajar
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi dan fisiologi mata, telinga dan hidung
2. Mahasiswa mampu menjelaskan vaskularisasi dan inervasi mata, telinga dan hidung
INDERA
inervasi dan vaskularisasi
Anatomi
fisiologi
2.7 STEP 6
Belajar Mandiri
2.8 STEP 7
Sintesis
ANATOMI MATA
Kornea, merupakan lapisan paling luar mata, berwarna bening, avaskuler, dan terdiri dari 6
lapisan (epitel, membran bowman, stroma, lapisan dua, membran descement, dan lapisan
endotelium), berfungsi untuk menstramisikan cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
Sklera, merupakan struktur mata yang memberi bentuk pada bola mata, perlekatan untuk
otot ekstrinsik, biasa disebut dengan putih mata, menyusun 5/6 bagian bola mata, tersusun
atas anyaman serabut kolagen, pada keadaan normal ukurannya mencapai 1 mm tetapi pada
irensi otot dapat menebal menjadi 3 mm.
Iris, merupakan jaringan berwarna berbentuk cincin , berfungsi untuk mengatur jumlah
cahaya yang masuk, merupakan lanjutan dari koroid dan tersusun atas lapisan vaskuler.
Memiliki 2 serabut otot polos untuk mengecilkan dan memperbesar pupil, terdiri dari otot
silkular (berbentuk serat otot seperti cincin didalam iris, disebut sebagai konstriktor karena
jika berkontraksi pupil akan mengecil dan jika terkena atau dalam keadaan terang untuk
mengurangi jumlah cahaya yang masuk) dan otot radial/ dilator yang merupakan serat otot
yang mengarah keluar dari pupil, serat otot memanjang dan pupil jadi lebih besar terjadi
pada cahaya malam hari agar sinar yang masuk lebih banyak.
Lensa merupakan struktur bikonveks (cembung depan belakang), transparan, dan terletak
dibelakang iris. Sebagai organ fokus utama yang membiaskan cahaya yang terpantul dari
benda yang terlihat yang menjadi bayang jelas pada retina. Lensa dilapisi oleh kapsul elastik
yang dikaitkan dengan korpus siliaris koroid, menempel pada ligamentum supersorium
(cembung/datar yang mengatur lensa). Terjadi akomodasi visual dengan melihat benda yang
jauh atau dekat, semakin bertambah umur lensa warnanya semakin kuning dan bertambah
keras.
Koroid, merupakan lapisan tengah dibawah skela, berpigmen dan mengandung banyak
pembuluh darah disebut lapisan vaskular yang membentuk iris yang berlubang
ditengahnya atau disebut pupil mata. Pembuluh darah ini meberikan nutrisi bagi retina.
Selaput berpigmen yang terletak diseblah belakang iris yang memancarkan warna
kornea dan berperan dalam menentukan warna mata.Koroid ini bersambung pada bagian
depan iris dan tepat dibelakang iris.
Retina yang terdapat di 2/3 posterior bola mata, peka terhadap cahaya, mengandung sel
kerucut (mendeteksi warna) dan sel batang (penglihatan dalam gelap).
Memiliki lapisan dari luar kedalam yaitu (lapisan pigmen, lapisan batang dan
kerucut, membran pembatas luar, lapisan inti luar, lapisan fleksifromlunar,
lapisan inti dalam, lapisan pleksifrom dalam, lapisan ganglionik, lapisan
serabut saraf optik, dan membran pembatas dalam).
Terdapat macula yang terdiri dari banyak sel kerucut. Bagian tengah macula
disebut Vovea (lengkungan sentral macula lutea yang tidak memiliki sel
batang), merupakan pusat visual mata sehingga bayangan akan terfokus dan
terinterpretasi dengan jelas dan tajam.
Berfungsi mencegah pantulan dan pembuyaran sinar dalam mata,
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optic (merupakan dimana
titik saraf optic meninggalkan biji mata atau disebut sebagai titik buta).
Struktur eksternal / aksesoris dari mata antara lain :
Otot-otot fasial, yang terdiri dari 2 pasang otot rektus dan sepasang otot obliq,
kedua otot ini memungkinkan mata untuk bergerak kearah horizontal, vertikal dan
menyilang.
Alis mata, yang melindungi mata dari keringat
Kelopak mata (palpebrae), untuk melindungi mata dari kekeringan dan debu
Konjungtiva, merupakan lapisan pelindung tipis epitelium yang melapisi setiap
kelopak (konjungtiva palpebrae) dan terlipat kembali keatas permukaan anterior
bola mata.
Aparatus Lakrimal, penting untuk produksi dan pengaliran air mata. Air mata
keluar melalui pangtum papila lakrimal yang menyambung kekantong lakrimal
yang membuka kedalam duktus nasolakrimal.
Orbita, yang merupakan lekukan tulang yang berisi bola mata, hanya 1/5 rongga
orbita yang berisi bola mata sisanya rongga berisi jaringan ikat dan adiposa. Ada
2 lubang pad aorbita yaitu foramen optik (untuk lintasan saraf optik dan arteri
optalmik), fissura orbital superior (untuk lintasan saraf dan arteri yang berkaitan
dengan otot mata).
Fissura Palpebrae, yang merupakan ruang antara kelopak mata atas dan bawah.
Kantus medial, yang terbentuk dari sambungan medial kelopak mata atas dan
bawah dan Kantus Lateral yang terbentuk dari sambungan lateral kelopak mata
atas dan bawah.
Karunkel, yang merupakan elevasi kecil pada sambungan medial berisi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat.
(Sloane, 2003)
FISIOLOGI MATA
1. Refraksi
Refraksi pada kornea yang bertanggung jawab 70 % daya refraktif dan merupakan
penyesuaian kasar pada mata.
Refraksi pada lensa yang berperan sebagai refraksi yang bersisa dan merupakan alat
penyesuaian halus pada mata.
Refraksi pada aqueous humor dan vitreus humor yang berperan dalam reflex minimal.
2. Akomodasi, merupakan proses penyesuaian otomatis pada lensa untuk memfokuskan objek
secara jelas pada jarak beragam. Juga meningkatkan kekuatan lensa untuk melihat pada jarak
dekat dan kekuatannya bergantung pada bentuknya dan dikendalikan oleh otot siliaris (struktur
khusus lapisan koroid pada bagian anterior).
3. Adaptasi Gelap dan Terang
Jika berada ditempat terang dalam waktu yang lama maka banyak fotokimiawi yang
terdapat pada sel batang dan sel kerucut menjadi berkurang karena dirubah jadi retinal dan opsin.
Sebagian besar retinal dalam sel batang dan sel kerucut akan dirubah menjadi vitamin A, kedua
efek ini mengubah konsentrasi bahan kimiafotosensitif yang menetap dalam sel batang dan sel
kerucut akan menjadi berkurang disebut sebagai adaptasi terang.
Jika berada ditempat gelap lama maka retinal dan opsin dalam sel batang dan sel kerucut
diubah kembali menjadi pigmen peka cahaya dan vitamin A diubah kembali menjadi retinal
untuk terus menyediakan lebih banyak pigmen peka cahaya dan batas akhirnya ditentukan oleh
jumlah opsin didalam sel batang dan sel kerucut dan bergabung dengan retinal sehingga disebut
sebagai adaptasi gelap.
Sel batang memiliki 2 pigmen berupa retinal dan opsin yang merupakan satu bentuk dari
redopsin yang terurai. Retinal menjadi 11 cis retinal bengkok dan all trans retinal lurus. Opsin
sendiri merupakan protein yang berikatan dengan 11 cis retinal bengkok.
Cahaya yang masuk keretina akan berubah menjadi retinal dan opsin yang berikatan akan
pecah menjadi all trans retinal lurus. All trans retinal lurus akan menyebabkan potensial saraf
kesel batang dan menstimulasi sel bipolar menuju ganglion dan diteruskan kesaraf optik menuju
keotak. Adaptasinya sendiri membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit.
(Sherwood, 2007)
ANATOMI TELINGA
Telinga memiliki tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.
a. Telinga luar (auris eksterna)
Pada telinga luar terdapat daun telinga dan liang telinga.
Daun telinga (auricular)
Merupakan kerangka tulang rawan yang dilapisi kulit. Pada anteriornya
melekat erap pada perikondrium dan posteriornya melekat secara longgar.
Liang telinga (meatus akustikus eksterna)
Merupakan saluran yang menuju ke arah telinga tengah dan berakhir pada
membrane timpani. Memiliki diameter 0,5 cm dan panjang 2,5 - 3 cm.
b. Telinga tengah (auris media)
Merupakan ruang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal, semua
ruangan dilapisi oleh mukosa dan epitel selapis kubis. Pada telinga tengah terdapat 2 otot
yang berfungsi untuk melindungi telinga dari suara yang keras, yaitu m.Stapedeus dan
m.Tensor timpany
c. Telinga dalam (auris interna)
Telinga dalam terdiri dari dua organ, yaitu organ status atau alat imbang dan
organ auditus atau alat dengar. Struktur telinga dalam juga terbagi menjadi 2, yaitu
labirin tulang dan labirin membranosa.
Labirirn tulang yang berisi cairan perilimfe,melubangi petrosus tulang temporal dan labirin
tulang terbagi menjadi
A. Vestibula
menghubungkan saluran semisirkular dan koklea
dinding lateral menghubungkan venestra vestibuli dan venestra koklea
B. Saluran semisirkular
Berfungsi menjaga keseimbangan tubuh
C. Koklea
Skala media (tengah)
labirin membranosa terhubung kesakulus (kantong endilomfe) dan skala
media membentuk terowongan panjang pada koklea dan mencapai ujung
koklea
Skala vestibuli (atas)
Skala vestibuli dan skala media dipisahkan oleh membran
vestibular ,membran ini berfungsi mempertahankan cairan khusus dalam
skala media
Skala timpani (bawah)
Skala timpani dan skala media dipisahkan oleh membran basilar
Labirin membranosa adalah rangkaian tulang berongga dan kantong-kantong, labirin
membranosa memiliki sakulus dan utrikulus yang berhubungan dengan duktus endo limfe.
dan memiliki reseptor equiledum statis yang berfungsi sebagai penyesuaian kepala terhadap
gaya gravitaasi dan equiledum dinamis sebagai penyesuaiankepala saat bergerak/diam
Endolimfe cairan dalam duktus koklearis
Membran vestibularis(tipis) membentuk atap duktus koklearis dan memisahkannya dri
skala vestibular
Membran basilar membentuk lantai atap duktus koklearis dan memisahkannya dari
skala timpani
Sakulus berbentuk gluboid lebih besar dari utrikulus terletak didepan bawah labirin
membranosa
Utrikulus bebtuknya oval terletak dibelakang aras labirin membranosa
(Sloane, 2003)
FISIOLOGI TELINGA
Pertama-tama sumber suara menghasilkan getaran yang akan dihantarkan oleh udara,
getaran yang dihantarkan oleh udara akan dierima oleh daun telinga dan masuk ke dalam meatus
akustikus eksterna hingga mencapai membran timpani. Membran timpani akan bergetar oleh
karena getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan kemudian akan menggerakkan tulang
pendengaran yang ada pada telinga tengah. Tulang stapes pada telinga tengah akan
menggetarkan oval window yang akan menyebabkan bergetarnya cairan perilimfe yang ada pada
telinga dalam. Bergetarnya cairan perilimfe akan membuat membran basilar bergetar dan akan
mengakibatkan sel-sel rambut pada organ corti bergetar. Getaran yang dihasilkan oleh sel rambut
akan mengasilkan aksi potensial yang akan dihantarkan ke otak melalui N. VIII.
(Guyton & Hall, 2006)
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG
Kemoreseptor olfaktori adalah neuron khusus yang terletak pada epithelium olfaktori dan langit-
langit rongga nasal. Epithelium olfaktori mengandung sel penunjang, sel basal dan sel olfaktori
(neuron bipolar dendrite yang berakhir pada rambut halus olfaktori yang menonjol dan melapisi
rongga nasal). Hidung memiliki 5 juta reseptor dengan 1000 tipe berbeda.
Pengikatan sinyal bau tertentu dengan reseptor olfaktorius mengaktifkan protein G,
memicu jenjang reaksi intrasel dependen-cAMP yang menyebabkan terbukanya saluran Na+.
Perpindahan ion yang terjadi menyebabkan depolarisasi potensial reseptor yan menghasilkan
potensial aksi di erat aferen. Frekuensi potensial aksi bergantung pada konsentrasi molekul
kimiawi perangsang.
Serat-serat aferen yang berasal dari ujung reseptor di hidung berjalan melalui lubang-
lubang halus di lempeng tulang gepeng yang memisahkan mukosa olfaktorius dari jaringan otak
di atasnya. Serat-serat ini segera bersinaps di bulbus olfaktorius, suatu struktur saraf kompleks
yang secara fungsional mirip dengan lapisan retina mata. Bulbus olfaktorius yang kembar, satu
di masing-masing sisi, berukuran buah anggur kecil. Masing-masing bulbus olfaktorius dilapisi
oleh taut-taut saraf kecil mirip-bola yang dikenal sebagai glomerulus (“bola kecil”). Di dalam
setiap glomerulus ini, ujung-ujung sel reseptor yang membawa informasi tentang komponen bau
tertentu bersinaps dengan sel berikutnya di jalur olfaktorius, sel mitral. Karena masing-masing
glomerulus menerima sinyal hanya dari reseptor yang mendeteksi komponen bau tertentu, maka
glomerulus berfungsi sebagai “arsip bau”. Komponen-komponen dari suatu bau disortir ke dalam
glomerulus yang berbeda-beda, satu komponen per arsip. Karena itu, glomerulus, yang berfungsi
sebagai stasiun pemancar pertama untuk pemrosesan informasi bau, berperan kunci dalam
pengorganisasian persepsi bau.
Sel mitral tempat, berakhirnya reseptor olfaktorius di glomerulus menyempurnakan
sinyal baud an memancarkannya ke otak untuk pemrosesan lebih lanjut. Serat-serat yang
meninggalkan bulbus olfaktorius berjalan dalam dua rute berbeda :
1. Sebuah rute subkorteks yang terutama menuju ke daerah-dareah system limbic,
khususnya sisi medial bawah lobus temporalis (diangap sebagai korteks penciuman
primer). Rute ini, yang mencakup hipotalamus, memungkinkan koordinasi erat antara
baud an reaksi perilaku yang berkaitan dengan makan, kawin, dan orientasi arah.
2. Sebuah rute melalui thalamus ke korteks. Seperti indera lain, rute korteks penting
untuk persepsi sadardan diskriminasi halus bau.
(Scanlon & Sanders, 2003)
VASKULARISASI DAN INERVASI
MATA
Vaskularisasi: Innervasi :
a. Optalmica N. Okulomotorius
a. Lacrimalis N. Trochlearis
a. ciliaris posterior N. Abducens
a. eithmoidalis posterior dan anterior N. Nasociliaris
a. Supratochlearis Ganglion ciliare
a. Supraorbitalis
v. optalmica superior dan inferior
v. Corticosale
v. Supraorbitalis
v. Supratrochlearis
v. Nasofrontalis
v. Angulis
TELINGA
Vaskularisasi:
a. onditori interna (cabang a. cerebralis anterior dan superior)
a. basilaris
a. auditori interna (cabang pertama yaitu a. vestibularis anterior yang memvaskularisasi
utrikulus dan sakulus bagian superior, dan cabang kedua yaitu a. cochlearis comunnis yang
memvaskularisasi semua bagian cochlea kecuali 1/3 bagian basal)
a. vestibularis anterior (memvaskularisasi utriculus dan saculus inferior serta canalis semikularis
bagian posterior)
a. cochlearis communis
v. cochlearis
v. scalae vestibule
v. scalae tympani
v. vestibularis
Innervasi:
N. facialis
N. acusticus
N. olfactorius
N. vestibulokokhlearis
HIDUNG
Vaskularisasi:
a. sphenopalatina (cabang a. maxillaris interna)
a. eithmoidalis anterior (cabang a. optalmica, memvaskularisasi 1/3 bagian depan dinding
lateral, 1/3 bagian depan septum nasi)
a. eitmoidalis posterior (memvaskularisasi bagian superior a. facialis)
a. nasalis anterior (cabang a. eitmoidales, a. optalmica, a. carotis interna)
a. nasalis posterior (cabang a. sphenopalatina, a. maxillaris interna)
a. angularis (cabang a. facialis)
a. nasopalatina
v. sphenopalatina
v. facialis
Vv. Labiales
Vv. Eitmoidales anterior dan posterior
Innervasi:
n. Optalmicus (bercabang menjadi n. supratrochlearis, n. infratrochlearis)
n. maxillaris (n. eithmoidale anterior)
n. nasopalatinus
(Putz & Pabst, 2000)
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa :
1. Mata merupakan organ yang berperan dalam fungsi penglihatan yang tersusun dari
kornea, sklera, iris, lensa, korpus siliari, koroid, retina dan beberapa organ-organ
aksesoris seperti alis, kelopak mata dan kelenjar air mata.
2. Mata dapat melakukan akomodasi untuk mengatur titik fokus mata, mengkontriksi dan
mendilatasi pupil untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk dan dapat melakukan
adaptasi terang dan gelap
3. Telinga merupakan organ yang berperan dalam fungsi pendengaran dan keseimbangan.
Telinga terbagi menjadi 3 bagian besar, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
dalam. Organ dari telinga yang mengatur fungsi pendengaran adalah koklea, sedangkan
fungsi keseimbangan diatur oleh kanalis semisirkularis.
4. Proses penciuman diatur oleh saraf kranial olfaktorius, zat kimia yang ada pada udara di
tangkap oleh kemoreseptor olfaktori yang ada pada hidung dan dilanjutkan ke otak
untuk diinterpretasikan.
1.2 Saran
Kami sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga kami
selaku penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.
Daftar Pustaka
Sherwood, L. (2007). Fisiologi Manusia Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evelyn, P. C. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis (2nd ed.). Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Scanlon, V. C., & Sanders, T. (2003). Essential of Anatomy and Physiology 4th edition.
Philadelphia: F.A.Davis Company.
Putz, R., & Pabst, R. (2000). Sobotta, Atlas of Human Anatomy
Guyton, A. C., & Hall J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.