laporan b4 m5 kelompok 1
DESCRIPTION
heheTRANSCRIPT
BLOK 4 SISTIM STOMATAGNATHY 1
MODUL 5 ALAT INDERA
Disusun oleh : Kelompok 1
Khemal Ilham Rinaldy 1310015102
Jamilah Ibrahim 1310015110
Devi Sarfina 1310015105
Irmawati 1310015091
Aji Ayu N 1310015108
Cyinthia Clarissa 1310015104
Jumiati 1310015097
Siti Nur Azizah 1310015109
Shalahuddin Al Amin 1310015113
Betrik Sefyana M 1310015120
Tutor : drg. Musnar Munir Sp.KGA
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai Indera .
Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap
dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertamakami berterima kasih kepada drg.
Musnar Munir SpKGA selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama
proses DKK.Terimakasih pula kami ucapkan atas kerjasama rekan sekelompok di
Kelompok 1. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.
Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab
itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan
pengetahuan.
Hormat Kami,
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Halaman judul............................................................................................................i
Kata pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar isi.....................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
1.1. LatarBelakang................................................................................................ 1
1.2. Tujuan............................................................................................................. 1
1.3. Manfaat........................................................................................................... 1
BAB 2 Pembahasan
2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing................................................................... 2
2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah.......................................................................... 3
2.3 Step 3 : Curah Pendapat................................................................................. 4
2.4 Step 4 : Kerangka Konsep.............................................................................. 8
2.5 Step 5 : Merumuskan Tujuan Belajar( LO )................................................... 9
2.6 Step 6 : Belajar Mandiri................................................................................ . 9
2.7 Step 7 : Sintesis.............................................................................................. 9
BAB 3 Penutup
3.1. Kesimpulan..................................................................................................... 25
3.2. Saran............................................................................................................... 25
Daftar Pustaka............................................................................................................. 26
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indera merupakan alat-alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan di luar tubuh.
Indera. Alat indera pada tubuh manusia meliputi indera pengelihatan yaitu mata, indera
pendengaran yaitu telinga, indera penciuman yaitu hidung, indera perasa yaitu lidah dan
indera peraba yaitu kulit. Masing-masing indera tersebut memiliki fungsi yang berbeda-
beda, mata berfungsi untuk melihat keadaan sekitar, misalnya melihat orang-orang, alam,
makanan dll, telinga yang berfungsi untuk mendengar suara dan bunyi, hidung yang
selain sebagai alat pernafasan juga berfungsi untuk mencium bau, lidah yang berfungsi
sebagai alat perasa yang bisa merasakan manis, asam, asin, pahit, pedas dll, dan kulit
yang berfungsi sebagai alat peraba yang bisa merasakan dingin, panas keadaan sekitar
tubuh.
1.2 TUJUAN
Tujuan pada laporan tentang indera ini adalah agar berguna dalam pembelajaran untuk
mahasiswa kedokteran gigi serta para pembaca lainnya. Dan memberikan wawasan yang
lebih banyak dan luas tentang indera pada manusia.
1.3 MANFAAT
Pada pembahasan kali ini mahasiswa kedokteran gigi akan memahami dan menguasai
tentang alat-alat indera pada manusia, apa saja fungsi dari masing-masing alat indera, dan
hubungan alat indera dengan profesi dokter gigi
BAB 2
PEMBAHASAN
SKENARIO
ADIK KECIL YANG LUCU
Wina mahasiswi kedokteran sangat senang bermain dengan Pandu adiknya yang berusia 1
tahun. Setiap pulang dari kampus wina menyempatkan diri untuk menemani adiknya bermain. Ia
begitu senang menatap mata adiknya yang memiliki iris kecoklatan dan sklera yang putih bersih.
Hari itu sepulang kuliah ia menggoda Pandu dengan membunyikan kerincingan di telinga kanan
dan kirinya secara bergantian. Wina memperhatikan bahwa setiap kali kerincingan dibunyikan di
salah satu telinga maka adiknya akan melirik ke sisi yang sama. Apabila kerincingannya
dibunyikan di belakang kepala maka adiknya akan menolehkan kepala untuk melihat kerincingan
tersebut. Wina gemas dengan tingkah adiknya yang lucu. Dengan penuh sayang diciumnya
adiknya. Aroma bedak yang harum membuat Wina berkali-kali mencium pipi Pandu.
2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING
1. Mata : struktur khusus yang berisi reseptor sinar berfungsi sebagai organ
pengelihatan.
2. Iris : jaringan kaya pembuluh darah, berbentuk gelang, terdapat 2 otot (sirkular
dan radial), berpigmen, berbentuk bulat dan ditengahnya ada pupil. Iris berfungsi untuk
mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata dan mengubah ukuran pupil dan
menentukan warna pada mata serta melindungi mata dari refleks cahaya. Iris berada anterior
lensa, melekat pada corpus siliare. 2
3. Sklera : jaringan ikat yang berada diluar bola mata dan melapisi bola mata serta
membentuk warna putih pada mata, transparan di anterior. Bagian depan di tutupi oleh
kantong konjungtifa.
4. Telinga : alat indera yang berfungsi sebagai pendengaran.
5. Pipi : bagian tulang zigomaticus yang ditutupi oleh kulit yang meluas ke
mandibula yang ditutupi muskulus.
6. Alat indera : alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan di luar tubuh dan
menerima jenis rangsangan tertentu seperti suara. Alat indera terdiri dari mata, hidung, lidah,
kulit.
2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)
Sesuai teks yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan
beberapa masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.
1. Apa saja fungsi alat indera ?
2. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi pengelihatan !
3. Bagaimana mekanisme pengelihatan berkedip, melirik , dan menatap ?
4. Mengapa iris pada mata tiap orang berbeda-beda ?
5. Mengapa sklera Pandu berwarna putih bersih ?
6. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi telinga !
7. Bagaimana mekanisme pendengaran ?
8. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi hidung !
9. Bagaimana mekanisme penciuman ?
10. Bagaimana hubungan antara alat indera dengan SSP dan SST ?
11. Mengapa pada saat dibunyikan kemerincing disebelah kanan maka mata akan ikut
bergerak ke sebelah kanan juga ?
2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)
1. Fungsi alat indera
Ada 5 alat indera yaitu, mata untuk melihat, hidung untuk penciuman/pembau,
telinga untuk pendengaran, lidah unutk pengecapan, dan kulit untuk peraba dan
suhu diluar tubuh. Setiap alat indera memiliki saraf-saraf yang akan menerima
rangsangan dari luar tubuh yang akan diteruskan ke otak sehingga kita dapat
melihat, mendengar, menbau, mengecap atau meraba.
2. Anatomi dan fisiologi pengelihatan
Mata terdiri dari 3 lapisan :
a) Lapisan luar (fibrous tunic). Terdri dari sklera dan kornea. Tidak ada
pembuluh darah. Ada cairan aquos humorus untuk memberi nutrisi.
b) Vaskular tunic. Banyak pembuluh darah.
c) Internal tunic. Ada retina yang terbagi menjadi 3 pars yaitu, (1) pars optika,
(2) pars siliaris bagian yang menempel pada corpus siliare, dan (3) pars iridika
bagian yang menempel pada posterior mata.
Bagian-bagian mata :
a. Rongga orbita . Volume rongga orbita sekitar 30mm. Mengisi 1/5 bagian
dari rongga orbita, sisanya terdiri dari mata, otot, jaringan ikat dan saraf. Berbentuk
piramid dengan puncak kedalaman. Yang membentuk orbita adalah: atas os.
Frontale, bawah os maksilla, lateral os zigomaticus, os. Sphenoidale, medial os.
Lacrimale, os. Spheinoidale dan os. Ethmoidale.
b. Kelopak mata
c. Sistem lacrimale
d. Bola mata
1) Kornea . Membentuk 1/6 anterior dari dinding mata. Berfungsi untuk
menerima cahaya yang masuk ke mata dan diteruskan ke bagian mata yang lebih
dalam dan berakhir di retina. Dikorne terdapat sklero corneal junction yang
merupakan peralihan antara kornea dan sklera
2) Aquos humour. Terletak antara kornea dan lensa. Berfungsi untuk
memberikan nutrisi pada lensa dan ke jaringan yang tidak ada pembuluh darahnya.
3) Vitrous humour. Substansi gelatinosa yang mengandung air. Menempati
ruang diantara lensa dan retina.
4) Konjungtiva. Selaput lendir melapisi sisi bagian dalam kelopak mata.
5) Iris. Untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.
Merupakan jaringan yang kaya pembuluh darah dan berpigmen.
6) Pupil. Celah / lubang bundar yang ada ditengah iris yang membantu iris
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata
7) Lensa. Untuk memfokuskan cahayaagar bayangan dapat tepat jatuh di
retina. Daya akomodasi lensa mata untuk mencembung dan mencekungkan lensa
mata.
8) Koroid. Memberi nutrisi pada retina
9) Retina. Menerima cahaya dari bagian organ didepannya dan membentuk
bayangan yang kemudian diteruskan ke otak melalui saraf optikus.
10) Makula. Atau bintik kuning pada kutup posterior mata. Kebanyakka ada
sel kerucut.
3. Mekanisme pengelihatan
Mata melihat objek → cahaya masuk disalurkan oleh kornea → aquo humour →
pupil → lensa mata mengarahkan cahaya → kemudian jatuh di retina → diterima oleh saraf
optikus → diteruskan ke korteks occipitalis → diinterpretasikan sebagai gambar
4. Perbedaan iris pada tiap orang
Karena perbedaan pigmen pada tiap-tiap orang berbeda.
5. PR
6. Anatomi dan fisiologi telinga
Ada 3 bagian yaitu :
a) Telinga luar : auricel, meatus auditori externa, membran tympani
b) Telinga tengah : ossiculus (maleus, inkus, stapes), tuba eustachius,
c) Telinga dalam : koklea, jendela oval dan bulat
7. Mekanisme pendengaran
Dimulai dari gelombang suara → getaran pada membran tympani → getaran ke
tulang-tulang pada telinga dalam, tulang osiculus → terjadi getara di jendela oval → cairan
pada koklea bergetar mendesak m.basilaris ikut bergetar → rambut-rambut menekuk →
dibawah rambut ada reseptor yang menyebabkan potensial aksi → ke saraf auditorius →
korteks auditorius → persepsi suara.
8. Anatomi dan fisiologi hidung
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :
1. Pangkal hidung ( bridge )
2. Dorsum nasi
3. Puncak hidung ( apeks )
4. Ala nasi
5. Kolumela
6. Lubang hidung ( nares anterior )
Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,
jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan
lubang hidung.
9. Mekanisme penciuman
Bau → reseptor olfaktorius → dibawa serat aferen → bersinap di bulbus
olfaktorius → otak.
10. Hubungan antara alat indera dengan SSP dan SST
Alat indera → reseptor membawa rangsangan→dibawa ke SSP oleh aferen→
dibawa ke otak untuk persepsi→sensoris tersebut harus dibawa kembali ke SST oleh eferen untuk
respon.
11. Seperti telah dijelaskan di nomor 10. Berhubungan dengan reseptor.
2.4 KERANGKA KONSEP
STIMULUS
MATA
KORNEA
AQUOS HUMOUR
PUPIL
LENSA
VITROUS HUMOUR
RETINA
TELINGA HIDUNG
2.5 LEARNING OBJECTIVE
1. Anatomi dan Fisiologi Mata
2. Mekanisme Pengelihatan
3. Anatomi dan Fisiologi Telinga
4. Mekanisme Pendengaran
5. Anatomi dan Fisiologi Hidung
6. Mekanisme penciuman
2.6 BELAJAR MANDIRI
Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning objectives yang
telah dirumuskan.
2.7 STEP 7 SINTESIS MASALAH
1. Anatomi dan Fisiologi Mata
A. Orbita
Merupakan rongga berbentuk pyramid di dalam tengkorak, dengan dasar di bagian
depan dan apeks mengarah ke belakang.
Margo Orbita adalah lingkaran tulang pada wajah, dibentuk oleh margo supra-orbital
di atas dan margo infra-orbital di bagian bawah.
Tulang utama yang membentuk orbita adalah os. Frontal, os. Ethmoidale, os.
Lacrimale, os. Palatine, os. Maxilla, os. Sphenoidale, dan os. Zygomatica.
B. Bola Mata
Kornea : Bagian bola mata yang terletak paling anterior dan bersifat transparan.
Kornea memebentuk 1/6 bagian anterior dinding bola mata. Kornea
memiliki innervasi saraf tetapi tidak tervaskularisasi atau bersifat
avaskuler, nutrisinya oleh aquos humour. Fungsinya untuk memebantu
memfokuskan bayangan agar jatuh tepat di retina. Di sekitar tepi kornea
bersambungan dengan sclera.
Sklera : Berada di lapisan luar mata yang kuat. Berfungsi sebagai pelindung bola
mata dan mempertahankan bentuk bola mata. Terdiri atas jaringan ikat
fibrosa. Tampak dari depan sebagai “bagian putih” mata. Pada bagian
belakang bersambungan dengan selubung nervus optikus.
Koroid : Merupakan lapisan kedua di antara sclera dan retina. Lapisan ini berpigmen
dan terdiri dari banyak pembuluh darah dan saraf.
Korpus Siliaris : Terdiri dari 70 processus siliaris dan otot siliar. Korpus siliaris
membentuk cincin yang bersambungan dengan badan koroid di
bagian belakang. Menghasilkan cairan mucus. Dihubungkan ke
lensa melalui ligament suspensorium.
Iris : Jaringan yang melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah,
pupil. Iris bekerjasama dengan pupil untuk mengatur cahaya yang masuk ke
mata. Warna iris bervariasi sesuai dengan jumlah pigmen di dalamnya; makin
banyak pigmen, makin gelap warna iris. Iris terdiri dari serat otot polos, yaitu:
(1) m. sphincter papillae, yang mengitari pupil, disebut juga serat sirkular yang
berperan untuk mengkontriksikan iris dengan bantuan saraf parasimpatis, (2) m.
dilatator papillae, dengan seratnya yang berjalan radial menjauhi pupil, bekerja
dengan saraf simpatis untuk mendilatasikan iris.
Pupil : Celah atau lubang bundar yang ada di tengah-tengh iris, sebagai jalan masuk
cahaya dan meneruskan cahaya ke lensa.
Lensa : Bentuknya bikonveks, berdiameter 10 mm dan tebal 4 mm di bagian tengah.
Terletak di belakng iris. Bagian posterior lensa lebih cembung daripada
bagian anteriornya. Komposisinya 65% air dan 35% protein. Di seluruh tepi
lingkaran lensa, melekat ligament suspensorium yang nantinya akan
bekerjasama dengan otot siliaris untuk membantu lensa memfokuskan
pandangan.
Retina : Merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya.
Retina membentuk permukaan dalam lapisan koroid dan bersentuhan
langsung dengn korpus vitreus. Lapisan sel-sel berpigmen memisahkan sel-
sel saraf dari lapisan koroid. Sel-sel sarafnya adalah sel batang yang
berjumlah lebih dari 100 juta dan sel kerucut yang berjumlah sekitar 7 juta.
Sel batang digunakan untuk melihat pada cahaya yang redup dan kegelapan.
Sedangkan sel kerucut digunakan pada cahaya terang dan untuk
mengapresiasikan warna. Retina dibagi menjadi 3 pars, yaitu (1) pars optika,
yang berada pada anterior mata, (2) pars vascular tunic, pada bagian tengah
mata, dan (3) pars iridika, bagian paling posterior.
C. Struktur Lain
Otot-otot mata
Bola mata digerakkan oleh beberapa muskulus, yaitu m. rectus lateralis, m. rectus
medialis, m. rectus superior, m. rectus inferior, m. obliquus superior, m. obliquus
inferior.
Lalu ada juga musculus pada kelopak mata, yaitu m. levator palpebrae superior
dan m. orbicularis oculi.
Kelopak mata
Lebarnya 6-10 cm. Setiap kelopak mata terdiri dari:
Kulit yang sangat tipis pada bagian luar,
Kelenjar tarsalis, modifikasi kelenjar sebasea pada setiap lamina tarsalis
dan muara duktus pada tepi kelopak mata di balik bulu mata,
Konjungtiva, membrane tipis dan halus, memiliki selaput lendir yang
melapisi permukaan dalam kelopak mata. Tempatnya menutupi bagian depan bola
mata. Fungsinya untuk memberi proteksi sclera dan pelumas bola mata. Sakus
konjungtiva ruang antara lapisan lendir konjungtiva dan mata.
Bulu mata, rambut-rambut pendek, tebal yang melengkung menonjol dari
margo palpebra. Fungsinya untuk menyaring debu-debu atau partikel asing yang
menuju mata.
Fisura palpebra adalah interval di antara kelopak mata atas dan bawah.
Canthus lateralis adalah sudut bagian luar fisura tersebut; canthus medialis adalah
sudut bagian dalam.
Alis mata dibentuk oleh jaringan lemak, serat musculus orbicularis oculi
dan rambut, dan terletak pada arcus superciliaris, penonjolan pada os. Frontale.
Aparatus lakrimalis
Menghasilkan dan mengeluarkan air mata. Terdiri dari:
Kelenjar lakrimalis terletak pada cekungan dalam orbita bagian os frontale
atau di atas lateral bola mata. Tersusun dari sel-sel penyekresi dan bermuara
melalui beberapa saluran ke dalam sakus konjuntiva.
Duktus lakrimalis atas dan bawah adalah dua saluran pendek yang
memiliki muara pada ujung bagian dalam setiap kelopak mata (lubang ini cukup
besar untuk dilihat) dan berjalan ke bagian dalam memasuki sakus lakrimalis.
Sakus lakrimalis, tempat muara saluran, adalah ujung buntu bagian atas
nasolakrimalis dan terletak di belakang canthus medialis.
Duktus nasolakrimalis memiliki panjang sekitar 2 cm dan membuka ke
dalam meatus inferior hidung, yaitu di bawah konka inferior.
Air Mata cairan yang dihasilkan secara terus menerus oleh kelenjar
lakrimalis. Air mata memasuki sakus lakrimalis melalui saluran kelenjar, menjaga
permukaan konjungtiva yang saling bersentuhan tetap lembab dan menyingkirkan
debu. Sebagian air mata menguap saat melewati bagian depan mata. Sisanya
mengalir ke dalam duktus lakrimalis dan dikeluarkan melalui duktus
nasolakrimalis ke dalam hidung. Dalam keadaan emosional, air mata mengalir ke
wajah melalui kelopak mata bawah.
2. Mekanisme Pengelihatan
a. Refraksi
Proses Refraksi
Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air
dan kaca. Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi. Pada permukaan melengkung
seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat
lensa ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung suatu benda dengan densitas
lebih besar maka arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Permukan konveks
melengkung keluar, sementara permukaan konkaf melengkung kedalam. Permukaan konfeks
menyebabkan konvergensi berkas cahaya, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama
lain. Karena konvergensi penting untuk membawa bayangak ke titik fokus, maka permukaan
refraktif mata berbentuk konveks. Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif
tertentu mata, misalnya berpenglihatan dekat.
Stuktur Refraktif Mata
Dua struktur yang penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa.
Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang dilewati sinar sewaktu sinar tersebut
masuk mata, berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan
densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan dalam densitas antara
lensa dan cairan disekitarnya. Kemampuan refraktif lensa dapat diubah0ubah dengan mengubah
kelengkungannya sesuai kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh.
Berkas cahaya dari sumber sinar yang berjarak lebih dari 20 kaki dianggap paralel pada saat
berkas tersebut mencapat mata. Sebaliknya, berkas cahaya yang berasal dari benda dekat masih
tetap berdivergensi ketika mencapai mata . Untuk kemampuan refraktif tertentu mata, diperlukan
jarak lebih jauh di belakang lensa untuk membawa berkas divergen suatu sumber cahaya yang
dekat ke titik fokus daripada membawa berkas paralel suatu sumber cahaya yang jauh ke titik
fokus. Akan tetapi, pada mata tertentu , jarak antara lensa dan retina selalu sama. Karena itu, tidak
terdapat jarak yang lebih jauh setelah lensa untuk membawa bayangan benda ke dekat fokus.
Namun agar penglihatan jelas maka struktur-struktur refraktif mata harus membawa bayangan
dari sumber cahaya jauh atau dekat ke fokus di retina. Jika suatu bayangan sudah terfokus
sebelum mencapai retina atau belum terfokus ketika mencapai retina, maka bayangan tersebut
akan terlihat kabur. Untuk membawa bayangan dari sumber cahaya dekat dan jauh jatuh di titik
fokus di retina maka harus digunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber cahaya dekat.
b. Fototranduksi
Fototranduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf
Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucu) terdiri dari tiga bagian :
1. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid.
Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya
2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Mengandung perangkat
metabolik sel
3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap
ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena
stimulasi cahaya sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.
Setiap retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih dari satu milyar molekul
fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luar setiap fotoreseptor. Fotopigmen mengalami
perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Pengaktifan fotopigmen yang terjadi
menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi.
Fotopigmen ini terdiri dari 2 komponen: opsin, suatu protein yang merupakan bagian integral dari
membran diskus, dan retinen, suatu turunan vitamin A yang terikat di bagian dalam molekul
opsin. Retinan adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya. Terdapat empat fotogpigmen
berbeda, satu di sel batang dan masing-masing satu di ketiga jenis sel kerucut. Rodopsin,
fotopigmen sel batang, menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak. Sel batang hanya
memberi bayangan abu0abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas, bukan perbedaan warna.
Fototranduksi, proses perubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik, pada dasarnya
sama untuk semua fotoreseptor, tetapi mekanisme bertentang dengan cara biasa reseptor
berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami depolarisasi jika
dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami hiperpolariasi ketika menyerap cahaya
AKTIVITAS FOTORESEPTOR DALAM GELAP
Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung saluran Na+ bergerbang kimia.
Saluran ini berespon terhadap pembawa pesan kedua internal, GMP siklik atau cGMP.
Pengikatan Cgmp KE SALURAN Na+ ini membuat saluran ini tetap terbuka. Tanpa cahaya,
konsentrasi cGMP tinggi. Saluran Na+ fotoreseptor, tidak seperti kebanyakan fotoreseptor,
terbuka jika tidak terdapat rangsangan, yaitu dalam keadaan gelap. Kebocoran pasif Na+ masuk ke
sel menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebran pasif depolarisasi ini dari segmen luar ke
ujung sinaps membuat saluran Ca2+ berpintu voltase di ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya
kalsium memicu pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps selama dalam keadaan gelap.
AKTIVITAS FOTORESEPTOR DALAM TERANG
Pada pajanan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui serangkaian reaksi biokimia yang
dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinen berubah bentuk ketika menyerap sinar. Perubahan
konformasi ini mengaktifkan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung suatu protein
G yang dinamai transdunsin. Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin, yang
sebaliknya mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan cGMP sehingga
konsentrasi pembawa pesan kedua ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitensi cahaya,
penurunan cGMP memungkinkan saluran Na+ berpintu kimiawi tertutup. Penutupan saluran ini
menghentikan keocoran Na+ penyebab depolarisasi dan menyebabkan hiperpolarisasi membran.
Hiperpolarisasi ini, merupakan potensial resepto, secara pasif menyebar dari segmen luar ke
ujung sinaps fotoreseptor. Di sini perubahan potensial menyebabkan penutupan saluran Ca2+
berpintu voltase dan, karenanya, penurunan pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps. Karena
itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulus yang mengalami hiperpolarisasi oleh cahaya dan
tereksitasi jika tidak mendapat stimulasi (mengalami depolarisasi dalam keadaan gelap). Potensia
hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan neurotransmiter yang ditimbulkannya berbeda-beda
sesuai dengan intensitas cahaya. Semakin terang cahya, semakin besar respons hiperpolarisasi
dan semkain besar penurunan pelepasn neurotransmiter.
C. Jalur Penglihatan Warna
Penglihatan warna bergantung pada perbandingan stimulasi ketiga jenis sel kerucut
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda
tertentu di lingkungan misalnya matahari, api, dam lampu pijat, mengeluarkan cahaya.
Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu
sinar yang sampai kepada mereka dari sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak
diserap dipantukan dari permukaan benda. Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang
memungkinkan kita dapat melihat benda-benda seperti kursi, pohon dan orang yang pada
dasarnya tidak mengeluarkan cahaya seperti matahari, api dll. Suatu benda yang terlihat
biru menyerap panjang gelombang merah dan hijau dan memantulkan panjang
gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel kerucut
biru dan mengaktifkan sel tersebut
Sel kerucut juga berespon tehadap panjang gelombang lain dengan derajat bervariasi.
Penglihatan warna, derajat eksitasi masing-masing sel kerucut terkode dan ditransmisikan
dalam jalur-jalur paralel terpisah ke otak. Pusat penglihatan warna di korteks penglihatan
primer mengombinasi dan memproses masukan-masukan ini untuk menghasilkan
persepsi warna. Kadang-kadang orang tidak memiliki sel kerucut jenis tertentu, sehingga
penglihatan warna mereka dalah produk dari sensitivitas diferensial dari hanya dua jenis
sel kerucut, suatu keadaan yang dinamai buta warna. Orang dengan gangguan
penglihatan warna ini tidak saja mempersepsikan warna secara berbeda tetapi merka juga
tidak mampu membedakan ragam warna sebanyak orang normal.
d. Akomodasi
Kemampuan mata menyesuiakan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Otot
siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian
anterior. Badan siliaris memiliki dua komponen utama : otot siliaris dan anyaman kapiler
menghasilkan humor aquosus. Otot siliaris adalah suatu cicin melingkar otot polos yang
melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium. Ketika oto siliaris melemas,
ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk
gepeng dan refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga
tegangan pada ligmentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum
suspensorium berkurang , lensa menjadi bulat karena elastisitas inherennya.
Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan
kekuatan lensa dan lebih membelokan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris
melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh , tetapi otot ini berkontraksi agar
lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Oto siliaris dikontrol
oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi
parasimpatis menyebabkan kontraksi.Error: Reference source not found
e. Kontraksi dan Dilator Pupil
Iris mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular(serat-serat otot berjalan
seperti cicin didalam iris) dan satu radial (serat mengarah ke luar dari tepi pupil seperti
jari-jari roda). Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka pupil menjadi lebih
kecil ketika otot sirkular (atau konstriksi) berkontriksi dan membentuk yang lebih kecil.
Kontriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi cahaya
masuk ke mata. Jika otot radial (atau dilator) berkontraksi maka ukuran pupil bertambah.
Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya temaram agar sinar yang masuk ke mata lebih
banyak.Error: Reference source not found
f. Jalur Penglihatan
Pada saat gelap terjadi kontraksi cGMP yang tinggi selanjutnya saluran Na+ terbuka
di segmen luar dan terjadi depolarisasi membran yang berlangsung pada segmen luar.
Selanjutnya saluran Ca2+ membuka di ujung sinaps dan terjadi pelepasan transmitter
inhibitorik yang menyebabkan sel bipolar terhambat. Selanjutnya akan timbul potensial
aksi di sel ganglion dan tidak ada perambatan potensial aksi ke korteksi pengliatan,
semua proses berlangsung di retina.
Pada saat ada cahaya terjadi penyerapan cahaya yang mengaktifkan fotopigmen dan
pengaktifkan transdusin. Melalui jenjang reaksi terjadi penurunan GMP siklik yang akan
menyebabkan penutupan saluran Na+ di segmen luar dan akan terjadi hipolarisasi
membrane yang menyebar ke ujung sinaps menuju ke saluran Ca+ di ujung sinaps yang
akan menyebabkan penurunan pelepasan transmitter inhibitorik dan sel bipolar tidak
dihambat yang menyebabkan perubahan potensial berjenjang sel bipolar yang akan
menyebabkan potensial aksi di sel ganglion yang selanjutnya akan perambatan aksi ke
korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk presepsi penglihatan.
3. Anatomi dan Fisologi Telinga
Telinga adalah organ pendengaran dam keseimbangan yang memiliki aparatus
sensorik dan sel-sel saraf pada dua sistem sensorik yang asalnya dari sistem embrionik
yang sama. Telinga disebut juga dengan Auris. Masing-masing telinga terdiri dari 3
bagian yaitu:
a. Telinga luar (Auris external)
Auris external memanjang dari Auricula ke Meatus acusticus externus sampai
membran tympanica. Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan Meatus acusticus
externus yang berfungsi sebagai resanator dan meningkatkan transmisi suara. Pinna
tersusun sebagian besar kartilago yang tersusun kulit.
Meatus acusticus memiliki panjang 3-4 cm dan berbentuk seperti huruf S, yang
tersusun atas komponen kartilaginosal distal, yang akan berlanjut sebagai kanal oseosa
di salam pars petrosa ossis temporalis. Kanal ini akan berakhir pada Membrana
tympanica.
Auricula banyak memiliki pembuluh darah yang berguna untuk proteksi
terhadap pembekuan yang sangat cocok untuk konveksi panas. Arteri pada auricula ini
disuplai dari cabang-cabang arteri carotis communis externa yaitu arteri auricularis
posterior dan arteri temporalis superficialis.
Innervasi pada auricula adalah cabang dari nerve mandibula yang membentuk
cabang yaitu N. auriculotemporalis di depan telinga, untuk regio belakang dan bawah
telinga dipersarafi oleh N.auricularis magnus dan N. occipitalis minor, sedangkan N.
vagus menginervasi tempat masuk ke Meatus acusticus externus.
(Sobotta, 2012)
b. Telinga tengah (Auris media)
Auris media merupakan ruang mukosa kontortus yang berhubungan dengan cavitas
lain. Berbagai jaras saraf berjalan di dalam dinding dan cavitas telinga tengah, tempat
tiga ossicula auditus menempel. Pada bagian dalam dari auris media terdapat saluran
yang menghubungkam dengan pharunx disebut dengan Tuba Eustachian(tuba
auditiva).
Tuba auditiva dilapisi oleh membran mukosa, berjalan ke arah inferior dan anterior
cavitas tympani. Tuba ini terletak pada meatus osseosa di dalam pars petrossa ossis
temporalis dan ditopang oleh kartilago elastis ke arah pharynx, yang osteum
pharyngeumnya berbentuk seperti bel terompet. Tuba ini berfungsi untuk
menyeimbangkan tekanan udara antara telinga bagian tengah dengan lingkungan
sekitar.
Cavitas tympani di salam pars petrosa ossis temporalis terdiri dari tiga ossicula
auditus : Malleus, Incus, dan Stapes. Ossicula tersebut dihubungakan dengan oleh
sendi-sendi fleksibel dan menempel pada dinding cavitas tympani melalui ligamen
untuk membentuk pengungkit berbentuk V yang menghantarkan getaran dari membran
tympanica. (Sobotta, 2012)
c. Telinga dalam (Auris interna)
Auris interna disebut juga dengan Labirin yang terletak di dalam pars petrosa ossis
temporalis, di superior dari badan vestibular dan medial dari cavitis tympani. Auris
interna dapat dibedakan menjadi Labyrinthus membranaceus dan osseus.
Struktur yang terdapat pada auris interna adalah struktur koklea. Koklea tertanam
pada kavitas bertulang di dalam tulang temporalis yang disebut labirin tulang. Koklea
adalah suatu sistem tuba yang melingkar-lingkar, koklea terdiri dari tiga tuba melingkar
yang saling bersisian : skala vestibuli, skala media, skala timpani. Skala vestibuli dan
skala media dipisahkan satu sama lain oleh membran Reissner (disebut juga membran
vestibular), skala timpani dan skala media dipisahkan satu sama lain satu sama lain oleh
membran basilar. Pada permukaan membran basilar terletak organ Corti, yang
mengandung serangkain sel yang sensitif secara elektromagnetik, yaitu sel-sel rambut.
Sel-sel ini merupakan organ reseptif akhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai
respons tehadap getaran suara. (Guyton & Hall, 2012)
4. Mekanisme Pendengaran dan Transduksi Suara
Pinna atau auricularis (daun telinga) akan menangkap dan mengumpulkan gelombang suara.
Selanjutnya, gelombang suara masuk ke dalam meatus auditorius eksternus (saluran telinga) dan
ditangkap gendang telinga (membran timpani). Akibatnya, gelombang suara tersebut terjadi
vibrasi (getaran). Getaran ini akan diteruskan menuju telinga tengah melalui tiga tulang kecil
(osikula) yakni tulang martil (maleus), tulang inkus, dan tulang stapes. Dari tulang stapes, getaran
diteruskan melalui jendela oval menuju koklea yang berisi cairan. Selanjutnya, getaran diteruskan
menuju jendela bundar dengan arah gerak yang berlawanan . Setelah itu, getaran akan diterima
oleh sel-sel rambut (fonoreseptor) di dalam organ Corti. Getaran dalam cairan koklea akan
menggetarkan membran basiler, dan getaran ini juga akan menyebabkan membran tektorial
ikut bergetar. Getaran akan diubah menjadi impuls saraf, yang selanjutnya dihantarkan saraf
auditori menuju otak. Otak akan memberikan tanggapan, sehingga kita dapat mendengar suara.
(sherwood, 2013)
Proses transduksi suara
5. Anatomi Rongga Hidung
Gelombang suara
Menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalam organ corti sewaktu getaran basilaris menggeser rambut-rambut ini secara relatif
terhadap membran tektorium d atasnya yang berkontak dengan rambut tersebut
Getaran membran timpani
Getaran jendela ovalGerakan cairan di dalam kokhlea
Getaran membran basilaris
Perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius
Getaran tulang telinga tengah
Perubahan potensial berjenjang (potensial
reseptor) di sel reseptor
Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk PERSEPSI SUARA
Dinding lateral cavum nasi ditempati terutama oleh concha nasalis inferior dan concha
nasalis media. Concha nasalis superior berukuran kecil dan terletak dekat daerah olfaktorius di
atap hidung . fila olfactoria dari bulbus olfaktorius menembus lamina cribrosa dan mencapai
mukosa didekatnya termasuk mukosa concha nasalis superior. Vestibulum nasi dilapisi oleh epitel
gepeng berkeratin di limen nasi lapisan epitel berubah menjadi epitel lapis gepeng tidak
berkeratin dan kemudian menjadi epitel kolumner berlapis semu bersilia. Terdapat suatu garis
khayali dari concha nasalis inferior ke ostium pharyngeum tubae auditiva. Di atas ostium di atas
faring terletak tonsil faringe.Error: Reference source not found
6. Reseptor Olfaktorius di Hidung
Mukosa olfaktorius suatu bercak mukosa di atap rongga hidung mengandung 3 jenis sel : sel
resptor olfaktorius , sel penunjang dan sel basal.Sel penunjang mengeluarkan mucus , yng
melapisi saluran hidung. Sel basal adalah prekusor untuk sel olfaktorius baru yang diganti setiap
sekitar 2 bulan sekali. Sel reseptor olfaktorius adalah neuron aferen yang reseptornya terletak
dimukosa olfaktorius di hidung yang akson aferennya berjalan ke otak. Error: Reference source
not found
Bagian reseptor dari sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah tombol yang membesar yang
mengandung beberapa silia panjang ke permukaan mukosa, silia mengandung tempat untuk
mengikat odoran molekul yang dapat dicium baunya. Agar dapat mudah di bau suatu bahan
harus: cukup mudah menguap, dan cukup mudah larut dengan air.Error: Reference source not
found
Hidung manusia mengandung 5 juta sel reseptor olfaktorius dan 100 tipebau berbeda. Setiap
reseptor hanya berespon pada satu jenis bau saja. Oleh karena itu satu jenis odoron akan dideteksi
oleh satu dari ribuan jenis sel reseptor .Error: Reference source not found
Pengikatan sinyal bau tertentu dengan reseptor olfaktorius mengaktifkan protein G , memicu
jenjang reaksi pada intrasel yang menyebabkan saluran Na+ . perpindaha ion yang terjadi
menyebabkan depolarisasi potensial reseptor yang menghasilkan potensial aksi di serat saraf
aferen. Serat-serat saraf ni kemudian bersinap dengan bulbus olfaktorius , suatu struktur saraf
kompleks yang mengandung beberapa labisan sel yang mirip dengan retina. Masing-masing
bulbus olfaktorius dilapisi oleh saraf kecil mirip bola disebut glomelurus. Di ujung glomelurus
sinyal-sinyal sel reseptor akan disinap ke sel berikutnya yaitu sel mitra. Glomelurus disebut arsib
bau karena hanya mendeteksi komponen bau tertentu, glomelurus sebagai stasiun pemancar
pertama untuk pemerosesan bau.Error: Reference source not found
Sel mitra tempat berakhirnya sel reseptor di glomelurus menyempurnakan sinyal bau yang
akan dibawa ke otak. Serat-serat afern yang meninggalkan bulbus olfaktorius berjalan dalam 2
rute berbeda:
1. Sebuah rute subkorteks yang terutama menuju kedaerah-daerah system limbic, khususnya
sisi medial bawah lobus temporalis ( dianggap sebagai korteks penciuman primer). Rute
ini, yang mencakup hipotalamus , memungkinkan koordinasi erat antara baud an reaksi
prilaku yang berkaitan dengan makan, orientasi arah.
2. Sebuah rute melalui thalamus kekorteks seperti indra lain, rute korteks penting untuk
persepsi sadar dan diskriminasi bau.Error: Reference source not found
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manusia memiliki panca indera sebagai alat tubuh yang berfungsi untuk mengetahui keadaan luar
tubuh. Terdapat lima indera pada manusia yaitu mata sebagai indera pengelihatan, telinga sebagai
indera pendengaran, hidung sebagai indera penciuman, lidah sebagai indera perasa dan kulit
sebagai indera peraba.
3.2 SARAN
Diharapkan mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Mulawarman dapat
memahami dan menguasai indera-indera dari manusia, karena indera sangat berhubungan dengan
profesi dokter gigi sehingga saat menjadi dokter gigi, mahasiswa bisa mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton & John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
EGC : Jakarta.
Paulsen, F., & Waschke, J. 2012. Sobotta Anatomi Manusia Edisi 23 jilid 3. EGC:
Jakarta.
Sherwood, L. ( 2009). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.