laporan b4 m5 kelompok 1

41
BLOK 4 SISTIM STOMATAGNATHY 1 MODUL 5 ALAT INDERA Disusun oleh : Kelompok 1 Khemal Ilham Rinaldy 1310015102 Jamilah Ibrahim 1310015110 Devi Sarfina 1310015105 Irmawati 1310015091 Aji Ayu N 1310015108 Cyinthia Clarissa 1310015104 Jumiati 1310015097 Siti Nur Azizah 1310015109 Shalahuddin Al Amin 1310015113 Betrik Sefyana M 1310015120 Tutor : drg. Musnar Munir Sp.KGA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

Upload: majid-marco

Post on 25-Jan-2016

248 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hehe

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan b4 m5 Kelompok 1

BLOK 4 SISTIM STOMATAGNATHY 1

MODUL 5 ALAT INDERA

Disusun oleh : Kelompok 1

Khemal Ilham Rinaldy 1310015102

Jamilah Ibrahim 1310015110

Devi Sarfina 1310015105

Irmawati 1310015091

Aji Ayu N 1310015108

Cyinthia Clarissa 1310015104

Jumiati 1310015097

Siti Nur Azizah 1310015109

Shalahuddin Al Amin 1310015113

Betrik Sefyana M 1310015120

Tutor : drg. Musnar Munir Sp.KGA

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Page 2: Laporan b4 m5 Kelompok 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

terselesaikannya laporan DKK (Diskusi Kelompok Kecil) mengenai Indera .

Laporan ini dibuat sesuai dengan gambaran jalannya proses DKK kami, lengkap

dengan pertanyaan pertanyaan dan jawaban yang disepakati oleh kelompok kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami

dalam proses pembuatan laporan DKK ini. Pertamakami berterima kasih kepada drg.

Musnar Munir SpKGA selaku tutor kami yang telah dengan sabar menuntun kami selama

proses DKK.Terimakasih pula kami ucapkan atas kerjasama rekan sekelompok di

Kelompok 1. Tidak lupa juga kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam mencari informasi maupun membuat laporan DKK.

Akhir kata, kami sadar bahwa kesempuranaan tidak ada pada manusia oleh sebab

itu, kami mohon kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan di kemudian hari.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai referensi atau perkembangan

pengetahuan.

Hormat Kami,

Kelompok 1

Page 3: Laporan b4 m5 Kelompok 1

DAFTAR ISI

Halaman judul............................................................................................................i

Kata pengantar ..........................................................................................................ii

Daftar isi.....................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1. LatarBelakang................................................................................................ 1

1.2. Tujuan............................................................................................................. 1

1.3. Manfaat........................................................................................................... 1

BAB 2 Pembahasan

2.1 Step 1 : Identifikasi Istilah Asing................................................................... 2

2.2 Step 2 : Identifikasi Masalah.......................................................................... 3

2.3 Step 3 : Curah Pendapat................................................................................. 4

2.4 Step 4 : Kerangka Konsep.............................................................................. 8

2.5 Step 5 : Merumuskan Tujuan Belajar( LO )................................................... 9

2.6 Step 6 : Belajar Mandiri................................................................................ . 9

2.7 Step 7 : Sintesis.............................................................................................. 9

BAB 3 Penutup

3.1. Kesimpulan..................................................................................................... 25

3.2. Saran............................................................................................................... 25

Daftar Pustaka............................................................................................................. 26

Page 4: Laporan b4 m5 Kelompok 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indera merupakan alat-alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan di luar tubuh.

Indera. Alat indera pada tubuh manusia meliputi indera pengelihatan yaitu mata, indera

pendengaran yaitu telinga, indera penciuman yaitu hidung, indera perasa yaitu lidah dan

indera peraba yaitu kulit. Masing-masing indera tersebut memiliki fungsi yang berbeda-

beda, mata berfungsi untuk melihat keadaan sekitar, misalnya melihat orang-orang, alam,

makanan dll, telinga yang berfungsi untuk mendengar suara dan bunyi, hidung yang

selain sebagai alat pernafasan juga berfungsi untuk mencium bau, lidah yang berfungsi

sebagai alat perasa yang bisa merasakan manis, asam, asin, pahit, pedas dll, dan kulit

yang berfungsi sebagai alat peraba yang bisa merasakan dingin, panas keadaan sekitar

tubuh.

1.2 TUJUAN

Tujuan pada laporan tentang indera ini adalah agar berguna dalam pembelajaran untuk

mahasiswa kedokteran gigi serta para pembaca lainnya. Dan memberikan wawasan yang

lebih banyak dan luas tentang indera pada manusia.

1.3 MANFAAT

Pada pembahasan kali ini mahasiswa kedokteran gigi akan memahami dan menguasai

tentang alat-alat indera pada manusia, apa saja fungsi dari masing-masing alat indera, dan

hubungan alat indera dengan profesi dokter gigi

Page 5: Laporan b4 m5 Kelompok 1

BAB 2

PEMBAHASAN

SKENARIO

ADIK KECIL YANG LUCU

Wina mahasiswi kedokteran sangat senang bermain dengan Pandu adiknya yang berusia 1

tahun. Setiap pulang dari kampus wina menyempatkan diri untuk menemani adiknya bermain. Ia

begitu senang menatap mata adiknya yang memiliki iris kecoklatan dan sklera yang putih bersih.

Hari itu sepulang kuliah ia menggoda Pandu dengan membunyikan kerincingan di telinga kanan

dan kirinya secara bergantian. Wina memperhatikan bahwa setiap kali kerincingan dibunyikan di

salah satu telinga maka adiknya akan melirik ke sisi yang sama. Apabila kerincingannya

dibunyikan di belakang kepala maka adiknya akan menolehkan kepala untuk melihat kerincingan

tersebut. Wina gemas dengan tingkah adiknya yang lucu. Dengan penuh sayang diciumnya

adiknya. Aroma bedak yang harum membuat Wina berkali-kali mencium pipi Pandu.

2.1 IDENTIFIKASI ISTILAH ASING

1. Mata : struktur khusus yang berisi reseptor sinar berfungsi sebagai organ

pengelihatan.

2. Iris : jaringan kaya pembuluh darah, berbentuk gelang, terdapat 2 otot (sirkular

dan radial), berpigmen, berbentuk bulat dan ditengahnya ada pupil. Iris berfungsi untuk

mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata dan mengubah ukuran pupil dan

menentukan warna pada mata serta melindungi mata dari refleks cahaya. Iris berada anterior

lensa, melekat pada corpus siliare. 2

3. Sklera : jaringan ikat yang berada diluar bola mata dan melapisi bola mata serta

membentuk warna putih pada mata, transparan di anterior. Bagian depan di tutupi oleh

kantong konjungtifa.

Page 6: Laporan b4 m5 Kelompok 1

4. Telinga : alat indera yang berfungsi sebagai pendengaran.

5. Pipi : bagian tulang zigomaticus yang ditutupi oleh kulit yang meluas ke

mandibula yang ditutupi muskulus.

6. Alat indera : alat tubuh yang berguna untuk mengetahui keadaan di luar tubuh dan

menerima jenis rangsangan tertentu seperti suara. Alat indera terdiri dari mata, hidung, lidah,

kulit.

2.2 STEP 2 (IDENTIFIKASI MASALAH)

Sesuai teks yang disajikan pada skenario, kami dapat mengidentifikasikan

beberapa masalah yang timbul dalam kasus tersebut sebagai berikut.

1. Apa saja fungsi alat indera ?

2. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi pengelihatan !

3. Bagaimana mekanisme pengelihatan berkedip, melirik , dan menatap ?

4. Mengapa iris pada mata tiap orang berbeda-beda ?

5. Mengapa sklera Pandu berwarna putih bersih ?

6. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi telinga !

7. Bagaimana mekanisme pendengaran ?

8. Sebutkan dan jelaskan anatomi dan fisiologi hidung !

9. Bagaimana mekanisme penciuman ?

10. Bagaimana hubungan antara alat indera dengan SSP dan SST ?

11. Mengapa pada saat dibunyikan kemerincing disebelah kanan maka mata akan ikut

bergerak ke sebelah kanan juga ?

Page 7: Laporan b4 m5 Kelompok 1

2.3 STEP 3 (CURAH PENDAPAT)

1. Fungsi alat indera

Ada 5 alat indera yaitu, mata untuk melihat, hidung untuk penciuman/pembau,

telinga untuk pendengaran, lidah unutk pengecapan, dan kulit untuk peraba dan

suhu diluar tubuh. Setiap alat indera memiliki saraf-saraf yang akan menerima

rangsangan dari luar tubuh yang akan diteruskan ke otak sehingga kita dapat

melihat, mendengar, menbau, mengecap atau meraba.

2. Anatomi dan fisiologi pengelihatan

Mata terdiri dari 3 lapisan :

a) Lapisan luar (fibrous tunic). Terdri dari sklera dan kornea. Tidak ada

pembuluh darah. Ada cairan aquos humorus untuk memberi nutrisi.

b) Vaskular tunic. Banyak pembuluh darah.

c) Internal tunic. Ada retina yang terbagi menjadi 3 pars yaitu, (1) pars optika,

(2) pars siliaris bagian yang menempel pada corpus siliare, dan (3) pars iridika

bagian yang menempel pada posterior mata.

Bagian-bagian mata :

a. Rongga orbita . Volume rongga orbita sekitar 30mm. Mengisi 1/5 bagian

dari rongga orbita, sisanya terdiri dari mata, otot, jaringan ikat dan saraf. Berbentuk

piramid dengan puncak kedalaman. Yang membentuk orbita adalah: atas os.

Frontale, bawah os maksilla, lateral os zigomaticus, os. Sphenoidale, medial os.

Lacrimale, os. Spheinoidale dan os. Ethmoidale.

b. Kelopak mata

c. Sistem lacrimale

d. Bola mata

Page 8: Laporan b4 m5 Kelompok 1

1) Kornea . Membentuk 1/6 anterior dari dinding mata. Berfungsi untuk

menerima cahaya yang masuk ke mata dan diteruskan ke bagian mata yang lebih

dalam dan berakhir di retina. Dikorne terdapat sklero corneal junction yang

merupakan peralihan antara kornea dan sklera

2) Aquos humour. Terletak antara kornea dan lensa. Berfungsi untuk

memberikan nutrisi pada lensa dan ke jaringan yang tidak ada pembuluh darahnya.

3) Vitrous humour. Substansi gelatinosa yang mengandung air. Menempati

ruang diantara lensa dan retina.

4) Konjungtiva. Selaput lendir melapisi sisi bagian dalam kelopak mata.

5) Iris. Untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata.

Merupakan jaringan yang kaya pembuluh darah dan berpigmen.

6) Pupil. Celah / lubang bundar yang ada ditengah iris yang membantu iris

mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata

7) Lensa. Untuk memfokuskan cahayaagar bayangan dapat tepat jatuh di

retina. Daya akomodasi lensa mata untuk mencembung dan mencekungkan lensa

mata.

8) Koroid. Memberi nutrisi pada retina

9) Retina. Menerima cahaya dari bagian organ didepannya dan membentuk

bayangan yang kemudian diteruskan ke otak melalui saraf optikus.

10) Makula. Atau bintik kuning pada kutup posterior mata. Kebanyakka ada

sel kerucut.

Page 9: Laporan b4 m5 Kelompok 1

3. Mekanisme pengelihatan

Mata melihat objek → cahaya masuk disalurkan oleh kornea → aquo humour →

pupil → lensa mata mengarahkan cahaya → kemudian jatuh di retina → diterima oleh saraf

optikus → diteruskan ke korteks occipitalis → diinterpretasikan sebagai gambar

4. Perbedaan iris pada tiap orang

Karena perbedaan pigmen pada tiap-tiap orang berbeda.

5. PR

6. Anatomi dan fisiologi telinga

Ada 3 bagian yaitu :

a) Telinga luar : auricel, meatus auditori externa, membran tympani

b) Telinga tengah : ossiculus (maleus, inkus, stapes), tuba eustachius,

c) Telinga dalam : koklea, jendela oval dan bulat

7. Mekanisme pendengaran

Dimulai dari gelombang suara → getaran pada membran tympani → getaran ke

tulang-tulang pada telinga dalam, tulang osiculus → terjadi getara di jendela oval → cairan

pada koklea bergetar mendesak m.basilaris ikut bergetar → rambut-rambut menekuk →

dibawah rambut ada reseptor yang menyebabkan potensial aksi → ke saraf auditorius →

korteks auditorius → persepsi suara.

8. Anatomi dan fisiologi hidung

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1. Pangkal hidung ( bridge )

2. Dorsum nasi

Page 10: Laporan b4 m5 Kelompok 1

3. Puncak hidung ( apeks )

4. Ala nasi

5. Kolumela

6. Lubang hidung ( nares anterior )

Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan

lubang hidung.

9. Mekanisme penciuman

Bau → reseptor olfaktorius → dibawa serat aferen → bersinap di bulbus

olfaktorius → otak.

10. Hubungan antara alat indera dengan SSP dan SST

Alat indera → reseptor membawa rangsangan→dibawa ke SSP oleh aferen→

dibawa ke otak untuk persepsi→sensoris tersebut harus dibawa kembali ke SST oleh eferen untuk

respon.

11. Seperti telah dijelaskan di nomor 10. Berhubungan dengan reseptor.

Page 11: Laporan b4 m5 Kelompok 1

2.4 KERANGKA KONSEP

STIMULUS

MATA

KORNEA

AQUOS HUMOUR

PUPIL

LENSA

VITROUS HUMOUR

RETINA

TELINGA HIDUNG

Page 12: Laporan b4 m5 Kelompok 1

2.5 LEARNING OBJECTIVE

1. Anatomi dan Fisiologi Mata

2. Mekanisme Pengelihatan

3. Anatomi dan Fisiologi Telinga

4. Mekanisme Pendengaran

5. Anatomi dan Fisiologi Hidung

6. Mekanisme penciuman

2.6 BELAJAR MANDIRI

Pada tahap ini kami melakukan belajar mandiri sesuai dengan learning objectives yang

telah dirumuskan.

2.7 STEP 7 SINTESIS MASALAH

1. Anatomi dan Fisiologi Mata

A. Orbita

Merupakan rongga berbentuk pyramid di dalam tengkorak, dengan dasar di bagian

depan dan apeks mengarah ke belakang.

Margo Orbita adalah lingkaran tulang pada wajah, dibentuk oleh margo supra-orbital

di atas dan margo infra-orbital di bagian bawah.

Tulang utama yang membentuk orbita adalah os. Frontal, os. Ethmoidale, os.

Lacrimale, os. Palatine, os. Maxilla, os. Sphenoidale, dan os. Zygomatica.

B. Bola Mata

Page 13: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Kornea : Bagian bola mata yang terletak paling anterior dan bersifat transparan.

Kornea memebentuk 1/6 bagian anterior dinding bola mata. Kornea

memiliki innervasi saraf tetapi tidak tervaskularisasi atau bersifat

avaskuler, nutrisinya oleh aquos humour. Fungsinya untuk memebantu

memfokuskan bayangan agar jatuh tepat di retina. Di sekitar tepi kornea

bersambungan dengan sclera.

Sklera : Berada di lapisan luar mata yang kuat. Berfungsi sebagai pelindung bola

mata dan mempertahankan bentuk bola mata. Terdiri atas jaringan ikat

fibrosa. Tampak dari depan sebagai “bagian putih” mata. Pada bagian

belakang bersambungan dengan selubung nervus optikus.

Koroid : Merupakan lapisan kedua di antara sclera dan retina. Lapisan ini berpigmen

dan terdiri dari banyak pembuluh darah dan saraf.

Korpus Siliaris : Terdiri dari 70 processus siliaris dan otot siliar. Korpus siliaris

membentuk cincin yang bersambungan dengan badan koroid di

bagian belakang. Menghasilkan cairan mucus. Dihubungkan ke

lensa melalui ligament suspensorium.

Iris : Jaringan yang melingkar dan berpigmen dengan lubang yang agak di tengah,

pupil. Iris bekerjasama dengan pupil untuk mengatur cahaya yang masuk ke

mata. Warna iris bervariasi sesuai dengan jumlah pigmen di dalamnya; makin

banyak pigmen, makin gelap warna iris. Iris terdiri dari serat otot polos, yaitu:

(1) m. sphincter papillae, yang mengitari pupil, disebut juga serat sirkular yang

berperan untuk mengkontriksikan iris dengan bantuan saraf parasimpatis, (2) m.

dilatator papillae, dengan seratnya yang berjalan radial menjauhi pupil, bekerja

dengan saraf simpatis untuk mendilatasikan iris.

Pupil : Celah atau lubang bundar yang ada di tengah-tengh iris, sebagai jalan masuk

cahaya dan meneruskan cahaya ke lensa.

Lensa : Bentuknya bikonveks, berdiameter 10 mm dan tebal 4 mm di bagian tengah.

Terletak di belakng iris. Bagian posterior lensa lebih cembung daripada

Page 14: Laporan b4 m5 Kelompok 1

bagian anteriornya. Komposisinya 65% air dan 35% protein. Di seluruh tepi

lingkaran lensa, melekat ligament suspensorium yang nantinya akan

bekerjasama dengan otot siliaris untuk membantu lensa memfokuskan

pandangan.

Retina : Merupakan bagian saraf pada mata, tersusun oleh sel saraf dan serat-seratnya.

Retina membentuk permukaan dalam lapisan koroid dan bersentuhan

langsung dengn korpus vitreus. Lapisan sel-sel berpigmen memisahkan sel-

sel saraf dari lapisan koroid. Sel-sel sarafnya adalah sel batang yang

berjumlah lebih dari 100 juta dan sel kerucut yang berjumlah sekitar 7 juta.

Sel batang digunakan untuk melihat pada cahaya yang redup dan kegelapan.

Sedangkan sel kerucut digunakan pada cahaya terang dan untuk

mengapresiasikan warna. Retina dibagi menjadi 3 pars, yaitu (1) pars optika,

yang berada pada anterior mata, (2) pars vascular tunic, pada bagian tengah

mata, dan (3) pars iridika, bagian paling posterior.

C. Struktur Lain

Otot-otot mata

Bola mata digerakkan oleh beberapa muskulus, yaitu m. rectus lateralis, m. rectus

medialis, m. rectus superior, m. rectus inferior, m. obliquus superior, m. obliquus

inferior.

Lalu ada juga musculus pada kelopak mata, yaitu m. levator palpebrae superior

dan m. orbicularis oculi.

Kelopak mata

Lebarnya 6-10 cm. Setiap kelopak mata terdiri dari:

Kulit yang sangat tipis pada bagian luar,

Kelenjar tarsalis, modifikasi kelenjar sebasea pada setiap lamina tarsalis

dan muara duktus pada tepi kelopak mata di balik bulu mata,

Konjungtiva, membrane tipis dan halus, memiliki selaput lendir yang

melapisi permukaan dalam kelopak mata. Tempatnya menutupi bagian depan bola

mata. Fungsinya untuk memberi proteksi sclera dan pelumas bola mata. Sakus

konjungtiva ruang antara lapisan lendir konjungtiva dan mata.

Page 15: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Bulu mata, rambut-rambut pendek, tebal yang melengkung menonjol dari

margo palpebra. Fungsinya untuk menyaring debu-debu atau partikel asing yang

menuju mata.

Fisura palpebra adalah interval di antara kelopak mata atas dan bawah.

Canthus lateralis adalah sudut bagian luar fisura tersebut; canthus medialis adalah

sudut bagian dalam.

Alis mata dibentuk oleh jaringan lemak, serat musculus orbicularis oculi

dan rambut, dan terletak pada arcus superciliaris, penonjolan pada os. Frontale.

Aparatus lakrimalis

Menghasilkan dan mengeluarkan air mata. Terdiri dari:

Kelenjar lakrimalis terletak pada cekungan dalam orbita bagian os frontale

atau di atas lateral bola mata. Tersusun dari sel-sel penyekresi dan bermuara

melalui beberapa saluran ke dalam sakus konjuntiva.

Duktus lakrimalis atas dan bawah adalah dua saluran pendek yang

memiliki muara pada ujung bagian dalam setiap kelopak mata (lubang ini cukup

besar untuk dilihat) dan berjalan ke bagian dalam memasuki sakus lakrimalis.

Sakus lakrimalis, tempat muara saluran, adalah ujung buntu bagian atas

nasolakrimalis dan terletak di belakang canthus medialis.

Duktus nasolakrimalis memiliki panjang sekitar 2 cm dan membuka ke

dalam meatus inferior hidung, yaitu di bawah konka inferior.

Air Mata cairan yang dihasilkan secara terus menerus oleh kelenjar

lakrimalis. Air mata memasuki sakus lakrimalis melalui saluran kelenjar, menjaga

permukaan konjungtiva yang saling bersentuhan tetap lembab dan menyingkirkan

debu. Sebagian air mata menguap saat melewati bagian depan mata. Sisanya

mengalir ke dalam duktus lakrimalis dan dikeluarkan melalui duktus

nasolakrimalis ke dalam hidung. Dalam keadaan emosional, air mata mengalir ke

wajah melalui kelopak mata bawah.

Page 16: Laporan b4 m5 Kelompok 1

2. Mekanisme Pengelihatan

a. Refraksi

Proses Refraksi

Sinar berjalan lebih cepat melalui udara daripada melalui media transparan lain misalnya air

dan kaca. Berbeloknya berkas sinar dikenal sebagai refraksi. Pada permukaan melengkung

seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembelokan dan semakin kuat

lensa ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan lengkung suatu benda dengan densitas

lebih besar maka arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Permukan konveks

melengkung keluar, sementara permukaan konkaf melengkung kedalam. Permukaan konfeks

menyebabkan konvergensi berkas cahaya, membawa berkas-berkas tersebut lebih dekat satu sama

lain. Karena konvergensi penting untuk membawa bayangak ke titik fokus, maka permukaan

refraktif mata berbentuk konveks. Lensa konkaf bermanfaat untuk mengoreksi kesalahan refraktif

tertentu mata, misalnya berpenglihatan dekat.

Stuktur Refraktif Mata

Dua struktur yang penting dalam kemampuan refraktif mata adalah kornea dan lensa.

Permukaan kornea yang melengkung, struktur pertama yang dilewati sinar sewaktu sinar tersebut

masuk mata, berperan paling besar dalam kemampuan refraktif total mata karena perbedaan

densitas pada pertemuan udara-kornea jauh lebih besar daripada perbedaan dalam densitas antara

lensa dan cairan disekitarnya. Kemampuan refraktif lensa dapat diubah0ubah dengan mengubah

kelengkungannya sesuai kebutuhan untuk melihat dekat atau jauh.

Berkas cahaya dari sumber sinar yang berjarak lebih dari 20 kaki dianggap paralel pada saat

berkas tersebut mencapat mata. Sebaliknya, berkas cahaya yang berasal dari benda dekat masih

tetap berdivergensi ketika mencapai mata . Untuk kemampuan refraktif tertentu mata, diperlukan

jarak lebih jauh di belakang lensa untuk membawa berkas divergen suatu sumber cahaya yang

dekat ke titik fokus daripada membawa berkas paralel suatu sumber cahaya yang jauh ke titik

fokus. Akan tetapi, pada mata tertentu , jarak antara lensa dan retina selalu sama. Karena itu, tidak

terdapat jarak yang lebih jauh setelah lensa untuk membawa bayangan benda ke dekat fokus.

Namun agar penglihatan jelas maka struktur-struktur refraktif mata harus membawa bayangan

dari sumber cahaya jauh atau dekat ke fokus di retina. Jika suatu bayangan sudah terfokus

sebelum mencapai retina atau belum terfokus ketika mencapai retina, maka bayangan tersebut

Page 17: Laporan b4 m5 Kelompok 1

akan terlihat kabur. Untuk membawa bayangan dari sumber cahaya dekat dan jauh jatuh di titik

fokus di retina maka harus digunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber cahaya dekat.

b. Fototranduksi

Fototranduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf

Fotoreseptor (sel batang dan sel kerucu) terdiri dari tiga bagian :

1. Segmen luar, yang terletak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid.

Bagian ini mendeteksi rangsangan cahaya

2. Segmen dalam, yang terletak di bagian tengah fotoreseptor. Mengandung perangkat

metabolik sel

3. Terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan bagian interior mata, menghadap

ke sel bipolar. Bagian ini menyalurkan sinyal yang dihasilkan fotoreseptor karena

stimulasi cahaya sel-sel selanjutnya di jalur penglihatan.

Setiap retina mengandung sekitar 150 juta fotoreseptor, dan lebih dari satu milyar molekul

fotopigmen mungkin terkemas di dalam segmen luar setiap fotoreseptor. Fotopigmen mengalami

perubahan kimiawi ketika diaktifkan oleh sinar. Pengaktifan fotopigmen yang terjadi

menyebabkan terbentuknya potensial reseptor yang akhirnya menghasilkan potensial aksi.

Fotopigmen ini terdiri dari 2 komponen: opsin, suatu protein yang merupakan bagian integral dari

membran diskus, dan retinen, suatu turunan vitamin A yang terikat di bagian dalam molekul

opsin. Retinan adalah bagian fotopigmen yang menyerap cahaya. Terdapat empat fotogpigmen

berbeda, satu di sel batang dan masing-masing satu di ketiga jenis sel kerucut. Rodopsin,

fotopigmen sel batang, menyerap semua panjang gelombang cahaya tampak. Sel batang hanya

memberi bayangan abu0abu dengan mendeteksi perbedaan intensitas, bukan perbedaan warna.

Fototranduksi, proses perubahan rangsangan cahaya menjadi sinyal listrik, pada dasarnya

sama untuk semua fotoreseptor, tetapi mekanisme bertentang dengan cara biasa reseptor

berespons terhadap stimulus adekuatnya. Reseptor biasanya mengalami depolarisasi jika

dirangsang, tetapi fotoreseptor mengalami hiperpolariasi ketika menyerap cahaya

AKTIVITAS FOTORESEPTOR DALAM GELAP

Page 18: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Membran plasma segmen luar fotoreseptor mengandung saluran Na+ bergerbang kimia.

Saluran ini berespon terhadap pembawa pesan kedua internal, GMP siklik atau cGMP.

Pengikatan Cgmp KE SALURAN Na+ ini membuat saluran ini tetap terbuka. Tanpa cahaya,

konsentrasi cGMP tinggi. Saluran Na+ fotoreseptor, tidak seperti kebanyakan fotoreseptor,

terbuka jika tidak terdapat rangsangan, yaitu dalam keadaan gelap. Kebocoran pasif Na+ masuk ke

sel menyebabkan depolarisasi fotoreseptor. Penyebran pasif depolarisasi ini dari segmen luar ke

ujung sinaps membuat saluran Ca2+ berpintu voltase di ujung sinaps tetap terbuka. Masuknya

kalsium memicu pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps selama dalam keadaan gelap.

AKTIVITAS FOTORESEPTOR DALAM TERANG

Pada pajanan ke sinar, konsentrasi cGMP menurun melalui serangkaian reaksi biokimia yang

dipicu oleh pengaktifan fotopigmen. Retinen berubah bentuk ketika menyerap sinar. Perubahan

konformasi ini mengaktifkan fotopigmen. Sel batang dan sel kerucut mengandung suatu protein

G yang dinamai transdunsin. Fotopigmen yang telah aktif mengaktifkan transdusin, yang

sebaliknya mengaktifkan enzim intrasel fosfodiesterase. Enzim ini menguraikan cGMP sehingga

konsentrasi pembawa pesan kedua ini di fotoreseptor berkurang. Selama proses eksitensi cahaya,

penurunan cGMP memungkinkan saluran Na+ berpintu kimiawi tertutup. Penutupan saluran ini

menghentikan keocoran Na+ penyebab depolarisasi dan menyebabkan hiperpolarisasi membran.

Hiperpolarisasi ini, merupakan potensial resepto, secara pasif menyebar dari segmen luar ke

ujung sinaps fotoreseptor. Di sini perubahan potensial menyebabkan penutupan saluran Ca2+

berpintu voltase dan, karenanya, penurunan pelepasan neurotransmiter dari ujung sinaps. Karena

itu, fotoreseptor dihambat oleh stimulus yang mengalami hiperpolarisasi oleh cahaya dan

tereksitasi jika tidak mendapat stimulasi (mengalami depolarisasi dalam keadaan gelap). Potensia

hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan neurotransmiter yang ditimbulkannya berbeda-beda

sesuai dengan intensitas cahaya. Semakin terang cahya, semakin besar respons hiperpolarisasi

dan semkain besar penurunan pelepasn neurotransmiter.

C. Jalur Penglihatan Warna

Penglihatan warna bergantung pada perbandingan stimulasi ketiga jenis sel kerucut

Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya. Benda-benda

tertentu di lingkungan misalnya matahari, api, dam lampu pijat, mengeluarkan cahaya.

Pigmen-pigmen di berbagai benda secara selektif menyerap panjang gelombang tertentu

Page 19: Laporan b4 m5 Kelompok 1

sinar yang sampai kepada mereka dari sumber cahaya, dan panjang gelombang yang tidak

diserap dipantukan dari permukaan benda. Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang

memungkinkan kita dapat melihat benda-benda seperti kursi, pohon dan orang yang pada

dasarnya tidak mengeluarkan cahaya seperti matahari, api dll. Suatu benda yang terlihat

biru menyerap panjang gelombang merah dan hijau dan memantulkan panjang

gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel kerucut

biru dan mengaktifkan sel tersebut

Sel kerucut juga berespon tehadap panjang gelombang lain dengan derajat bervariasi.

Penglihatan warna, derajat eksitasi masing-masing sel kerucut terkode dan ditransmisikan

dalam jalur-jalur paralel terpisah ke otak. Pusat penglihatan warna di korteks penglihatan

primer mengombinasi dan memproses masukan-masukan ini untuk menghasilkan

persepsi warna. Kadang-kadang orang tidak memiliki sel kerucut jenis tertentu, sehingga

penglihatan warna mereka dalah produk dari sensitivitas diferensial dari hanya dua jenis

sel kerucut, suatu keadaan yang dinamai buta warna. Orang dengan gangguan

penglihatan warna ini tidak saja mempersepsikan warna secara berbeda tetapi merka juga

tidak mampu membedakan ragam warna sebanyak orang normal.

d. Akomodasi

Kemampuan mata menyesuiakan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi. Otot

siliaris adalah bagian dari badan siliar, suatu struktur khusus lapisan koroid bagian

anterior. Badan siliaris memiliki dua komponen utama : otot siliaris dan anyaman kapiler

menghasilkan humor aquosus. Otot siliaris adalah suatu cicin melingkar otot polos yang

melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium. Ketika oto siliaris melemas,

ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum ini menarik lensa menjadi bentuk

gepeng dan refraktif. Sewaktu otot ini berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga

tegangan pada ligmentum suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum

suspensorium berkurang , lensa menjadi bulat karena elastisitas inherennya.

Meningkatnya kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan

kekuatan lensa dan lebih membelokan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris

melemas dan lensa menggepeng untuk melihat jauh , tetapi otot ini berkontraksi agar

lensa menjadi lebih konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Oto siliaris dikontrol

oleh sistem saraf otonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi

parasimpatis menyebabkan kontraksi.Error: Reference source not found

Page 20: Laporan b4 m5 Kelompok 1

e. Kontraksi dan Dilator Pupil

Iris mengandung dua set anyaman otot polos, satu sirkular(serat-serat otot berjalan

seperti cicin didalam iris) dan satu radial (serat mengarah ke luar dari tepi pupil seperti

jari-jari roda). Karena serat otot memendek ketika berkontraksi maka pupil menjadi lebih

kecil ketika otot sirkular (atau konstriksi) berkontriksi dan membentuk yang lebih kecil.

Kontriksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar terang untuk mengurangi cahaya

masuk ke mata. Jika otot radial (atau dilator) berkontraksi maka ukuran pupil bertambah.

Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya temaram agar sinar yang masuk ke mata lebih

banyak.Error: Reference source not found

f. Jalur Penglihatan

Pada saat gelap terjadi kontraksi cGMP yang tinggi selanjutnya saluran Na+ terbuka

di segmen luar dan terjadi depolarisasi membran yang berlangsung pada segmen luar.

Selanjutnya saluran Ca2+ membuka di ujung sinaps dan terjadi pelepasan transmitter

inhibitorik yang menyebabkan sel bipolar terhambat. Selanjutnya akan timbul potensial

aksi di sel ganglion dan tidak ada perambatan potensial aksi ke korteksi pengliatan,

semua proses berlangsung di retina.

Pada saat ada cahaya terjadi penyerapan cahaya yang mengaktifkan fotopigmen dan

pengaktifkan transdusin. Melalui jenjang reaksi terjadi penurunan GMP siklik yang akan

menyebabkan penutupan saluran Na+ di segmen luar dan akan terjadi hipolarisasi

membrane yang menyebar ke ujung sinaps menuju ke saluran Ca+ di ujung sinaps yang

akan menyebabkan penurunan pelepasan transmitter inhibitorik dan sel bipolar tidak

dihambat yang menyebabkan perubahan potensial berjenjang sel bipolar yang akan

menyebabkan potensial aksi di sel ganglion yang selanjutnya akan perambatan aksi ke

korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk presepsi penglihatan.

3. Anatomi dan Fisologi Telinga

Page 21: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Telinga adalah organ pendengaran dam keseimbangan yang memiliki aparatus

sensorik dan sel-sel saraf pada dua sistem sensorik yang asalnya dari sistem embrionik

yang sama. Telinga disebut juga dengan Auris. Masing-masing telinga terdiri dari 3

bagian yaitu:

a. Telinga luar (Auris external)

Auris external memanjang dari Auricula ke Meatus acusticus externus sampai

membran tympanica. Telinga luar terdiri dari aurikula (pinna) dan Meatus acusticus

externus yang berfungsi sebagai resanator dan meningkatkan transmisi suara. Pinna

tersusun sebagian besar kartilago yang tersusun kulit.

Page 22: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Meatus acusticus memiliki panjang 3-4 cm dan berbentuk seperti huruf S, yang

tersusun atas komponen kartilaginosal distal, yang akan berlanjut sebagai kanal oseosa

di salam pars petrosa ossis temporalis. Kanal ini akan berakhir pada Membrana

tympanica.

Auricula banyak memiliki pembuluh darah yang berguna untuk proteksi

terhadap pembekuan yang sangat cocok untuk konveksi panas. Arteri pada auricula ini

disuplai dari cabang-cabang arteri carotis communis externa yaitu arteri auricularis

posterior dan arteri temporalis superficialis.

Innervasi pada auricula adalah cabang dari nerve mandibula yang membentuk

cabang yaitu N. auriculotemporalis di depan telinga, untuk regio belakang dan bawah

telinga dipersarafi oleh N.auricularis magnus dan N. occipitalis minor, sedangkan N.

vagus menginervasi tempat masuk ke Meatus acusticus externus.

(Sobotta, 2012)

b. Telinga tengah (Auris media)

Auris media merupakan ruang mukosa kontortus yang berhubungan dengan cavitas

lain. Berbagai jaras saraf berjalan di dalam dinding dan cavitas telinga tengah, tempat

tiga ossicula auditus menempel. Pada bagian dalam dari auris media terdapat saluran

yang menghubungkam dengan pharunx disebut dengan Tuba Eustachian(tuba

auditiva).

Tuba auditiva dilapisi oleh membran mukosa, berjalan ke arah inferior dan anterior

cavitas tympani. Tuba ini terletak pada meatus osseosa di dalam pars petrossa ossis

temporalis dan ditopang oleh kartilago elastis ke arah pharynx, yang osteum

pharyngeumnya berbentuk seperti bel terompet. Tuba ini berfungsi untuk

menyeimbangkan tekanan udara antara telinga bagian tengah dengan lingkungan

sekitar.

Cavitas tympani di salam pars petrosa ossis temporalis terdiri dari tiga ossicula

auditus : Malleus, Incus, dan Stapes. Ossicula tersebut dihubungakan dengan oleh

sendi-sendi fleksibel dan menempel pada dinding cavitas tympani melalui ligamen

Page 23: Laporan b4 m5 Kelompok 1

untuk membentuk pengungkit berbentuk V yang menghantarkan getaran dari membran

tympanica. (Sobotta, 2012)

c. Telinga dalam (Auris interna)

Auris interna disebut juga dengan Labirin yang terletak di dalam pars petrosa ossis

temporalis, di superior dari badan vestibular dan medial dari cavitis tympani. Auris

interna dapat dibedakan menjadi Labyrinthus membranaceus dan osseus.

Struktur yang terdapat pada auris interna adalah struktur koklea. Koklea tertanam

pada kavitas bertulang di dalam tulang temporalis yang disebut labirin tulang. Koklea

adalah suatu sistem tuba yang melingkar-lingkar, koklea terdiri dari tiga tuba melingkar

yang saling bersisian : skala vestibuli, skala media, skala timpani. Skala vestibuli dan

skala media dipisahkan satu sama lain oleh membran Reissner (disebut juga membran

vestibular), skala timpani dan skala media dipisahkan satu sama lain satu sama lain oleh

membran basilar. Pada permukaan membran basilar terletak organ Corti, yang

mengandung serangkain sel yang sensitif secara elektromagnetik, yaitu sel-sel rambut.

Sel-sel ini merupakan organ reseptif akhir yang membangkitkan impuls saraf sebagai

respons tehadap getaran suara. (Guyton & Hall, 2012)

4. Mekanisme Pendengaran dan Transduksi Suara

Pinna atau auricularis (daun telinga) akan menangkap dan mengumpulkan gelombang suara.

Selanjutnya,  gelombang suara masuk ke dalam meatus auditorius eksternus (saluran telinga) dan

ditangkap gendang telinga (membran timpani). Akibatnya, gelombang suara tersebut terjadi

vibrasi (getaran). Getaran ini akan diteruskan menuju telinga tengah melalui tiga tulang kecil

(osikula) yakni tulang martil (maleus), tulang inkus, dan tulang stapes. Dari tulang stapes, getaran

diteruskan melalui jendela oval menuju koklea yang berisi cairan. Selanjutnya, getaran diteruskan

menuju jendela bundar dengan arah gerak yang berlawanan . Setelah itu, getaran akan diterima

oleh sel-sel rambut (fonoreseptor) di dalam organ Corti. Getaran dalam cairan koklea akan

menggetarkan membran basiler, dan getaran ini juga akan menyebabkan membran tektorial

ikut bergetar. Getaran akan diubah menjadi impuls saraf, yang selanjutnya dihantarkan saraf

Page 24: Laporan b4 m5 Kelompok 1

auditori menuju otak. Otak akan memberikan tanggapan, sehingga kita dapat mendengar suara.

(sherwood, 2013)

Proses transduksi suara

5. Anatomi Rongga Hidung

Gelombang suara

Menekuknya rambut di reseptor sel rambut dalam organ corti sewaktu getaran basilaris menggeser rambut-rambut ini secara relatif

terhadap membran tektorium d atasnya yang berkontak dengan rambut tersebut

Getaran membran timpani

Getaran jendela ovalGerakan cairan di dalam kokhlea

Getaran membran basilaris

Perubahan frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius

Getaran tulang telinga tengah

Perubahan potensial berjenjang (potensial

reseptor) di sel reseptor

Perambatan potensial aksi ke korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk PERSEPSI SUARA

Page 25: Laporan b4 m5 Kelompok 1

Dinding lateral cavum nasi ditempati terutama oleh concha nasalis inferior dan concha

nasalis media. Concha nasalis superior berukuran kecil dan terletak dekat daerah olfaktorius di

atap hidung . fila olfactoria dari bulbus olfaktorius menembus lamina cribrosa dan mencapai

mukosa didekatnya termasuk mukosa concha nasalis superior. Vestibulum nasi dilapisi oleh epitel

gepeng berkeratin di limen nasi lapisan epitel berubah menjadi epitel lapis gepeng tidak

berkeratin dan kemudian menjadi epitel kolumner berlapis semu bersilia. Terdapat suatu garis

khayali dari concha nasalis inferior ke ostium pharyngeum tubae auditiva. Di atas ostium di atas

faring terletak tonsil faringe.Error: Reference source not found

6. Reseptor Olfaktorius di Hidung

Mukosa olfaktorius suatu bercak mukosa di atap rongga hidung mengandung 3 jenis sel : sel

resptor olfaktorius , sel penunjang dan sel basal.Sel penunjang mengeluarkan mucus , yng

melapisi saluran hidung. Sel basal adalah prekusor untuk sel olfaktorius baru yang diganti setiap

sekitar 2 bulan sekali. Sel reseptor olfaktorius adalah neuron aferen yang reseptornya terletak

Page 26: Laporan b4 m5 Kelompok 1

dimukosa olfaktorius di hidung yang akson aferennya berjalan ke otak. Error: Reference source

not found

Bagian reseptor dari sel reseptor olfaktorius terdiri dari sebuah tombol yang membesar yang

mengandung beberapa silia panjang ke permukaan mukosa, silia mengandung tempat untuk

mengikat odoran molekul yang dapat dicium baunya. Agar dapat mudah di bau suatu bahan

harus: cukup mudah menguap, dan cukup mudah larut dengan air.Error: Reference source not

found

Hidung manusia mengandung 5 juta sel reseptor olfaktorius dan 100 tipebau berbeda. Setiap

reseptor hanya berespon pada satu jenis bau saja. Oleh karena itu satu jenis odoron akan dideteksi

oleh satu dari ribuan jenis sel reseptor .Error: Reference source not found

Pengikatan sinyal bau tertentu dengan reseptor olfaktorius mengaktifkan protein G , memicu

jenjang reaksi pada intrasel yang menyebabkan saluran Na+ . perpindaha ion yang terjadi

menyebabkan depolarisasi potensial reseptor yang menghasilkan potensial aksi di serat saraf

aferen. Serat-serat saraf ni kemudian bersinap dengan bulbus olfaktorius , suatu struktur saraf

kompleks yang mengandung beberapa labisan sel yang mirip dengan retina. Masing-masing

bulbus olfaktorius dilapisi oleh saraf kecil mirip bola disebut glomelurus. Di ujung glomelurus

Page 27: Laporan b4 m5 Kelompok 1

sinyal-sinyal sel reseptor akan disinap ke sel berikutnya yaitu sel mitra. Glomelurus disebut arsib

bau karena hanya mendeteksi komponen bau tertentu, glomelurus sebagai stasiun pemancar

pertama untuk pemerosesan bau.Error: Reference source not found

Sel mitra tempat berakhirnya sel reseptor di glomelurus menyempurnakan sinyal bau yang

akan dibawa ke otak. Serat-serat afern yang meninggalkan bulbus olfaktorius berjalan dalam 2

rute berbeda:

1. Sebuah rute subkorteks yang terutama menuju kedaerah-daerah system limbic, khususnya

sisi medial bawah lobus temporalis ( dianggap sebagai korteks penciuman primer). Rute

ini, yang mencakup hipotalamus , memungkinkan koordinasi erat antara baud an reaksi

prilaku yang berkaitan dengan makan, orientasi arah.

2. Sebuah rute melalui thalamus kekorteks seperti indra lain, rute korteks penting untuk

persepsi sadar dan diskriminasi bau.Error: Reference source not found

Page 28: Laporan b4 m5 Kelompok 1

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Manusia memiliki panca indera sebagai alat tubuh yang berfungsi untuk mengetahui keadaan luar

tubuh. Terdapat lima indera pada manusia yaitu mata sebagai indera pengelihatan, telinga sebagai

indera pendengaran, hidung sebagai indera penciuman, lidah sebagai indera perasa dan kulit

sebagai indera peraba.

3.2 SARAN

Diharapkan mahasiswa Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Mulawarman dapat

memahami dan menguasai indera-indera dari manusia, karena indera sangat berhubungan dengan

profesi dokter gigi sehingga saat menjadi dokter gigi, mahasiswa bisa mengaplikasikannya.

Page 29: Laporan b4 m5 Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton & John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

EGC : Jakarta.

Paulsen, F., & Waschke, J. 2012. Sobotta Anatomi Manusia Edisi 23 jilid 3. EGC:

Jakarta.

Sherwood, L. ( 2009). Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.