laporan akhir pengabdian pada...

65
LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT OPTIMALISASI MUSYAWARAH DESA DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA YANG BERKELANJUTAN KETUA/ANGGOTA TIM: Dr. Indra Perwira, S.H., M.H. (NIDN. 0029045802) Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.H. (NIDN. 004125802) Mei Susanto, S.H., M.H. (NIDN. 0005058506) Mohammad Safrin (NPM. 110120170010) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS HUKUM NOVEMBER 2018

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

LAPORAN AKHIR

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

OPTIMALISASI MUSYAWARAH DESA DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DESA YANG BERKELANJUTAN

KETUA/ANGGOTA TIM:

Dr. Indra Perwira, S.H., M.H. (NIDN. 0029045802)

Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.H. (NIDN. 004125802)

Mei Susanto, S.H., M.H. (NIDN. 0005058506)

Mohammad Safrin (NPM. 110120170010)

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS HUKUM

NOVEMBER 2018

Page 2: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Judul : Optimalisasi Musyawarah Desa Dalam

Perencanaan Pembangunan Desa Yang

Berkelanjutan Pelaksana

Ketua

Nama Lengkap : Dr. Indra Perwira, S.H., M.H. a. NIDN : 0029045802

b. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala c. Program

Studi/Fakultas

: Ilmu Hukum/Fakultas Hukum

d. Nomor HP : 08112285840

e. Alamat surel (e-mail) : [email protected] / [email protected]

Anggota (1) Nama Lengkap : Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.Hum.

a. NIDN : 004125802 b. Program

Studi/Fakultas

: Ilmu Hukum/Fakultas Hukum

Anggota (2)

Nama Lengkap : Mei Susanto, S.H., M.H. a. NIDN : 0005058506

b. Program

Studi/Fakultas

: Ilmu Hukum/Fakultas Hukum

Anggota (3)

Nama Lengkap : Mohamad Safrin, S.H. a. NPM : 110120170010

b. Program Studi/Fakultas

: Mahasiswa Pascasarjana (S2) /Fakultas Hukum

Institusi Mitra : Pemerintahan Desa

Nama Institusi Mitra : Desa Linggawangi Alamat : Jl. Kancana No. 38, Desa Linggawangi Kecamatan

Leuwi Sari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat Penanggung Jawab : Alam Sungkawa (Kepala Desa Linggawangi)

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke-1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp. 15.000.000,-

Biaya Keseluruhan : Rp. 15.000.000,-

Bandung, 13 November 2018 Menyetujui

Dekan,

Prof. Dr. An An Chandrawulan, S.H., LL.M NIP 19600113 198601 2 001

Ketua Peneliti,

Dr. Indra Perwira, S.H., M.H. NIP. 19580429 198601 1 001

Page 3: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

ii

KATA PENGANTAR

Dokumen yang ada di hadapan anda merupakan Laporan Akhir Pengabdian Pada

Masyarakat (PPM) dari dana Hibah Internal Unpad yang merupakan satu kesatuan

dengan Riset Kompetensi Dosen dengan judul “Pola Perencanaan Pembangunan Model

GBHN dalam Sistem Pemerintahan Presidensil: Perbandingan Dengan Amerika Serikat,

Brasil, Korea Selatan dan Filipina”. Jika dilihat dari riset tersebut, maka implementasi

PPM yang dilakukan kepada negara sulit untuk dapat dilakukan, karena sedianya bukan

pengabdian pada masyarakat, malah justru pengabdian pada pemerintah. Adapun

pengabdian pada pemerintah tentu merupakan suatu hal yang berbeda konteksnya dengan

maksud dan tujuan kewajiban PPM. Karena itu, untuk menurunkan tema riset tersebut

menjadi dapat dilakukan PPM pada masyarakat, maka tema yang dipergunakan adalah

“Optimalisasi Musyawarah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan”.

Tema PPM tersebut sengaja dipilih untuk dapat melakukan revitalisasi dan

optimalisasi musyawarah desa yang sebenarnya telah terlembagakan dalam bentuk Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), namun sering tidak optimal karena belum melibatkan

masyarakat secara partisipatif dan deliberatif. Adapun desa yang dipilih adalah Desa

Linggawangi Kecamatan Leuwi Sari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. PPM tersebut

telah terlaksana pada Sabtu, 3 November 2018 dengan langsung bertemu dengan Kepala

Desa, Pengurus Desa, Anggota BPD Desa, Perwakilan Dusun, RT dan RW, bahkan

Camat Leuwi Sari datang. Dalam kegiatan tersebut, banyak masukan dan input yang

secara langsung dirasakan oleh peserta, karena Tim PPM memberikan alternatif

penggunaan design thinking dalam upaya meningkatkan optimalisasi musyawarah desa.

Sehingga, pendekatakan meningkatkan musyawarah, tidak hanya berbasiskan pola yang

biasa, melainkan juga inovasi-inovasi yang dihasilkan dari oleh pikir dalam design

thinking. Juga sebaliknya, Tim PPM mendapatkan masukan yang berharga, berkaitan

dengan persoalan keterlibatan masyarakat yang semakin menurun, khususnya dalam

gotong royong pendanaan kegiatan desa sebagai akibat dari adanya dana desa dari

pemerintah. Hal ini menimbulkan persoalan baru, bahwa dana desa ternyata dapat

menimbulkan ketergantungan, bukan kemandirian yang diharapkan. Karenanya,

diperlukan model pendekatan kebijakan lain, sehingga aspek gotong royong masyarakat

desa masih berjalan dengan baik, namun sekaligus meningkatkan kemandirian dalam

pendanaan desa tersebut.

Semoga PPM yang sedang dan akan dilakukan ini bermanfaat baik sebagai bentuk

implementasi riset yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.

Bandung, 3 Desember 2018

Tim PPM pada Riset Kompetensi Dosen Unpad

Page 4: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

iii

DAFTAR ISI

Table of Contents

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR ...................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

BAB II .............................................................................................................................. 4

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 4

A. Perencanaan Pembangunan ................................................................................ 4

B. Musyawarah Dan Demokrasi ............................................................................. 7

C. Derajat Partisipasi .............................................................................................. 9

D. Design Thinking Dalam Pemecahan Masalah ................................................. 12

BAB III ........................................................................................................................... 15

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN ............................................................... 15

A. Kerangka Pemecahan Masalah ........................................................................ 15

B. Realisasi Pemecahan Masalah ......................................................................... 15

C. Khalayak Sasaran ............................................................................................. 15

D. Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan) ................................................. 15

BAB IV ........................................................................................................................... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN PPM ............................................................................ 16

A. Penentuan Lokasi PPM .................................................................................... 16

B. Pelaksanaan PPM ............................................................................................. 19

C. Hasil Yang Diperoleh ...................................................................................... 44

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan PPM............................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 54

Page 5: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

1

BAB I

PENDAHULUAN

Berlakunya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mendorong

penyelenggaraan Pemerintahan Desa yang dilaksanakan dengan memberikan

kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada Desa. Pemberian

kewenangan tersebut membawa konsekuensi diperlukannya koordinasi dan pengaturan

untuk menyelaraskan pembangunan, baik di tingkat nasional, daerah sampai dengan desa.

Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Perwakilan Desa (BPD)

dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber

daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. Perencanaan pembangunan

desa sebaiknya memperhatikan hakekat dan sifat desa yang tentu berbeda dengan

otonomi daerah, otonomi daerah merupakan perwujudan asas desentralisasi. Sedangkan

kemandirian desa berangkat dari asas rekognisi (pengakuan dan penghormatan) serta asas

subsidiaritas (lokalisasi penggunaan kewenangan dan pengambilan keputusan atau bisa

disebut sebagai penerapan kewenangan berskala lokal desa).

Pemerintah Desa menyusun perencanaan Pembangunan Desa harus berangkat

dari kewenangan desa dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kab/Kota.

Perencanaan desa bukan sekedar membuat usulan yang disampaikan kepada pemerintah

daerah yang lebih penting perencanaan desa adalah keputusan politik yang diambil secara

bersama oleh pemerintah desa dan masyarakat desa.

Tentang kewenangan desa yang menjadi dasar perencanaan desa dipertegas dalam

pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Adapun pendekatan dalam

perencanaan pembangunan harus sejalan dengan pendekatan yang terdapat dalam UU No.

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan (SPPN), dimana ada dua

pendekatan, yaitu perencanaan pembangunan partisipatif atas-bawah (top-down) dan

bawah-atas (bottom-up) partisipatif. Pendekatan jenis kedua bermaksud untuk melibatkan

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan, untuk

mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Pendekatan ini dilaksanakan

Page 6: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

2

menurut jenjang pemerintahan melalui musyawarah yang dilaksanakan di tingkat

nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa.

Pada tingkat desa, musyawarah ini disebut Musyawarah Perencanaan

Pembangunan Desa (Musrenbangdes). Musrenbangdes memberi kesempatan luas bagi

masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan dan membahas

permasalahan yang dihadapi dan alternatif pemecahannya di tingkat desa untuk dibawa

ditingkat Musrenbang kecamatan dan selanjutnya dibawa ke Musrenbang kabupaten

maupun provinsi. Tetapi, dalam realitanya, pelaksanaan konsep ini tidak selamanya

berjalan sesuai dengan arahan, semangat dan tujuan awal diselenggarakan

Musrenbangdes ini.

Mekanisme perencanaan pembangunan dari bawah yang dilaksanakan mulai

Musrenbangdes sampai kecamatan belum melibatkan masyarakat untuk memutuskan

prioritas kegiatan. Ada kecenderungan bahwa usulan yang diajukan dalam Musrenbang

kecamatan merupakan rumusan elite desa/kelurahan, sehingga partisipasi masyarakat

yang sesungguhnya masih jauh dari harapan. Rendahnya sosialisasi dari pemerintah

tentang Musrenbang terutama di tingkat desa/kelurahan serta sikap apatisme masyarakat

yang tinggi, karena usulan yang diberikan masyarakat kurang diperhatikan atau

didengarkan, menyebabkan masyarakat merasa tidak perlu ikut serta dalam proses

Musrenbang.

Berdasarkan data awal yang diperoleh, Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari,

Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat secara umum, belum

menggunakan perangkat musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan desa yang

berkelanjutan secara optimal karena berbagai hal. Untuk itu, ada dua permasalahan yang

akan dilakukan dalam kegiatan PPM ini, yaitu:

1. Bagaimana peran musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan desa yang

berkelanjutan di Desa Linggawangi?

2. Bagaimana alternatif model peningkatan dan optimalisasi musyawarah desa yang

partisipatif dalam rangka perencanaan pembangunan yang berkelanjutan di Desa

Linggawangi?

Adapun PPM ini bertujuan untuk menggali bagaimana peran musyawarah desa

di Desa Linggawangi dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan serta

memberikan manfaat berupa alternatif model peningkatan dan optimalisasi

Page 7: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

3

musyawarah desa yang partisipatif dalam rangka perencanaan pembangunan yang

berkelanjutan di Desa Linggawangi.

Page 8: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pembangunan

Pembangunan merupakan konsep yang teknokratik. Pandangan tersebut sedikit

banyak dipengaruhi cara pandang dalam memahami istilah pembangunan (development).

Misalnya Gilbert Rist yang mengatakan pembangunan semestinya tidak didasarkan pada

apa yang dipikirkan atau diharapkan, namun pada praktik sosial aktual dan akibat-

akibatnya, yaitu sesuatu yang dapat dikenali oleh setiap orang.1 Hal tersebut didasarkan

pada pandangan Rist yang mendefinisikan esensi pembangunan sebagai transformasi dan

destruksi sosial untuk meningkatkan produksi (barang dan jasa) dalam rangka memenuhi

permintaan melalui mekanisme pasar. Oleh sebab itu, bagi Rist, pembangunan

(development) sebenarnya merupakan sejenis kata yang dipertunjukkan (performative

word), yaitu berkata dengan bertindak (saying by doing).2 Jika dilihat, pandangan Rist

tersebut lebih mengedepankan aspek ekonomi berkaitan dengan pembangunan

dibeberapa belahan dunia seperti pertanian, pembangunan perkotaan dan keadilan

pembagian sumber daya alam. Pandangan tersebut tentunya tidaklah salah. Namun, kata

pembangunan sendiri sebenarnya banyak dipergunakan oleh berbagai pihak, mulai dari

para ekonom, politisi dan banyak pihak lainnya.3 Bahkan dalam Deklarasi PBB tentang

Hak Atas Pembangunan Tahun 1986 disebutkan:4

“development is a comprehensive economic, social,cultural and political process,

which aims at the constant improvement of the well-being of the entire population

and of all individuals on the basis of their active, free and meaningful participation

in development and in the fair distribution of benefits resulting there from”

(pembangunan adalah sebuah kerangka komprehensif baik ekonomi, sosial, budaya

dan proses politik, yang bertujuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan seluruh

penduduk dan semua individu berdasarkan partisipasi aktif, bebas dan bermakna

dalam pembangunan serta distribusi secara fair dan adil atas manfaat yang diperoleh

dari pembangunan tersebut).

1 Gilbert Rist, Development as a Buzzword, Development in Practice, Vol. 17 No. 4-5, Agustus 2007, hlm.

490. 2 Ibid., hlm. 486. Pandangan Rist tersebut merupakan sebuah kritik terhadap agenda-agenda pembangunan

yang banyak dilontarkan banyak pihak tanpa adanya tindakan nyata. Karena itulah, Rist mengkritik

penggunaan kata development sebagai racun (toxic). Ibid., hlm. 485. 3 Subir Kumar Roy, The Principle of Sustainable Development, Human Rights, and Good Governance,

Brawijawa Law Journal, Vol. 3 No. 2, hlm. 200. 4 UN Declaration on The Right to Development 1986, dalam http://www.un.org/documents/ga/res/41

/a41r128.htm, diakses 10 Agustus 2017.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

5

Dengan demikian, maka pembangunan semestinya tidak hanya diukur dari aspek

ekonomi semata, melainkan juga dalam kerangka sosial, budaya, politik termasuk hukum

dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Bahkan Mochtar Kusumaatmadja

mengatakan bahwa “pembangunan dalam arti seluas-luasnya meliputi segala segi dari

pada kehidupan masyarakat dan tidak hanya segi kehidupan ekonomi belaka, karena itu

istilah pembangunan ekonomi sebenarnya kurang tepat, karena kita tidak dapat

membangun ‘ekonomi’ suatu masyarakat tanpa menyangkutkan pembangunan segi-segi

kehidupan masyarakat lainnya”.5 Pendapat Mochtar tersebut menjadi semacam penegas,

bahwa aspek-aspek non ekonomi termasuk hukum memiliki peranan dalam

pembangunan. Mengingat esensi pembangunan adalah perubahan, maka Mochtar

berpendapat bahwa peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa

perubahan itu terjadi dengan teratur.6

Pembangunan dan negara merupakan dua hal yang saling berkaitan. Imam

Subkhan7 dengan mendasarkan pada pendapat dari kaum post strukturalis seperti

Foucault yang menyebut negara sebagai “the mobile effect of a regime of multiple

governmentalities” (efek bergerak dari sebuah rezim pengaturan yang bersifat multi

ganda), mengatakan pembangunan dapat dilihat sebagai efek dari negara yang di

dalamnya mengandung proses benturan dan saling berlawanan di antara berbagai aktor

dalam mewujudkan sebuah kehendak untuk memperbaiki. Negara tidaklah statis dan

homogen, melainkan sebuah proses pembentukan yang terus menerus, dipraktikkan dan

diaktualisasikan melalui pembangunan.8 Karena itu, terjadi proses timbal balik antara

negara dan pembangunan. Negara terbentuk melalui proses pembangunan, sebaliknya

proses pembangunan dikonstruksi oleh aktor-aktor, agen-agen dan institusi yang

merepresentasikan negara.9

Dengan melihat hubungan antara pembangunan dan negara tersebut, maka dapat

dilihat adanya kemungkinan (bahkan keniscayaan) berupa benturan saat melakukan

5 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangungan Nasional, Kumpulan Karya

Tulis, Bandung: Alumni, 2006, hlm. 19. 6 Ibid. Pendapat Mochtar Kusumaatmadja mengenai fungsi dan peran hukum dalam pembangunan

kemudian dipopulerkan menjadi “Teori Hukum Pembangunan” khususnya di lingkungan Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran, meskipun Mochtar sendiri tidak pernah secara langsung menyebut gagasannya

sebagai Teori Hukum Pembangunan. Lihat Atip Latipulhayat, Khazanah Mochtar Kusumaatmadja,

Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 1 No. 3 Tahun 2014, hlm. 623. 7 Imam Subkhan, GBHN dan Perubahan Perencanaan Pembangunan di Indonesia, Jurnal Aspirasi, Vol. 5

No. 2 Desember 2014, hlm. 132. 8 Ibid. 9 Ibid.

Page 10: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

6

pembangunan, mengingat aktor-aktor yang merepresentasikan negara cukup banyak.

Benturan tersebut ada yang dapat diselesaikan dengan baik, dan ada pula yang tidak dapat

terselesaikan dengan baik sehingga menimbulkan konflik. Benturan yang menimbulkan

konflik akan dapat menimbulkan ketidakteraturan, bahkan menjadi kontraproduktif dari

tujuan pembangunan itu sendiri yaitu menciptakan kondisi yang lebih baik bagi manusia.

Disinilah hukum memiliki peran dalam pembangunan sebagaimana disebutkan Mochtar

Kusumaatmadja yaitu untuk menjamin bahwa perubahan melalui pembangunan itu

terjadi dengan teratur.10

Dengan peranan hukum (yang dapat bewujud peraturan perundang-undangan

ataupun keputusan badan peradilan) maka perubahan melalui pembangunan dapat

dilakukan dengan cara yang teratur. Hal tersebut tentunya lebih baik dari pada perubahan

yang tidak teratur dengan menggunakan kekerasan semata-mata.11 Mochtar menegaskan

“baik perubahan maupun ketertiban (keteraturan) merupakan tujuan kembar dari

masyarakat yang sedang membangun, hukum menjadi suatu alat yang tidak dapat

diabaikan dalam proses pembangunan”.12 Disinilah hukum berperan sebagai suatu alat

pembaharuan masyarakat, sebagaimana dikenalkan oleh Roscoe Pound dengan istilah law

as a tool of social engineering, melalui peranan putusan-putusan Mahkamah Agung

Amerika Serikat.13

Dalam pembangunan, dibutuhkan juga perencanaan pembangunan sebagai

kegiatan pra pembangunan sehingga pembangunan lebih terarahkan dan dapat dievaluasi

dengan baik. Bahkan Bagir Manan menyebut perencanaan pembangunan yang

berkelanjutan berkaitan erat dengan kedaulatan rakyat. Bagir Manan menjelaskan sebab

mengapa pelaksanaan kedaulatan rakyat perlu bimbingan tidaklah semata-mata

didasarkan atas pertimbangan efektivitas, efisiensi ataupun ketertiban dalam

berdemokrasi, melainkan pula didasarkan pada pertimbangan bahwa rakyat belum

memiliki dasar-dasar dan syarat-syarat untuk menjalankan demokrasi yang kompleks.

Berdemokrasi membutuhkan kematangan (democratic maturity).14

10 Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlm. 19. 11 Ibid., hlm. 20. 12 Ibid. 13 Mochtar Kusumaatmadja, op.cit., hlm. 13-14. 14 Bagir Manan dalam Susi Dwi Harijanti, Merumuskan Ulang Garis-Garis Besar Haluan Negara, Jurnal

Majelis, MPR RI, Edisi 4 Tahun 2016, hlm. 19.

Page 11: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

7

Sistem perencanaan pembangunan memiliki memiliki banyak manfaat. Misalnya

Bagir Manan mengungkapkan beberapa manfaat dari sistem perencanaan pembangunan,

yaitu: pertama, sebagai cara mewujudkan partisipasi demokratik dalam penyelenggaraan

negara atau pemerintahan, terutama yang bertalian dengan pembangunan nasional; kedua,

sebagai cara menjamin agar penyelenggaraan negara atau pemerintahan terutama

pembangunan nasional dijalankan sesuai dengan kepentingan rakyat banyak; ketiga,

sebagai cara menjaga efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan negara dan pemerintahan

cq pembangunan nasional, mengingat sumber-sumber (resources) dalam pembangunan

terbatas. 15 (Manan, 2016: 2).

Banyak pihak yang menyebut model perencanaan pembangunan banyak dianut

oleh negara-negara sosialis karena adanya dominasi negara dalam persoalan ekonomi

dibandingkan negara-negara liberal yang lebih menyerahkan persoalan pembangunan ke

mekanisme pasar. Hal tersebut memang menjadi diskursus mengenai hubungan antara

peran negara dengan kondisi politik, ekonomi dan sosial. Namun demikian, menurut

Bagir Manan, dalam perkembangan perbedaan tersebut tidak bersifat fundamental,

karena di negara-negara baik dengan paham liberal maupun sosialis, perencanaan

(planning) menjadi subsistem pengelolaan negara dan pemerintahan.

Model perencanaan pembangunan tersebut idealnya tidak hanya dilakukan pada

level nasional, melainkan juga pada level provinsi, kabupaten dan kota, bahkan juga desa,

sehingga manfaat perencanaan pembangunan dapat diperoleh dari setiap lapisan

pemerintahan.

B. Musyawarah Dan Demokrasi

Musyawarah dan demokrasi memiliki kaitan yang sangat erat. Demokrasi yang

mencitakan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, membutuhkan

mekanisme dalam menjalankannya. Salah satu mekanisme dalam berdemokrasi adalah

dengan cara musyawarah untuk mufakat. Demokrasi permusyawaratan tersebut lebih

dekat dengan demokrasi konsensus dibandingkan dengan demokrasi liberal yang lebih

mengedepankan mekanisme voting atau pemilu. Dalam demokrasi konsensus, akan

diusahakan seluruh kepentingan ditampung dan diberikan tempat, sehingga tidak ada

15 Bagir Manan, Mewujudkan Masyarakat Madani Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Makalah,

2016, hlm. 2.

Page 12: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

8

yang menang secara mutlak, melainkan harus dapat saling memberi dan saling menerima.

Hal berbeda dengan voting dan pemilu yang hanya mengedepankan suara mayoritas

sehingga akan selalu ada pihak yang menang dan pihak yang kalah. Disinilah peranan

musyawarah dalam demokrasi menjadi penting, apalagi dikaitkan dengan konteks

demokrasi Pancasila di Indonesia.

Sri Soemantri merumuskan Demokrasi + Pancasila sebagai kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan yang

mengandung semangat Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,

persatuan Indonesia dan keadilan sosial.16 Dari sini, Sri Soemantri membedakan

demokrasi + Pancasila dengan demokrasi-demokrasi yang lain, secara fundamentil

perbedaan itu terletak pada predikat Pancasila-nya.17

Sebagai ulasan yang lebih dalam berkaitan dengan Demokrasi Pancasila, maka

patut melihatnya dari aspek historis yakni demokrasi asli yang telah mengakar kuat dalam

tradisi berbagai macam suku bangsa di Indonesia. Moh. Hatta18, menulis Demokrasi Asli

Indonesia Dan Kedaulatan Rakyat, tahun 1933, yang dapat menjadi petunjuk demokrasi

asli Indonesia.

Bagi Hatta, nilai-nilai kedaulatan rakyat, termasuk kekuasaan di tangan rakyat,

sudah ada dalam masyarakat tua Indonesia. Jauh sebelum kedatangan kolonialisme,

bangsa Indonesia sudah mengenal satu jenis demokrasi, yakni demokrasi desa. Kenapa

disebut demokrasi desa? Ya, karena demokrasi itu hanya hadir dalam pemerintahan di

desa-desa.19

Ada tiga ciri pokok demokrasi asli alias demokrasi desa itu antara lain:20

Pertama, adanya cita-cita rapat. Cita-cita rapat ini sudah hidup di dalam

sanubari Rakyat Indonesia, dari jaman dahulu hingga sekarang. Rapat berarti

tempat rakyat banyak atau utusan rakyat untuk bermusyawarah atau mupakat

atas berbagai persoalan yang menyangkut orang banyak. Sistem rapat itu

16 Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Bandung: Alumni, 1981

(cetakan pertama 1968), hlm. 5. 17 Ibid. 18 Kusno, Bung Hatta Dan Konsep Demokrasi Asli Indonesia, dalam

http://www.berdikarionline.com/bung-hatta-dan-konsep-demokrasi-asli-indonesia/#ixzz4Ffd4xBvv

diakses 17 Juli 2018 pkl. 20.00 WIB. 19 Ibid, Hatta juga mengatakan bahwa selain pemerintahan desa yang demokratis, namun ada juga

feodalisme yang dijalankan oleh kerajaan-kerajaan. Karena itu, Hatta mengingatkan, lantaran sistem

demokrasi desa ini dijepit oleh kekuasaan feodal, maka tidak dapat berkembang maju dan bahkan menjadi

semakin pincang. “Jadinya, di dalam pergaulan (sistem sosial) masyarakat Indonesia yang asli, demokrasi

itu hanya di terdapat di bawah. Sedangkan di atasnya semata-mata pemerintahan otokrasi,” kata Bung

Hatta. 20 Ibid.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

9

dapat kita temui dalam sistem sosial di desa-desa di Jawa, Bugis,

Minangkabau, dan lain-lain. Bahkan, di jaman dahulu, sistem pemerintahan

desa juga mengenal sistem pengadilan sendiri, yakni pengadilan kolektif.

Kedua, adanya cita-cita massa protes, yaitu hak rakyat untuk membantah

dengan cara umum (terbuka) segala peraturan negeri yang dianggap tidak

adil. Hak menyelenggarakan protes ini sudah hidup di tengah rakyat

Indonesia sejak lama. Di jaman Majapahit, misalnya, ada tradisi pepe atau

berjemur beramai-ramai untuk menyampaikan aspirasi kepada penguasa.

Kegiatan protes tidak hanya dilakukan secara berkelompok, tetapi juga

secara perorangan. Tempat untuk menggelar aksi protes pun sudah disiapkan

secara khusus. Biasanya tempat aksi protes, yang sering disebut “tapa-

pepe”, sering dilakukan di alun-alun keraton. Di masyarakat Bugis, sistem

penyampaian protes malah sudah diatur resmi: Mannganro ri ade (hak

menyampaikan petisi); Mapputane (hak menyampaikan keberatan dan

melakukan negosiasi dengan raja); Mallimpo-ade’ (hak melakukan aksi

pendudukan); Mabbarata (hak menggelar rapat akbar di alun-alun/Barugae);

Mallekke’ dapureng (hak meminta suaka politik ke negeri lain).

Ketiga, cita-cita tolong-menolong dan kolektivisme. Kata Bung Hatta,

masyarakat Indonesia sangat berpegang teguh pada semangat tolong-

menolong dan gotong-royong. Pekerjaan-pekerjaan besar, seperti

membangun rumah atau turun ke sawah, biasanya dikerjakan secara

bersama-sama (gotong-royong). Tradisi gotong-royong dan tolong-

menolong ini nyaris kita temua dalam semua masyarakat Indonesia.

Menarik mencermati ciri-ciri Demokrasi Desa sebagai akar dari demokrasi asli

Indonesia, yang menunjukkan adanya demokrasi konsensus sebagai alternatif pilihan dari

demokrasi liberal. Baik itu rapat, protes, dan cita-cita tolong menolong merupakan sebuah

tradisi yang semestinya tetap dibudayakan bagi masyarakat desa. Termasuk juga

didalamnya dalam perencanaan pembangunan desa yang berkelanjutan.

C. Derajat Partisipasi

Definisi partisipasi sendiri berasal dari bahasa Inggris yakni participate. Kata

tersebut memiliki dua pengertian. Pertama, memiliki sejumlah atribut, benda atau kualitas

dari seseorang. Kedua, mengambil bagian dalam suatu kegiatan atau membagi sesuatu

dalam kebersamaan. Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan maupun

keterlibatan masyarakat dalam segala hal baik dalam pembangunan maupun semacamnya

yang berkaitan dengan tujuan pemerintah dalam mewujudkan tujuan negara. Masyarakat

berperan secara aktif untuk memberikan kontribusi demi perbaikan kualitas pelayanan

pemerintah, terlebih lagi untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan tujuan negara

seutuhnya. Canter (dalam Arimbi, 1993:1) mendefinisikan partisipasi publik sebagai

feed-forward information dan feedback information. Definisi partisipasi masyarakat

Page 14: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

10

diartikan sebagai proses komunikasi dua arah yang terus menerus dapat diartikan bahwa

partisipasi masyarakat merupakan komunikasi antara pihak pemerintah sebagai

pemegang kebijakan dan masyarakat di pihak lain sebagai pihak yang merasakan

langsung dampak dari kebijakan tersebut.

Untuk dapat mengukur tingkat partisipasi masyarakat, dapat digunakan teori yang

dikemukakan oleh Arnstein yang menyebut teorinya dengan judul The Ladder of Citizen

Participation (Tangga Partisipasi Publik) atau populer dengan The Arnstein’s Ladder

(Tangga Arnstein).21 Ada delapan anak tangga yang mengurut dari bawah ke atas sebagai

bentuk partisipasi, yaitu Manipulation (Memanipulasi), Therapy (Memulihkan),

Informing (Menginformasikan), Consultation (Merundingkan), Placation

(Mendiamkan), Partnership (Bekerjasama), Delegated Power (Pendelegasian

Wewenang) dan Citizen Control (Publik Mengontrol).

21 Sherry R Arnstein, A Ladder of Citizen Participation, Journal of the American Institute of Planners, Vol.

35 No. 4, 1969, hlm. 216-224.

Page 15: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

11

Arnstein mengelompokkan delapan anak tangga tadi menjadi tiga bagian. Bagian

kesatu, Nonparticipation (Tidak Ada Partisipasi) berjenjang dari Manipulation dan

Therapy. Pada bagian ini, otoritas yang berkuasa sengaja menghapus segala bentuk

partisipasi publik. Di level Manipulation, mereka memilih dan mendidik sejumlah orang

sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika mereka mengajukan berbagai program, maka

para wakil publik tadi harus selalu menyetujuinya. Sedangkan publik sama sekali tidak

diberitahu tentang hal tersebut. Pada level Therapy, mereka sedikit memberitahu kepada

publik tentang beberapa programnya yang sudah disetujui oleh wakil publik. Publik

hanya bisa mendengarkan.

Bagian kedua, Tokenism (Delusif) yang memiliki rentang dari Informing,

Consultation dan Placation. Dalam Tokenism, otoritas yang berkuasa menciptakan citra,

tidak lagi menghalangi partisipasi publik. Kenyataannya berbeda. Benar partisipasi

Page 16: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

12

publik dibiarkan, namun mereka mengabaikannya. Mereka tetap mengeksekusi

rencananya semula. Ketika berada di level Informing, mereka menginformasikan macam-

macam program yang akan dan sudah dilaksanakan. Namun hanya dikomunikasikan

searah, publik belum dapat melakukan komunikasi umpan-balik secara langsung. Untuk

level Consultation, mereka berdiskusi dengan banyak elemen publik tentang pelbagai

agenda. Semua saran dan kritik didengarkan. Tetapi mereka yang kuasa memutuskan,

apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada level Placation, mereka

berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik. Lamun janji tinggal janji,

mereka diam-diam menjalankan rencananya semula.

Partnership, Delegated Power dan Citizen Control merupakan jajaran tingkatan

di bagian ketiga, Citizen Power (Publik Berdaya). Saat partisipasi publik telah mencapai

Citizen Power, maka otoritas yang berkuasa sedang benar-benar mendahulukan peran

serta publik dalam berbagai hal. Saat tiba di level Partnership, mereka memperlakukan

publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan

mengimplementasi aneka kebijakan publik. Naik ke level Delegated Power, mereka

mendelegasikan beberapa kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto

dalam proses pengambilan keputusan. Level tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang

lebih mendominasi ketimbang mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja

mereka. Partisipasi publik yang ideal tercipta di level ini.

D. Design Thinking Dalam Pemecahan Masalah

Design Thinking adalah salah satu metode baru dalam melakukan proses desain.

Design Thinking merupakan metode penyelesaian masalah yang berfokus pada pengguna

atau user. Design Thinking sendiri dipopulerkan oleh David Kelley dan Tim Brown

pendiri IDEO – sebuah konsultan desain yang berlatar belakang desain produk berbasis

inovasi.22

Design thinking memiliki beberapa elemen penting yaitu :

1. People centered: dalam metode ini, perlu ditekankan bahwa setiap tindakan yang

dilakukan berpusat pad apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pengguna.

2. Highly creative: dalam menggunakan metode ini, dapat digunakan kreativitas

sebebasnya, tidak perlu aturan yang terlalu kaku dan baku.

22 Brown, T. (2008). Design Thinking. Havard Business Review,

Page 17: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

13

3. Hands on: proses desain memerlukan percobaan langsung oleh tim desain, bukan

hanya pembuatan teori atau sebuah gambaran di kertas

4. Iterative: proses desain merupakan sebuah proses dengan tahapan-tahapan yang

dilakukan berulang-ulang untuk melakukan improvisasi dan menghasilkan sebuah

produk atau aplikasi yang baik

Dalam membuat sebuah produk atau aplikasi dengan metode design thinking,

maka akan dilakukan beberapa tahapan berikut secara berulang sebanyak yg dibutuhkan

untuk menghasilkan produk yang sesuai, diantaranya:

1. Empathize

Ketika sudah mengetahui user atau pengguna yang akan dituju, maka seorang

desainer perlu mengetahui pengalaman, emosi, dan situasi dari si pengguna. Mencoba

menempatkan diri sebagai pengguna sehingga dapat benar-benar memahami kebutuhan

pengguna. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi kehidupan

pengguna, dan cara lainnya.

2. Define

Page 18: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

14

Setelah desainer mengerti kebutuhan pengguna, maka desainer perlu

menggambarkan sebuah ide atau pandangan user yang akan menjadi dasar dari produk

atau aplikasi yang akan dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat list kebutuhan

user dan menggunakan pengetahuan mengenai kondisi yang sedang terjadi.

3. Ideate

Dengan kebutuhan yang ada, maka desainer perlu menggambarkan solusi yang

dibuthkan. Hal ini dapat dilakukan melakukan evaluasi bersama tim desain dengan

menggabungkan kreativitas dari masing-masing desainer.

4. Prototype

Ide yang sudah ada sebelumnya maka perlu langsung diimplementasikan dalam

sebuah aplikasi atau produk uji coba. Perlu dihasilkan sebuah produk nyata dan

kemungkinan skenario penggunaan.

5. Test

Dari produk atau aplikasi uji coba yang sudah dibuat, maka akan dilakukan sebuah

percobaan dengan pengguna. Dari pengalaman pengguna dalam menggunakan produk uji

coba, maka akan didapatkan masukkan untuk membuat produk yang lebih baik dan

melakukan perbaikan pada produk yang ada.

Page 19: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

15

BAB III

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalahan kurang optimalnya musyawarah desa dalam perencanaan

pembangunan desa akan dilakukan pemecahan masalah dengan memberikan penyadaran

dan sosialisasi mengenai urgensi optimalisasi musyawarah desa sebagai bentuk

demokrasi konsensus desa yang sebenarnya sudah mengakar dan menjadi ciri demokrasi

asli Indonesia. Selain penyadaran dan sosialisasi dilakukan juga pemberian

model/prototype meningkatkan partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa dengan

model design thinking.

B. Realisasi Pemecahan Masalah

Realiasi pemecahan masalah akan dilakukan dalam bentuk kuliah umum

(ceramah) dan focus group disscussion (FGD) membahas permasalahan dan memberikan

model partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa.

C. Khalayak Sasaran

Kegiatan PPM dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak dengan total 20 orang

diantaranya:

1) Kepala Desa dan jajaran pengurus Desa Linggawangi.

2) Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Linggawangi.

3) Perwakilan masyarakat yang tidak tergabung sebagai Anggota BPD

Linggawangi.

D. Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)

1) kuliah (ceramah umum).

2) penyebaran kuesioner sebelum dan sesudah PPM mengenai kondisi dan harapan

yang diinginkan berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam Musyawarah

Desa untuk Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan.

3) pelatihan penggunaan “Design Thinking” mengenai partisipasi masyarakat dalam

Musyawarah Desa untuk Perencanaan Pembangunan Berkelanjutan.

Page 20: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

16

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN PPM

Kegiatan PPM terbagi dalam 3 kelompok besar, yakni penentuan lokasi,

pelaksanaan PPM, hasil yang diperoleh dan evaluasi pelaksanaan PPM.

A. Penentuan Lokasi PPM

Berkaitan dengan penentuan lokasi, desa yang dipilih menjadi tempat lokasi

PPM, yaitu Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Singaparna, Kabupaten

Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Alasan dipilihnya Desa Linggawangi adalah karena

desa tersebut merupakan desa yang masih cukup asri dengan lahan pertanian yang cukup

luas dan subur serta hampir tidak pernah mengalami kekeringan, sehingga menjadi salah

satu desa yang menarik untuk didatangi. Bahkan program Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa

(KKNM) yang dilakukan oleh Unpad pada tahun-tahun sebelumnya hampir selalu

menjadikan Desa Linggawangi sebagai desa tujuan. Hal lain yang menjadi alasan

pemilihan Desa Linggawangi adalah adanya faktor mulai berkurangnya minat masyarakat

desa untuk melakukan musyawarah secara mendalam dan partisipatif, khususnya dalam

proses perencanaan pembangunan Desa. Karena itu, Desa Linggawangi merupakan

obyek PPM yang cukup tepat dalam rangka memberikan upaya optimalisasi musyawarah

desa dalam perencanaan pembangunan desa. Selain itu, salah satu anggota PPM, yaitu

Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.Hum. berasal dari desa tersebut, sehingga sebagai bentuk

“nya’ah ka lembur”, PPM ini dilakukan di desa tersebut. Sebagai tindak lanjut kegiatan

pemilihan lokasi ini, diperoleh data umum Desa Linggawangi, diantaranya:

Page 21: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

17

a. Peta Desa Linggawangi

b. Profil Desa Linggawangi

Desa Linggawangi adalah salah satu desa di kecamatan Leuwisari,

kabupaten Tasikmalaya. Luas wilayah desa Linggawangi adalah 900 Ha,

dengan jumlah penduduk sebanyak 4608 jiwa, terdiri dari laki-laki: 2242

jiwa dan perempuan: 2366 jiwa. Desa Linggawangi terdiri 4 Dusun, yang

terbagi ke dalam 22 RT dan 1247 KK, yang terdiri dari 420 rumah tangga

miskin.

Secara geografis, batas-batas administratif Pemerintah Desa Linggawangi,

kecamatan Leuwisari, kabupaten Tasikmalaya adalah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Garut

Selatan : Desa Selawangi, Kecamatan Sariwangi

Barat : Desa Sariwangi, Kecamatan Sariwangi

Page 22: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

18

Timur : Desa Linggamulya

Dilihat dari topografi dan kontur, desa Linggawangi berada di ketinggian

sekitar 500 – 700 m dari permukaan laut. dengan suhu rata-rata 27° C.

Iklim desa Linggawangi termasuk iklim tropis, dengan tingkat curah hujan

dan jumlah bulan hujan yang cukup tinggi.

Tabel 1. Gambaran Iklim Desa Linggawangi

Curah hujan 1500 – 1800 mm

Jumlah bulan hujan 8 – 10 bulan

Suhu rata-rata harian 27 – 29°C

Tinggi tempat dari permukaan

laut 500 – 700 mdl

Jarak dari desa Linggawangi ke ibukota kecamatan sekitar 5 km dengan

estimasi waktu tempuh sekitar 20 menit, sedangkan jarak dari desa ke

ibukota kabupaten Tasikmalaya sekitar 27 km dengan estimasi waktu

tempuh sekitar 60 menit.

c. Tata Pemerintahan Desa Linggawangi

Visi: Berdasarkan kondisi saat ini dan tantangan yang akan dihadapi dalam

5 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang

dimiliki, maka Visi Pembangunan Desa Linggawangi adalah “SEHAT,

UNGGUL, GEMBIRA DAN MANDIRI”. Visi tersebut dapat diringkas

menjadi “SUGEMA”, yang dapat diartikan Desa yang masyarakatnya

sehat, unggul berprestasi, selalu bergembira dan kemandirian/ tidak

tergantung pada orang lain.

Misi:

Mewujudkan kwalitas manajeman Pemerintahan Desa yang semakin

maju

Mewujudkan kwalitas SDM Masyarakat yang unggul dan berakhlak

mulia dijiwai keimanan dan ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha

Esa

Mewujudkan perekonomian desa yang tangguh yang bertumpu pada

potensi Sumber Daya Desa scara berkelanjutan

Mewujudkan tata kelola lingkungan yang semakin baik.

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Kepala Desa : Alam Sungkawa

Sekretaris Desa : Liah Yulianti

Kaur Pemerintahan : Abdul Hadi

Kaur Umum : Trisna Luthfi Mustakim

Kaur Ekonomi-Pembangunan: Eep Muhamad Lutfi

Kaur Kesejahteraan Rakyat : Ihak AbdulHak

Pamong Tani Desa : E. Muchtarudin

Polisi Desa : Ending Abdul Aziz

Ulu-ulu : Lili

Kadus Bolodog : Ahmad

Page 23: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

19

Kadus Kalieung : Lani

Kadus Sindangraja : Abdul Wahid

Kadus Parigi : Usup Obet

Badan Permusyawaratan Desa Ketua : Cucu Rukandana, M.Pd

Wakil Ketua : Sihabudin, S.Pd

Sekretaris : Asep Abdul Majid, S.Pd.I

Bid. Pemerintahan : Nunuh Nurahmat, M.Pd

Bid. Pembangunan : Nurul Huda, S.Pd.I

Bid. Kemasyarakatan : 1. Hari Rahman, A.Ma.Pd

2. Syarif Hidayatulloh

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Ketua : Nunung Suherman

Wakil Ketua : Drs. Ma’mun

Sekretaris : Didin Nasihudin, S.T.

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga Ketua : Ny. Ade Papat

Wakil Ketua : Ny. Dede Rosita

Sekretaris : Ny. Liah Yulianti

Bendahara : Ny. Ipah Syaripah

B. Pelaksanaan PPM

Setelah melakukan tahap pertama untuk pemilihan lokasi PPM dengan melakukan

riset terhadap profil umum Desa Linggawangi, selanjutnya pada Hari Sabtu, 3 November

2018, dilaksanakan tahap pelaksanaan PPM. Tahap pelaksanaan PPM ini dilakukan oleh:

1. Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.Hum.; dan

2. Mei Susanto, S.H., M.H.

Selain itu, terlibat juga saudara M. Adnan Yazar Zulfikar S.H., selaku peneliti

pada Pusat Studi Kebijakan Negara (PSKN) Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran.

Adapun Dr. Indra Perwira, S.H., M.H., berhalangan hadir, dikarenakan pada tanggal 3

November 2018 tersebut, harus memimpin sidang hasil penelitian (SHP) Program S-3

Ilmu Hukum Universitas Padjadjaran. Sementara, Mohaman Safrin, S.H., juga masih

berhalangan dikarenakan masih berada di Palu, untuk melihat kondisi keluarganya yang

terkena korban Bencana Gempa dan Tsunami Palu pada awal Oktober 2018 lalu.

Selain itu, hadir juga 6 mahasiswa yang terlibat dalam program Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Integratif, diantaranya:

No Nama Program Studi

1. Nabilla Salsa Amalya Agroteknologi

2. Dhia Rhasadjati Agroteknologi

Page 24: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

20

3. Hotnauli Odelia Agribisnis

4. Firman Nurzaman Antropologi

5. Yusi Rinika Kurnia Nur Administrasi Bisnis

6. Amanda Rizkia Noorfaidah Manajemen Komunikasi

Pada tahap pelaksanaan PPM ini, dilakukan 3 kegiatan utama, yaitu pemberian

kuesioner, pemberian ceramah/kuliah umum, dan pemberian alternatif model penggunaan

“design thinking” dalam optimalisasi musyawarah desa. Adapun susunan acara dalam

kegiatan PPM ini adalah:

Waktu Acara Penanggungjawab

09.00 – 09.10 Pengisian Kuesioner Sebelum

Kegiatan

Tim Dosen dan

Mahasiswa

09.10 – 09.13 Pembukaan MC (Yusi)

09.13 – 09.17 Menyanyikan Lagu Indonesia Raya MC (Yusi)

09.17 – 09.20 Pembacaan Ayat Suci Al Quran MUI Desa Linggawangi

09.20 – 09.25 Sambutan Dari Ketua Rombongan

PPM

Dr. Ali Abdurahman

09.25 – 09.35 Sambutan Dari Kepala Desa

Linggawangi

Alam Sungkawa

09.35 – 09.50 Sambutan Dari Camat Kecamatan

Leuwisari

Nuraedin

09.50 – 10.10 Materi “Optimalisasi Musyawarah

Desa Dalam Perencanaan

Pembangunan Desa Berkelanjutan”

Dr. Ali Abdurahman

10.10 – 10.45 Tanya Jawab Dr. Ali Abdurahman

10.45 – 10.55 Pengantar FGD “Model Design

Thinking Untuk Optimalisasi

Musyawarah Desa”

Mei Susanto, S.H.,

M.H.

10.55 – 11.50 Focus Group Discussion (FGD)

Penerapan Model Design Thinking

Untuk Optimalisasi Musyawarah

Desa

Mei Susanto, S.H.,

M.H., M. Adnan Yazar

Zulfikar S.H., dan Tim

Mahasiswa

11.50 – 12.00 Pengisian Kuesioner Setelah

Kegiatan

Tim Dosen dan

Mahasiswa

12.00 – 12.10 Penutupan, Ucapan Terimakasih dan

Foto Bersama

MC (Yusi)

Page 25: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

21

Foto-Foto Kegiatan

1. Pembukaan.

2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya.

Page 26: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

22

3. Pembacaan Ayat Suci Alquran, oleh MUI Desa Linggawangi

4. Sambutan Ketua Rombongan PPM, Dr. Ali Abdurahman, S.H., M.Hum.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

23

5. Sambutan Kepala Desa Linggawangi, Alam Sungkawa.

6. Sambutan Camat, Kecamatan Leuwisari, Nuraedin.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

24

7. Materi “Optimalisasi Musyawarah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan

Desa Berkelanjutan”, oleh Dr. Ali Abdurahman.

8. Pengantar FGD “Model Design Thinking Untuk Optimalisasi Musyawarah

Desa”, oleh Mei Susanto.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

25

9. Focus Group Discussion (FGD) Penerapan Model Design Thinking Untuk

Optimalisasi Musyawarah Desa, dipandu oleh Mei Susanto dan M. Adnan Yazar

Z.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

26

10. Penutupan dan Foto Bersama

Page 31: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

27

Materi Yang Disampaikan Oleh Dr. Ali Abdurahaman

Page 32: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

28

Page 33: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

29

Page 34: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

30

Page 35: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

31

Page 36: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

32

Materi Pengantar FGD Yang Disampaikan Mei Susanto, S.H., M.H.

Page 37: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

33

Page 38: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

34

Page 39: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

35

Page 40: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

36

Page 41: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

37

Page 42: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

38

Page 43: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

39

Page 44: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

40

Page 45: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

41

Page 46: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

42

Page 47: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

43

Page 48: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

44

C. Hasil Yang Diperoleh

Selama proses pelaksanaan PPM, ada beberapa hasil yang diperoleh, diantaranya:

1. Masyarakat sebenarnya cukup antusias berkaitan dengan topik yang

dibahas, mengingat cukup jarang kegiatan PPM maupun KKN yang

dilakukan oleh mahasiswa yang fokus pada persoalan mendasar yakni

berkaitan dengan partisipasi masyarakat khususnya dalam musyawarah

desa untuk pembangunan berkelanjutan. Namun demikian, peserta merasa

kegiatan tersebut masih terlalu singkat, sehingga belum mampu diserap

secara lebih optimal. Jika dibandingkan dengan PPM maupun KKN lain

umumnya bertemakan persoalan yang lebih kongkret misalnya

perekonomian, UMKM, pertanian, kesehatan dan lain-lain. Ada beberapa

persoalan sosial yang mengemuka, diantaranya:

a. Desa melalui Pemerintahan Desa saat ini dapat menjalankan

aktivitas pelayanan masyarakat secara lebih baik dengan adanya

Dana Desa dari Pemerintah yang berjumlah tiap tahunnya Rp. 1

Milyar. Namun demikian, hal tersebut mengakibatkan karakter

masyarakat desa yang sebenarnya bercirikan gotong royong mulai

Page 49: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

45

tergerus diakibatkan dana desa tersebut. Dalam beberapa kegiatan

mendadak yang tidak direncanakan, masyarakat enggan

melakukan iuran karena menganggap semua sudah dicukupi

dengan dana desa. Dengan demikian, dana desa disatu sisi

meningkatkan profesionalitas pelayanan namun disisi lain

menggerus nilai gotong royong masyarakat. Data ini menunjukkan

desa sangat mungkin memiliki ketergantungan terhadap Dana

Desa tersebut. Akibatnya, suatu saat ketergantungan yang akan

terjadi, bukan kemandirian yang diharapkan dapat dilakukan oleh

desa, sebagaiman desa semenjak sebelum kemerdekaan ada

sebagai entitas pemerintahan asli Indonesia. Hal tersebut harus

mulai diselesaikan khususnya dengan pengintegrasian Badan

Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai ujung tombak pencarian

pendanaan bagi desa sehingga desa dapat lebih mandiri, bukan

menjadi bergantung.

b. Peraturan perundang-undangan pelaksanaan UU No. 6 Tahun

2014 tentang Desa cukup sering berubah, sehingga aparat

pemerintahan desa belum mampu secara optimal menjalankan

tugas dan fungsinya karena perubahan regulasi tersebut. Belum

lagi proses pendidikan dan pelatihan masih kurang, sementara

regulasi tersebut sudah harus dilaksanakan. Pendamping desa

sebenarnya ada, namun juga masih terbatas dan belum optimal.

Akibatnya, SDM pemerintahan desa kurang mampu melaksanakan

tugas pelayanan secara optimal. Hal ini menunjukkan seharusnya

ada konsistensi regulasi dan pentingnya pendidikan dan pelatihan

bagi aparat desa. Termasuk didalamnya proses pengembangan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dijadikan ujung tombak

pencarian pendanaan bagi desa.

2. Berkaitan dengan konteks optimalisasi musyawarah desa sesuai dengan

topik PPM yang dipilih, maka terdapat data yang dapat diperoleh sebagai

berikut:

Page 50: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

46

Adapun tolak ukur “partisipasi masyarakat” yang akan dilakukan yaitu dengan

menggunakan pendekatan derajat partisipasi ( Arstein, 1969), diantaranya:

Indikator Partisipiasi Setuju Tidak

Setuju Lainnya Keterangan

Dalam pelaksanaan program dan pengambilan

keputusan, tidak ada musyawarah dan dialog

dengan masyarakat

6,67% 80% 13,33% Manipulasi

Pemerintah sudah menentukan program,

keputusan, dan rancangan kegiatan dan hanya

sedikit yang disampaikan kepada masyarakat serta

tidak ada dialog untuk menanggapi

20% 80% - Terapi

Pemerintah menginformasikan macam-macam

program yang akan dan sudah dilaksanakan, tetapi

masyarakat belum dapat melakukan dialog untuk

menanggapi

13,33% 73,34% 13,33% Informasi

Masyarakat diperbolehkan memberikan usulan

dan kritik, walaupun tidak dijamin untuk diterima

karena yang memutuskan tetap pemerintah

33,33% 66,67% - Konsultasi

Semua usulan dan kritik dari masyarakat diterima,

namun usulan tersebut tetap dinilai kelayakannya

oleh pemerintah yang akhirnya pemerintah diam-

diam menjalankan rencananya yang semula

20% 66,67% 13,33% Penentraman

Masyarakat dan pemerintah secara bersama-sama

merancang dan melaksanakan kegiatan dalam

pembangunan desa

100% - - Kemitraan

Pemerintah memberikan tanggung jawab penuh

kepada masyarakat yaitu memberikan kewenangan

dalam merancang, melaksanakan, monitoring dan

evaluasi kegiatan pembangunan desa

93,34% 6,66% - Pendelegasian

kekuasaan

Masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai

kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang

disepakati bersama. Peran masyarakat lebih besar

dibandingkan peran pemerintah

66,67% 33,33% - Kendali Warga

Sumber data : Data primer

Teknik Pengumpulan data : Survey melalui penyebaran kuesioner

Teknik analisis data : Uji Non parametrik, chi square

Hasil dan Pembahasan

Faktor Internal dan

Eksternal Chi Square X2

Page 51: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

47

Usia 0,1384 9,48

Tingkat Pendidikan 0,5088 9,48

Pekerjaan 2,9788 18,307

Penghasilan 3,2489 15,507

Lama tinggal 1,2893 9,48

Komunikasi 2,4902 9,48

Kepemimpinan 0,0961 9,48

a. Usia

Ho : Tidak ada hubungan variabel usia dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa Linggawangi

Ha : Ada ada hubungan variabel usia dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa Linggawangi

Pengujian :

Ha ditolak karena X2hitung > X2tabel

Ini berarti Tidak ada hubungan variabel usia dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa

Linggawangi

0

5

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarkat Menurut Usia

<40 40-50 >50

Usia

Tingkat Partisipasi Total

Responden Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

<40 2 2,3 5 4,7 0 0 7 7

40-50 1 1 2 2 0 0 3 3

>50 2 1,7 3 3,3 0 0 5 5

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

Page 52: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

48

b. Tingkat Pendidikan

Ha ditolak. Tidak ada hubungan variabel pendidikan dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa

Linggawangi

Tingkat

Pendidikan

Terkahir

Tingkat Partisipasi Total

Responden Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

Tidak

Sekolah 0 0,3 1 0,7 0 0 1 1

Tamat

SLTA 2 1,7 3 3,3 0 0 5 5

Tamat

SLTA

keatas 3 3 6 6 0 0 9 9

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

c. Pekerjaan

0

5

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarkat Menurut Pendidkan

Terakhir

Tidak Sekolah Tamat SLTA Tamat SLTA keatas

Page 53: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

49

Pekerjaan

Tingkat Partisipasi Total responden

Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

PNS 0 0 0 0 0 0 0 0

Pegawai

Swasta 3 2,7 5 5,3 0 0 8 8

Buruh 2 1 1 2 0 0 3 3

Polri 0 0 0 0 0 0 0 0

Petani 0 0,3 1 0,7 0 0 1 1

Lainnya 0 1 3 2 0 0 3 3

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

d. Penghasilan

Ha ditolak, Tidak ada hubungan variabel penghasilan dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa

Linggawangi

0

2

4

6

8

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarkat Menurut Pekerjaan

Pegawai Swasta Buruh Polri Petani Lainnya

Page 54: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

50

Penghasila

n

Tingkat Partisipasi Total responden

Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

< Rp

1.000.000 3 2,7 5 5,3 0 0 8 8

Rp

1.000.000 -

Rp

1.500.000 1 1,7 4 3,3 0 0 5 5

Rp

1.500.001 -

Rp

2.500.000 0 0,3 1 0,7 0 0 1 1

Rp

2.500.001 -

Rp

5.000.000 1 0,3 0 0,7 0 0 1 1

> Rp

5.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

e. Lama tinggal

Ha ditolak, Tidak ada hubungan variabel lama tinggal dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa

Linggawangi

0

5

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarkat Menurut

Penghasilan

< Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 - Rp 1.500.000

Rp 1.500.001 - Rp 2.500.000 Rp 2.500.001 - Rp 5.000.000

> Rp 5.000.000

Page 55: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

51

Lama

Tinggal

Tingkat Partisipasi Total Responden

Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

<20 Tahun 1 1,3 3 2,7 0 0 4 4

21 - 40

tahun 3 2 3 4 0 0 6 6

> 40 tahun 1 1,7 4 3,3 0 0 5 5

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

f. Komunikasi

Ha ditolak, Tidak ada hubungan variabel komunikasi dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di Desa

Linggawangi

0

2

4

6

8

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarakat Menurut Lama Tinggal

<20 Tahun 21 - 40 tahun > 40 tahun

0

2

4

6

8

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarakat Menurut Tingkat Komunikasi

Tidak Pernah Jarang Sering

Page 56: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

52

Tingkat

Komunikasi

Tingkat Partisipasi Total Responden

Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

Tidak

Pernah 1 0,3 0 0,7 0 0 1 1

Jarang 0 0 0 0 0 0 0 0

Sering 4 4,7 10 9,3 0 0 14 14

Total 5 5 10 10 0 0 15 15

g. Kepemimpinan

Ha ditolak, Tidak ada hubungan variabel kepemimpinan dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat di

Desa Linggawangi

Tingkat

Kepemimpinan

Tingkat Partisipasi Total Responden

Rendah Sedang Tinggi

Fo Fe Fo Fe Fo Fe Fo Fe

Tertutup 0 0 0 0 0 0 0 0

Terbuka 5 5,2 8 7,8 0 0 13 13

Tidak Tahu 1 0,8 1 1,2 0 0 2 2

Total 6 6 9 9 0 0 15 15

0

2

4

6

8

10

Rendah Sedang Tinggi

Keaktifan Berpartisipasi Masyarakat Menurut Tingkat Kepemimpinan

Tertutup Terbuka Tidak Tahu

Page 57: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

53

D. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan PPM.

Pelaksanaan PPM ini dapat dikatakan cukup berhasil dengan tolak ukur:

1. Pelaksanaan PPM dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelaksanaan dari

Unpad.

2. Pelaksanaan PPM tidak hanya oleh dosen melainkan juga melibatkan

mahasiswa yang sedang KKN sehingga terdapat integrasi dan kolaborasi

kegiatan, apalagi ada aspek pendekatan kuantitatif dalam proses

pengukuran tingkat partisipasi masyarakat yang dibantu oleh mahasiswa.

3. Sesuai dengan tema berkaitan dengan optimalisasi musyawarah desa,

maka peserta yang hadir tidak hanya berasal dari Badan Permusyawaratan

Desa (BPD) melainkan juga perwakilan masyarakat lain seperti Dusun,

RT, RW dan lain-lain. Tidak hanya Kepala Desa Linggawangi yang hadir,

melainkan Camat Kecamatan Leuwisari juga hadir, termasuk pendamping

desa dan perwakilan TNI.

4. Materi yang disampaikan berkaitan dengan musyawarah desa sebenarnya

sudah banyak diterapkan oleh masyarakat, mengingat karakter khas desa

adalah gotong royong dan musyawarah, namun demikian masyarakat

antusias karena mendapatkan perspektif baru berkaitan dengan tingkat

partisipasi sesuai dengan tangga partisipasi serta alternatif model design

thinking sebagai alternatif mengoptimalkan musyawarah desa yang

partisipatif tersebut.

Selain itu, beberapa hal yang perlu dievaluasi dan ditingkatkan diantaranya:

1. Ketidakhadiran 2 anggota PPM, karena alasan rasional dan dapat

dipertanggungjawabkan, namun demikian kedepan diperlukan pencarian

waktu yang lebih tepat sehingga seluruh anggota dapat hadir.

2. Pemilihan Mahasiswa yang KKN yang random dan acak membuat tidak

sinkronnya tema PPM dengan latar program studi mahasiswa tersebut.

Bahkan tidak ada mahasiswa Fakultas Hukum yang memang memiliki

basis keilmuan sesuai dengan tema PPM yang dilakukan. Walaupun

beberapa diantaranya dapat memberikan bantuan yang diperlukan

khususnya dalam mengukur derajat partisipasi masyarakat. Karena itu,

Page 58: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

54

seharusnya ada proses sinkronisasi mahasiswa yang KKN secara tepat,

tidak berdasarkan random dan acak tersebut.

3. Kegiatan pelaksanaan PPM masih terlalu singkat yaitu setengah hari,

sehingga dirasa ilmu yang diberikan belum dapat diterima secara optimal.

Kedepan mungkin diperlukan waktu yang lebih lama, bila perlu semacam

bimbingan teknis dalam memberikan alternatif optimalisasi musyawarah

desa.

DAFTAR PUSTAKA

Atip Latipulhayat, Khazanah Mochtar Kusumaatmadja, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum,

Vol. 1 No. 3 Tahun 2014.

Brown, T. (2008). Design Thinking. Havard Business Review.

Bagir Manan, Mewujudkan Masyarakat Madani Dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia, Makalah, 2016.

Gilbert Rist, Development as a Buzzword, Development in Practice, Vol. 17 No. 4-5,

Agustus 2007.

Imam Subkhan, GBHN dan Perubahan Perencanaan Pembangunan di Indonesia, Jurnal

Aspirasi, Vol. 5 No. 2 Desember 2014.

Kusno, Bung Hatta Dan Konsep Demokrasi Asli Indonesia, dalam

http://www.berdikarionline.com/bung-hatta-dan-konsep-demokrasi-asli-

indonesia/#ixzz4Ffd4xBvv diakses 17 Juli 2018 pkl. 20.00 WIB.

Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangungan Nasional,

Kumpulan Karya Tulis, Bandung: Alumni, 2006.

Sherry R Arnstein, A Ladder of Citizen Participation, Journal of the American Institute

of Planners, Vol. 35 No. 4, 1969, hlm. 216-224.

Sri Soemantri, Tentang Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD 1945, Bandung:

Alumni, 1981.

Subir Kumar Roy, The Principle of Sustainable Development, Human Rights, and Good

Governance, Brawijawa Law Journal, Vol. 3 No. 2.

Susi Dwi Harijanti, Merumuskan Ulang Garis-Garis Besar Haluan Negara, Jurnal

Majelis, MPR RI, Edisi 4 Tahun 2016.

UN Declaration on The Right to Development 1986, dalam

http://www.un.org/documents/ga/res/41 /a41r128.htm, diakses 10 Agustus 2018.

Page 59: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

55

LAMPIRAN

1. BUKTI SUBMIT JURNAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

UNPAD

2. NASKAH ARTIKEL JURNAL

OPTIMALISASI MUSYAWARAH DESA LINGGAWANGI

KABUPATEN TASIKMALAYA DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DESA YANG BERKELANJUTAN

Ali Abdurahman, Indra Perwira, Mei Susanto, M. Adnan Yazar, dan Muhamad Syafrin

Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

Village deliberation is one of the main characteristics of village original democracy which shows

the side of mutual cooperation or collectivism of the village community. Linggawangi Village,

Tasikmalaya Regency is one example of a village where participation is quite good (at the level

of consultation and partnership). However, deliberation in village development planning for

sustainable village development began to be disrupted along with the existence of village funds

from the government, so that village community contributions as a form of mutual cooperation

began to be questioned and even disappeared, as well as the transition of community activities

Page 60: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

56

from agricultural communities to the home industry. Through community service, counseling was

carried out through lectures on the urgency to optimize the Linggawangi Village deliberation and

focus group discussion to find alternative models for optimizing village deliberation through the

design thinking approach. As a result, representatives of the Linggawangi Village community who

were present felt helped to be able to optimize village deliberation.

Keywords: village deliberation, participation, mutual cooperation, village development planning,

sustainable.

ABSTRAK

Musyawarah desa merupakan salah satu ciri pokok demokrasi asli desa yang menunjukkan sisi gotong

royong atau kolektivisme masyarakat desa. Desa Linggawangi Kabupaten Tasikmalaya adalah salah satu

contoh desa yang tingkat partisipasinya cukup baik (berada pada level konsultasi dan kemitraan). Namun,

musyawarah dalam perencanaan pembangunan desa guna pembangunan desa yang berkelanjutan mulai

terganggu seiring dengan adanya dana desa dari pemerintah, sehingga iuran masyarakat desa sebagai wujud

gotong royong mulai dipertanyakan bahkan menghilang, serta adanya peralihan kegiatan masyarakat dari

masyarakat agraris ke industri perumahan. Melalui pengabdian pada masyarakat, dilakukan penyuluhan

melalui ceramah mengenai urgensi melakukan optimalisasi musyawarah Desa Linggawangi serta focus

group discussion untuk mencari alternatif model optimalisasi musyawarah desa melalui pendekatan design

thinking. Hasilnya, perwakilan masyarakat Desa Linggawangi yang hadir merasa terbantu untuk dapat

mengoptimalkan musyawarah desa.

Kata kunci:musyawarah desa, partisipasi, gotong royong, perencanaan pembangunan desa, berkelanjutan.

PENDAHULUAN

Desa merupakan pemerintahan asli yang demokrastis dan telah dimiliki Indonesia

semenjak sebelum penjajahan Belanda (Hatta, 1939). Dalam tulisan yang berjudul Demokrasi

Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat, Hatta menyebut ada 3 ciri pokok demokrasi desa, yaitu

cita-cita rapat, cita-cita massa protes, dan cita-cita tolong menolong serta kolektvisme (Hatta,

1993). Ketiga ciri pokok tersebut saling bertalian satu sama lain, dimana dengan adanya rapat

tidak kemudian mengeliminasi protes sebagai bentuk kritik dalam alam demokrasi berdasarkan

konsensus bersama untuk dapat tolong menolong dalam berbagai persoalan yang menyangkut

orang banyak.

Paska kemerdekaan, posisi desa sebagai satuan pemerintahan terkecil dalam

ketatanegaraan Indonesia adalah cukup penting. Namun demikian, ciri demokrasi desa tersebut

mengalami pasang surut sebagai akibat penerapan desa yang sentralistis, khususnya pada Era

Orde Baru melalui UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Akibatnya, terjadi

penyeragaman model pemerintahan desa, sehingga nilai demokratisnya menjadi berkurang. Paska

reformasi dengan tuntutan desentralisasi, mulai ada upaya untuk memberikan otonomi dan ruang

kreativitas lebih kepada Desa baik melalui UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

maupun yang terbaru melalui UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang mengatur secara lebih

khusus dan spesifik berkaitan dengan pemerintahan desa.

Salah satu kegiatan pemerintahan desa adalah perencanaan pembangunan desa.

Perencanaan pembangunan desa adalah poses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat

secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka

mencapai tujuan pembangunan desa. Ada beberapa definisi operasional perencanaan

pembangunan desa yang berkaitan dengan ciri pokok demokrasi desa, yaitu pelibatan BPD dan

unsur masyarakat secara partisipatif. Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk mencermati

Page 61: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

57

bagaimana proses perencanaan pembangunan desa yang harus dilakukan secara bersama antara

Pemerintah Desa dengan BPD serta unsur masyarakat yang berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014

tentang Desa dilakukan dalam forum yang bernama Musyawarah Desa. Timbul pertanyaan,

apakah model musyawarah desa tersebut telah mampu mengembalikan ciri demokrasi desa.

Bahkan lebih jauh, apakah dengan adanya musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan

desa yang melibatkan seluruh elemen yang ada di desa, mampu menjadikannya menjadi

pembangunan yang berkelanjutan.

Persoalan-persoalan tersebut mengemuka terhadap implementasi dan praktik UU No. 6

Tahun 2014 tentang Desa. Sebagai upaya untuk melihat implementasi tersebut, maka dilakukan

pengabdian pada masyarakat (PKM) dengan mengambil contoh musyawarah desa yang dilakukan

di Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat. Desa tersebut

dipilih, karena selain masih asri berada di daerah kabupaten dengan kegiatan utama penduduk di

bidang pertanian, namun telah mengalami pergeseran kearah industrialisasi dalam bentuk adanya

kelompok-kelompok masyarakat yang melakukan berbagai macam kegiatan ekonomi rumahan

untuk dikirim ke luar daerah Tasikmalaya. Dengan demikian, desa ini dapat dianggap tepat untuk

melihat konteks musyawarah perencanaan pembangunan desa ditengah-tengah tuntutan

masyarakat desa yang mulai enggan bertani dan bergeser kearah kegiatan lain.

Program pengabdian pada masyarakat yang dilakukan di Desa Linggawangi tersebut

bertujuan untuk menggali kegiatan musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan desa,

apakah telah dilakukan secara partisipatif atau belum. Setelah itu, dilakukan penyuluhan dengan

masyarakat Desa Linggawangi untuk dapat meningkatkan pemahaman dan mengoptimalkan

musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan desa yang berkelanjutan. Selain itu diberikan

juga model design thinking sebagai salah satu sarana untuk dapat mengoptimalkan musyawarah

desa.

METODE

Metode yang dipergunakan dalam menyelesaikan persoalan “musyawarah desa dalam

perencanaan pembangunan desa yang berkelanjutan” dilakukan dengan dua tahap, pertama,

pengukuran tingkat partisipasi masyarakat Desa Linggawangi melalui pendekatan tangga

partisipasi, dan kedua, metode pendidikan masyarakat dalam bentuk penyuluhan yang bertujuan

meningkatkan pemahaman masyarakat Desa Linggawangi mengenai urgensi mengoptimalkan

musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan yang berkelanjutan dalam bentuk pemberian

materi melalui kuliah, dan pemberian materi melui focus group discussion untuk mencari

alternatif model pengoptimalan musyawarah desa melalui pendekatan design thinking.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tingkat Partisipasi Masyarakat Desa Linggawangi Dalam Musyawarah

Desa

Untuk dapat mengukur tingkat partispasi masyarakat Desa Linggawangi dalam

Musyawarah Desa, khususnya perencanaan pembangunan dilakukan pengukuran tangga

Page 62: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

58

partisipasi. Arnstein pada tahun 1969 menulis artikel berjudul A Ladder of Citizen Participation

(tangga partisipasi masyarakat) dalam Journal of the American Institute Panners. Arnstein

mengemukakan ada delapan anak tangga yang mengurut dari bawah ke atas sebagai bentuk

partisipasi, yaitu manipulasi (manipulasi), therapy (terapi), informing (pemberian informasi),

consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership (kemitraan), delegated power

(pendelegatian kekuasaan), dan citizen control (kontrol/kendali pulik).

8 Kontrol Publik

7 Pendelagasian Kekuasaan

6 Kemitraan

5 Penentraman

4 Konsultasi

3 Informasi

2 Terapi

1 Manipulasi

Gambar 1. Tangga Partisipasi (Sumber Arnstein, 1969)

Arnstein mengelompokkan delapan anak tangga tersebut menjadi tiga bagian. Bagian

kesatu, nonparticipation (tidak ada partisipasi) yang terdiri dari Manipulation dan Therapy. Pada

bagian ini, penguasa sengaja menghapus segala bentuk partisipasi publik. Di level Manipulation,

penguasa memilih dan mendidik sejumlah orang sebagai wakil dari publik. Fungsinya, ketika

penguasa mengajukan berbagai program dan kegiatan, maka para wakil publik tadi harus selalu

menyetujuinya. Sedangkan publik sama sekali tidak diberitahu tentang hal tersebut. Pada level

Therapy, penguasa sedikit memberitahu kepada publik tentang beberapa programnya yang sudah

disetujui oleh wakil publik. Publik hanya bisa mendengarkan.

Bagian kedua, Tokenism yang terdiri dari Informing, Consultation dan Placation. Dalam

Tokenism, penguasa menciptakan citra, tidak lagi menghalangi partisipasi publik. Kenyataannya

mungkin berbeda. Partisipasi publik ada, namun sering kali penguasa mengabaikannya. Penguasa

tetap mengeksekusi rencananya semula. Ketika berada di level Informing, penguasa

menginformasikan berbagai macam program yang akan dan sudah dilaksanakan. Namun

demikian, hanya dikomunikasikan searah, publik belum dapat melakukan komunikasi umpan-

balik secara langsung. Untuk level Consultation, penguasa berdiskusi dengan banyak elemen

publik tentang berbagai macam persoalan dan agenda. Semua saran dan kritik didengarkan. Tetapi

penguasa memutuskan, apakah saran dan kritik dari publik dipakai atau tidak. Lalu pada level

Placation, penguasa berjanji melakukan berbagai saran dan kritik dari publik sebagai bentuk

penentraman, walaupun yang diputuskan masih merupakan kebijakan pemilik kuasa.

Pada bagian ketiga, ada 3 (tiga bentuk) antara lain Partnership, Delegated Power dan

Citizen Control. Bagian ketiga ini masuk dalam istilah Citizen Power (masyarakat berkuasa). Saat

partisipasi publik telah mencapai Citizen Power, maka penguasa benar-benar mendahulukan

peran serta publik dalam berbagai hal. Saat tiba di level Partnership, mereka memperlakukan

publik selayaknya rekan kerja. Mereka bermitra dalam merancang dan mengimplementasi aneka

kebijakan publik. Naik ke level Delegated Power, mereka mendelegasikan beberapa

kewenangannya kepada publik. Contoh, publik punya hak veto dalam proses pengambilan

keputusan. Level tertinggi yaitu Citizen Control. Publik yang lebih mendominasi ketimbang

mereka. Bahkan sampai dengan mengevaluasi kinerja mereka. Partisipasi publik yang ideal

tercipta di level ini.

Kekuasaan Masyarakat

Tokenisme

Non Partisipasi

Page 63: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

59

Berdasarkan model partisipasi tersebut, dilakukan survei untuk mengukur tingkat

partisipasi masyarakat Desa Linggawangi dalam proses musyawarah desa. Survey tersebut

dilakukan melalui penyebaran kuesioner terhadap 26 orang perwakilan masyarakat Desa

Linggawangi yang merupakan Pengurus Desa, Perwakilan BPD, Perwakilan Dusun, Perwakilan

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan beberapa wakil masyarakat umum. Adapun hasil survey

tersebut adalah:

Indikator Partisipasi Setuju Tidak

Setuju Lainnya Keterangan

Dalam pelaksanaan program dan

pengambilan keputusan, tidak ada

musyawarah dan dialog dengan masyarakat 15% 73% 12%

Manipulasi

Pemerintah sudah menentukan program,

keputusan, dan rancangan kegiatan dan

hanya sedikit yang disampaikan kepada

masyarakat serta tidak ada dialog untuk

menanggapi 8% 88% 4%

Terapi

Pemerintah menginformasikan macam-

macam program yang akan dan sudah

dilaksanakan, tetapi masyarakat belum dapat

melakukan dialog untuk menanggapi 15% 62% 23%

Informasi

Masyarakat diperbolehkan memberikan

usulan dan kritik, walaupun tidak dijamin

untuk diterima karena yang memutuskan

tetap pemerintah 46% 46% 8%

Konsultasi

Semua usulan dan kritik dari masyarakat

diterima, namun usulan tersebut tetap dinilai

kelayakannya oleh pemerintah yang akhirnya

pemerintah diam-diam menjalankan

rencananya yang semula 31% 46% 23%

Penentraman

Masyarakat dan pemerintah secara bersama-

sama merancang dan melaksanakan kegiatan

dalam pembangunan desa 46% 12% 42%

Kemitraan

Pemerintah memberikan tanggung jawab

penuh kepada masyarakat yaitu memberikan

kewenangan dalam merancang,

melaksanakan, monitoring dan evaluasi

kegiatan pembangunan desa 38% 31% 31%

Pendelegasian

kekuasaan

Masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai

kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang

disepakati bersama. Peran masyarakat lebih

besar dibandingkan peran pemerintah 35% 35% 31%

Kendali Warga

Tabel 1. Hasil Survey Perwakilan Masyarakat Desa Linggawangi dalam Partisipasi

Musyawarah Desa

(Indikator partisipasi menggunakan pendekatan Hadi Suroso, Abdul Hakim dan Irwan Noor,

2014)

Dari hasil survey tersebut dapat dilihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat Desa

Linggawangi secara umum berada pada rentang bagian kedua dan ketiga yaitu tokenisme dan

kekuasaan masyarakat. Nilai partisipasi yang paling tinggi berada pada tahap konsultasi dan

kemitraan. Survey tersebut menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat Desa

Linggawangi sudah cukup baik karena berada pada level kekuasaan masyarakat. Bahkan ketika

Page 64: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

60

dilakukan konfirmasi dalam bentuk wawancara langsung, masyarakat menyetujui adanya proses

partisipasi yang cukup baik tersebut. Termasuk saat sedang dilakukan program pengabdian pada

masyarakat, sedang terjadi demo dari beberapa warga berkaitan dengan permasalahan ari di Desa

Linggawangi. Dengan demikian, tingkat partisipasi tersebut menunjukkan karakter masyarakat

Desa Linggawangi yang masih menunjukkan cita-cita rapat, cita-cita protes dan kolektivisme

sebagaimana disebutkan Hatta.

Namun demikian, dalam wawancara tatap muka, masyarakat mengungkap mulai adanya

proses penipisan kolektivisme dalam bentuk keengganan untuk melakukan iuran guna

kepentingan masyarakat desa dengan alasan adanya Dana Desa dari Pemerintah. Akibatnya,

masyarakat mulai menunjukkan sisi ketidakpedulian sebagai dampak adanya bantuan pendanaan

tersebut. Kondisi demikian ditambah dengan mulai berpindahnya warga dari masyarakat agraris

pertanian ke industri rumahan dalam bentuk usaha pembuatan makanan ringan untuk dikirim ke

kota-kota besar. Berpindahnya kegiatan masyarakat tersebut, juga menambah penipisan sisi

kolektivisme masyarakat karena disibukkan untuk mengejar target industri rumahan tersebut.

B. Optimalisasi Musyawarah Desa Linggawangi

Berdasarkan hasil riset berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat Desa Linggawangi dalam

musyawarah desa yang menyimpulkan tingkat partisipasi masyarakat yang sudah cukup baik, sehingga tiga

ciri utama demokrasi desa yaitu cita-cita rapat, protes dan kolekvisme masih cukup terjaga, walaupun juga

mulai terjadi penipisan kolektivisme sebagai akibat dari bantuan dana desa dan beralihnya sebagian

kegiatan agraris masyarakat, maka dilakukan pendidikan masyarakat dalam bentuk penyuluhan dan focus

group discussion (FGD) dalam rangka Optimalisasi Musyawarah Desa Linggawangi.

Pertama, berkaitan dengan penyuluhan dilakukan dalam bentuk materi kuliah yang menjelaskan

materi: (1) definisi perencanaan pembangunan desa; (2) dasar hukum perencanaan pembangunan desa; (3)

jenis-jenis perencanan pembangunan desa; (4) keterkaitan Rencana Pembangunan Menengah Desa

(RPJMDes) dengan perencanaan daerah (khususnya Kabupaten); (5) siklus perencanaan pembangunan

desa; (6) urgensi musyawarah desa; (7) tangga partisipasi; dan (8) urgensi optimalisasi musyawarah desa

(Kessa, 2015). Dari materi yang dipaparkan oleh tim pengabdian pada masyarakat yang kemudian direspon

oleh dengan cukup baik oleh masyarakat dengan mengatakan, walaupun tingkat partisipasi sudah baik,

namun masyarakat desa sering kali lupa, sehingga materi pengabdian pada masyarakat tersebut cukup tepat

untuk memberikan pemahaman ulang perwakilan warga yang hadir.

Kedua, berkaitan dengan FGD dengan membentuk dua kelompok dari peserta yang hadir. Selanjut

tim pengabdian pada masyarakat melakukan penyampaian pengantar FGD yang berjudul “Model Design

Thinking Untuk Optimalisasi Musawarah Desa”. Model design thinking ini sengaja dipergunakan sebagai

tawaran alternatif agar musaywarah desa lebih optimal. Hal tersebut karena dalam design thinking

masyarakat diajak untuk berinovasi. Dalam design thinking harus didasarkan pada ekseperimen, berpusat

pada manusia, kolaborasi dan sikap optimis dalam menghadapi suatu masalah. Adapun model design

thinking dilakukan dengan 5 (lima) langkah (Brown, 208). Pertama, empathyze dimana masyarakat (atau

wakilnya) harus melakukan observasi masalah dan terlibat langsung dalam masalah sehingga dapat

merasakan bagaimana persoalan itu terjadi. Kedua, define dimana masyarakat (atau wakilnya) harus mulai

mendefinisikan dan menentukan persoalan yang ada secara fous dan spesifik sesuai kebutuhan yang ada.

Ketiga, idea dimana masyarakat (atau wakilnya) mulai memunculkan gagasan-gagasan untuk

menyelesaikan masalah tersebut dapat dengan menggunakan sketsa, mindmap, diagram ikan, dan lain-lain.

Keempat, prototype dimana masyarakat (atau wakilnya) melakukan uji coba untuk menentukan model

penyelesaian masalah. Dan kelima, test dimana masyarakat (atau wakilnya) melakukan penerapan model

penyelesaian masalah.

Dari model design thinking tersebut, selanjutnya dilakukan FGD untuk mencoba mengoptimalisasi

musyawarah desa dalam perencanaan pembangunan desa yang berkelanjutan. Model design thinking yang

sudah ada tersebut dikombinasikan dengan daftar isian yang telah disiapkan oleh tim pengabdian pada

masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat untuk dapat terlibat secara partisipatif dalam perencanaan

pembangunan desa. Daftar isian tersebut diantaranya: (1) model sketsa desa; (2) daftar masalah dan potensi

yang ada; (3) contoh kalender musim, daftar masalah dan potensinya; (4) contoh bagan kelembagaan, daftar

masalah dan potensinya; (5) formulir penentuan peringkat masalah dan tindakannya; (6) formulir

perencanaan pembangunan desa yang didanai Dana Desa dan didanai Masyarakat ataau pihak ketiga; (7)

Page 65: LAPORAN AKHIR PENGABDIAN PADA MASYARAKATpskn.fh.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2019/01/Laporan-Akhir-PPM_HIU... · laporan akhir pengabdian pada masyarakat optimalisasi musyawarah

61

formulir rencana pembangunan jangka menengah desa, pemeringkatan masalah, indikasi perencanaan; (8)

berita acara musrenbang (Andusti, 2014; Abdurahman, 2018).

Daftar isian tersebut merupakan sarana yang seharusnya ada dalam musyawarah perencanan

pembangunan desa, sehingga setiap elemen dapat melihat dan mengisinya secara langsung. Dengan

demikian, seluruh pihak akan dapat terlibat secara optimal sehingga musyawarah desa juga akan menjadi

optimal. Selain itu, daftar isian tersebut dapat melengkapi papan informasi yang tersedia di kantor desa

yang masih sangat umum dan general berkaitan dengan geografi dan kondisi masyarakat desa tanpa

menunjukkan persoalan dan potensinya. Bahkan, papan informasi yang berisi data statistik pembangunan

yang terpampang di kantor desa, berisi informasi pendanaan desa tahun 2017, padahal tahun 2018 sudah

berjalan sampai dengan bulan November.

Hasil dari FGD tersebut menunjukkan, peserta cukup antusias dan mengharapkan adanya

pendalaman dan praktik model design thinking serta sosialisasi yang lebih massif terhadap masyarakat

sehingga musyawarah perencanaan pembangunan desa dapat lebih partisipatif sampai pada level kendali

publik.

SIMPULAN

Masyarakat Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya memiliki

tingkat partisipasi yang cukup tinggi dalam pemerintahan desanya yaitu pada tingkat konsultasi

dan kemitraan. Upaya yang dilakukan agar musyawarah desa lebih optimal dilakukan dengan

pendekatan pendidikan yaitu penyuluhan yang berisi kuliah/ceramah mengenai urgensi

musyawarah desa dan FGD untuk mengimplementasikan model design thinking dalam rangka

mengoptimalkan musyawarah desa. Walaupun tingkat partisipasi cukup tinggi, namun model

pendekatan yang baru dalam musyawarah desa dianggap dibutuhkan sebagai alternatif model

mengoptimalkan musyawarah desa, khususnya dalam rangka perencanaan pembangunan

berkelanjutan. Temuan lain yang menarik adalah adanya kecenderungan menipisnya sifat gotong

royong masyarakat desa khususnya dalam bentuk iuran sebagai akibat adanya bantuan Dana Desa.

Tujuan Dana Desa berupa kemandirian desa sangat mungkin tidak tercapai karena desa justru

bergantung terhadap Dana Desa tersebut. Bahkan, lambat laun, dapat saja Dana Desa mendorong

masayrakat desa menjadi lebih individualis dan menjauhi gotong royong. Hal yang perlu diteliti

lebih dalam dalam riset lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, A. (2018). Optimalisasi Musyawarah Desa Dalam Perencanaan Pembangunan Desa

Yang Berkelanjutan, Bahan Pengabdian Pada Masyarakat.

Andusti, N. (2014). Perencanaan Pembangunan Desa., Bahan Pelatihan Manajemen

Pemerintahan Desa.

Arnstein, S.R. (1969). A Ladder of Citizen Participation, Journal of the American Institute of

Planners, 35 (4) 216-224.

Brown, T. (2008). Design Thinking. Havard Business Review.

Hatta, M. (1939). Demokrasi Asli Indonesia dan Kedaulatan Rakyat, dalam Kusno, Bung Hatta

Dan Konsep Demokrasi Asli Indonesia, http://www.berdikarionline.com/bung-hatta-dan-

konsep-demokrasi-asli-indonesia/#ixzz4Ffd4xBvv diakses 17 November 2018 pkl. 20.00

WIB.

Kessa, W. (2015). Buku 6, Perencanaan Pembangunan Desa. Jakarta: Kementerian Desa,

Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Suroso, H., Hakim, A., dan Noor, I. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Di Desa Banjaran Kecamatan Driyorejo

Kabupaten Gresik. Jurnal Wacana, 17 (1) 7-15.