laporan akhir magang

44
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA REGULER PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA LAPORAN MAGANG Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) (Studi Kasus Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM PT PLN Persero Kantor Pusat) oleh AJI PINANDHITA 0806396651 Diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas akhir studi Depok Tahun 2011

Upload: aji-pinandhita

Post on 16-Apr-2017

757 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan akhir magang

 

UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI PROGRAM SARJANA REGULER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

LAPORAN MAGANG

Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) (Studi Kasus Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM PT PLN

Persero Kantor Pusat)  

oleh AJI PINANDHITA

0806396651

Diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas akhir studi

Depok Tahun 2011

 

Page 2: laporan akhir magang
Page 3: laporan akhir magang
Page 4: laporan akhir magang

iv

 

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi karena atas rahmat dan

taufik-Nya laporan akhir magang ini dapat kami selesaikan dengan baik. Jikalau

sekiranya ALLAH tak memberikan petunjuknya kepada kami niscaya tak mungkin

laporan akhir magang ini dapat selasai karena sesungguhnya hanya ALLAH swt yang

maha memiliki segala ilmu pengetahuan dan hanya Dialah yang berkuasa atas segala

sesuatu. Semoga salawat serta salam selalu tercurahkan selalu kepada Rassullalah

Muhammad SAW karena berkat karunia izinnya kami masih dapat diberikan

kesempatan untuk menyelesaikan laporan akhir magang ini yang berjudul

”Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) (Studi Kasus Pada Divisi

Pengembangan Sistem SDM PT PLN Persero Kantor Pusat)”.

Dalam penulisan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, selaku dekan FISIP UI

2. Dr. Roy V. Salomo, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

3. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si, selaku Ketua Program Sarjana

Reguler/Kelas Pararel Department Ilmu Administrasi

4. Achmad Lutfi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Administrasi Negara

5. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan materil

kepada penulis

Penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada semua dosen

Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah mengajarkan kami. Serta tidak lupa

ucapan terima kasih kepada pihak PT PLN (Persero) yang telah menerima penulis

untuk melakukan program magang selama satu bulan dan atas kerja sama yang telah

diberikan kepada penulis.

Page 5: laporan akhir magang

 

Penulis berusaha menyusun Laporan Akhir Magang ini dengan sebaik-

baiknya. Namun, penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari segala bentuk

kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis menyadari kemungkinan adanya

kesalahan maupun kekurangan yang tidak di sengaja dalam tulisan ini. Maka kritik

dan saran dari pembaca dinanti oleh penulis dengan rasa syukur demi kesempurnaan

tulisan ini.

Depok, Juli 2011                   Penulis

Aji Pinandhita

Page 6: laporan akhir magang

vi

 

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL………………………………………………………………… i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………… ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN………………………………………… iii KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iv DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan………………………………….1 B. Kerangka Teori

I. B.1 Knowledge Management………………………..……….3 C. Tujuan Penulisan………………………………………………….9 D. Sistematika Penulisan………………………………………..... 10

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Sejarah Instansi PT PLN (Persero)…………………………. 11 B. Visi dan Misi PT PLN (Persero)……………………………..... 12 C. Struktur Organisasi

II. C.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero)…………….... 14 II. C.2 Struktur Organisasi Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum………...……………………………………15 II. C.3 Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Sistem SDM….…………………….……………………………...15

D. Produk PT PLN (Persero)……………………………………… 16 E. Organisasi dan Manajemen

E.1 Organisasi dan Manajemen PT PLN (Persero)............ 19 E.2 Organisasi dan Manajemen Divisi Pengembangan Sistem SDM……………………………………………………... 20

BAB III Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) (Studi Kasus Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM PT PLN Persero Kantor Pusat) III. A Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model)

Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM PT PLN (Persero) Kantor Pusat……………………………………………………... 24

III. B Hambatan Knowledge Management Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM PT PLN (Persero) Kantor Pusat……..………..……….……………………………………... 33

BAB IV PENUTUP A. Simpulan………………………………………………………… 35 B. Saran…………………………………………………………….. 35

Page 7: laporan akhir magang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II. 1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero)……………………………...14 Gambar II.2 Bagan Susunan Organisasi Pada Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum PT PLN (Persero)……..………………………………………………15 Gambar II.3 Bagan Susunan Organisasi Pada Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum PT PLN (Persero)…………………………..…………………………15 Gambar III.1 KM Model di PT PLN (Persero)……………………………………33

vii  

Page 8: laporan akhir magang

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan Perubahan saat ini merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari bagi

organisasi maupun perusahaan. Seiring dengan waktu yang terus berjalan,

pasti selalu akan terjadi perubahan yang mengharuskan organisasi/perusahaan

dituntut untuk melakukan perubahan secara cepat dan dinamis. Seperti yang

telah diketahui bahwa pada umumnya perubahan terjadi karena faktor ekstern

dan intern. Menurut Wood, et al (2001) kekuatan globalisasi dan teknologi

memaksa perusahaan seluruh dunia melakukan perubahan. Globalisasi saat ini

merupakan salah satu faktor ekstern terkuat yang mendorong

organisasi/perusahaan untuk melakukan perubahan yang terjadi akibat dari

berkembangnya secara pesat bidang teknologi. Globalisasi menjadikan dunia

menjadi transparan yang juga membuat batas-batas geografis suatu negara

menjadi kabur. Dan ditambah lagi sekarang globalisasi menjadi semakin

berkembang dengan adanya perjanjian-perjanjian yang telah disetujui oleh

negara-negara di dunia.

Terjadinya persaingan dalam era globalisasi membuat

organisasi/perusahaan mengharuskan segera untuk melakukan perubahan.

Perubahan tersebut dapat terwujud dengan berbagai macam cara, salah

satunya adalah dengan membuat pergeseran pengelolaan aset. Dahulu

pengelolaan aset lebih menekankan pada pengelolaan tangible aset, namun

sekarang organisasi/perusahaan melakukan perubahan pengelolaan aset

dengan lebih memperhatikan intangible aset yang dimilikinya. Intangible aset

sekarang oleh banyak organisasi/perusahaan dikelola dengan baik agar

menjadi nilai tambah dan keunggulan tersendiri bagi organisasi/perusahaan

tersebut.

Intangible aset itu sendiri merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh

pegawai yang ada di dalam suatu organisasi/perusahaan. Cara

organisasi/perusahaan dalam melakukan pengelolaan pengetahuan tersebut

1  

Page 9: laporan akhir magang

sekarang lebih dikenal dengan Knowledge Management (KM). Teori

mengenai KM merupakan perkembangan teori sejak lama yaitu sekitar tahun

1970-an. Dahulu merupakan perkembangan teori oleh Peter Drucker mengenai

“Information and Knowledge as Organizational Resources” dan Peter Senge

“Learning Organization”, yang kemudian paling terbaru oleh Nonaka dan

Takeuchi dari Jepang mengenai “The Knowledge Creating Company: How

Japanese Companies Create the Dynamics of Innovation” (unc.edu,

27/7/2011).

Adanya penerapan KM disuatu organisasi/perusahaan diharapkan agar

organisasi/perusahaan tersebut mampu bersaing secara cepat dan dinamis pada

era globalisasi ini. Hal tersebut telah terbukti bahwa KM sudah diterapkan

oleh berbagai perusahaan besar dunia khususnya perusahaan-perusahaan

Jepang yang juga sebagai penelitian Nonaka dan Takeuchi. Negara yang

populer dengan bunga sakuranya tersebut juga dikenal sebagai produsen mobil

terbesar ketiga dunia dan negara yang juga mendominasi industri

semikonduktor global (vivanews.com, 27/7/2011). Menurut Nonaka dan

Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan-perusahaan Jepang tersebut

ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam menciptakan

knowledge organisasinya (Bambang Setiarso, 2009, p.6).

Organisasi/perusahaan Jepang bisa dikatakan lebih dapat bertahan karena

mereka sangat menghargai sekali pengetahuan yang dimiliki oleh pegawainya,

dan menyebabkan inovasi yang dilakukan dapat berjalan secara berkelanjutan.

Sekarang tidak hanya organisasi/perusahaan Jepang saja yang menggunakan

KM sebagai strategi bisnis, tetapi telah digunakan juga oleh negara lain

termasuk organisasi/perusahaan Indonesia.

Secara keseluruhan organisasi/perusahaan di Indonesia dalam menerapkan

KM tidak hanya pada sektor swasta, tetapi sektor publik juga telah

menerapkan hal yang sama. Menurut data yang diperoleh berdasarkan hasil

Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study Award tahun

2011 yang diselenggarakan oleh Dunamis Organization Services, dari 18

finalis terdapat sekitar 4 organisasi/perusahaan Badan Usaha Milik Negara

2  

Page 10: laporan akhir magang

(BUMN) (dunamis.co.id, 27/7/2011). Kompetisi tersebut sejak tahun 2005

dikelola oleh pihak Dunamis memberikan penghargaan tertinggi kepada

organisasi/perusahaan yang berhasil mengelola pengetahuannya dengan baik.

Walaupun BUMN terlihat tidak lebih memperhatikan KM dibandingkan

dengan organisasi/perusahaan swasta untuk sebuah persaingan usaha, tetapi

KM tersebut diperlukan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi BUMN

tersebut. Bisa dilihat bahwa sebagian sumber pendanaan dari BUMN berasal

dari kas negara yang mana harus dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan KM disebuah organisasi/perusahaan mempunyai kelebihan,

salah satunya yaitu dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Di Indonesia,

salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berhasil menerapkan

Knowledge Management di dalam Organisasi adalah PT PLN (Persero).

Walaupun pada tahun 2011 tidak dinobatkan menjadi finalis Indonesian

MAKE Study Award, tetapi pada tahun 2008 yang lalu PT PLN (Persero) telah

menjadi salah satu juaranya (dunamis.co.id, 27/7/2011). Terkait dengan

efektivitas dan efisiensi, PT PLN (Persero) yang diduga oleh berbagai

kalangan telah melakukan pemborosan terhadap anggaran negara akibat

pembelian bahan bakar (bataviase.co.id, 11/8/2011). Berdasarkan hal-hal di

atas tersebut penulis dalam pembuatan laporan akhir ini ingin menggambarkan

pelaksanaan KM pada PT PLN (Persero).

B. Kerangka Teori

I. B. 1 Knowledge Management

Pada dasarnya KM merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Inggris dan penerjemahan dalam bahasa Indonesia berarti pengelolaan

pengetahuan. Management berarti pengelolaan sedangkan knowledge

berarti pengetahuan. Secara umum pengertian manajemen adalah suatu

cara untuk merencanakan, mengumpulkan dan mengorganisir, memimpin

dan mengendalikan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan

maksud pengetahuan tersebut adalah pengetahuan yang dimiliki oleh

individu dalam organisasi. Maka sebelum mengerti mengenai KM secara

3  

Page 11: laporan akhir magang

utuh perlu diketahui apa itu dasar dari sebuah pengetahuan pada KM

tersebut. Pada umumnya di dalam suatu organisasi/perusahaan terdapat

dua jenis tipe pengetahuan yang ada, yaitu (Lendy Widayana, 2005, p.14):

1. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang sebagian besar berada

dalam organisasi. Pengetahuan tersebut merupakan sesuatu yang kita

ketahui dan alami, namun sulit untuk diungkapkan secara jelas dan

lengkap. Sehingga tacit knowledge sangat sulit untuk dipindahkan

kepada orang lain, karena tersimpan di dalam masing-masing otak

individu yang sesuai dengan kompetensi individu tersebut. Maka dapat

dikatakan bahwa tacit knowledge tidak memiliki wujud nyata.

2. Explicit knowledge adalah pengetahuan dan pengalaman tentang

‘bagaimana untuk’, yang diuraikan secara lugas dan sistematis.

Pengetahuan ini tidak sama dengan tacit knowledge karena memiliki

wujud nyata dalam bentuk dokumentasi seperti buku, film dan lain-

lain.

Selanjutnya dalam buku yang ditulis oleh Von krough, Ichiyo, serta

Nonaka (2000) dan Chun Wei Choo (1998), disampaikan secara ringkas

gagasan yang mendasari pengertian knowledge adalah sebagai berikut

(Bambang Setiarso, 2009, p.5):

1. Knowledge merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggung

jawabkan (justified true believe),

2. Knowledge merupakan sesuatu yang eksplisit sakaligus terpikirkan

(tacit),

3. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang

memungkinkan terjadinya penciptaan tersebut.

4. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama yaitu:

a. Berbagi tacit knowledge

b. Menciptakan konsep

c. Membenarkan konsep

d. Membangun prototype dan

e. Melakukan penyebaran knowledge tersebut.

4  

Page 12: laporan akhir magang

Pengetahuan yang terbagi menjadi tacit knowledge dan explicit

knowledge merupakan suatu elemen penting khususnya dalam inovasi.

Namun pengetahuan yang ada tidak begitu saja tercipta, melainkan

berawal dari data dan informasi agar menjadi suatu pengetahuan yang

berkualitas. Karena tanpa data dan informasi tidak akan dapat

menghasilkan pengetahuan. Namun banyak pakar yang menjelaskan cara

berbeda mengenai tahapan menjadi pengetahuan. Salah satunya adalah

Begerson (2008) menjelaskan pengetahuan berawal dari data, informis,

dan metadata. Namun penggunaan tahapan dari Davidson&Voss (2002)

data, informasi, dan pengetahuan terlihat lebih mudah dipahami.

Selanjutnya untuk dapat memahami perbedaan diantara ketiganya perlu

penjelasan dari tahapan tersebut, yaitu (Lendy Widayana, 2005, p.12-13):

• Data merupakan fakta-fakta mentah, antara lain berupa gambar,

angka, yang disajikan tanpa suatu konteks.

• Informasi adalah data yang telah tersusun dan disertai dengan

referensi terhadap suatu hubungan (konteks) yang mempunyai arti

untuk membantu pengambilan keputusan.

• Knowledge adalah informasi yang dilengkapi dengan pola

hubungan dari informasi disertai pengalaman, baik individu

maupun kelompok dalam organisasi. Kemudian knowledge

merupakan penerapan informasi yang diyakini dapat langsung

digunakan untuk mengambil suatu keputusan untuk bertindak.

Banyak definisi yang menjelaskan mengenai KM dari beberapa tokoh

yang beragam latar belakngnya. Salah satunya KM diartikan oleh Asian

Development Bank (ADB) “Knowledge management is the way

organizations create, capture, enhance, and reuse knowledge to achieve

organizational objectives” (Filemon A. Uriarte, 2008, p.28). Kemudian

definisi lain KM oleh Ron Young, CEO dari Knowledge Associates

International "Knowledge Management is the discipline of enabling

individuals, teams and entire organisations to collectively and

5  

Page 13: laporan akhir magang

systematically create, share and apply knowledge, to better achieve their

objectives" (knowledge-management-online.com, 28/7/2011). Kedua

definisi tersebut pada intinya mengartikan KM sebagai cara suatu

organsasi dalam mengelola pengetahuan dengan berbagai cara untuk

mencapai tujuan organisasi tersebut.

Mengelola pengetahuan individu/tacit knowledge dalam suatu

organisasi/perusahaan juga merupakan sebuah proses. Hal ini terdapat

dalam penjelasan Megan Santosus and Jon Surmacz “Knowledge

management is the process through which organizations generate value

from their intellectual and knowledge-based assets” (Filemon A. Uriarte,

2008, p.27). Proses yang dibutuhkan untuk menggabungkan seluruh

pengetahuan individu dalam organisasi tidaklah cepat, karena KM itu

sendiri memberikan prospek jangka panjang agar dapat bertahan didalam

persaingan global.

Definisi-definisi mengenai KM di atas dapat lebih jelas terilihat

sebagai sistem yang dibuat untuk menciptakan, mendokumentasikan,

menggolongkan, dan menyebarkan knowledge dalam organisasi.

Sehingga, knowledge mudah digunakan kapan pun diperlukan, oleh siapa

saja sesuai dengan tingkat otoritas dan kompetensinya (Lendy Widayana,

2005, p.9). Sama halnya dengan HarvardCollege (1999) yang KM sebagai

suatu proses terformat dan terarah dalam mencerna informasi yang telah

dimiliki suatu perusahaan dan mencari apa yang dibutuhkan oleh masing-

masing individu didalam perusahaan tersebut untuk kemudian

memfasilitasinya agar mudah diakses dan selalu tersedia bila mana

dibutuhkan (Sembel & Santoso, 2002, p. 195).

Terkait dengan tacit knowledge dan explicit knowledge, KM ada

untuk menjawab persoalan yaitu untuk mengubah tacit knowledge menjadi

knowledge yang mudah didokumentasikan menjadi explicit knowledge.

Banyak yang tidak mengetahui bahwa dalam organisasi/perusahaan,

pengetahuan banyak tersimpan di dalam setiap otak dari masing-masing

individu. Tacit knowledge pada umumnya belum tereksplorasi secara

6  

Page 14: laporan akhir magang

penuh melalui knowledge sharing. Maka tanpa dokumentasi pengetahuan

menjadi sulit diakses oleh siapapun dan kapanpun.

Hal tersebut terkait dengan teori penciptaan pengetahuan di

organisasi oleh Nonaka melalui proses Socialization, Externalization,

Combination, dan Internalization (SECI Model) (Bambang Setiarso, 2009,

p.35). Untuk mendukung proses penciptaan pengetahuan SECI model

tersebut diperlukan juga perangkat teknologi informasi yang ada pada

organisasi. Lebih lanjut ke-empat proses tersebut dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1. Sosialisasi, merupakan pertukaran tacit knowledge dari orang ke orang

yang salah satu cara proses tersebut dapat terjadi dengan adanya tatap

muka (rapat, diskusi, training, dan pertemuan bulanan) yang harus

memiliki notulen rapat untuk melakukan pendokumentasian. Melalui

pertemuan diharapkan dapat saling berbagi knowledge dan pengalaman

yang dimiliki sehingga tercipta knowledge baru bagi mereka.

Kemajuan bidang teknologi informasi memunculkan sistem intranet

yang berfungsi untuk melakukan e-mail, diskusi elektronik dan lain-

lain. Kemudian pada proses ini juga terdapat Communities of Practice

(CoP) yang menurut Ettiene Wenger memiliki definisi “Communities

of practice are groups of people who share a concern or a passion for

something they do and learn how to do it better as they interact

regularly (ewenger.com, 28/07/2011).

2. Eksternalisasi, yaitu proses untuk mengartikulasikan tacit knowledge

menjadi suatu konsep yang jelas ke dalam sebuah dokumen. Pada

proses ini akan sangat membantu apabila dokumentasi berbentuk

elektronik dengan terdapatnya Knowledge Management System (KMS)

dalam sebuah organisasi. KMS adalah suatu kelas dalam sistem

informasi yang diterapkan untuk mengelola knowledge suatu

organisasi pada suatu kelompok, individu atau pada tingkat organisasi

(Gottschalk, 2007, p.58). Pada proses ini terkadang organisasi

7  

Page 15: laporan akhir magang

mendatangkan seorang expert yang sesuai bidangnya untuk

meningkatkan kompetensi pengetahuan SDM. Cara tersebut lebih

modern dikembangkan menjadi Expert System (ES) yang berfungsi

sebagai sistem manajemen pengetahuan bersifat ekstrim di sebuah

kontinum yang menganalisa sejauh mana suatu sistem memiliki

kemampuan penalaran. ES ini dirancang untuk digunakan oleh para

pengambil keputusan yang belum menguasai pemahaman tentang

masalah domain (Gottschalk, 2007, p.62).

3. Kombinasi, merupakan proses konversi knowledge melalui kombinasi

berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam

sistem knowledge management. Media untuk proses ini dapat melalui

intranet (forum diskusi) dan internet untuk memperoleh sumber

eksternal. Saat ini telah berkembang model seperti enterprise portal

yang di dalamnya terdapat taksonomi pengetahuan dan business

intelligence yang dibutuhkan organisasi.

4. Internalisasi, merupakan penseminasian dokumen data, informasi dan

pengetahuan kepada sumberdaya manusia di dalam organisasi. Explicit

knowledge tersebut agar menjadi tacit knowledge dapat disebarkan

melalui berbagai macam cara. Penggunaan perpustakaan juga bisa

dikatakan salah satu cara. Cara lainnya yang bisa terbilang konvesional

seperti memberikan dan menempelkan selembaran secara manual.

Namun sekarang penyebaran tersebut lebih sering dilakukan melalui

jaringan intranet, ekstranet, dan internet membantu proses internalisasi

agar mudah didapat oleh masing-masing individu dalam organisasi.

Selanjutnya berdasarkan penjelasan KM di atas, tentu KM sendiri

memiliki manfaat berupa (Lendy Widayana, 2005, p.20):

1. Mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah.

2. Mengambil dan menggunakan kembali pengetahuan dan pengalaman

pegawai.

8  

Page 16: laporan akhir magang

3. Memutuskan untuk menggunakan strategi seperti apa.

4. Tidak mengulangi kesalahan yang sama.

5. Dapat belajar mengenai kerjasama tim.

6. Memberikan cara bagi pegawai untuk berkonribusi secara cepat dalam

zaman yang perubahan cepat ini.

Sedangkan dalam pelaksanaan KM sendiri pada

organisasi/perusahaan pasti tidak berjalan mulus begitu saja. Namun

terdapat hambatan dan kendala yang tentunya dialami setiap

organisasi/perusahaan. Menurut Vaas (1999), alasan mengapa orang tidak

mau melakukan knowledge sharing, yakni sebagai berikut (Lendy

Widayana, 2005, p.43):

• Mau berbagi pengetahuan, namun tidak cukup waktu untuk itu.

• Tidak mempunyai keterampilan dalam KM.

• Tidak mengerti tentang KM dan manfaatnya.

• Tidak ada komitmen dari manajer senior.

• Tidak ada dana untuk KM.

• Kegagalan untuk mendorong knowledge sharing sebagai budaya.

C. Tujuan Penulisan Laporan akhir magang dengan judul “Pelaksanaan Knowledge

Management (SECI Model) Sebagai Tujuan Good Corporate Governance

(Studi Kasus PT PLN (Persero))” bertujuan untuk:

• Menggambarkan bagaimana pelaksanaan Knowledge Management

(SECI Model) di PT PLN (Persero) dan

• Hambatan yang ada dalam pelaksanaan knowledge management di

PT PLN (Persero).

9  

Page 17: laporan akhir magang

D. Sistematika Penulisan Penulisan laporan akhir magang ini disusun dalam empat bab.

Keseluruhan bab tersebut merupakan sebuah kesatuan dan saling terkait.

Adapun sistematika penulisan dari laporan akhir magang yang terdiri dari:

Bab I Pendahuluan

Berisi pemaparan singkat mengenai latar belakang permasalahan

dalam penulisan serta kerangka teori, dan tujuan penulisan.

Bab II Gambaran Umum

Berisi sejarah instansi beserta visi dan misi, struktur organisasi,

produk instansi, dan organisasi manajemen instansi tempat penulis

melakukan program magang yaitu Divisi Pengembangan Sistem SDM,

Bagian Knowledge Management, PT PLN (Persero) Kantor Pusat.

Bab III Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) di PT PLN

Persero.

Berisi deskripsi topik dan analisis terkait permasalahan yang

penulis bahas yaitu bagaimana Pelaksanaan Knowledge

management di PT PLN (Persero) beserta hambatan apa saja yang

ada.

Bab IV Penutup

Berisi simpulan dan saran dari rangkaian penulisan terkait dengan

judul Laporan Akhir Magang yang berjudul Pelaksanaan “Pelaksanaan

Knowledge Management (SECI Model ) di PT PLN Persero”.

10  

Page 18: laporan akhir magang

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

A. Sejarah Instansi Berawal di akhir abad ke 19, perkembangan ketenagalistrikan di Indonesia

mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di

bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit listrik untuk keperluan

sendiri.

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan

Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan tentara

Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kembali terjadi diakhir Perang Dunia II pada Agustus 1945,

saat Jepang menyerah kepada sekutu. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para

pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/Pegawai Listrik dan Gas

bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat berinisiatif terhadap Presiden

Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah

Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk

Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga

dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157, 5 MW.

Tanggal 1 Januari 1961, jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN

(Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik) yang bergerak di bidang listrik, gas

dan kokas. Pada 1 Januari 1965 BPU-PLN dibubarkan, kemudian diresmikan 2

(dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebegai pengelola

tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.

Tahun 1972 sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.17, status Perusahaan

Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan

sebagai Pemegang Kuasa Usaha ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada

sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun

11  

Page 19: laporan akhir magang

1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Persero dan

juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum.

Selanjutnya, dengan diterbitkan UU Nomor 30 Tahun 2009, PLN bukan lagi

sebagai PKUK namun sebagai Badan Usaha Milik Negara dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

B. Visi dan Misi PT PLN (Persero) Visi PT PLN (Persero) adalah diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang

bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi

insani.

Misi: 1) Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,

berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan

pemegang saham.

2) Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan

kualitas kehidupan masyarakat.

3) Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan

ekonomi.

4) Menjalankan usaha yang berwawasan lingkungan.

Motto perusahaan “Listrik untuk kehidupan yang lebih baik”

Nilai-nilai perusahaan

Sejak awal berdiri, perusahaan telah menanamkan nilai-nilai budaya yang

kuat dalam menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan para pemangku

kepentingan. Hal ini tidak lepas dari falsfah kami yang berlandaskan:

- Saling Percaya, Integritas, Peduli dan Pembelajar

- Peka tanggap terhadap Kebutuhan Pelanggan

Senantiasa berusaha untuk tetap memberikan layanan yang dapat

memuaskan kebutuhan pelanggan secara tepat dan sesuai.

- Penghargaan pada Harkat dan Martabat Manusia

Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia dengan segala kelebihan

dan kekurangannya serta mengakui dan melindungi hak-hak asasi dalam

menjalankan bisnis.

12  

Page 20: laporan akhir magang

- Integritas

Menjunjun tinggi nilai kejujuran, integritas dan objektivitas dalam

pengelolaan bisnis.

- Kualitas Produk

Meningkatkan kualitas dan keandalan produk secara terus-menerus dan

terukur serta menjaga kualitas lingkungan dalam menjalankan perusahaan.

- Peluang untuk Maju

Memberikan peluang yang sama dan seluas-seluasnya kepada setiap

anggota perusahaan untuk berprestasi dan menduduki posisi sesuai dengan

kriteria dan kompetensi jabatan yang ditentukan.

- Inovatif

Bersedia berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan sesama anggota

perusahaan, menumbuhkan rasa ingin tahu serta menghargai ide dan karya

inovatif.

- Mengutamakan Kepentingan Perusahaan

Konsisten untuk mencegah terjadinya benturan kepentingan dan menjamin

setiap keputusan yang diambil demi kepentingan perusahaan.

- Pemegang Saham

Dalam pengambilan keputusan bisnis akan berorientasi pada upaya

meningkatkan nilai investasi pemegang saham.

13  

Page 21: laporan akhir magang

C. Struktur Organisasi Instansi II. C.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero)

Gambar II.1 Struktur Organisasi PT PLN (Persero)

14  

Page 22: laporan akhir magang

II. C.2 Struktur Organisasi Direktorat SDM dan Umum Gambar II.2 Bagan Susunan Organisasi Pada Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum PT PLN (Persero)

II. C.3 Struktur Organisasi Divisi Pengembangan Sistem SDM

Gambar II.3 Bagan Susunan Organisasi Pada Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum PT PLN (Persero)

15  

Page 23: laporan akhir magang

D. Produk Instansi Sesuai Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang ketenagakerjaan dan

berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, berikut adalah rangkaian kegiatan

usaha perusahaan:

1. Menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang mencakup;

• Pembangkitan tenaga listrik;

• Penyaluran tenaga listrik;

• Distribusi tenaga listrik;

• Perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik;

dan

• Penjualan tenaga listrik.

2. Menjalankan usaha penunjang tenaga listrik yang mencakup:

• Konsultasi ketenagalistrikan;

• Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan;

• Pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan; dan

• Pengembangan teknologi peralatan yang menunjang penyediaan

tenaga listrik.

3. Kegiatan-kegiatan lainnya mencakup:

• Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam dan

sumber energi lainnya untuk kepentingan tenaga listrik;

• Pemberian jasa operasi dan pengaturan pada pembangkitan,

penyaluran, distribusi dan retail tenaga listrik;

• Kegiatan perindustrian perangkat keras dan lunak dibidang

ketenagalistrikan baik dari dalam maupun luar negeri di

telekomunikasi dan informasi terkait dengan ketenagalistrikan;

dan

• Usaha jasa ketenagalistrikan.

Kegiatan usaha Perusahaan dibagi menjadi beberapa kategori:

1. Kegiatan Perencanaan

16  

Page 24: laporan akhir magang

Kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan sebagai induk

perusahaan termasuk diantaranya perencanaan pengembangan fasilitas

tenaga listrik (pembangkitan, transmisi dan distribusi umum) dan

penunjangnya, rencana pendanaan, pengembangan usaha, pengembangan

organisasi, dan SDM.

Kegiatan perencanaan yang berkaitan dengan jaringan distribusi

dan listrik pedesaan akan dilakukan oleh induk peusahaan perihal pokok-

pokok kebijakan makro, sedangkan perencanaan lain yang bersifat mikro

akan dilakukan oleh satuan organisasi wilayah atau distribusi.

2. Kegiatan Pembangunan

Kegiatan pembangunan yang mencakup konstruksi sarana

penyediaan tenaga listrik pembangkitan, transmisi dan gardu induk

merupakan tugas dari satuan organisasi konstruksi Proyek Induk.

Sementara pelaksanaan pembangunan jaringan distribusi dilakukan oleh

masing-masing unit organisasi wilayah dan distribusi. Kegiatan

pembangunan proyek kelistrikan desa yang berasal dari pedanaan APBN

adalah tugas pemerintah melalui Direktorat Jendral Listrik dan

Pemanfaatan Energi.

3. Kegiatan Pengusahaan/Operasi

Kegiatan berupa produksi tenaga listrik dihasilkan oleh pusat-pusat

pembangkit tenaga listrik yang terdiri dari beberapa jenis pembangkit,

yaitu Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batubara, gas alam atau

bahan bakar minyak (BBM); Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) berbasis

tenaga air sebagai penggerak turbin; Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG-gas

turbine) berbasis gas alam atau BBM; Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi

(PLTP) berbasis tenaga uap panas bumi; dan Pusat Listrik Tenaga Disel

(PLTD) berbasis BBM.

Selain itu, perusahaan juga melakukan pembelian tenaga listrik

yang diproduksi oleh pusat-pusat pembangkit tenaga listrik swasta yang

juga merupakan gabungan dari beberapa jenis pembangkit, yaitu PLTU

berbahan bakar batubara, Pusat Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU-

17  

Page 25: laporan akhir magang

combined cycle) berbasis gas alam atau BBM, PLTA berbasis tenaga air

sebagai penggerak turbin, PLTP berbasis tenaga uap panas bumi dan

PLTD berbasis BBM.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pusat pembangkit disalurkan ke

gardu induk melalui jaringan transmisi dengan berbagai tingkat tegangan

seperti Tegangan Ekstra Tinggi (500 kV), Tegangan Tinggi (150 dan 70

kV). Semakin besar daya yang akan disalurkan kepada kawat transmisi

berukuran sama, semakin tinggi tegangan yang diperlukan. Tingkat

tegangan di gardu induk yang berkapasitas 500 kV dan 150 kV akan

diturunkan untuk tujuan distribusi kepada pelanggan.

Untuk kategori pelanggan besar dilayani dengan jaringan tegangan

tinggi sebesar 150 dan 70 kV, dan jaringan menegah sebesaar 20 kV.

Untuk pelanggan kecil, energi listrik disalurkan ke gardu distribusi

melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 kV dan selanjutnya di

gardu distribusi tegangan diturunkan ke tingkat 380/220 volt untuk

kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ke

sambungan rumah.

4. Kegiatan Riset dan Penunjang

Kegiatan yang dilakukan oleh satuan organisasi penunjang mencakup:

• PT PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Latihan yang bertugas

untuk menyelenggarakan berbagai pendidikan dan latihan

dibidang teknik, manajemen, keuangan dan administrasi umum;

• PT PLN (Persero) Jasa Enjinering yang bertugas untuk

memberikan dukungan dalam studi kelayakan, desain,

dansupervisi konstruksi sarana penyediaan tenaga listrik;

• PT PLN (Persero) Penelitian dan Pengembangan Ketenagalistrikan

yang bertugas untuk member dukungan dalam standarisasi,

kalibrasi dan pengujian peralatan listrik serta instrument lainnya;

• PT PLN (Persero) Jasa Sertifikasi yang bertugas untuk

memberikan dukungan dalam sertifikasi produk peralatan listrik,

18  

Page 26: laporan akhir magang

sistem manajemen mutu dan lingkungan bidang ketenagalistrikan

serta kelalaian instalasi tenaga listrik dan tera meter;

• PT PLN (Persero) Jasa Manajemen Konstruksi yang bertugas

untuk memberikan dukungan dalam manajemen konstruksi

lapangan untuk konstruksi dan layanan perbaukan terutama sektor

kelistrikan; dan

• PT PLN (Persero) Jasa dan Produksi yang bertugas untuk

memberikan dukungan terhadap produksi dan layanan perbaikan

terutama di sektor kelistrikan.

E. Organisasi dan Manajemen Instansi E.1 Organisasi dan Manajemen PT PLN (Persero)

Berdasarkan keputusan direksi nomor 17 tahun 2010 tentang organisasi

dan kerja PT PLN (Persero), mengenai tata kerja, Direksi terdiri dari 10

(sepuluh) Direktur dikoordinir oleh seorang Direktur Utama yang diuraikan

sebagai berikut:

• Direktur Operasi Indonesia Barat bertanggung jawab atas operasional

perusahaan di wilayah Sumatera dan Kalimantan Barat. Sedangkan

Direktur Operasi Indonesia Timur bertanggung jawab atas operasional

perusahaan di luar wilayah Jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan

Barat.

• Kepala Divisi (KDIV) memimpin divisi dan bertanggung jawab

kepada Direksi melalui Direktur terkait.

• Kepala Satuan Pengawasan Intern (KSPI) memimpin Satuan

Pengawasan Intern dan bertanggung jawab kepada Direksi.

• Sekertaris Perusahaan (SEKPER) memimpin Sekertariat Perusahaan

dan bertanggung jawab kepada Direksi.

• Kepala Satuan Pelayanan Hukum Korporat (KSHK) memimpin

Satuan Pelayanan Hukum Koorporat dan bertanggung jawab kepada

Direksi.

19  

Page 27: laporan akhir magang

• Kepala Satuan Pengendalian Kinerja Korporat (KSKK) memimpin

Satuan Pengendalian Kinerja Korporat dan bertanggung jawab kepada

Direksi.

• General Manager (GM) memimpin Unit Bisnis dan bertanggung

jawab kepada Direksi.

• Pembentukan kantor atau satuan-satuan usaha atau Unit Bisnis satu

tingkat di bawah Kantor Pusat oleh Direksi dengan

persetujuan/rekomendasi Dewan Komisaris.

E.2 Organisasi dan Manajemen Pengembangan Sistem SDM PT PLN

(Persero)

Berdasarkan Keputusan direksi nomor 17 tahun 2010 tentang organisasi

dan kerja PT PLN mengenai tanggung jawab utama, Kepala Divisi

Pengembangan Sistem SDM (KDIV SDM), bertanggung jawab memastikan

terlaksananya pengembangan sistem SDM, ketentuan kepegawaian dan

tersusunya rencana anggaran kepegawaian, pengelolaan change management

dan knowledge management sesuai kebutuhan perusahaan, dengan tugas

pokok:

a. Menyusun dan memastikan terlaksananya kebijakan pengembangan sistem

SDM berdasarkan sistem manajemen SDM berbasis kompetensi (MSDM-

BK) untuk menghasilkan SDM berkinerja tinggi dan kompetitif serta

berperilaku sesuai nilai-nilai budaya korporat;

b. Memastikan terlaksananya pengembangan sistem informasi manajemen

kinerja pegawai yang selaras dengan strategi perusahaan;

c. Menyusun dan memastikan terlaksananya perencanaan kebutuhan

anggaran SDM dalam RKAP;

d. Menyusun dan memastikan terlaksananya kebijakan corporate culture dan

internalisasi nilai-nilai budaya di perusahaan;

e. Menyusun dan memastikan terlaksananya change management dalam

setiap perubahan akibat pengembangan organisasi dan sistem manajemen;

20  

Page 28: laporan akhir magang

f. Menyusun dan memastikan terlaksananya kebijakan pengelolaan

knowledge management sebagai sarana pembelajaran dan sarana untuk

menyimpan dan mengakumulasi kompetensi perusahaan;

g. Menyusun dan memastikan tersedianya kebijakan pengelolaan K3

(Keselamatan dan kesehatan Kerja) sebagai pedoman dalam pelaksanaan

operasional agar tercipta keamanan dan keselamatan tenaga kerja dalam

menjalankan pekerjaan.

Berdasarkan Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor 56

Tahun 2010 tentang Tanggung Jawab dan Tugas Pokok Pemegang

Jabatan Pada Divisi Pengembangan Sistem SDM.

1. Manajer Senior Sistem MSDMBK bertanggung jawab memastikan

tersedianya strategi dan kebijakan mengenai Manajemen Sumber Daya

Manusia Berbasis Kompetensi (MSDM-BK) dengan tugas pokok:

a. Memimpin dan memastikan pelaksanaan kajian atas sistem

rekrutmen dan seleksi;

b. Memimpin dan memastikan pelaksanaan kajian atas sistem pelatihan

dan pengembangan;

c. Memimpin dan memastikan pelaksanaan kajian atas sistem

perencanaan karir dan suksesi;

d. Memastikan tersedianya kebijakan pengelolaan K3 (Keselamatan

dan Kesehatan Kerja);

e. Memastikan implementasi MSDM-BK di unit untuk menyelaraskan

sistem SDM dengan strategi perusahaan.

2. Manajer Senior Manajemen Perubahan dan Budaya Perusahaan :

bertanggung jawab memastikan tersedianya kajian dampak perubahan

sistem, dengan tugas pokok:

a. Memimpin dan memastikan adanya kajian terhadap implementasi

manajemen perubahan sistem SDM;

b. Memimpin dan memastikan internalisasi sistem MSDM-BK;

c. Merekomendasikan konsep kebijakan dan internalisasi budaya

perusahaan;

21  

Page 29: laporan akhir magang

d. Merekomendasikan konsep pedoman code of product.

3. Manajemen Senior Kinerja SDM : bertanggung jawab memastikan

terwujudnya pengembangan mekanisme kinerja SDM, dengan tugas

pokok:

a. Memastikan tersedianya panduan penilaian kinerja SDM;

b. Memimpin dan memastikan pembinaan kinerja SDM pada jabatan

strategis;

c. Memastikan tersedianya konsep usulan pengembangan kinerja SDM

dalam rangka pencapaian target kinerja individu;

d. Memastikan implementasi di unit serta mengelola database ANEV

kinerja SDM.

4. Manajer Senior Kebijakan Knowledge Management : bertanggung jawab

memastikan tersedianya kebijakan strategis dan regulasi korporat

mengenai manajemen pengetahuan, dengan tugas pokok:

a. Memastikan tersedianya mekanisme knowledge transfer

b. Memastikan tersedianya kebijakan strategi dan regulasi knowledge

management;

c. Memastikan tersedianya knowledge management audit.

5. Manajer Senior Pengelolaan Knowledge Management : bertanggung

jawab memastikan tersedianya program manajemen pengetahuan secara

korporat, dengan tugas pokok :

a. Memimpin dan memastikan tersedianya program Manajemen

Pengetahuan secara korporat;

b. Mensupervisi monitoring implementasi program manajemen

pengetahuan;

c. Mengevaluasi implementasi program di unit;

d. Memimpin dan memastikan pengelolaan program-program

manajemen pengetahuan sebagai upaya peningkatan kualitas dan

kinerja perusahaan;

e. Memimpin dan memastikan terlaksananya kajian pengujian inovasi-

inovasi baru di unit dan merekomendasikan sebagai best practice

22  

Page 30: laporan akhir magang

6. Senior Specialist I Manajemen SDM : bertanggung jawab mengkaji,

menganalisa dan mengevaluasi strategi dan kebijakan mengenai Sistem

SDM, membina implementasi MSDM-BK di unit untuk menyelaraskan

sistem SDM strategi perusahaan.

23  

Page 31: laporan akhir magang

BAB III Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) di PT PLN

(Persero)

III. A. Pelaksanaan Knowledge Management (SECI Model) Pada Divisi

Pengembangan Sistem SDM PT PLN (Persero) Kantor Pusat

PT PLN Persero yang termasuk kedalam satu-satunya perusahaan BUMN

yang core bisnisnya bergerak dibidang produksi dan distribusi listrik menyadari

penuh bahwa telah terjadi pergeseran paradigma aset. Melihat dengan ditandainya

globalisasi dan teknologi telah terjadi pergeseran tangible aset menjadi intangible

aset, yang menjadikan pengetahuan paling berharga dalam situasi tersebut. Hal ini

dijawab oleh PT PLN (Persero) dengan visinya yang menyatakan bahwa potensi

insan menjadi tumpuan dari pencapaian perusahaan kelas dunia yang bertumbuh

kembang, unggul, dan terpercaya.

Dengan visi perusahaan tersebut, sudah jelas bahwa PT PLN (Persero)

sedang menuju kepada sebuah organisasi berbasis pengetahuan. Hal ini diperkuat

juga dengan telah dilaksanakannya Knowledge Management (KM) sejak lama.

Pelaksanaan KM di PT PLN (Persero) merupakan salah satu rangkaian kegiatan

dari sekian banyak kegiatan yang dikerjakan oleh Divisi Pengembangan Sistem

SDM. Visi dan Misi KM di PT PLN (persero) adalah sebagai berikut:

Visi:

Terbangunnya PLN sebagai salah suatu organisasi pembelajar dengan

melancarkan aliran aset pengetahuan dan mendorong tumbuhnya inovasi yang

relevan dengan strategi perusahaan.

Misi:

1. Memfasilitasi semua karyawan perusahaan untuk menjadi “knowledge

worker”, yang memliliki semangat dan kemampuan.

• Berbagi pengetahuan dan kemudian melakukan kodifikasi dan

implementasi pengetahuan eksplisit untuk meningkatkan kinerja.

24  

Page 32: laporan akhir magang

• Melakukan inovasi berkelanjutan untuk meningkatkan daya saing

perusahaan.

2. Mempertahankan dan memelihara aset pengetahuan dari kehilangan atau

ketinggalan jaman, dan kemudian menumbuhkembangkan lebih cepat dan

lebih efektif

3. Mengintegrasikan seluruh aset pengetahuan dari setiap unit bisnis, menjadi

aset perusahaan.

4. Mensinkronisasi strategi bisnis PLN dengan operasional.

5. Mengintegrasikan KM, organisasi pembelajar dan proses inovasi di PLN.

Nilai-nilai utama Knowledge Management di PLN:

1. Berbagi

Terletak pada pusat KM PLN, proses berbagi adalah aktivitas dan semangat

utama dalam perusahaan. Setiap orang diundang untuk berbagi sebanyak

mungkin hasil pembelajarannya kepada lingkungan sekitar. Dengan berbagi

pengalaman sesudah melaksanakan proyek atau tugas, sesudah menghadiri

training atau saat membaca sesuatu yang baru, efek dari pengetahuan baru

akan jauh lebih luas.

2. Unggul

Nilai unggul merujuk pada efek yang ingin dicapai dan metode yang akan

digunakan. Dalam belajar dan berinovasi, serta mencapai target dan

memuaskan stakeholders, KM PLN akan dapat membantu perusahaan untuk

bekerja dengan lebih unggul.

3. Sinergi

Hasil dari berbagai pengetahuan adalah sebuah pengetahuan kolektif yang

lebih baik. Sinergi adalah suatu bentuk kerjasama yang memberi hasil

maksimal saat tiap anggota dapat memaksimalkan potensi diri, dan kelompok

dapat menjadi wadah untuk berkreasi.

4. Senang

25  

Page 33: laporan akhir magang

Di tengah-tengah proses pembelajaran dan berbagi pengetahuan, perlu diingat

bahwa KM perlu terasa menyenangkan bagi semua orang. Hal ini tidak hanya

akan memudahkan adaptasi KM dalam pekerjaan sehari-hari, tapi juga dapat

memperlancar inovasi dalam KM PLN.

5. Tulus

Saat melaksanakan aktivitas sehari-hari yang dilengkapi dengan KM,

diharapkan semua orang dapat melaksanakannya bukan karena kewajiban,

namun karena merasa adanya nilai tambah dalam KM. Jika pekerja secara

tulus merasakan manfaat KM, dan secara tulus ingin membantu sesame

pekerja, maka komunitas dalam PLN akan menjadi lebih kuat.

Penerpapan KM akan berhasil apabila program-program KM yang

dijalankan berdasarkan visi dan misi dari PT PLN (Persero) itu sendiri. Maka PT

PLN (Persero) telah membuat perencanaan strategis mengenai KM. Kemudian

dari perencanaan yang telah dibuat tersebut akan dapat memudahkan untuk

mengukur seberapa jauh keberhasilan KM di PT PLN (Persero) dalam

pengimplementasiannya. Rencana strategis KM melalui Road Map knowledge

management PT PLN (Persero) terdapat tiga tahap yaitu:

1. Strategi bertahan (2008-2009)

Membangun budaya dan kesadaran serta menyediakan alat bantu dan

forum dalam berbagi pengetahuan.

2. Strategi stabil ( 2010-2011)

Menenamkan KM ke dalam proses bisnis dan menyediakan infrastruktur

KM berupa teknologi kolaboratif.

3. Strategi tumbuh (2012-2016)

Menjadikan inovasi sebagai pendorong bisnis, baik nasional maupun

internasional.

Saat ini PT PLN (Persero) telah melewati tahap pertama mengenai

perencanaan strategis KM yang selanjutnya sekarang sedang memasuki tahap

kedua yaitu strategi stabil. Realisasi perencanaan strategis KM tersebut dijalankan

PT PLN (Persero) dengan menanamkan KM ke dalam proses bisnis melalui

26  

Page 34: laporan akhir magang

pengembangan pegetahuan kritikal untuk menguasai pengetahuan sepanjang

rantai nilai perusahaan (proses bisnis) dan memperluas penerapan sistem penilaian

kinerja. Kemudian realisasi lainnya dengan menyediakan infrastruktur KM berupa

teknologi kolaboratif melalui pengembangan KM Collaborative Tools terintegrasi

dengan ICT (ERP, MIS, dll). Pada lingkungan PT PLN (Persero) mengenai

pedoman dan kebijkan umum tata kelola KM diatur melalui Surat Keputusan

Direksi Nomor 727 tahun 2010. Lebih lanjut untuk mengetahui pelaksanaan KM

di PT PLN (Persero) akan dijelaskan melalui teori penciptaan pengetahuan SECI

Model oleh Profesor Nonaka. Karena PT PLN (Persero) sendiri sejak pertama KM

dilaksanakan telah menggunakan proses pengelolaan KM dengan penciptaan

pengetahuan tacit knowledge dan explicit knowledge milik Nonaka melalui proses

sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, internalisasi.

III. A. 1. Proses Sosialisasi

Pertama akan menjelaskan bagaimana proses sosialisasi yang terjadi di PT

PLN (Persero). Pada bab sebelumnya telah dijelaskan mengenai proses sosialisasi

tersebut, yaitu pertukaran tacit knowledge dari orang ke orang yang salah satu

caranya adalah melalui tatap muka. Proses sosialisasi dalam PT PT PLN (Persero)

diprioritaskan untuk melakukan tatap muka, namun tidak menutup kemungkinan

melakukannya secara online.

Proses sosialisasi terlihat dengan diterapkannya program Community of

Practice (CoP) dan knowledge sharing. Pelaksanaan CoP tersebut didefinisikan

oleh PT PLN (Persero) sebagai sebuah komunitas yang terdiri dari sekumpulan

orang yang mempunyai kepentingan dan minat yang sama atas suatu masalah dan

berusaha belajar bersama untuk memperoleh pemecahannya. Sedangkan

knowledge sharing secara sekilas mirip dengan CoP, tetapi yang membedakan

adalah adanya narasumber pegawai yang berkompeten dibidangnya.

Tujuan pembentukan CoP di PT PLN (Persero) memiliki beberapa tujuan

antara lain:

1. Sebagai wadah berbagi pengetahuan dan kolaborasi dalam rangka membantu

pekerjaan pegawai sehari-hari.

27  

Page 35: laporan akhir magang

2. untuk menggali potensi pengetahuan yang ada dimasing-masing pegawai dami

membangun pengetahuan perusahaan (corporate knowledge) yang relevan

terhadap strategi bisnis perusahaan.

3. Sebagai wadah utama untuk mengembangkan continous improvement dan

membangun disiplin perencanaan dan pendokumentasian sesuai dengan

implementasi ISO.

4. Sebagai wadah utama untuk menumbuh kembangkan inovasi-inovasi yang

berasal dari pegawai.

Langkah-langkah pembentukan CoP di PT PLN (Persero) terbagi menjadi

tiga tahap, yaitu:

1. Pembentukan Identitas, yang terdiri dari penentuan tema dan peranan-peranan

yang ada dalam CoP tersebut.

2. Perencanaan inti, merupakan penjelasan lebih mendalam kepada CoP yang

akan dijalankan.

3. Validasi, merupakan finalisasi yang dilakukan oleh tim KM PT PLN (Persero).

Agar pelaksanaan CoP di PT PLN (Persero) berjalan sebagaimana

mestinya, maka dibuat suatu penilaian bagi pegawai yang berpartisipasi dalam

CoP melalui sistem penilaian Key Performance Index (KPI). Penilaian tersebut

tentunya berpengaruh langsung kepada peningkatan karir seorang pegawai. Hasil

penilaian tersebut setiap triwulan oleh tim KM juga menjadi dasar untuk melihat

bagaimana tinggi rendahnya partisispasi pegawai dimasing-masing unit bisnis PT

PLN (Persero). Pada CoP tersebut juga setiap penilaian triwulan memberikan

hasil-hasil kegiatan CoP yang telah ditelah dicatat oleh pihak administrator.

Kenyataan yang ada pada pelaksanaan proses ini tidaklah sepenuhnya

berjalan mulus seperti yang tertuang di peraturan. Seperti pelaksanaan CoP yang

telah terbentuk dalam setiap divisi seperti pada Divisi Pengembangan Sistem

SDM yang melaksanakan kegiatan CoP dihari senin selepas jam pulang pukul 4

sore. Walaupun terkadang kegiatan CoP diperbolehkan mulai pukul 16.30, karena

berbagai macam alasan dari pegawai. Namun terlihat kegiatan CoP tidak tepat

waktu dalam pelaksanaannya, seperti kegiatan CoP dilakukan pada pukul 5 sore.

28  

Page 36: laporan akhir magang

Hal tersebut membuat para pegawai enggan untuk datang karena terlalu sore dan

khususnya bagi para pegawai yang rumahnya jauh.

Selain itu terdapat pegawai yang telat datang pada kegiatan CoP. Hal ini

membuat kurang mengertinya penjelasan materi yang telah berlangsung. Sehingga

perlu penjelasan ulang bagi pegawai yang telat tersebut dan tentu ini meng

habiskan waktu yang lama. Akibatnya kegiatan CoP selesai tidak tepat pada

waktunya dan banyak pegawai yang meminta untuk pulang.

III. A. 2. Proses Eksternalisasi

Selanjutnya yang kedua, mengenai proses eksternalisasi di PT PLN

(Persero) terlihat dari tacit knowledge diartikulasikan menjadi explicit knowledge

menjadi hasil dokumentasi. Kegiatan CoP dan Knowledge Sharing yang

didokumentasikan menjadi wujud nyata bisa dikatakan sebagai proses

eksternalisasi. Namun untuk proses ini PT PLN (Persero) telah menerapkan

program knowledge capturing sebagai cara. Knowledge capturing tersebut dapat

berbentuk tulisan, video, dan audio yang mudah disebarkan dan dimengerti oleh

pegawai lain.

Knowledge capturing di PT PLN (Persero) melalui Surat Edaran Direksi

Nomor 10 Tahun 2011 meliputi kegiatan yang terdiri dari:

a. Pemilihan pengetahuan yang akan didokumentasiakan/akuisisi

b. Penentuan Pegawai yang layak menjadi narasumber

c. Penentuan metode pendokumentasian

d. Penentuan pegawai yang layak menjadi penulis

e. Proses penulisan, penyuntingan dan validasi

f. Penyebar luasan hasil knowledge capturing.

Pemilihan tema yang akan diakuisis berdasarkan taksonomi yang telah

dibuat oleh perusahaan. Pegawai yang menjadi penulis merupakan pegawai yang

telah bersedia penuh melakukan kegiatan knowledge capturing dan sebelumnya

telah diberikan pelatihan mengenai penulisan. Penulis tidak sendiri melakukan

penulisan melainkan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Penulis dan

narasumber yang berpartisiapasi dalam kegiatan knowledge capturing tentunya

29  

Page 37: laporan akhir magang

juga diberikan reward khusus oleh perusahaan. Kemudian untuk kriteria yang

layak menjadi narasumber adalah pegawai/pensiunan yang telah diakui senioritas

keahliannya oleh Direksi/Kepala Divisi/Kepala Satuan/Kepala Pusat/General

Manager serta bersedia membagikan pengetahuannya.

Selain adanya perpustakaan, penggunaan Knowledge Management System

(KMS) yang ada di PT PLN (Persero) sangat membantu penyebaran dari hasil

knowledge capturing baik berupa tulisan dan bukan tulisan tersebut. Proses

eksternalisasi dengan KMS juga berfungsi untuk menghadirkan Expert System

(ES) yang mempunyai keunggulan dalam rangka membantu mengambil suatu

keputusan. Saat ini KMS PT PLN (Persero) yang bernama Portal KMDEV sudah

mempunyai ES untuk menganalisa masalah dan solusi untuk mengambil

keputusan. Salah satu contohnya adalah mengenai gambaran teknis pada

pembangkit listrik tenaga air dan disel, dengan memberitahu apa saja yang harus

dilakukan apabila terjadi masalah/gangguan teknis pada mesin. ES tersebut

mempunyai keunggulan dengan adanya penggunaan tampilan animasi untuk

melakukan kegiatan simulasi.

Pada kenyataannya proses ini seperti dalam knowledge capturing terdapat

kekurangan. Dari awal dibentuknya kelompok knowledge capturing hingga

sekarang telah mempunyai dua angkatan. Dalam satu angkatan terbagi menjadi

beberapa kelompok untuk melakukan knowledge capturing. Namun dari angkatan

pertama belum dapat menyelesaikan hasil penulisan mereka. Adapun kelompok

yang hampir menyelesaikan penulisan tersebut, baru sampai ke tahap

pensinkronisasian oleh tiap penulis di dalam kelompok.

Sedangkan mengenai ES yang terdapat di dalam Portal KMDEV masih

hanya terdapat satu karya hasil ciptaan pegawai anak perusahaan PT PLN

(Persero). Namun karya tersebut telah memuat banyak materi mengenai

penjelasan rangakaian dan pemecahan masalah pembangkit listrik tenaga air.

III. A. 3. Proses Kombinasi

Kemudian yang ketiga merupakan proses kombinasi yaitu proses konversi

pengetahuan melalui kombinasi berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk

30  

Page 38: laporan akhir magang

disusun ke dalam sistem knowledge management. PT PLN (Persero) selain

mengkombinasikan pengetahuan melalui jaringan internet dan ekstranet, Portal

KMDEV dengan jaringan intranet menjadi urutan terdepan dalam keseluruhan

kegiatan KM. Portal KMDEV sendiri berperan sebagai knowledge center dari

perusahaan. Semua hasil pendokumentasian/pengakuisisan pengetahuan

perusahaan terkumpul menjadi satu dalam Portal KMDEV yang terstruktur dan

terorganisir melalui sistem taksonomi pengetahuan.

Selain itu proses kombinasi lainnya dapat terlihat dari adanya lomba karya

inovasi sejak tahun 1999 hingga sekarang. Sekarang lomba karya inovasi di PT

PLN (Persero) berubah nama menjadi Knowledge Norm Innovation Festival &

Exhibition (KNIFE). Pada festival tersebut khusus menampilkan hasil karya

inovasi dalam bentuk nyata yang dibuat oleh para pegawai. Dan hasil karya

inovasi tersebut berbentuk barang jadi seperti “Robot Sewayang” yang berfungsi

sebagai alat pembersih konduktor pada jaringan transmisi dan distribusi

(bumn.go.id, 28/7/2011). Acara festival tersebut dapat digambarkan sebagai

proses internalisasi pengetahuan karena sebelum menjadi bentuk nyata berupa

barang, merupakan sebuah penemuan terdahulu maupun terbaru yang masih

berupa tulisan. Secara teoritis terlihat adanya tahapan konversi dari tacit

knowledge yang kemudian diubah tetap menjadi tacit knowledge demi mendukung

tujuan dan sasaran perusahaan.

Apabila dilihat dari penggunaan Portal KMDEV oleh para pegawai belum

banyak dimanfaatkan. Menurut data statistik dari komputer pengelola website

intranet Portal KMDEV, terlihat pegawai terbanyak yang membuka Portal

KMDEV adalah tim KM dan kemudian para pegawai di Divisi Pengembangan

Sistem SDM. Di luar tersebut hanya sekitar puluhan orang yang membuka

beberapa kali saja website tersebut.

Sedangkan acara KNIFE sendiri terbilang sukses pelaksanaannya. Acara

tersebut merupakan acara unggulan dari PT PLN (Persero) dan tentunya ditunggu

oleh pegawai. Dari acara tersebut telah berhasil menemukan dan mengembangkan

inovasi yang berguna bagi perusahaan.

31  

Page 39: laporan akhir magang

III. A. 4. Proses Internalisasi

Proses penciptaan pengetahuan terakhir yang keempat adalah proses

internalisasi. Pada PT PLN (Persero) proses internalisasi dengan melakukan

penseminasian dokumen data, informasi dan pengetahuan berupa explicit

knowledge kepada pegawai dilakukan dengan dua cara. Pertama dilakukan

pengorganisasian kepustakaan berupa saran penyimpanan data pada tingkat Unit

Pelaksana Induk dan seluruh Unit Pelaksana. Tidak seperti dahulu tersedianya

perpustakaan hanya ada pada tempat-tempat tertentu yaitu hanya terdapat

ditingkat pusat. Maka dokumen-dokumen yang tersimpan berupa soft-copy

maupun hard-copy dapat diakses dengan mudah oleh semua pegawai PT PLN

(Persero) diseluruh Indonesia.

Cara kedua dengan adanya penggunaan KMS oleh perusahaan maka

terciptalah Portal KMDEV. Website yang berbasis jaringan intranet tersebut

memberikan kemudahan bagi semua pegawai untuk melakukan pencarian

pengetahuan terkait perusahaan yang diinginkan. Pada Portal KMDEV tersebut

memberikan kemudahan karena terdapat taksonomi pengetahuan, dimana

pengetahuan yang menjadi kebutuhan perusahaan telah terklasifikasikan dengan

baik.

Taksonomi pengetahuan yang ada pada PT PLN (Persero) dikenal sebagai

PLN Critical Knowledge yang terbagi menjadi 6 bagian inti, yaitu:

1. Pembangkit dan Energi Primer

2. Transmisi

3. Distribusi dan Niaga

4. Sumber Daya Manusia

5. Keuangan

6. Penunjang

Penseminasian pengetahuan kepada pegawai banyak dilakukan dengan

Portal KMDEV. Namun tidak semua pegawai membuka website tersebut karena

berbagai alasan. Tidak bisa karena kurangnya pengetahuan terhadap teknologi

informasi khusunya mengenai jaringan intranet. Sedangkan alasan lainnya yaitu

pegawai yang bisa membuka Portal KMDEV tersebut namun tidak mau untuk

32  

Page 40: laporan akhir magang

membukanya. Jadi proses internalisasi secara langsung melalui cara konvensional

dengan berbagai kekurangan dianggap masih lebih ampuh, seperti melalui

selebaran, modul, televisi iklan dan lain-lain.

Gambar III.1 KM Model di PT PLN (Persero)

III. B. Hambatan Knowledge Management Pada Divisi Pengembangan Sistem

SDM PT PLN (Persero) Kantor Pusat

Pelaksanaan KM disetiap organisasi/perusahaan pasti tidak berjalan mulus

sesuai yang diharapkan menurut teori maupun peraturan yang telah dibuat. Begitu

juga yang ada pada pelaksanaan KM di PT PLN (persero). Pasti ada saja

hambatan yang membuat KM tersebut tidak berjalan sebagai mana mestinya.

Kendala-kendala yang ada dan paling dominan apabila dilihat berdasarkan teori

Vaas adalah tidak cukupnya waktu untuk melakukan kegiatan KM.

Dari keseluruhan kegiatan KM yang ada, waktu tersebut dapat terlihat dari

beberapa penjelasan. Kesibukan pegawai akan banyaknya pekerjaan yang

33  

Page 41: laporan akhir magang

menumpuk menjadikan salah satu alasan mengapa kurangnya waktu untuk

melibatkan dirinya dalam beberapa kegiatan KM. Padahal pegawai itu sendiri mau

untuk berbagi pengetahuan dengan pegawai lainnya. Kemudian masalah lainnya

adalah kebiasaan pegawai datang tidak tepat pada waktunya dalam kegiatan KM,

karena tidak adanya hukuman yang berarti akibat keterlambatan. Semua hal

tersebut tercermin dalam kegiatan CoP dan knowledge capturing.

Selain itu hambatan lainnya yang ada ialah tidak mengerti tentang KM dan

manfaatnya. Banyak pegawai menganggap kecil seluruh rangkaian kegiatan

mengenai KM yang ditawarkan oleh perusahaan. Seharusnya sebelum melakukan

kegiatan KM para pegawai harus dijelaskan mengenai manfaat yang ditawarkan

KM. Hal ini dapat menyadarkan para pegawai disamping reward dan punishment

perusahaan yang tidak terlalu serius.

Hal lainnya yang menjadi penghambat adalah pegawai tidak mempunyai

keterampilan dalam KM. Seperti pada pelaksanaan knowledge capturing penulis

yang merupakan pegawai belum mampu menyelesaikan hasil penulisan dengan

tepat waktu. Walaupun sebelumnya telah diberikan pembekalan mengenai metode

penulisan melalui pendidikan dan pelatihan. Selain masalah waktu yang kurang,

penulis juga dituntut untuk mempunyai keahlian sebagai penulis yang merupakan

bawaan dari individu masing-masing. Penggunaan Portal KMDEV juga menjadi

gambaran kurang mengertinya pegawai dalam pemakaian website tersebut.

Semua hambatan tersebut dapat pada divisi yang satu dengan yang lainnya

tentu berbeda-beda, seperti divisi pegawai teknis dengan non teknis. Karakter dari

masing-masing individu juga banyak mempengaruhi berjalannya KM. Termasuk

karakter dari pemimpin divisi bersangkutan yang juga sangat mempengaruhi.

34  

Page 42: laporan akhir magang

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Pelaksanaan Knowledge Management (KM) di PT PLN (Persero) dengan

menggunakan SECI Model merupakan salah satu bentuk perhatian perusahaan

bahwa pentingnya tacit knowledge dibandingkan dengan explicit knowledge.

Pelaksanaan KM sendiri di PT PLN (Persero) dengan SECI Model sudah cukup

serius dalam menerapkan dengan adanya berbagai program seperti CoP,

Knowledge Sharing, Knowledge Capturing, dan Festival KNIFE. Kemudian tidak

kalah pentingnya dengan penerapan Knowledge Management System (KMS) bagi

KM di perusahaan. Peran KMS ini dinilai penting karena dengan demikian tidak

akan tercipta Portal KMDEV yang menaungi semua pengelolaan pengetahuan

perusahaan.

Namun pelaksanaan KM sendiri apabila dilihat dalam Divisi

Pengembangan Sistem SDM tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Walaupun

PT PLN (Persero) sendiri telah mengeluarkan berbagai peraturan mengenai

pelaksanaan KM di perusahaan tersebut. Hambatan yang terjadi diantara lain

terdapat masalah mengenai waktu, ketidak pahaman manfaat KM oleh pegawai,

dan keterampilan KM yang dimiliki pegawai kurang. B. Saran Meskipun tidak terlihat masalah atau kendala yang dihadapi oleh PT PLN

(Persero) dalam penerapan KM penulis tetap memberikan beberapa rekomendasi

agar KM dapat diterapkan dengan lebih baik lagi. Setidaknya ada beberapa

rekomendasi yang sekiranya konkrit dan aplikatif dalam penerapnnya, yaitu:

1. Manajemen waktu: Pengaturan waktu dalam pelaksanaan KM perlu

diperhatikan secara serius. Melalui reward dan punishment yang diberikan kepada

pegawai agar waktu tidak menjadi penghalang dalam proses KM.

35  

Page 43: laporan akhir magang

36  

2. Pengertian tentang KM: Banyak pegawai yang tidak mengerti pengertian dan

manfaat KM bagi perusahaan. Mereka yang melaksanakan hanya sekedar

melaksanakan saja, sedangkan mereka yang tidak mengerti tetaplah tidak

mengerti dan tidak mau menjalankannya. Seharusnya mereka diberikan pelajaran

yang mendalam mengenai KM sebelum masuk kedalam perusahaan.

3. Pemberian keterampilan dalam KM: Adanya program-program yang diberikan

perusahaan dalam rangka penyelenggaraan KM membuat pegawai mau tak mau

harus mengikutinya. Perlu pelatihan dan pendidikan yang tidak hanya sekali saja

melainkan berkali-kali. Kemudian juga dipilih pegawai yang berkomitmen untuk

menjalankannya.

Page 44: laporan akhir magang

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Gottschalk, 2007, Knowledge Management Systems: Value Shop Creation, USA: Idea

Group Publishing.

Setiarso, Bambang, 2009, Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi,

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sembel & Santoso, 2002, Bisnis Maya, Laba Nyata, Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Uriarte, Filemon A. JR, 2008, Introduction to Knowledge Management, Jakarta:

Asean Foundation.

Widayana, Lendy, 2005, Knowledge Management Meningkatkan Daya Saing Bisnis, Malang:

Bayumedia Publishing.

Sumber lainnya:

“Introduction to Knowledge Management”, www.unc.edu, 28 Juli 2011

“Ini Sektor Bisnis yang terimbas Krisis Jepang”, www.vivanews.com, 27 Juli 2011

“2011 Indonesian MAKE Study”, www.dunamis.co.id, 28 Juli 2011

“2008 Indonesian MAKE Study”, www.dunamis.co.id, 28 Juli 2011

“Boros Anggaran Bahan Bakar, PLN Harus Diawasi KPK”, bataviase.co.id, 11

Agustus 2011

“Definition of Knowledge management”, www.knowledge-management-online.com,

28 Juli 2011

“Communities of Practice a Brief Introduction”, www.ewenger.com, 28 Juli 2011

“PLN Gelar Ajang Inovasi Kelistrikan KNIFE 2010”, www.bumn.go.id, 28 Juli 2011