laporan akhir kestan janualdo

49
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KESUBURAN TANAH Disususun oleh: Nama : Janualdo Ardinata No. BP : 1310232011 Kelas : A (Tanah) Asisten : Silvia Quratul Aini Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Oktanis Emalinda, M.P. PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

Upload: janualdo-ardinata-liverpudlian

Post on 08-Nov-2015

223 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Asudahah

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUMKESUBURAN TANAH

Disususun oleh:Nama: Janualdo ArdinataNo. BP: 1310232011Kelas: A (Tanah)Asisten: Silvia Quratul AiniDosen Pembimbing: Dr. Ir. Oktanis Emalinda, M.P.

PROGRAM STUDI ILMU TANAHFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS ANDALASPADANG2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita sampaikan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan nikmat-Nya jualah saya dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W, yang telah berjuang demi umatnya hingga manfaatnya dapat kita rasakan sampai hari ini.Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kegiatan praktikum Kesuburan Tanah serta dalam penulisan Laporan Akhir Praktikum Kesuburan Tanah ini, baik asisten praktikum, dosen pembimbing praktikum, dosen mata kuliah Kesuburan Tanah, serta tentu saja kepada teman-teman yang telah bersama-sama menjalani praktikum ini.Saya menyadari dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.

Padang, 3 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................2Daftar Isi..................................................................................................................3Daftar Tabel.............................................................................................................5Daftar Lampiran......................................................................................................6BAB I : PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang.......................................................................................71.2 Rumusan Masalah.................................................................................91.3 Tujuan....................................................................................................9BAB II : TINJAUAN PUSTAKA2.1 Tanah Ultisol........................................................................................102.2 Jagung..................................................................................................112.3 Kesuburan............................................................................................122.4 Bahan Organik.....................................................................................16BAB III : BAHAN DAN METODA3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................193.2 Alat dan Bahan....................................................................................193.3 Metoda................................................................................................193.4 Cara Kerja............................................................................................20BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil.....................................................................................................234.2 Pembahasan........................................................................................24BAB V : PENUTUP5.1 Kesimpulan..........................................................................................275.2 Saran....................................................................................................27Daftar Pustaka.......................................................................................................29Lampiran...............................................................................................................30

DAFTAR TABEL

Tabel hasil N-tanah................................................................................................23Tabel hasil P-tanah................................................................................................23Tabel hasil N-tanaman..........................................................................................23Tabel hasil P-tanaman...........................................................................................23Tabel pengamatan jagung.....................................................................................38Tabel kriteria N dan P............................................................................................37

DAFTAR LAMPIRAN

Penghitungan N-tanah..........................................................................................30Penghitungan P-tanah...........................................................................................30Penghitungan N-tanaman.....................................................................................32Penghitungan P-tanaman......................................................................................32Tabel pengamatan jagung.....................................................................................38Tabel kriterian N dan P..........................................................................................37

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangTanah merupakan akumulasi tubuh alam, yang menduduki sebagian besar permukaan bumi setelah air dan mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Tanah sangat penting karena tanah merupakan tubuh atau tempat tanaman hidup, sebagai sumber hara tanaman dan penyedia air dan udara serta tempat tegaknya tanaman. Tanah merupakan bahan yang kompleks yang terdiri dari fase padat, cair dan gas dan diantara bahan padat yang ada di dalam tanah terdapat ruangan yang berisi bahan cair atau bahan gas yang di pengaruhi temperatur, tekanan udara dan sinar matahari.Tanah sebagai media tumbuh tanaman mempunyai fungsi menyediakan air, udara dan unsur-unsur hara untuk pertumbuhan tanaman namun demikian kemampuan tanah menyediakan unsur hara sangat terbatas. Hal tersebut di atas mendorong manusia berpikir dan berusaha untuk melestarikan kesuburan tanahnya. Salah satu dari usaha manusia untuk melestarikan tanahnya adalah dengan penambahan bahan pupuk yang dikenal dengan istilah pemupukan.Kesuburan tanah merupakan mutu suatu tanah atau lahan melainkan bukan sifat tanah maka kesuburan tanah tidak dapat diukur atau diamati melainkan hanya dapat ditaksir. Penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan atas dasar sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah tersebut. Dilihat sifat-sifat dan kelakuan fisik, kimia dan biologi tanah penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan secara kangsung dengan cara melihat keadaan tanaman yang berada di areal tersebut. Kedua cara penaksiran diatas cara penaksiran pertama lebih efektif digunakan dalam menaksir kesuburan tanah, karena dengan cara penaksiran pertama dapat diketahui faktor-faktor yang dapat menentukan kesuburan tanah.Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman. Kesuburan habitat akar dapat bersifat hakiki dari bagian tubuh tanah yang bersangkutan, dan/atau di imbas oleh keadaan bagian lain dari tanah dan/atau diciptakan pengaruh dari keadaan lain lahan seperti lahan, iklim dan musim. Kesuburan tanah berkaitan dengan seluruh sifat tanah yang dapat mendukung tanaman.Pemupukan merupakan salah satu usaha pengelolaan kesuburan tanah. Dengan mengandalkan sediaan hara dari tanah asli saja, tanpa penambahan hara, produk pertanian akan semakin merosot. Tujuan utama pemupukan adalah menjamin ketersediaan hara secara optimum untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga diperoleh peningkatan hasil panen.Tanah memegang peranan penting dalam usaha pertanian oleh karena itu perlu adanya pengetahuan khusus tentang hal itu untuk dapat mengelola tanah dengan baik. Karena dari penentuan tanah dengan benar dapat ditentukan jenis tanaman yang sesuai dengan lahan tersebut. Penentuan tanah dapat dilakukan dengan analisis sifat tanah, baik dari sifat kimia maupun sifat fisikanya dan juga sifat biologi dari tanah tersebut. Karena dari dasar sifat tersebut memiliki karakteristik tanah yang berlainan dan perlu perlakuan pengolahan yang berbeda pula.Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik dari organisme (vegetasi dan hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.Dalam mengkaji ilmu tanah, antaranya adalah fisika,biologi (isolasi bakteri serta jamur dan omission test) dan kimia tanah. Fisika tanah mempelajari sifat-sifat fisik tanah, meliputi kadar lengas tanah, tekstur, struktur, kemantapan agregat, dan konsistensi. Sedangkan kimia tanah meliputi bahan organik, reaksi tanah (pH), kejenuhan basa (KB), dan kapasitas tukar kation (KTK). Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia tanah, maka dapat ditentukan pola pengelolaan tanah yang tepat akan meningkatkan kesuburan tanah.Penggunaan pupuk yang efisien pada dasarnya adalah memberikan pupuk bentuk dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman, dengan cara yang tepat dan pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman tersebut. Tanaman dapat menggunakan pupuk hanya pada perakaran aktif, tetapi sukar menyerap hara dari lapisan tanah yang kering atau mampat. Efisiensi pemupukan dapat ditaksir berdasarkan kenaikan.Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik yang mengandung unsur hara tertentu, yang pada umumnya mempunyai kadar unsur hara yang tinggi. Pupuk buatan mempunyai kelemahan yaitu dapat merusak lingkungan dan mengandung sedikit unsur mikro. Sedangkan kebaikannya adalah pemakaiannya lebih mudah dan dapat diberikan pada saat yang tepat.Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Disamping percampuran bahan mineral dengan bahan organik, maka dalam proses pembetukan tanah terbentuk pola lapisan-lapisan tanah atau horizon-horison. Oleh karena itu dalam definisi ilmiahnya tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media untuk tumbuhnya tanaman.Tanah yang kekurangan suatu unsur hara akan menampakkan gejala secara visual. Tiap hara umumnya menunjukkan gejala tertentu yang bersifat spesifik. Dilihat gejala yang tampak pada tanaman, maka dapat diperkirakan adanya kekurangan hara tertentu dalam tanah. Untuk mendukung hasil pada pengamatan visual maka perlu dilakukan analisis untuk tanah yang diambil secara acak dan analisis tanaman. Untuk mengamati gejala kekahatan hara secara visual ini maka dilakukan praktikum kesuburan. Agar dapat mengetahui dan mengamati keadaan sekitar dengan cepat dan tepat, dapat mengamati gejala-gejala yang ditunjukkan oleh tanaman yang tumbuh di daerah tersebut.

I.2Rumusan MasalahKeberadaan tanah sangat fital peranannya dalam dunia pertanian, usaha menjaga keadaan kesuburan tanah harus selalu dilakukan. Untuk menjaga keadaan kesuburan ini haruslah dilakukan dengan tepat, baik dalam segi pemupukan maupun dalam jenis pengolahan tanah lainnya. Untuk dapat memberikan jenis pengolahan yang tepat diperlukan suatu analisis yang tepat. Teruatama untuk tanah di Indonesia yang didominasi tanah bereaksi masam, baik tanah mineral maupun tanah organik yang mondominasi sebagian besar daratan. Untuk itu diperlukan kajian dan analisis yang lebih mendalam.

I.3TujuanTujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh berbagai macam perlakuan terhadap kesuburan tanah, serta dapat menganalisa kandungan hara yang terdapat di dalam tanah maupun tanaman.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Tanah UltisolTanah mineral masam banyak dijumpai di wilayah beriklim tropika basah, termasuk Indonesia. Luas areal tanah bereaksi asam seperti podsolik, ultisol, oxisols dan spodosol, masing-masing sekitar 47.5, 18.4, 5.0 dan 56.4 juta ha atau seluruhnya sekitar 67% dari luas total tanah di Indonesia (Nursyamsi, 1996).Kata Ultisol berasal dari bahasa latin Ultimus, yang berarti terakhir atau dalam arti hal Ultisol, tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh pencucian yang terahir. Ultisol memiliki horizon argilik degan kejenuhan basa yang rendah. Biasanya terdapat alumunium yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Pertanian dapat dipertahankan dengan perladangan berpisah atau dengan penggunaan pupuk (Anonimous, 2009).Tanah Ultisol mempunyai sebaran yang sangat luas, meliputi hampir 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah yang dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief (Prasetyo, 2006).Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman. Selain itu terdapat horizon argilik yang mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya erosi tanah (Prasetyo, 2006).Penyelidikan dengan tanah-tanah merah di Italia Selatan Galdieri (1913) berkesimpulan bahwa pembentukan tanah mediteran merah kuning tidak mempunyai hubungan dengan batu kapur, terutama susunan mineraloginya. Dengan dasar-dasar tersebut di atas Blanck menyelidiki asal dari sifat dasar pembentukan tanah Mediteran Merah Kuning. Hasilnya sebagai berikut; Larutan-larutan besi, terutama dari sumber-sumber kapur dan sedikit berkapur atau dolomit menyusup (penetrasi) ke dalam retakan-retakandan lubang-lubang batu kapur dalam mana Fe karena bersentuhan dengan Ca mengendap. Air yang besar menyebabkan besi mempunyai daya untuk menyusup ke dalam akumulasi besi pada batu kapur. Sebaliknya CO2 menyebabkan larutan Ca dan Mg dari batu kapur atau dolomit sebagai bikarbonat yang terlindi hilang. Sisa-sisa perlindian adalah Si bersama-sama dengan endapan besi membentuk terra rossa (Darmawijaya, 1990).

2.2JagungMenurut Rukmana (1997), dalam taksonomi tumbuhan kedudukan tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut :Kingdom: Plantae Divisio: SpermatophytaSub Divisio: AngiospermaeClass: MonocotyledoneaeOrdo: GraminalesFamily: GraminaceaeGenus: ZeaSpesies: Zea mays L.Batang tanaman jagung beruas-ruas (berbuku-buku) dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm-300 cm. Ruas-ruas batang bagian atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. (Rukmana, 1997).Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pita mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang (Najiyati dan Danarti, 1995).Daun terdiri atas pelepah dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung daun merumcing. Antara pelepah daun dan helaian daun dibatasi oleh spikula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah daun. Jumlah daun berkisar 10-20 helai pertanaman. Daun berada pada setiap ruas batang dengan kedudukan yang saling berlawanan (Suprapto dan Marzuki, 2005).Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1800 meter dari permukaan air laut. Jagung yang ditanam di dataran rendah dibawah 800 meter dari permukaan air laut dapat berproduksi dengan baik, dan pada ketinggian diatas 800 meter dari permukaan air laut pun jagung masih bisa memberikan hasil yang baik pula (AAK, 1990).Tanaman jagung dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh. Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada kisaran suhu udara antara 130oC - 380oC dan mendapat sinar matahari penuh. Suhu udara yang ideal untuk perkecambahan benih adalah 300oC 320oC dengan kapasitas air tanah antara 25-60 % (Purwono dan Hartono, 2002).Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanam pada tanah gembur, subur dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik (AAK, 1990).Tanaman jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah. Tanah liat lebih disukai karena mampu menahan lengas yang tinggi. Tanaman jagung sangat peka terhadap tanah masam dan agak toleran terhadap tanah yang memiliki kondisi basa (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

2.3KesuburanUnsur N, P, dan K adalah unsur esensial yang dimana tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Dan jika kekurangan unsur ini dapat menganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk menambah kesediaan unsur-unsur ini dalam tanah dapat dilakukan dengan jalan pemupukan dengan pupuk-pupuk yang memiliki atau mengandung unsur-unsur ini baik N, P, dan K. Besarnya N, P, dan K dalam tanah di pengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah pH tanah (Sudarsono, 2004).Sumber unsur nitrogen sebenarnya cukup banyak terdapat di atmosfir, yaitu lebih kurang 79,2 % dalam bentuk N2 bebas, namun demikian unsur N ini baru dapat digunakan oleh tanaman setelah mengalami perubahan ke bentuk yang terikat yang kemudian dalam bentuk pupuk. Sumber utama dari Nitrogen berasal dari N2 atmosfir yang terikat. Untuk pembuatan pupuk adalah nitrogen dalam bentuk amoniak (Anonim, 2009).Phosphor (P) hampir tidak bersifat mobile (mudah berpindah). Akibatnya pupuk P tetap berada di tempat semula (tidak jauh dari tempat pemberian pupuk), sehingga harus diberikan lebih banyak pada pupuk dasar dan usahakan dekat dengan area perakaran. Pemberian pupuk P sebaiknya dengan cara pembuatan tugalan atau larikan disamping tanaman, sebab jika dengan cara penebaran (ditaburkan saja) pemanfaatan pupuk P cenderung tidak efektif (Prawirowardoyo, 1987).Fosfor dan kalium dapat diberikan baik pada musim penghujan maupun musim kemarau. Untuk tanaman semusim dan tanaman tahunan yang baru ditanam,pemberian secara sebar dan dicampur ke tanah hingga kedalaman 10 hingga 15 cm. Sedangkan untuk tanaman tahunan yang sudah besar disebar di sekitar tanaman dan mencampurkannya dalam tanah, akan tetapi dihindari untuk merusak perakaran (Winarso, 2005).Nitrogen (N)Nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang sangat penting dan dapat disediakan melalui pemupukan. Nitrogen dibutuhkan tanaman jagung selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji. Adapun peran unsur nitrogen adalah :-Mempengaruhi pembentukan protein-Bagian yang integral dari klorofil dan meningkatkan produksi tanaman-Pembentukan sel, jaringan, dan organ tanaman-Pengatur pertumbuhan tanaman secara keseluruhan(Rukmana, 1997).Fosfor (P)Ketersediaan fosfor dalam jumlah yang cukup pada saat awal pertumbuhan tanaman adalah penting pada fase primordial yang selanjutnya untuk bagian reproduktif lainnya. Peranan fosfor adalah :-Penting pada saat awal pemasakan tanaman-Mempengaruhi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik-Penting bagi pembentukan biji-Meningkatkan perkembangan perakaran-Penting dalam proses fotosintesis dan sejumlah reaksi dalam proses kehidupan lainnya -Untuk pembentukan primordia bunga dan organ tanaman untuk reproduksi(Nyakpa dkk, 1988).Kalium (K)Unsur K bukan bahan bangunan, melainkan sebagai pengatur berbagai proses fisiologi tanaman. Adapun fungsi unsur K adalah :-Merawat kondisi air di dalam sel dan jaringan-Mengatur turgor atau tegangan sel-Membuka dan menutup stomata-Mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk-Pertumbuhan tanaman menjadi merata dan pesat-Ketahanan tehadap penyakit meningkat-Mengeraskan batang tanaman-Meningkatkan kualitas biji(Isnaini, 2006).Defisiensi Unsur HaraNitrogen (N)Kekurangan N tampak pada daun dan buah. Tiap daun tua dari tanaman yang menderita kekurangan N seluruhnya tampak berubah warna menjadi hijau muda selanjutnya menguning, jaringan-jaringannya mati, kering berwarna coklat, tanaman kerdil, perkembangan buah tidak sempurna, kecil-kecil cepat matang (Sutedjo, 2004).Bila tanaman kahat nitrogen, pertumbuhan tanaman akan terhambat, tanaman akan kurus, kerdil dan daun berwarna kuning pucat. Warna pucat pada tanaman yang kekurangan N berasal dari terhambatnya pembentukan klorofil, selanjutnya pertumbuhan akan berlangsung dengan lambat karena klorofil dibutuhkan pada pembentukan karbohidrat dalam proses fotosintesis. Warna pucat akibat kahat nitrogen ini terjadi lebih dulu pada daun-daun tua, sepanjang tulang-tulang daun, hal ini karena nitrogen bersifat mobil di dalam tanaman (Damanik dkk, 2010).Kelebihan nitrogen menyebabkan pertumbuhan vegetatif memanjang (lambat panen), tanaman mudah rebah, pada padi menurunkan kualitas butir sehingga produksi turun dan sangat respon terhadap serangan hama dan penyakit (Anonimus, 2008).Fosfat (P)Kekurangan fosfat akan menampakkan gejala pertumbuhan yang terhambat karena terjadi gangguan pada pembelahan sel. Daun tanaman menjadi warna hijau tua yang kemudian menjadi ungu dan terjadi pada cabang dan batang tanaman muda. Terlambatnya masa pemasakan buah dan biji serta tanaman kerdil (Hakim dkk, 1986). Kelebihan fosfat pada tanaman akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kerdil. Pada tanaman jagung daun meruncing berwarna hijau gelap, terjadi pematangan dini (Rinsema, 1993).Fosfat sangat diperlukan dalam penyediaan energi., yang diperlukan untuk proses-proses metabolik. Oleh karena itu, kekurangan unsur fospat dapat menyebabkan gangguan hepat terhadap pertumbuhan tanaman. Awal munculnya gejala defisiensi tampak pada daun tua. Ini disebabkan unsur P yang mobil (Damanik dkk, 2010).Kalium (K)Defisiensi unsur K menyebabkan tanaman tampak kerdil, internoda antar ruas memendek, ujung dan tepi daun menjadi hitam dan sepeti hangus (scorch), tepi daun melekuk ke bawah yang dimulai dari mulai daun terbawah, tanaman mudah rebah (Winarso, 2005).Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dan bersifat mobil atau mudah bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila terjadi kahat kalium maka akan terjadi translokasi kalium dari bagian-bagian tua ke bagian muda. Gejala kahat kalium dapat dilihat pada helaian daun, dimana tepi-tepi daun menjadi kering dan berwarna kuning cokelat, sedang permukaannya mengalami klorosis (Damanik dkk, 2010).Pengapuran adalah usaha untuk mengembalikan atau membuat kesuburan tanah terutama pada tanah-tanah bereaksi masam.Manfaat pengapuran.1.Pengapuran dapat merangsang terjadinya struktur tanah yang remah2.Merangsang kehidupan jasad tanah3.Mempercepat pelapukan bahan organik menjadi humus4.Merangsang perkembangan akar, hingga akar lebih mudah menyerap zat makanan dan dalam tanah yang membuat tanaman tumbuh lebih sehat dan mampu memberikan hasil yang tinggi5.Pada tanaman kedelai pengapuran mendorong pembentukan bintil akar untuk mengikat nitrogenJenis tanah yang harus dikapur1.Tanah mineral yaitu tanah yang sebagian besar terdiri dan bahan mineral2.Tanah gambut yaitu tanah yang hampir seluruhnya terdiri dan sisa tumbuh-tumbuhan yang telah, sedang maupun belum lapukPrinsip dasar pengapuranHal yang merupakan prinsip dasar dalam pengapuran tanah yang harus diperhatikan adalah1.Pemberian kapur harus sesuai dengan dosis anjuran daerah setempat.2.Penaburan, pembenaman dan pencampuran kapur ketanah harus dalam dan rata.Jenis kapurKapur yang digunakan untuk pengapuran tanah adalah kapur pertanian yang berupa bahan alamiah yang menqandung senyawa Kalsium (CaCO3) atau Magnesium (CaMg(CO3)2). Disebut Kalsit bila bahan alamiah kapur sedikit mengandung Magnesium disebut Dolomit jika jumlah Magnesiumnya meningkat. Kapur pertanian dapat berupa kapur tohor, kapur tembok, kapur karbonat (kalsit Dolomit), kulit kerang dan terak baja.

2.4Bahan OrganikBahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus (Suriadi dan Nizam 2005). Bahan organik memiliki peran penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun. Menurunnya kadar bahan organik merupakan salah satu bentuk kerusakan tanah yang umum terjadi. Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Kesehatan tanah penting untuk menjamin produktivitas pertanian (Suriadi dan Nizam 2005).Penggunaan bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dapat dalam bentuk pupuk hijau atau mulsa. Sebagai pupuk hijau, sisa-sisa tanaman dibenamkan ke dalam tanah atau dicampur bersamaan dengan pengolahan tanah. Sebagai mulsa, daun atau batang tanaman disebarkan di atas permukaan tanah untuk melindungi tanah dari pukulan air hujan, menjaga kelembapan tanah, mengurangi evapotranspirasi, dan menyumbang hara bila telah terurai. Pupuk hijau biasanya diperoleh dari tanaman legum (kacang-kacangan), karena di samping sebagai sumber bahan organik juga dapat mengikat nitrogen dari udara dan memasok hara.Bahan organik dapat disediakan di kebun melalui teknik pertanaman lorong, yaitu menanami sebagian lahan dengan tanaman leguminosa perdu dalam barisan atau pagar. Secara periodik, tanaman tersebut dipotong atau dipangkas dan pangkasannya digunakan sebagai mulsa atau pupuk hijau. Lahan di antara tanaman pagar dapat ditanami tanaman pangan. Pertanaman lorong dengan tanaman pagar dapat meningkatkan produktivitas lahan karena: (1) menghasilkan mulsa, (2) mendaur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas, (3) menekan pertumbuhan gulma, 4) mencegah erosi, dan (5) menurunkan aliran permukaan.Tithonia merupakan salah satu gulma liar yang memiliki kandungan hara yang cukup tinggi dan baik untuk meningkatkan produksi tanaman. Kandungan hara pada tithonia adalah N 1,76 %, P 0,82 % dan K 3,92 % (Olabode, dkk 2007). Hasil analisis jaringan tanaman tithonia di BPTP Naibonat, daun tithonia mengandung 2,18 % N, 0,08 % P dan 0,44 % K. Kandungan nitrogen pada tithonia tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen pada lahan yang akan ditanami.Sistematika tanaman Tithonia menurut Wikipedia, Indonesia (2010) adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeSuper Divisi: SpermatophytaDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : AsteridaeOrdo : AsteralesFamili : AsteraceaeGenus : TithoniaSpecies : Tithonia diversifolia L.N. Indonesia: Kembang Bulan, Bunga matahari hutan, Bunga kuningInggris : Tree margoldCina : Wang ye kuiTanaman Tithonia adalah salah satu jenis tanaman legum yang tumbuh liar di pinggir jalan dan padang rumput. Tithonia dianggap gulma oleh masyarakat karena tumbuh di lahan pertanian. Tanaman ini tumbuh hampir di seluruh dunia dan diperkirakan berasal dari Meksiko (Hartatik, 2007).Tithonia dapat diperbanyak secara vegetatif dan generatif. Secara vegetatif dapat tumbuh dari akar dan stek batang atau tunasnya, dan dapat tumbuh cepat setelah dipangkas sedangkan secara generative dapat diambil dari biji karena bunga tithonia dapat menghasilkan biji. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada ketinggian dua meter hingga lebih 1.000 meter dari permukaan laut. Tithonia dapat tumbuh dengan baik di daerah yang kurang subur dan miskin hara (Hartatik, 2007).

BAB IIIBAHAN DAN METODA

3.1Waktu dan TempatPraktikum ini mulai dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 2014 13 November 2014 setiap hari kamis pukul 08.00 WIB, terdiri dari pengambilan sampel tanah terdahulu di kebun percobaan Fakultas Pertanaian Universitas Andalas, penanaman dan perawatan tanaman di rumah kaca dan terakhir analisis di Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanaian Universitas Andalas.

3.2Bahan dan AlatAlat yang digunakan selama praktikum adalah berupa alat-alat tulis seperti mistar untuk mengukur tinggi dan perkembangan tanaman, timbangan untuk menimbang berat tanaman dan tanah, pisau atau gunting untuk memotong bagian tanaman yang akan di analisis, serta alat-alat lainnya yang dirasa perlu.Bahan yang digunakan selama praktikum ialah, sampel tanah, bibit tanaman jagung, kapur, pupuk hijau, pupuk urea, pupuk N dan P sebagai perlakuan tanaman, dan bahan-bahan lainnya yang digunakan di laboatorium.

3.3 MetodaAdapun metode yang digunakan pada masing-masing analisis adalah : 1.Pengambilan tanah dengan random sampling2.Analisis pH dan Al-dd dengan metoda pH meter3.Analisis N tanah dengan metoda Kjehdall4.Analisi P tanah dengan metoda Bray II5.Analisis N dan P tanaman dengan metoda pengabuan basah dengan H2SO4

3.4 Cara Kerja3.4.1 Pengambilan SampelSampel tanah yang diambil yaitu sampel tanah Ultisol yang berada di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas sebanyak 1 karung, sampel yang diambl yaitu sampel tanah komposit dengan menggunakan cangkul, setelah itu di kering anginkan selama 3 hari.

3.4.2 Di Rumah KacaDisiapakan pupuk dengan berbagai perlakuan yang dibutuhkan sebagai bahan perbandingan dalam praktikum seperti control, uuk hijau, N, P , pupuk urea dengan ketentuan masing-masing sesuai dengan kebutuhan tanaman yaitu pada tanaman jagung. Setelah itu disediakan tanah Ultisol sebagai media tanam yang telah di kering anginkan sebelumnya, dan jika masih ada terdapat bongkahan-bongkahan tanah yang besar, hancurkan hingga halus dan campurkan dengan masing-masing perlakuan yang telah ditetapkan salah satunya kontrol. Setelah itu kembali dikering anginkan dengan tidak mendapatkan begitu banyak cahaya matahari (tertutup) didalam polybag atau disebut juga dengan inkubasi selama paling lama 2 minggu. Setelah itu tanah siap dijadikan media tanam.Setelah itu bibit jagung dapat ditanam, dengan masing-masing perlakuan 3 biji, siram setiap pagi dan sore, dan amati perkembangan jagung setiap harinya, diukur panajang tanaman, panjang daun, lebar daun dan banyak daun. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 1 bulan atau hari pengamatan selama 4 minggu. Pada minggu pertama pengamatan, perlakuan tanah sebagai kontrol diambil sampelnya untuk dianalisis di laboratorium. Dan pada minggu ke 4 tanaman di panen dengan memotong tanaman dari batang di atas permrukaan tanah. Untuk analisis N, P tanaman di laboratorium.

3.4.3Di Laboratorium

1. Analisis N TanahDitimbang 0,5 g sampel tanah, lalu dimasukkan dalam labu kjedhal ditambah 5 g campuran selen kemudian tambah 3-5 ml H2SO4 pekat, kemudian dektruksi hinggga warna nya berubah menjadi putih susu. Tunggu hingga dingin, setelah itu tambahkan aguades 40 ml , ditambahkan NaOH 40% 25 ml, kemudian letakkan diatas destilati, ditampung di Erlenmeyer yang berisi H3BO3 4% 15ml dan diberi 3 tetes indicator Conway. Panaskan alat destilasi samai volume penampung menjadi 40 ml dan berwarna hijau kebiruan. Kemudian titrasi dengan H2SO4 0,1 N dan dicatat volume H2SO4 yang terpakai.

2. P TanahDitimbang 1,5 g tanah yang lolos ayakan 2mm, lalu ditambahkan 15 larutan Pa, shaker dengan kecepatan 280 rpm selama 15 menit. Kemudian saring, hasilnya di pipet sebanyak 5 ml, lalu di tambahkan 5 ml larutan Pb ditambah larutan Pc 5 tetes. Kemudian dihomogenkan, diamkan selama 15 menit. Dan ukur dengan Spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.Dan untuk larutan standar. Dipipet masing-masing standar 5ml (0,1,2,3,4,5) kemudian di tambahkan 5 ml Pb dan 5 tetes Pc. Kocok dan diamkan, lalu di ukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.3. pH TanahDitimbang 5 g tanah, lalu ditambahkan 5 ml H2O, di kocok selama 15 menit, saring dan terkahir ukur dengan pH meter. Jika Ph nya tinggi, ukur Al-dd tanah dengan menambahkan 50 ml KCl 1N tettesi dengan NaOH 0,1 N sampai tanah berwarna pink, kemudian tambahkan 1 tetes HCl , lalu 10 ml NAF. Jika berwana pink bebrti ada kandungan Al. setelah itu di titrasi dengan HCl 0,1 N.

4. N, P TanamanTanaman dengan 8 perlakuan, di potong-potong timbang berat basah. Lalu di oven dengan suhu 60oC selama lebih kurang 3 hari. Setela kering di timbang berat kering nya. Lalu tanaman di grindel dan ambil sebanyak 0,25 g. lalu dimasukkan kedalam labu kjedhal dan tambakan 0,25 ml H2SO4 pekat. Diamkan selama 1 malam.kemudian destruksi dengan suhu 3 pada alat, selama 10 menit tetesi dengan H2O2 pekat hingga berwarna jernih, lakukan secara bertahap penambahan H2O2 per menit. Setelah itu dinginkan dan cukupkan volume nya sampai 50 ml dengan aquades.Untuk analisis N tanaman. Pipet 20 ml larutan, masukkan dlm labu kjedhal tambahkan 40 ml aquades dan 15 ml NaOH 20%. Lalu lakukan destilasi dan tampung dengan destilat 20 ml H3BO4 4 % dan 3 tetes indicator Conway. Ditunggu sampai volume 40 ml dan berwarna hijau kebiruan. Kemudian titrasi dengan H2SO4 0,1. Dicatat volume H2SO4 terpakai samai larutan berubah warna kembali. Lakukan pada masing-masing perlakuan tanaman.Dan untuk analisis P tanaman. Pipet 5 ml larutan, kmudian cukupkan hingga volume 50 ml denga naquades. Lalu pipt lagi sebanyak 2 ml dan tambahkan 8 ml pereaksi P. kemudian homogenkan dan diukur dengan spektrofotometer 693 nm.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1HasilA.N-total tanahSampelVolume Awal (mL)Volume Akhir (mL)H2SO4 TerpakaiN-tanah (%)

16,306,450,150,015

26,486,950,470,118

37,007,250,250,048

B.P-total tanahNo.Sampel (x)Absorban (y)P-tanah (%)

1A0,0562,338

2B0,0301,551

3C0,0532,248

C.N-total tanamanSampelH2SO4 Terpakai (mL)N-tanaman (%)

A1,3250,782

B0,3750,175

C0,9500,543

D1,1000,638

E1,0000,575

F2,5001,532

G1,7501,053

H1,9501,181

D.P-total tanamanNo.Sampel (x)Absorban (y)P-tanaman (%)

1A0,0950,50

2B0,1030,54

3C0,0950,50

4D0,0690,38

5E0,1150,59

6F0,1060,55

7G0,1010,53

8H0,0620,35

4.2PembahasanPraktikum ini mula-mula dilakukan dengan mengambil sampel tanah yang diperlukan, yaitu tanah ultisol. Tanah ultisol diambil sebanyak 50 kg dari tanah Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas, lalu sedikit sampel tanah diambil untuk diuji di laboratorium. Dari sampel tanah ini (sampel 3 dalam analisis P total dan N total tanah) didapatkanlah nilai P total dan N total tanah. Sampel tanah kemudian dikeringanginkan selama 2 hari, kemudian dipisahkan agregat-agregat tanah yang menggumpal kemudian diayak untuk menghilangkan sampah-sampah dan pengotor sehingga yang tersisa hanya tanah. Tanah yang telah halus inilah yang akan dijadikan tanah sampel untuk menanam jagung dengan diberi 8 perlakuan berbeda.Tanah yang sudah dimasukkan ke dalam polybag diberi 8 perlakuan berbeda yaitu: kontrol (hanya tanah tanpa tambahan apa-apa), tanah ditambah kapur, tanah ditambah bahan organik, tanah ditambah kapur dan bahan organik, tanah ditambah kapur dan pupuk NPK, tanah ditambah kapur dan pupuk NP, tanah ditambah pupuk NK, tanah ditambah pupuk PK, dan tanah ditambah kapur, bahan organik dan pupuk NPK. Jagung yang digunakan adalah jagung manis varietas unggul yang sudah diberi perlakuan fungisida terlebih dahulu agar terhindar dari jamur.Mula-mula adalah pemberian kapur pada tanah, semua polybag dengan perlakuan kapur ditambah kapur sesuai takaran dan diinkubasi selama satu minggu agar kapur bereaksi dengan air dan tanah, reaksi ini akan menetralkan pH tanah dengan cara mengikat kation Al. Sebelum penambahan kapur ini, seluruh polybag dengan perlakuan bahan organik juga harus dicampukan bahan organiknya agar bahan organik ini juga terdekomposisi terlebih dahulu dan ketika bibit sudah ditanam maka hara dari bahan organik langsung tersedia bagi tanaman. Bahan organik ini juga akan memperbaiki sifat fisika tanah, karena reaksi dekomposisi bahan organik ini.Setelah semua perlakuan deberikan dan jagung sudah ditanam, maka tahap selanjutnya adalah mengamati dan mencatat pertumbuhan jagung secara rutin. Tinggi batang, panjang daun dan lebar daun diukur secara teratur.Dari hasil pengukuran tanaman secara rutin ini didapat hasil bahwa tanaman dengan perlakuan kapur, bahan organik dan pupuk NPK memiliki tingkat pertumbuhan terbaik, karena batangnya kokoh, batangnya tidak lebih tinggi dari batang lain namun daunnya memiliki warna hijau yang lebih pekat, tanamannya juga lebih tahan hama karena tidak tampak daun yang mati karena penyakit, ditandai dengan tidak adanya daun yang mati busuk, melainkan hanya mengering.Sebelum penanaman jagung ini juga sudah dilakukan analisis terhadap pH dan Al-dd tanah, hasilnya yaitu pH tanah netral sehingga tidak diperlukan penghitungan Al-dd. pH tanah ini netral bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, tanah tempat pengambilan sampel adalah tanah yang sudah diolah sebelumnya sehingga dimungkinkan sudah ada pemberian pupuk dan tanah tempat pengambilan sampel ditumbuhi cukup banyak tanaman semak sehingga dapat terjadi penambahan bahan organik yang dapat memperbaiki sifat tanah tersebut.Selanjutnya adalah analisi N tanah dan P tanah, dari analisis didapatkan hasil N tanah dan P tanah (Sampel 3) berturut-turut yaitu 0,048 % dan 2,248 %. Dari tabel krteria N yang ada diketahui bahwa N tanah berada dalam kriteria sangat rendah (0,75%). Hal ini menunjukkan serapan N terhadap pupuk dan bahan organik serta N yang tersedia setelah perlakuan cukup baik. Sedangkan dalam analisis P tanaman didapat bahwa kadar P tanaman berada pada kriteria sangat rendah (