laporan akhir hibah grup riset universitas udayana · arkeologi di aliran sungai pakerisan di...

140
i LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DUNIA SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA DI BALI TIM PENELITI Ketua: Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. (0018025201) Anggota : 1. Dr. I Nyoman Dhana, M.A. (0016095702) 2. Dr. I Ketut Setiawan, M.HUM. (0028025810) Dibiayai oleh DIPA PNBP Universitas Udayana Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor: 246-353/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015 FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA OKTOBER, TAHUN 2015

Upload: dinhlien

Post on 11-Jul-2019

238 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

i

LAPORAN AKHIRHIBAH GRUP RISET

UNIVERSITAS UDAYANA

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN WARISANBUDAYA DUNIA SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA DI BALI

TIM PENELITI

Ketua: Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. (0018025201)Anggota : 1. Dr. I Nyoman Dhana, M.A. (0016095702)

2. Dr. I Ketut Setiawan, M.HUM. (0028025810)

Dibiayai olehDIPA PNBP Universitas Udayana

Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan PenelitianNomor: 246-353/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015

FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYAUNIVERSITAS UDAYANAOKTOBER, TAHUN 2015

Page 2: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Implementasi Tri Hita Karana dalam

Pengelolaan Warisan Budaya Dunia sebagai

Daya Tarik Pariwisata di Bali

Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

NIDN : 0018025201

Jabatan Fungsional : Guru Besar

Program Studi : Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya

Nomor HP : 08179738948

Alamat e-mail : [email protected]

Anggota 1 :

Nama Lengkap : Dr. I Nyoman Dhana, M.A.

NIDN : 0016095702

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Anggota 2 :

Nama Lengkap : Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum

NIDN : 0028025810

Perguruan Tinggi : Universitas Udayana

Penanggung Jawab : Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.

Tahun Pelaksanaan : 2015

Biaya Keseluruhan : Rp. 40.000.000,-

Page 3: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

iii

Page 4: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

iv

RINGKASAN

UNESCO dalam Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia di Paris

pada tahun 1972 menegaskan bahwa warisan budaya dunia sebagai hasil karya manusia atau

alam adalah sebagai berikut. ”Hasil karya manusia atau gabungan antara alam dan hasil

karya manusia termasuk dalam hal ini adalah situs purbakala yang mempunyai nilai universal

istimewa dari segi sejarah, kebudayaan atau ilmu pengetahuan”.

Terkait dengan hal di atas, pada tanggal 29 Juni 2012 UNESCO telah menetapkan

landskap budaya Bali sebagai warisan budaya dunia. Penetapan landskap budaya Bali sebagai

warisan budaya dunia oleh Unesco dilandasi oleh nilai keunggulan universal (outstanding

universal value) yang dimiliki oleh filosofi Tri Hita Karana. Beberapa situs yang telah

ditetapkan sebagai warisan budaya dunia meliputi Pura Ulun Danu Batur, Kawasan tinggalan

arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten

Badung, dan Kawasan subak Catur Angga Pura Batukaru, di Kabupaten Tabanan. Tujuan

utama penetapan kawasan tersebut sebagai warisan budaya dunia adalah meningkatkan

pelestarian kawasan, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan,

mempertahankan keseimbangan ekologis dan mewujudkan revitalisasi pertanian. Tujuan

tersebut harus bersesuaian dengan falsafah Tri Hita Karana selanjutnya disebut (THK) yang

menekankan pentingnya keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan),

dengan sesamanya (Pawongan), dan dengan lingkungan alam (Palemahan). Ini berarti,

falsafah THK sangat penting untuk diterapkan dalam pengelolaan warisan budaya dunia

sebagai daya tarik wisata.

Kawasan warisan budaya dunia di Bali berpotensi sebagai daya tarik wisata sehingga

pengelolaannya harus berlandaskan nilai-nilai keunggulan universal THK. Namun kenyataan

di lapangan, masyarakat, industri pariwisata dan pemerintah mungkin saja tidak memahami

dan menerapkan secara utuh nilai-nilai THK yang telah diakui oleh Unesco dalam

pengelolaan kawasan tersebut sebagai daya tarik wisata.

Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2

Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Bab II, Pasal 2 Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali menyatakan bahwa

“Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali dilaksanakan berdasarkan pada asas manfaat,

kekeluargaan, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, adil dan

Page 5: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

v

merata, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai oleh nilai-nilai Agama Hindu

dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana” (Pemerintah Provinsi Bali, 2012). Berdasarkan

hal tersebut bahwa nilai-nilai keunggulan universal warisan budaya dunia Pura Taman Ayun

dan Tirta Empul selaras dengan penyelengaaraan kepariwisataan budaya Bali yang juga

dilandasi oleh falsafah Tri Hita karana. Dengan kata lain, pengelolaan Pura Taman Ayun dan

Tirta Empul sebagai daya tarik wisata harus berlandaskan pada falsafah Tri Hita Karana.

Untuk memahami penerapan atau implementasi nilai-nilai THK dalam pengelolaan

warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata di Bali, perlu dikaji melalui penelitian secara

mendalam. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengelolaan landskap budaya

Bali sebagai warisan dunia yang berlandaskan pada keunggulan universal nilai-nilai THK.

Bertolak dari paparan di atas, penelitian ini secara khusus bertujuan untuk merancang

model strategi pengelolaan warisan budaya dunia yang berorientasi pada pelestarian alam dan

aspek sosial budaya yang difokuskan pada tiga aspek berikut ini.

1) Pemanfaatan kawasan dan tempat suci sebagai bagian warisan budaya dunia dalam

pengembangan pariwisata.

2) Pemahaman dan implementasi nilai-nilai Tri Hita Karana (THK) oleh sumber daya

manusia dalam pengelolaan warisan budaya dunia untuk pengembangan pariwisata.

3) Kelestarian lingkungan alam dalam konteks pengembangan pariwisata di kawasan yang

telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

Urgensi penelitian ini dapat dilihat dari tujuan khusus yang hendak dicapai sebagaimana

dikemukakan di atas. Bertolak dari tujuan khusus tersebut, hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat secara signifikan, yaitu untuk membuat model pengelolaan warisan budaya

dunia sebagai daya tarik wisata yang dilandasi oleh nilai-nilai keunggulan universal

(outstanding universal value). Implementasi model pengelolaan seperti ini tentu saja

memungkinkan untuk meningkatkan potensi warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata.

Hasil penelitian yang merupakan implementasi atau penerapan nilai-nilai keunggulan

universal THK dalam pengelolaan warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata akan

bermanfaat untuk pelestarian alam dan aspek sosial-budaya masyarakat Bali.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dipadukan dengan kuantitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung atau observasi, wawancara

mendalam, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh dikumpulkan, direduksi dan

danalisis secara deskriptif interpretatif. Selain itu, data yang diperoleh melalui penyebaran

Page 6: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

vi

kuesioner dianalisis dengan menggunakan Skala Likert dengan rentangan skor 1 sampai

dengan 5. Skor 1-1,80 dengan nilai sangat kurang (SK), skor 1,81 – 2,60 nilai kurang (K),

skor 2,61-3,40 nilai cukup (C), skor 3,41-4,20 baik (B), dan skor 4,21-5,0 dengan nilai sangat

baik (SB).

Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal yang dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Filosofi Tri Hita Karana telah diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul sebagai daya tarik wisata. Nilai-nilai keunggulan Tri Hita

Karana yang melandasi penetapan Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebagai

Warisan Budaya Dunia selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2

Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Larangan dan pembatasan akses

kepada wisatawan memasuki halaman utama/jeroan pura adalah representasi aspek

Parhyangan dalam mengimplementasi nilai-nilai Tri Hita Karana.

Pelayanan, pemberian informasi, tanda-tanda atau signed dan fasilitas kepada

wisatawan di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul adalah representasi aspek Pawongan

guna mewujudkan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, termasuk

wisatawan yang berkunjung ke pura tersebut. Aspek Pawongan dalam konteks

pariwisata perlu ditingkatkan untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

Penataan lingkungan fisik di sekitar Pura Taman Ayun dan Tirta Empul semakin

meningkat setelah keduanya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Fasilitas

penunjang seperti toilet, jalan keliling di sekitar pura, dan kebersihan lingkungan

telah ditata dengan baik sehingga dapat menambah daya tarik dan memberikan

kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan. Penataan fisik dan fasilitas penunjang

di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul merupakan representasi aspek Palemahan dari

filosofi Tri Hita Karana.

2. Wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berasal dari luar Bali dapat

dikatakan belum memahami Tri Hita Karana dan nilai-nilai keunggulan universal

filosofi tersebut. Kendala ini dapat diatasi dengan meningkatkan pemahaman

pengelola Taman Ayun dan Tirta Empul terhadap nilai-nilai Tri Hita Karana, dan

menugaskan guide lokal untuk menyosialisasikannya kepada wisatawan.

Hubungan yang harmonis antara pengelola dan wisatawan, antara pengelola dengan

pemilik, dan pemerintah agar senantiasa dijaga, sehingga timbul kesan atau image

yang positif di kalangan wisatawan untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

Page 7: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

vii

Pemahaman terhadap nilai-nilai Tri Hita Karana yang masih kurang dan jumlah

kunjungan wisatawan yang bersifat fluktuatif mengindikasikan bahwa pelabelan

warisan budaya dunia belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap daya

tarik wisata Pura Taman Ayun dan Tirta Empul.

3. Kelestarian lingkungan alam di kawasan Pura Taman Ayun dan Tirta Empul ditata

dengan baik, terutama pasca penetapanya sebagai warisan budaya dunia. Penataan

lingkungan di kedua pura tersebut seperti penataan parkir, kemudahan mengambil

foto atau memotret untuk wisatawan, dan penambahan atraksi kegiatan melukat dan

pemeliharaan ikan koi di Pura Tirta Empul dapat menambah kepuasan wisatawan.

Dalam konteks pariwisata, penataan lingkungan tersebut dapat dikatakan sebagai

turistifikasi atau proses komodifikasi. Turisitifikasi dan komodifikasi merupakan

konstruksi dan interpretasi ulang pura atau tempat suci sebagai daya tarik wisata.

Penataan lingkungan bukan saja memberikan kemudahan dan kenyaman kepada

wisatawan, tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat lokal dalam pengembangan

pariwisata yang berkelanjutan.

Beberapa saran atau rekomendasi yang dapat disampaikan dalam pengelolaan warisan

budaya dunia Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai daya tarik wisata adalah

sebagai berikut.

1. Sebagai upaya menjaga kesucian pura yang menjadi daya tarik wisata disarankan

agar setiap wisatawan memakai kain dan selendang memasuki halaman tempat

suci.

2. Pengelola Pura Taman Ayun dan Tirta Empul harus lebih meningkatkan

pemahaman dan pengimplementasian nilai-nilai Tri Hita karana secara

berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan..

3. Turistifkasi dan komodifikasi agar dilakukan secara berkeseimbangan sehingga

tidak mencederai aspek Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan sebagai

representasi nilai-nilai Tri Hita Karana.

4. Promosi Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebagai warisan budaya dunia, yang

sekaligus menjadi daya tarik wisata agar ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya

sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

Page 8: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

viii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/IdaSanghyang Widi Wasa maka penelitian yang berjudul: IMPLEMENTASI TRI HITAKARANA DALAM PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DUNIA SEBAGAI DAYATARIK PARIWISATA DI BALI dapat diselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.Penelitian ini adalah Penelitian Hibah Grup Riset yang dibiayai dari dana DIPA, PNBPUniversitas Udayana sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan PenelitianNomor: 246-353/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015.

Pada kesempatan yang baik ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada semuapihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini sebagai berikut.

1. Bapak Rektor Universitas Udayana

2. Bapak Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, UniversitasUdayana

3. Bapak Dekan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

4. Bapak Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Badung dan Kepala Dinas PariwisataKabupaten Gianyar beserta staf

5. Pengelola Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul, dan semua informan

Kami menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna karena terbatasnyakemampuan tim dalam menggali, menemukan dan menganalisis data yang tersedia.Akhirnya, kami berharap semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk manambah khasanahpengetahuan dalam pengelolaan warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata di Bali.

Denpasar, 9 Nopember 2015Tim Penelitia,Ketua,

Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.NIP. 195202181980031002

Page 9: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

ix

DAFTAR ISI

HalamanBAB I PENDAHULUAN. ............................................................................................. 11.1 Latar Belakang. ..........................................................................................................11.2 Tujuan Khusus ..........................................................................................................31.3 Ugensi Penelitian .......................................................................................................3

BAB II METODE PENELITIAN ...................................................................................4

2.1 Penentuan Lokasi Penelitian ...................................................................................42.2 Jenis dan Sumber Data ...............................................................................................52.2.1 Jenis Data ................................................................................................................52.2.2 Sumber Data ..........................................................................................................52.3 Teknik Penentuan Informan dan Responden .............................................................62.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................................72.4.1 Pengamatan/Observasi ...........................................................................................72.4.2 Wawancara Mendalam............................................................................................72.4.3 Studi Dokumen ..................................................................................................... 82.4.4 Kuesioner/Angket .................................................................................................. 82.5 Analisis Data ..............................................................................................................9

BAB III GAMBARAN UMUM PURA TAMAN AYUN DAN TIRTA EMPUL.......113.1 Pura Taman Ayun .....................................................................................................113.1.2 Sejarah Pura ...........................................................................................................113.1.3 Struktur Pura ........................................................................................................ .123.3 Status Pura Taman Ayun sebagai Warisan Budaya Dunia .................................... .143.2 Pura Tirta Empul ..................................................................................................... .163.2.1 Sejarah Pura ...........................................................................................................163.2.2 Struktur Pura .........................................................................................................193.2.3 Status Pura Tirta Empul sebagai Warisan Budaya Dunia ....................................20

BAB IV KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI RESPONDEN ..................................224.1 Karakteristik Responden ..........................................................................................224.1.1 Karakteristik Responden Pura Taman Ayun .........................................................224.1.1.1 Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara ...........................................224.1.1.2 Karakteristik Responden Wisatawan Nusantara ................................................264.1.2 Karakteristik Responden Pura Tirta Empul .........................................................324.1.2.1 Karakteristik Responden Wisatawan Mancanegara ......................................... 324.1.2.2 Karakteristik Responden Wisatawan Nusantara .............................................. 354.2 Persepsi Responden .............................................................................................. .384.2 .1 Persepsi Responden Pura Taman Ayun ........................................................... 384.2.1.1 Persepsi Responden Wisatawan Mancanegara ................................................ 384.2.1.2 Persepsi Responden Wisatawan Nusantara .................................................... .454.2.2 Persepsi Responden Pura Tirta Empul............................................................... .514.2.2.1 Persepsi Responden Wisatawan Mancanegara .................................................51

Page 10: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

x

4.2.2.2 Persepsi Responden Wisatawan Nusantara .................................................... .55

Halaman

BAB V IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAMPENGELOLAAN PURA TAMAN AYUN DAN TIRTA EMPUL .......................58

5.1 Aspek Parhyangan ..................................................................................................595.2 Aspek Pawongan ....................................................................................................635.3 Aspek Palemahan ...................................................................................................70

BAB VI PENUTUP .....................................................................................................746.1 Simpulan ..................................................................................................................746.2 Saran-Saran ..............................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................77

Page 11: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

xi

Halaman

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kunjungan Wisatawan ke destinasi Wisata Pura Taman Ayun ..............23

Tabel 4.2 Responden Wisatawan Mancanegara menurut Jenis Kelamin ...............24

Tabel 4.3 Responden Wisatawan Mancanegara digolongkan menurut Usianya .....24

Tabel 4.4 Responden Wisatawan Mancanegara digolongkan menurut Pekerjaan. 24

Tabel 4.5 Responden Wisatawan Mancanegara digolongkan menurut Sumber

Informasi tentang Pura Taman Ayun ................................................. .. 25

Tabel 4.6 Responden Wisatawan Mancanegara digolongkan menurut Jumlah

Kunjungannya ..........................................................................................25

Tabel 4.7 Responden Wisatawan Mancanegara digolongkan menurut Pengetahuan

tentang Pura Taman Ayun ........................................................................26

Tabel 4.8 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Jumlah

Kunjungan ke Pura Taman Ayun ............................................................27

Tabel 4.9 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Pengetahuan

tentang Pura Taman Ayun .......................................................................28

Tabel 4.10 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut

Pemerolehan Informasi Pura Taman Ayun ........................................... 29

Tabel 4.11 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Jenis Kelamin.29

Tabel 4.12 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Daerah Asal... 30

Tabel 4.13 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Usianya ........31

Tabel 4.14 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Pekerjaannya..32

Tabel 4.15 Jumlah Kunjungan Wisatwan ke Pura Tirta Empul ............................... 33

Tabel 4.16 Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

digolongkan menurut Umur ..................................................................33

Tabel 4.17 Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

digolongkan menurut Jenis Kelamin.......................................................34

Tabel 4.18 Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

digolongkan menurut Pekerjaan .............................................................34

Page 12: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

xii

Tabel 4.19 Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

digolongkan menurut Pemeroleh Informasi ...........................................35

Halaman

Tabel 4.20 Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

digolongkan menurut Jumlah Kunjungan ke Pura Tirta Empul .................35

Tabel 4.21 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Daerah Asal.........36

Tabel 4.22 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Jenis Kelamin......36

Tabel 4.23 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Umur ..................36

Tabel 4.24 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Pekerjaannya........37

Tabel 4.25 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Pemerolehan

Informasi ................................................................................................ .......38

Tabel 4.26 Responden Wisatawan Nusantara digolongkan menurut Jumlah Kunjungan 38

Tabel 4.27 Persepsi Wisatawan Mancanagera tentang Larangan di Pura Taman Ayun...39

Tabel 4.28 Responden Wisatawan Mancanagera digolongkan menurut Pakaiannya

memasuki Pura Taman Ayun ........................................................................ 39

Tabel 4.29 Persepsi Responden terhadap Layanan petugas di Pura Taman ...................40

Tabel 4.30 Persepsi Responden Wisatawan Mancanagera tentang Atraksi

di Pura Taman Ayun .....................................................................................41

Tabel 4.31 Persepsi Responden Wisatawan Mancanagera tentang Aksesibilitas ke

Pura Taman Ayun ..........................................................................................42

Tabel 4.32 Persepsi Responden Wisatawan Mancanagera tentang Fasilitas di

Pura Taman Ayun...........................................................................................42

Tabel 4.33 Persepsi Responden Wisatawan Mancanagera tentang Pengelolaan Pura

Taman Ayun ..................................................................................................44

Tabel 4.34 Persepsi Responden Wisatawan Nusantara tentang larangan memasuki

halaman utama Pura Taman Ayun ......................................................... .45

Tabel 4.35 Responden Digolongkan Menurut Pakaiannya Ketika MemasukiPura Taman Ayun ...................................................................................... .47

Tabel 4.36 Persepsi Responden tentang Pelayanan petugas di Pura Taman Ayun ..... .47

Tabel 4.37 Persepsi Responden tentang Atraksi di Pura Taman Ayun ....................... .49

Tabel 4.38 Persepsi Responden tentang Aksesibilitas ke Pura Taman Ayun ............. 49

Page 13: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

xiii

Tabel 4.39 Persepsi Responden tentang Fasilitas di Pura Taman Ayun.................... 50

Tabel 4.40 Persepsi Responden tentang Pengelolaan Pura Taman Ayun .................. 51

Tabel 4.41 Persepsi Responden tentang Pakaian memasuki Pura Tirta Empul ......... 51

Halaman

Tabel 4.42 Persepsi Responden tentang Pelayanan kain dan selendang

di Pura Tirta Empul ....................................................................................52

Tabel 4.43 Persepsi Responden terhadap Larangan memasuki halaman utama

Pura Tirta Empul ........................................................................................52

Tabel 4.44 Persepsi Responden tentang Daya tarik Pura Tirta Empul ......................53

Tabel 4.45 Persepsi Responden tentang Aksesibilitas ke Pura Tirta Empul .............54

Tabel 4.46 Persepsi Responden tentang Fasilitas di Pura Tirta Empul ......................54

Tabel 4.47 Persepsi Responden tentang Pengelolaan Pura Tirta Empul....................55

Tabel 4.48 Persepsi Responden Wisatawan Nusantara tentang Pakaian

memasuki Pura Tirta Empul ...................................................................55

Tabel 4.49 Persepsi Responden tentang Atraksi di Pura Tirta Empul .....................56

Tabel 4.50 Persepsi Responden tentang Fasilitas di Pura Tirta Empul ..................56

Tabel 4.51 Persepsi Responden tentang Aksesibilitas ke Pura Tirta Empul ...........57

Tabel 4.52 Persepsi Responden tentang Pengelolaan Pura Tirta Empul..................57

Page 14: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

xiv

Halaman

DAFTAR GAMBAR/FOTO

Gambar 3.1 Wisatawan sedang antre untuk melukat di Pura Tirta Empul ..................19

Gambar 4.1 Bagian luar dan dalam brosur Pura Taman Ayun .....................................28

Gamabr 4.2 Wisatawan mancanegara dan nusantara tidak memakai kain

dan selendang di Pura Taman Ayun .........................................................41

Gambar 4.3 Pemandu wisatawan memakai pakaian adat .............................................42

Gambar 4.4 Kolam dalam keadaan kering saat penelitian di Pura Taman Ayun .........43

Gambar 4.5 Mini bus diizinkan berhenti di depan gapura Pura Taman Ayun .............44

Gambar 4.6 Wantilan di Pura Taman Ayun .................................................................45

Gambar 4.7 Kondisi toilet di Pura Taman Ayun ..........................................................45

Gambar 5.1 Petugas di Pura Taman Ayun tidak menyiapkan kain dan selendang

Petugas di Pura Tirta Empul menyiapkan kain dan selendang..................60

Gambar 5.2 Pemandangan yang kontras di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul..61

Gambar 5.3 Wisatawan di Pura Taman Ayun dapat menyaksikan halaman utama/

Jeroan dari luar tembok/panyengker ........................................................62

Gambar 5.4 Tanda pembatas dan larangan terhadap wisatawan di halaman utama/

Jeroan Pura Tirta Empul

Gambar 5.5 Wisatawan mengelilingi Pura Tirta Empul dari luar halaman utama ......63

Gambar 5.6 Wisatawan mengambil foto dari bagian belakang Pura Taman Ayun

Dan dari halaman utama Pura Tirta Empul .............................................63

Gambar 5.7 Canang sari diaturkan pada pintu masuk dan pancuran tempat melukat/

Penyucian diri ..........................................................................................64

Gambar 5.8 Tanda anjuran dan larangan yang dipasang di Pura Taman Ayun .........66

Gambar 5.9 Tanda penunjuk kolam suci di Pura Tirta Empul ....................................67

Gambar 5.10 Tempat penitipan barang dan locker di Pura Tirta Empul ......................70

Gambar 5.11 Penataan jalan di depan Pura Taman Ayun .............................................72

Gambar 5.12 Pedagang asongan pada jalan setapak di sebelah barat gapura

Pura Taman Ayun ....................................................................................72

Page 15: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

xv

Gambar 5.13 Para petugas kebersihan di Pura Taman Ayun ........................................73

Gambar 5.14 Tempat sampah dan kondisi toilet di Pura Tirta Empul ........................ .73

Gambar 5.15 Wisatawan memberi makan ikan koi di Pura Tirta Empul .....................74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Halaman

1. Daftar Informan .................................................................80

2. Pedoman wawancara ............................................................................ 81

3. Daftar Nama responden wisatawan mancanegara ..............................................92

4. Kuesioner untuk wisatawan nusantara................................................................93

5. Kuesioner untuk wisatawan mancanegara ..........................................................98

6. Lampiran Artikel ..............................................................................................103

Page 16: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

UNESCO dalam Konvensi Perlindungan Warisan Budaya dan Alam Dunia di Paris

pada tahun 1972 menegaskan bahwa warisan budaya dunia sebagai hasil karya manusia atau

alam adalah sebagai berikut. ”Hasil karya manusia atau gabungan antara alam dan hasil

karya manusia termasuk dalam hal ini adalah situs purbakala yang mempunyai nilai universal

istimewa dari segi sejarah, kebudayaan atau ilmu pengetahuan”.

Terkait dengan hal di atas, pada tanggal 29 Juni 2012 UNESCO telah menetapkan

landskap budaya Bali sebagai warisan budaya dunia. Penetapan landskap budaya Bali sebagai

warisan budaya dunia oleh Unesco dilandasi oleh nilai keunggulan universal (outstanding

universal value) yang dimiliki oleh filosofi Tri Hita Karana. Beberapa situs yang telah

ditetapkan sebagai warisan budaya dunia meliputi Pura Ulun Danu Batur, Kawasan tinggalan

arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten

Badung, dan Kawasan subak Catur Angga Pura Batukaru, di Kabupaten Tabanan. Tujuan

utama penetapan kawasan tersebut sebagai warisan budaya dunia adalah meningkatkan

pelestarian kawasan, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan,

mempertahankan keseimbangan ekologis dan mewujudkan revitalisasi pertanian. Tujuan

tersebut harus bersesuaian dengan falsafah Tri Hita Karana selanjutnya disebut (THK) yang

menekankan pentingnya keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan),

dengan sesamanya (Pawongan), dan dengan lingkungan alam (Palemahan). Ini berarti,

falsafah THK sangat penting untuk diterapkan dalam pengelolaan warisan budaya dunia

sebagai daya tarik wisata.

Page 17: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

2

Kawasan warisan budaya dunia di Bali berpotensi sebagai daya tarik wisata sehingga

pengelolaannya harus berlandaskan nilai-nilai keunggulan universal THK. Namun kenyataan

di lapangan, masyarakat, industri pariwisata dan pemerintah mungkin saja tidak memahami

dan menerapkan secara utuh nilai-nilai THK yang telah diakui oleh Unesco dalam

pengelolaan kawasan tersebut sebagai daya tarik wisata.

Pemerintah Provinsi Bali telah menetapkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2

Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Bab II, Pasal 2 Peraturan Daerah Provinsi

Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali menyatakan bahwa

“Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali dilaksanakan berdasarkan pada asas manfaat,

kekeluargaan, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif, berkelanjutan, adil dan

merata, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai oleh nilai-nilai Agama Hindu

dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana” (Pemerintah Provinsi Bali, 2012). Berdasarkan

hal tersebut bahwa nilai-nilai keunggulan universal warisan budaya dunia Pura Taman Ayun

dan Tirta Empul selaras dengan penyelengaaraan kepariwisataan budaya Bali yang juga

dilandasi oleh falsafah Tri Hita karana. Dengan kata lain, pengelolaan Pura Taman Ayun dan

Tirta Empul sebagai daya tarik wisata harus berlandaskan pada falsafah Tri Hita Karana.

Untuk memahami penerapan atau implementasi nilai-nilai THK dalam pengelolaan

warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata di Bali, perlu dikaji melalui penelitian secara

mendalam. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengelolaan landskap budaya

Bali sebagai warisan dunia yang berlandaskan pada keunggulan universal nilai-nilai THK.

Page 18: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

3

1.2 Tujuan Khusus

Bertolak dari paparan di atas, penelitian ini secara khusus bertujuan untuk merancang

model strategi pengelolaan warisan budaya dunia yang berorientasi pada pelestarian alam dan

aspek sosial budaya yang difokuskan pada tiga aspek berikut ini.

4) Pemanfaatan kawasan dan tempat suci sebagai bagian warisan budaya dunia dalam

pengembangan pariwisata.

5) Pemahaman dan implementasi nilai-nilai Tri Hita Karana (THK) oleh sumber daya

manusia dalam pengelolaan warisan budaya dunia untuk pengembangan pariwisata.

6) Kelestarian lingkungan alam dalam konteks pengembangan pariwisata di kawasan yang

telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.

1.3 Urgensi

Urgensi penelitian ini dapat dilihat dari tujuan khusus yang hendak dicapai

sebagaimana dikemukakan di atas. Bertolak dari tujuan khusus tersebut, hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat secara signifikan, yaitu untuk membuat model pengelolaan

warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata yang dilandasi oleh nilai-nilai keunggulan

universal (outstanding universal value). Implementasi model pengelolaan seperti ini tentu

saja memungkinkan untuk meningkatkan potensi warisan budaya dunia sebagai daya tarik

wisata. Hasil penelitian yang merupakan implementasi atau penerapan nilai-nilai keunggulan

universal THK dalam pengelolaan warisan budaya dunia sebagai daya tarik wisata akan

bermanfaat untuk pelestarian alam dan aspek sosial-budaya masyarakat Bali.

Page 19: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

4

BAB II

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang dipadukan dengan kuantitatif.

Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung atau observasi, wawancara

mendalam, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh dikumpulkan, direduksi dan

danalisis secara deskriptif interpretatif. Selain itu, data yang diperoleh melalui penyebaran

kuesioner dianalisis dengan menggunakan Skala Likert dengan rentangan skor 1 sampai

dengan 5. Skor 1-1,80 dengan nilai sangat kurang (SK), skor 1,81 – 2,60 nilai kurang (K),

skor 2,61-3,40 nilai cukup (C), skor 3,41-4,20 baik (B), dan skor 4,21-5,0 dengan nilai sangat

baik (SB).

Uraian secara rinci metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

2.1 Penentuan Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul dan tujuan, maka penelitian ini akan dilakukan di kawasan

warisan budaya dunia di Bali, yakni kawasan warisan budaya dunia Pura Taman Ayun,

Mengwi, Kabupaten Badung, dan Pura Tirta Empul di Kabupaten Gianyar. Lokasi ini dipilih

karena kawasan warisan budaya dunia tersebut telah berfungsi sebagai daya tarik wisata, dan

sering dikunjungi oleh wisatawan nusantara dan mancanegara. Dengan demikian,

pengumpulan data untuk mencapai tujuan penelitian ini diharapkan akan membawa hasil

yang memadai.

Page 20: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

5

2.2 Jenis dan Sumber Data

2.2.1 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data

berupa kata-kata dan ungkapan seperti opini dalam hasil wawancara dan persepsi wisatawan

maupun pelaku pariwisata (stakeholders) terkait. Data kuantitatif yakni data yang nilainya

berbentuk numerik atau angka. Dalam penelitian ini data kuantitatif meskipun digunakan

dalam beberapa hal, hanya bersifat mendukung dan menyempurnakan data kualitatif,

misalnya jumlah kunjungan wisatawan, dan data jumlah penerimaan retribusi.

2.2.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua macam yakni

data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah masyarakat, pengelola daya tarik

wisata, dan wisatawan, yang diperoleh melalui wawancara maupun observasi. Selanjutnya

data yang bersumber dari bahan-bahan kepustakaan, baik berupa laporan hasil penelitian

maupun sumber tertulis lainnya.

Data primer dalam penelitian diperoleh dari sumber pertama melalui wawancara

langsung (interview) dengan staf Dinas Pariwisata Kabupaten Badung dan Dinas Pariwisata

Kabupaten Gianyar. Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Badung, pengelola

daya tarik pariwisata Pura Taman Ayun, Bendesa Adat dan Wakil Bendesa Adat Desa

Pakraman Manukaya, Tampaksiring, staf pengelola daya tarik wisata Pura Tirta Empul.

Pengamatan langsung peneliti di lapangan juga merupakan sumber data primer. Selain itu,

penyebaran angket/kuesioner kepada wisatawan mancanegara dan nusantara melengkapi data

primer dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen, laporan

Page 21: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

6

penelitian, buku-buku, data dokumentasi serta arsip, internet yang berkaitan dan mendukung

penelitian ini.

2.3 Penentuan Informan

Mengingat penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka

data dan informasi yang dibutuhkan akan digali melalaui pengamatan dan wawancara

mendalam. Oleh karena itu, informan merupakan narasumber yang amat penting dalam

penelitian ini, sebab tanpa informan akan sulit memperoleh data dan keterangan untuk

mencapai tujuan penelitian. Sudah dapat dipastikan informan dalam penelitian ini adalah

warga masyarakat di kawasan warisan budaya dunia, baik sebagai warga biasa maupun

sebagai tokoh, aparat pemerintah desa, dan aparat dari instansi pemerintah yang terkait

dengan pengelolaan warisan budaya dunia, seperti Dinas Pariwisata Kabupaten Badung dan

Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar. Sehubungan dengan itu, Kepala Desa Dinas dan

Kepala Desa Adat setempat akan dijadikan informan pangkal dalam penelitian ini

Sebagaimana dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1989 : 130), informan pangkal adalah

orang-orang yang dapat memberikan petunjuk kepada peneliti tentang adanya individu lain

yang paham tentang berbagai sektor kehidupan masyarakat yang ingin dikaji oleh peneliti.

Individu-individu lain ini disebut informan pokok atau informan kunci (key informant).

Berdasarkan petunjuk informan pangkal itu yakni kepala desa tersebut akan

dikembangkan jumlah informan, baik informan pangkal yang lainnya maupun informan

kunci dan informan selanjutnya. Dengan demikian, pengembangan informan dalam penelitian

ini bersifat snowboll, yakni dari informan ke informan lain. Penambahan informan akan

diakhiri apabila terdapat indikasi bahwa tidak ada lagi variasi informasi dan kategorisasi data

dan informasi telah jenuh.

Page 22: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

7

Wisatawan nusantara dan mancanegara juga ditetapkan sebagai responden dalam

penelitian ini, karena merekalah yang mengonsumsi warisan budaya dunia yang ditetapkan

sebagai daya tarik wisata. Persepsi dan informasi para wisatawan sangat penting untuk

memahami implementasi THK dalam pengelolaan warisan budaya dunia sebagai daya tarik

wisata di Bali. Persepsi wisatawan akan sangat penting terkait dengan keberlanjutan atau

kesinambungan (sustainability) daya tarik wista tersebut.

2.4 Metode Pengumpulan Data dan Informasi

2.4.1 Pengamatan

Metode pengamatan yang diterapkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mencermati perilaku wisatawan dan warga masyarakat dalam konteks pengelolaan warisan

budaya dunia. Namun perlu dikemukakan di sini, bahwa dalam pengamatan juga dilakukan

wawancara dengan menanyakan sesuatu yang telah dilihat dan didengar terkait dengan tujuan

penelitian ini, guna memperoleh pengetahuan dan pemahaman yang lebih jauh. Hal ini biasa

dilakukan dalam pengamatan terlibat, sehingga para akhli mengatakan pengamatan terlibat

sebagai pengamatan langsung bersama metode lainnya dalam pengumpulan informasi

(Mulyana, 2006 : 162), atau sebagai pengamatan yang bercirikan interaksi peneliti dengan

subjek (Satori dan Komariah, 2009 : 117).

2.4.2 Wawancara Mendalam

Teknik wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini terutama untuk

menggali informasi mengenai pengalaman individu yang biasanya disebut sebagai metode

penggunaan data pengalaman individu (individual life history) atau dokumen manusia

(human document) (Koentjaraningrat, 1989 : 158). Dalam hal ini peneliti akan mengajukan

Page 23: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

8

pertanyaan-pertanyaan secara bebas dan leluasa tanpa terikat pada suatu daftar pertanyaan

rinci yang disiapkan sebelumnya. Dengan cara ini memungkinkan wawancara berlangsung

luwes, arahnya bisa lebih terbuka sehingga diperoleh informasi yang lebih kaya, pembicaraan

tidak terlampau terpaku atau tidak menjemukan/membosankan baik bagi peneliti maupun

bagi informan.

2.4.3 Studi Dokumen

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan

tertulis seperti surat keputusan, arsip-arsip, dokumen tentang daya tarik wisata Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul. Di samping itu, dilakukan pula kajian pustaka yang berkaitan dengan

daya tarik wisata sejenis untuk mendapatkan masukan sebagai bahan komperasi mengenai

pengelolaan daya tarik wisata lain dengan perpsektif Tri Hita Karana.

2. 4.4 Kuesioner/Angket

Dalam penelitian ini ditetapkan 60 orang responden wisatawan mancanegara dan

nusantara, yang ditentukan secara kebetulan (accidental sampling) pada saat pengumpulan

data. Responden tersebut terdiri atas 30 orang wisatawan mancanegara dan 30 orang

wisatawan nusantara. Jumlah responden di masing-masing lokasi penelitian yakni di Pura

Taman Ayun dan Tirta Empul terdiri atas 15 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang

wisatawan nusantara.

Untuk mengukur persepsi wisatawan, digunakan kuesioner yang disesuaikan atau

dimodifikasi sesuai dengan atraksi, aksesibilitas, fasilitas, dan manajemen/organisasi, yang

terkait dengan nilai-nilai Tri Hita Karana yakni Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan.

Kuesioner diberikan kepada 60 orang wisatawan mancanegara dan nusantara yang

Page 24: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

9

berkunjung ke Pura Taman Ayun dan Tirta Empul. Wisatawan mengisi langsung kuesioner

yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dan jawabannya telah disediakan dengan cara

mencentang (V) atau memberi tanda silang (X) pada kotak jawaban yang telah disiapkan.

2.5 Analisis Data

Analisis data/informasi dilakukan dengan teknik penggabungan atau perpaduan antara

deskriptif kualitatif interpretatif dan kuantitatif. Analisis interpretatif, terutama secara emik

dan etik, sehingga dapat dihindari kemungkinan adanya masalah dengan informan yang telah

melakukan sesuatu tindakan tetapi tidak mampu menginformasikan maknanya sebagiamana

dikatakan oleh Brian Fay (2004). Proses analisis dalam penelitian ini bisa sejalan dengan

proses wawancara dan pengamatan, artinya analisis dilakukan secara bergantian dengan

wawancara dan pengamatan dalam satu paket waktu. Secara konkret mekanismenya bahwa

setiap informansi penting yang diperoleh dari informan langsung dianalisis dan wawancara

tersebut mengacu kepada apa yang oleh Taylor dan Bogdan (1984: 128) disebut dengan

istilah go hand-in-hand.

Sebagian besar data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berwujud data kualitatif.

Data ini dianalisis dengan mengikuti prosedur analisis data kualitatif sebagaimana

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, menyajikan, menafsirkan

data, dan menarik simpulan. Reduksi data meliputi berbagai kegiatan yakni penyeleksian,

pemokusan, simplifikasi, pengkodean, penggolongan, pembuatan pola, foto dokumentasi

untuk situasi atau kondisi yang memiliki makna subjektif, kutipan wawancara yang memiliki

makna subjektif, dan catatan reflektif. Penyajian data dan penafsiran berkaitan dengan

penyusunan teks naratif dalam kesatuan bentuk, keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan simpulan atau verifikasi antara lain

Page 25: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

10

mencakup hal-hal yang hakiki, makna subjektif, temuan konsep, dan proses universal.

Kesemuanya ini tidak terlepas dari masalah yang ditelaah. Kegiatan pengumpulan data,

reduksi data, penarikan simpulan dan penyajian data, merupakan rangkaian kegiatan yang

terkait dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai mendapat hasil penelitian akhir, yakni

etnografi yang bersifat holistik dan sarat makna, dalam kontes pemberian jawaban terhadap

masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

Untuk mengukur persepsi wisatawan digunakan Skala Likert, jawaban setiap

item instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan

indikator sebagai berikut: sangat baik (SB) dengan interval 4,21-5,00; baik (B) dengan

interval 3,41-4,20; cukup/ragu-ragu (C) dengan interval 2,61-3,40; kurang (K) dengan

interval 1,81-2,60; dan sangat kurang (SK) interval 1,0-1,80.

Page 26: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

11

BAB III

GAMBARAN UMUM PURA TAMAN AYUN DAN PURA TIRTA EMPUL

3.1 Pura Taman Ayun

3.1.1 Sejarah Pura

Pura Taman Ayun dibangun pada masa pemerintahan I Gusti Agung Putu yakni tahun

1634, ketika beliau memindahkan istananya dari Balahayu (Belayu) ke Mengwi. Nama Pura

Taman Ayun secara arfiah artinya pura yang dibangun di dalam taman yang indah.

Pertanggalan pembangunan Pura Taman Ayun dipahatkan pada pintu masuk pura tersebut

dalam bentuk kronogram yang bunyinya: Sad Butha Yaksa Dewa (6551 atau Saka 1556) atau

1634 Masehi1

Raja Mengwi yakni I Gusti Agung Putu menyuruh Ing Khang Choew, seorang ahli

pertamanan dari Banyuwangi untuk membangun taman. Ing Khang Coew memilih lokasi

berupa bukit kecil atau gundukan tanah yang dikelilingi oleh sungai pada sisi timur, selatan,

dan barat tempat tersebut. Tempat yang baru itu dianggap strategis karena lokasinya dekat

dengan istana, cukup luas, dan terdapat sumber air yang cukup melimpah. Keindahan taman

tersebut juga dipersembahkan kepada leluhur raja, sehingga dibangun palinggih-palinggih

pada kontur tanah yang tertinggi di bagian hulu, dan dikelilingi oleh tembok atau

panyengker. Pada awalnya hanya dibangun dua palinggih yaitu paibon sebagai tempat untuk

memuja roh leluhur raja, dan Gedong Sari untuk memuja roh Pasek Badak yang telah

disucikan. Pertamanan ini sangat indah sesuai dengan keinginan (ahyun) sang raja, dan

dilengkapi dengan sejumlah palinggih untuk memuja roh leluhur sang raja maka dinamakan

1 (file:///C:/Vaio/Documents/Taman Ayun Temple-bali news.htm (03/07/2013).

Page 27: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

12

Taman Ahyun, dan selanjutnya diucapkan menjadi Taman Ayun (Babad Mengwi, 2007:

149).

Pada saat kerajaan Mengwi dikalahkan oleh Badung, pura Taman Ayun sempat

ditelantarkan selama puluhan tahun. Pada tahun 1911 pura itu baru direhabilitasi oleh

keturunan raja Mengwi. Gempa dasyat yang terjadi pada tahun 1917 telah menimbulkan

kerusakan yang sangat parah pada beberapa pura di Bali, termasuk Pura Taman Ayun.

Pemugaran dan perbaikan terus dilakukan di Pura Taman Ayun sehingga tampak indah

seperti sekarang ini (Surata, 2013: 74).

3.1.2 Struktur Pura Taman Ayun

Pura Taman Ayun terdiri atas tiga halaman yakni jabaan atau halaman luar, jaba

tengah/halaman tengah, dan jeroan atau halaman utama. Sebuah kanal atau kolam dibangun

mengelilingi Pura Taman Ayun, sehingga untuk mencapai pintu masuk atau candi bentar

pada halaman pertama (jabaan atau jaba sisi) harus melewati sebuah jembatan (Lansing dan

Watson, 2012: 91) (lihat foto 3.1 dan 3.2). Konstruksi Pura Taman Ayun yang dikelilingi

oleh kanal atau kolam yang terhubung oleh jembatan mirip dengan konstruksi Candi Angkor

Wat di Kamboja. Hal ini dapat dikaitkan dengan mitos Hindu tentang pemutaran lautan susu

(ksira arnawa), ketika para dewa dan daitya mencari amerta atau air kehidupan.

Setelah melewati candi bentar atau pintu gerbang pertama akan tiba di halaman

pertama (jaba sisi). Pada halaman pertama terdapat sembilan air mancur yang mengarah ke

delapan penjuru mata angin dan satu di tengah, yang merupakan simbol Dewa Nawa Sanga

(Sembilan Dewa penjuru mata angin dalam Agama Hindu). Pada sisi timur halaman pertama

terdapat wantilan yakni tempat sabungan ayam yang biasa dilakukan pada saat

upacara/odalan di Pura Taman Ayun. Pada halaman pertama juga terdapat toilet yang terletak

Page 28: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

13

di sisi tenggara wantilan. Sejumlah palinggih atau bangunan suci yakni Palinggih Bhatara

Dalem Tungkub, Bhatara Desa Puseh, Ratu Gede Nusa, dan Ratu Nyoman Sakti terdapat

pada halaman ini

Dari halaman pertama pengunjung memasuki halaman kedua dengan melalui candi

bentar atau pintu gerbang kedua (lihat Gambar 3.3). Pada halaman kedua atau jaba tengah

terdapat sejumlah bangunan antara lain: bale kulkul atau tempat menggantung kulkul yang

dipukul pada saat upacara/odalan di pura tersebut. Bale gong/tempat gamelan pada saat

upacara atau pementasan seni pertunjukan, bale Saka Pat/bangunan dengan tiang penyangga

empat buah, Pangubengan, panggungan, bale pasanekan, gedong, dan papelik.

Halaman kedua/jaba tengah dan halaman utama/jeroan pura dibatasi oleh tembok dan

kori agung atau candi kurung/padu raksa. Halaman utama atau jeroan dianggap paling suci di

Pura Taman Ayun. Sejumlah bangunan suci atau palinggih terdapat di halaman utama/jeroan

pura antara lain: Pasimpangan atau tempat pemujaan Pura Batukaru, Pasimpangan Pura Sada

Kapal, Pasimpangan Gunung Batur, Pasimpangan Gunung Agung, Pasimpangan Bratan,

palinggih Ratu Pasek, palinggih Ratu Alit dan lain-lain (Lansing dan Watson, 2012: 91).

Wisatawan tidak diberi akses ke halaman ketiga (jeroan), yang dianggap paling suci di pura

Taman Ayun. Namun demikian, wisatawan masih dapat melihat bangunan suci atau kegiatan

upacara yang sedang berlangsung di halaman ketiga (jeroan) dari luar tembok keliling atau

panyengker yang mengitarinya.

Pura Taman Ayun dan Pura Sada Kapal merupakan pura penataran kerajaan Mengwi.

Sebagai pura penataran kerajaan Mengwi, Pura Taman Ayun juga terkait dengan pura Pucak

Bon dan Pucak Tiingan yang merepresentasikan pura gunung, sedangkan Pura Sakenan di

Serangan, Pura Ulun Suwi di Jimbaran, dan Pura Uluwatu adalah representasi pura laut.

Dalam konteks Pura Sad Kahyangan (enam pura terpenting) di Bali, sejumlah meru

Page 29: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

14

(bangunan dengan atap bertingkat yang terdapat di halaman utama/jeroan Pura Taman Ayun

dihubungkan dengan Pura Besakih, Pura Batur, dan Pura Batukaru. Secara fungsional, Pura

Taman Ayun merupakan tempat pemujaan leluhur dinasti kerajaan Mengwi. Hal ini

direpresentasikan oleh keberadaan paibon yakni bangunan yang terbuat dari batu bata yang

terdapat di halaman utama/jeroan pura tersebut (Grader, 1960: 164-165).

Kawasan Pura Taman Ayun seluas 250 x 100 m atau 25000 m2. Pemugaran dan

perluasan Pura Taman Ayun dilakukan pada tahun 1937. Candi kurung (paduraksa), candi

bentar dan tembok keliling (panyengker) direnovasi tahun 1949. Sebuah bale bengong

dibangun pada tahun 1972, dan bale kulkul dibangun tahun 1976.

3.1.3 Pura Taman Ayun sebagai bagian Warisan Budaya Dunia

Pada tanggal 29 Juni 2012 Unesco telah menetapkan lanskap budaya Bali sebagai

warisan budaya dunia yang dilandasi oleh nilai-nilai keunggulan universal (outstanding

universal value) Tri Hita Karana. Filosofi Tri Hita Karana secara harfiah berarti tiga

penyebab kesejahteraan atau kebahagiaan (Lansing dan Watson, 2012: 11; Madiasworo dkk.

2014: 219). Nilai-nilai Tri Hita Karana diimplementasikan pada tiga aspek yakni

parhyangan, pawongan, dan palemahan. Parhyangan adalah hubungan yang harmonis

antara manusia dengan Tuhan/Ida Sanghyang Widi Wasa. Aspek Pawongan adalah hubungan

yang harmonis dan berkeseimbangan antara manusia dengan sesamanya, dan palemahan

adalah hubungan antara manusia dan lingkungannya.

Nilai-nilai Tri Hita Karana dipraktikan dalam kegiatan organisasi subak di Bali.

Subak di Bali memiliki tiga komponen yakni parhyangan yakni pura subak atau pura ulun

suwi/ bedugul. Unsur pawongan adalah anggota subak, dan aspek palemahan adalah area

atau wilayah subak (Surata, 2013: 8-31). Dalam kaitannya dengan lanskap budaya Bali yang

Page 30: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

15

telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia terdiri atas sejumlah pura dan kawasan subak.

Pura yang dimaksud adalah Pura Ulun Danu Batur, Pura Tirta Empul dan pura lainnya di

Kawasan daerah aliran Sungai Pakerisan, Pura Taman Ayun, serta Subak dan Pura Subak

Batukaru (Catur Angga)(Surata, 2013: 33-78).

Pura Taman Ayun adalah pura yang terkait dengan subak di wilayah Mengwi yakni

subak Batan Badung, Beringkit, dan Batan Asem (Madiasworo dkk. 2014: 221; Surata, 2013:

76). Beberapa kegiatan upacara di Pura Taman Ayun yang terkait dengan subak antara lain

sebagai berikut. Krama atau anggota dari 21 subak di sekitar Mengwi setiap tahun mendak

tirta atau mohon air suci di Pura Taman Ayun. Tirta atau air suci tersebut sesungguhnya

dimohon kepada Dewi Danuh (manifestasi Tuhan sebagai penguasa danau Beratan) di Danau

Beratan. Air suci dimohon kepada Dewi Danuh dan diambil oleh delegasi subak bersama

keluarga raja Mengwi untuk ditempat di palinggih Dewi Danuh, di Pura Taman Ayun.

Setelah dilakukan upacara selama tiga hari di Pura Taman Ayun, selanjutnya air suci tersebut

dibagikan kepada anggota subak dan dipercikan di lahan sawah mereka (Surata, 2013: 75-

77).

Nangluk merana atau upacara keagamaan yang berkaitan dengan pengendalian hama

dan penyakit tanaman juga dilakukan di Pura Taman Ayun. keluarga raja Mengwi sampai

kini masih melakukan upacara tersebut, karena masyarakat terutama anggota subak

berkeyakinan bahwa raja memiliki kekuatan magis untuk mengendalikan hama dan penyakit

tanaman. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsep “Dewa Raja” bahwa raja adalah titisan atau

manifestasi Dewa/Tuhan di dunia.

Pura Taman Ayun juga berfungsi sebagai pura bedugul subak Batan Badung. Air

yang terdapat pada kolam di sekitar Pura Taman Ayun merupakan sumber air untuk subak

tersebut. Oleh sebab itu, anggota subak Batan Badung dan subak lainnya yang sumber

Page 31: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

16

airnya berasal dari kolam di Pura Taman Ayun menjadi pangemong dan bertanggung jawab

untuk melaksanakan upacara bersama keluarga raja Mengwi di Pura Taman Ayun.

Selain palinggih untuk Dewi Danuh, di Pura Taman Ayun juga terdapat palinggih Ida

Bhatara Tengahing Segara (Tuhan dalam manisfestasinya sebagai penguasa lautan) dan

palinggih Ulun Suwi (Dewi Sri). Upacara dilakukan di palinggih tersebut untuk

keberhasilan pertanian. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Pura Taman Ayun

juga berfungsi sebagai pura subak.

Penelitian ini mengkaji implementasi Tri Hita Karana di Pura Taman Ayun sebagai

bagian warisan budaya dunia yang berfungsi sebagai daya tarik wisata. Pura Taman Ayun

sesungguhnya telah menjadi daya tarik wisata jauh sebelum ditetapkan sebagai warisan

budaya dunia. Warisan budaya yang menjadi daya tarik wisata mengalami konstruksi dan

interpretasi ulang karena berbagai kepentingan (Hitchcock dkk. 2010; Park, 2014). Seberapa

jauh Taman Ayun telah dikonstruksi dan diinterpretasi ulang dalam kaitannya dengan daya

tarik wisata akan dibahas pada bab selanjutnya.

3.2 Pura Tirta Empul

3.2.1 Sejarah Pura Tirta Empul

Di Pura Sakenan, Desa Manukaya, Tampaksiring disimpan sebuah prasasti batu.

Dalam prasasti tersebut terdapat ungkapan thirta di (air) mpul yang dibangun oleh Sang Ratu

(Sri) Chandra Bhaya Singha Warmadeva. Menurut Damais, angka tahun dalam prasasti

Manukaya dibaca 882 Saka atau 960 M, sedangkan Stutterheim dan Goris membacanya 884

Saka (Goris, 1954; Kempers, 1991: 157; Setiawan, 2011: 97-98). Para ahli kini mengikuti

pembacaan angka tahun oleh Damais yakni 882 Saka atau 960 Masehi. Penyebutan thirta di

air mpul yang tersurat dalam prasasti Manukaya dapat disamakan dengan pura Tirta Empul,

Page 32: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

17

yang lokasinya di Tampaksiring. Mata air yang terdapat di sisi timur halaman utama atau

jeroan pura Tirta Empul tampaknya telah berumur lebih dari 1000 tahun yang lalu,

sedangkan pura Tirta Empul kemungkinan dibangun belakangan. Fenomena yang sama juga

terjadi pada situs lain seperti Pura Pegulingan, Gunung Kawi (Tampaksiring), Goa Gajah,

Penataran Sasih, dan Kebo Edan. Masyarakat Bali memiliki tradisi membangun pura atau

tempat suci pada situs purbakala yang telah berumur ratusan tahun karena tempat itu

dianggap suci.

Upacara/odalan di Pura Tirta Empul dilaksanakan pada setiap purnama, bulan

Kartika (bulan ke empat dalam pertanggalan tahun Saka atau sekitar bulan Oktober), sekali

dalam setiap tahun. Prasasti batu yang disimpan di pura Sakenan, Manukaya dahulu dibasuh

pada saat odalan di pura Tirta Empul, namun saat ini hal tersebut semakin jarang dilakukan.

Pada saat yang sama tapel/punggalan barong yang terdapat di Kabupaten Gianyar juga

dibasuh/disucikan di pura Tirta Empul.

Selain prasasti Manukaya, sejarah Pura Tirta Empul juga dapat diketahui melalui

Kekawin Usana Bali. Dalam kekawin tersebut dinyatakan bahwa telah terjadi pertempuran

antara raja Mayadenawa dengan Bhatara Indra. Raja Mayadenawa yang memerintah di Bali

saat itu disebutkan sangat arogan dan tidak mau melakukan upacara untuk pemujaan para

dewa. Pertempuran sengit terjadi di daerah Tampaksiring dan akhirnya raja Mayadenawa

terbunuh. Darah raja Mayadenawa kemudian menjadi sungai Petanu, dan dikutuk oleh para

dewa sehingga tidak baik untuk irigasi pertanian. Bhatara Indra kemudian menciptakan

sungai Pakerisan yang hulunya bersumber dari mata air di Pura Tirta Empul dan berfungsi

untuk menghilangkan mala atau ketidaksucian.

Menurut lontar "Mayadanawantaka", konon ada seorang Raja Bali yang sangat sakti

yang memerintah di Kerajaan Bedahulu bernama Raja Mayadanawa, yang merupakan putra

Page 33: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

18

dari Bhagawan Kasyapa dengan Dewi Danu. Namun sayang, raja yang pandai dan sakti ini

bersifat durjana, berhasrat menguasai dunia dan mabuk kekuasaan. Terlebih ia mengklaim

dirinya sebagai dewa yang mengharuskan rakyat untuk menyembahnya, bersikap sewenang-

wenang dan melarang rakyatnya melaksanakan upacara keagamaan untuk mohon

keselamatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Konon dengan kesaktian yang dimilikinya, ia bisa

berubah wujud atau rupa. Setelah perbuatan itu diketahui oleh Para Dewa, maka bala tentara

para dewa yang dipimpin oleh Bhatara Indra menyerang Mayadenawa. Sembari berlari

masuk hutan, Mayadenawa berupaya mengecoh pengejarnya dengan memiringkan telapak

kakinya saat melangkah. Sebuah siasat yang coba diterapkan agar para pengejar tak

mengenali jejaknya sebagai manusia. Kawasan hutan yang dilewati Mayadenawa dengan

berjalan memiringkan telapak kakinya kini dikenal dengan sebutan Tampaksiring.

Diperkirakan nama Tampaksiring berasal dari bahasa Bali, yang terdiri dari dua suku kata,

yaitu tampak yang berarti "telapak" dan siring yang bermakna "miring". Makna dari kedua

kata itu konon terkait dengan legenda Mayadanawa.

Alkisah Prabu Mayadenawa dapat dikalahkan oleh pasukan Bhatara Indra dan

Mayadanawa melarikan diri sampailah di sebelah Utara Desa Tampaksiring. Berkat

kesaktiannya, Mayadenawa menciptakan sebuah mata air racun (cetik) yang mengakibatkan

banyak para laskar Bhatara Indra gugur akibat minum air beracun tersebut. Melihat hal ini

Bhatara Indra segera menancapkan tombaknya di tanah di sebelah mata air beracun tersebut

dan memancarlah air ke luar dari tanah (Tirta Empul) dan air suci ini dipakai memerciki para

bala tentara Dewa yang gugur keracunan, sehingga dalam kurun waktu yang tidak lama bisa

hidup kembali seperti sedia kala (Kusuma, 2007).

Pura Tirta Empul terkait dengan subak Pulagan yang terletak di selatan pura tesebut,

dan di sisi barat Sungai Pakerisan. Air yang bersumber dari mata air di pura Tirta Empul

Page 34: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

19

digunakan untuk mengairi sawah di kawasan subak Pulagan. Pada saat upacara atau odalan di

pura tersebut anggota subak berkewajiban menghaturkan sesajen (jarimpen, dangsil,

daksina) dan bahan-bahan keperluan upacara seperti telur dan beras (Lansing dan Watson,

2012:64-65).

3.2.2 Struktur Pura Tirta Empul

Seperti lazimnya pura di Bali, Pura Tirta Empul juga dibagi menjadi tiga bagian yakni

halaman luar (jabaan atau jaba sisi), halaman tengah atau jaba tengah, dan halaman utama

atau jeroan. Ketiga halaman itu merepresentasikan tiga dunia ( Tri loka atau Tri Buwana)

dalam filosofi Hindu yakni Bhur loka atau dunia bawah yang identik dengan jabaan atau

jaba sisi. Bwah loka adalah halaman tengah atau dunia tempat manusia hidup. Halaman

utama atau jeroan merepresentasikan dunia atas atau Swah loka. Kosmologi Tri loka (Tri

Bhuana) ini identik dengan Tri Hita Karana (Lansing dan Watson, 1012: 65; Surata, 2013:

47).

Pada halaman pertama atau jabaan di Pura Tirta Empul terdapat pertamanan,

permandian umum, kolam, dan wantilan. Di halaman tengah atau jaba tengah terdapat dua

buah kolam besar berbentuk persegi panjang. Air kolam tersebut berasal dari 33 pancuran

yang berjejer dari barat ke timur. Masing-masing pancoran memiliki nama dan fungsi

tersendiri seperti pancuran panglukatan, pancuran pembersihan, pancuran sudamala, dan

pancuran cetik (Surata, 2013: 48; Lansing dan Watson, 2012: 92).

Keberadaan pancuran pada halaman kedua pura kini menjadi produk pariwisata.

Dikatakan demikian, karena masyarakat lokal dan wisatawan juga ikut melukat atau

membersihkan diri dari segala kekotoran atau leteh (lihat foto 3.1). Pada saat penelitian ini

Page 35: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

20

dilakukan sedang terjadi renovasi pancuran tersebut sehingga menambah krodit pada

halaman kedua pura tersebut.

Foto 3.1 Wisatawan sedang antre untuk melukat dan memasuki halaman tersebut

Pada halaman kedua pura terdapat sejumlah tinggalan arkeologi seperti lingga-yoni,

ganesa dan nandi. Keberadaan artifak arkeologis di halaman kedua sekaligus menunjukan

kekunaan pura tersebut. Namun demikian, masih belum jelas apakah artifak arkeologi yang

tersimpan di Pura Tirta Empul sejaman dengan prasasti Manukaya yang berasal dari 960

Masehi.

Pada halaman utama atau jeroan pura terdapat sejumlah palinggih yang terbuat dari

batu padas, bata, dan kayu dengan ukiran yang sangat indah dipoles prada berwarna kuning

keemasan. Palinggih yang dimaksud antara lain Tepasana, Ngurah Agung, palinggih

Mayadenawa, palinggih Patih Mayadenawa, bale Pamereman, bale pawedan dan lain-lain

(Lansing dan Watson, 2012: 92; Surata, 2013: 49-50).

3.2.3 Pura Tirta Empul dalam konteks Warisan Budaya Dunia

Beberapa pura yang terdapat di daerah aliran Sungai Pakerisan telah ditetapkan

sebagai warisan budaya dunia karena terkait dengan subak yang dilandasi oleh filosofi Tri

Hita Karana. Pura yang dimaksud terdiri atas Pura Tirta Empul, Pura Pagulingan, Pura

Page 36: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

21

Mangening, dan Pura Gunung Kawi. Keempat pura tersebut merupakan tinggalan arkeologi

yang berasal dari abad IX hingga XI Masehi dan difungsikan secara berlanjut hingga saat ini.

Air yang berasal dari Pura Tirta Empul merupakan sumber irigasi subak Pulagan dan

subak Kumba. Mata air di Pura Mangening merupakan sumber irigasi subak Kulub. Pura

Gunung Kawi terkait dengan subak Pulagan, Kulub Atas, dan Kulub Bawah. Pura Pagulingan

yang terletak di Desa Pakraman Basangambu, Tampaksiring dihubungkan dengan

persawahan/subak di sekitar pura tersebut.

Keempat pura yang berada di daerah aliran Sungai Pakerisan ini terkait dengan subak

yang berada di hilir atau di sekitar pura tersebut. Seperti diketahui bahwa budaya subak di

Bali dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana yang memiliki nilai keunggulan universal,

sehingga keempat pura tersebut ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia.

Penelitian ini difokus di Pura Tirta Empul yang juga merupakan daya tarik wisata.

Selain itu, Pura Tirta Empul merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Gianyar

yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Sehubungan dengan itu, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi Tri Hita Karana dalam pengelolaan

Pura Tirta Empul sebagai warisan budaya dunia yang berfungsi sebagai daya tarik wisata.

Page 37: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

22

BAB IV

KARAKTERISTIK DAN PERSEPSI WISATAWAN

4.1 Karakteristik Responden

4.1.1 Karakteristik Responden di Pura Taman Ayun

4.1.1.1 Wisatawan Mancanegara

Jumlah kunjungan wisatawan cenderung meningkat pasca ditetapkannya Taman

Ayun oleh Unesco sebagai bagian warisan budaya dunia (WBD) pada 29 Juni 2012. Pada

saat pura Taman Ayun ditetapkan sebagai warisan budaya dunia jumlah kunjungan

wisatawan hanya 173.632 orang, yang terdiri atas 111.574 orang wisatawan mancanegara

(64,26%) dan 62.058 orang wisatawan nusantara (35,74%) (lihat tabel 4.1). Penurunan

jumlah wisatawan pada tahun 2012 cukup signifikan yakni 105.08%. dibandingkan tahun

2011. Belum diketahui secara pasti penyebab turunnya jumlah kunjungan wisatawan pada

saat itu. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan wisatawan meningkat 62.36% mencapai

281.901 orang, dan tahun 2014 juga meningkat 16.95% dengan jumlah 329.691 orang.

Kecenderungan positif jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Taman Ayun diharapkan terus

berlanjut seiring meningkatnya pengadaan fasilitas dan penataan kawasan pura tersebut.

Perlu dicatat bahwa kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara dari tahun

2009 hingga 2011 setiap tahunnya masih di atas jumlah kunjungan wisatawan pasca

penetapan Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia. Jumlah kunjungan wisatawan

paling banyak dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2010 (lihat tabel 4.1).

Berdasarkan data dalam lima tahun terakhir (2009-2014), bahwa pelabelan Pura Taman Ayun

Page 38: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

23

sebagai warisan budaya dunia belum berdampak secara signifikan terhadap jumlah

kunjungan wisatawan.

Tabel 4.1Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata Pura Taman Ayun, Kabupaten BadungTAHUN MANCANEGARA NUSANTARA JUMLAH2014 245.940 (74,60%) 83,751 (25,40%) 329.691 (+16.95%)2013 205,525 (79,91%) 76,376 (27,09%) 281.901 (+62.36%)2012 111,574 (64,26%) 62,058 (35,74%) 173. 632 (-105.08% )2011 235.511 (66,14%) 120.574 (33,86%) 356.085 (-12.%)2010 256.442 (63,36%) 148.278 (36,64%) 404.720 (+12.87%)2009 221.171 (61,68%) 137.413 (38,32%) 358.584Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, 2015

Karakteristik wisatawan mancanegara yang terjaring sebagai responden dalam

penelitian ini terdiri atas enam orang laki-laki dan sembilan orang perempuan (lihat tabel

4.2). Mereka berusia antara 15 tahun hingga lebih dari 60 tahun (tabel 4.3). Sembilan orang

responden (60%) wisatawan mancanegara berusia di atas 45 tahun. Fenomena ini

menunjukan bahwa wisatawan yang berminat terhadap budaya (cultural tourist) umumnya

adalah mereka yang berusia lanjut. Hasil studi yang dilakukan oleh Travel Industry

Association and Smithsonian magazine pada tahun 2003 menunjukan bahwa wisatawan yang

mengujungi situs sejarah dan atraksi budaya umumnya berpendidikan tinggi, umurnya lebih

tua, dengan pendapatan lebih banyak, tinggal lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih

banyak dibandingkan dengan jenis wisatawan lainnya2 (Tien, 2003: 2; Chheang, 2011:221;

Ardika, 2015: 17).

Pekerjaan para responden adalah pebisnis empat orang (26,66%), dokter satu orang

(6,66%), pelajar/mahasiswa dua orang (13,34% ), dan lain-lain delapan orang (53,34% ).

Mereka yang tergolong dalam kategori pekerjaan lain-lain adalah ahli farmasi, tukang daging,

dan pekerja sambilan atau setengah waktu (lihat tabel 4.4).

2 http://www.squidoo.com/Heritage_tourism

Page 39: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

24

Tabel 4.2Responden Wisatawan Mancanegara menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase1 Laki-laki 6 40,002 Perempuan 9 60,00

Total 15 100

Tabel 4.3Responden Wisatawan Mancanegara Digolongkan Menurut UsianyaNo Usia (Tahun) Jumlah Persentase1 15-19 5 33,332 30-44 1 6,673 45-59 5 33,334 60 ke atas 4 26,67

Total 15 100

Tabel 4.4Responden Wisatawan Mancanegara menurut pekerjaan

NO Pekerjaan Jumlah Persentase1 Bisnis 4 26,662 Guru 0 03 Pengacara 0 04 Artis 0 05 Dokter 1 6,666 Sopir 0 07 Pelajar/mahasiswa 2 13,348 Lain-lain 8 53,34

Total 15 100

Sebagian besar (80%) wisatawan memperoleh informasi tentang pura Taman Ayun

melalui biro perjalanan atau travel agent (lihat tabel 4.5). Wisatawan yang berkunjung ke

pura Taman Ayun memilih paket tour secara berkelompok atau bergroup. Selain itu,

seorang responden (6,67%) wisatawan mancanegara memperoleh informasi tentang Taman

Ayun melalui teman, dan dua orang (13,33) dengan mengakses internet. Berdasarkan data

tersebut, peran biro perjalanan atau travel agent menjadi sangat penting untuk memromosikan

pura Taman Ayun sebagai daya tarik wisata.

Page 40: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

25

Tabel 4.5Responden Digolongkan Menurut Sumber informasi tentang Pura Taman Ayun

No Sumber informasi Jumlah Persentase1 Teman 1 6,672 Surat kabar 0 00,003 Televisi 0 00,004 Internet 2 13,335 Agen perjalanan 12 80,00

Total 15 100

Semua responden wisatawan mancanegara baru pertama kali berkunjung ke Pura

Taman Ayun (lihat tabel 4.6). Hal ini tampaknya terkait dengan pengetahuan wisatawan,

yang sebagian besar (73,34) belum memahami bahwa Pura Taman Ayun sebagai warisan

budaya dunia (lihat tabel 4.7). Kenyataan ini belum mencerminkan apakah mereka tertarik

untuk berkunjung kembali (repeater) ke Pura Taman Ayun.

Chheang (2011: 216) berpendapat wisatawan yang tertarik dengan budaya (cultural

tourist) tidak mesti terkait dengan latar belakang pendidikan ataupun pekerjaannya.

Wisatawan akan belajar dengan melihat langsung dan pengalaman yang diperolehnya di

destinasi yang dikunjunginya.

Tabel 4.6Responden Digolongkan Menurut Jumlah Kunjungan Ke Pura Taman Ayun

No Jumlah Kunjungan Jumlah Persentase1 Pertama kali 15 100,002 Dua kali 0 00,003 Tiga kali 0 00,004 Lebih dari tiga kali 0 00,00

15100

Hanya sebagian kecil (26,66%)(lihat tabel 4.7) wisatawan mancanegara memahami

bahwa Pura Taman Ayun telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Mereka juga tidak

Page 41: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

26

memahami nilai-nilai keunggulan universal (outstanding universal value) Pura Taman

Ayun sehingga ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Eksistensi Pura Taman Ayun

sebagai pura subak Batan Badung dan Beringkit, yang mengimplementasikan nilai-nilai Tri

Hita Karana (Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan) sesungguhnya melandasi

penetapanya sebagai warisan budaya dunia. Seorang wisatawan dari Belanda menyatakan

bahwa ia baru tahu Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia setelah membaca

pengumuman yang dipasang di depan pintu masuk pura tersebut.

Minimnya pemahaman wisatawan mancanegara tentang Pura Taman Ayun sebagai

warisan budaya dunia perlu menjadi bahan pemikiran pihak pengelola dan Pemkab Badung.

Promosi dan penyebaran informasi bahwa Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia

kiranya perlu lebih ditingkatkan.

Tabel 4.7Responden Digolongkan Menurut Pengetahuan tentang Pura Taman AyunNo Pengetahuan Tahu Persentase Tidak

tahu Persentase1 Tentang Pura Taman Ayun

sebagai Warisan budayadunia

4 26,66% 11 73,34

2 Tantang nilai keunggulanuniversal Pura taman Ayun

4 26,66% 11 73,34

Total 8 53,32 22 146,68

4.1.1.2 Karakteristik Wisatwan Nusantara di Pura Taman Ayun

Brosur tentang Pura Taman Ayun mencerminkan gagasan bahwa pengelolaan Pura

Taman Ayun didasarkan pada falsafah Tri Hita Karana. Hal ini diketahui dari adanya teks

pada brosur tersebut yang menyatakan bahwa ”Taman Ayun Sebagai Implementasi dari

Filosofi Tri Hita Karana”. Terkait dengan hal ini ternyata Pura Taman Ayun telah

dikunjungi oleh banyak wisatawan dengan identitas yang beragam, di antaranya banyak yang

telah berulangkali mengunjungi pura ini. Selain itu, mereka juga mempunyai persepsi atau

Page 42: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

27

tanggapan tertentu atas situasi dan kondisi yang berkaitan dengan Pura Taman Ayun. Secara

lengkap kunjungan wisatawan serta identitas dan persepsinya itu dapat digambarkan sebagai

berikut.

Berdasarkan data frekuensi jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Taman Ayun

sebagaimana disajikan pada tabel 4.8 di bawah dapat dipahami bahwa pura tersebut memang

berdaya tarik wisata relatif kuat, sehingga dikunjungi oleh banyak wisatawan yang jumlahnya

mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir (2013 dan 2014). Betapa kuatnya daya

tarik wisata pura ini dapat diketahui dari banyaknya wisatawan yang telah melakukan

kunjungan ulang, yakni dua kali bahkan ada yang lebih dari tiga kali. Data mengenai hal itu

dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8Responden Digolongkan Menurut Jumlah Kunjungan Ke Pura Taman AyunNo Jumlah Kunjungan Jumlah Persentase1 Pertama kali 9 60,002 Dua kali 2 13,333 Tiga kali 0 00,004 Lebih dari tiga kali 4 26,67

Total 15100,00

Jika dilihat dari perspektif Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

2009 tentang Kepariwisataan, khususnya Pasal 1 angka 5, yaitu mengenai pengertian ”daya

tarik wisata”, maka dapat dikatakan bahwa daya tarik wisata Pura Taman Ayun adalah berupa

keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan

hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

Daya tarik wisata Pura Taman Ayun dalam arti seperti itu telah ditampilkan dalam

sebuah brosur yang merupakan bagian dari media promosi pariwisata. Selain memuat foto,

brosur tersebut juga memuat teks tentang masing-masing foto tersebut dengan maksud

Page 43: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

28

menunjukkan model implementasi Tri Hita Karana dalam pengelolaan Pura Taman Ayun.

Adapun brosur beserta foto dan teks tersebut adalah sebagai berikut.

Memang hasil pengamatan menunjukkan bahwa keunikan, keindahan, dan nilai yang

berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang terlihat pada

brosur di bawah merupakan sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Dalam hal ini para

wisatawan berkeliling dan melihat-lihat semua objek yang ada di lokasi Pura Taman Ayun.

Namun masih banyak wisatawan yang tidak tahu bahwa Pura taman Ayun telah ditetapkan

sebagai warisan budaya dunia (WBD) dan mempunyai nilai keunggulan universal yakni nilai

yang terkandung dalam filosofi Tri Hita Karana. Data mengenai hal ini dapat dilihat pada

tabel 4.9 di bawah ini.

Gambar 4.1 Bagian luar dan dalam brosur Pura Taman Ayun

Tabel 4.9Responden Digolongkan Menurut Pengetahuan tentang Pura Taman AyunNo Pengetahuan Tahu Persentase Tidak

tahu Persentase1 Tentang Pura Taman Ayun

sebagai Warisan budayadunia

8 (53,33%) 7 46,67

2 Tantang nilai keunggulanuniversal Pura taman Ayun

7 (46,67%) 8 53,33

Total 15 100 15 100

Page 44: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

29

Mengingat masih banyak wisatawan yang tidak mengetahui status Pura Taman Ayun

sebagai WBD dan mempunyai nilai keunggulan universal, maka dapat dikatakan bahwa

fungsi brosur sebagai media promosi pariwisata untuk pura ini masih perlu dioptimalkan.

Hasil wawancara dengan pihak pengelola Pura taman Ayun menyatakan bahwa brosur tidak

dibagikan kepada setiap wisatawan yang berkunjung ke pura ini. Alasannya adalah bahwa

pura ini sudah terkenal karena telah menjadi WBD. Selain itu, para wisatawan umumnya

sudah dipandu oleh pemandu yang diyakini sudah mampu menjelaskan keberadaan pura ini

kepada wisatawan. Namun berkenaan dengan hal ini diperoleh data bahwa para wisatawan

memperoleh informasi tentang Pura Taman Ayun dari sumber informasi yang lain, seperti

teman, internet, televisi, dan lain-lain. Data lengkap mengenai hal ini disajikan pada tabel

4.10 di bawah ini.

Bertolak dari data pada tabel 4.10 di bawah maka tampaknya promosi Pura Taman

Ayun sebagai objek wisata masih perlu dioptimalkan, lebih-lebih dalam konteks persaingan

yang semakin gencar sejalan dengan kian bertambahnya objek wisata.

Tabel 4.10Responden Digolongkan Menurut Sumber informasi tentang Pura Taman AyunNo Sumber informasi Jumlah Persentase1 Teman 4 26,672 Surat kabar 1 6,673 Televisi 2 13,334 Internet 7 46,675 Agen perjalanan 1 6,67

Total 15 100

Dilihat dari segi jenis kelaminnya, wisatawan yang berkunjung ke pura ini meliputi

kaum laki-laki dan perempuan dan dapat digolongkan menurut daerah/negara asal, usia, dan

pekerjaannya. Kesemuanya ini terlihat dari data mengenai identitas responden sebagaimana

disajikan secara terturut-turut pada tabel 4.11, 4. 12, 4.13, 4.14, dan 4.15 di bawah ini.

Page 45: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

30

Tabel 4.11Responden Digolongkan Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase1 Laki-laki 3 20,002 Perempuan 12 80,00

Total 15 100

Adanya wisatawan laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun

sebagaimana tampak pada tabel 4.11 di atas menandakan bahwa pura ini tidak hanya

berdaya tarik bagi kaum laki-laki tetapi juga bagi kaum perempuan. Hal ini dapat dilihat

sebagai potensi penting untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, karena dengan

demikian memungkinkan bagi pasangan suami-istri untuk berkunjung ke Pura Taman Ayun.

Sebaliknya jika hanya kaum laki-laki saja atau kaum perempuan saja yang tertarik untuk

berkunjung maka hal seperti ini berpotensi terjadinya pembatalan rencana kunjungan.

Dilihat dari daerah asalnya, ternyata para wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman

Ayun berasal dari berbagai daerah dan negara. Data mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel

4.12 di bawah ini.

Berdasarkan data pada tabel 4.12 di bawah dapat dikatakan bahwa Pura Taman Ayun

memiliki daya tarik wisata yang relatif kuat, tidak saja bagi kalangan masyarakat dari

berbagai daerah di Indonesia, melainkan juga dari berbagai daerah di Bali, seperti Denpasar,

Karangasem, dan Nusa Dua. Hal ini merupakan potensi penting dalam upaya meningkatkan

jumlah kunjungan wisata ke Pura Taman Ayun, karena besar kemungkinannya para

wisatawan tersebut menambah pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan dari

kunjungannya ke pura ini.

Tabel 4.12Responden Digolongkan Menurut Daerah Asal

No. Daerah Asal Jumlah Persentase1 Bandung 3 20,002 Medan 2 13,33

Page 46: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

31

3 Nusa Dua Bali 1 6,674 Karangasem Bali 1 6,675 Surabaya 7 46,676 Denpasar Bali 1 6,67

Total 15 100,00

Berkenaan dengan usia wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun diperoleh

data bahwa banyak wisatawan usia remaja (15-19 tahun) yang berkunjung ke pura ini.

Meskipun demikian, mereka yang berusaia 30-59 tahun juga relatif banyak. Ini berarti usia

wisatawan tersebut berkisar antara 15-59 tahun.

Dengan demikian terlihat peluang yang cukup besar bagi keberlanjutan kunjungan

wisatawan ke Pura Taman Ayun. Jika orang yang sudah lanjut usia kurang tertarik untuk

berwisata, masih ada kaum remaja yang biasanya mempunyai semangat untuk berwisata ke

daya tarik wisata yang terkenal. Data mengenai usia wisatawan yang berkunjung ke Pura

Taman Ayun disajikan pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13Responden Digolongkan Menurut Usianya

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase1 15-19 9 60,002 30-44 3 20,003 45-59 3 20,004 60 ke atas 0 0,00

Total 15 100,00

Berdasarkan data pada tabel 4.13 di atas dapat dipahami bahwa wisatawan nusantara

yang berusia muda lebih banyak beriwisata dibandingkan dengan orang berusia lebih tua.

Perlu dicatat bahwa penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 saat liburan sekolah

sehingga banyak siswa berwisata ke Pura Taman Ayun.

Sementara itu, dilihat dari segi profesi atau pekerjaannya, para wisatawan nusantara

yang berkunjung ke Pura Taman Ayun juga menunjukkan keberagaman. Di antaranya ada

Page 47: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

32

yang merupakan pengusaha, guru, mahasiswa, pelajar. Data mengenai hal ini disajikan pada

tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14Responden Digolongkan Menurut Pekerjaannya

No Pekerjaan Jumlah Persentase1 Pengusaha 7 46,672 Guru 5 33,333 Mahasiswa 2 13,334 Pelajar 1 6,67

Total 15 100

Keberagaman profesi wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun sebagaimana

tampak pada tabel 4.14 di atas dapat dilihat sebagai penyebar informasi tentang keberadaan

pura ini, tidak saja di dalam keluarganya masing-masing melainkan juga di kalangan teman-

temannya baik dalam perusahaan maupun sekolah atau kampus tempatnya bekerja dan/atau

menempuh pendidikan. Dengan demikian dimungkinkan untuk terjadinya peningkatan

popularitas Pura Taman Ayun, baik sebagai WBD maupun sebagai daya tarik wisata,

sehingga memungkinkan pula terjadinya kunjungan wisatawan dari berbagai daerah ke pura

ini.

4.1.2 Karakteristik Responden di Pura Tirta Empul

4.1.2.1 Wisatawan Mancanegara

Kunjungan wisatawan ke pura Tirta Empul mengalami fluktuasi dalam lima tahun

terakhir. Wisatawan mancanegara mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 28.683

orang (10,53%), sedangkan wisatawan nusantara meningkat 12.508 orang atau 6,6%. Secara

keseluruhan kunjungan wisatawan ke pura Tirta Empul turun 3,5%. Pada tahun 2014

kunjungan wisatawan mancanegara meningkat 42.158 orang atau 17,31%. Namun jumlah

kunjungan wisatawan nusantara menurun 43.776 orang atau 21,67%. Total penuruanan

jumlah wisatawan pada tahun 2014 adalah 1.618 orang atau 0,36%. Faktor apakah yang

Page 48: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

33

menyebabkan berfluktuasinya jumlah kunjungan wisatawan ke pura Tirta Empul belum dapat

diketahui. Jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Tirta Empul dalam lima tahun terakhir dapat

dilihat pada tabel 4.15.

Perlu dicatat bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Candi Borobudur

pada tahun 2014 adalah 250.000 orang. Menteri pariwisata RI berharap bahwa kunjungan

wisatawan mancanegara ke Candi Borobudur mencapai dua juta orang pada tahun 2019 3

Wisatawan mancanegara yang terjaring secara kebetulan (accidental sampling)

sebagai responden sebanyak 15 orang dengan rincian: empat orang laki-laki dan 11 orang

perempuan (lihat tabel 4.16). Mereka berumur dengan rentangan waktu antara 15 tahun

sampai dengan lebih dari 60 tahun (tabel 4.16).

Tabel 4.15Kunjungan Wisatawan ke Pura Tirta Empul, Kabupaten Gianyar

TAHUN MANCANEGARA NUSANTARA JUMLAH2014 285.617 158.267 443.884 (- 0,36%)2013 243.459 202.043 445.502 (- 3,50%)2012 272.142 189.535 461.677 (+26,01%)2011 188.787 177.591 366.378 (+ 6,12%)2010 198.641 146.604 345.245 (+23,43%)2009 176.811 102.886 279.697TOTALSumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, 2013.

Tabel 4.16Umur Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase1 15-19 2 13,332 30-44 6 40,003 45-59 2 13,334 60 ke atas 5 33,34

Total 15 100,00

3 ///C:/Users/Public/Documents/Borobudur Ditargetkan Gaet 2 Juta Wisatawan Mancanegara...

Page 49: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

34

Berdasarkan tabel 4.16 di atas bahwa lima orang (33,34%) responden adalah

wisatawan yang berumur 60 tahun ke atas. Fenomena ini mengindikasikan bahwa wisatawan

senior lebih menyukai budaya (cultural tourist) dari pada daya tarik lainnya.

Tabel 4.17 di bawah menunjukan bahwa jumlah wisatawan perempuan lebih banyak

terjaring sebagai responden dalam penelitian ini. Mereka beragam dalam profesi seperti

terlihat pada tabel 4.18 di bawah. Empat orang sebagai pengusaha (26,67%), sebagai guru

dua orang (13,33%), dan dokter sebanyak dua orang (13,33%). Selain itu, seorang di

antaranya adalah mahasiswa (6,67%), dan enam orang (40%) dengan pekerjaan lain-lain

yakni sebagai pensiunan dan pelayan toko.

Tabel 4.17Jenis Kelamin Responden Wisatawan Mancanegara di Pura Tirta Empul

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase1 Laki-laki 4 26,662 Perempuan 11 73,34

Total 15 100,00

Tabel 4.18Pekerjaan Responden Wisatawan Mancanegara

No Pekerjaan Jumlah Persentase1 Pengusaha 4 26,672 Guru 2 13,333 Dokter 2 13,334 Pelajar/Mahasiswa 1 6,675 Lain-lain 6 40,00

Total 15 100,00

Wisatawan yang berkunjung ke Pura Turta Empul sebagian besar (73,33%)

menggunakan biro perjalanan atau travel agent. Fenomena yang sama juga terjadi di Pura

Taman Ayun. Seorang wisatawan (6,67%) memperoleh informasi lewat teman, dua orang

(13,33%) melalui internet, dan seorang wisatawan (6,67%) mengetahui destinasi tersebut

melalui buku (lihat tabel 4.19 di bawah).

Page 50: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

35

Tabel 4.19Pemerolehan Informasi tentang Pura Tirta Empul

No Sumber informasi Jumlah Persentase1 Teman 1 6,672 Surat kabar -3 Televisi -4 Internet 2 13,335 Agen perjalanan 11 73,336 Lain-lain/buku 1 6,67

Total 15 100,00

Dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, semua responden (100%)

baru pertama kali ke Pura Tirta Empul (lihat tabel 4.20 di bawah). Hal ini memberi peluang

bahwa mereka akan berkunjung kembali (repeater) dan memberitahu teman atau kerabatnya

tentang daya tarik wisata Pura Tirta Empul. Kemungkinan lain bahwa mereka tidak akan

kembali berkunjung ke daya tarik wisata tersebut karena kesan pertamanya kurang menarik.

Tabel 4.20Jumlah kunjungan ke Tirta Empul

No Jumlah Kunjungan Jumlah Persentase1 Pertama kali 15 100,002 Dua kali 0 00,003 Tiga kali 0 00,004 Lebih dari tiga kali 0 00,00

Total 15 100,00

Sebagian besar (86,67%) wisatawan mancanegara tidak memahami status Pura Tirta

Empul sebagai warisan budaya dunia. Mereka juga tidak paham tentang nilai keunggulan

Page 51: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

36

universal Tri Hita karana, yang melandasi penetapan Pura Tirta Empul sebagai warisan

budaya dunia (lihat tabel 4,21 di bawah)

Tabel 4.21Pemahaman wisatawan mancanegara tentang status Pura Tirta Empul

sebagai warisan budaya duniaNo Pengetahuan Tahu Persentase Tidak

tahu Persentase1 Tentang Pura Taman Ayun

sebagai Warisan budayadunia

2 13,33% 13 86,67

2 Tantang nilai keunggulanuniversal Pura taman Ayun

2 13,33% 13 86,67

Total 4 26,66 26 173,34

4.1.2.2 Karakteristik Wisatawan Nusantara di Pura Tirta Empul

Responden wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pura Tirta Empul berasal dari

berbagai daerah di Indonesia yakni Padang (Sumatra Barat), Bandung (Jawa Barat), Surabaya

(Jawa Timur, dan Bali. Sebanyak sembilan orang (60%) wisatawan dari luar Bali, dan enam

orang (40%) berasal dari Bali (lihat tabel 4.22 di bawah). Kunjungan wisatawan nusantara ke

Pura Tirta Empul pada saat penelitian ini kemungkinan dilakukan terkait dengan masa liburan

sekolah.

Tabel 4.22Responden Wisatawan Nusantara Digolongkan Menurut Daerah Asal

No Daerah Asal Jumlah Persentase1 Tabanan 5 33,332 Gianyar 1 6,673 Padang 2 13,334 Surabaya 4 26,665 Bandung 3 20,00

Total 15 100,00

Page 52: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

37

Responden wisatawan nusantara yang terjaring dalam penelitian ini terdiri atas enam

orang laki-laki (40%), dan sembilan orang perempuan (60%)(lihat tabel 4.23 di bawah).

Berdasarkan tabel 4.23 di bawah ternyata bahwa daya tarik wisata Tirta Empul diminati baik

oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan.

Tabel 4.23Responden Wisatawan Nusantara Digolongan Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase1 Laki-laki 6 40,002 Perempuan 9 60,00

Total 15 100,00

Wisatawan yang berkunjung ke Pura Tirta Empul dapat diklasifikasikan berdasarkan

umurnya yakni 15-19 tahun (20%), umur 30-44 tahun (40%), dan umur 45-59 tahun (40%).

Wisatawan nusantara yang berumur di atas 60 tahun hampir tidak ada yang berkunjung ke

Pura Tirta Empu (lihat tabel 4.24). Kenyataan ini belum diketahui penyebabnya secara pasti.

Tabel 4.24Responden Wisatawan Nusantara Menurut Umur

No Umur/Tahun Jumlah Persentase1 15 – 19 3 20,002 30 – 44 6 40,003 45 – 59 6 40,004 60 ke atas 0 0,00

Total 15 100,00

Wisatawan yang berkunjung ke Pura Tirta Empul sebagian besar berprofesi terkait

dengan pendidikan. Mereka yang berprofesi sebagai guru (26,66%), mahasiswa (40%),

pelajar (26,66%), dan seorang pengusaha (6,67%). Seperti telah disebutkan di atas bahwa

penelitian ini dilakukan pada masa liburan sekolah, sehingga wisatawan nusantara yang

berkunjung didominasi oleh mahasiswa, pelajar dan guru sekolah (lihat tabel 4.25)..

Page 53: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

38

Tabel 4.25Responden Wisatawan Nusantara Digolongkan Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Prosentase1 Pengusaha 1 6,672 Guru 4 26,663 Mahasiswa 6 40,004 Pelajar 4 26,66

Total 15 100,00

Peran media masa tampaknya sangat penting sebagai sumber informasi daya tarik

wisata Pura Tirta Empul. Sebagian besar wisatawan (80%) memperoleh informasi tentang

Pura Tirta Empul melalui media cetak ataupun elektronik. Tiga orang (20%) responden

mengetahui Pura Tirta Empul dari temannya atau dari mulut ke mulut. Hal ini

mengindikasikan bahwa Pura Tirta Empul sudah terkenal di kalangan wisatawan nusantara.

Perlu dicatat bahwa wisatawan nusantara yang berkunjung ke Pura Tirta Empul tidak

menggunakan biro perjalanan atau travel agent (lihat tabel 4.26).

Pura Tirta Empul tampaknya merupakan daya tarik wisata yang sangat populer di

Kabupaten Gianyar. Semua responden wisatawan nusantara telah pernah berkunjung

sebelumnya ke Pura Tirta Empul. Dengan kata lain, semua wisatawan nusantara melakukan

kunjungan ulang (repeater) ke Pura Tirta Empul. Hal ini mengindikasikan bahwa daya tarik

wisata Tirta Empul sangat terkenal. Kenyataan ini didukung oleh data bahwa saat ini Pura

Tirta Empul menjadi daya tarik wisata yang paling banyak dikunjungi di Kabupaten Gianyar.

Tabel 4.26Responden Wisatawan Nusantara Digolongkan Menurut Pemerolehan Informasi

Tentang Pura Tirta EmpulNo Sumber Informasi Jumlah Persentase1 Teman 3 20,002 Surat kabar 2 13,333 Televisi 4 26,664 Internet 6 40,005 Agen Perjalanan 0 0,00

Total 15 100,00

Page 54: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

39

Tabel 4.27Responden Wisatawan Nusantara Digolongkan Menurut Jumlah Kunjungan Ke Pura

Tirta Empul

No Jumlah Kunjungan Jumlah Persentase1 Pertama kali 3 20,002 Dua kali 6 40,003 Tiga kali 5 33,334 Lebih dari tiga kali 1 6,67

Total 15 100,00

Wisatawan nusantara yang berasal dari Bali secara umum mengetahui bahwa Pura

Tirta Empul berstatus sebagai warisan budaya dunia. Di pihak lain, wisatawan nusantara yang

berasal dari luar Bali sebagian besar tidak memahami status Pura Tirta Empul sebagai

warisan budaya dunia. Mereka juga tidak memahami nilai-nilai keunggulan universal Tri Hita

Karana (lihat tabel 4.28 di bawah)

Tabel 4.28Pemahaman Responden tentang status Pura Tirta Empul sebagai warisan budaya

dunia dan nilai Keunggulan Tri Hita KaranaNo Pengetahuan Tahu Persentase Tidak

tahu Persentase1 Tentang Pura Taman Ayun

sebagai Warisan budayadunia

8 (53,33%) 7 46,67

2 Tantang nilai keunggulanuniversal Pura taman Ayun

7 (46,67%) 8 53,33

Total 15 100 15 100

4.2 Persepsi Wisatawan

4.2.1 Persepsi Wisatawan terhadap Pura Taman Ayun

4.2.1.1 Persepsi Wisatawan Mancanegara

Persepsi wisatawan memberi makna terhadap destinasi, dan memainkan peranan

penting dalam kaitannya dengan pariwisata berkelanjutan. Poria (dalam Chheang, 2011: 213)

Page 55: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

40

menyatakan bahwa persepsi wisatawan menjadi inti atau bagian yang sangat penting dalam

pariwisata warisan budaya. Persepsi wisatawan menentukan nilai atau makna destinasi.

Dalam penelitian ini persepsi wisatawan dikaitkan dengan empat aspek yang

seharusnya dimiliki oleh sebuah destinasi yakni atraksi, aksesibilitas, fasilitas, dan organisasi

atau pengelola (Cooper, 1995: 81). Keempat aspek tersebut dipersepsikan oleh wisatawan

terkait dengan Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul.

Semua responden menyatakan bahwa mereka tidak kecewa, meskipun dilarang

memasuki halaman utama/ jeroan pura Taman Ayun (tabel 4.29). Wisatawan dengan

leluasa dan nyaman dapat menyaksikan dan memotret palinggih ataupun kegiatan upacara

yang terjadi di halaman utama/jeroan pura. Hal ini menyebabkan wisatawan merasa puas

berkunjung ke Pura Taman Ayun. Wisatawan hampir sama dengan peziarah yang

mengharapkan sesuatu yang biasa atau umum, sakral, tempat yang unik untuk meningkatkan

pengalaman mereka, dan tidak semata-mata mencari yang otentik (Chheang, 2011: 214).

Pengelola Pura Taman Ayun melarang wisatawan memasuki halaman utama/jeroan pura

tersebut. Wisatawan dapat melihat palinggih dan kegiatan upacara yang dilakukan pada

halaman utama. Dalam konteks ini, pengelolaan Pura Taman Ayun dapat dikatakan sebagai

model terbaik di Bali, dan perlu dicontoh oleh pangemong dan pengelola pura lain sebagai

daya tarik wisata.

Tabel 4.29Persepsi Responden atas Larangan Masuk ke halaman utama Pura Taman Ayun

No Perasaan Jumlah Persentase1 Kecewa 0 0,002 Tidak kecewa 15 100

Total 15 100

Wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun hampir semuanya tidak memakai

kain dan selendang. Mereka tidak diwajibkan menggunakan kain dan selendang oleh petugas,

Page 56: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

41

karena wisatawan hanya sampai di halaman kedua/jaba tengah pura tersebut. Sehubungan

dengan itu maka petugas tidak menyediakan selendang dan kain untuk wisatawan (lihat tabel

4.30 dan 4.31). Perlu dicatat bahwa pemandu wisatawan yang mengantar tamunya ke Pura

Taman Ayun tetap memakai pakaian adat Bali (lihat foto 4.2).

Pemakaian kain dan selendang oleh wisatawan ketika memasuki pura Taman Ayun

akan dapat menjaga kesakralan pura tersebut. Pencitraan pura sebagai tempat suci harus tetap

dijaga sehingga wisatawan pun merasakan aroma kesakralan dan pengalaman yang berharga

tersebut.

Tabel 4.30Responden Digolongkan Menurut Pakaiannya Ketika Memasuki Pura Taman Ayun

No Pakaian Jumlah Persentase1 Memakai sarung dan

selendang0 0,00

2 Tidak memakaisarung dan selendang

15 100,00

Total 15 100,00

Tabel 4.31Persepsi Responden tentang Layanan Petugas di Pura Taman Ayun

No Layanan Jumlah Persentase1 Memberikan sarung dan

selendang0 0,00

2 Tidak memberikan sarung danselendang

15 100

Total 15 100

Kenyataan ini berbeda dengan kondisi di Pura Trita Empul dan pura lain di Bali.

Wisatawan yang berkunjung atau memasuki pura /tempat suci diwajibkan memakai kain

dan selendang oleh petugas.

Page 57: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

42

Foto 4.2 Wisatawan mancanegara dan nusantara tidak memakai kain dan selendang di PuraTaman Ayun

Foto 4.3 Pemandu wisatawan memakai pakaian adat mengantar tamu di Pura Taman Ayun

Tabel 4.32Persepsi Responden tentang Atraksi di Pura Taman Ayun

Atraksi SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorKeunikanArsitektur

7 35 8 32 0 0 0 0 0 0 67/15=4,47

Sangatbaik

Lanskaptaman

5 25 10 40 0 0 0 0 0 0 65/15=4,33

Sangatbaik

Kolam 4 20 8 32 2 6 1 2 0 0 60/15=4

Baik

Pemotretan 5 25 7 28 3 9 0 0 0 0 62/15=4,13

Baik

Kebunbotanical

4 20 8 32 2 6 1 2 0 0 62/15=4,13

Baik

Aktivitasseremonial

0 0 6 24 2 6 3 6 0 0 36/11=3,27

Cukup

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa persepsi wisatawan terhadap

keunikan arsitektur, lanskap taman, dan kebon botanikal yang terdapat di Pura Taman Ayun

Page 58: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

43

sangat baik. Persepsi wisatawan mancanegara terhadap kolam baik. Perlu dicatat bahwa pada

saat penelitian ini dilakukan yakni awal Juni 2015 kolam sedang dikeringkan karena ada

projek penataan kolam (lihat foto 4.4 di bawah). Wisatawan kurang terkesan dengan kolam

tersebut. Wisatawan juga kurang tertarik dengan aktivitas seremonial yang dinilai cukup,

karena pada saat penelitian ini dilakukan tidak ada upacara di Pura Taman Ayun. Hal ini bisa

dimaklumi mengingat aktivitas upacara dilakukan setiap enam bulan sekali atau pada saat ada

upacara keagamaan Hindu.

Foto 4.4 Kolam dalam keadaan kering saat penelitian awal Juni 2015 karena ada projekpenataan

Tabel 4.33Persepsi Responden tentang Aksesibilitas ke Pura Taman Ayun

Aksesibilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorLokasi yangstrategis

5 25 7 28 3 9 0 0 0 0 62/15= 4,13

Baik

Rute menujudaya tarik yglain

4 20 11 44 0 0 0 0 0 0 64/15=4,26

Sangatbaik

Kondisi jalan 3 15 11 44 1 3 0 0 0 0 62/15=4,26

Sangatbaik

Kondisi jalandi sekitarpura

3 15 11 44 1 3 0 0 0 0 62/15=4,26

Sangatbaik

Transportasike puraTaman Ayun

7 35 8 32 0 0 0 0 0 0 67/15=4,46

Sangatbaik

Page 59: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

44

Berdasarkan tabel 4.33 di atas bahwa semua wisatawan mancanegara menyatakan

lokasi Taman Ayun sangat strategis untuk menuju daya tarik wisata lainnya. Hal ini dapat

dimaklumi karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun membeli

paket wisata. Wisatawan pun tidak ada yang mengeluh mengenai kondisi jalan menuju ke

destinasi tersebut.

Tabel 4.34Persepsi Responden tentang Fasilitas pariwisata di Pura Taman Ayun

Fasilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorWantilan 4 20 9 36 2 6 0 0 0 0 62/15

= 4,13Baik

Toilet 2 10 10 40 0 0 0 0 0 0 50/12=4,16

Baik

Parkir 4 20 10 40 1 3 0 0 0 0 63/15=4,20

Baik

Wisatawan sangat puas dengan fasilitas yang tersedia di Pura Taman Ayun seperti

tempat parkir, wantilan dan toilet (table 4.34). Kendaraan roda empat atau mini bus yang

mengangkut wisatawan diizinkan berhenti di depan gapura atau pintu masuk Pura Taman

Ayun. Hal ini dilakukan oleh pengelola daya tarik wisata Taman Ayun untuk memberikan

kenyamanan dan kepuasan kepada wisatawan (lihat foto 4.4). Bus besar diparkir di jalan raya

Mengwi-Denpasar atau di luar pintu gerbang kawasan pura Taman Ayun.

Foto 4.5 Mini bus diizinkan berhenti di depan gapura pura Taman Ayun saat menghantarwisatawan

Page 60: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

45

Wantilan di Pura Taman Ayun baru saja direnovasi dan diisi patung orang adu ayam.

Hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisatawan. Pemutaran video atau slide adu ayam

dengan menggunakan layar lebar di wantilan mungkin akan dapat menjadi daya tarik yang

lebih menarik untuk wisatawan. Setelah berkeliling dan melihat-lihat pura dan

lingkungannya, wisatawan bisa beristirahat di wantilan sambil menonton video atau slide adu

ayam (lihat foto 4.6). Atraksi ini dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan di Pura

Taman Ayun.

Foto 4.6 Wantilan di Pura Taman Ayun

Pengelola Pura Taman Ayun juga menyiapkan toilet yang bersih dan berkualitas

sehingga wisatawan puas dengan kondisinya (lihat foto 4.7). Toilet di Pura Taman Ayun

diperbaiki setelah ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia. Hal ini sangat

wajar dan masuk akal, mengingat label yang disandang oleh Pura Taman Ayun sebagai

warisan budaya dunia.

Foto 4.7 Kondisi toilet di Pura Taman Ayun

Page 61: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

46

Seperti telah dijelaskan di depan bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara tidak

mengetahui Pura Taman Ayun berstatus sebagai Warisan budaya dunia. Wisatawan

memahami status Pura Taman Ayun sebagai Warisan budaya dunia lewat agen perjalanan

atau travel agent. Hal ini mengindikasikan bahwa promosi Pura Taman Ayun masih perlu

ditingkatkan di masa depan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Menurut

keterangan Bapak I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, SE, MBA selaku Ketua Badan Promosi

Pariwisata Daerah Badung, yang juga menjabat sebagai Ketua PHRI Badung bahwa promosi

pariwisata Badung dilakukan secara menyeluruh, bukan masing-masing daya tarik wisata.

Tabel 4.35Persepsi Responden tentang Pengelolaan Pura Taman Ayun

Pengelolaan SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorPromosi 3 15 6 24 4 12 4 8 0 0 59/15

=3,93Baik

Keamanan 7 35 8 32 0 0 0 0 0 0 67/15=4,46

SangatBaik

Kebersihan 9 45 6 24 0 0 0 0 0 0 69/15= 4,60

SangatBaik

Kenyamanan 5 25 10 40 0 0 0 0 0 0 65/15= 4.33

SangatBaik

Informasiuntukwisatawan

7 35 7 28 1 3 1 2 68/15=4,53

SangatBaik

Harga Tiket 6 30 7 28 2 6 0 0 0 0 64/15=4,26

SangatBaik

Persepsi wisatawan terkait dengan keamanan, kebersihan, kenyaman, dan informasi

tentang daya tarik wisata Taman Ayun dapat dikatakan sangat baik (lihat Tabel 4.35).

Wisatawan tampaknya sangat puas dengan informasi atau keterangan yang diberikan oleh

pemandu wisatawan. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar wisatawan

yang berkunjung ke Pura Taman Ayun dengan membeli paket tour.

Page 62: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

47

4.2.1.2 Persepsi Wisatawan Nusantara terhadap Pura Taman Ayun

Data yang diperoleh dalam penelitian ini juga menunjukkan persepsi atau tanggapan

wisatawan atas kenyataan dan objek yang ada dalam situasi dan kondisi yang berkaitan

dengan Pura Taman Ayun. Persepsi atau tanggapannya itu antara lain mengenai larangan

masuk ke halaman utama (jeroan) Pura Taman Ayun sebagaimana dapat dilihat dari data

pada tabel 4.34 di bawah ini.

Tabel 4.36Persepsi Responden Wisatawan Nusantara atas Larangan Masuk ke bagian dalam

Pura Taman AyunNo Perasaan Jumlah Persentase1 Kecewa 0 0,002 Tidak kecewa 15 100

Total 15 100,00

Data pada tabel 4.36 di atas menunjukkan bahwa 100% responden menyatakan tidak

merasa kecewa atas larangan masuk ke bagian dalam (jeroan) Pura Taman Ayun. Jika

disimak dari perspektif teori konstruksi sosial yang dikembangkan oleh Berger dan Lukmann

(2011), pernyataan para wisatawan ini menyiratkan bahwa mereka telah melakukan persepsi

terhadap larangan tersebut. Melalui persepsinya itu mereka melakukan pemaknaan yang

hasilnya diinternalisasikan ke dalam diri mereka. Dalam tahap ini mereka juga melakukan

konseptualisasi terhadap larangan tersebut yang menghasilkan pernyataan bahwa larangan

tersebut tidaklah mengecewakan. Oleh karena itu, hasil pengamatan dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak ada wisatawan yang masuk ke bagian dalam Pura Taman Ayun.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konteks ini tidak ada wisatawan yang

mempunyai kesan negatif atau pengalaman buruk dalam kunjungannya ke Pura Taman Ayun

yang memungkinkan timbulnya citra buruk mengenai pura ini di kalangan wisatawan.

Page 63: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

48

Tentu saja larangan masuk ke halaman utama Pura Taman Ayun merupakan

representasi aturan yang berasaskan adat-istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat Bali.

Mengingat aturan ini telah dipatuhi secara sukarela oleh para wisatawan maka hal ini dapat

dikatakan sebagai pengembangan pariwisata budaya sebagaimana dikonsepsikan dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali

yang merupakan hasil revisi Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 3 tahun 1991 tentang

Kepariwisataan Budaya Bali. Pasal 1 angka 14 peraturan daerah tersebut menyatakan

sebagai berikut.

“Kepariwisataan Budaya Bali adalah kepariwisataan Bali yang berlandaskankepada Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh ajaran Agama Hindu dan falsafah TriHita Karana sebagai potensi utama dengan menggunakan kepariwisataan sebagaiwahana aktualisasinya, sehingga terwujud hubungan timbal-balik yang dinamisantara kepariwisataan dan kebudayaan yang membuat keduanya berkembangsecara sinergis, harmonis dan berkelanjutan untuk dapat memberikankesejahteraan kepada masyarakat, kelestarian budaya dan lingkungan”.

Walaupun demikian, dilihat dari segi pakaiannya ternyata tidak ada wisatawan yang

memakai pakaian adat Bali ketika memasuki areal Pura Taman Ayun. Selain hasil

pengamatan, hal ini juga dapat dilihat dari data mengenai pengakuan para wisatawan

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.37 di bawah ini.

Tabel 4.37Responden Digolongkan Menurut Pakaiannya Ketika Memasuki Pura Taman AyunNo Pakaian Jumlah Persentase1 Memakai sarung dan

selendang0 0,00

2 Tidak memakaisarung dan selendang

15 100

Total 15 100,00

Sementara itu para pemandu wisata di Pura Taman Ayun tampak memakai pakaian

adat Bali. Padahal sebagaimana diketahui, ada aturan yang umum berlaku di Bali, termasuk

dalam konteks pariwisata yang menegaskan bahwa setiap orang termasuk wisatawan harus

Page 64: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

49

memakai pakaian adat Bali, seperti kain dan selendang ketika memasuki areal pura. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa penerapan aturan tersebut kurang konsisten dalam

pengelolaan Pura Taman Ayun. Hal ini berpotensi mengganggu citra Pura Taman Ayun di

benak para wisatawan, bahwa pura ini dipersepsikan sebagai tempat suci yang dapat

dimasuki tanpa mengindahkan aturan tentang pakaian yang diberlakukan untuk itu.

Dalam rangka menegakkan aturan tersebut biasanya pihak pengelola daya tarik

wisata di Bali memberikan pakaian adat Bali kepada para wisatawan, namun pihak pengelola

Pura Taman Ayun tidak melakukan hal ini. Selain berdasarkan hasil pengamatan, hal ini

juga dapat diketahui dari data mengenai pengakuan para wisatawan sebagaimana disajikan

pada tabel 4.38 di bawah in

Tabel 4.38Persepsi Responden tentang Pelayanan Petugas di Pura Taman Ayun

No Layanan Jumlah Persentase1 Memberikan sarung dan

selendang0 0,00

2 Tidak memberikan sarung danselendang

15 100

Total 15 100

Data pada tabel 4.38 di atas menunjukkan bahwa petugas pengelola Pura Taman

Ayun telah melakukan pembiaran terhadap pelanggaran wisatawan atas aturan yang

mewajibkan mereka memakai pakaian adat ketika memasuki areal pura. Pembiaran ini

dilakukan dengan tidak memberikan pakaian adat Bali kepada wisatawan dan tidak juga

menegur wisatawan yang tidak memakai pakaian adat Bali. Ini berarti pelanggaran terhadap

aturan tersebut berkaitan erat dengan sikap pihak pengelola Pura Taman Ayun. Tentu saja

hal ini berpotensi menjadi preseden buruk dalam pengelolaan pura itu di masa mendatang.

Oleh karena itu persoalan ini tampaknya perlu mendapat perhatian lebih serius, baik dalam

perencanaan maupun pelaksanaan dan evaluasi program pariwisata budaya Bali. Tanpa

Page 65: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

50

demikian bisa jadi pariwisata yang berkembang bukanlah pariwisata budaya melainkan

budaya pariwisata sebagaimana dikemukakan oleh Picard (2006) yang cenderung bersifat

turistik.

Secara lebih jauh para wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun juga telah

memiliki persepsi terkait dengan atraksi yang ada di Pura Taman Taman Ayun. Atraksi

dalam hal ini meliputi keunikan arsitektur, lansekap taman, kolam, fotografi, kebun botanikal,

dan aktivitas seremonial. Persepsi para wisatawan mengenai hal ini dapat diketahui dari data

sebagaimana disajikan pada tabel 4.39 di bawah ini.

Data pada tabel 4.39 di bawah menunjukkan bahwa responden menyatakan unsur-

unsur atraksi di Pura Taman Ayun keunikan arsitektur sangat baik. Lansekap taman, kolam,

dan fotografi atau akses pemotretan kawasan dan palinggih di pura tersebut tergolong baik.

Selain itu, ada pula yang menyatakan kolam dan aktivitas seremonial di pura ini tergolong

cukup, bahkan ada yang memandang seremonial itu tergolong kurang. Persepsi ini tidak jauh

berbeda antara wisatawan mancanegara dan nusantara. Oleh karena itu, dalam rangka

pengembangan pariwisata budaya di Pura Taman Ayun masih perlu diadakan pembenahan

terkait unsur-unsur atraksi tersebut agar citranya semakin baik di mata wisatawan. Tentu saja

pembenahan itu dapat dilakukan melalui tata kelola fisiknya, tetapi hal ini perlu juga

dilengkapi dengan penyebaran informasi secara lebih intensif melalui media promosi

pariwisata.

Tabel 4.39Persepsi Responden tentang Atraksi di Pura Taman Ayun

Atraksi SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorKeunikanArsitektur

4 20 11 44 0 0 0 0 0 0 64/15= 4,26

SangatBaik

Lanskaptaman

2 10 13 52 0 0 0 0 0 0 62/15=4,13

Baik

Kolam 1 5 12 48 2 6 0 0 0 0 59/15 Baik

Page 66: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

51

=3,93Foto 1 5 14 56 0 0 0 0 0 0 61/15

= 4,06Baik

Kebunbotanical

0 0 15 60 0 0 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Aktivitasseremonial

0 0 8 32 5 15 2 4 0 0 51/15= 3,40

Cukup

Berkenaan dengan persepsi wisatawan tentang aksesibilitas di Pura Taman Ayun,

ternyata sebagian besar responden menyatakan unsur-unsur aksesibilitas di pura ini tergolong

baik. Kondisi jalan di depan lokasi dan transportasi menuju lokasi dinyatakan baik.

Kesemuanya ini dapat diketahui dari data sebagaimana disajikan pada tabel 4.40 di bawah

ini.

Tabel 4.40Persepsi Responden tentang Aksesbilitas di Pura Taman Ayun

Aksesibilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorLokasi yangstrategis

1 5 14 56 0 0 0 0 0 0 61/15=4,06

Baik

Rute kedestinasilain

1 5 14 56 0 0 0 0 0 0 61/15=4,06

Baik

Kondisijalan kelokasi

1 5 14 56 0 0 0 0 0 0 61/15=4,06

Baik

Kondisijalan dilokasi

1 5 13 52 1 3 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Transportasike lokasi

2 10 11 44 1 3 1 2 0 0 59/15=3,93

Baik

Persepsi wisatawan tentang kondisi wantilan dan toilet di Pura Taman Ayun baik.

Untuk dimaklumi bahwa wantilan dan toilet di Pura Taman Ayun baru saja direnovasi

sehingga kondisinya dalam keadaan baik. Wisatawan menyatakan parkir dipersepsikan cukup

oleh wisatawan nusantara. Persepsi ini muncul karena mereka parkir di luar pintu gerbang

kawasan Pura Taman Ayun sehingga harus jalan kaki sekitar 300 meter menuju pura tersebut.

Page 67: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

52

Tabel 4.41Persepsi Responden tentang Fasilitas di Pura Taman Ayun

Fasilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorWantilan 3 15 12 48 0 0 0 0 0 0 63/15

= 4,20Baik

Toilet 1 5 12 48 2 6 0 0 0 0 59/15=3,67

Baik

Parkir 0 0 1 4 11 33 3 6 0 0 43/15=2,87

Cukup

Khusus mengenai pengelolaan Pura Taman Ayun, responden menyatakan bahwa

promosi cukup. Informasi untuk wisatawan dinilai cukup, karena di Pura Taman Ayun tidak

ada guide lokal yang dapat menerangkan tentang sejarah pura, fungsi palinggih, dan upacara

yang dilaksanakan di pura tersebut. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kebersihan

dan keamanan baik. Harga tiket senilai Rp 10.000,- dinyatakan baik atau pantas untuk

wisatawan nusantara. Data lengkap mengenai hal ni dapat dilihat pada tabel 4.42 di bawah

ini.

Tabel 4.42Persepsi Responden tentang Organisasi Kepariwisataan/Pengelola Pura Taman Ayun

Pengelolaan SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorPromosi 1 5 12 48 0 0 2 4 0 0 57/15

= 3,75Baik

Keamanan 1 5 12 48 2 6 0 0 0 0 59/15= 3,84

Baik

Kebersihan 1 5 13 52 1 3 0 0 0 0 60/15= 40

Baik

Informasiuntukwisatawan

1 5 1 4 12 36 1 2 0 0 47/15=3,13

Cukup

Harga tiket 1 5 8 32 6 18 0 0 0 0 55/15=3,67

Baik

4.2.2 Persepsi Responden tentang Pura Tirta Empul

4.2.2.1 Persepsi Wisatawan Mancanegara di Tirta Empul

Page 68: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

53

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pura Tirta Empul semuanya memakai

kain dan selendang. Fenomena ini berbeda dengan realita yang ditemukan di Pura Taman

Ayun. Panitia atau pengelola Pura Tirta Empul menyediakan kain dan selendang untuk

wisatawan. Pemakaian kain dan selendang dapat menjaga kesakralan pura tersebut.

Kenyataan ini dapat dilihat pada tabel 4.41 dan 4.43 di bawah.

Tabel 4.43Persepsi Responden tentang Pakaian Memasuki Pura Tirta Empul

No Pakaian Jumlah Persentase1 Memakai sarung dan

selendang15 100,00

2 Tidak memakai sarungdan selendang

0 0,00

Total 15 100,00

Persepsi responden terhadap pelayanan kain dan selendang di Pura Tirta Empul

sebagian besar (93,34%) wisatawan menyatakan puas, dan hanya seorang yang tidak puas.

Data persepsi ini disajikan pada tabel 4.44 di bawah.

Tabel 4.44Persepsi Responden terhadap pelayanan kain dan selendang di Pura Tirta Empul

No Layanan Jumlah Persentase1 Memberikan sarung dan

selendang14 93,34

2 Tidak memberikan sarung danselendang

1 6,66

Total 15 100,00

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Pura Tirta Empul semuanya merasa tidak kecewa atas larangan atau

pembatasan akses memasuki halaman utama/jeroan pura tersebut. Wisatawan diizinkan

memasuki halaman utama/jeroan, namun tidak diizinkan pada area tempat persembahyangan

Page 69: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

54

agar tidak mengganggu kegiatan umat. Persepsi wisatawan disajikan pada tabel 4.45 di

bawah.

Tabel 4.45Persepsi Responden terhadap pembatasan dan larangan akses di halaman

utama/jeroan Pura Tirta EmpulNo Perasaan Jumlah Persentase1 Kecewa 0 0,002 Tidak kecewa 15 100

Total 15 100,00

Persepsi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pura Tirta Empul secara umum

menyatakan menarik. Wisatawan mancanegara bahkan menyatakan bahwa ukiran

palinggih/bangunan di Pura Tirta Empul sangat baik, namun ada pula yang menyatakan

menarik. Berikut data persepsi wisatawan tentang daya tarik Pura Tirta Empul disajikan pada

tabel 4.46 di bawah. Kegiatan upacara di Pura Tirta Empul dinyatakan baik karena wisatawan

menyaksikan langsung bahwa setiap wisatawan yang melukat atau upacara pembersihan diri

di pancoran menghaturkan sesaji. Kenyataan ini juga sekaligus menunjukan kesakralan pura

tersebut.

Tabel 4.46Persepsi Responden Tentang Daya Tarik Di Pura Tirta Empul

Atraksi SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorKeunikanArsitektur

5 25 10 40 0 0 0 0 0 0 65/15=4,33

SangatBaik

Lanskaptaman

2 10 13 52 0 0 0 0 0 0 62/15=4,13

Baik

Kolam 3 15 8 32 4 12 0 0 0 0 59/15=3,93

Baik

Aktivitasseremonial

3 15 9 36 3 9 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Page 70: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

55

Wisatawan pada umumnya menyatakan bahwa jalan menuju ke destinasi dalam

keadaan baik. Perlu diketahui bahwa Pura Tirta Empul merupakan tempat transit paket wisata

dari Denpasar menuju Kintamani sehingga kondisi jalan cukup baik. Data selengkapnya

tentang persepsi wisatawan mancanegara mengenai jalan dan rute menuju Pura Tirta Empul

disajikan pada tabel 4.47 di bawah.

Kondisi wantilan, toilet, dan tempat parkir di Pura Tirta Empul disajikan dalam tabel

4.46 di bawah. Fasilitas tersebut dipersepsikan baik oleh wisatawan mancanegara. Perlu

dicatat bahwa tempat ganti pakaian dan toilet tidak dipisah atau dijadikan satu dan agak kotor

sehingga wisatawan mancanegara kurang puas dengan kondisi tersebut. Wisatwan juga tidak

setuju adanya pungutan atau fee untuk tempat ganti dan toilet, karena kesannya komersial.

Mereka menyarankan agar harga tiket masuk dinaikan, dan toilet dibebaskan dari pungutan

atau fee.

Tabel 4.47Persepsi Responden tentang jalan menuju lokasi dan tempat parkir

Aksesibilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorLokasi yangstrategis

2 10 13 52 0 0 0 0 0 0 62/15=4.13

Baik

Rute kedestinasilain

4 20 9 36 1 3 0 0 0 0 59/15=3,93

Baik

Kondisijalan kepura/lokasi

1 5 10 40 1 3 1 2 0 0 50/15=3,33

Cukup

Kondisijalan dilokasi

1 5 13 52 1 3 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Transportasike lokasi

1 5 13 52 1 3 0 0 0 0 60/15= 4,0

Baik

Page 71: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

56

Tabel 4.48Persepsi Responden tentang Fasilitas (wantilan, toilet dan tempat parkir)

Fasilitas diPuraTirtaEmpul

SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorWantilan 1 5 10 40 4 12 0 0 0 0 57/15

= 3,80Baik

Toilet 1 5 4 16 2 10 20 0 0 0 41/15=2,73

Cukup

Parkir 2 10 10 40 3 9 0 0 0 0 59/15=3,,87

Baik

Wisatawan menyatakan bahwa promosi daya tarik wisata Pura Tirta Empul

dikategorikan baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, wisatawan yang berkunjung ke

Pura Tirta Empul secara berkelompok atau group. Mereka dapat dipastikan menggunakan

biro perjalanan atau travel agent. Keamanan dan kebersihan di Pura Tirta Empul dinilai baik

oleh wistawan. Harga tiket masuk Rp 15.000,- dinilai pantas oleh wisatawan. Data

selengkapnya tentang persepsi wisatawan mengenai organisasi atau manajemen daya tarik

wisata Pura Tirta Empul disajikan pada tabel 4.49 di bawah.

Tabel 4.49Persepsi Responden tentang Organisasi dan Manajemen Pura Tirta Empul

Pengelolaan SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorPromosi 2 10 12 48 1 3 0 0 0 0 61/15

= 4,06Baik

Keamanan 2 10 12 48 1 3 0 0 0 0 61/15= 4,06

Baik

Kebersihan 1 5 10 40 4 12 0 0 0 0 57/15= 3,76

Baik

Informasiuntukwisatawan

2 10 10 40 3 9 1 2 0 0 59/15=3,84

Baik

Harga tiket 2 10 11 44 2 6 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Page 72: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

57

4.2.2.2 Persepsi Wisatan Nusantara tentang Daya Tarik Pura Tirta Empul

Seperti telah diuraikan di depan bahwa setiap wisatawan yang mengunjungi Pura

Tirta Empul diwajibkan memakai kain dan selendang. Ketentuan itupun berlaku untuk

wisatawan nusantara. Persepsi wisatawan nusantara tentang pemakaian kain dan selendang

disajikan pada tabel 4,50 di bawah ini.

Tabel 4.50Persepsi Responden tentang Pakaian Ketika Memasuki Pura Tirta Empul

No Pakaian Jumlah Persentase1 Memakai sarung dan

selendang15 100,00

2 Tidak memakai sarungdan selendang

0 0,00

Total 15 100,00

Wisatawan nusantara menyatakan bahwa arsitektur Pura Tirta Empul sangat baik.

Palinggih di Pura Tirta Empul tampak sangat indah dengan ukiran dan polesan prade

sehingga sangat menarik wisatawan. Lanskap taman dan kolam tergolong baik. Di Pura Tirta

Empul wisatawan dapat melakukan penyucian diri atau melukat, dan memberi makan ikan

koi yang ditebar di kolam di sisi barat halaman luar atau jaba sisi pura tersebut. Keseluruahan

data tentang atraksi wisata di Pura Tirta Empul disajikan pada tabel 4.51 di bawah ini.

Tabel 4.51Persepsi Responden tentang Atraksi di Pura Tirta Empul

Atraksi SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorKeunikanArsitektur

10 50 5 20 0 0 0 0 0 0 75/15=5

SangatBaik

Lanskaptaman

4 20 11 44 0 0 0 0 0 0 64/15=4,26

SangatBaik

Kolam 5 25 10 40 0 0 0 0 0 0 65/15=4,33

SangatBaik

Fotografi 1 5 10 40 4 12 0 0 0 0 62/15=4,13

Baik

Aktivitasseremonial

0 0 11 44 4 12 0 0 0 0 56/15=3,73

Baik

Page 73: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

58

Berbagai fasilitas yang tersedia di Pura Tirta Empul dipersepsikan cukup baik oleh

wisatawan nusantara. Seperti disebutkan di depan bahwa kondisi toilet dan tempat ganti

pakian kelihatan sangat kumuh dan berbaur untuk laki-laki dan perempuan. Kenyataan ini

perlu diperhatikan di masa mendatang oleh pihak pengelola sehingga kesan kumuh dan krodit

dapat diatasi. Persepsi wisatawan nusantara mengenai berbagai fasilitas di Pura Tirta Empul

disajikan pada tabel 4.52 di bawah ini.

Tabel 4.52Persepsi Responden tentang Fasilitas di Pura Tirta Empul

Fasilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorWantilan 0 0 15 60 0 0 0 0 0 0 60/15

= 4,0Baik

Toilet 0 0 0 0 11 33 4 8 0 0 41/15=2,73

Cukup

Parkir 0 0 11 44 4 12 0 0 0 0 56/15=3,73

Baik

Persepsi wisatawan nusantara terhadap aksesibilitas ke Pura Tirta Empul dapat dilihat

pada tabel 4.53 di bawah. Wisatawan nusantara menyatakan bahwa lokasi Pura Tirta Empul

sangat strategis. Rute ke Pura Tirta Empul kondisinya sangat baik, sedangkan jarak tempuh

dari bandara dan kondisi jalan menuju Pura tirta Empul dinyatakan baik.

Tabel 4.53Persepsi Responden tentang Aksesibilitas di Pura Tirta Empul

Akesesibilitas SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorLokasi yangStrategis

8 40 7 28 0 0 0 0 0 0 68/15= 4,54

SangatBaik

Rute ketempat wisata

4 20 10 40 1 3 0 0 0 0 63/15= 4,33

SangatBaik

Jarak tempuhdari bandara

0 0 13 52 2 6 0 0 0 0 58/15=3,53

Baik

Kondisi jalan 0 0 15 60 0 0 0 0 0 0 60/15=4,0

Baik

Page 74: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

59

Persepsi wisatawan nusantara terhadap organisasi dan manajemen Pura Tirta Empul

secara keseluruhan dinyatakan baik. Promosi dan informasi kepada wisatawan tampaknya

perlu ditingkatkan. Keberadaan pemandu atau guide lokal di Pura Tirta Empul sangat

diperlukan untuk memberikan penjelasan kepada wisatawan nusantara yang pada umumnya

tidak membeli paket tour. Sejarah dan mitos pura Tirta Empul, fungsi bangunan atau

palinggih akan dapat menambah daya tarik destinasi tersebut. Persepsi responden tentang

organisasi dan manajemen Pura Tirta Empul disajikan pada tabel 4.54 di bawah ini.

Tabel 4.54Persepsi Responden Tentang Organisasi Pengelola Pura Tirta Empul

Pengelolaan SangatBaik

Baik Cukup Buruk SangatBuruk

Total Nilai

Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml Skor Jml SkorPromosi 0 0 11 44 4 12 0 0 0 0 56/15

= 3,73Baik

Keamanan 0 0 15 60 0 0 0 0 0 0 60/15= 4,0

Baik

Kebersihan 0 0 13 52 2 6 0 0 0 0 58/15= 3,86

Baik

Informasiuntukwisatawan

0 0 8 32 7 21 0 0 0 0 53/15=3,53

Baik

Harga tiket 0 0 10 40 5 15 0 0 0 0 55/15=3,67

Baik

Page 75: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

60

BAB V

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM PENGELOLAAN PURA TAMAN

AYUN DAN TIRTA EMPUL SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

Penetapan Lanskap Budaya Bali oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Dunia

dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yang selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali (Lansing dan Watson, 2012;

Pemerintah Provinsi Bali 2012; Surata, 2013). Nilai-nilai filosofi Tri Hita Karana terdiri atas

tiga aspek yakni hubungan yang selaras dan harmonis antara manusia dengan Tuhan/Ida

Sanghyang Widi Wasa (Parhyangan), hubungan manusia dengan sesama manusia

(Pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

Pura Taman Ayun dan Tirta Empul adalah warisan budaya dan sekaligus sebagai

tempat suci. Kedua pura dan warisan budaya tersebut sudah tentu dikonstruk dan

diinterpretasi ulang ketika berfungsi sebagai daya tarik wisata (Hitchcock, M., Victor T.King

and Michael Parnwell, 2010; Park, 2014). Konstruksi dan interpretasi ulang itu mungkin saja

menimbulkan komodifikasi, yakni suatu benda yang sebelumnya bukan merupakan komoditi

kemudian diubah sehingga dapat menghasilkan uang. Meminjam istilahnya Michel Picard

(2006:164) bahwa Pura Taman Ayun dan Tirta Empul telah mengalami proses turistifikasi

atau sebagai produk pariwisata.

Sesuai dengan judul penelitian ini maka ketiga aspek tersebut dibahas berdasarkan

pengamatan empirik di lapangan, hasil wawancara mendalam dengan pengelola Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul serta instansi terkait, dan persepsi wisatawan yang diperoleh melalui

angket yang diberikan kepada 60 orang wisatawan, yang tediri atas 30 orang wisatawan

mancanegara dan 30 orang wisatawan nusantara. Dalam penelitian ini, di masing-masing

destinasi yakni Pura Taman Ayun dan Tirta Empul ditetapkan 30 orang responden, yang

Page 76: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

61

terdiri atas 15 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang wisatawan nusantara. Berikut

adalah pembahasan masing-masing aspek Tri Hita Karana sebagai berikut.

5.1 Aspek Parhyangan

Aspek Parhyangan terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan/Ida Sanghyang

Widi Wasa. Pihak pengelola Pura Taman Ayun dan Tirta Empul telah menetapkan aturan-

aturan atau rambu-rambu untuk wisatawan yang memasuki pura tersebut. Di Pura Taman

Ayun pihak pengelola tidak menyediakan kain dan selendang untuk wisatawan yang

memasuki pura tersebut. Fenomena yang berbeda ditemukan di Pura Tirta Empul bahwa

wisatawan diwajibkan menggunakan kain dan selendang pada saat memasuki pura. Kain dan

selendang disiapkan oleh pengelola pura Tirta Empul, sehingga semua wisatawan

memakainya ketika mereka memasuki kawasan pura tersebut (lihat foto 5.1).

Foto 5.1 Petugas di Pura Taman Ayun tidak menyiapkan kain dan selendang, sedang di PuraTirta Empul disiapkan oleh petugas

Adanya ketentuan yang berbeda tersebut menyebabkan wisatawan di Pura Taman

Ayun tidak memakai kain dan selendang, sedangkan di Pura Tirta Empul hampir semua

wisatawan memakainya (lihat foto 5.2 di bawah). Pemakaian kain dan selendang memasuki

pura sebagai daya tarik wisata dapat dikatakan salah satu upaya menjaga kesucian pura.

Page 77: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

62

Foto 5.2. Pemandangan yang kontras mengenai wisatawan di Pura Taman Ayun (kanan) danPura Tirta Empul (kiri)

Dalam konteks ini, petugas sebaiknya menyiapkan kain dan selendang, sehingga wisatawan

diwajibkan memakainya.

Wisatawan Prancis menyarankan agar canang sari juga dihaturkan pada setiap

palinggih, sehingga dapat menambah kesan kesakralan destinasi tersebut. Usulan yang sangat

menarik juga disampaikan oleh wisatawan Prancis itu agar wisatawan yang datang ke Pura

Taman Ayun tetap memakai kain/sarong dan selendang/selempot. Hal ini sangat penting

untuk ditindaklanjuti mengingat Pura Taman Ayun sebagai tempat suci sehingga

kesakralannya harus tetap dijaga.

Sebagai upaya menjaga kesucian pura, wisatawan dilarang memasuki halaman

utama/jeroan di Pura Taman Ayun. Kondisi alam dan lingkungan yang berbeda tidak

memungkinkan hal itu diberlakukan di Pura Tirta Empul. Wisatawan diizinkan memasuki

halaman utama/jeroan, namun pada area yang terbatas. Pada halaman utama/jeroan Pura

Tirta Empul dipasang tanda pembatas dan larangan untuk wisatawan memasuki tempat

melaksanakan upacara pemujaan di pura tersebut (lihat foto 5.3 dan 5.4 di bawah).

Page 78: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

63

Foto 5.3 Wisatawan di Pura Taman Ayun dapat menyaksikan halaman utama/jeroan dari luartembok/panyengker.

Foto 5.4 Tanda pembatas dan larangan bagi wisatawan memasuki bagian tempat melakukanupacara di halaman utama/jeroan Pura Tirta Empul

Larangan memasuki halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul

ternyata tidak menimbulkan kekecewaan di kalangan wisatawan. Seperti telah diuraikan pada

Bab IV di depan bahwa wisatawan sangat puas menikmati keindahan dan arsitektur pura.

Wisatawan yang memasuki halaman utama/jeroan pura Tirta Empul diwajibkan ke luar di

sisi utara jeroan/halaman utama sehingga mereka dapat mengelilingi pura, hanya saja tidak

dapat melihat keseluruhan palinggih (lihat foto 5.5). Strategi pengelolaan wisatawan di Pura

Tirta Empul dapat dikatakan meniru pengelolaan di Pura Taman Ayun, namun kondisi

lingkungan yang berbeda sehingga kenyaman yang diperoleh oleh wisatawan tidak sama.

Page 79: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

64

Foto 5.5 Wisatawan mengelilingi pura Tirta Empul dari luar halaman utama/jeroan

Wisatawan masih tetap dapat mengambil foto palinggih yang ada di halaman

utama/jeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul, meskipun dilakukan dari luar tembok

keliling/panyengker atau pembatas yang ditentukan untuk wisatawan di pura tersebut. Di sisi

utara atau pada bagian belakang halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dibuat semacam

teras atau undakan sehingga wisatawan lebih mudah mengambil foto palinggih atau kegiatan

keagamaan yang dilaksanakan pada halaman utama/jeroan pura. Wisatawan dapat

mengambil foto dari halaman utama/jeroan pura Tirta Empul, meskipun ada pembatas atau

tanda larangan yang dipasang (lihat foto 5.6 di bawah).

Foto 5.6 Wisatawan mengambil foto dari bagian belakang Pura Taman Ayun dan dari JeroanPura Tirta Empul

Kemudahan wisatawan untuk mengambil foto palinggih ataupun kegiatan upacara

yang dilaksanakan di halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul dapat

dikatakan sebagai bentuk turistifikasi atau komodifikasi. Wisatawan meskipun dilarang atau

Page 80: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

65

dibatasi aksesnya memasuki halaman utama/jeroan, namun mereka tetap dengan leluasa

dapat mengambil foto.

Wisatawan Jepang yang diwawancarai saat melakukan observasi menyatakan bahwa

konsep Tri Hita Karana agar betul-betul diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman

Ayun. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ukiran ataupun relief yang kelihatan rusak/patah pada

palinggih agar dilaporkan kepada Unesco untuk dapat dipugar.

Berdasarkan uraian di depan bahwa pihak pengelola Pura taman Ayun dan Tirta

Empul telah berupaya menjaga kesucian pura, terutama bagian utama mandala atau halaman

utama/jeroan. Pembatasan akses dan larangan yang diberlakukan kepada wisatawan adalah

bentuk implementasi Tri Hita Karana dari aspek Parhyangan untuk menjaga kesucian pura

tersebut. Upaya menjaga kesucian pura Tirta Empul direpresentasikan dengan menghaturkan

canang sari di depan pintu masuk ke pancoran dan saat wisatawan melukat lihat foto 5.7 di

bawah).

Foto 5.7 Canang sari diaturkan pada pintu masuk dan pancuran tempat melukat

5.2 Aspek Pawongan

Pariwisata dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas elemen wisatawan/turis,

elemen geografis, dan industri pariwisata (Cooper et.al. 2005: 8-9; Pitana dan Diarta, 2099:

59-60). Wisatawan merupakan elemen penting dalam sistem itu karena menyangkut

pengalaman, sesuatu yang menyenangkan untuk dinikmati, diharapkan, dikenang atau diingat

Page 81: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

66

sebagai yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Menurut Leiper (dalam Cooper, et.al.

2005: 9) elemen geografis dapat dikelompokan menjadi tiga aspek yakni a) daerah yang

dapat menstimulasi dan mendorong motivasi kunjungan wisatawan, b) destinasi atau tempat

yang menjadi daya tarik wisatawan, dan c) rute transit yakni tempat singgah sementara yang

dapat dikunjungi oleh wisatawan dalam perjalanan menuju destinasi. Elemen ketiga dari

sistem Leiper tersebut adalah industri pariwisata. Industri pariwisata ini mencakup kegiatan

bisnis dan organisasi yang mengantarkan dan/atau menyediakan produk pariwisata.

Aspek pawongan dalam filosofi Tri Hita Karana dimaknai sebagai hubungan yang

harmonis antara manusia dengan sesamanya. Dalam konteks pariwisata, aspek pawongan

dapat dikaitkan dengan hubungan yang harmonis antara pengelola dan wisatawan yang

diwujudkan dalam bentuk keramah-tamahan (hospitality) dan pelayanan (service).

Pelayanan tiket masuk ke pura sebagai daya tarik wisata, penyediaan kain dan

selendang kepada wisatawan adalah bentuk pelayanan dan representasi aspek pawongan.

Selain pelayanan tiket masuk dan penyediaan kain dan selendang, para petugas di bagian tiket

masuk juga menyiapkan brosur terkait dengan sejarah, palinggih dan upacara di Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul. Observasi di lapangan menunjukan bahwa pemberian brosur oleh

petugas kepada wisatawan sering kali diabaikan, baik di Pura Taman Ayun maupun Tirta

Empul. Wisatawan yang tidak diantar oleh pemandu akan kesulitan memperoleh informasi

tentang pura tersebut. Hal ini juga menjadi sumber kekecewaan wisatawan, terutama yang

tidak diantar oleh pemandu.

Wisatawan mancanegara maupun nusantara terutama yang tidak didampingi oleh

pemandu banyak menyoroti pengadaan booklet atau brosur tentang sejarah dan fungsi

palinggih di Pura Taman Ayun. Mereka tidak memperoleh informasi yang lengkap dan benar,

karena brosur yang tersedia ditulis dalam bahasa Indonesia.

Page 82: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

67

Terkait dengan booklet/brosur Pura Taman Ayun dan Tirta Empul, sesungguhnya

telah disiapkan oleh petugas penjaga tiket/karcis masuk. Petugas terlihat kurang cekatan

dalam memberikan pelayanan ketika wisatawan membeli tiket/karcis, dan semestinya

sekaligus diberikan booklet atau brosur tentang pura tersebut.

Pemandu lokal di masing-masing pura tidak disiapkan oleh pihak pengelola.

Keberadaan pemandu atau guide lokal di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebetulnya

sangat diperlukan. Pemandu atau guide lokal akan dapat menjelaskan sejarah pura, fungsi

masing-masing palinggih atau bangunan suci dan upacara yang dilaksanakan pada hari

tertentu di masing-masing pura. Informasi tersebut akan sangat penting dan menarik bagi

wisatawan, sehingga mereka akan memberitahu teman atau kerabatnya untuk mengunjungi

pura tersebut. Seperti diuraikan di Bab IV bahwa sebagian besar wisatawan mancanegara

melakukan kunjungan pertama kali ke Pura taman Ayun dan Tirta Empul. Dalam konteks

pawongan, keberadaan pemandu lokal di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sangat

diperlukan, selain pemandu dari biro perjalanan atau travel agent.

Informasi tertulis baik berupa larangan maupun anjuran juga dipasang di Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul. Informasi ini sangat diperlukan oleh wisatawan yang berkunjung ke

pura tersebut (lihat foto 5.8 dan 5.9 di bawah).

Foto 5.8 Tanda anjuran dan larangan yang dipasang di Pura Taman Ayun.

Page 83: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

68

Foto 5.9 Tanda petunjuk kolam suci di Pura Tirta Empul

Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 25 Tahun 2011 tentang Retribusi telah

menetapkan bahwa harga karcis masuk destinasi wisata Pura Taman Ayun diatur sedemikian

rupa, wisatawan mancanegara Rp 15.000,- dan wisatawan nusantara Rp 10.000,-

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Badung Tanggal 1 Oktober, Tahun 1997 telah

ditetapkan pembagian retribusi pengelolaan daya tarik wisata sebagai berikut; 25% untuk

untuk Pemerintah Kabupaten Badung, dan 75% untuk destinasi Pura Taman Ayun atau Puri

Mengwi. Menurut petugas karcis, jumlah kunjungan wisatawan per hari ke Pura Taman Ayun

diperkirakan antara 400 - 600 orang dengan total pendapatan sekitar Rp 10.000.000,- Perlu

diketahui bahwa sebelum tahun 1997, wisatawan tidak dikenai tiket masuk di destnasi Pura

Taman Ayun. Wisatawan hanya dimintai donasi secara sukarela untuk pemeliharaan dan

kebutuhan upacara di pura tersebut. Pada saat penelitian ini dilakukan yakni bulan Juni 2015,

belum ada keluhan dari pihak wisatawan mengenai harga karcis.

Isu yang pernah terjadi tekait dengan pengelolaan Pura Taman Ayun adalah

pembongkaran undag atau anak tangga pada gapura yang dibangun di sisi barat dan timur

Page 84: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

69

jalan di sebelah selatan atau di depan Pura Taman Ayun. Pembangunan undag/anak tangga

pada gapura tersebut dimaksudkan untuk melarang semua jenis kendaraan roda empat yang

melewati jalan di depan Pura Taman Ayun. Penataan pedestrian senilai Rp 8,465 miliar justru

ditolak oleh warga Desa Gulingan karena menutup akses kendaraan, terutama mobil yang

melewati jalan di depan pura. Masyarakat merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari, dan warga juga mengeluhkan kurangnya sosialisasi dari pemerintah4

Pada tanggal 15 Oktober 2013, warga memasang spanduk penolakan anak

tangga/undag pada gapura yang menghalangi akses jalan. Warga menggalang tanda tangan,

mendesak pemerintah membongkar gapura. Aksi penolakan ini ditanggapi dingin oleh

Pemkab Badung, spanduk diturunkan dan projek tetap dilanjutkan.

Ratusan warga Desa Gulingan pada tanggal 17 Oktober 2013 malam akhirnya

menggelar pertemuan dengan panglingsir/ pini sepuh Puri Agung Mengwi yang juga Bupati

Badung yakni Anak Agung Gde Agung, karena penolakan spanduk tidak ditanggapi. Warga

mengungkapkan kekecewaannya tentang keberadaan anak tangga pada gapura. Hasil

pertemuan malam itu bahwa anak tangga/undag pada gapura disepakati untuk dibongkar.

Bupati Gde Agung bersedia membongkar anak tangga karena warga menjamin tidak akan

terjadi kebut-kebutan di depan Pura Taman Ayun. Anak tangga diganti dengan portal di

tengah gapura agar sepeda motor saja jenis kendaraan yang bisa lewat.

Solusi ini juga ditolak oleh warga Desa Gulingan, Masyarakat menginginkan agar

mobil atau kendaraan pribadi mereka bisa melintas di depan Pura Taman Ayun. Pemerintah

Kabupaten Badung akhirnya bersedia membongkar portal pada tanggal 31 Oktober 2013 atau

sehari setelah pemasangan portal tersebut. Saat ini tidak ada masalah untuk kendaraan yang

melintas atau melewati jalan di depan gapura pura Taman Ayun.

4 (file://C/Users/Vaio/Documents/Bali Post---Pengemban Pengamal Pancasila)

Page 85: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

70

Pengelolaan destinasi Pura Tirta Empul dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Gianyar melalui Dinas Pariwisata Gianyar bekerjasama dengan masyarakat Desa Pakraman

Tampaksiring. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 8 Tahun 2010,

harga tiket masuk ke destinasi Pura Tirta Empul ditetapkan Rp 15.000,- untuk dewasa, dan

Rp 7.500,- bagi anak-anak. Harga tiket tidak dibedakan antara wisatawan mancanegara dan

nusantara, sehingga tidak menimbulkan kesan berbeda di antara wisatawan.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh petugas Dinas Pariwisata Kabupaten

Gianyar dan Bendesa Adat Tampaksiring bahwa pembagian retribusi penjualan tiket masuk

dilakukan sebagai berikut: 40% untuk desa Pakraman Tampaksiring, dan 60% untuk

Pemerintah Kabupaten Gianyar. Menurut informasi yang disampaikan oleh Bendesa Adat

Tampaksiring yang didampingi oleh Wakil Bendesa Adat bahwa pembagian retribusi itu

sering tidak lancar, sehingga masyarakat harus menunggu turunnya dana tersebut. Di sisi lain,

masyarakat Desa Pakraman Tampaksiring berharap agar mereka mendapat pembagian

retribusi yang lebih besar, seperti yang berlaku di Kabupaten Badung dan Tabanan yakni

75% untuk masyarakat setempat dan 25% untuk pemerintah daerah. Untuk diketahui bahwa

jumlah wisatawan yang mengunjungi destinasi Pura Tirta Empul berkisar antara 1000 hingga

1500 orang setiap hari, dengan jumlah retribusi sekitar Rp 15.000.000,- atau Rp 22.500.000,-

Wisatawan yang berkunjung ke destinasi Pura Tirta Empul sangat terkesan dengan

kegiatan malukat atau penyucian diri di pancoran di pura tersebut. Banyak wisatawan

mancanegara yang ikut melukat di pancuran pura tersebut. Kegiatan malukat dapat dijadikan

sebagai produk unggulan destinasi Pura Tirta Empul, Tampaksiring. Liezl dan Marina

wisatawan mancanegara dari Singapura ikut malukat di pancuran di Pura Tirta Empul, dan

mereka membawa pajati/sesajen. Kedua wisatawan mancanegara tersebut menginap di Hotel

Uma Ubud, dan ditemani oleh pemandu hotel.

Page 86: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

71

Kikuchi Takehiro dan Kikuchi Yumi, dua wisatawan dari Jepang menyarankan agar

kesucian pura tetap dipertahankan. Mereka juga menyarankan agar wisatawan yang ingin

malukat atau menyucikan diri melakukannya seperti yang dipraktikkan oleh masyarakat lokal

yaitu dengan membawa sesajen. Wisatawan yang mengunjungi destinasi Pura Tirta Empul

diwajibkan menggunakan kain panjang dan selendang/selempot yang telah disediakan oleh

petugas.

Sebagian besar wisatawan menyarankan agar disediakan kamar ganti yang terpisah

dengan toilet, setelah mereka malukat atau menyucikan diri di pancuran di pura Tirta Empul.

Wisatwan mancanegara mengusulkan agar toilet tidak disewakan atau dikenai fee, sebaiknya

harga tiket masuk yang dinaikkan sehingga kesan komersial dapat dihindari. Usulan ini

disampaikan oleh Hendrik dkk (wisatawan Jerman), Liezl dan Marina (Singapura). Bendesa

Adat dan Wakil Bendesa Adat telah memaklumi kondisi ini dan mereka akan membangun

kamar ganti yang terpisah dengan toilet, sesuai dengan kondisi yang ada di sekitar pura.

Foto 5.10 Tempat penitipan barang dan locker di halaman luar/jaba sisi Pura Tirta Empul

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke destinasi Pura Tirta Empul

menyarankan agar tempat sampah tidak ditempatkan di dekat pintu masuk. Hal ini

menimbulkan kesan kumuh terhadap destinasi Pura Tirta Empul. Selain itu, tanda (signed)

sebagai penunjuk arah menuju masing-masing halaman pura agar jelas, sehingga tidak

Page 87: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

72

membingungkan wisatawan. Brosur tentang sejarah dan fungsi palinggih/bangunan suci yang

terdapat di pura tersebut sangat diperlukan oleh wisatawan yang tidak ditemani oleh

pemandu wisata. Petugas kurang cermat dan cekatan untuk memberikan brosur kepada

wisatawan ketika membeli tiket.

Implementasi aspek pawongan tampaknya masih perlu ditingkatkan dalam

pengelolaan daya tarik wisata di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul. Kesigapan petugas

dalam melayani wisatawan, memberikan informasi yang lengkap dan menarik kepada

wisatawan perlu mendapat perhatian. Fenomena yang sama juga ditemukan dalam

pengelolaan daya tarik wisata Goa Gajah (Pratnyawati, 2013: 128).

5.3 Aspek Palemahan

Pasca ditetapkannya Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebagai Warisan Budaya

Dunia oleh Unesco pada tanggal 29 Juni 2012, sejumlah pembenahan telah dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar

bekerjasama dengan pemilik dan/atau masyarakat setempat.

Seperti telah dijelaskan pada sub bab Pawongan bahwa pembangunan gapura atau

candi kurung pada jalan di depan pura Taman Ayun telah menimbulkan dinamika dan gejelok

antara masyarakat dan pemilik serta pemerintah Kabupaten Badung. Berkat adanya negosiasi

dan solusi di antara para pihak maka masalah akses di depan pura Taman Ayun telah dapat

diselesaikan dengan baik. Penataan jalan di depan Pura Taman Ayun, pemindahan pedagang,

dan tempat parkir menimbulkan kesan yang lebih baik, asri dan nyaman bagi wisatawan (lihat

foto 5.11 di bawah).

Page 88: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

73

Foto 5.11 Penataan jalan di depan Pura Taman Ayun

Pada saat penelitian ini dilaksanakan yakni awal Juni 2015, tampak dua pedagang

asongan yang berjualan di jalan setapak menuju Pura Taman Ayun. Fenomena ini dapat

dikatakan sebagai resistensi para pedagang setelah mereka direlokasi ke sebelah selatan jalan

di depan Pura Taman Ayun. Petugas keamanan tidak menegur pedagang tersebut sehingga

mengurangi keindahan panorama jalan setapak menuju ke Pura Taman Ayun (lihat foto 5.12

di bawah). Para petugas perlu konsisten dalam penataan pedagang di sekitar kawasan Pura

Taman Ayun agar tidak menimbulkan kesan lingkungan yang kumuh dan masalah di

belakang hari.

Foto 5.12 Pedagang asongan pada jalan setapak di sebelah barat gapura Pura Taman Ayun

Penataan lingkungan di kawasan Pura Taman Ayun dilakukan dengan baik. 11 orang

petugas kebersihan dipekerjakan untuk merawat taman dan menjaga kebersihan lingkungan

Page 89: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

74

kawasan Pura taman Ayun. Keberadaan tukang kebun dan petugas yang membersihkan

toilet di Pura Taman Ayun telah berperan aktif menjaga kebersihan dan keasrian lingkungan

pura Taman Ayun sehingga menghilangkan kesan kumuh sebagai daya tarik wisata. Para

petugas kebersihan di Pura Taman Ayun terrekam pada foto 5.13 di bawah.

Foto 5.13 Para petugas kebersihan di Pura Taman Ayun

Penataan lingkungan juga dilakukan di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar.

Pihak pengelola yakni masyarakat Manukaya, Tampaksiring telah melakukan upaya

kebersihan lingkungan dengan menempatkan tempat sampah pada ruang publik seperti di

sekitar wantilan, di dekat toilet dan jalan setapak di sisi timur pura (lihat foto 5.14).

Foto 5.14 Tempat sampah di sisi barat wantilan dan kondisi toilet di Pura Taman Ayun

Penataan lingkungan di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul belakangan ini dapat

dikatakan semakin baik, sehingga wisatawanpun mengapresianya sebagaimana persepsi

mereka terhadap kebersihan di kedua destinasi tersebut.

Page 90: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

75

Selain penataan lingkungan, kolam yang terdapat di sebelah barat wantilan atau di

jaba sisi Pura Tirta Empul kini diisi dengan ikan koi sehingga menambah daya tarik destinasi

tersebut. Wisatawan dapat memberi makan ikan dan melihat ikan koi yang besar-besar untuk

menambah something to see di destinasi tersebut (lihat foto 5.13 di bawah)

Foto 5.15 Wisatawan memberi makan ikan di kolam sisi barat halaman luar/jaba sisi PuraTirta Empul

Untuk menambah daya tarik wisata di Pura Tirta Empul, pihak pengelola mungkin

dapat memanfaatkan wantilan sebagai tempat pementasan seni pertunjukan. Pertunjukan

sendratari Mayadanawa misalnya akan sangat kontekstual dengan keberadaan Pura Tirta

Empul. Dalam Usana Jawa diceritrakan bahwa terjadi peperangan antara Dewa Indra dengan

raja Bali yakni Prabu Mayadenawa. Prabu Mayadenawa menciptakan air beracun sehingga

banyak para dewa yang meninggal setelah meminum air beracun tersebut. Air beracung

tersebut kini diyakini menjadi pancoran cetik yang ada di sisi barat kompleks pancoran di

Pura Tirta Empul (Surata, 2013). Dewa Indra menciptakan air suci untuk mengobati atau

menghidupkan kembali para dewa yang keracunan. Air tersebut diyakini menjadi sumber

mata air dan pancoran di Pura Tirta Empul yang dapat menghilangkan segala kekotoran dan

mala atau penyakit. Air di Pura Tirta Empul merupakan sumber atau hulu sungai Pakerisan.

Sendratari Mayadenawa atau pertunjukan barong misalnya akan menambah daya tarik

Page 91: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

76

wisatawan dan kontekstual dengan mitos yang berkembang di masyarakat tentang Pura Tirta

Empul.

Page 92: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

77

BAB VIPENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan paparan pada bab terdahulu maka beberapa simpulan dapat ditarik dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Filosofi Tri Hita Karana telah diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul sebagai daya tarik wisata. Nilai-nilai keunggulan Tri Hita

Karana yang melandasi penetapan Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebagai

Warisan Budaya Dunia selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2

Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Larangan dan pembatasan akses

kepada wisatawan memasuki halaman utama/jeroan pura adalah representasi aspek

Parhyangan dalam mengimplementasi nilai-nilai Tri Hita Karana.

Pelayanan, pemberian informasi, tanda-tanda atau signed dan fasilitas kepada

wisatawan di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul adalah representasi aspek Pawongan

guna mewujudkan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia, termasuk

wisatawan yang berkunjung ke pura tersebut. Aspek Pawongan dalam konteks

pariwisata perlu ditingkatkan untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

Penataan lingkungan fisik di sekitar Pura Taman Ayun dan Tirta Empul semakin

meningkat setelah keduanya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Fasilitas

penunjang seperti toilet, jalan keliling di sekitar pura, dan kebersihan lingkungan

telah ditata dengan baik sehingga dapat menambah daya tarik dan memberikan

kenyamanan dan kemudahan bagi wisatawan. Penataan fisik dan fasilitas penunjang

Page 93: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

78

di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul merupakan representasi aspek Palemahan dari

filosofi Tri Hita Karana.

2. Wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang berasal dari luar Bali dapat

dikatakan belum memahami Tri Hita Karana dan nilai-nilai keunggulan universal

filosofi tersebut. Kendala ini dapat diatasi dengan meningkatkan pemahaman

pengelola Taman Ayun dan Tirta Empul terhadap nilai-nilai Tri Hita Karana, dan

menugaskan guide lokal untuk menyosialisasikannya kepada wisatawan.

Hubungan yang harmonis antara pengelola dan wisatawan, antara pengelola dengan

pemilik, dan pemerintah agar senantiasa dijaga, sehingga timbul kesan atau image

yang positif di kalangan wisatawan untuk mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan.

Pemahaman terhadap nilai-nilai Tri Hita Karana yang masih kurang dan jumlah

kunjungan wisatawan yang bersifat fluktuatif mengindikasikan bahwa pelabelan

warisan budaya dunia belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap daya

tarik wisata Pura Taman Ayun dan Tirta Empul.

3. Kelestarian lingkungan alam di kawasan Pura Taman Ayun dan Tirta Empul ditata

dengan baik, terutama pasca penetapanya sebagai warisan budaya dunia. Penataan

lingkungan di kedua pura tersebut seperti penataan parkir, kemudahan mengambil

foto atau memotret untuk wisatawan, dan penambahan atraksi kegiatan melukat dan

pemeliharaan ikan koi di Pura Tirta Empul dapat menambah kepuasan wisatawan.

Dalam konteks pariwisata, penataan lingkungan tersebut dapat dikatakan sebagai

turistifikasi atau proses komodifikasi. Turisitifikasi dan komodifikasi merupakan

konstruksi dan interpretasi ulang pura atau tempat suci sebagai daya tarik wisata.

Penataan lingkungan bukan saja memberikan kemudahan dan kenyaman kepada

wisatawan, tetapi juga bermanfaat untuk masyarakat lokal.

Page 94: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

79

6.2 Rekomendasi

5. Sebagai upaya menjaga kesucian pura yang menjadi daya tarik wisata disarankan

agar setiap wisatawan memakai kain dan selendang memasuki halaman tempat

suci.

6. Pengelola Pura Taman Ayun dan Tirta Empul harus lebih meningkatkan

pemahaman dan pengimplementasian nilai-nilai Tri Hita karana secara

berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan..

7. Turistifkasi dan komodifikasi agar dilakukan secara berkeseimbangan sehingga

tidak mencederai aspek Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan sebagai

representasi nilai-nilai Tri Hita Karana.

8. Promosi Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai warisan budaya dunia,

yang sekaligus menjadi daya tarik wisata agar ditingkatkan kuantitas dan

kualitasnya sehingga berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan.

Page 95: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

80

Daftar Pustaka

Babad Mengwi. 2007.Bryan Fay. 2004. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogyakarta : Penerbit Jendela.Chheang, Vannarith. 2011. “Angkor Heritage Tourism and Tourist Perceptions”. Tourismos:

An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 6, No. 2. pp: 213-240.

Cooper, Chris, John Fletcher, Alan Fyall, David Gilbert, Stephen Vanhill. 2005. TourismPrinciples and Practice. 3rd edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited.

Diasa, I Wayan. 2009. Strategi Pengembangan Pariwisata Perdesaan di DesaJatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan. (Thesis). Universitas Udayana.

Feng Jing. 2010. Introduction to the World Heritage Conservation Process.UNESCO World Heritage Centre (Paris).

Geria, I Made. 2007. Survei Tinggalan Arkeologi di Bentangan Alam KawasanJatiluwih (Culture Landscape) Penebel, Tabanan, Bali. Laporan. Penelitian

Arkeologi. Balai Arkeologi Denpasar.Goris, R. 1954. Prasasti Bali I. Bandung: NV Masa Baru.Grader, G.J. 1960. The State Temples of Mengwi. Dalam Wertheim, W.F. 1960. Bali Studies

in Life, Thought, and Ritual. pp: 155-186. The Hague and Bandung: W. Van HoeveLtd.

Hitchcock, M. Victor T.King and Michael Parnwell (eds). 2010. Heritage Tourism inSoutheast Asia. Singapore: Nias Press.

Koentjaraningrat. 1989. “Metode Wawancara”. Dalam Metode-Metode PenelitianMasyarakat (Koentjaraningrat, red.). Jakarta, Penerbit PT Gramedia. Halaman 129-157.

Kusuma, I Nyoman Weda. 2005. Kekawin Usana Bali Karya Danghyang Nirartha.Denpasar: Pustaka Larasan

Lansing, Steve and Julia N. Watson. 2012. Guide to Bali’s Unesco World Heritage. “ TriHita Karana: Cultural Landscape of Subak and Water Temple”. “2012 Unesco

World Heritage List”.Madiasworo, Taufan, Gunawan Tjahjono, Budhy Tjahjati, Subur Budhisantoso 2014.

Sustainable Heritage Area Management Model Study on Environmental Wisdom inTaman Ayun area, Badung Regency, Bali Province. Australian Journal of Basic andApplied Sciences. 8 (10): 219-225.

Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentangMetode-Metode Baru (Tjetjep Rohindi, penerjemah). Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia.Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Kualitatif : Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Oka Prasiasa, Dewa Putu. 2010. Pengembangan Pariwisata dan Keterlibatan Masyarakat di

Desa Wisata Jatiluwih Kabupaten Tabanan. Disertasi. Denpasar: Program Kajianbudaya Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Pemerintah Provinsi Bali. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Denpasar: Pemerintah Provinsi Bali

Picard, Michel. 2006. Bali. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta: KepustakaanPopuler Gramedia dan Ecole francaise d’Extreme-Orient.

Pitana, I Gde, I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.Pratnyawati, Tjok Sri Bulan. 2013. Pengelolaan Daya Tarik Wisata Goa Gajah dalam

Page 96: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

81

Perspektif Tri Hita Karana. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana UniversitasUdayana.

Pujaastawa, I.B.G., Wirawan, I.G.P. dan Adhika, IM. 2005. Pariwisata Terpadu, AlternatifModel Pengembangan Pariwisata Bali Tengah. Hasil penelitian, Universitas Udayana.

Stutterheim, W.F. 1929. Oudheden van Bali I. Het Oude Rijk van Pejeng. Singaradja: KirtyaLieffrinck van der Tuuk.

Setiawan, I Ketut. 2011. Komodifikasi Pusaka Budaya Pura Tirta Empul dalam konteksPariwisata Global. Disertasi. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Surata, Sang Putu Kaler. 2013. Lanskap Budaya Subak. Belajar dari masa lalu untukmembangun masa depan. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Press.

Taylor Steven J dan Robert Bogdan. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods TheSearch for Meaning. New York : John Wuley & Sons.

Page 97: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

82

Lampiran 1

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya, SE, MBA,Umur : 55 tahunPendidikan : MagisterJabatan : Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) & Ketua PHRI

Badung, WKU Kadin BaliAlamat : Desa Buduk

2. Nama : Dewa SugiarthaUmur : 50 tahunPendidikan : Sarjana (S1)Jabatan : Kasubag Keuangan, Dinas Pariwisata Kabupaten BadungAlamat : Dinas Pariwisata Kabupaten Badung

3. Nama : Ketut SuandiUmur : 55 tahunPendidikan : Sarjana (S1)Jabatan : Ketua pengelola Taman AyunAlamat : Desa Kapal

4. Nama : Tjok Sri Bulan Pratnyawati, M.ParUmur : 38 tahunPendidikan : MagisterJabatan : Staf Dinas Pariwisata Kabupaten, GianyarAlamat : Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar

5. Nama : I Made Mawi ArnataUmur : 60 tahunPendidikan : Diploma 3Pendidikan : Bendesa Adat ManukayaAlamat : Dusun Manukaya Let

6. Nana : Dewa Putu KencanaUmur : 51 tahunPendidikan : SMAJabatan : Kepala Desa ManukayaAlamat : Dusun Manik Tawang

7. Nama : Dewa Gde Mangku WentenUmur : 67 tahunPendidikan : SLTPJabatan : Pemangku Pura Tirta EmpulAlamat : Dusun Bantas

8. Nama : Dewa Gde Mangku MoyoUmur : 61 tahun, Pemangku Pura Tirta EmpulPendidikan : SLTP

Page 98: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

83

Alamat : Dusun Manukaya Let

Lampiran 2

PEDOMAN WAWANCARA

NO

URAIAN(BIDANG

PENILAIANDAN

INDIKATOR

CHECK LIST(TOLOKUKUR)

CATATAN/KETERANGAN

I PARHYANGAN

1.1

Tempat suci diDTW, idealnya,

terpeliharadengan baik

5. Kondisitempat suciDTWterpelihara

sangat baik,bangunan sucitertata

sangat rapi,tanamanupakara

terawat baiksehinggasuasananyaman

4. Kondisitempat suci diDTW ini

terpeliharabaik, bangunansuci tertata

rapi,tanamanupakara kurang

terawattsehingga

CONTOH tanamanupakara: bunga (saranasembahyang), kelapa,

pinang, pisang, mangga,dan sejenisnya

Page 99: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

84

suasana terasa

kurangnyaman

3. Kondisitempat suci diDTW ini

terpeliharacukup baik,bangunan suci

tertatakurang rapi,tanamanupakara

tidakterawatsehinggasuasana pura

menjaditidak nyaman

2. Kondisitempat suci diDTW ini

terpeliharakurang baik,bangunan

suci tidaktertata rapi,tidak ada

tanamanupakarasehingga

suasana puraterasa keringdan kurang

hidup(suwung)

1. Kondisi

Page 100: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

85

tempat suci diDTW ini tidak

terpeliharabaik, tidak adatanaman

upakara,sampahberserakan,tiang dan

kabel listriksemrawut diatas

bangunansuci sehinggasuasana pura

kumuh dansepi

1.2

Simbol-simbolagama dan

benda sakral,idealnya tidakdipakai hiasan

di DTW

5. Sama sekalitidak adasimbol agama

dan bendasakral (arca,aksara suci,

lambing/symbol, palinggih,dll) dipakai

hiasan diDTW

4. Ada symboldan bendasacral

ditempatkan

Page 101: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

86

di satu tempatyang tidak

patut

3. Ada simbolagama danbenda sakral

yang dipakaihiasan padadua lokasi

2. Ada symbolagama danbenda sakral

yang dpakaihiasan padatiga lokasi

1.Ada simbolagama danbenda sakral

yang dpakaihiasan padalebih dari tigalokasi

1.3 Pihak PengelolaDTW, idealnyamenyelenggarakanyadnya aci setiaphari

5. DTW ini tiap harimempersembahkan

canang dan sodan kecil disemua

palinggih

4. Canang saja di semuapalinggih

3. Canang di jeroan dan jabatengah pura

saja

Page 102: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

87

2. Canang di jeroan kantor

1. Canang di jabaan saja

1.4 Idealnya pakaianwisatawanmemasuki pura

5. Wisatawan harus memakaisarong dan

Selempot sampai di jabatengah saja

4. Wisatawan cukup memakaiselempot

Sampai di jaba tengah

3. Wisatawan diizinkan tidakmemakai

sarong dan selempotmemasuki jaba

tengah pura

2. Wisatawan diizinkanmemakai celana

pendek memasuki pura

1.Wisatawan bebasmemasuki jeroan

pura tanpa memakai sarongdan

selempot

1.5 Idealnya perilakuwisatawanmemasuki pura

5. Wisatawan tidak bolehmengganggu

kekusyukanpersembahyangan umat

4. Wisatawan bolehmengambil foto

umat yang sedangsembahyang

3. Wisatawan bebasberkeliaran saat

Page 103: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

88

umat sembahyang

2. Wisatawan berisik saatumat

sembahyang

1.Wisatawan bolehmelakukan apa saja

saat umat sembahyang

1.6 Idealnya adapembatasanwisatawanmemasuki pura

5. Wisatawan hanyadibolehkan

memasuki jabaan pura saja

4. Wisatawan hanya bolehsampai jaba

tengah saja

3. Wisatawan bebasmemasuki jeroan

pura

2. Wisatawan boleh dudukpada bataran

palinggih pura

1.Wisatawan bebasmelakukan apa saja

tanpa ada larangan

II PAWONGAN

2.1 Pengadaaninformasi kepadawisatawan

5. Ada guide lokal danmemberikan

brosur kepada wisatawan

4. Tidak ada guide lokal,

Page 104: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

89

tetapi

memberikan brosurkepada

wisatawan

3. Ada brosur, tetapi tidakdiberikan

kepada Wisatawan

2. Tidak ada brosur, tetapiwisatawan

diberi informasi

1.Sama sekali tidak adainformasi

tentang pura

2.2 Pelayananinformasi

5. Ada petugas yangmenjelaskan

sejarah , upacara danfungsi masing-

masing palinggih

4. Ada petugas yang hanyamenjelaskan

upacara dan fungsipalinggih

3. Ada petugas yangmenjelaskan

upacara di pura tersebut

2. Ada petugas yangmenjelaskan fungsi

masing-masing palinggihsaja

2. Tidak ada petugas yangmenjelaskan

sejarah , upacara dan

Page 105: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

90

fungsi masing-

masing palinggih

2.3 Penyediaansarong danselempot kepadawisatawan

5. Petugas menyediakansarong dan

selempot serta diberikankepada

wisatawan

4. Petugas menyediakansarong dan

selempot, tetapi tidakdiberikan

kepada wisatawan

3. Petugas hanyamenyediakan sarong

saja untuk wisatawan

2. Petugas hanyamenyediakan

selempot saja untukwisatawan

1.Petugas tidakmenyediakan sarong

dan selempot untukwisatawan

2.4 Idealnya, tidakadakeluhan/komplindari wisatawan

5. Tidak pernah

4. Pernah sekali saja dalam 1tahun

3. Pernah, 2 kali saja dalam 1tahun

2. Pernah, 3 kali saja dalam 1tahun

Page 106: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

91

1. Pernah, > 3 kali dalam 1tahun

2.5 Idealnya tidakada konflikantaramasyarakat lokaldanpemerintah/dinasdalampengelolaanDTW

5. Tidak pernah

4. Pernah sekali saja dalam 1tahun

3. Pernah, 2 kali saja dalam 1tahun

2. Pernah, 3 kali saja dalam 1tahun

1. Pernah, > 3 kali dalam 1tahun

2.6 Idealnyapemanfaatandana retribusi

5. Seluruhnya untukpelestarian DTW

4. Sebagian besar untukpelestarian DTW

3. Setengahnya untukpelestarian DTW

2. Sebagian kecil untukpeletarian DTW

1. Tidak ada untukpelestarian DTW

2.7 Idealnya petugasDTW

5. Seluruhnya masyarakatlokal

4. Sebagian besarmasyarakat lokal

3. Setengahnya masyarakatlokal

2. Sebagian kecil masyarakatlokal

1. Tidak ada masyarakatlokal

Page 107: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

92

III PALEMAHAN

3.1 Idealnyakebersihanlingkungan

5. Dilakukan setiap hari

4. Dua hari sekali

3. Tiga hari sekali

2. Seminggu sekali

1. Tidak pernah

3.2 Idealnya kondisitoilet

5.Sangat bersih

4. Bersih

3. Cukup bersih

2. Kurang bersih

1. Kotor/kumuh

3.3 Idealnya tempatsampah

5. Ada dan ditempatkan tidakmencolok

4. Ada jumlahnya terbatas

3. Ada jumlahnya sangatterbatas

2. Ada ditempatkan sangatmencolok

1. Tidak ada

3.4 Idealnya airkolam

5. Dibersihkan setiap hari

4. Dibersihkan setiap dua hari

3. Dibersihakan tiga harisekali

2. Dibersihkan setiap minggu

1. Tidak dibersihkan

Page 108: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

93

3.5 Idealnya tempatparkir

5. Jauh dari situs/lokasi

4. Cukup jauh

3. Dekat lokasi

2. Membahayakankelestarian situs

1. Tidak ada

Page 109: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

94

Lampiran 3

DAFTAR NAMA RESPONDEN WISATAWAN MANCANEGARA

NAMA DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATAWAN MANCANEGARADI PURA TAMAN AYUN

NO NAMA UMUR JENISKELAMIN

PEKERJAAN KEWARGANEGARAAN KET

1 Anne Solie 20 Pr Mahasiswa Denmark2 Helle Larsen 50 Pr Lain-lain Denmark3 Diane Rank 42 Pr Part timer Australia4 Pilna 48 Pr Imploey Italia5 Piend 52 Lk Jagal Frabonni6 Zaida 24 Pr Ahli Farmasi Spanyol7 Wim van der

Bik60 Lk Doktor Belanda

8 SeanMulhowand

24 Lk Mahasiswa Inggris

9 Axel Brandt 25 Lk Lain-lain Jerman10 Helene Dordolo 54 Pr Bisnis Prancis11 Burgun

Ghislaine56 Pr Bisnis Prancis

12 Bordenaje 25 Pr Artis Prancis13 Alexandra 26 Pr Artis Prancis14 Calea 60 Pr Bisnis Prancis15 Galea 60 Lk Bisnis Prancis

JUMLAH Lk 5 Pr 11 15

NAMA DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATAWAN MANCANEGARADI PURA TIRTA EMPUL

NO NAMA UMUR JENISKELAMIN

PEKERJAAN KEWARGANEGARAAN KET

1 Julie 48 Pr Penjaga toko Australia2 Cath Nicholson 60 Pr Bisnis Australia3 Jess 42 Pr Bisnis Amerika4 Daniel 40 Lk Guru Maroko5 Jatti Prillingen 25 Pr Mahasiswa Australia6 Itu 34 Pr Guru India7 Prity Pringler 50 Pr Pensiunan Australia8 Gill Hibbitt 64 Pr Bisnis Inggris/UK9 Janice 65 Pr Pensiunan Amerika10 Nadra 40 Pr Doktor Prancis11 Jie Huang 24 Lk Bisnis China12 Nicholas Vinson 36 Lk Artis Prancis13 Vinson

Amandine35 Pr Doktor Prancis

14 Cardini Silvona 60 Pr Pensiunan Italia15 Francesto

Campironi60 Lk Pensiunan Italia

JUMLAH Lk 4 Pr 11 15

Page 110: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

95

Lampiran 4

KUESIONER UNTUK WISATAWAN NUSANTARA

Silahkan isi tanda (V) pada salah satu kotak

Identitas Responden

1.Nama : …………………………………….

2.Daerah asal : …………………………………….

3.Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

4.Umur

15 – 29 tahun 30 – 44 tahun

45 – 59 tahun > 60 tahun

5.Pekerjaan

Pengusaha Dokter

Guru/Dosen Sopir

Pengacara Pelajar/Mahasiswa

Seniman Pelajar/Lainnya……………..(jelaskan)

6.Darimanakah sumber informasi tentang keberadaan Pura Taman Ayun dan Tirta Empul?

Mulut ke mulut Internet

Surat Kabar Agen perjalanan (travel)

Televisi Lainnya…………………….(sebutkan)

Page 111: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

96

7.Berapa kali anda pernah mengunjungi Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul

sebelumnya?

Pertama kali Tiga kali

Dua kali Lebih dari tiga kali

8.Apakah anda tahu bahwa Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul telah ditetapkan sebagai warisan

budaya dunia

A Ya Tidak

9.Apakah anda tahu nilai keunggulan universal Pura taman Ayun dan Pura Tirta Empul

A Ya Tidak

12. Apakah anda puas dengan adanya larangan/pembatasan memasuki halaman

utama/jeroan

pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul?

A Ya Tidak

11. Apakah anda memakai sarung dan selendang memasuki Pura Taman Ayun dan Pura Tirta

Empul?

A Ya Tidak

12. Apakah petugas menyediakan sarung dan selendang untuk wisatawan

A Ya Tidak

Page 112: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

97

13. Silahkan centang (V) pada salah satu kotak dibawah ini terkait tentang persepsi anda tentang

Daya Tarik Wisata Pura Taman Ayun.

a. Atraksi-atraksi

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Keunikan Arsitektur

Lansekap taman

Kolam

Fotografi

Pameran Lukisan

Kebun Botanical

Aktivitas Seremonial

b. Aksesbilitas

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Lokasi yang strategis

ut eke tempat wisata lain

Jarak tempuh dari bandara

Kondisi jalan menuju lokasi

Kondisi jalan di depan lokasi

Transportasi menuju lokasi

Page 113: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

98

c. Fasilitas

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Wantilan

Toilet

Parkir

Kantin

Gazebo

Payung

d. Organisasi Kepariwisataan/Pengelola

Sangat

Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Promosi

Keamanan

Kebersihan

Kesejukan

Pelayanan

Informasi untuk wisatawan

Harga tiket

Page 114: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

99

14. Saran anda terhadap pengelolaan daya tarik wisata Pura Taman Ayun (baik dari segi pelayanan,

fasilitas, dan lain-lain)

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………………………

Page 115: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

100

Lampiran 5

KUESIONER UNTUK WISATAWAN MANCANEGARA

Please put a (V) in one of the box

Responden Identity

1.Name : ……………………………………………

2.Nationality : ……………………………………………

3.Sex

Male Female

4.Age

15 – 29 years old 30 – 44 years old

45 – 59 years old > 60 years old

5.Occuption

Businessman/woman Doctor

Teacher Driver

Lawyer Student

Artist Others…………………………..(specify)

6.How do you know the Taman Ayun /Tirta Empul Temple?

Friends Internet

Newspaper Travel Agent

Television Others…………………….(specify)

Page 116: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

101

7.How many times have you ever visited Taman Ayun /Tirta Empul Temple?

First time Third times

Second times More than three times

8.Do you know that Taman Ayun/Tirta Empul Temple has been established as the World Heritage

Site?

Yes No

9.Do you know the outstanding universal value of Taman Ayun/Tirta Empul temple as the World

Heritage Site in Bali?

Yes No

10.Do you feel comfortable with the limitation of access to the inner yard of the temple

Yes No

11.Do you wear a sarong and a scarf when entering the temple

Yes No

12. Do the front office provide sarong and scarf for you

Yes No Yes

Page 117: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

102

13.Please put (V) inside one of the box regarding your perception about Taman Ayun Temple

tourist attraction below:

a. Attractions

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

The uniqueness of architecture

Garden Landscape

Pond

Photography

Botanical Garden

Ceremonial activities

b. Accessibilities

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Strategic location

Route to other tourist attractions

Distance from the airport

The condition of the road to the

location

The condition of the road infront of

location

Transportation to the location

Page 118: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

103

c. Facilities

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Wantilan

Toilet

Parking area

Canteen

Gazebo

Umbrella

d. Tourist Organization/Management

Very

Good

Good Fair Poor Very

Poor

Promotion

Security

Cleanliness

Coolness

Tourist Information

Ticket’s price

Page 119: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

104

14.Please write your advise related to the management of tourist attraction of Taman

Ayun/Tirta Empul Temple (regarding services, facilities or others)

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

………………………………………………………………………………………………

……………………………………………………………………………………………

Page 120: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

105

Lampiran 6

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANADALAM PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DUNIA

PURA TAMAN AYUN DAN PURA TIRTA EMPULSEBAGAI DAYA TARIK WISATA

Oleh

I Wayan ArdikaFakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

I Nyoman DhanaFakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

I Ketut SetiawanFakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

ABSTRACT

Tri Hita Karana is a local wisdom which determines the cultual landscape of Bali as theworld cultural heritage. Pura Taman Ayun and Pura Tirta Empul are parts of cultural landscape ofBali, they are also utilized as tourist destinations. Tri Hita karana is also in lined with theimplementation of cultural tourism in Bali.

The philosophy of Tri Hita Karana is the reprsentation of live i.e. harmony and balancebetween human and God (Parhyangan), human and others (Pawongan), and between human and theenvironment (Palemahan). The purpose of this article is to reveal the implementation of Tri HitaKarana in managing the world cultural heritage of Pura Taman Ayun and Pura Tirta Empul as touristattractions in Bali. Sixty questionaries were distributed and several informants were interviewed inthis research. This research revealed that the Tri Hita Karana has been implemented at Pura TamanAyun and Pura Tirta Empul. However, the aspect of Pawongan need to be improved in order to obtainmore satisfactory information and services for the tourists.Keywords: Tri Hita Karana, world cultural heritage

ABSTRAKTri Hita Karana sebagai kearifan lokal melandasi penetapan landskap budaya Bali sebagai

warisan budaya dunia. Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul merupakan bagian landskap budayaBali, dan sekaligus sebagai daya tarik wisata. Penetapan landskap budaya Bali sebagai warisanbudaya dunia selaras dengan pelaksanaan pariwisata budaya di Bali, yang juga berlandaskan Tri HitaKarana.

Filosofi Tri Hita Karana merupakan representasi kehidupan yang harmonis dan seimbangantara manusia dengan Tuhan (Parhyangan), manusia dengan sesamanya (Pawongan), dan manusiadengan lingkungan alam (Palemahan). Penelitian ini bertujuan untuk memahami implementasi TriHita Karana dalam pengelolaan warisan budaya dunia Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empulsebagai daya tarik wisata. Enam puluh orang wisatawan mancanegara dan nusantara ditetapkansebagai responden dan sejumlah informan diwawancarai dalam penelitian ini. Aspek Parhyangan,Pawongan, dan Palemahan telah diimplementasikan dalam pengelolaan warisan budaya dunia PuraTaman Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai daya tarik wisata. Dalam kenyataan di lapangan, aspek

Page 121: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

106

Pawongan masih perlu ditingkatkan sehingga wisatawan mendapatkan informasi dan pelayananyang optimal.Kata kunci: Tri Hita Karana, warisan budaya dunia,

PENGANTAR

Tujuan Konvensi Unesco 1972 adalah mengidentifikasi, melindungi dan mempreservasi warisan

budaya dan alam di seluruh dunia yang dianggap memiliki nilai keunggulan yang universal

(Outstanding Universal Value) bagi kemanusiaan dari segi sejarah, kebudayaan atau ilmu

pengetahuan. Terkait dengan hal ini, pada tanggal 29 Juni 2012 Unesco telah menetapkan landskap

budaya Bali sebagai warisan dunia, karena mengandung nilai keunggulan universal (outstanding

universal value). Beberapa situs yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia meliputi Pura

Ulun Danu Batur, Kawasan tinggalan arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar,

pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga Pura Batukaru, di

Kabupaten Tabanan. Tujuan utama penetapan kawasan tersebut sebagai warisan budaya dunia

adalah meningkatkan pelestarian kawasan, pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan,

mempertahankan keseimbangan ekologis dan mewujudkan revitalisasi pertanian, dengan berorientasi

pada falsafah Tri Hita Karana (selanjutnya disebut THK) yang menekankan pentingnya

keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan), dengan sesamanya (Pawongan), dan

dengan lingkungan alam (Palemahan) (Lansing, Steve and Julia N. Watson. 2012; Surata, 2013;

Madiasworo, Taufan, dkk. 2014; 219-225).

Kawasan warisan budaya dunia di Bali berpotensi sebagai daya tarik wisata sehingga

pengelolaannya harus berlandaskan nilai-nilai keunggulan universal THK. Keharusan ini bersesuaian

pula dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya

Bali yang menyatakan bahwa “Penyelenggaraan Kepariwisataan Budaya Bali dilaksanakan

berdasarkan pada asas manfaat, kekeluargaan, kemandirian, keseimbangan, kelestarian, partisipatif,

berkelanjutan, adil dan merata, demokratis, kesetaraan dan kesatuan yang dijiwai oleh nilai-nilai

Agama Hindu dengan menerapkan falsafah Tri Hita Karana”. Ini berarti pengelolaan warisan budaya

dunia sebagai daya tarik wisata harus dilakukan dengan mengindahkan nilai-nilai yang terkandung

dalam falsafahTHK.

Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul merupakan bagian warisan budaya dunia di Bali

yang juga berfungsi sebagai daya tarik wisata. Dalam konteks ini, Pura Taman Ayun dan Pura Tirta

Empul telah mengalami konstruksi dan interpretasi ulang yakni bukan saja sebagai tempat suci,

namun juga berfungsi sebagai daya tarik wisata (Hitchcock, M., Victor T.King and Michael

Parnwell, 2010; Park, 2014). Seperti dikatakan oleh William Lipe (1984) dan Timothy

Darvill (dalam Hardesty, Donald, L dan Barbara J. Little, 2009; Ardika, 2015: vi) bahwa

Page 122: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

107

tinggalan arkeologi atau warisan budaya memiliki nilai ekonomi karena berfungsi sebagai daya tarik

wisata.

Bertolak dari paparan di atas, artikel ini menyoroti implementasi THK dalam pengelolaan

warisan budaya dunia Pura Taman Ayun dan Tirta Empul yang telah ditetapkan sebagai daya tarik

wisata di Bali. Fokusnya adalah pada pemahaman dan implementasi nilai-nilai THK oleh sumber

daya manusia dalam pengelolaan warisan budaya dunia Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul

untuk pengembangan pariwisata. Pemahaman dan implementasi THK dalam hal ini tentu saja

berkaitan erat dengan pemanfaatan ruang yang ada dalam kawasan warisan budaya dunia tersebut

dalam pengembangan pariwisata beserta implikasi-implikasinya.

Data yang digunakan dalam artikel ini merupakan bagian dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh tim penulis artikel ini, yang didanai oleh Universitas Udayana pada tahun anggaran 2015.

Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif melalui

teknik observasi dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap beberapa informan dengan

menggunakan pedoman wawancara, dan terhadap 60 responden dengan menggunakan kuesioner.

Responden dalam hal ini terdiri atas wisatawan mancanegara dan nusantara, yang ditentukan

secara kebetulan (accidental sampling) pada saat pengumpulan data. Responden tersebut

terdiri atas 30 orang wisatawan mancanegara dan 30 orang wisatawan nusantara. Jumlah

responden di masing-masing lokasi penelitian yakni di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta

Empul adalah 30 orang, yang terdiri atas 15 orang wisatawan mancanegara dan 15 orang

wisatawan nusantara. Data yang dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data seperti ini

adalah data tentang implementasi THK dalam pengelolaan warisan budaya dunia Pura Taman

Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai daya tarik wisata. Melalui penyebaran kuesioner kepada

responden, secara khusus digali data tentang persepsi mereka terhadap atraksi, aksesibilitas,

fasilitas, dan manajemen/organisasi yang terkait dengan pengelolaan warisan budaya dunia

Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul dilihat dari perspektif nilai-nilai THK.

Analisis data/informasi dilakukan dengan teknik penggabungan atau perpaduan antara

deskriptif kualitatif interpretatif dan kuantitatif. Analisis interpretatif, terutama secara emik

dan etik, sehingga dapat dihindari kemungkinan adanya masalah dengan informan yang telah

melakukan sesuatu tindakan tetapi tidak mampu menginformasikan maknanya sebagiamana

dikatakan oleh Brian Fay (2004). Secara konkret mekanismenya bahwa setiap informansi

penting yang diperoleh dari informan langsung dianalisis dan dilanjutkan dengan wawancara

sehingga mekanisme tersebut mengacu kepada apa yang oleh Taylor dan Bogdan (1984: 128)

disebut dengan istilah go hand-in-hand dalam proses pengumpulan dan analisis data.

Page 123: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

108

Analisis data tersebut dilakukan dengan mengikuti prosedur analisis data sebagaimana

dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, menyajikan, menafsirkan

data, dan menarik simpulan. Reduksi data meliputi berbagai kegiatan yakni penyeleksian,

pemokusan, simplifikasi, pengkodean, penggolongan, pembuatan pola, foto dokumentasi

untuk situasi atau kondisi yang memiliki makna subjektif, kutipan wawancara yang memiliki

makna subjektif, dan catatan reflektif. Penyajian data dan penafsiran berkaitan dengan

penyusunan teks naratif dalam kesatuan bentuk, keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi, alur sebab akibat, dan proposisi. Penarikan simpulan atau verifikasi antara lain

mencakup hal-hal yang hakiki, makna subjektif, temuan konsep, dan proses universal.

Kesemuanya ini tidak terlepas dari masalah yang ditelaah. Kegiatan pengumpulan data,

reduksi data, penarikan simpulan dan penyajian data, merupakan rangkaian kegiatan yang

terkait dan bisa berlangsung secara ulang-alik, sampai mendapat hasil penelitian akhir, yakni

etnografi yang bersifat holistik dan sarat makna, dalam kontes pemberian jawaban terhadap

masalah yang dikaji dalam penelitian ini.

Untuk mengukur persepsi wisatawan digunakan Skala Likert. Jawaban setiap item

instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan indikator

sebagai berikut: sangat baik (SB) dengan interval 4,21-5,00; baik (B) dengan interval 3,41-

4,20; cukup/ragu-ragu (C) dengan interval 2,61-3,40; kurang (K) dengan interval 1,81-2,60;

dan sangat kurang (SK) interval 1,0-1,80.

PEMBAHASAN

Pengelolaan warisan budaya dunia Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai daya

tarik wisata secara ideal mestinya sesuai dengan nilai-nilai THK. Untuk itu, maka pemahaman dan

implementasi nilai-nilai THK merupakan langkah strategis, mengingat bahwa berdasarkan

pemahaman itulah dilakukan langkah-langkah pengelolaan dalam rangka memanfaatkan ruang yang

ada dalam kawasan warisan budaya dunia tersebut hingga membawa implikasi tertentu. Hal ini sesuai

dengan pandangan Poria (dalam Chheang, 2011: 213) bahwa persepsi wisatawan menjadi inti

atau bagian yang sangat penting dalam pariwisata warisan budaya, karena persepsi wisatawan

menentukan nilai atau makna destinasi.

Pemahaman dan implementasi nilai-nilai THK dalam hal ini dapat dilihat dari persepsi para

wisatawan mengenai realita yang berkaitan dengan pengalamannya berkunjung ke dua pura tersebut

di atas. Menurut Cooper et.al (1995: 81) bahwa sebuah destinasi wisata harus memiliki empat

komponen yakni daya tarik (attraction), mudah dicapai karena adanya transportasi lokal dan

Page 124: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

109

terminal (access), tersedianya berbagai fasilitas seperti akomodasi, restoran, tempat belanja, tempat

hiburan, dan pelayanan lain (amenities), dan organisasi kepariwisataan yang diperlukan untuk

pelayanan wisatawan (ancillary services). Persepsi wisatawan dikaitkan dengan keempat komponen

tersebut dan digambarkan sebagai berikut.

Persepsi Wisatawan tentang Pura Taman Ayun

Penataan areal Pura Taman Ayun telah dilakukan dengan mengikuti tata ruang yang

berazaskan nilai-nilai trimandala, sehingga areal pura itu dipilah menjadi tiga bagian:

halaman luar (jaba sisi), halaman tengah (jaba tengah), dan bagian dalam (jeroan). Dalam

rangka pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata, maka diberlakukan larangan memasuki

areal jeroan bagi wisatawan. Berkenaan dengan hal ini diperoleh data bahwa semua

responden menyatakan bahwa mereka tidak kecewa atas larangan tersebut. Jika disimak dari

perspektif teori konstruksi sosial yang dikembangkan oleh Berger dan Lukmann (2011),

pernyataan para wisatawan ini menyiratkan bahwa mereka telah melakukan persepsi terhadap

larangan tersebut. Melalui persepsinya itu mereka melakukan pemaknaan yang hasilnya

diinternalisasikan ke dalam diri mereka. Dalam tahap ini mereka juga melakukan

konseptualisasi terhadap larangan tersebut yang menghasilkan pernyataan bahwa larangan

tersebut tidaklah mengecewakan. Oleh karena itu, hasil pengamatan dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak ada wisatawan yang masuk ke bagian dalam Pura Taman Ayun.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam konteks ini tidak ada wisatawan yang

mempunyai kesan negatif atau pengalaman buruk dalam kunjungannya ke Pura Taman Ayun

yang memungkinkan timbulnya citra buruk mengenai pura ini di kalangan wisatawan.

Tentu saja larangan masuk ke halaman utama Pura Taman Ayun merupakan

representasi aturan yang berasaskan adat-istiadat yang lazim berlaku dalam masyarakat Bali.

Mengingat aturan ini telah dipatuhi secara sukarela oleh para wisatawan maka hal ini dapat

dikatakan sebagai pengembangan pariwisata budaya sebagaimana dikonsepsikan dalam

Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali

yang merupakan hasil revisi Peraturan Daerah Provinsi Bali nomor 3 tahun 1991 tentang

Kepariwisataan Budaya Bali. Pasal 1 angka 14.

Larangan memasuki halaman utama/jeroan pura Taman Ayun tidak berarti bahwa

wisatawan sama sekali tidak dapat menyaksikan kegiatan upacara atau palinggih/bangunan

suci yang terdapat pada halaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa para

Page 125: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

110

wisatawan dengan leluasa dan nyaman dapat menyaksikan dan memotret palinggih

ataupun kegiatan upacara yang terjadi di halaman utama/jeroan pura.

Hal ini menjadi salah satu penyebab wisatawan merasa puas berkunjung ke Pura

Taman Ayun. Tampaknya kenyataan ini mirip dengan pengalaman para peziarah di objek-

objek wisata lain sebagaimana dikemukakan oleh Chheang (2011: 214), bahwa peziarah

mengharapkan sesuatu yang biasa atau umum, sakral, tempat yang unik untuk meningkatkan

pengalaman mereka, dan tidak semata-mata mencari yang otentik. Dalam konteks ini,

pengelolaan Pura Taman Ayun dapat dikatakan sebagai model atau contoh terbaik di Bali,

dan perlu dicontoh oleh pangemong dan pengelola pura lain sebagai daya tarik wisata.

Dikatakan demikian karena larangan tersebut akan dapat menjaga kesakralan pura.

Pencitraan pura sebagai tempat suci harus tetap dijaga sehingga wisatawan pun merasakan

aroma kesakralan dan pengalaman yang berharga.

Walaupun demikian ternyata wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun

hampir semuanya tidak memakai kain dan selendang. Mereka tidak diwajibkan menggunakan

kain dan selendang oleh petugas, karena wisatawan hanya sampai di halaman kedua/jaba

tengah pura tersebut. Sehubungan dengan itu maka petugas tidak menyediakan selendang dan

kain untuk wisatawan. Perlu dicatat bahwa pemandu wisatawan yang mengantar tamunya ke

Pura Taman Ayun justru tetap memakai pakaian adat Bali. Hal ini berpotensi untuk

timbulnya citra, bahwa tidak semua areal di kawasan pura itu sakral, pada hal areal pura

adalah kawasan suci yang di dalamnya terdapat tempat suci atau bangunan yang disucikan

(palinggih). Oleh karena itu, persoalan ini masih perlu dipikirkan lagi untuk menjaga citra

tentang kesakralan kawasan suci di areal Pura Taman Ayun sebagai daya tarik wisata.

Kenyataan ini berbeda dengan kondisi di Pura Trita Empul dan pura lain di Bali.

Biasanya petugas mewajibkan para wisatawan memakai kain dan selendang jika hendak

berkunjung atau memasuki pura /tempat suci.

Persepsi wisatawan terhadap keunikan arsitektur, lanskap taman, dan kebon botanikal

yang terdapat di Pura Taman Ayun sangat baik. Persepsi wisatawan mancanegara terhadap

kolam baik. Perlu dicatat bahwa pada saat penelitian ini dilakukan yakni awal Juni 2015

kolam sedang dikeringkan karena ada projek penataan kolam. Wisatawan kurang terkesan

dengan kolam tersebut. Wisatawan juga kurang tertarik dengan aktivitas seremonial yang

dinilai cukup, karena pada saat penelitian ini dilakukan tidak ada upacara di Pura Taman

Page 126: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

111

Ayun. Hal ini bisa dimaklumi mengingat aktivitas upacara dilakukan setiap enam bulan

sekali atau pada saat ada upacara keagamaan Hindu di pura tersebut.

Selain itu, para wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun juga mempunyasi

persepsi tersendiri tentang aksesibilitas menuju pura tersebut. Semua wisatawan mancanegara

menyatakan lokasi Taman Ayun sangat strategis untuk menuju daya tarik wisata lainnya. Hal

ini dapat dimaklumi karena sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Pura Taman Ayun

membeli paket wisata. Wisatawan pun tidak ada yang mengeluh mengenai kondisi jalan

menuju ke destinasi tersebut.

Di areal Pura Taman Ayun ada beberapa fasilitas berupa bangunan, seperti wantilan,

tempat parkir, dan toilet. Para wisatawan sangat puas dengan fasilitas yang tersedia di Pura

Taman Ayun seperti tempat parkir, wantilan dan toilet. Kendaraan roda empat atau mini bus

yang mengangkut wisatawan diizinkan berhenti di depan gapura atau pintu masuk Pura

Taman Ayun. Hal ini dilakukan oleh pengelola daya tarik wisata Taman Ayun untuk

memberikan kenyamanan dan kepuasan kepada wisatawan. Bus besar diparkir di jalan raya

Mengwi-Denpasar atau di luar pintu gerbang kawasan pura Taman Ayun.

Wantilan di Pura Taman Ayun baru saja direnovasi dan diisi patung atau miniatur

orang adu ayam. Hal ini diharapkan dapat menjadi daya tarik wisatawan. Pemutaran video

atau slide adu ayam dengan menggunakan layar lebar di wantilan mungkin akan lebih

menarik untuk wisatawan. Setelah berkeliling dan melihat-lihat pura dan lingkungannya,

wisatawan bisa beristirahat di wantilan sambil menonton video atau slide adu ayam. Atraksi

ini dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan di Pura Taman Ayun.

Pengelola Pura Taman Ayun juga menyiapkan toilet yang bersih dan berkualitas

sehingga wisatawan puas dengan kondisinya. Toilet di Pura Taman Ayun diperbaiki setelah

ditetapkan oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia. Hal ini sangat wajar dan masuk akal,

mengingat label yang disandang oleh Pura Taman Ayun sebagai warisan budaya dunia.

Sebagian besar wisatawan mancanegara tidak mengetahui Pura Taman Ayun

berstatus sebagai warisan budaya dunia. Wisatawan memahami status Pura Taman Ayun

sebagai warisan budaya dunia lewat agen perjalanan atau travel agent. Hal ini

mengindikasikan bahwa promosi Pura Taman Ayun masih perlu ditingkatkan di masa depan

untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Menurut keterangan Bapak I Gusti

Ngurah Rai Suryawijaya, SE, MBA selaku Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah

Page 127: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

112

Kabupaten Badung, yang juga menjabat sebagai Ketua PHRI Kabupaten Badung bahwa

promosi pariwisata Badung dilakukan secara menyeluruh, bukan masing-masing daya tarik

wisata.

Pengelolaan Pura Taman Ayun ditandai dengan berbagai kegiatan dalam berbagai

bidang : promosi, keamanan, kebersihan, kenyamanan, penyediaan informasi, dan penetapan

harga tiket.

Persepsi wisatawan terkait dengan keamanan, kebersihan, kenyaman, dan informasi

tentang daya tarik wisata Taman Ayun dapat dikatakan sangat baik. Wisatawan tampaknya

sangat puas dengan informasi atau keterangan yang diberikan oleh pemandu wisatawan.

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke

Pura Taman Ayun dengan membeli paket tour.

Persepsi Wisatawan tentang Pura Tirta Empul

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa wisatawan yang berkunjung ke Pura Tirta

Empul semuanya memakai kain dan selendang. Fenomena ini berbeda dengan realita yang

ditemukan di Pura Taman Ayun. Panitia atau pengelola Pura Tirta Empul menyediakan kain

dan selendang untuk wisatawan.

Persepsi responden terhadap penyediaan kain dan selendang di Pura Tirta Empul

menunjukkan bahwa hampir semua responden menyatakan puas. Hanya satu orang yang

menyatakan tidak puas.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap wisatawan mancanegara yang

berkunjung ke Pura Tirta Empul semuanya merasa tidak kecewa atas larangan atau

pembatasan akses memasuki halaman utama/jeroan pura tersebut. Wisatawan diizinkan

memasuki halaman utama/jeroan, namun dibatasi pada area tempat persembahyangan agar

tidak mengganggu kegiatan umat.

Persepsi wisatawan yang berkunjung ke Pura Tirta Empul secara umum menyatakan

bahwa ukiran palinggih/bangunan di Pura Tirta Empul sangat baik, namun ada pula yang

menyatakan cukup menarik. Kegiatan upacara di Pura Tirta Empul dinyatakan baik karena

wisatawan menyaksikan langsung bahwa setiap wisatawan yang melukat atau melakukan

upacara pembersihan diri di pancoran menghaturkan sesaji. Kenyataan ini juga sekaligus

menunjukan kesakralan pura tersebut.

Page 128: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

113

Wisatawan pada umumnya menyatakan bahwa jalan menuju ke destinasi dalam

keadaan baik. Perlu diketahui bahwa Pura Tirta Empul merupakan tempat transit paket wisata

Denpasar menuju Kintamani sehingga kondisi jalan cukup baik.

Persepsi responden tentang kondisi wantilan, toilet, dan tempat parkir di Pura Tirta

Empul baik dan cukup. Perlu dicatat bahwa tempat ganti pakaian dan toilet tidak dipisah atau

dijadikan satu dan agak kotor sehingga wisatawan mancanegara kurang puas dengan kondisi

tersebut. Wisatawan juga tidak setuju adanya pungutan atau fee untuk tempat ganti dan toilet,

karena kesannya komersial. Mereka menyarankan agar harga tiket masuk dinaikan, dan toilet

dibebaskan dari pungutan atau fee.

Wisatawan menyatakan bahwa promosi daya tarik wisata Pura Tirta Empul

dikategorikan baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, wisatawan yang berkunjung ke

Pura Tirta Empul secara berkelompok atau group. Mereka dapat dipastikan menggunakan

biro perjalanan atau travel agent. Keamanan dan kebersihan di Pura Tirta Empul dinilai baik

oleh wistawan. Harga tiket masuk Rp 15.000,- dinilai pantas oleh wisatawan.

Wisatawan nusantara menyatakan bahwa arsitektur Pura Tirta Empul sangat baik.

Palinggih di Pura Tirta Empul tampak sangat indah dengan ukiran dan polesan prade

sehingga sangat menarik wisatawan. Lanskap taman dan kolam tergolong baik. Di Pura Tirta

Empul wisatawan dapat melakukan penyucian diri atau melukat, dan memberi makan ikan

koi yang ditebar di kolam di sisi barat halaman luar atau jaba sisi pura tersebut.

Persepsi wisatawan nusantara terhadap organisasi dan manajemen Pura Tirta Empul

secara keseluruhan dinyatakan cukup baik. Promosi dan informasi kepada wisatawan

tampaknya perlu ditingkatkan. Keberadaan pemandu atau guide lokal di Pura Tirta Empul

sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan kepada wisatawan nusantara yang pada

umumnya tidak membeli paket tour. Sejarah dan mitos pura Tirta Empul, fungsi bangunan

atau palinggih akan dapat menambah daya tarik destinasi tersebut.

Berdasarkan hasil kuesioner bahwa wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara

yang berasal dari luar Bali tidak memahami tentang nilai-nilai Tri Hita Karana. Selain itu,

wisatawan mancanegara dan nusantara yang berasal dari luar Bali juga tidak mengetahui

tentang nilai keunggulan luar biasa (outstanding universal value) Tri Hita Karana yang

melandasi penetapan lanskap budaya Bali sebagai warisan budaya dunia.

Page 129: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

114

Implementasi Tri Hita Karana dalam Pengelolaan Pura Taman Ayun dan Tirta Empulsebagai Daya Taris Wisata

Penetapan Lanskap Budaya Bali oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Dunia

dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana, yang selaras dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Kepariwisataan Budaya Bali (Lansing dan Watson, 2012;

Pemerintah Provinsi Bali 2012; Surata, 2013). Nilai-nilai filosofi Tri Hita Karana terdiri atas

tiga aspek yakni hubungan yang selaras dan harmonis antara manusia dengan Tuhan/Ida

Sanghyang Widi Wasa (Parhyangan), hubungan manusia dengan sesama manusia

(Pawongan), dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).

Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul adalah bagian warisan budaya dunia dan

sekaligus sebagai tempat suci. Kedua pura dan warisan budaya dunia tersebut sudah tentu

dikonstruk dan diinterpretasi ulang ketika berfungsi sebagai daya tarik wisata (Hitchcock, M.,

Victor T.King and Michael Parnwell, 2010; Park, 2014). Konstruksi dan interpretasi ulang itu

mungkin saja menimbulkan komodifikasi, yakni suatu benda yang sebelumnya bukan

merupakan komoditi kemudian diubah sehingga dapat menghasilkan uang. Meminjam

istilahnya Michel Picard (2006:164) bahwa Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul telah

mengalami proses turistifikasi atau sebagai produk pariwisata.

Sesuai dengan judul penelitian ini maka ketiga aspek THK dibahas berdasarkan

pengamatan empirik di lapangan, hasil wawancara mendalam dengan pengelola Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul serta instansi terkait, dan persepsi wisatawan yang diperoleh melalui

angket yang disebarkan kepada 60 orang wisatawan, yang tediri atas 30 orang wisatawan

mancanegara dan 30 orang wisatawan nusantara. Berikut adalah pembahasan masing-masing

aspek Tri Hita Karana sebagai berikut.

Aspek Parhyangan

Aspek Parhyangan terkait dengan hubungan manusia dengan Tuhan/Ida Sanghyang

Widi Wasa. Pihak pengelola Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul telah menetapkan

aturan-aturan atau rambu-rambu untuk wisatawan yang memasuki pura tersebut. Di Pura

Taman Ayun pihak pengelola tidak menyediakan kain dan selendang untuk wisatawan yang

memasuki pura tersebut. Fenomena yang berbeda ditemukan di Pura Tirta Empul bahwa

wisatawan diwajibkan menggunakan kain dan selendang pada saat memasuki pura. Kain dan

Page 130: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

115

selendang disiapkan oleh pengelola pura Tirta Empul, sehingga semua wisatawan

memakainya ketika mereka memasuki kawasan pura tersebut.

Adanya ketentuan yang berbeda tersebut menyebabkan wisatawan di Pura Taman

Ayun tidak memakai kain dan selendang, sedangkan di Pura Tirta Empul hampir semua

wisatawan memakainya (lihat foto 1 di bawah). Pemakaian kain dan selendang memasuki

pura sebagai daya tarik wisata dapat dikatakan salah satu upaya menjaga kesucian pura.

Foto 1. Pemandangan yang kontras mengenai wisatawan di Pura Taman Ayun (kanan) danPura Tirta Empul (kiri)

Dalam konteks ini, petugas sebaiknya menyiapkan kain dan selendang, sehingga wisatawan

diwajibkan memakainya.

Wisatawan Prancis menyarankan agar canang sari (sesajen) juga dihaturkan pada

setiap palinggih, sehingga dapat menambah kesan kesakralan destinasi tersebut. Usulan yang

sangat menarik juga disampaikan oleh wisatawan Prancis itu agar wisatawan yang datang ke

Pura Taman Ayun tetap memakai kain/sarong dan selendang/selempot. Hal ini sangat penting

untuk ditindaklanjuti mengingat Pura Taman Ayun sebagai tempat suci sehingga

kesakralannya harus tetap dijaga.

Sebagai upaya menjaga kesucian pura, wisatawan dilarang memasuki halaman

utama/jeroan di Pura Taman Ayun. Kondisi alam dan lingkungan yang berbeda tidak

memungkinkan hal itu diberlakukan di Pura Tirta Empul. Wisatawan diizinkan memasuki

halaman utama/jeroan, namun pada area yang terbatas. Pada halaman utama/jeroan Pura

Tirta Empul dipasang tanda pembatas dan larangan untuk wisatawan memasuki tempat

melaksanakan upacara pemujaan di pura tersebut (lihat foto 2 di bawah).

Page 131: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

116

Foto 2. Tanda pembatas dan larangan bagi wisatawan di halaman utama/jeroan Pura TirtaEmpul

Larangan memasuki halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul

ternyata tidak menimbulkan kekecewaan di kalangan wisatawan. Seperti telah diuraikan di

depan bahwa wisatawan sangat puas menikmati keindahan dan arsitektur pura. Wisatawan

yang memasuki halaman utama/jeroan pura Tirta Empul diwajibkan ke luar dari sisi utara

jeroan/halaman utama sehingga mereka dapat mengelilingi pura, hanya saja tidak dapat

melihat keseluruhan palinggih (lihat foto 3). Strategi pengelolaan wisatawan di Pura Tirta

Empul dapat dikatakan meniru pengelolaan di Pura Taman Ayun, namun kondisi lingkungan

yang berbeda sehingga kenyamanan yang diperoleh oleh wisatawan tidak sama.

Foto 3. Wisatawan mengelilingi pura Tirta Empul dari luar halaman utama/jeroan

Wisatawan masih tetap dapat mengambil foto palinggih yang ada di halaman

utama/jeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul, meskipun dilakukan dari luar tembok

keliling/panyengker atau pembatas yang ditentukan untuk wisatawan di pura tersebut. Di sisi

utara atau pada bagian belakang halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dibuat semacam

teras atau undakan sehingga wisatawan lebih mudah mengambil foto palinggih atau kegiatan

keagamaan yang dilaksanakan pada halaman utama/jeroan pura. Wisatawan dapat

Page 132: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

117

mengambil foto dari halaman utama/jeroan pura Tirta Empul, meskipun ada pembatas atau

tanda larangan yang dipasang di pura tersebut (lihat foto 4 di bawah).

Foto 4. Wisatawan mengambil foto dari bagian belakang Pura Taman Ayun dan halamanutama/jeroan Pura Tirta Empul

Kemudahan wisatawan untuk mengambil foto palinggih ataupun kegiatan upacara

yang dilaksanakan di halaman utama/jeroan pura Taman Ayun dan Tirta Empul dapat

dikatakan sebagai bentuk turistifikasi atau komodifikasi. Wisatawan meskipun dilarang atau

dibatasi aksesnya memasuki halaman utama/jeroan, namun mereka tetap dengan leluasa

dapat mengambil foto.

Wisatawan Jepang yang diwawancarai saat melakukan observasi menyatakan bahwa

konsep Tri Hita Karana agar betul-betul diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman

Ayun. Lebih lanjut dinyatakan bahwa ukiran ataupun relief yang kelihatan rusak/patah pada

bangunan/palinggih agar dilaporkan kepada Unesco untuk dapat dipugar.

Berdasarkan uraian di depan bahwa pihak pengelola Pura Taman Ayun dan Pura Tirta

Empul telah berupaya menjaga kesucian/kesakralan pura, terutama bagian utama mandala

atau halaman utama/jeroan. Pembatasan akses dan larangan yang diberlakukan kepada

wisatawan adalah bentuk implementasi Tri Hita Karana dari aspek Parhyangan untuk

menjaga kesucian pura tersebut. Upaya menjaga kesucian pura Tirta Empul direpresentasikan

dengan menghaturkan canang sari/sesajen di depan pintu masuk ke pancoran dan saat

wisatawan melukat penyucian diri (lihat foto 5 di bawah).

Page 133: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

118

Foto 5 Canang sari/sesajen diaturkan pada pintu masuk dan pancuran tempatmelukat/penyucian diri di Pura Tirta Empul

Aspek Pawongan

Pariwisata dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas elemen wisatawan/turis,

geografis, dan industri pariwisata (Cooper et.al. 2005: 8-9; Pitana dan Diarta, 2099: 59-60).

Wisatawan merupakan elemen penting dalam sistem itu karena menyangkut pengalaman,

sesuatu yang menyenangkan untuk dinikmati, diharapkan, dikenang atau diingat sebagai yang

terpenting dalam kehidupan seseorang. Menurut Leiper (dalam Cooper, et.al. 2005: 9)

elemen geografis dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yakni a) daerah yang dapat

menstimulasi dan mendorong motivasi kunjungan wisatawan, b) destinasi atau tempat yang

menjadi daya tarik wisatawan, dan c) rute transit yakni tempat singgah sementara yang dapat

dikunjungi oleh wisatawan dalam perjalanan menuju destinasi. Elemen ketiga dari sistem

Leiper tersebut adalah industri pariwisata. Industri pariwisata ini mencakup kegiatan bisnis

dan organisasi yang mengantarkan dan/atau menyediakan produk pariwisata.

Aspek pawongan dalam filosofi Tri Hita Karana dimaknai sebagai hubungan yang

harmonis antara manusia dengan sesamanya. Dalam konteks pariwisata, aspek pawongan

dapat dikaitkan dengan hubungan yang harmonis antara pengelola dan wisatawan yang

diwujudkan dalam bentuk keramah-tamahan (hospitality) dan pelayanan (service).

Pelayanan tiket masuk ke pura sebagai daya tarik wisata, penyediaan kain dan

selendang kepada wisatawan adalah bentuk pelayanan dan representasi aspek pawongan.

Selain pelayanan tiket masuk dan penyediaan kain dan selendang, para petugas di bagian tiket

masuk juga menyiapkan brosur terkait dengan sejarah, palinggih dan upacara di Pura Taman

Ayun dan Tirta Empul. Observasi di lapangan menunjukan bahwa pemberian brosur oleh

petugas kepada wisatawan sering kali diabaikan, baik di Pura Taman Ayun maupun Pura

Tirta Empul. Wisatawan yang tidak diantar oleh pemandu akan kesulitan memperoleh

Page 134: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

119

informasi tentang pura tersebut. Hal ini juga menjadi sumber kekecewaan wisatawan,

terutama yang tidak diantar oleh pemandu.

Wisatawan mancanegara maupun nusantara terutama yang tidak didampingi oleh

pemandu banyak menyoroti pengadaan booklet atau brosur tentang sejarah dan fungsi

palinggih di Pura Taman Ayun. Mereka tidak memperoleh informasi yang lengkap dan benar,

karena brosur yang tersedia ditulis dalam bahasa Indonesia.

Terkait dengan booklet/brosur Pura Taman Ayun dan Tirta Empul, sesungguhnya

telah disiapkan oleh petugas penjaga tiket/karcis masuk. Petugas terlihat kurang cekatan

dalam memberikan pelayanan ketika wisatawan membeli tiket/karcis, dan semestinya

sekaligus diberikan booklet atau brosur tentang pura tersebut.

Pemandu lokal tidak disiapkan oleh pihak pengelola di masing-masing pura.

Keberadaan pemandu atau guide lokal di Pura Taman Ayun dan Tirta Empul sebetulnya

sangat diperlukan. Pemandu atau guide lokal akan dapat menjelaskan sejarah pura, fungsi

masing-masing palinggih atau bangunan suci dan upacara yang dilaksanakan pada hari

tertentu di masing-masing pura. Informasi tersebut akan sangat penting dan menarik bagi

wisatawan, sehingga mereka akan memberitahu teman atau kerabatnya untuk mengunjungi

pura tersebut. Sebagian besar wisatawan mancanegara melakukan kunjungan pertama kali

ke Pura Taman Ayun dan Tirta Empul. Hal ini menjadi peluang bahwa pelayanan yang baik

kepada wisatawan sehingga wisatawan akan berkunjung kembali ke destinasi tersebut. Dalam

konteks pawongan, keberadaan pemandu lokal di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul

sangat diperlukan untuk memberikan informasi yang menarik dan akurat kepada wisatawan.

Informasi tertulis baik berupa larangan maupun anjuran juga dipasang di Pura Taman

Ayum dan Pura Tirta Empul. Informasi ini sangat diperlukan oleh wisatawan yang

berkunjung ke pura tersebut.

Peraturan Daerah Kabupaten Badung Nomor 25 Tahun 2011 tentang Retribusi telah

menetapkan bahwa harga karcis masuk ke daya tarik wisata Pura Taman Ayun diatur

sedemikian rupa: wisatawan mancanegara membayar Rp 15.000,- dan wisatawan nusantara

Rp 10.000,- Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Badung Tanggal 1 Oktober, Tahun 1997

telah ditetapkan pembagian retribusi pengelolaan daya tarik wisata sebagai berikut; 25%

untuk Pemerintah Kabupaten Badung, dan 75% untuk destinasi Pura Taman Ayun atau Puri

Mengwi sebagai pemilik. Menurut petugas karcis, jumlah kunjungan wisatawan per hari ke

Pura Taman Ayun diperkirakan antara 400 - 600 orang dengan total pendapatan sekitar Rp

Page 135: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

120

10.000.000,- Perlu diketahui bahwa sebelum tahun 1997, wisatawan tidak dikenai tiket

masuk di destnasi Pura Taman Ayun. Wisatawan hanya dimintai donasi secara sukarela untuk

pemeliharaan dan kebutuhan upacara di pura tersebut. Pada saat penelitian ini dilakukan

yakni bulan Juni 2015, belum ada keluhan dari pihak wisatawan mengenai harga karcis.

Pengelolaan destinasi Pura Tirta Empul dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Gianyar melalui Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar bekerjasama dengan masyarakat Desa

Pakraman/adat Tampaksiring. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 8

Tahun 2010, harga tiket masuk ke destinasi Pura Tirta Empul ditetapkan Rp 15.000,- untuk

dewasa, dan Rp 7.500,- bagi anak-anak. Harga tiket tidak dibedakan antara wisatawan

mancanegara dan nusantara, sehingga tidak menimbulkan kesan berbeda di antara wisatawan.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh petugas Dinas Pariwisata Kabupaten

Gianyar dan Bendesa Pakraman/Adat Tampaksiring bahwa pembagian retribusi penjualan

tiket masuk dilakukan sebagai berikut: 40% untuk desa Pakraman Tampaksiring, dan 60%

untuk Pemerintah Kabupaten Gianyar. Menurut informasi yang disampaikan oleh Bendesa

Adat Tampaksiring yang didampingi oleh Wakil Bendesa Adat bahwa pembagian retribusi

itu sering tidak lancar, sehingga masyarakat harus menunggu turunnya dana tersebut. Di sisi

lain, masyarakat Desa Pakraman Tampaksiring berharap agar mereka mendapat pembagian

retribusi yang lebih besar, seperti yang berlaku di Kabupaten Badung dan Tabanan yakni

75% untuk masyarakat setempat dan 25% untuk pemerintah daerah. Untuk diketahui bahwa

jumlah wisatawan yang mengunjungi destinasi Pura Tirta Empul berkisar antara 1000 hingga

1500 orang setiap hari, dengan jumlah retribusi sekitar Rp 15.000.000,- atau Rp 22.500.000,-

Wisatawan yang berkunjung ke destinasi Pura Tirta Empul sangat terkesan dengan

kegiatan malukat atau penyucian diri di pancoran di pura tersebut. Banyak wisatawan

mancanegara yang ikut melukat di pancuran pura tersebut. Kegiatan malukat dapat dijadikan

sebagai produk unggulan destinasi Pura Tirta Empul, Tampaksiring. Liezl dan Marina

wisatawan mancanegara dari Singapura ikut malukat di pancuran di Pura Tirta Empul, dan

mereka membawa pejati/sesajen. Kedua wisatawan mancanegara tersebut sangat menikmati

kegiatan malukat/penyucian diri di Pura Tirta Empul

Kikuchi Takehiro dan Kikuchi Yumi, dua wisatawan dari Jepang menyarankan agar

kesucian pura tetap dipertahankan. Mereka juga menyarankan agar wisatawan yang ingin

malukat atau menyucikan diri melakukannya seperti yang dipraktikkan oleh masyarakat lokal

yaitu dengan membawa sesajen.

Page 136: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

121

Sebagian besar wisatawan menyarankan agar disediakan kamar ganti yang terpisah

dengan toilet, setelah mereka malukat atau menyucikan diri di pancuran di pura Tirta Empul.

Wisatwan mancanegara mengusulkan agar toilet tidak disewakan atau dikenai fee, sebaiknya

harga tiket masuk yang dinaikkan sehingga kesan komersial dapat dihindari. Usulan ini

disampaikan oleh Hendrik dkk (wisatawan Jerman), Liezl dan Marina (Singapura). Bendesa

Adat dan Wakil Bendesa Adat telah memaklumi kondisi ini dan mereka akan membangun

kamar ganti yang terpisah dengan toilet, sesuai dengan kondisi yang ada di sekitar pura.

Wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pura Tirta Empul menyarankan agar

tempat sampah tidak ditempatkan di dekat pintu masuk. Hal ini menimbulkan kesan kumuh

terhadap destinasi Pura Tirta Empul. Selain itu, tanda (signed) sebagai penunjuk arah menuju

masing-masing halaman pura agar jelas, sehingga tidak membingungkan wisatawan

Implementasi aspek pawongan tampaknya masih perlu ditingkatkan dalam

pengelolaan daya tarik wisata di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul. Kesigapan petugas

dalam melayani wisatawan, memberikan informasi yang lengkap dan menarik kepada

wisatawan perlu mendapat perhatian. Fenomena yang sama juga ditemukan dalam

pengelolaan daya tarik wisata Goa Gajah (Pratnyawati, 2013: 128).

Aspek Palemahan

Pasca ditetapkannya Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul sebagai warisan budaya

dunia oleh Unesco pada tanggal 29 Juni 2012, sejumlah pembenahan telah dilakukan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten Badung dan Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar

bekerjasama dengan pemilik dan/atau masyarakat setempat.

Penataan jalan di depan Pura Taman Ayun, pemindahan pedagang, dan tempat parkir

menimbulkan kesan yang lebih baik, asri dan nyaman bagi wisatawan (lihat foto 6 di bawah).

Page 137: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

122

Foto 6. Penataan jalan di depan Pura Taman Ayun

Pada saat penelitian ini dilaksanakan yakni awal Juni 2015, tampak dua pedagang

asongan yang berjualan di jalan setapak menuju Pura Taman Ayun. Fenomena ini dapat

dikatakan sebagai resistensi para pedagang setelah mereka direlokasi ke sebelah selatan jalan

utama di depan Pura taman Ayun. Petugas keamanan tidak menegur pedagang tersebut

sehingga mengurangi keindahan panorama jalan setapak menuju ke Pura Taman Ayun.

Penataan lingkungan juga dilakukan di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Gianyar.

Pihak pengelola yakni masyarakat Manukaya, Tampaksiring telah melakukan upaya

kebersihan lingkungan dengan menempatkan tempat sampah pada ruang publik seperti di

sekitar wantilan, di dekat toilet dan jalan setapak di sisi timur pura.

Page 138: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

123

SIMPULAN

Berdasarkan paparan di depan maka beberapa simpulan dapat ditarik sebagai berikut.

1. Komponen Tri Hita Karana (Parhyangan, Pawongan, dan Palemahan) telah

diimplementasikan dalam pengelolaan Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul

sebagai daya tarik wisata.

2. Larangan dan pembatasan akses kepada wisatawan untuk memasuki halaman

utama/jeroan pura adalah representasi aspek Parhyangan dalam menjaga kesakralan

dan kesucian pura. Dalam praktik di lapangan terjadi pula turistifikasi atau

komodifikasi terhadap pura sebagai tempat suci.

3. Aspek Pawongan diimplementasikan dengan menjaga hubungan yang harmonis

sesama manusia terutama antara pengelola dengan wisatawan, dalam bentuk

pelayanan, pemberian informasi, pemasangan tanda-tanda atau signed dan fasilitas

kepada wisatawan di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul. Dalam konteks

pariwisata, aspek Pawongan perlu ditingkatkan untuk mewujudkan pariwisata yang

berkelanjutan.

4. Penataan lingkungan fisik di sekitar Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul semakin

meningkat setelah keduanya ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Penataan fisik

dan fasilitas penunjang di Pura Taman Ayun dan Pura Tirta Empul merupakan

representasi aspek Palemahan dari filosofi Tri Hita Karana. Fasilitas penunjang

seperti toilet, jalan keliling di sekitar pura, dan kebersihan lingkungan telah ditata

dengan baik sehingga dapat menambah daya tarik dan memberikan kenyamanan serta

kemudahan bagi wisatawan.

5. Pelabelan warisan budaya dunia ternyata belum memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan ke Pura Taman Ayun dan Pura Tirta

Empul.

Page 139: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

124

Daftar Pustaka

Ardika, I Wayan. 2015. Warisan Budaya. Perspektif Masa Kini. Denpasar: UdayanaUniversity Press.

Ardika, I Wayan. 2007. Pariwisata & Pusaka Budaya. Denpasar: Pustaka larasan.Bryan Fay. 2004. Filsafat Ilmu Sosial Kontemporer. Yogyakarta : Penerbit Jendela.Chheang, Vannarith. 2011. “Angkor Heritage Tourism and Tourist Perceptions”. Tourismos:

An International Multidisciplinary Journal of Tourism. Vol. 6, No. 2. pp: 213-240.Cooper, Chris, John Fletcher, Alan Fyall, David Gilbert, Stephen Vanhill. 2005. Tourism

Principles and Practice. 3rd edition. Edinburgh Gate: Pearson Education Limited.Grader, G.J. 1960. The State Temples of Mengwi. Dalam Wertheim, W.F. 1960. Bali Studies

in Life, Thought, and Ritual. pp: 155-186. The Hague and Bandung: W. Van HoeveLtd.

Hardesty, Donald, L and Barbara J. Little. 2009. Assessing Site Significance. New York.Altamira Press.

Hitchcock, M. Victor T.King and Michael Parnwell (eds). 2010. Heritage Tourism inSoutheast Asia. Singapore: Nias Press.

Koentjaraningrat. 1989. “Metode Wawancara”. Dalam Metode-Metode PenelitianMasyarakat (Koentjaraningrat, red.). Jakarta, Penerbit PT Gramedia. Halaman 129-157.

Lansing, Steve and Julia N. Watson. 2012. Guide to Bali’s Unesco World Heritage. “ TriHita Karana: Cultural Landscape of Subak and Water Temple”. “2012 Unesco

World Heritage List”.Lipe, William. 1984. Value and meaning in cultural resource. Dalam Cleere, H. (ed), 1984.

Approaches to the Archaeological Heritage. pp: 1-11. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Madiasworo, Taufan, Gunawan Tjahjono, Budhy Tjahjati, Subur Budhisantoso 2014.Sustainable Heritage Area Management Model Study on Environmental Wisdom in

Taman Ayun area, Badung Regency, Bali Province. Australian Journal of Basic andApplied Sciences. 8 (10): 219-225.

Miles, M.B. dan A.M. Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber tentangMetode-Metode Baru (Tjetjep Rohindi, penerjemah). Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia.Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Kualitatif : Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.Pemerintah Provinsi Bali. 2012. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012

tentang Kepariwisataan Budaya Bali. Denpasar: Pemerintah Provinsi BaliPicard, Michel. 2006. Bali. Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata. Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia dan Ecole francaise d’Extreme-Orient.Pitana, I Gde, I Ketut Surya Diarta. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi.Pratnyawati, Tjok Sri Bulan. 2013. Pengelolaan Daya Tarik Wisata Goa Gajah dalam

Perspektif Tri Hita Karana. Tesis. Denpasar: Program Pascasarjana UniversitasUdayana.

Setiawan, I Ketut. 2011. Komodifikasi Pusaka Budaya Pura Tirta Empul dalam konteksPariwisata Global. Disertasi. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Surata, Sang Putu Kaler. 2013. Lanskap Budaya Subak. Belajar dari masa lalu untukmembangun masa depan. Denpasar: Universitas Mahasaraswati Press.

Page 140: LAPORAN AKHIR HIBAH GRUP RISET UNIVERSITAS UDAYANA · arkeologi di Aliran Sungai Pakerisan di Kabupaten Gianyar, pura Taman Ayun di Kabupaten Badung, dan Kawasan subak Catur Angga

125

Taylor Steven J dan Robert Bogdan. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods TheSearch for Meaning. New York : John Wuley & Sons.