laporan akhir dcp

Upload: anwar-van-jordan

Post on 15-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    1/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan iBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Kata Pengantar

    Sesuai dengan Kontrak Kerja Nomor : 074/038/VI/2006, tanggal 20 Juni

    2006 antara Satuan Kerja Sementara BRR Perencanaan Umum, Perencanaan

    Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan, Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh

    Darussalam dengan PT.Wastuwidyawan - CV.Geubi Karya Konsultan tentang

    Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa (Village

    Planning dan DED) Di Kecamatan Prioritas Provinsi Nanggroe Aceh

    Darussalam Paket A (10 Desa), maka bersama ini kami sampaikan buku Laporan

    Akhir tentang :

    Perencanaan dan Nota Perhitungan

    ( Desa Meunasah Cot Kec. Lhoong Kab. Aceh Besar )

    Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan ini berisi tentang Latar

    Belakang Proyek, Survey Pendahuluan, Kriteria Perencanaan dan Analisa

    Perhitungan.

    Demikian Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan ini kami sampaikan,

    atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

    Banda Aceh, Desember 2006

    PT. Wastuwidyawan

    bekerjasama dengan

    CV.Geubi Karya Konsultan

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    2/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    ii

    Daftar IsiHalaman

    Kata Pengantar .. i

    Daftar Isi ... ii

    Daftar Tabel .. vi

    Daftar Gambar .. viii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang I-11.2. Maksud, Tujuan dan Sasaran ... I-21.3. Nama dan Organisasi Pengguna Jasa .. I-31.4. Lingkup Pekerjaan .......... I-3

    1.4.1.Lingkup Wilayah .. I-31.4.2.Lingkup Kegiatan .. I-3

    1.5.

    Keluaran / Pelaporan .. I-4

    BAB II SURVEY PENDAHULUAN

    2.1. Survey Topografi . II-12.1.1. Umum . II-12.1.2. Pemasangan Benchmark (BM) ... II-12.1.3. Pengukuran Kerangka Horisontal (Poligon) .. II-12.1.4. Pengukuran Kerangka Vertikal .. II-22.1.5. Potongan Memanjang dan Melintang II-22.1.6. Penggambaran II-2

    2.2. Survey DCP . II-32.2.1. Latar Belakang ... II-32.2.2. Maksud dan Tujuan ............ II-32.2.3. Ketentuan-ketentuan Pelaksanaan .. II-32.2.4. Alat yang Digunakan .. II-42.2.5. Spesifikasi Alat .. II-42.2.6. Prosedure Percobaan II-42.2.7. Hasil dan Pembahasan II-5

    2.3. Survey LHR . II-62.3.1. Tujuan .... II-62.3.2. Lingkup Pekerjaan............ II-62.3.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data .. II-72.3.4. Dasar Teori Perhitungan LHR.. II-82.3.5. Komposisi Lalu Lintas.. II-102.3.6. Volume Lalu Lintas Harian Rencana II-102.3.7. Tipe Jalan .. II-112.3.8. Bagian-bagian Jalan .. II-112.3.9. Dasar Perencanaan Infrastruktur Jalan Desa II-13

    BAB III KRITERIA PERENCANAAN

    3.1. Perencanaan Jalan . III-13.1.1. Standar Teknis Jalan Desa ... III-13.1.2. Definisi, Singkatan dan Istilah ... III-23.1.3. Batas-Batas Penggunaan ... III-43.1.4. Penggunaan . III-5

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    3/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    iii

    3.1.5. Perkerasan Jalan ........ III-53.1.5.1. Tanah Dasar ... III-53.1.5.2. Lapis Pondasi Bawah. III-63.1.5.3. Lapis Pondasi. III-63.1.5.4.

    Lapis Permukaan .... III-63.1.6. Parameter Perencanaan .. III-7

    3.1.6.1. Jumlah Jalur dan koefisien DistribusiKendaraan .... III-7

    3.1.6.2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan .. III-83.1.6.3. Lalu Lintas Harian Rata-rata dan

    Rumus-rumus Lintas Ekivalen .. III-8

    3.1.7. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR. .. III-93.1.8. Faktor Regional (FR) .. III-103.1.9. Indeks Permukaan (IP) ... III-11

    3.1.10. Koefisien Kekuatan Relatif (a) III-12

    3.1.11. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan... III-143.1.12. Pelapisan Tambahan ......... III-153.1.13. Konstruksi Bertahap ......... III-153.1.14. Pertimbangan Drainase....... III-163.1.15. Geometri Jalan III-163.1.16. Tempat Persimpangan ........ III-173.1.17. Tanjakan Jalan III-173.1.18. Tikungan pada Tanjakan Curam. III-183.1.19. Bentuk Badan Jalan ......... III-193.1.20. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam .. III-203.1.21. Permukaan Jalan III-203.1.22. Bahu Jalan ......... III-213.1.23. Pemadatan Tanah III-223.1.24. Perlindungan Tebing III-223.1.25. Saluran Pinggir Jalan III-243.1.26. Gorong-gorong... III-253.1.27. Pembuangan dari Saluran Samping & Gorong-Gorong III-283.1.28. Stabilization III-283.1.29. Pembangunan Jalan di Daerah Rawa .. III-29

    3.2. Perencanaan Drainase . III-313.2.1. Maksud dan Tujuan ........ III-31

    3.2.1.1. Maksud ............ III-313.2.1.2. Tujuan .......... III-31

    3.2.2. Ruang Lingkup . ... III-313.2.3. Pengertian . III-313.2.4. Persyaratan-persyaratan . III-323.2.5. Ketentuan-ketentuan ........ III-32

    3.2.5.1. Umum ............ III-323.2.5.2. Saluran Samping Jalan .............. III-32

    3.2.6. Gorong-gorong Pembuang Air... III-343.2.7. Menentukan Debit Aliran... III-363.2.8. Penampang Basah Saluran Drainase dan Gorong-gorong.. III-433.2.9. Tinggi Jagaan Saluran Samping III-443.2.10. Kemiringan Saluran Samping dan Gorong-gorong III-453.2.11. Kemiringan Tanah III-45

    3.3. Perencanaan Sistim Air Bersih III-463.3.1.

    Ruang Lingkup... III-463.3.2. Pengertian . III-46

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    4/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    iv

    3.3.3. Ketentuan-ketentuan III-473.3.3.1. Fungsi ......... III-473.3.3.2. Pemasangan Pipa Distribusi ........... III-47

    3.3.4

    Pekerjaan Galian . ....................... III-473.3.5. Pekerjaan Pengurugan.... III-483.3.6. Pekerjaan pemasangan pipa. III-503.3.7. Testing Pekerjaan Pipa... III-523.3.8. Pekerjaan Penggelontoran atau Flushing III-533.3.9. Lapisan pelindungan pipa ... III-533.3.10. Trust block . III-543.3.11. Pipa driving .. III-543.3.12. Jembatan pipa.. III-553.3.13. Alat Ukur .. III-553.3.14. Pekerjaan Pemasangan Alat Pelengkap.. III-563.3.15. Kriteria Perencanaan . III-57

    3.4. Perencanaan Sanitasi/Sistim Air Kotor III-653.4.1. Umum .. III-653.4.2. Bangunan Atas ( Jamban ) III-65

    3.4.3. Septic Tank ( tangki septik ) III-693.4.4. Kriteria Perencanaan . III-71

    3.5. Perencanaan Persampahan ......... III-783.5.1. Umum.......... III-783.5.2. Pengertian .......... III-783.5.3. Syarat TEknis . III-803.5.4. Cara Penanganan Sampah ............................................... III-823.5.5. Pewadahan Sampah. III-863.5.6. Pengumpulan Sampah III-883.5.7. Pemindahan Sampah .. III-903.5.8. Optimalisasi Peran Serta Masyarakat III-92

    3.6. Kriteria Perencanaan Listrik . III-933.6.1. Umum .. III-933.6.2. Instalasi Listrik Desa . III-933.6.3. Persyaratan Dasar . III-943.6.4. Perancangan .. III-96

    3.6.4.1. Umum . III-96

    3.6.4.2. Karakteristik Suplai . III-97

    3.6.4.3. Macam Kebutuhan Listrik ... III-97

    3.6.4.4. Suplai Darurat III-97

    3.6.4.5. Kondisi Lingkungan .. III-97

    3.6.5. Pemasangan Kabel Bawah Tanah .. III-98

    3.6.5.1. Umum III-98

    3.6.5.2. Kontruksi Kabel III-98

    3.7. Perencanaan Telepon ... III-1103.7.1. Jaringan Lokal III-110

    3.7.2. Saluran Lokal Kabel Tembaga .. III-111

    3.7.3. Rendaman Saluran Lokal .. III-112

    3.7.4. Sistem Jaringan Mesh Dengan Jala Jala . III-113

    3.7.5. Sistem JAringan Mesh Bintang .. III-114

    3.7.6. Methoda Routing . III-114

    3.8. Perencanaan Lansekap Desa ..... III-1163.8.1.

    Relasi antara Desain Tapak dengan Alam .............................. III-1163.8.2. Ruang Kawasan... III-116

    3.8.3. Pohon/Tanaman Setempat dan Lokal ..................................... III-116

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    5/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    v

    BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

    4.1. Analisa Perhitungan Struktur Jalan IV-14.1.1. Data Yang Diperlukan IV-14.1.2.

    Standar Perencanaan IV-14.1.3. Penggunaan Nomogram. IV-3

    4.1.4. Pelaksanaan IV-44.1.5. Bagan Alir Perencanaan Teknis Jalan ... IV-64.1.6. Data-data Teknis Perencanaan .. IV-94.1.7. Analisa Perhitungan Perencanaan Jalan Baru. IV-9

    4.2. Analisa Perhitungan Drainase. IV-104.2.1. Bagan Alir Analisa Perhitungan Drainase IV-104.2.2. Tahapan Analisa Perhitungan .. IV-12

    4.2.2.1. Analisa Perhitungan Hidrologi ..... IV-124.2.2.2. Analisa Perhitungan Hidrolika .. IV-154.2.2.3. Perhitungan Volume Pekerjaan dan RAB . IV-16

    4.2.3. Bagan Alir Perhitungan.. IV-174.2.3.1. Perhitungan Debit Aliran Air.. IV-174.2.3.2. Perhitungan Dimensi Saluran IV-18

    4.2.4. Perhitungan Hidrologi dan Hidrolika .. IV-194.3. Analisa Perhitungan Air Bersih . IV-20

    4.3.1. Kriteria Perencanaan . IV-204.3.2. Kondisi Eksisting dan Rencana Pengembangan IV-27

    4.3.2.1.Jumlah Penduduk danProyeksi Pertumbuhan Penduduk ... IV-27

    4.3.2.2.Kondisi yang ada IV-294.3.3. Rencana Pengembangan Sistim Air Bersih Pedesaan... IV-29

    4.3.3.1. Sumber Air Baku .. IV-294.3.3.2. Rencana Sistem Yang akan dating . IV-30

    4.4. Analisa Perhitungan Air Kotor IV-314.4.1. Jamban Umum IV-31

    4.4.1.1.Bangunan Atas.. IV-314.4.1.2.Bangunan Bawah.. IV-334.4.1.3.Bidang Resapan IV-33

    4.5. Analisa Perhitungan Persampahan. IV-344.6. Analisa Perhitungan Kelistrikan. IV-36

    4.6.1. Kebutuhan Daya Terpasang . IV-374.6.2. Peramalan Beban .. IV-384.6.3. Kapasitas Trafo . IV-384.6.4. Pemilihan Cut Out (CO) IV-394.6.5. Diameter Kabel. . IV-434.6.6. Manhole . IV-43

    4.7. Analisa Perhitungan Telepon . IV-444.8. Analisa Perencanaan Lansekap Desa . IV-45

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan . V-15.2 Saran-saran . V-2

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    6/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    vi

    Daftar Tabel

    Halaman

    Tabel 3.1.1. Jumlah Jalur Berdasarkan Lebar Perkerasan III-7

    Tabel 3.1.2. Koefisien Distribusi III-7

    Tabel 3.1.3. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan III-8

    Tabel 3.1.4. Faktor Regional (FR) III-11

    Tabel 3.1.5. Indeks Permukaan Pada Akhir, Umur REncana (IP) III-11

    Tabel 3.1.6. Indeks Permukaan Pada Awal Umur REncana (IPo) III-12

    Tabel 3.1.7. Koefisien Kekuatan Relatif (a) .. III-13

    Tabel 3.1.8. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan III-14

    Tabel 3.1.9. Nilai Kondisi Perkerasan Jalan ........... III-15

    Tabel 3.2.1. Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material . III-33

    Tabel 3.2.2. Hubungan kemiringan saluran samping jalan (i)

    dan jenis material . III-33

    Tabel 3.2.3. Hubungan kemiringan saluran samping jalan (i)

    dan jarak pematah arus (L) III-34

    Tabel 3.2.4. Variasi fungsi periode ulang (Yt) ........................................... III-36

    Tabel 3.2.5. Nilai Yang Tergantung Pada n ( nY ) ........................................... III-37

    Tabel 3.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n) . III-38

    Tabel 3.2.7. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan . III-40

    Tabel 3.2.8. Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran ( C ).. III-41

    Tabel 3.2.9. Hubungan Kemiringan talud dan besarnya debit .............................. III-43

    Tabel 3.3.1. Lebar Galian Yang Dianjurkan III-48

    Tabel 3.3.2. Standar Untir Mur Pada Sambungan Pipa Flens . III-50

    Tabel 3.3.3. Difleksi pada Tanah yang Lembek .. III-51

    Tabel 3.3.4. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan

    Push Joint Pada Tanah Keras . III-52

    Tabel 3.3.5. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan

    Mechanical Joint Pada Tanah Keras III-52

    Tabel 3.3.6. Kebocoran Yang Diijinkan/km saat Pengujian Pipa... III-53

    Tabel 3.3.7. Bahan Pelapisan Pipa Baja dan Fitting III-53

    Tabel 3.3.8. Spesifikasi Lebar Jacking Pit dan Lubang Penerima . III-54

    Tabel 3.3.9. Dimensi Rumah Meter Air . III-55

    Tabel 3.4.1. Alternatif Pemakaian Bahan Bangunan Untuk Tangki Septik ... III-70

    Tabel 3.4.2. Type Jamban ... III-71

    Tabel 3.4.3. Ukuran Septik Tank Berdasarkan Jumlah Pemakai III-72

    Tabel 3.4.4. Bidang Resapan .. III-73

    Tabel 3.5.1. Jenis Peralatan dan Sumber Sampah .... III-91

    Tabel 3.5.2. Jenis Peralatan .. III-94

    Tabel 4.1.1. Data Teknis Perencanaan Jalan IV-#

    Tabel 4.2.1. Data hujan yang dipakai .. IV-#Tabel 4.2.2. Perhitungan parameter dasar statistik data hujan IV-#

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    7/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    vii

    Tabel 4.2.3 Perbandingan hasil perhitungan statistik data hujan

    dengan parameter sebaran standar. .. IV-#

    Tabel 4.2.4. Metode analisis perhitungan distribusi frekuensihidrologi yang digunakan. IV-#

    Tabel 4.2.5. Perhitungan Peringkat peluang periode ulang

    hujan rancangan .. IV-#

    Tabel 4.2.6 Perhitungan Uji kesesuaian distribusi frekuensi IV-#

    Tabel 4.2.7. Perhitungan Intensitas hujan dan Debit Rencana tiap saluran IV-#

    Tabel 4.2.8. Perhitungan Debit Rencana Komulatif Saluran... IV-#

    Tabel 4.2.9. Perhitungan Dimensi Saluran.. IV-#

    Tabel 4.3.1. Kebutuhan Air Bersih . IV-28

    Tabel 4.3.2. Proyeksi Kebuthan Air Bersih Desa s/d th 2016 IV-33

    Tabel 4.5.1. Perhitungan Kebutuhan Sarana Persampahan Desa .. IV-39

    Tabel 4.6.1. Kebutuhan Daya Terpasang Desa .. IV-37

    Tabel 4.6.2. Peramalan Beban . IV-38

    Tabel 4.7.1. Standar Kebutuhan Fasilitas Telekomunikasi IV-40

    Keterangan :

    Halaman IV-# : Yang dimaksud # adalah lampiran pada sub bab tersebut

    (tidak ada nomor halaman.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    8/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. WastuwidyawanBekerjasama dengan

    CV. Geubi Karya Konsultan

    viii

    Daftar Gambar

    Halaman

    Gambar 3.1. Potongan Melintang Jalan ................................................................ II-2

    Gambar 3.1.1. Susunan Lapis Perkerasan Jalan III-5

    Gambar 3.1.2. Korelasi DDT dan CBR III-10

    Gambar 3.2.1. Sistem Drainase Permukaan III-32

    Gambar 3.2.2. Pematah Arus .. III-34

    Gambar 3.2.3. Bagian Gorong-gorong III-35

    Gambar 3.2.4. Tipe Penampang Gorong-gorong ... III-35

    Gambar 3.2.5. Kurva Basis .. III-39

    Gambar 3.2.6. Kemiringan Tanah .. III-45

    Gambar 3.5.1. Bin atau Sampah yang Terbuat dari Plastik .. III-89

    Gambar 3.5.2. Perletakan Wadah Sampah Non-Permanen .. III-90

    Gambar 3.5.3. Armada Pengumpul Sampah Dengan Ukuran Kecil . III-92

    Gambar 3.5.4. Truk Pengangkut Sampah . III-92

    Gambar 3.5.5. Kontainer yang Terbuat dari Plastik/Fiber dan Logam .. III-93

    Gambar 3.5.6. Perletakan Kontainer pada Tempat Tertutup ... III-94

    Gambar 3.5.7. Skema Pengelolaan Sampah pada Kawasan Perumahan .. III-94

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    9/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan I - 1Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Bab I

    Pendahuluan

    1.1. LATAR BELAKANGWilayah bencana gempa dan tsunami Provinsi NAD dan Nias sepanjang garis

    pantai menimbulkan kerusakan fisik dan non fisik (ekonomi, sosial dan budaya)

    dengan tingkat keselamatan penduduk bervariasi antara 10%-60%. Besarnya

    korban jiwa dan kerusakan wilayah terbangun menyebabkan hilangannya mata

    pencaharian masyarakat sehingga tingkat kesejahteraan masyarakat menurun

    drastis.

    Tingkat kerusakan yang terjadi bervariasi dan mencakup seluruh sektor, antara lain: Perumahan, fasilitas umum dan sosial hancur Desa satu dengan yang lainnya banyak yang terputus Infrastruktur desa mengalami kerusakan cukup parah Area pedesaan banyak mengalami penggerusan, tergenang atau tenggelam Banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian karena

    tidak dapat kembali bekerja ditempat tinggal asalnya.

    Secara umum, besarnya korban jiwa dan kerusakan fisik/non-fisik pada desa-desa

    wilayah bencana (pada area rural / kota) dikarenakan tidak adanya perencanaan

    mitigasi bencana pada wilayah terbangun.

    Perencanaan desa merupakan bagian kegiatan pelaksanaan konsep perencanaan

    spasial top-down dan bottom-up yang tertera dalam blue print BRR NAD-Nias.

    Perencanaan desa merupakan proses perencanaan bottom-up pada wilayah desa

    yang terkena bencana, dengan pendekatan berbasis partisipasi masyarakat dan

    mitigasi bencana guna menata ulang, mengembangkan desa yang lebih baik sebagai

    dasar membentuk masa depan masyarakat, serta memberikan arahan spasial lebih

    lanjut hingga tingkat implementasi fisik.

    Berbekal pengalaman pelaksanaan kegiatan perencanaan desa selama ini

    berkembang issue-issue sebagai berikut:1) Produk perencanaan desa yang dihasilkan tidak memiliki suatu standar

    perencanaan spasial yang baik dan kurang aplikatif menunjang konstruksi

    perumahan pasca bencana.

    2) Tidak meratanya kegiatan perencanaan desa pada seluruh wilayah bencana

    dan cenderung terfokus pada wilayah kota Banda Aceh, Aceh Besar, sebagian

    Aceh Jaya dan sebagainya.

    3) Amat kurangnya produkDetail Engineering Design (DED)perencanaan desa

    sebagai pedoman implementasi pembangunan di lapangan.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    10/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan I - 2Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Strategi untuk masalah tersebut diatas, maka perencanaan desa yang akan

    dilaksanakan harus dapat menyikapi permasalahan yang ada. Dimana paket

    pekerjaan perencanaan desa akan menggabungkan pekerjaan spasial planning, dan

    pekerjaan Detail Engineering Design sehingga dapat dijadikan pedoman

    pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi desa-desa yang hancur karena bencanagempa dan tsunami di Provinsi NAD.

    1.2. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN1.2.1. Maksud

    Maksud pekerjaan adalah mempercepat proses rehabilitasi dan rekonstruksi desa-

    desa yang terkena bencana melalui perencanaan desa yang berbasis pada partisipasi

    masyarakat dan penyiapan pedoman pelaksanaan fisik di lapangan.

    1.2.2. TujuanAdapun tujuan perencanaan desa adalah :

    Mempercepat pemulihan desa agar segera dapat ditempati kembali. Memberdayakan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam merencanakan

    desa melalui peran aktif dalam proses perencanaan.

    Mengembangkan desa yang lebih baik dan aman terhadap bahaya bencana. Mengintegrasikan desa dengan daerah sekitarnya. Menghargai alam dan lingkungan yang terintegrasi dengan kehidupan desa. Mempercepat pemulihan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat desa

    melalui penyediaan ruang dan prasarana serta sarana desa.

    Menindaklanjuti perencanaan desa melalui penyediaan perangkat pelaksanaanfisik di lapangan.

    1.2.3. SasaranSasaran perencanaan desa adalah:

    Terciptanya desa yang lebih tertata, rapi dan indah dengan prasarana dan saranayang memadai.

    Terciptanya desa yang aman terhadap bahaya bencana. Terciptanya desa yang lebih menghargai alam dan lingkungan. Tersusunnya master plan desa sebagai pedoman pembangunan fisik dan non

    fisik.

    Tersusunnya program, indikasi pembiayaan dan pentahapan pembangunandesa.

    Tersusunnya dokumen Village Planning dan Detail Engineering Designinfrastruktur desa sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    11/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan I - 3Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    1.3. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASAPengguna jasa adalah Satuan Kerja BRR Perencanaan Umum, Perencanaan

    Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan.

    1.4. LINGKUP PEKERJAAN1.4.1. Lingkup Wilayah

    Lingkup wilayah pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa (Village

    Planning Dan DED) Di Kecamatan Prioritas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

    Paket A adalah 10 (sepuluh) desa berbasis wilayah antar kabupaten dan kecamatan

    yang diprioritaskan pada desa-desa yang telah dilakukan pemetaan, yang terdiri

    dari:

    a. Kecamatan Lhoong (Desa Lamgeuriheu, Meunasah Cot, Umong Seuribee,Paroi dan Saney)

    b. Kecamatan Lhok Nga (Desa Lam Girek)c. Kecamatan Jaya (Desa Lhuet, Mukhan dan Jambo Masi)d. Kecamatan Pulo Aceh (Desa Rabo)Mengingat dinamika kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang tinggi di lapangan,

    maka diwajibkan bagi konsultan untuk melakukan konfirmasi lokasi kegiatan

    Perencanaan Desa dan Detail Engineering Design kepada pihak Direktorat

    Penataan Ruang dan Pengembangan Kawasan BRR, sebelum pelaksanaan

    kegiatan lapangan dimulai.

    1.4.2. Lingkup KegiatanPelaksanaan kegiatan perencanaan ini menggunakan pedoman teknis Community

    Settlement Planning Technical Guidelines , BRR NAD-Nias, tahun 2006.

    Komponen pekerjaan detail engineering design infrastruktur desa meliputi:

    infrastruktur jalan, drainase, air bersih, air kotor, persampahan, listrik, telepon (jika

    diperlukan), dan lansekap desa.

    1. AcuanDisain produk pekerjaan mengacu kepada:

    Peraturan Umum Bahan Bangunan Tahun 1970 Peraturan Pembebanan Indonesia Tahun 1983 Peraturan Beton Bertulang Tahun 1971 Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI-5 PKKI Tahun 1971 Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) Tahun 1984 Estndar lain yang relefan Bagian-bagian kelengkapan konstruksi, sebaik mungkin menggunakan

    produk dalam negeri dan yang mudah diadakan.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    12/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan I - 4Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2. SurveiSurvei lapangan untuk mengidentifikasi dan menginventarisasi kondisi

    lapangan pada masing-masing komponen pekerjaan.

    3. PengukuranMelakukan pengukuran lapangan , yang meliputi penampang memanjang (longsection) dan penampang melintang (cross section)jalan dan drainase tiap jarak

    50 meter dan untuk tikungan/belokan dengan jarak 25 meter atau disesuaikan

    dengan kondisi lapangan.

    4. Analisa infrastruktur dan lansekap desa Kondisi jaringan jalan, kebutuhan lajur dan lebar jalan, geometrik jalan, dan

    struktur jalan.

    Pemilihan sistim drainase yang digunakan, penanganan dari genangan,hidrologi, hidrolika, perhitungan debit banjir dan penentuan piel banjir,

    serta dimensi saluran serta struktur/konstruksi saluran dan bangunan

    pelengkapnya.

    Sistim dan jeringan air bersih, tingkat pelayanan, perhitungan jeringan dandimensi perpipaan ataupun penggunaan sistim lain untuk penyediaan air

    bersih.

    Teknologi dan kebutuhan prasarana air limbah. Sistim dan pengelolaan persampahan, tingkat pelayanan, kebutuhan

    prasarana dan sarana pembuangan sampah.

    Layout jaringan kabel telepon dan kebutuhan prasarana telepon lainnya. Analisa perletakan titik lampu penerangan jalan lingkungan utama. Menganalisa dan merumuskan tata hijau lansekap kota. Menyusun disain alternatif disain konstruksi masing-masing komponen

    pekerjaan.

    Pemilihan bahan-bahan bangunan yang mudah didapat. Melakukan perhitungan-perhitungan detail teknis dan stabilitas bangunan. Penggambaran teknis dan detai-detailnya pada masing-masing komponen

    pekerjaan.

    Melakukan perhitungan volume pekerjaan dan anggaran biaya pelaksanaandan pengadaan barang pada masing-masing komponen pekerjaan.

    Menyusun spesifikasi teknis berdasarkan gambar-gambar detail untuk jenispekerjaan yang ada.

    1.5. KELUARAN / PELAPORANSeluruh pelaporan disusun dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam

    periode setelah Laporan Interim, TOR dapat mengalami pengembangan seperlunya,

    disesuaikan dengan dinamika lapangan dan perkembangan pemikiran dalam rangka

    membangun NAD yang lebih baik (addendum).

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    13/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan I - 5Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Untuk Laporan DED yang disiapkan dan dikumpulkan adalah:

    a) Laporan Draft Final DEDLaporan ini meliputi:

    Album gambar dalam ukuran kertas A3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan (Design Note)Laporan Draft Final DED dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar hardcopydan

    album peta (ukuran A3), dan 22 (dua puluh dua) softcopy, diserahkan paling

    lambat 16 (enam belas) minggu kalender setelah adanya Surat Perintah Kerja

    (SPK).

    b) Laporan Final DEDLaporan meliputi:

    Album gambar dalam ukuran kertas A3 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS) Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan (Design Note)Laporan Final DED dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar hardcopydan album

    peta (ukuran A3), dan 5 (lima) softcopy, sedangkan laporan final untuk

    masyarakat diserahkan hardcopy dan softcopy masing-masing sebanyak 1(satu). Laporan final DED diserahkan paling lambat 20 (dua puluh) minggu

    kalender setelah adanya Surat Perintah Kerja (SPK).

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    14/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 1Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Bab II

    SURVEY PENDAHULUAN

    Survey Pendahuluan untuk Pekerjaan Perencanaan Teknik (DED) baik Jalan, Drainase, Air

    Bersih maupun lainnya adalah merupakan bagian dari kegiatan penanganan sebelum

    dilakukan peningkatan maupun pemeliharan. Salah satu dari proses Perencanaan Teknik

    tersebut adalah melakukan kegiatan Survey Topografi, DCP dan Survey Lalu lintas.

    2.1. SURVEY TOPOGRAFI2.1.1. Umum

    Yang dimaksudkan Survey Topografi disini adalah kegiatan di lapangan berupa

    pekerjaan pengukuran trace jalan dan saluran drainase pada lokasi pekerjaan yang

    meliputi pengukuran poligon dan sipat datar di seluruh lokasi pekerjaan. Adapun

    tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran umum secara lengkap tentang

    kondisi lapangan baik kondisi prasarana maupun teffrainnya.

    Survey topografi merupakan kegiatan teknis awal yang dilakukan di lapangan. Data

    topografi yang tersedia untuk lokasi rencana didapatkan dari peta masterplan hasil

    perencanaan Desa.

    Pekerjaan survey topografi ini meliputi pekerjaan pemasangan Benchmark (BM)

    sebagai titik tetap, pengukuran titik kontrol vertikal dan horisontal, pembuatan

    tampang memanjang dan melintang jalan dan saluran.

    2.1.2. Pemasangan Benchmark (BM)Benchmark dibuat dari patok beton ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm yang terdiri

    dari campuran semen, pasir dan batu split/kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3.

    Benchmark dipasang di lokasi pekerjaan pada tempat yang mudah dijangkau untuk

    keperluan pengukuran dan aman dari kemungkinan kerusakan akibat pelaksanaan

    pada masa konstruksi ataupun paska konstruksi.

    Setelah selesai pemasangan, patok BM tersebut diikatkan ke referensi BM yang

    sudah ada. Jika di lokasi perencanaan tidak terdapat patok BM yang dapatdigunakan sebagai referensi, maka untuk menentukan elevasi patok BM digunakan

    koordinat lokal.

    2.1.3. Pengukuran Kerangka Horisontal (Poligon)Pengukuran kerangka horisontal / Poligon ini dilakukan dengan tujuan untuk

    mendapatkan titik kontrol Horizontal (X ; Y) dari semua titik tetap (Bench Mark)

    dan titik-titik poligon lainnya serta sebagai pengikat titik horizontal untuk

    keperluan pengukuran situasi dan potongan melintang atau cross section.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    15/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 2Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetri dengan tujuan untuk

    mendapatkan detail - detail permukaan tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan

    benda-benda lain di lokasi pekerjaan di sekitar jalan. Sebagai titik referensi pada

    pengukuran situasi dipakai titik-titik poligon dari patok kayu dan untuk

    pelaksanaan digunakan alat ukur theodolite dengan pengukuran jarak secara optis.

    2.1.4. Pengukuran Kerangka VertikalPengukuran Waterpass (Sipat datar) dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

    titik kontrol vertikal (Z) dari semua titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik poligon

    lainnya serta sebagai pengikat titik tinggi untuk keperluan pengukuran situasi

    detail. Pengukuran dilakukan dengan metode sipat datar menggunakan alat ukur

    waterpass.

    Jalur pengukuran sipat datar utama mengikuti jalur pengukuran poligon sehingga

    dengan demikian juga merupakan jaringan tertutup (kring). Pengukuran sipat datardibuat perseksi dimana tiap seksi dilakukan pengukuran pergi pulang dalam kurun

    waktu 1 (satu) hari.

    2.1.5. Potongan Memanjang dan MelintangPembuatan potongan memanjang dan melintang jalan dan drainase dilakukan lebih

    utama untuk keperluan perencanaan. Potongan melintang dilakukan tiap jarak 50 m

    dan untuk tikungan/belokan tiap jarak 25 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan.

    Oleh karena itu data yang ditampilkan harus lengkap. Untuk potongan melintang

    jalan, data yang ditampilkan adalah :

    1. Elevasi as jalan2. Elevasi tepi jalan3. Elevasi dasar saluran tepi kiri4. Elevasi dasar saluran tepi kanan5. Jarak antar titik.

    Gbr 2.1. Potongan melintang jalan

    2.1.6. PenggambaranPenggambaran hasil pengukuran yang dilakukan adalah :

    Pengambaran potongan memanjang (jalan dan drainase) Penggambaran Potongan melintang (jalan dan drainase) skala 1 : 100

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    16/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 3Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2.2. SURVEY DCP2.2.1. Latar Belakang

    Tanah dasar yang akan digunakan sebagai alas (dasar) perkerasan jalan harusdiketahui sifatnya terlebih dahulu. Dalam perencanaan ini dilakukan penyelidikan

    tanah lapangan dengan sistem random. Sistem ini dilakukan karena untuk

    mengadakan penyelidikan secara teliti sekali tidak memungkinkan, tetapi

    diusahakan mendekati dengan asumsi bahwa tanah homogen.

    2.2.2. Maksud dan Tujuana. Maksud

    Maksud pekerjaan ini adalah untuk menetukan nilai CBR sub base atau base

    course suatu perkerasan secara cepat dan praktis. Bisa dilakukan sebagai

    pekerjaan quality control pekerjaan pembuatan jalan.

    b. TujuanTujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui nilai CBR lapisan tanah

    dasar badan jalan yang dilakukan pada ruas-ruas jalan belum beraspal seperti

    jalan tanah, jalan kerikil, jalan beraspal yang telah rusak hingga tampak

    lapisan pondasinya atau pada daerah rencana pelebaran.

    2.2.3. Ketentuan-ketentuan PelaksanaanPemeriksaan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

    a. Alat DCP (Dutch Cone Penetration) yang dipakai harus sesuai dengan

    ketentuan-ketentuan dan bentuk yang telah ditetapkan.

    b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval 200 m pada sisi kanan dan kiri jalan

    (secara zig zag)

    c. Pemeriksaan dilakukan di tepi perkerasan pada daerah rencana pelebaran jalan

    dan pada permukaan lapisan tanah dasar.

    d. Dilakukan pencatatan ketebalan dan jenis bahan perkerasan yang ada seperti

    lapisan sirtu, lpisan telford, lapisan pasir, dll.

    e. Pemeriksaan dilakukan hingga mencapai kedalaman 90 cm dari permukaan

    lapisan tanah dasar, kecuali bila diketemukan tanah dasar yang sangat keras

    (lapisan batuan).f. Selama pemeriksaan akan dicatat keadaan khusus yang perlu diperhatikan

    seperti timbunan, kondisi drainase, cuaca dan waktu.

    g. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan dicatat dengan jelas.

    h. Data yang diperoleh dari pemeriksaan selanjutnya dicatat dalam forulir

    standar.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    17/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 4Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2.2.4. Alat Yang Digunakan1. Alat DCP Test beserta kelengkapannya, terdiri dari : pemegang (handle),

    penumbuk (hammer), stang pengantar (guide rod), kepala penumbuk (anvil),

    stang penetrasi (penetration rod), konus (cone), mistar penetrasi (penetrationscale), tas alat ( carrying bag) dan kunci pas (open end wrench).

    2. Linggis dan 2 buah kunci Inggris

    Digunakan untuk menggali tanah dasar sebagai tempat kedudukan alat DCP dan

    menarik keluar alat DCP dari dalam tanah.

    3. Blangko pencatat dan alat tulis

    Digunakan untuk mencatat data hasil pengujian.

    4. Tenaga

    Diperlukan 4 orang untuk mendukung kegiatan survey DCP.

    2.2.5. Spesifikasi AlatSpesifikasi alat DCP yang digunakan adalah :

    Konus : Baja yang diperkeras diameter 2 mmSudut kemiringan 60 derajat

    Penumbuk : Berat 8 kg dan Tinggi jatuh 575 mm Mistar penetrasi : 100 cm Stang penetrasi : diameter 16 mm

    Peralatan ini cukup dioperasikan oleh dua orang operator saja. Tanpa memerlukan

    perhitungan khusus, sehingga pekerjaan quality control menjadi cepat dan efisien

    tanpa mengabaikan keterangan hasil pengukuran.

    Disamping itu alat ini didesain khusus agar mudah dibawa kemana-mana, dan alat

    dapat dibongkar pasang dengan mudah dan cepat.

    2.2.6. Prosedur Percobaan Letakkan penetrometer yang telah ditarik di atas permukaan tanah/ sirtu yang

    akan diperiksa. Letakkan alat ini sedemikian rupa sehingga berada dalam posisivertikal, penyimpangan sedikit saja akan menyebabkan kesalahan pengukuran

    yang relatif besar.

    Baca posisi awal penunjukkan mistar ukur (Xo) dalam satuan mm yangterdekat, Penunjukan Xo karena nilai Xo ini akan diperhitungkan pada nilai

    penetrasi. Masukkan nilai Xo ini pada blangko kolom ke 2 (pembacan mistar

    mm) untuk tumbukan n = 0 (baris ke 1)

    Angkat palu penumbuk sampai menyentuh pemegang, lalu lepaskan sehinggamenumbuk landasan penumbuk. Tumbukan ini menyebabkan konus menembus

    tanah/ lapisan sirtu di bawahnya.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    18/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 5Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Baca posisi penunjukan mistar ukur (X1) setelah terjadi penetrasi. Masukkannilai X1 ini pada blangko data kolom ke 2 (pembacaan mistar mm) untuk

    tumbukan n = 1 (baris ke 2)

    Ulangi prosedur 3 dan 4 berulang kali sampai batas kedalaman lapisan yangakan diperiksa. Masukkan dat X2, X3, X4, ..., Xn pada kolom ke 2 blangko datasesuai dengan baris n = 2, n = 3, n = 4, ... n = n

    Isilah kolom ke 3 (penetrasi mm) pada blangko data yaitu selisih antara X1dengan Xo (1, 2, 3, 4, .. n)

    Isilah kolom ke 4 ( tumbukan per 25 mm) dengan rumus : (25/(Xn Xo) x n Dengan menggunakan grafik 1, tentukan nilai CBR yang bersangkutan dengan

    cara sebagai berikut :

    Angka pada kolom 4 dimasukkan pada skala mendatari. Tarik garis vertikal ke atas sampai memotong garfikii. Dari titik perpotongan tersebut, tarik garis horisontal ke kiri sampai

    memotong skala vertikal

    iii. Titik perpotongan tersebut menujukkan nilai CBRnyaiv. Masukkan nilai CBR ini pada kolom ke 5

    Dengan menggunakan grafik 2, tentukan juga nilai CBR yang bersangkutandengan cara sebagai berikut :

    i. Angka pada kolom ke 1 (tumbukan = n) dimasukkan / diplotkan pada skalamendatar

    ii. Tarik garis vertikal ke atasiii. Angka pada kolom ke 3 (penetrasi mm) dimasukkan atau diplotkan pada

    skala vertikal

    iv. Tarik garis horisontal ke kanan yang melalui titik tersebutv. Tentukan titik potong kedua garis tadivi. Tentukan nilai CBR pada titik perpotongan tersebut. (Bila titik potong

    tersebut tidak tepat berada pada nilai CBR tertentu, lakukan interpolasi

    perkiraan nilai antaranya).

    vii. Masukkan nilai CBR ini pada kolom ke 6

    Ambil harga CBR terkecil diantara yang tercantum pada kolom ke 5 dan kolomke 6. Masukkan nilainya pada kolom ke 7.

    ( Form untuk pemeriksaan DCP dapat dilihat pada halaman berikut ).

    2.2.7. Hasil dan PembahasanDari rute sepanjang lokasi penyelidikan dilakukan beberapa titik penyelidikan yang

    kemudian diambil nilai CBR yang mewakili (CBR rata-rata). Kemudian pada arah

    horisontal sepanjang segmen diadakan perhitungan dengan sistem random yang

    selanjutnya diambil CBR desain.

    Untuk menentukan nilai CBR segmen digunakan rumus secara analitis sebagai

    berikut :

    CBR segmen = CBR rata-rata (CBR maks CBR min)

    R

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    19/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 6Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Dimana :

    CBR segmen = Nilai CBR pada bagian atau kelompok pengujian yang mewakili

    satu lokasi.

    CBR maks = Nilai CBR terbesar

    CBR min = Nilai CBR terendahR = Nilai yang didasarkan pada jumlah pengujian pada kelompok

    tersebut sesuai tabel 2.1.

    Tabel 2.1. Nilai R untuk perhitungan CBR segmen

    Jumlah Titik Uji Nilai R

    2 1,41

    3 1,91

    4 2,24

    5 2,48

    6 2,67

    7 2,83

    8 2,96

    9 3,08

    > 10 3,18

    2.3. SURVEY LHRSalah satu dari proses Perencanaan Teknik Jalan adalah melakukan Survey

    Perhitungan Lalu Lintas yang merupakan salah satu tahap proses perencanaan

    teknik jalan. Untuk perencanaan jalan diperlukan suatu kemampuan

    memperkirakan volume lalu lintas yang diharapkan pada jalan yang sedang

    dievaluasi dan menghubungkan volume ini ke salah satu konsep kapasitas jalan.

    2.3.1. TujuanTujuan dari Survey Perhitungan Lalu Lintas adalah untuk mendapatkan informasi

    selengkapnya mengenai keadaan lalu lintas, jenis dan jumlah kendaraan, yang mana

    dari data tersebut dapat dianalisa untuk mendapatkan Lalu Lintas Harian Rata-rata(LHR) untuk menentukan jumlah jalur, jumlah lajur, lebar perkerasan serta bahu

    jalan pada ruas jalan yang akan direncanakan.

    2.3.2. Lingkup Pekerjaan2.3.2.1. Menghitung lalu lintas harian sesuai golongan :

    Golongan 1 = sepeda motor dan roda tiga Golongan 2 = sedan , jeep, station wagon Golongan 3 = oplet, pick up, minibus

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    20/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 7Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Golongan 4 = mikro truk, mobil hantaran Golongan 5 = bus Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

    2.3.2.2. Analisa dataPada tahap ini dilakukan analisa data yang telah diperoleh dari data lapangan.

    Analisa data merupakan analisa masalah yang perlu dilakukan untuk mengetahui

    pokok-pokok bahasan yang akan diolah sehingga akan dapat diketahui cara

    pemecahannya.

    Penggolongan kendaraan yang disurvey dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

    1. Kendaraan ringan (Light Vehicle = LV)

    2. Kendaraan berat (Heavy Vehicle = HV)3. Sepeda motor (Motor Cycle = MC)

    4. Kendaraan tak bermotor (Un Motor = UM)

    Dari data lalu lintas yang didapat akan diperhitungkan perbedaan beban lalu

    lintas yang dikenal sebagai factor ekivalen dalam satuan mobil penumpang

    (SMP) sebagai berikut :

    Tabel 2.2. Satuan Mobil Penumpang

    No. Jenis Kendaraan Satuan Mobil Penumpang

    1. sepeda motor dan roda tiga 0,25

    2. sedan , jeep, station wagon 1,00

    3. oplet, pick up, minibus 1,00

    4. mikro truk, mobil hantaran 1,00

    5. bus 2,50

    6. truk 2 as 2,50

    7. truk 3 as 3,00

    8. kendaraan tak bermotor 0,00

    ( Form untuk kegiatan survei LHR dapat dilihat pada halaman berikut ).

    2.3.3. Pelaksanaan Pengumpulan Data2.3.3.1. Lokasi Survey

    Lokasi Survey Perhitungan Lalu Lintas untuk ruas jalan rencana diambil dua titik,

    yaitu pada pangkal ruas jalan dan pada ujung ruas jalan atau diambil sample

    beberapa tempat jika volume lalu lintas yang ada kecil.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    21/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 8Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2.3.3.2. Alat Yang Digunakan1. Meteran

    Digunakan untuk mengukur keadaan lapangan (lebar badan jalan dan bahu)

    2. Stop watchDigunakan untuk mencatat jumlah tiap jenis kendaraan yang disuvey dalam

    durasi tertentu.

    3. Blangko pencatat dan alat tulis

    Digunakan untuk mencatat jumlah kendaraan selama periode survey.

    4. Pencatat

    Diperlukan 4 orang pada setiap titik survey untuk mencatat semua jenis

    kendaraan yang lewat.

    2.3.4. Dasar Teori Perhitungan LHR2.3.4.1. Survei Volume Lalu Lintas

    Menurut Malkamah (1995), survei dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

    data dan informasi selengkapnya tentang keadaan lalu lintas, jenis dan jumlah

    kendaraan, yang mana dari data tersebut dapat dianalisa untuk mendapatkan Lalu

    Lintas Harian Rata-rata (LHR) guna menentukan jumlah lajur, lebar perkerasan

    serta bahu jalan pada ruas jalan yang akan direncanakan.

    Data yang diperoleh dapat berupa data primer maupun data sekunder. Survei

    dilakukan bila benar-benar perlu dan data tersebut tidak dapat diperoleh secara

    sekunder.

    Hobbs (1995) menyatakan bahwa survei-survei diperlukan untuk banyak tujuan

    dan agar dapat dilakukan secara efisien, maka tujuan survei harus didefinisikan

    dengan jelas. Survei harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, dikompilasi secara

    benar dengan format penyusunan data yang baik sehingga :

    a.Validitas tinggib.Dapat digunakan optimal oleh berbagai pihak untuk berbagai keperluanc.Dapat diolah dengan data yang laind.Mudah dicari dan dipanggil kembaliSedangkan survei volume lalu lintas dilakukan dengan mencatat setiap kendaraanyang lewat di suatu titik yang mewakili ruas jalan yang bersangkutan sehingga

    didapat :

    a.Pola arus lalu lintas (jam, hari, bulan, tahun)b.Volume lalu lintas tiap pergerakanc.Komposisi kendaraand.Data untuk memprediksi arus lalu lintas yang akan datange.Tingkat okupansi kendaraan.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    22/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 9Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2.3.4.2. Kendaraan RencanaKendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai

    sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Kendaraan rencana dikelompokkan

    dalam beberapa kategori yaitu :

    a Kendaraan Ringan / Kecil (LV)Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat

    roda dan dengan jarak as 2,0 m 3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet,

    mikrobus, pick up dan truck kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

    b Kendaraan Sedang (MHV)Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 m - 5,0 m (termasuk

    bus kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina

    Marga).

    c Kendaraan Berat / Besar (LB-LT)i. Bus Besar (LB)

    Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 6,0 m.

    ii. Truck Besar (LT)Truck tiga gandar dan truck kombinasi tiga, jarak gandar (gandar pertama

    ke dua) < 3,5 m (sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

    d Sepeda Motor (MC)Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda (meliputi : sepeda motor dan

    kendaraan roda 3 sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).

    e

    Kendaraan Tak Bermotor (UM)Kendaraan dengan roda yang digerakan oleh orang atau hewan (meliputi :

    sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina

    Marga).

    Kendaraan tak bermotor tidak dianggap sebagai bagian dari arus lalu lintas tetapi

    sebagai unsur hambatan samping. Dimensi dasar untuk masing-masing kendaraan

    rencana ditunjukan dalam tabel 2.3.

    Tabel 2.3. Dimensi Kendaraan Rencana

    Kategori

    Kendaraan

    Rencana

    Dimensi Kendaraan

    (cm)

    Tonjolan

    (cm)

    Radius Putar

    (cm)

    Radius

    Tonjolan

    (cm)

    Tinggi Lebar Panjan

    g

    Depan Belakang Min Maks

    Kecil 130 210 580 90 150 420 730 780

    Sedang 410 260 1210 210 240 740 1280 1410

    Besar 410 260 2100 120 90 290 1400 1370

    (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat

    Jenderal Bina Marga, 1997)

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    23/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 10Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2.3.5. Komposisi Lalu LintasVolume Lalu Lintas Harian Rata-rata (VLHR), adalah prakiraan volume lalu-

    lintas harian pada akhir tahun rencana lalu-lintas dinyatakan dalam smp/hari.

    a Satuan Mobil Penumpang (SMP)Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah diubah

    menjadi kendaraan ringan (termasuk mobil penumpang) dengan menggunakan

    smp.

    b Ekivalen Mobil Penumpang (emp)Faktor konversi berbagai jenis kendaraan dibandingkan dengan mobil

    penumpang atau kendaraan ringan lainnya sehubungan dengan dampaknya

    pada perilaku lalu-lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan

    lainnya, emp = 1,0).

    Tabel 2.4. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)

    No Jenis Kendaraan Datar / Bukit Gunung

    1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0

    2 Pick-Up, Bus Kecil, Truck Kecil 1,2 - 2,4 1,9 3,5

    3 Bus dan Truck Besar 1,2 5 0 2,2 6,0

    (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan

    Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

    2.3.6. Volume Lalu Lintas Harian RencanaVolume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas

    harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam smp / hari. Volume

    Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun

    rencana lalu lintas, dinyatakan dalam smp / jam, dihitung dengan rumus :

    F

    KxVLHRVJR=

    dimana :

    K : disebut faktor K adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk.

    F : disebut faktor F adalah faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jamdalam satu jam

    VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas lainnya

    yang diperlukan. Faktor K dan F yang sesuai dengan VLHR dapat dilihat pada tabel

    2.5.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    24/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 11Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Tabel 2.5. Penentuan faktor K dan faktor F berdasarkan volume LHR

    VLHR FAKTOR K (%) FAKTOR F (%)

    > 50.000

    30.000-50.000

    10.000-30.000

    5.000-10.000

    1.000-5.000

    < 1.000

    4 - 6

    6 - 8

    6 - 8

    8 - 10

    10 - 12

    12 - 16

    0.9 1

    0.8 1

    0.8 1

    0.6 0.8

    0.6 0.8

    < 0.6

    (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum

    Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

    2.3.7. Tipe JalanTipe jalan menentukan jumlah lajur dan arah pada suatu segmen jalan, untuk jalan-

    jalan luar kota sebagai berikut :

    a 2 lajur 1 arah (2 / 1)b 2 lajur 2 arah tak terbagi (2 / 2 TB)c 4 lajur 2 arah tak terbagi (4 / 2 TB)d 4 lajur 2 arah terbagi (4 / 2 B)e 6 lajur 2 arah terbagi (6 / 2 B)Keterangan : TB = tidak terbagi, B = terbagi

    2.3.8. Bagian-Bagian Jalan1. Jalur Lalu Lintas

    Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas

    kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan. Jalur lalu lintas dapat

    terdiri dari beberapa lajur. Batas jalur lalu lintas dapat berupa :

    a Medianb Bahuc Trotoard Pulau jalane SeparatorLebar jalur minimum adalah 4,5 meter, memungkinkan 2 kendaraan kecil

    saling berpapasan. Papasan dua kendaraan besar yang terjadi sewaktu-waktu

    dapat menggunakan bahu jalan.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    25/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 12Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    2. LajurLajur adalah bagian lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur

    jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor

    sesuai kendaraan rencana.Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas memerlukan

    kemiringan normal sebagai berikut :

    a 2 3 % untuk perkerasan aspal dan perkerasan betonb 4 5 % untuk perkerasan kerikilLebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal

    ini dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam tabel 2.6.

    Tabel 2.6. Lebar lajur jalan yang ideal

    Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal (m)

    Arteri I

    II, III A

    3,75

    3,50

    Kolektor III A, III B 3,00

    Lokal III C 3,00

    (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan

    Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

    3. Bahu JalanBahu jalan adalah bagian jalan yang terletak di tepi jalur lalu lintas dan harusdiperkeras. Kemiringan bahu jalan normal antara 3 5 %. Fungsi bahu jalan

    adalah sebagai berikut :

    a Lajur lalu lintas darurat, tempat berhenti sementara, dan tempat parkirdarurat.

    b Ruang bebas samping bagi lalu lintas.c Sebagai penyangga untuk kestabilan perkerasan jalur lalu lintas.

    Tabel 2.7. Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan.

    VLHRSmp / Hari

    Arteri Kolektor Lokal

    Ideal Min Ideal Min Ideal Min

    Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu

    25000 2nx

    3.5

    2.5 2nx

    3.5

    2.0 2nx

    3.5

    2.0

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    26/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 13Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Keterangan :

    2 = 2 jalur,

    n = jumlah-lajur per jalur,

    n x 3.5 = lebar per jalur

    4. MedianMedian adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur

    lalu lintas yang berlawanan arah. Fungsi median adalah :

    a Memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah.b Ruang lapak tunggu penyeberang jalan.c Penempatan fasilitas jalan.d Tempat prasarana kerja sementara.e Penghijauanf Tempat berhenti darurat (jika cukup luas).g

    Cadangan lajur (jika cukup luas)h Mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawnanJalan 2 arah dengan 4 lajur atau lebih perlu dilengkapi median. Lebar minimum

    median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25 0,50 meter dan bangunan

    pemisah jalur ditetapkan seperti dalam tabel 2.8.

    Tabel 2.8. Lebar minimum median.

    Bentuk Median Lebar Minimum (m)

    Median ditinggikan

    Median direndahkan

    2,0

    7,0

    (Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan

    Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997)

    2.3.9. Dasar Perencanaan Infrastruktur Jalan DesaApabila suatu ruas jalan akan ditingkatkan, maka diadakan perhitungan lalu lintas

    pada ruas jalan tersebut. Kemudian nilai-nilai tersebut diproyeksikan untuk tahun

    rencana. Daerah kawasan survey cukup bervariasi, dari daerah datar sampaiperbukitan.

    Dari hasil perhitungan terhadap volume lalu lintas dalam Satuan Mobil Penumpang

    (SMP) seperti dalam lampiran dan berdasarkan beberapa pemikiran di atas, maka

    spesifikasi teknis untuk pekerjaan infrastruktur pembangunan jalan baru maupun

    peningkatan desa antara lain :

    Jalan merupakan jalan kolektor (Klas IIIA-IIIB) atau lokal (klas IIIC) Kecepatan rencana adalah 40 km/jam Lebar penguasaan daerah minimum 20 m

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    27/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan II - 14Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Lereng melintang perkerasan adalah 2 % Lereng melintang bahu adalah 4 % Miring tikungan maksimum 10 % Jari-jari lengkung minimum 50 m Landai maksimum 6 % Jalan terdiri atas 1 jalur masing-masing lebar jalur sesuai ROW terpilih Setiap jalur terdiri atas 2 lajur dengan lebar @ 1,7 m atau sesuai ROW Lebar bahu jalan 0,5 m atau tidak ada Konstruksi badan jalan dengan perkerasan Aspal atau beton Pedestrian / trotoar selebar 1.0 m atau sesuai kebutuhan Ditepi jalan terdapat saluran drainase Instalasi listrik, telepon, PDAM/Air bersih harus berada di dalam tanah Furniture jalan antara lain :

    - Lampu jalan tiap jarak 50m, tinggi tiang 11m- Pot bunga- dan aspek lain yang selaras dengan masterplan dan kawasan

    Dan Lain-Lain.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    28/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 1Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Bab III

    Kriteria Perencanaan3.1. PERENCANAAN JALAN

    Jalan yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalahJalan Desayaitu jalan yang

    dapat dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Artinya

    sebagai penghubung antar desa atau ke lokasi pemasaran, sebagai penghubung

    antar hunian/ perumahan, juga sebagai penghubung desa ke pusat kegiatan yang

    lebih tinggi tingkatnya (kecamatan).

    Jalan Desa dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat

    untuk masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya seperti yang di bawah ini :

    Memperlancar hubungan dan komunikasi dengan tempat lain, Mempermudah pengiriman sarana produksi ke desa, Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang berasal dari desa

    maupun yang diluar desa dan,

    Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan danpenyuluhan.

    Untuk pembuatan jalan desa dilakukan dengan meningkatkan jalan lama yang

    sudah ada. Hal ini untuk menghindari banyaknya volume pekerjaan dan kesulitan

    pembebasan tanah. Akan tetapi kadang-kadang tidak dapat dihindarkan untuk

    membuat jalan baru atau peningkatan jalan setapak.

    Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru antara lain :

    Trase jalan mudah untuk dibuat. Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong dan lain-lain) Pembebasan tanah tidak sulit. Tidak akan merusak lingkungan.

    Yang perlu diperhatikan dalam peningkatan jalan lama antara lain :

    Memungkinkan untuk pelebaran jalan. Geometri jalan harus disesuaikan dengan syarat teknis.

    Tanjakan yang melewati batas harus diubah sesuai syarat teknis. System drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan.

    3.1.1. Standar Teknis Jalan DesaStandar standar di bawah ini disusun khusus untuk jalan desa, dengan keadaan

    tanah, topografi, dan iklim yang sering menghambat pembuatan jalan yang baik.

    Standar ini tidak dimaksud sebagai peraturan mati, tetapi diharapkan bermanfaat

    bagi para perancang dan pengawas. Pengalaman dan penilaian mereka selalu harus

    diterapkan pada setiap desain yang dibuatnya, karena setiap jalan mempunyai

    keadaan yang unik.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    29/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 2Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Pembangunan jalan di daerah pedesaan, selain perlu memperhatikan aspek teknis

    konstruksi jalan, juga perlu mempertimbangkan aspek konservasi tanah mengingat

    kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka

    erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang

    berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan.

    Tujuan pengendalian erosi pada jalan adalah utuk mengamankan jalan dan

    membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi dapat

    dilakukan secara sipil teknis atau secara vegetatif, dan masing-masing mempunyai

    kelebihan. Seorang perencana harus memilih perlakuan pengendalian erosi dengan

    mempertimbangkan konservasi dan biaya yang tidak terbatas pada waktu

    penyelesaian kontsruksi jalan, tetapi harus dipikirkan sampai masa pemeliharaan.

    Kegiatan pengendalian erosi tidak dibatasi pada Daerah Milik Jalan (Damija).

    Perencana wajib mempertimbangkan akibat konstruksi jalan di luar Daerah Milik

    Jalan (misalnya pembuangan dari saluran merusak lahan produktif) dan bolehmerencanakan perlakuan walaupun perlakuan tersebut agak jauh dari badan jalan

    (misalnya untuk mengamankan jalan dengan ditanam pohon-pohon pada mini -

    catchmentyang terletak di atas jalan).

    Tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan banyak

    kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi, terutama

    bila dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak

    membahayakan lingkungan. Dalam konteks seperti ini kita harus menyadari bahwa

    masalah erosi akan terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika

    terjadi.

    Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah lingkungan misalnya dengan

    mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin. Karena tidak mungkin di

    kawasan perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan pemilihan trase (dengan

    pemindahan trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu diusahakan teknik-teknik

    pengendalian erosi termasuk pembangunan tembok Penahan Tanah dan bronjong

    atau penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi

    erosi percik atau erosi alur kecil.

    3.1.2. Definisi, Singkatan dan Istilah3.1.2.1. Jalur rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu system jalan

    raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana

    adalah salah satu jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya

    berjalur banyak.

    3.1.2.2. Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejakjalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau

    dianggap perlu untuk di beri lapis permukaan yang baru.

    3.1.2.3. Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untukmenyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang

    bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    30/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 3Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.2.4. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintaskendaraan bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam

    sehari untuk kedua jurusan.

    3.1.2.5. Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka

    yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yamg ditimbulkanoleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat

    kerusakaan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban standar sumbu

    tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).

    3.1.2.6. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintasan ekivalenharian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada

    jalur yang diduga terjadi pada permulaan umur rencana.

    3.1.2.7. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana

    yamg diduga terjadi pada akhir umur rencana.

    3.1.2.8. Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-

    rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencanapada pertengahan umur rencana.

    3.1.2.9. Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakaidalam penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas

    ekivalen sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana.

    3.1.2.10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galianatau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan

    permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

    3.1.2.11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antaralapis pondasi dan tanah dasar.

    3.1.2.12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapispermukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila

    tidak menggunakan lapis pondasi bawah).

    3.1.2.13. Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas.3.1.2.14. Daya Dukung Tanah (DDT) adalah suatu skala yang dipakai dalam

    nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan

    tanah dasar.

    3.1.2.15. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaanlapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan,

    daya dukung tanah dasar dan perkerasan.

    3.1.2.16. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) adalah suatu angka yang berhubungan

    dengan penentuan tebal perkerasan.3.1.2.17. Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada

    konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan

    aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan

    panas pada suhu tertentu.

    3.1.2.18. Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan lapis perkerasanyang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi

    terbuka dan seragam yamg diikat oleh aspal keras dengan cara

    disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila

    akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal

    dengan batu penutup.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    31/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 4Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.2.19. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yangterdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan

    filler (bila diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara

    dingin.

    3.1.2.20. Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri daricampuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan asphalt keras

    dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam

    keadaan panas pada suhu tertentu.

    3.1.2.21. Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri darilapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 9,6 mm atau

    3/8 inch.

    3.1.2.22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutupyang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat

    bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm.

    3.1.2.23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah lapis penutup yang terdiri

    dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secaraberurutan. Tebal maksimum 35 mm.

    3.1.2.24. Lapis Aspal Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah pondasi perkerasanyang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan

    tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.

    3.1.2.25. Lapis Aspal Beton Pondasi bawah (LASTON BAWAH) adalah padaumumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi

    dan tanah dasar jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal

    dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur

    tertentu.

    3.1.2.26. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah lapis penutup yangterdiridari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal

    keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan

    dalam keadaan panaspada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai

    30 mm.

    3.1.2.27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah lapis penutup yang terdiridari campuran pasir dan aspal keras dicampur, dihampar dan dipadatkan

    dalam keadaan panas pada suhu tertentu.

    3.1.2.28. Aspal Makadam adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokokdan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yamg

    dicampur dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin.

    3.1.3. Batas-Batas PenggunaanPenentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan hanya berlaku untuk

    konstruksi perkerasan yang menggunakan material berbutir (granular material, batu

    pecah) dan tidak berlaku untuk konstruksi yang menggunakan batu-batu besar (cara

    Telford atau Pak laag)

    Cara-cara perhitungan jalan, selain yang diuraikan disini dapat juga digunakan, asal

    saja dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil test oleh seorang ahli.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    32/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 5Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.4. PenggunaanPetunjuk perencanaan ini dapat digunakan untuk :

    - Perencanaan perkerasan jalan baru (New Construction/Full Depth Pavement)

    - Perkuatan perkerasan jalan lama (Overlay)- Konstruksi bertahap (Stage Construction)

    Khusus untuk penentuan tebal perkuatan perkerasan jalan lama, penggunaan

    nomogram 1 sampai dengan 9 (lampiran 1) hanya dapat dipergunakan untuk cara

    Analisa Lendutan dibahas dalam Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan

    Alat Benkelman Beam No.01/mn/b/1983.

    Perkuatan perkerasan lama harus terlebih dahulu dilakukan untuk meneliti dan

    mempelajari hasil-hasil laboratorium. Penilaian ini sepenuhnya menjadi tanggung

    jawab perencana sesuai dengan kondisi setempat dan pengalamannya.

    3.1.5. Perkerasan JalanBagian Perkerasan Jalan umumnya meliputi : Lapis Pondasi Bawah (Sub Base

    Course), Lapis Pondasi (Base Course) dan Lapis Permukaan (Surface Course).

    Gambar 3.1.1. Susunan Lapis Perkerasan Jalan

    3.1.5.1. Tanah DasarKekuatan dan ketahanan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung

    dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.

    Umumya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut:

    a) Perubahan bentuk tetap (Deformasi Permanen) dari macam-macamtanah tertentu akibat beban lalu lintas,b) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan

    kadar air,

    c) Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secarapasti daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan

    kedudukan atau akibat pelaksanaan,

    d) Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalulintas dari macam tanah tertentu.

    e) Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunanyang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil)

    yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.

    D1

    D2

    D3

    lapis permukaan

    lapis pondasi

    lapis pondasi bawah

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    33/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 6Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Untuk sedapat mungkin mencegah timbulnya persoalan diatas maka tanah

    dasar harus dikerjakan sesuai dengan Peraturan Pelaksanaan

    Pembangunan Jalan Raya.

    3.1.5.2. Lapis Pondasi BawahFungsi lapis pondasi bawah antara lain ;

    a) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung danmenyebarkan beban roda,

    b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relative murah agarlapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya,

    c) Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi,d) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.

    Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar

    terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yangmemaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca.

    Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR 20%, PI 10%) yang

    relative lebih baik dari tanah dasar digunakan sebagai bahan pondasi

    bawah.

    Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland

    dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif

    terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

    3.1.5.3. Lapis PondasiFungsi Lapis Pondasi antara lain :

    a. Sebagai bahan perkerasan yang menahan beban rodab. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan

    Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga

    dapat menahan beban-beban roda melalui lapis penutup. Sebelum

    menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi

    hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya

    sehubungan dengan persyaratan teknik.

    Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR 50%, PI 4%)

    dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah,kerikil pecah dan stabilitas tanah dengan semen atau kapur.

    3.1.5.4. Lapis PermukaanFungsi lapis permukaan antara lain :

    a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban rodab. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi pondasi atas, bawah dan

    badan jalan dari kerusakan akibat air

    c. Sebagai lapisan aus (wearing course)

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    34/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 7Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Bahan untuk lapis permukaan sama dengan bahan untuk lapis pondasi

    dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan

    agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri

    memberikan bantuan tegangan tarik yang mempertinggi daya dukung

    lapisan terhadap beban roda lalu lintas.

    Pemilihan bahan untuk lapis permukaan harus dipertimbangkan ketahanan

    kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai

    menfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan.

    3.1.6. Parameter Perencanaan3.1.6.1. Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C)

    Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan

    raya yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tandabatas jalur maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut

    daftar dibawah ini :

    Tabel 3.1.1. Jumlah Jalur berdasarkan lebar perkerasan

    Lebar Perkerasan ( L ) Jumlah Jalur ( n )

    L < 5,50 m

    5,50 m L < 8,25 m

    8,25 m L < 11,25 m

    11,25 m

    L < 15,00 m15,00 m L < 18,75 m

    18,75 m L < 22,00 m

    1 jalur

    2 jalur

    3 jalur

    4 jalur5 jalur

    6 jalur

    Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan dan berat

    yang lewat pada jalur rencana ditentukan menurut daftar dibawah ini :

    Tabel 3.1.2. Koefisien Distribusi

    Jumlah JalurKendaraan Ringan *) Kendaraan Berat **)

    1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

    1 jalur

    2 jalur

    3 jalur

    4 jalur

    5 jalur

    6 jalur

    1,00

    0,60

    0,40

    -

    -

    -

    1,00

    0,50

    0,40

    0,30

    0,25

    0,20

    1,00

    0,70

    0,50

    -

    -

    -

    1,00

    0,50

    0,475

    0,45

    0,425

    0,40

    *) berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.

    **) berat total 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    35/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 8Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.6.2. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan.Angaka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap

    kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini :

    Angka ekivalen sumbu tunggal =

    4

    8160

    kgdalamtunggal

    sumbusatubeban

    Angka ekivalen sumbu tunggal =

    4

    8160086,0

    kgdalamganda

    Tabel 3.1.3. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan

    Beban Sumbu Angka Ekivalen

    Kg Lb Sumbu

    Tunggal

    Sumbu

    Ganda

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    70008000

    8160

    9000

    10000

    11000

    12000

    13000

    14000

    15000

    16000

    2205

    4409

    6614

    8818

    11023

    13228

    1543217637

    18000

    19841

    22046

    24251

    26455

    28660

    30864

    33069

    35276

    0,0002

    0,0036

    0,0183

    0,0577

    0,1410

    0, 2923

    0, 54150,9238

    1,0000

    1,4798

    2,2555

    3,3022

    4,6770

    6,4419

    8,6647

    11,4148

    14,7815

    -

    0,0003

    0,0016

    0,0050

    0,0121

    0,0251

    0,04660,0794

    0,0860

    0,1273

    0,1940

    0,2840

    0,4022

    0,5540

    0,7542

    0,9820

    1,2712

    3.1.6.3. Lalu Lintas Harian Rata-rata dan Rumus-rumus Lintas Ekivalen.a. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan

    pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan

    tanpa median atau masing-masing arah dengan median.

    b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagaiberikut :

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    36/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 9Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    jj

    n

    j

    j ExCxLHRLEP =

    =1

    Catatan : j = jenis kendaraan

    c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus :

    ( ) jjn

    j

    UR

    jExCxiLHRLEA

    =

    +=1

    1

    Catatan : i = perkembangan lalu lintas

    j = jenis kendaraan

    d. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus :

    +=

    2

    LEALEPLET

    e. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus :FPxLETLER=

    Faktor Penyesuaian (FP) tersebut diatas ditentukan dengan rumus :

    10

    URFP=

    3.1.7. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR.Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi (gambar

    3.1.2). Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atauCBR laboratorium.

    Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan

    dengan tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya.

    Dapat juga diukur langsung di lapangan (musim hujan/direndam). CBR lapanganbiasanya digunakan untuk perencanaan lapis tambahan (overlay).

    Test CBR dapat dilakukan menurut Pengujian Kepadatan Ringan (SKBI

    3.3.30.1987/UDC. 624.131.43 (02) atau Pengujian Kepadatan Berat (SKBI

    3.3.30.1987/UDC. 624.131.53 (02) sesuai dengan kebutuhan.

    CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru.

    Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya

    kepada pengukuran nilai CBR. Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertaidata-data yang dapat dipertanggung jawabkan.

    Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate Bearing Test atau R-value.

    Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukansebagai berikut :

    a. Tentukan harga CBR terendah.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    37/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 10Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR.

    c. Angka jumlah terbanyak ditentukan sebagai 100 %. Jumlah lainnya merupakanpersentase dari 100 %.

    d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90 %.

    Gambar 3.1.2. Korelasi DDT dan CBR

    Catatan : Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatarkesebelah kiri diperoleh nilai DDT.

    3.1.8. Faktor Regional (FR).Keadaan lapangan termasuk mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase,

    bentuk alignment serta persentase kendaraan dengan berat 13 ton, dan kendaraan

    yang berhenti, sedangkan keadaan iklim mencakup curah hujan rata-rata per tahun.Mengingat persyaratan penggunaan disesuaikan dengan Peraturan Pelaksanaan

    Pembangunan Jalan Raya edisi terakhir, maka pengaruh keadaan lapangan yangmenyangkut permeabilitas tanah dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama.

    Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya

    dipengaruhi oleh bentuk alignemen (kelandaian dan tikungan), persentase

    kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagai berikut :

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    38/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 11Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Tabel 3.1.4. Faktor Regional (FR)

    Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan,

    pemberhentian atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan0,5. Pada daerah rawa-rawa FR ditambah dengan 1,0.

    3.1.9. Indeks Permukaan (IP).Indeks Permukaan ini menyatakan nilai kerataan/kehalusan serta kekokohan

    permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat.Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini :

    IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat

    sehingga sangat menggangu lalu lintas kendaraan.IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yg masih mungkin (jalan tidak

    terputus).IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.

    IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaa jalan masih cukup stabil dan baik.Dalam menentukan indeks permukaan atau IP pada akhir umur rencana perlu

    dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintasekivalen rencana (LER), menurut data dibawah ini :

    Tabel 3.1.5. Indeks Permukaan Pada Akhir, Umur Rencana (IP)

    LER =

    LintasEkivalen

    Rencana*)

    Klasifikasi Jalan

    Lokal Kolektor Arteri Tol

    < 10

    10 100100 1000

    >1000

    1,0 1,5

    1,51,5 2,0

    -

    1,5

    1,5 2,02,0

    2,0 2,5

    1,5 2,0

    2,02,0 2,5

    2,5

    -

    --

    2,5

    *) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.

    Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan Murah atau jalandarurat maka IP dapat diambil 1,0

    Kelandaian I( < 65% )

    Kelandaian II( 6 10 % )

    Kelandaian III( > 10 % )

    % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraanberat

    30% 30% > 30% 30% > 30%

    Iklim I

    < 900 mm/th

    0,5 1,0 1,5 1,0 1,5 2,0 1,5 2,0 2,5

    Iklim II

    > 900 mm/th

    1,5 2,0 2,5 2,0 2,5 3,0 2,5 3,0 3,5

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    39/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 12Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu

    diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan)pada awal umur rencana menurut daftar dibawah ini :

    Tabel 5.1.6. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)

    Jenis Lapis Perkerasan IPoRoughness *)

    (mm/km)

    LASTON

    LASBUTAG

    HRA

    BURDA

    BURTULAPEN

    LATASBUMBURAS

    LATASIR

    JALAN TANAHKERIKIL

    4

    3,9 3,53,9 3,5

    3,4 3,03,9 3,5

    3,4 3,0

    3,9 3,5

    3,4 3,03,4 3,02,9 2,5

    2,9 2,52,9 2,5

    2,9 2,5

    2,4

    2,4

    1000

    > 10002000

    > 2000

    2000

    > 2000< 2000

    < 20003000> 3000

    *) Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yangdipasang pada kendaraan standar Datsun 1500 stasiun wagon, dengan kecepatan

    kendaraan 32 km/jam.Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat

    roughometer melalui kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakangkendaraan, yang selanjutnya dipindahakan kepada counter melalui Flexible

    drive.Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara

    sumbu belakang dan body kendaraan.Alat pengukur Roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasikan

    hasil yang diperoleh terhadap roughometer NAASRA.

    3.1.10.Koefisien Kekuatan Relatif ( a )Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai

    lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilaiMarshall Test (untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang

    distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi

    bawah).

    Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan (stabilisasi) bahan beraspalbias diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard Field dan Smith Triaxial.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    40/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 13Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    Tabel 3.1.7. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

    Koefisie Kekuatan Relatif Koefisien Kekuatan Bahan

    Jenis Bahana1 a2 a3 MS

    (kg)

    Kt

    (kg/cm)

    CBR

    (%)0,40

    0,350,32

    0,30

    0,35

    0,310,28

    0,26

    0,300,26

    0,250,020

    --

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    --

    -

    -

    --

    -

    -

    --

    -

    --

    -

    -

    --

    --

    0,28

    0,26

    0,24

    0,23

    0,19

    0,15

    0,13

    0,15

    0,13

    0,140,13

    0,12

    -

    --

    -

    --

    -

    -

    --

    --

    --

    --

    -

    --

    -

    -

    -

    -

    --

    --

    -

    0,130,12

    0,11

    0,10

    744590

    454340

    744590

    454340

    340340

    -

    -

    590

    454340

    -

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    --

    --

    -

    -

    --

    ---

    -

    -

    --

    -

    -

    22

    18

    2218

    -

    --

    --

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    --

    -

    --

    --

    --

    -

    -

    -

    --

    -

    -

    10080

    60

    70

    5030

    20

    Laston

    Lasbutag

    HRAAspal Macadam

    Lapen (mekanis)Lapen (manual)

    Laston Atas

    Lapen (mekanis)

    Lapen (manual)

    Stab. Tanah dgn

    semen

    Stab. Tanah dgnkapur

    Batu pecah (kelas A)

    Batu pecah (kelas B)Batu pecah (kelas C)

    Sirtu/pitrun (kelas A)

    Sirtu/pitrun (kelas B)Sirtu/pitrun (kelas C)

    Tanah/lempung

    kepasiran

    Catatan : Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen; diperiksa pada hari ke 7.

    Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    41/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 14Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.11.Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan.Tabel 3.1.8. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan

    1. Lapis Permukaan:ITP Tebal

    Minimum

    (cm)

    Bahan

    < 3,003,00 6,70

    6,71 7,497,50 9 99

    10,00

    55

    7,57,5

    5

    Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,

    LastonLapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag,

    Laston

    Lasbutag

    Laston

    2. Lapis Pondasi :ITP Tebal

    Minimum

    (cm)

    Bahan

    < 3,00

    3,00 7,49

    7,50 9,99

    10 12,14

    12,25

    15

    20*)

    1020

    1520

    25

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur

    Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapurLaston AtasBatu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur, pobdasimacadam

    Laston AtasBatu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,

    stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi

    macadam, Lapen, Laston AtasBatu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi

    macadam, Lapen, Laston Atas.

    *) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasibawah digunakan material berbutir kasar.

    3. Lapis Pondasi Bawah.Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah

    10 cm

  • 5/25/2018 Laporan Akhir DCP

    42/169

    Penyusunan Rencana Tata Ruang Desa di Kec. Prioritas Provinsi NAD Laporan Perencanaan

    PT. Wastuwidyawan III - 15Bekerjasama dengan :

    CV. Geubi Karya Konsultan

    3.1.12.Pelapisan Tambahan.Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama

    (existing pavement) dinilai sesuai daftar dibawah ini :

    Tabel 5.1.9. Nilai Kondisi Perkerasan Jalan

    1. Lapis Permukaan :Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi padajalur roda 90 - 100 %

    Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur rodaNamun masih tetap stabil... 70 - 90 %

    Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan.. 50 - 70 %

    Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,

    Menunjukkan gejala ketidak stabilan... 30 - 50 %

    2. Lapis Pondasi :a. Pondasi Aspal beton atau Penetrasi Macadam

    Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada

    jalur roda . 90 - 100 %Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda

    Namun masih tetap stabil. 70 - 90 %

    Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda,Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan 50 - 70 %

    Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda,Menunjukkan gejala ketidak stabilan... 30 - 50 %

    b. Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 10 .. 70 - 100 %

    c. Pondasi Macadam atau Batu Pecah :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 80 100 %

    3. Lapis Pondasi Bawah :Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) 6 90 100 %

    Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) > 6 70 100 %

    3.1.13.Konstruksi Bertahap.Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu, antara lain :

    1. Keterbatasan biaya untuk pembuatan tebal perkerasan sesuai rencana (misalnya: 20 tahun). Perkerasan dapat direncanakan dalam dua tahap, misalnya tahap

    pertama untuk 5 tahun, dan tahap berikutnya untuk 15 tahun.

    2. Kesulitan dalam memperkirakan perkembangan lalu lintas untuk jangkapanjang (misalnya : 20 sampai 25 tahun). Dengan adanya pentahapan, perkiraan

    lalu lintas diharapkan tidak jauh meleset.3. Kerusakan setempat (weak spot) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan

    direncanakan sesuai data lalu lintas yang ada.