laporan akhir afk

16
LAPORAN AKHIR RESPONSI PRAKTEK PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA PENENTUAN KADAR ETANOL DALAM MINUMAN “ANKER BIR” DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS Disusun Oleh Disusun Oleh Kelompok A1: Siskawati (09613008) Arlina Farisza (09613009) Ryan Haryadi (09613011) Tiara Intan Tasrika Putri (09613013) Wulan Richardi Utami (09613015) Festy Rianata (09613018) PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2013

Upload: riyan-hariyadi

Post on 01-Dec-2015

178 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

laporan afk

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN AKHIR afk

LAPORAN AKHIR

RESPONSI PRAKTEK PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA

PENENTUAN KADAR ETANOL DALAM MINUMAN “ANKER BIR”

DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI GAS

Disusun Oleh

Disusun Oleh Kelompok A1:

Siskawati (09613008)

Arlina Farisza (09613009)

Ryan Haryadi (09613011)

Tiara Intan Tasrika Putri (09613013)

Wulan Richardi Utami (09613015)

Festy Rianata (09613018)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: LAPORAN AKHIR afk

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara menganalisa kadar etanol dengan menggunakan

kromatografi gas

2. Untuk mengetahui kadar etanol yang terdapat pada salah sat merk minuman

beralkohol yang beredar di pasaran

3. Untuk menghitung parameter validasi yaitu akurasi, LOD, dan LOQ

B. Latar Belakang

Saat ini banyak produk minuman dengan campuran alkohol yang beredar di

pasaran. Minuman beralkohol diproduksi secara fermentasi alkohol dari bahan yang

mengandung gula menjadi etanol dan CO2(1)

. Permasalahannya adalah sering muculnya

para produsen ilegal yang membuat minuman dengan kadar alkohol yang tinggi atau

menyalahi aturan batas kadar alkohol yang telah ditentukan. Oleh karena itu perlu

dilakukan pengujian untuk mengukur kadar etanol dalam sempel minuman beralkohol

dengan menggunakan kromatografi gas.

Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk

memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa-senyawa yang dapat

ditetapkan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasan-batasannya.

Senyawa-senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur pengujian.

Jika senyawa tidak mudah menguap dan tidak stabil pada temperatur pengujian, maka

senyawa tersebut bisa diferivatisasi agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas.

Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang

mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang

mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang yang tergantung pada rasio

distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan titik

didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus anttara solut dengan fase diam. Pemisahan

pada kromatografi gas didasarkan pada perbedaan titik didih suatu senyawa dikurangi

dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak

yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke

detektor. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada kisaran 50-350⁰C) bertujuan

untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi(2)

.

Page 3: LAPORAN AKHIR afk

C. Dasar Teori

1. Kromatografi Gas

Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan

deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.

Kromatografi gas merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali

pada tahun 1950-an, dan saat ini merupakan alat utama yang digunakan oleh

laboratorium untuk melakukan analisis.

Kegunaan umum kromatografi gas adalah untuk melakukan pemisahan

dinamis dan identifikasi semua jenis senyawa organic yang mudah menguap dan

juga untuk melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu

campuran. Kromatografi gas dapat bersifat destruktif dan dapat bersifat non-

destruktif tergantung pada detector yang digunakan. Kromatografi gas dapat

diotomatisasi untuk analisis sampel-sampel padat, cair, dan gas.Sampel padat dapat

diekstrasikan atau dilarutkan dalam suatu pelarut sehingga dapat diinjeksikan

kedalam sistem kromatografi gas demikian juga sampel gas dapat langsung diambil

dengan penyuntik (syringe) yang ketat terhadap gas.

Prinsip kromatografi gas yaitu teknik pemisahan yang mana solut-solut

yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang

mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio

distribusinya. Pada umumnya solute akan terelusi berdasarkan pada peningkatan

titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.

Sistem peralatan kromatografi gas (GC) :

1. Kontrol dan penyedia gas pembawa;

2. ruang suntik sampel;

3. kolom yang diletakkan dalam oven yang dikontrol secara termostatik;

4. sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta

5. komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data.

Page 4: LAPORAN AKHIR afk

1. Fase gerak

Fase gerak pada GC juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah

untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada

selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau

tidak murni akanberpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki

tekanan tinggi (biasanya merahuntuk hidrogen, dan abu-abu untuk nitrogen).

2. Ruang suntik sampel

Lubang injeksi didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. Desain

yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi

dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit

(syringe). Karena helium (gas pembawa) mengalir melalui tabung, sejumlah volume

cairan yang diinjeksikan (biasanyaantara 0,1-3,0 µL) akan segera diuapkan untuk

selanjutnya di bawa menuju kolom. Berbagai macam ukuran semprit saat ini tersedia

di pasaan sehingga injeksi dapat berlangsung secara mudah dan akurat. Setelah

dilakukan pemasukan sampel secara berulang, septum karet dapat diganti dengan

mudah. Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu:

a) Injeksi langsung (direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan

diuapkan dalam injektor yang panas dan 100 % sampel masuk kedalam kolom.

Page 5: LAPORAN AKHIR afk

b) Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan

dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan.

c) Injeksi tanpa pemecahan (splitless injection), yang mana hampir semua sampel

diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa ke dalam kolom karena katup

pemecah ditutup.

d) Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit

dimasukkan langsung ke dalam kolom.

3. Kolom

Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat

fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada GC. Ada 3

jenis kolom pada GC yaitu kolom kemas (packing column), kolom kapiler (capillary

column); dan kolom preparative (preparative column). Kolom kemas terbuat dari

gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang kolom

jenis ini adalah 1,5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat

banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efisiensi yang tinggi (harga

jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan

untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks

yang kompleks.

Fase diam yang dipakai pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau

semipolar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil

polisiloksan (HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5) dan fenil 5%-metilpolisiloksan 95%

(HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8). Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50%-

metilpolisiloksan 50% (HP-17; DB-17; CPSIL19), sementara itu fase diam yang

polar adalah seperti polietilen glikol (HP-20M; DB WAX; CP-WAX; Carbowax-

20M)(6).

4. Detektor

Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor

merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak

(gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada

kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas

pembawa dan komponen-komponen di dalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal

elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif

Page 6: LAPORAN AKHIR afk

terhadap komponen-komponen yang terpisah diantara fase diam dan fase gerak. Pada

garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons

yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linier dengan kadar atau laju aliran

massa komponen yang teresolusi. Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan

fisik komponen-komponen oleh GC disajikan oleh detektor sebagai deretan luas

puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan

sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai

sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku.

Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks

misalnya GC/FT-IR/MS, kromatogram akan disajikan dalam bentuk lain.

5. Komputer

GC modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya

(software) untuk digitalisasi signal detektor dan mempunyai beberapa fungsi antara

lain:

- Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti: aliran fase gas; suhu

oven dan pemrograman suhu; serta penyuntikan sampel secara otomatis.

- Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan

grafik berwarna.

- Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik.

- Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu.

2. Alkohol

Alkohol merupakan istilah umum dari etanol mempunyai efek yang

menguntungkan dan merugikan bagi manusia. Etanol pada kadar rendah dan sedang

berperan sebagai stimulan. Konsumsi etanol dalam jumlah sedang mempunyai efek

protektif terhadap penyakit jantung iskemik. Konsumsi etanol yang berlebihan bisa

menyebabkan kerusakan banyak organ, terutama otak dan hati (Anonim, 1999).

Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor

1516/A/SK/V/81, pasal 1:

- Anggur, arak dan sejenisnya termasuk dalam jenis minuman keras dan harus

memenuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk minuman keras.

- Minuman keras menurut menteri Kesehatan RI nomor 86/Menkes/Per/IV/77

adalah semua jenis minuman beralkohol tetapi bukan obat, meliputi minuman

Page 7: LAPORAN AKHIR afk

keras golongan A, minuman keras golongan B, dan minuman keras golongan C.

(Bowman dan Rand, 1980)

D. Metode

1. Alat dan Bahan

Alat :

- Seperangkat alat kromatografi gas

- Pipet ukur 1ml (1 buah), 5 ml ( 2 buah ) dan 10 ml ( 3 buah )

- Mikropipet

- Gelas beker 100 ml ( 3 buah)

- Labu takar 100 ml ( 3 buah ) dan 250 ml ( 2 buah)

- Pipet tetes ( 3 buah )

- Pro pipet ( 2 buah )

- Hairdryer

Bahan :

- Sample bir “Anker bir”

- Standar Acetonitril

- Aquadest

Kondisi Alat

- Fase diam : kolom kapiler HP5 Siloksan

- Gas pembawa : Helium(3)

- Suhu kolom : 60-100 ⁰C

- Suhu injektor : 250⁰C

- Detektor : MS

2. Cara Kerja

a. Pembuatan Kurva Baku

Disiapkan larutan standar etanol dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 %

menggunakan labu takar 10 ml. Ditambahkan 0,1 ml standar internal

asetonitril ke dalam masing-masing labu takar kemudian tambahkan

aquabides hingga tanda batas. Standar diinjeksikan ke dalam alat GC. Dicatat

waktu retensi dan luas puncak komponen alkohol yang dianalisis(3)

.

Page 8: LAPORAN AKHIR afk

b. Preparasi dan Penetapan Kadar Sample

Diambil sample yang diduga mengandung alkohol sebanyak 5 ml.

Ditambahkan 0,1 ml standar internal asetonitril kemudian ditambahkan

aquabides hingga tanda batas. Sample diinjeksikan ke dalam alat GC

sebanyak 3x replikasi. Dicatat waktu retensi dan luas uncak komponen

alkohol yang dianalisis(3)

.

c. Penetapan Akurasi 100%

Diambil 5 ml sample ditambahkan dengan 0,1 ml standar intenal asetonitril

dan 0,2 ml standar etanol kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 10 ml ad

dengan aquabides hingga tanda batas. Larutan diinjeksikan ke dalam alat GC.

Dicatat waktu retensi dan luas uncak komponen alkohol yang dianalisis(3)

.

E. Perhitungan

1. Pembuatan kurva baku (menggunakan labu 10 ml)

Konsentrasi 2%

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100% = 10 ml x 2%

V1 = 10 ml x 2% / 100 %

M2 = 0,2 ml

Diambil 0,2 ml standar etanol ditambah 2 ml standar internal asetonitril ad

aquabides sampai tanda batas

Konsentrasi 4%

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100% = 10 ml x 4%

V1 = 10 ml x 4% / 100 %

M2 = 0,4 ml

Diambil 0,4 ml standar etanol ditambah 2 ml standar internal asetonitril ad

aquabides sampai tanda batas

Konsentrasi 6%

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100 % = 10 ml x 6 %

V1 = 10 ml x 6% / 100%

Page 9: LAPORAN AKHIR afk

V1 = 0,6 ml

Diambil 0,6 ml standar etanol ditambah 2 ml standar internal asetonitril ad

aquabides sampai tanda batas

Konsentrasi 8%

V1 x M1 = V2 x M2

V1 x 100 % = 10 ml x 8 %

V1 = 10 ml x 8% / 100%

V1 = 0,8 ml

Diambil 0,6 ml standar etanol ditambah 2 ml standar internal asetonitril ad

aquabides sampai tanda batas

2. Konsentrasi sample yang digunakan

V1 x M1 = V2 x M2

5ml x 4,9 % = 10 ml x M2

M2 = 5 ml x 4,9% / 10 ml

V1 = 2,45 %

Hasil Percobaan

1. Identifikasi komponen dalam larutan standar etanol

Larutan Waktu retensi

Standar etanol 2%

Etanol

Asetonitril

2,158

2,208

Etanol Murni

Asetonitril murni

Page 10: LAPORAN AKHIR afk

2. Resolusi

Larutan

(%)

Waktu

retensi

komponen

1(tr1)

Waktu

retensi

komponen

1(tr2)

Lebar peak

komponen 1(w1)

Lebar peak

komponen 2 (w2)

R

2 2,158 2,208 0,060 0,075 0,74

=

= 0,1 / 0,135

= 0,74

3. Efisiensi Kolom

Larutan

(%)

Waktu

retensi (tr)

Lebar

Peak (w)

Efisiensi Kolom

(N)

Panjang

Kolom (L)

HETP

2 2,158 0,060 20697,62 30 cm 1,45 x 10-3

= 16 (2,158)2

/ (0,060)2

= 20697,62

HETP = L/N

= 30 / 20697,62

= 1,45 x 10-3

Page 11: LAPORAN AKHIR afk

4. Data perhitungan

Larutan

(%)

tr

etanol

Luas area

etanol (A)

Luas area

ACN (B)

Rasio AUC

etanol:ACN

(A:B)

Kadar

sample

setelah

diencerkan

2x

Kadar

Sample

(%)

Std EtOH 2 2,158 256916 423181 0,6071

Std EtOH 4 2,158 484085 415433 1,165

Std EtOH 6 2,157 859863 440120 1,954

Std EtOH 8 2,157 951206 363233 2,619

Sample 1 2,157 315296 443238 0,711 4,874 4,874%

Sample 2 2,158 304895 397296 0,767 5,202 5,202%

Sample 3 2,158 299013 355029 0,840 5,630 5,630%

Rata-rata

RSD

5,235%

7,239%

a. Kadar Sample

LR I (kadar vs luas area)

a = 23355,5

b = 122932,4

r = 0,978

y = 122932,4x + 23355,5

Sampel 1 (y= 315296)

y =122932,4x + 23355,5

315296 =122932,4x + 23355,5

x = 2,375%

Sampel 2 (y = 304895)

y =122932,4x + 23355,5

304895 = 122932,4x + 23355,5

x = 2,290%

Page 12: LAPORAN AKHIR afk

Sampel 3 ( y = 299013)

y =122932,4x + 23355,5

299013 = 122932,4x + 23355,5

x = 2,242%

Rata-rata kadar

= 2,302%

Kadar sample = kadar rata-rata x faktor pengenceran

= 2,302% x 2

= 4,604%

LR II (kadar vs rasio luas area etanol:asetonitril)

a = -0,1199

b = 0,341

r = 0,998

y = 0,341x – 0,1199

Sampel 1 (y = 0,711 )

y = 0,341x – 0,1199

0,711 = 0,341x – 0,1199

x = 2,437%

Sampel 2 (y = 0,767)

y = 0,341x – 0,1199

0,767 = 0,341x – 0,1199

x = 2,601%

Sampel 3 (y = 0,84)

y = 0,341x – 0,1199

0,84 = 0,341x – 0,1199

x = 2,815%

Rata-rata kadar

= 2,6176%

Kadar sample = kadar rata-rata x faktor pengenceran

= 2,6176% x 2

Page 13: LAPORAN AKHIR afk

= 5,235 %

b. LOD dan LOQ

No x y y1 y-y1 (y-y1)2 Σ (y-y1)

2 /n-2

1 2 256916 269220,3 -12304,3 151395798,5

2 4 484085 515085,1 -31000,1 961006200

3 6 859863 760949,9 98913,1 9783801352

4 8 951206 1006814,7 -55608,7 3092327516

Σ=1,399.1010

6995000000

x rata-rata = 5

b = 122932,4

n-2 = 2

LOD

= 3,3 (83636,12/122932,4)

= 2,245

LOQ

= 10 (83636,12/122932,4)

= 6,803

c. Akurasi

=

= 125, 393%

F. Pembahasan

Pada responsi praktikum ini dilakukan analisis kandungan alkohol dalam

minuman “angker bir” dengan menggunakan kromatografi gas. Prinsip dari

kromatografi gas yaitu pemisahan campuran senyawa yang sifatnya mudah

menguap menggunakan gas sebagai fase gerak yang mendorong campuran senyawa

melewati fase diam untuk dipisahkan dan diidentifikasi oleh suatu detektor yang

kemudian ditampilkan dalam suatu kromatogram oleh pencatat atau recorder.

Page 14: LAPORAN AKHIR afk

Digunakan kromatografi gas karena senyawa yang akan di analisis bersifat mudah

menguap dan kadarnya kecil sehingga sangat cocok digunakan kromatografi gas.

Kelebihan dari kromatografi gas di antaranya dapat menggunakan kolom lebih panjang

untuk menghasilkan efisiensi pemisahan yang tinggi. Gas dan uap mempunyai viskositas yang

rendah, demikian juga kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat, sehingga

analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak

bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat-zat terlarut. Selain itu keuntungan menggunakan

kromatografi gas adalah analisa cepat, resolusi baik, bahkan komponen dengan titik didih

berdekatan mampu dipisahkan dimana pemisahan dengan destilasi biasa tidak dapat dilakukan.

Pada percobaan ini digunakan standar internal asetonitril. Digunakan

standar internal karena jika analisis menggunakan GC lebih baik menggunakan

standar internal. Standar internal berfungsi sebagai factor pengoreksi untuk

menstabilkan analit (etanol). Hal ini disebabkan karena analit yang digunakan

adalah etanol yang memiliki rentan polaritas yang cukup luas, dan sangat mudah

menguap (tergolong pelarut universal) dengan adanya asetonitril diharapkan dapat

menstabilkan etanol dalam proses analisis. Jika tidak ditambahkan standar internal

maka analit (etanol) akan bercampur dengan senyawa lain.

Kurva kalibrasi dibuat menggunakan empat seri kadar yaitu 2% , 4% ,

6% dan 8%. Pembuatan seri kadar ini bertujuan untuk membuat range kadar

alkohol yang dapat diterima. Sample yang digunakan yaitu “angker bir” memilki

kadar tertera dalam kemasan yaitu 4,9%. Sample kemudian diencerkan sebanyak 2x

pengenceran. Selain itu, dilakukan pula uji validasi akurasi yang bertujuan untuk

membandingkan hasil analisis dengan data yang sebenarnya. Pembuatan larutan

untuk akurasi diambil dari larutan standar 2% karena sample dengan kadar 4,9%

diencerkan sebanyak 2 kali sehingga diasumsikan kadarnya mendekati 2%.

Suhu yang digunakan saat pembacaan hasil dengan kromatografi gas

adalah 60-100oC. Diatur pada suhu tersebut dikarenakan titik didih etanol dan

asetonitril berada pada rentang 60-100oC. Etanol memiliki titik didih 78,5

o C dan

asetonitril yang mempunyai titik didih 82oC. Perbedaan titik didih yang tidak

terlalu jauh mengakibatkan peak yang dihasilkan berdekatan, namun masih bisa

dibedakan dengan jelas.

Page 15: LAPORAN AKHIR afk

Dari hasil pengukuran diperoleh hasil bahwa kadar etanol dalam sampel

“angker bir” adalah 5,235% sedangkan kadar yang tercantum dalam kemasan

adalah 4,9%. Meskipun tidak sesuai dengan kadar yang tercantum dalam kemasan,

hasil pengukuran ini dikatakan baik karena nilai yang diperoleh telah mendekati

nilai yang tertera pada kemasan.

Pada percobaan ini juga dilakukan validasi metode perhitungan LOD,

LOQ, akurasi, dan uji kesesuaian sistem. Hasil pengukuran Limit of Detection

(LOD) dan Limit of Quantitation (LOQ) diperoleh nilai LOD = 2,245 % dan nilai

LOQ = 6,803%, makna dari LOD bahwa konsentrasi terendah analit dalam sampel

yang dapat terdeteksi 2,245 % Sedangkan makna dari LOQ adalah konsentrasi

terendah dari analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi

yang diterima dalam kondisi percobaan yang ditetapkan sebesar 6,803%. Jadi hasil

nilai LOD dan LOQ cukup baik karena nilainya berada dibawah seri kadar yang

telah dibuat, selain itu nilai tersebut juga memenuhi syarat bahwa nilai LOD harus

lebih kecil daripada nilai LOQ. Akurasi merupakan ukuran yang menunjukkan

derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi

dinyatakan sebagai persen poerolehan kembali (recovery) analit yang

ditambahkan.nilai akurasi dari hasil percobaan ini dalah 125,393%. Nilai tersebut

tidak memenuhi syarat yang terdapat dalam literatur, karena akurasi dinilai

menggunakan persen recovery yang diterima apabila nilainya diantara 98% - 102%

dan nilai RSD < 1%. Untuk uji kesesuaian sistem, dilakukan pengukuran nilai

efisiensi kolom dan resolusi. Nilai efisiensi kolom yang didapat dari percobaan ini

adalah 20697,62. Efisiensi kolom menunjukan banyaknya pemisahan yang terjadi

di dalam kolom. Sedangkan nilai resolusi dari percobaan ini adalah 0,74 , hasil ini

dikatakan tidak baik karena untuk taraf kepercayaan 95%, nilai resolusi yang baik

adalah >1,5. Jika nilai resolusi kurang dari 1,5 maka puncak dari masing-masing

analit akan saling tumpang tindih.

Page 16: LAPORAN AKHIR afk

DAFTAR PUSTAKA

1. Belitz, H.D., Grosch, w., 1987, Food Chemistry, Springer-Verlag, 642

2. Gandjar, I.G., Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pusaka Pelajar,

Yogyakarta, 420.

3. Brill, S.K., Wagner, M.S., 2012, Alcohol Determination in Beverages Using Polar

Capillary Gas Chromatography-Mass Spectroscopy and An Acetonitrile Internal

Standard, Concordia Collage Journal of Analytical Chemistry, 3:6-12