lapora akhir ekpd 2009 bangka belitung - ubb
DESCRIPTION
Laporan Akhir EKPD 2009 Provinsi Bangka Belitung oleh Universitas Bangka BelitungTRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Kata Pengantari Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang dan Tujuan.............................................................1 1.2 Keluaran..........................................................................................1 1.3 Metodologi.......................................................................................2 1.4 Sistematika Penulisan Laporan ......................................................3
BAB II HASIL EVALUASI .................................................................................5
2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI...................6 2.1.1. Capaian Indikator....................................................................6 2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol ................10 2.1.3. Rekomendasi Kebijakan .....................................................13
2.2 TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA........................16
2.2.1 Capaian Indikator..................................................................16 2.2.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol................21 2.2.3 Rekomendasi Kebijakan.......................................................26
2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI.......................................29 2.3.1 Capaian Indikator..................................................................29 2.3.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol...............34 2.3.3 Rekomendasi Kebijakan ....................................................38
2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM..................41 2.4.1 Capaian Indikator....................................................................41 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol..................49 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan ......................................................50
2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT........................................52 2.5.1 Capaian Indikator..............................................................…..52 2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol.................56 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan .....................................................59
BAB III KESIMPULAN......................................................................................61
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Tujuan
Pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah adalah upaya terencana untuk
meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa depan daerah yang lebih
baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.
Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan
dan program pembangunan di daerah masing-masing.
Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2009 dilaksanakan untuk menilai
relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah dalam rentang waktu 2004-
2008. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah pembangunan daerah telah
mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan dan apakah masyarakat mendapatkan
manfaat dari pembangunan daerah tersebut.
Secara kuantitatif, evaluasi ini akan memberikan informasi penting yang berguna
sebagai alat untuk membantu pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan
pembangunan dalam memahami, mengelola dan memperbaiki apa yang telah
dilakukan sebelumnya.
Hasil evaluasi digunakan sebagai rekomendasi yang spesifik sesuai kondisi lokal
guna mempertajam perencanaan dan penganggaran pembangunan pusat dan
daerah periode berikutnya, termasuk untuk penentuan alokasi Dana Alokasi Khusus
(DAK) dan Dana Dekonsentrasi (DEKON).
1.2. Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan EKPD 2009 meliputi:
• Terhimpunnya data dan informasi evaluasi kinerja pembangunan di 33 provinsi
• Tersusunnya hasil analisa evaluasi kinerja pembangunan di 33 provinsi sesuai
sistematika buku panduan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 2
1.3. Metodologi Metode yang digunakan untuk menentukan capaian 5 kelompok indikator hasil
adalah sebagai berikut:
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).
(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase maka tidak
dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri.
(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).
Sebagai contoh adalah nilai indikator pendukung persentase kemiskinan semakin tinggi, maka kesejahteraan sosialnya semakin rendah.
Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indicator pendukungnya). Contoh untuk
indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial disusun oleh:
• persentase penduduk miskin
• tingkat pengangguran terbuka
• persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
• presentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
• presentase pelayanan dan rehabilitasi sosial
Semua penyusun komponen indikator hasil ini bermakna negatif (Lihat No.4).
Sehingga:
Indikator kesejahteraan sosial = {(100% - persentase penduduk miskin) + (100%
- tingkat pengangguran terbuka) + (100% - persentase pelayanan kesejahteraan
sosial bagi anak) + (100%- persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut
usia) + (100% - persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial}/5
Daftar indikator keluaran (outputs) yang menjadi komponen pendukung untuk
masing-masing kategori indikator hasil (outcomes) dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk menilai kinerja pembangunan daerah, pendekatan yang digunakan adalah
Relevansi dan Efektivitas.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 3
Relevansi digunakan untuk menganalisa sejauh mana tujuan/sasaran pembangunan
yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini,
relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah
sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.
Sedangkan efektivitas digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara
hasil dan dampak pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas
pembangunan dapat dilihat dari sejauh mana capaian pembangunan daerah
membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dalam mengumpulkan data dan informasi, teknik yang digunakan dapat melalui:
Pengamatan langsung Pengamatan langsung kepada masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan
di daerah, diantaranya dalam bidang sosial, ekonomi, pemerintahan, politik,
lingkungan hidup dan permasalahan lainnya yang terjadi di wilayah provinsi terkait.
Pengumpulan Data Primer
Data diperoleh melalui FGD dengan pemangku kepentingan pembangunan daerah.
Tim Evaluasi Provinsi menjadi fasilitator rapat/diskusi dalam menggali masukan dan
tanggapan peserta diskusi.
Pengumpulan Data Sekunder Data dan informasi yang telah tersedia pada instansi pemerintah seperti BPS daerah,
Bappeda dan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait.
1.4. Sistematika Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Tujuan 1.2. Keluaran 1.3. Metodologi 1.4. Sistematika Penulisan Laporan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 4
BAB II HASIL EVALUASI Deskripsi permasalahan dan tantangan utama pembangunan daerah serta identifikasi tujuan pembangunan daerah.
2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI 2.1.1. Capaian Indikator 2.1.2. Analisis Capaian 2.1.3. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.1.4. Rekomendasi Kebijakan
2.2. TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA 2.2.1. Capaian Indikator 2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.2.3. Rekomendasi Kebijakan
2.3. TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI 2.3.1. Capaian Indikator 2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.3.3. Rekomendasi Kebijakan
2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM 2.4.1 Capaian Indikator 2.4.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.4.3 Rekomendasi Kebijakan
2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT 2.5.1 Capaian Indikator 2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol 2.5.3 Rekomendasi Kebijakan
BAB III. KESIMPULAN Menyimpulkan apakah capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah telah relevan dan efektif terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 5
BAB II HASIL EVALUASI
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi yang relatif baru
berdiri sebagai sebuah provinsi sendiri, meski demikian, keberadaan provinsi ini yang
sudah memasuki usia 10 tahun merupakan rentang yang cukup panjang untuk
menyelenggarakan sebuah sistem pemerintahan yang relevan dan efektif. Kenyataanya,
sejumlah persoalan mendera, carut marut pengelolaan timah, pengaturan sistem
transportasi yang belum optimal, proses replace sumber daya alam yang belum berjalan
dengan baik, dan kendala sosial geografis yang masih relatif bermasalah. Beberapa hal
tersebut yang nampak tidak optimal menyebabkan dalam deskprisi data yang didapatkan
pada bagian setelah tulisan ini memperlihatkan bahwa pembangunan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung pada berbagai indikator capaian mayoritas tidak relevan dan
tidak efektif. Kalaupun ada beberapa indikator yang relevan dan efektif, setidaknya grafik
yang ditunjukkan tidak stabil atau mengalami siklus naik dan turun dari tahun ke tahun.
Tantangan utama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah bagaimana
mengatasi persoalan penambangan yang mengeruk kekayaan alamnya, sementara
proses pergantian sektor ini belum berjalan memadai. Tantangan lain terkait dengan
kendala geografis sebagai wilayah kepulauan yang menyebabkan akses ke beberapa
wilayah tersendat dan menyebabkan akses terhadap pelayanan publik pun mengalami
kendala. Selebihnya, persoalan ancaman masuknya budaya-budaya secara cepat melalui
jalur pelabuhan menjadi tantangan tersendiri.
Sejalan dengan itu, tujuan pembangunan daerah sendiri yang menyasar
percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, menciptakan masyarakat yang
dinamis dan demokratis, dan melestarikan dan membangkan potensi sosial budaya di
daerah ini masih terus diusahakan agar dapat terwujud. Berbagai kendala yang menjadi
tantangan utama kiranya menjadi bagian penting yang harus diperhatikan dan dievaluasi
dari waktu ke waktu agar kualitas pembangunan daerah dari tahun ke tahun akan
semakin relevan dan efektif.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 6
2.1 TINGKAT PELAYANAN PUBLIK DAN DEMOKRASI
2.1.1. Capaian Indikator Indikator capaian yang digunakan dalam pembahasan Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi adalah bentuk persentase yang berjumlah 8 (delapan) indikator capaian.
Metode yang digunakan untuk menentukan capaian Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi adalah sebagai berikut:
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). Adapun
indikator pendukung tersebut adalah sebagai berikut::
a. Persentase jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang
dilaporkan
b. Persentase aparat yang berijazah S 1
c. Persentase jumlah kab/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
d. Gender Development Index (GDI)
e. Gender Empowerment Meassurement (GEM)
f. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi
g. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif
h. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres
(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase, maka tidak
dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. Indikator pendukung
Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi semuanya memiliki satuan persentase.
(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih
dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Indikator
pendukung Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi tidak ada yang memiliki makna
negatif.
(5) Dalam hal, tidak tersedia data, maka perhitungan tetap dilakukan dengan mengurangi
jumlah pembagi dari total keseluruhan capaian.
(6) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya).
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 7
-10
0
10
20
30
40
50
60
70
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcomes daerahTrend daerah
Tabel Indikator dalam Bentuk Persentase No Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Persentase Jumlah kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan
100 100 100 100 100 enam kasus sdg proses
2. Presentase aparat yang berijazah minimal S1
- - - - 42,06 41,81
3. Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
- 14,28 14,28 14,28 42,85 71,42
4. Gender Development Index (GDI)
54,34 55,44 66,3 67 - -
5. Gender Empowerment Meassurement (GEM)
39,61 40,22 59,1 59,4 - -
6. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Kepala Daerah Provinsi
- - 71,3 - - -
7. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pemilihan Legislatif
- - - - - 69,87
8. Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilpres
- - - - - 69
Jumlah Nilai Hasil 193,95 209,94 310.98 240.68 184,91 252,1 Penyusun Indikator Hasil 3 4 5 4 3 4 Nilai Indikator Hasil 64,65 52,485 62,196 60,17 61,63 63,025
Tabel Indikator Outcomes Daerah dan Tren Daerah No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi
64,65 52,485 62,196 60,17 61,63 63,025
2 Tren Daerah - -0,2 0,2 -0,03 0,02 0.02
Grafik Capaian Outcomes Daerah dan Tren Daerah
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 8
-2
0
2
4
6
8
10
12
2004 2005 2006 2007 2008 2009
NasionalTren Nasional
0
10
20
30
40
50
60
70
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcomes NasionalOutcomes Daerah
Untuk menganalisis Relevansi dan Efektivitas, berikut ini adalah capaian outcomes
nasional dan tren nasional
Tabel Indikator Outcomes Nasional dan Tren Nasional No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi 9,97 10,33 10,64 10,20 10,33 0,00
2 Tren Nasional 0,04 0,03 -0,04 0,01 -1,00
Grafik capaian Outcomes Nasional dan Tren Nasional
Tabel Relevansi dan Efektivitas No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Outcomes Nasional 9,97 10,33 10,64 10,20 10,33 0,00
2 Outcomes Daerah 64,65 52,485 62,196 60,17 61,63 63,025
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 9
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tren NasionalTren Daerah
Grafik Relevansi dan Efektivitas
Tabel Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah No Tren 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tren Nasional - 0,04 0,03 -0,04 0,01 -1,00
2 Tren Daerah - -0,2 0,2 -0,03 0,02 0.02
Grafik Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
Analisis Relevansi Analisis ini digunakan untuk menganalisis sejauhmana tujuan/sasaran pembangunan
yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini,
relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan
atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.
Memperhatikan capaian pembangunan daerah sebagaimana terlihat dalam tabel di atas,
grafik menunjukkan bahwa mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2009, kinerja
pembangunan daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relevan dengan kinerja
pembangunan secara nasional.
Capaian kinerja terlihat sangat relevan di setiap tahun, dimana capaian pembangunan
nasional hanya bergerak pada level 9 sampai dengan level 10. Sementara capaian
pembangunan daerah berada level terendah 52 dan level tertinggi 64.
Tingkat relevansi capaian pembangunan daerah dengan capaian pembangunan nasional
hanya dapat terlihat sampai dengan tahun 2008, mengingat data capaian pembangunan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 10
0
10
20
30
40
50
60
70
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcomes Daerah
nasional pada tahun 2009 masih nol. Begitupula dengan data capaian pembangunan
daerah masih menunjukkan data estimasi/sementara. Namun demikian secara umum,
dapat dikatakan bahwa kinerja pembangunan nasional di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung relevan.
Analisis Efektivitas
Analisis ini digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak
pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat
dari sejauhmana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Melihat data yang tersaji di atas, dapat dikatakan bahwa capaian pembangunan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum stabil. Grafik yang naik turun
menunjukkan bahwa pembangunan di provinsi ini tidak efektif. Namun demikian untuk 2
tahun terakhir, yaitu pada tahun 2008 dan 2009 terus mengalami kenaikan. Berikut grafik
capaian outcomes daerah yang naik turun tersebut:
Grafik Capaian Outcomes Daerah
Grafik di atas menunjukkan bahwa pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tidak efektif pada rentan tahun 2004 – 2007. Sementara ditahun 2008 dan 2009 tidak lagi
mengalami penurunan. Kondisi yang sama sebetulnya ditampakkan juga pada kinerja
pembangunan nasional yang capaian outcomesnya naik turun.
2.1.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol (How and way)
Ada dua komponen utama dalam pengukuran indikator Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi, yaitu:
1. Pelayanan Publik
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 11
2. Demokrasi
Ke-8 indikator yang terdapat pada dua komponen utama tersebut menunjukkan capaian
angka yang kerapkali sangat baik, namun pada beberapa indikator justru kurang baik.
Beberapa capaian indkator sepesifik dan menonjol itu adalah:
Aparat Pemerintah Berijazah Minimal S1 Presentase aparat pemerintah yang berijazah minimal S1 pada tahun 2009 mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini dapat terlihat pada grafik
sebagai berikut :
41,6541,7
41,7541,8
41,8541,9
41,9542
42,0542,1
2008 2009
Aparat Berijazah S1
Berdasarkan grafik di atas, persentase aparat pemerintah berijazah S1 pada tahun 2008
adalah 42,06. Sementara pada tahun 2009 mengalami penurunan pada level 41,81.
Penurunan ini menunjukkan bahwa disatu sisi semakin sedikit aparat pemerintah yang
berijazah S1 dan sisi lain berarti semakin banyak pula aparat pemerintah yang telah
melanjutkan tingkat pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, seperti pada tingkat
Magister (strata 2), bahkan sampai tingkat Doktor (strata 3). Hal ini menunjukkan sudah
tingginya kesadaran aparat pemerintah akan pentingnya pendidikan bagi kalangan
birokrasi. Kesadaran itu pun tentunya tidak hanya untuk memenuhi syarat formal
kenaikan golongan atau tunjangan, namun lebih dari itu adalah peningkatan pengetahuan
yang dimiliki agar mampu memecahkan berbagai masalah pembangunan di daerah.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 12
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Perda Pelayanan 1 Atap
PERDA Pelayanan Satu Atap Persentase jumlah kabupaten/kota di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki
peraturan daerah pelayanan satu atap dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :
Perda pelayanan satu atap merupakan mekanisme yang menjadi kebutuhan dan tuntutan
akan tranparansi dan reformasi birokrasi oleh masyarakat. Pada tahun 2004 terlihat
belum ada Perda pelayanan 1 atap. Namun demikian, ditahun berikutnya sudah mulai
ada meskipun tidak ada peningkatan sampai dengan tahun 2007. Namun hal ini masih
dapt diterima mengingat setiap kab/kota tidaklah mudah untuk dengan segera menyusun
Perda ini karena harus dibuat secara cermat dan membutuhkan kerjasama, koordinasi
dan sinergi dari berbagai instansi terkait dengan pelayanan publik.
Adanya peningkatan pada tahun 2008 dan 2009 memperlihatkan bahwa Perda pelayanan
satu atap ini telah menjadi kebutuhan setiap daerah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Pertama, adanya tuntutan dari masyarakat akan adanya Perda tersebut,
terlebih apabila didaerah tetangganya sudah ada. Kedua, Perda tersebut memang
kebutuhan dari daerah dalam rangka efektivitas pelayanan publik dan mencegah
maraknya pungli diberbagai instansi perizinan.
Tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Tingkat partisipasi politik masyarakat ini sebenarnya pendiskripsiannya menjadi sangat
sempit ruang lingkupnya, yaitu hanya pada saat Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan
Legislatif dan puncaknya pada saat Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang
kesemuanya diagendakan 5 tahun sekali. Namun demikian hal tersebut dapat dijadikan
salah satu indikator outcomes demokrasi. Berikut grafik tingkat partiipasi politik
masyarakat pada Pilkada, Pileg dan Pilpres yang sebenarnya tidak dapat begitu
dikomparasikan mengingat waktunya penyelenggaraannya bisa saja tidak bersamaan,
kecuali untuk Pileg dan Pilpres ditahun yang sama, yaitu 2009. Sementara Pilkada di
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung diselenggarakan pada tahun 2006.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 13
67,5
68
68,5
69
69,5
70
70,5
71
71,5
Pilkada Pileg Pilpres
20062009
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa ada penurunan partisipasi politik masyarakat.
Di sini dapat dikatakan terjadi penurunan, melihat dari sisi waktu antara pelaksaan pileg
Pilkada dan Pileg hanya berselang 3 tahun dimana jumlah pemilih tidak akan berbeda
jauh. Penurunan ini menunjukkan masyarakat lebih tertarik pada pemilihan gubernur yang
tentunya banyak menyangkut isu daerah dan para kontestannya figur yang lebih dikenal.
Berbeda dengan Pileg yang biasanya peserta lebih banyak dan dampak keterpilihannya
kelak belum dapat dijamin. Begitu pula dengan pilpres yang semakin menurun
dibandingkan Pilkada dan Pileg. Fenomena ini bisa disebabkan oleh faktor yang sama
pada Pileg tadi atau juga pada faktor-faktor yang lain, mengingat skala pemilihannya
membawa figur nasional, isu nasional dan munculnya koalisi partai dalam tahapan
Pilpres.
Peningkatan Capaian Selain isu-isu spesifik dan menonjol seperti diuraikan di atas, indikator-indikator capaian
lain menunjukkan capaian angka yang baik. Terjadi peningkatan kualitas pada indikator,
seperti pada persentase kasus korupsi yang tertangani, angka Gender Development
Index (GDI) dan Angka Gender Empowerment Meassurement (GEM) yang terus
meningkat dari tahun ke tahun.
2.1.3. Rekomendasi Kebijakan Dari beberapa indikator di atas terlihat terjadi peningkatan Tingkat Pelayanan Publik dan
Demokrasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi ini tentu saja harus
dipertahankan dan ditingkatkan. Sementara pada beberapa indikator lain menunjukkan
capaian yang tidak stabil bahkan semakin menurun.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 14
Berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik dan demokrasi ke depan
di propinsi Laskar Pelangi ini, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Aparat Penegak Hukum
Salah satu indikator yang telah memiliki capaian yang baik adalah persentase
penanganan kasus korupsi dengan yang dilaporkan. Meskipun capainnya saat sudah
baik, namun yang terpenting adalah capaian tersebut tetap stabil dan semakin meningkat
secara berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu sangat diperlukan
adanya peningkatan kualitas dan kuantitas aparat penegak hukum serta dilengkapi
sarana dan prasarana yang memadai dan sistem yang baik.
2. Memperbanyak program beasiswa bagi birokrat
Grafik capaian persentase aparat pemerintah yang berijazah minimal S1 menunjukkan
peningkatan yang baik. Hal ini sangat penting berkaitan dengan peningkatan kualitas
pelayanan publik dan bagaimana aparat pemerintah mampu untuk mengahadapi
tantangan berbagai permasalahan di masyarakat. Peningkatan kualitas pendidikan
merupakan salah satu jawabannya. Perlu diperbanyak program beasiswa bagi aparat
pemerintah dan yang lebih penting lagi harus dihilangkan oleh aparat pemerintah bahwa
melanjutkan pendidikan bukan hanya sekedar untuk naik golongan dan tunjangan, namun
lebih dari itu lebih meningkatkan pengabdian kepada masyarakat.
3. Setiap daerah wajib memiliki Perda Pelayanan Satu Atap
Salah satu permasalahan birokrasi diseluruh dunia adalah maraknya praktek “pungli”
yang selalu ada disetiap instansi pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan
penerbitan dokumen atau perizinan dan jelas yang menjadi korban adalah masyarakat itu
sendiri. Beberapa daerah kabupaten/kota di Propinsi Kepualauan Bangka Belitung telah
memiliki Perda Pelayanan Satu Atap. Namun dari grafik terlihat bahwa belum seluruh
daerah memiliki perda tersebut. Oleh karena itu, perlu ada intervensi dari pemerintah
pusat dan pemerintah provinsi, bahkan dari masyarakat sendiri yang menuntut adanya
perda ini, sehingga birokrasi yang panjang dapat dipotong dan pungli dapat diberantas.
4. Program Peningkatan partisipasi perempuan di bidang kesehatan, pendidikan,
dunia kerja dan politik
Gender Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM)
dipropinsi ini memang memiliki capaian yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun
apabila dikomparasikan dengan propinsi lain, kita jauh tertinggal. Oleh karena itu Badan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 15
Pemberdayaan Perempuan, Keluarga Berencana dan Perlindungan Anak dan semua
instansi terkait perlu untuk melakukan program partisipasi perempuan di bidang
kesehatan, pendidikan, dunia kerja dan politik. DI bidang kesehatan, kesehatan ibu dan
anak harus semakin ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat menaikkan angka harapan
hidup perempuan. Begitu pula di bidang pendidikan, peningkatan angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah bagi perempuan harus menjadi prioritas melalui program
pendidikan gratis dan menghilangkan stiga bahwa perempuan tidak harus sekolah tinggi.
Disamping itu, tingginya tenaga kerja perempuan dan ketertibatannya dalam lembaga
legislatif, eksekutif dan yudikatif akan meningkatkan angka GDI dan GEM.
5. Meningkatan kesadaran politik, peran pemerintah dan partai politik
Tingkat partisipasi politik masyarakat dalam berbagai agenda pemilu, bail Pilkada, Pileg
maupun Pilpres dari grafik terlihat mengalami penurunan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
banyak faktor sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah dengan
menumbuhkan kesadaran politik masyarakat. Jadi kesadaran itu bukan muncul hanya
memenuhi kewajiban sebagai warga negara yang baik untuk melakukan “pencoblosan”
selama 5 tahun sekali, namun tumbuh kesadaran bahwa kita adalah bagian dari politik
negara yang arah kemajuan bangsa ini juga menjadi tanggungjawab kita. Disamping itu,
peran pemerintah dan partai politik sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran politik
tersebut dan juga harus dapat membuktikan apa-apa yang mereka janjikan pada saat
kampanye, sehingga masyarakat tidak apatis dan kemudian mengambil pilihan tanpa
pilihan alias “golput”.
2.2
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 16
TINGKAT KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
2.2.1. Capaian Indikator Indikator capaian yang digunakan dalam pembahasan Tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusia adalah bentuk persentase dan bentuk angka. Terdapat 15 indikator capaian
berbentuk persentase dan 2 indikator berbentuk angka yang dijelaskan dalam bentuk
tabel terpisah.
Metode yang digunakan untuk menentukan capaian Tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusia adalah sebagai berikut:
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes). Adapun
indikator pendukung tersebut adalah sebagai berikut:
a. Angka partisipasi murni SD/MI
b. Angka putus sekolah SD
c. Angka putus sekolah SMP/MTs
d. Angka putus sekolah SMA/K/MA
e. Angka melek aksara 15 tahun
f. Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs
g. Persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah
h. Umur harapan hidup (UHH)
i. Angka kematian bayi (AKB)
j. Angka kematian ibu (AKI)
k. Prevalensi gizi buruk
l. Prevalensi gizi kurang
m. Persentase tenaga kesehatan perpenduduk
n. Persentase penduduk ber-KB
o. Persentase laju pertumbuhan penduduk
(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase.
(3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase, maka tidak dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. Adapun indikator yang
tidak termasuk dalam penghitungan indikator hasil adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs
b. Rata-rata nilai akhir SMA/K/MA
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 17
(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan terlebih
dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif). Contoh pada
Angka putus sekolah yang bermakna negatif. Sementara itu, pada kasus persentase
melampaui seratus persen sebagai standard perhitungan, maka angka dimaksud
dibuat minus dari seratus persen, misalnya pada indikator Angka Kematian Ibu (AKI).
(5) Dalam hal, tidak tersedia data, maka perhitungan tetap dilakukan dengan mengurangi
jumlah pembagi dari total keseluruhan capaian.
(6) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya).
Tabel Indikator dalam Bentuk Persentase No Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 20091. Angka partisipasi murni
SD/MI 89,57 91,59 92,03 93,79 96,94
2. Angka putus sekolah SD 1,11 (98,89)
0,98 (99,02)
0,67 (99,33)
0,68 (99,32)
0,53 (99,47)
3. Angka putus sekolah SMP/MTs
2,97 (97,03)
2,95 (97,05)
2,52 (97,48)
2,03 (97,98)
1,61 (98,39)
4. Angka putus sekolah SMA/K/MA
2,34 (97,66)
2,21 (97,79)
2,47 (97,53)
2,11 (97,89)
2,56 (97,44)
5. Angka melek aksara 15 tahun
93,50 95,4 95,40 88,62 91,21
6. Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs
61,6 64,89 66,4 66,39 67,16
7. Persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah
36,22 50,7 41,34 51,9 56,4
8. Umur harapan hidup (UHH)
67,2 69,66 69,66 69,66 69,66 69,66
9. Angka kematian bayi (AKB)
5,90 (94,1)
5,35 (94,65)
6,04 (93,96)
6,91 (93,09)
8,19 (91,81)
18,00 (82)
10. Angka kematian ibu (AKI)
88,00 (12)
122,50 (-22,5)
126,83 (-26,83)
160,73 (-60,73)
189,31 (-89,31)
135,00 (-35,00)
11. Prevalensi gizi buruk 2,47 (97,53)
2,47 (97,53)
0,74 (99,26)
0,71 (99,23)
0,04 (99,96
0,05 (99,95)
12. Prevalensi gizi kurang 8,10 (91,9)
8,10 (91,9)
10,30 (89,7)
13,70 (86,3)
13,05 (86,95)
9,80 (90,02)
13. Persentase tenaga kesehatan perpenduduk
13,08 19,45 21,20 23,78 29,00 33,38
14. Persentase penduduk ber-KB
77,13 72,85 77,12 76,1 77,04
15. Persentase laju pertumbuhan penduduk
3,04 (96,96)
3,02 (96,98)
2,95 (97,05)
1,43 (98,57)
1,39 (98,61)
Jumlah Nilai Hasil 1027,41 1166,59 1233,09 1242,13 1259,06 650,66 Penyusun Indikator
Hasil 14 14 15 15 15 8
Nilai Indikator Hasil 73,39 83,33 82,21 82,81 83,94 81,33
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 18
Tabel Indikator dalam Bentuk Angka (Tidak diperhitungkan dalam Outcomes Daerah) No Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 20091. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs 5,7 5,7 5,89 4,31 5,59
2. Rata-rata nilai akhir SMA/K/MA 5,85 5,97 6,37 6,33 6,06
Jumlah Nilai Hasil 11,55 11,67 12,26 10,64 11,65
Penyusun Indikator Hasil 2 2 2 2 2
Nilai Indikator Hasil 5,78 5,84 6,13 5,32 5,83
Tabel Indikator Outcomes Daerah dan Tren Daerah
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusia di Daerah 73,39 83,33 82,21 82,81 83,94 81,33
2 Tren Daerah 0,14 -0,01 0,01 0,01 -0,03
Grafik Capaian Outcomes Daerah dan Tren Daerah
Untuk menganalisis Relevansi dan Efektivitas, berikut ini adalah capaian outcomes
nasional dan tren nasional
Tabel Indikator Outcomes Nasional dan Tren Nasional
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusia 75,6 76,26 77,13 80,49 63,94 40
2 Tren Nasional 0,01 0,01 0,04 -0,21 -0,37
2004 2005 2006 2007 2008 2009-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Outcomes DaerahTren Daerah
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 19
Grafik capaian Outcomes Nasional dan Tren Nasional
Tabel Relevansi dan Efektivitas
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Outcomes Nasional 75,6 76,26 77,13 80,49 63,94 40
2 Outcomes Daerah 73,39 83,33 82,21 82,81 83,94 81,33
Grafik Relevansi dan Efektivitas
2004 2005 2006 2007 2008 20090
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Outcomes NasionalOutcomes Daerah
2004 2005 2006 2007 2008 2009-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Tren NasionalNasional
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 20
Tabel Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
No Tren 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tren Nasional 0,01 0,01 0,04 -0,21 -0,37
2 Tren Daerah 0,14 -0,01 0,01 0,01 -0,03
Grafik Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
Analisis Relevansi
Analisis ini digunakan untuk menganalisis sejauhmana tujuan/sasaran pembangunan
yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini,
relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan
atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.
Memperhatikan capaian pembangunan daerah sebagaimana ditampakkan dalam tabel di
atas, terlihat grafik bahwa pada tahun 2004, kinerja pembangunan daerah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung nampak tidak relevan dibandingkan dengan kinerja
pembangunan secara nasional. Meski demikian, pada tahun-tahun setelahnya, terjadi
peningkatan yang luar biasa. Kinerja pembangunan daerah lebih baik dengan
pembangunan nasional dan itu berarti relevan pada tahun 2005, 2006, 2007, 200, dan
2009.
Capaian kinerja yang sangat relevan terlihat pada tahun 2008, dimana ketika capaian
pembangunan nasional berada pada level 63,94 sementara pembangunan daerah berada
pada level 83,94. Relevansi itu nampaknya akan semakin meningkat pada tahun 2009
melihat angka sementara menunjukkan capaian relevansi di daerah yang sangat baik.
2004 2005 2006 2007 2008 2009-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
Tren NasionalTren Daerah
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 21
Secara umum, dapat dikatakan bahwa kinerja pembangunan nasional di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung relevan.
Analisis Efektivitas
Analisis ini digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak
pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat
dari sejauhmana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Melihat data yang tersaji di atas, dapat dikatakan bahwa capaian pembangunan di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak stabil. Grafik yang naik turun menunjukkan
bahwa pembangunan di provinsi ini tidak efektif.
Lihat lagi grafik capaian outcomes yang naik turun tersebut:
Grafik di atas menunjukkan bahwa pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tidak efektif. Kondisi yang sama sebetulnya ditampakkan pada kinerja pembangunan
nasional yang juga mengalami penurunan capaian pada tahun-tahun akhir.
2.2.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol (How and way)
Ada tiga komponen utama dalam pengukuran indikator Tingkat Kualitas Sumber Daya
Manusia, yaitu:
3. Pendidikan
4. Kesehatan
5. Keluarga Berencana
2004 2005 2006 2007 2008 200968
70
72
74
76
78
80
82
84
86
Outcomes
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 22
Ke-17 indikator yang terdapat pada tiga komponen utama tersebut menunjukkan capaian
angka yang kerapkali sangat baik, namun pada beberapa indikator justru sangat tidak
baik.
Beberapa capaian indkator sepesifik dan menonjol itu adalah:
Angka putus sekolah siswa pada level SMA/K/MA Angka putus sekolah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan
pada jenjang SMA/K/MA. Jika kita perhatikan, grafik isu putus sekolah pada jenjang
SMA/K/MA sebagai berikut:
Kondisi di atas menunjukkan bahwa meski sempat mengalami penurunan jumlah pada
tahun 2005 dan 2007, namun peningkatan cukup signifikan terjadi pada tahun 2008.
Kondisi berbeda ditampakkan pada angka putus sekolah untuk jenjang SD/MI dan
SMP/MTs yang cenderung mengalami penurunan angka dari tahun ke tahun.
Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama bahwa secara psikologis
perkembangan anak pada usia SD dan SMP umumnya belum terkontaminasi oleh situasi
lingkungan sehingga pendidikan umumnya masih diangka merupakan kewajiban bagi
masyarakat. Anak-anak pun belum secara intens menerima pengaruh-pengaruh yang
negatif sehingga masih beranggapan bahwa bersekolah harus tetap dilakukan. Orangtua
pun masih dapat melakukan tekanan kepada anaknya untuk tetap bersekolah. Hal ini
berbeda dengan anak-anak usia SMA/K/MA yang umumnya cenderung menerima
pengaruh dari lingkungan yang kerapkali berefek pada tingginya angka putus sekolah. Di
samping itu, pada jenjang ini, anak-anak cenderung memiliki otonomi yang lebih besar
untuk menentukan apakah mereka meneruskan bersekolah atau tidak.
2004 2005 2006 2007 2008 20090
20
40
60
80
100
120
Angka Putus Sekolah SMA/K/MA
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 23
Secara ekonomi, ada perbedaan kebutuhan pendidikan antar jenjang SD dan SMP
dengan jenjang sekolah menengah. Kebutuhan peralatan dan pembiayan sekolah
menengah cukup tinggi. Hal ini juga dipersepsikan oleh orangtua sebagai pendidikan
yang tinggi sehingga seringkali orangtua sudah cukup jika sang anak dapat
menyelesaikan pendidikan. Kebijakan pendidikan yang hanya memberikan pelayanan
pendidikan gratis dari SD sampai pada jenjang SMP menyebabkan biaya pendidikan yang
tetap tinggi untuk level SMA. Selain itu, SMA/K/MA yang biasanya hanya terdapat di
tempat-tempat yang secara geografis mudah dijangkau menyebabkan pendidikan level ini
disentuh oleh kalangan terbatas.
Hal lain yang tentunya sangat penting untuk dicermati adalah dampak penambangan
timah yang umumnya banyak menyedot angkatan kerja usia muda yang umumnya
mereka adalah siswa-siswa yang duduk pada level sekolah menengah.
Persentase Guru Layak Mengajar Persentase guru yang layak mengajar cukup memprihatinkan. Pada level SMP, kondisi
guru yang layak mengajar hanya menempati posisi 60-an persen. Kondisi yang lebih
parah ditunjukkan pada kelayakan guru mengajar untuk jenjang SMA/K/MA. Berikut
grafiknya:
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase guru yang layak mengajar pada jenjang
sekolah menengah sangat memprihatinkan. Di samping angkanya yang hanya berkutat
pada level 50-an persen, angka ini memperlihatkan grafik yang tidak stabil dari tahun ke
tahun. Dalam beberapa tahun terjadi peningkatan, namun dalam tahun-tahun tertentu ada
penurunan.
Kelayakan guru mengajar tentu saja dilihat dari kompetensi pendidikan dan derajat
pendidikan yang dimiliki oleh seorang guru. Sebagai provinsi baru, banyak sekolah
2004 2005 2006 2007 2008 20090
10
20
30
40
50
60
Guru Layak Mengajar Seko-lah Menengah
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 24
menengah baru yang dibuka di daerah ini. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
permintaan guru, sementara ketersediaan sumber daya manusia cukup terbatas. Itulah
sebabnya, pemerintah seharusnya mengambil kebijakan yang strategis dalam rangka
meningkatkan kompetensi guru.
Angka Kematian Bayi (AKB) Angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terlihat mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini grafiknya:
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase kematian bayi selalu mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada tahun 2005 yang sempat mengalami
penurunan, namun meningkat dengan tajam pada tahun-tahun berikutnya.
Kondisi ini nampaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, pertama bahwa kondisi cuaca
yang tidak stabil menyebabkan potensi penyakit yang dapat menyerang tubuh anak-anak
yang sistem kekebalannya memang belum kuat. Kedua, sebagai daerah pertambangan,
terdapat banyak lokasi genangan air yang menyebabkan potensi penyakit malaria dan
demam berdarah lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
Hal lain yang mempengaruhinya adalah masih minimnya tenaga kesehatan di provinsi ini,
sementara geografis Bangka Belitung sebagai daerah kepulauan menyebabkan akses
kesehatan menjadi terhambat.
Angka Kematian Ibu (AKI) Faktor kesehatan di Bangka Belitung ternyata masih dapat dikatakan memberikan
kontribusi yang buruk bagi indek pembangunan manusia di provinsi ini. Hal ini sala
satunya dapat dilihat pada Angka Kematian Ibu (AKI) pada grafik berikut ini:
2004 2005 2006 2007 2008 20090
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Angka Kematian Bayi
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 25
Angka kematian ibu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun secara signifikan, kecuali
pada tahun 2009 yang masih berjalan (dalam estimasi sementara). Kondisi ini
memprihatinkan meningat perkembangan provinsi yang setiap tahun menambah tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan dari tahun ke tahun ternyata tidak mengikutsertakan
perkembangan baik bagi Angka Kematian Ibu (AKI).
Kondisi ini sepertinya disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, geografis Bangka Belitung
sebagai daerah kepulauan menyebabkan fasilitas kesehatan tidak terlalu mudah untuk
dijangkau. Beberapa daerah pulau menyisakan persoalan khas bagi akses kesehatan.
Kendala transportasi menyebabkan kesulitan masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan. Selain itu, di beberapa daerah, kepercayaan masyarakat terhadap 'dukun
beranak' masih cukup tinggi sehingga meski akses pelayanan kesehatan baik, namun
mereka enggan memanfaatkan fasilitas tersebut.
Prevalensi Gizi Kurang Prevalensi Gizi Kurang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, seperti
ditampakkan pada grafik berikut ini:
2004 2005 2006 2007 2008 20090
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
Angka Kematian Ibu
2004 2005 2006 2007 2008 20090
2
4
6
8
10
12
14
16
Prevalensi Gizi Kurang
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 26
Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup besar bagi
Prevalensi Gizi Kurang. Kecuali pada tahun 2009 yang masih bersifat sementara, grafik
pada tahun-tahun sebelumnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini
nampaknya disebabkan oleh beberapa hal penting, antara lain tingkat kesadaran
masyarakat yang masih rendah dalam hal menjaga kesehatan.
Selain itu, masyarakat umumnya masih enggan jika harus datang ke pos-pos kesehatan
sekedar untuk berkonsultasi kesehatan. Hal penting lainnya adalah subsidi pemerintah
untuk kepentingan gizi masyarakat melalui pos-pos pelayanan kesehatan perlu
ditingkatkan.
Peningkatan Capaian Selain isu-isu spesifik dan menonjol seperti diuraikan di atas, indikator-indikator capaian
lain menunjukkan capaian angka yang baik. Terjadi peningkatan kualitas pada indikator:
Angka partisipasi murni SD/MI, Angka melek aksara 15 tahun, umur harapan hidup,
prevalensi gizi buruk, persentase tenaga kesehatan, persentase jumlah penduduk ber-KB,
dan laju pertumbuhan yangrelatif dapat ditekan.
2.2.3. Rekomendasi Kebijakan Pada beberapa indikator, terjadi peningkatan Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi ini tentu saja harus dipertahankan dan
ditingkatkan. Sementara pada beberapa indikator, capaian menunjukkan grafik yang
terbilang 'jalan di tempat' atau justru memburuk.
Terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke depan, beberapa
hal yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Pertahankan dan tingkatkan indikator-indikator yang sudah baik
Perlu dilakukan langkah-langkah terpadu untuk tetap mempertahankan pola capaian yang
sudah baik, misalnya mengintensifkan capaian angka melek aksara 15 tahun,
peningkatan kelayakan mengajar guru, menekan laju pertumbuhan penduduk, dan
capaian jumlah pengguna KB.
2. Pendidikan gratis sampai pada level SMA
Kebijakan selama ini yang diambil oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat adalah
pendidikan gratis bagi siswa di SD dan SMP atau setara, sementara pada level
SMA/K/MA tetap diberlakukan kebijakan pembiayaan oleh orangtua siswa. Selain
kesenjangan akan terjadi, biaya bagi pendidikan di tingkat SMA/K/MA yang relatif tinggi
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 27
menyebabkan angka putus sekolah juga tinggi. Ke depan, pendidikan bersubsidi perlu
diteruskan sampai pada jenjang pendidikan sekolah menengah lanjutan
3. Dampak Penambangan Timah
Terkait dengan penambangan timah yang umumnya berlangsung ilegal, selain dampak
ekologi, dampak sosial juga menyebabkan resiko yang cukup tinggi. Angka putus sekolah
dipercaya sangat dipengaruhi oleh penambangan ilegal. Sebagai upaya untuk mencegah
dampak tersebut, maka perlu dilakukan langkah strategis untuk mencegah semakin
meluasnya dampak semacam ini. Salah satunya misalnya dengan mengeluarkan regulasi
yang melarang anak usia sekolah melakukan penambangan, begitu juga terkait dengan
pengaturan pola penambangan yang lebih tertata.
4. Penguatan lembaga agama dan Kebudayaan
Sebagai daerah kepulauan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat rentan dengan
pembauran penduduk. Dalam beberapa aspek, pembauran dapat menimbulkan
persentuhan budaya yang baik, namun dalam banyap kasus pembauran justru
menyebabkan krisis budaya dan tradisi. Persinggungan budaya pada gilirannya akan
menyebabkan dekadensi moral dan krisis jati diri. Kenakalan remaja, pembauran tak
terkendal, dan sebagainya akan menjadi dampak nyata. Ke depan, diperlukan penguatan
lembaga keagamaan dan kebudayaan dalam rangka memfilter berbagai pengaruh luar
agar tidak terlalu mendekonstruksi kultur dan kearifan lokal.
5. Program peningkatan kompetensi guru
Capaian yang ditampakkan oleh grafik kelayakan guru mengajar terbilang cukup rendah.
Hal ini disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia pendidik yang masih relatif rendah.
Oleh karena itu, pemeritah perlu mengupayakan peningkatan kompetensi mengajar guru
melalui program bantuan pendidikan studi lanjut, pelatihan-pelatihan kependidikan, dan
lain sebagainya.
6. Jumlah tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan, pada berbagai pos dan daerah, di daerah ini masih relatif
rendah. Ke depan perlu diambil kebijakan untuk menambah kuota penerimaan
kepegawaian tenaga teknis. Tak kalah pentingnya adalah bagaimana meningkatkan etos
kerja para petugas kesehatan melalui berbagai program pembinaan kepegawaian dan
diklat-diklat.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 28
7. Insentif tenaga kesehatan di daerah terpencil
Sebagai daerah kepulauan, cukup banyak wilayah di Bangka Belitung yang terletak di
daerah terpencil, bahkan di seberang laut dan sungai. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan loyalitas dan semangat para petugas kesehatan, perlu diberikan intensif
yang memadai bagi para tenaga medis di daerah-daerah terisolir. Tujuannya sederhana,
agar pelayanan publik di bidang kesehatan dapat menjangkau masyarakat kecil dan
terisolir.
8. Akses Pelayanan Kesehatan
Salah satu masalah bagi akses kesehatan adalah sarana dan prasarana yang belum
begitu optimal. Kendala transportasi menjadi masalah serius bagi masyarakat di daerah
terpencil, sementara fasilitas kesehatan di desa-desa kecil belumlah dapat disebut layak.
Pemerintah harus mempercepat pembangunan sarana dan prasarana dalam rangka
meningkatkan akses pelayanan kesehatan.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 29
2.3 TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI
2.3.1. Capaian Indikator Indikator capaian yang digunakan dalam pembahasan Tingkat Pembangunan Ekonomi
adalah bentuk persentase dan bentuk angka. Terdapat 7 indikator capaian berbentuk
persentase dan 4 indikator capaian berbentuk angka yang dijelaskan dalam bentuk tabel
terpisah.
Metode yang digunakan untuk menentukan capaian Tingkat Pembangunan Ekonomi
adalah sebagai berikut:
(1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).
Adapun indikator pendukung tersebut adalah sebagai berikut:
a. Laju inflasi
b. Laju pertumbuhan Ekonomi
c. Persentase ekspor terhadap PDRB
d. Persentase output Manufaktur terhadap PDRB
e. Persentase output UMKM terhadap PDRB
f. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA
g. Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN
(2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan nilai satuan yang digunakan adalah persentase. (3) Indikator pendukung yang satuannya bukan berupa persentase, maka tidak
dimasukkan dalam rata-rata, melainkan ditampilkan tersendiri. Adapun indikator
yang tidak termasuk dalam penghitungan indikator hasil adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan perkapita (Rp Juta)
b. Panjang jalan nasional berdasarkan kondisi (Km)
c. Panjang jalan provinsi dan kabupaten berdasarkan kondisi (Km)
d. Penambahan panjang jalan provinsi per tahun
(4) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).
Contoh pada Angka laju inflasi yang bermakna negatif.. Dalam hal, tidak tersedia
data, maka perhitungan tetap dilakukan dengan mengurangi jumlah pembagi dari
total keseluruhan capaian.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 30
(5) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya).
Tabel Indikator dalam Bentuk Persentase
No Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1. Laju Inflasi 9,00
(91) 17,45
(82,55) 6,42
(93,58) 2,64
(97,36) 18,40 (81,6)
1,59 (98,41)
2. Laju Pertumbuhan Ekonomi
3,28 3,47 3,98 4,54 2,65 2,15
3. Persentase ekspor terhadap PDRB
30,58 46,05 54,24 47,41 63,47 63,46
4. Persentase output manufaktur terhadap PDRB
22,77 22,38 22,28 22,51 22,56 21,87
5. Persentase output UMKM terhadap PDRB
- - - - - -
6. Persentase pertumbuhan realisasi investasi PMA
- - -0,380 -0,925 1,322 0,0059
7. Persentase pertumbuhan realisasi investasi PMDN
- - -0,212 -0,623 -0,956 -0,597
Jumlah Nilai Hasil 147,63 154,45 173,49 170,27 170,65 185,30 Penyusun Indikator Hasil 4 4 6 6 6 6 Nilai Indikator Hasil 36,91 38,61 28,92 28,38 28,44 30,88
Tabel Indikator dalam Bentuk Angka (Tidak diperhitungkan dalam Outcomes Daerah)
No Indikator 2004 2005 2006 2007 2008 20091. Pendapatan per kapita
(Rp. Juta). 11,52 13,58 14,81 16,17
2. Panjang jalan nasional berdasarkan kondisi (Km)
• Baik • Sedang • Buruk
531,00
349 116 66
530,65
228,1 162,51 140,04
531,00
452 16 63
530,65
3. Panjang jalan provinsi dan kabupaten berdasarkan kondisi (Km)
• Baik • Sedang • Buruk
3207
1271 941 995
3018,32
990,79 632,58 899,45
1514
446 754 314
4. Penambahan panjang jalan provinsi per tahun
0 10,17 0 21,8 0 0
Jumlah Nilai Hasil 3749,52 3572,72 2059,81 568,62 Penyusun Indikator Hasil 4 4 4 3 3 3 Nilai Indikator Hasil 937,38 893,18 514,95 189,54 - -
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 31
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcomes daerahTren daerah
-505
1015202530354045
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tingkat PembangunanEkonomi NasionalTren Nasional
Tabel Indikator Outcomes Daerah dan Tren Daerah
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tingkat Pembangunan Ekonomi 36,91 38,61 28,92 28,38 28,44 30,88
2 Tren Daerah 0,05 -0,25 -0,02 0,002 0,09
Grafik Capaian Outcomes Daerah dan Tren Daerah
Untuk menganalisis Relevansi dan Efektivitas, berikut ini adalah capaian outcomes nasional
dan tren nasional
Tabel Indikator Outcomes Nasional dan Tren Nasional
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tingkat Pembangunan Ekonomi 39,47 40,07 40,24 41,71 42,97 -2,54
2 Tren Nasional 0,02 0,00 0,04 0,03 -1,06
Grafik capaian Outcomes Nasional dan Tren Nasional
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 32
Tabel Relevansi dan Efektivitas
No Indikator Outcomes 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Outcomes Nasional 39,47 40,07 40,24 41,71 42,97 -2,54
2 Outcomes Daerah 36,91 38,61 28,92 28,38 28,44 30,88
-505
1015202530354045
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcomes NasionalOutcomes Daerah
Grafik Relevansi dan Efektivitas
Tabel Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
No Tren 2004 2005 2006 2007 2008 2009 1 Tren Nasional 0,02 0,00 0,04 0,03 -1,06
2 Tren Daerah 0,05 -0,25 -0,02 0,002 0,09
-1,2
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
0
0,2
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tren NasionalTren Daerah
Grafik Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 33
Analisis Relevansi Analisis ini digunakan untuk menganalisis sejauhmana tujuan/sasaran pembangunan
yang direncanakan mampu menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini,
relevansi pembangunan daerah dilihat apakah tren capaian pembangunan daerah sejalan
atau lebih baik dari capaian pembangunan nasional.
Memperhatikan capaian pembangunan daerah sebagaimana ditampakkan dalam tabel di
atas, terlihat grafik bahwa pada tahun 2005, kinerja pembangunan daerah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja pembangunan
secara nasional. Tetapi pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 terjadi penurunan,
dan pada tahun 2009 kembali menunjukkan peningkatan dimana trend daerah provinsi
kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,09 dan lebih tinggi dari trend nasional.
Capaian kinerja yang sangat relevan terlihat pada tahun 2005, dimana tren capaian
pembangunan daerah berada pada level 0,05 sementara pembangunan nasional hanya
berada pada level 0,02. Tren capaian pembangunan daerah di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung turun drastis pada tahun 2006 mencapai titik terendah yaitu pada level -
0,25, dimana pada saat itu tren capaian pembangunan nasional berada pada level 0,00.
Pada tahun 2006, 2007 dan 2008 tren capaian pembangunan daerah tidak relevan jika
dibandingkan dengan capaian tren pembangunan nasional. Tetapi Relevansi itu
nampaknya akan meningkat pada tahun 2009 melihat angka sementara menunjukkan
capaian relevansi di daerah yang sangat baik yaitu sebesar 0,09, sedangka tren capaian
pembangunan nasional sebesar -1,06.
Secara umum, dapat dikatakan terjadinya fluktuasi relevansi di bidang capaian
pembangunan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Analisis Efektivitas
Analisis ini digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak
pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan dapat dilihat
dari sejauhmana capaian pembangunan daerah membaik dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Melihat data yang tersaji di atas, dapat dikatakan bahwa capaian pembangunan Ekonomi
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berfluktuasi. Keadaan yang agak stabil terjadi
pada tahun 2006 sampai dengan 2008. Pada tahun 2009 diperkiraan capaian kinerja
pembangunan daerah bidang ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
diperkirakan akan bergerak naik. Grafik yang naik turun menunjukkan bahwa
pembangunan di provinsi ini tidak terlalu efektif.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 34
Laju Inflasi
02468
101214161820
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Laju Inflasi
Lihat lagi grafik capaian outcomes yang naik turun tersebut:
Outcome daerah
05
1015202530354045
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Outcome daerah
Grafik di atas menunjukkan bahwa pembangunan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tidak terlalu efektif. Kondisi yang sama sebetulnya ditampakkan pada kinerja
pembangunan nasional yang juga mengalami fluktuasi.
2.3.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol (How and way)
Ada tiga komponen utama dalam pengukuran indikator Tingkat Pembangunan Ekonomi,
yaitu Ekonomi Makro, Investasi dan Infrastruktur
Ke-11 indikator yang terdapat pada tiga komponen utama tersebut menunjukkan capaian
angka yang kadangkala baik, namun pada beberapa indikator justru sangat tidak baik.
Beberapa capaian indkator sepesifik dan menonjol itu adalah:
Laju Inflasi Laju inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cenderung mengalami fluktuasi yang
sangat tajam. Fluktuasi laju inflasi tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 35
Grafik di atas menunjukkan bahwa meski sempat mengalami penurunan laju inflasi pada
tahun 2006 dan 2007, namun mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada tahun
2008, dimana angka inflasi mencapai titik tertinggi yaitu sebesar 18,40%, hal ini
disebabkan terjadinya krisis keuangan global yang dimulai pada pertengahan september
2008, yang sangat berdampak terhadap makro ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Kondisi ini terjadi karena komoditi andalan Bangka belitung yaitu hasil
pertambangan khususnya Timah dan hasil perkebunan yaitu kelapa sawit, karet dan lada
tujuan utama pemasarannya adalah pasar ekspor, disamping itu kebutuhan utama
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya didatangkan dari luar.
Persentase Laju Pertumbuhan Ekonomi Persentase Laju pertumbuhan ekonomi cukup memprihatinkan. Tahun 2004 sampai
dengan 2008, laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada
dibawah laju pertumbuhan ekonomi Nasional. Beberapa faktor penyebab rendahnya laju
pertumbuhan eonomi adalah perekonomian Bangka Belitung sangat tergantung pada
sektor primer yaitu pertambangan, disamping itu masalah krisis listrik juga menjadi
penyebab rendahnya laju pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung.
Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada
grafik berikut ini:
Laju Pertumbuhan Ekonomi
00,5
11,5
22,5
33,5
44,5
5
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Laju PertumbuhanEkonomi
Grafik di atas menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung menunjukkan persentase yang relatif rendah, berada dikisaran 2,65
sampai dengan 4,54. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2008 yang merupakan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 36
dampak dari krisis keuangan global yang sangat terasa di Provinsi ini. Sedangkan
pertumbuhan tertinggi sebesar 4,54 terjadi pada tahun 2007. Sampai september 2009
pertumbuhan ekonomi di provinsi ini hanya sebesar 2,15%.
Persentase Ekspor terhadap PDRB Persentase ekspor terhadap PDRB menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun
ketahun walaupun sedikit terjadi fluktuasi, sebagaimana terlihat pada grafik berikut:
Persentase Eksport Terhadap PDRB
0
10
20
30
40
50
60
70
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persentase EksportTerhadap PDRB
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase ekspor terhadap PDRB dari tahun 2004
sampai dengan tahun 2008 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, sedangkan
pada tahun 2007 sedikit mengalami penurunan, kemudian meningkat dengan tajam pada
tahun 2008 dan diprediksi akan tetap bertahan pada tahun 2009.
Kondisi ini dengan jelas menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung didominasi oleh komodi-komoditi tujuan eksport, baik yang berasal dari sektor
pertambangan maupun dari sektor perkebunan.
Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB Industri manufaktur (Pengolahan) juga memberikan kontribusi yang cukup besar di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hal ini ditunjukkan oleh persentase yang ditunjukkan
oleh output industri manufaktur terhadap PDRB yang relatif stabil berada pada kisaran 22
persen dari tahun 2004 sampai tahun 2008. Pada tahun 2009 ini diprediksi sedikit
mengalami penurunan karena hanya akan memberikan kontribusi sebesar 21, 87 persen.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 37
Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA
-1,5
-1
-0,5
0
0,5
1
1,5
2004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePertumbuhanRealisasi InvestasiPMA
Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB
21,421,621,8
2222,222,422,622,8
23
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Persentase OutputManufaktur TerhadapPDRB
Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMA Pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) menunjukkan
persentase yang negatif, hal ini terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2007. Salah satu faktor
penyebab rendahnya persentase pertumbuhan realisasi investasi PMA adalah masalah
krisis daya listrik yang membelenggu perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung sehingga minat investor untuk merealisasikan investasinya cenderung rendah.
Pada tahun 2008 menunjukkan tren positif, meningkat cukup signifikan dibandingkan
pada tahun sebelumnya dan diperkirakan tren tersebut akan tetap positif pada tahun
2009, dimana pada tahun 2009 pemerintah telah memberkan izin kepada dua
perusahaan yang berstatus Penanaman Modal Asing (PMA) yang bergerak di bidang
proferti dan perikanan untuk beroperasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 38
Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN
Seperti halnya dengan persentase pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal
Asing (PMA), persentase pertumbuhan realisasi investasi Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) berada pada angka yang negatif. Adapun faktor penyebabnya juga
masalah krisis daya listrik yang menyebabkan investor tidak begitu tertarik untuk
merealisasikan investasinya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hal ini dapat dilihat
pada grafik berikut ini:
Persentase Pertumbuhan Realisasi Investasi PMDN
-1,2
-1
-0,8
-0,6
-0,4
-0,2
02004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePertumbuhanRealisasi InvestasiPMDN
Peningkatan Capaian Dari masalah spesifik dan menonjol seperti diuraikan di atas, indikator-indikator capaian
lain menunjukkan capaian angka yang baik. Terjadi peningkatan kualitas pada indikator:
Pendapatan perkapita.
2.3.3. Rekomendasi Kebijakan Secara umum indikator-indikator tingkat pembangunan ekonomi di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung cenderung berfluktuasi, ada indikator yang cenderung stabil atau
terbilang 'jalan di tempat' atau justru memburuk.
Terkait dengan upaya peningkatan Tingkat Pembangunan Ekonomi ke depan, beberapa
hal yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
1. Jangan Tergantung pada Produk Luar
Salah satu faktor penyebab tingginya harga-harga yang ada di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang menyebabkan tingginya biaya hidup adalah barang kebutuhan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 39
pokok masyarakat kebanyakan didatangkan dari luar daerah. Hal disebabkan tingginya
biaya transportasi dan juga sangat tergantung pada faktor alam (cuaca).
Kedepan pemerintah harus berusaha untuk menyediakan barang-barang yang bisa
dihasilkan sendiri, seperti sayur-sayuran, beras, dan lain-lain sehingga tidak lagi
bergatung kepada daerah luar.
2. Atasi Krisis Listrik
Masalah krisis daya listrik merupakan permasalahan utama yang dihadapi oleh Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Terjadinya krisis listrik berdampak pada rendahnya tingkat
pertumbuhan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dari tahun ketahun cenderung berada dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
secara nasional.
Krisis listrik juga menjadi penyebab rendahnya realisasi pertumbuhan investasi baik PMA
maupun PMDN, yang selanjutnya juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Oleh
karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung dengan cara mempercepat pembangunan pembangkit-
pembangkit listrik baru.
3. Perbaiki iklim Investasi
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan investasi baik PMA
maupun PMDN di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah prosedur pengurusan
administrasi yang berbelit dan cenderung membutuhkan waktu yang lama. Kedepan perlu
dilakukan penyederhanaan prosedur untuk investasi dan waktu yang dibutuhkan juga
tidak begitu lama.
4. Diversifikasi Komoditi Eksport
Komoditi eksport Banga Belitung pada saat ini masih didominasi oleh sektor primer yaitu
sektor pertambangan, khususnya timah dan sektor perkebunan seperti kelapa sawit, lada
dan karet. Ke depan perlu dilakukan langkah-langkah strategis untuk menambah jenis
produk atau komoditi ekspor seperti bidang industri pengolahan timah, pengolahan hasil
perikanan, hasil industri kecil, dan lain-lain.
5.Perbaiki sarana dan Prasarana
Salah satu masalah dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah sarana dan prasarana yang belum begitu optimal. Fasilitas pelabuhan
laut, sarana jalan, bandara masih menjadi permasalahan serius. Untuk menggenjot
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 40
pembangunan ekonomi dengan cepat, pemerintah perlu segera memperbaiki sarana jalan
dan jembatan, mengembangkan pelabuhan-pelabuhan laut sehingga dapat melakukan
bongkar-muat barang dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat, serta
memperbaiki dan meperluas fasilitas bandara.
6. Tingkatkan Promosi Daerah
Sebagai provinsi baru, Kepulauan Bangka Belitung harus lebih meningkatkan promosi
keluar daerah, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Banyak potensi-potensi
daerah ini yang belum banyak dikenal, seperti potensi dibidang pariwisata, bidang
perikanan, dan bidang-bidang lainnya.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 41
2.4 KUALITAS PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM
Untuk mengetahui kualitas pengelolaan sumberdaya alam digunakan beberapa
indikator yaitu:
A. Dalam bidang kehutanan, indikatornya adalah :
a. persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
b. rehabilitasi lahan luar hutan
c. luas kawasan konservasi
B. Dalam bidang kelautan, indikatornya adalah :
a. jumlah tindak pidana perikanan
b. persentase terumbu karang dalam keadaan baik
c. luas kawasan konservasi laut
Indikator tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu indikator dalam bentuk prosentase
dan indikator dalam bentuk bukan presentase (dalam bentuk angka). Data indikator
tersebut tersaji dalam tabel 1 dan tabel 2 berikut.
Tabel 1. Data Indikator dalam Bentuk Prosentase No Indikator Hasil
(Output) Capaian Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 20091 Persentase luas
lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
0,01 0,03 0,48 0 0 0
2 Persentase terumbu karang dalam keadaan baik
0 0 40 38 35 30
Tabel 2. Data Indikator dalam Bentuk Bukan Prosentase (Bentuk Angka)
No Indikator Hasil (Output)
Capaian Tahun2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Rehabilitasi lahan luar hutan
515 120 550 95 150 0
2 Luas kawasan Konservasi
34.690 (ha) 34.690 (ha) 2.591 2.591 2.623,099 0
3 Jumlah tindak pidana perikanan
7 0 0 0 11 23
4 Luas kawasan konservasi laut
0 0 0 662.793,78
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 42
2.4.1. Capaian Indikator Outcomes Capaian indikator outcomes (capaian indikator hasil) merupakan angka yang
diperoleh dari rata-rata indikator-indikator yang di perbandingkan antara indicator
Nasional dengan indikator Provinsi Bangka Belitung yang kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis Relevansi dan analisis Efektivitas.
Dari indikator-indikator yang berasal dari Tabel 1, kemudian dibuat indikator
outcomes (indikator hasil) kualitas pengelolaan sumberdaya alam di Provinsi Bangka
Belitung yang berasal dari rata-rata prosentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan
terhadap lahan kritis dan prosentase terumbu karang dalam kondisi baik. Selanjutnya
dibuat tren kualitas pengelolaan sumberdaya alam dari tahun 2004-2009 seperti terlihat
pada Tabel 3 dibawah ini:
Tabel 3. Rata-rata Dan Trend Kualitas Pengelolaan Sumberdaya Alam Provinsi Bangka Belitung
No
Indikator
Capaian tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Persentase luas lahan rehabilitasi 0,01 0,03 0,48 0 0 0
dalam hutan terhadap lahan kritis
2 Persentase terumbu karang 0 0 40 38 35 30
Dalam keadaan baik Rata-rata indikator hasil 0,005 0,015 20,24 19 17,5 15 kualitas SDA
Trend Kualitas Pengelolaan SDA 2 1348,333 -0,06126 -0,078947368 -0,14286
Jika kualitas pengelolaan sumberdaya alam provinsi bangka belitung dibandingkan
dengan kualitas pengelolaan sumberdaya alam Nasional maka akan terlihat hasil seperti
pada grafik 1.
1. Analisis Relevansi Dari grafik 1 tersebut diatas terlihat bahwa capaian indikator hasil provinsi lebih
tinggi daripada capaian indikator hasil nasional, dengan catatan data capaian indikator
hasil pada Provinsi Bangka Belitung baru ada pada tahun 2006. Tingginya capaian
indikator hasil Provinsi Bangka Belitung tersebut karena:
a. Luas wilayah
Perbandingan luas wilayah Indonesia dengan luas wilayah Provinsi Bangka
Belitung yang menjadi indikator output sangat berbeda dimana pada tingkat nasional
banyak sekali wilayah Indonesia yang telah mengalami kondisi kritis baik hutan maupun
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 43
lautnya. Meskipun demikian tidak dipungkiri bahwa terdapat beberapa proses rehabilitasi
yang terjadi di dalamnya.
Grafik 1. Perbandingan Capaian Indikator Kualitas Pengelolaan SDA
Provinsi Bangka Belitung dengan Capaian Indikator Nasional
b. Proses rehabilitasi sumberdaya alam
Banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat swasta maupun
pemerintah Provinsi Bangka Belitung dalam rangka meningkatkan kualitas pengelolaan
sumberdaya alam antara lain, reklamasi daerah bekas tambang timah darat oleh pihak PT
Timah. Terdapat kegiatan yang dilakukan pemerintah provinsi ini yang bertujuan untuk
merehabilitasi kawasan hutan yang kritis yaitu Program Perempuan Tanam, Tebar dan
Pelihara untuk Ketahanan Pangan Keluarga dan Hari Menanam Pohon Indonesia.
Kegiatan lain yang dilakukan pemerintah adalah memasang rambu-rambu peringatan
pada kawasan hutan lindung dan hutan konservasi disertai ancaman apabila
melanggarnya. Keterlibatan masyarakat miskin dalam pemanfaatan sumberdaya alam
dan menjaga lingkungan dengan melakukan reboisasi untuk kawasan lahan seluas 1.710
hektar. Selain itu adanya program terumbu karang buatan yang dilakukan oleh
departemen kelautan dan perikanan.
c. Penelitian
Penelitian teknik rehabilitasi dalam rangka reklamasi kawasan bekas tambang
timah telah dilakukan salah satunya oleh Universitas Bangka Belitung yang merupakan
universitas yang berada di provinsi ini.
0
5
10
15
20
25C
apai
an
Indi
kato
r O
utco
mes
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Capaian Tahun
Grafik Capaian Indikator Kualitas Pengelolaan SDA Babel Dengan Capaian Indikator Nasional
Indikator Outcomes Babel Indikator Outcomes Nasional
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 44
Hal tersebut diatas yang menyebabkan tred dari capaian indikator kualitas
pengelolaan sumberdaya alam di Provinsi Bangka Belitung berada pada posisi diatas dari
trend capaian indikator kualitas pengelolaan sumberdaya alam Nasional (Grafik 2.)
Grafik 2. Perbandingan Trend Kualitas Pengelolaan Sumberdaya Alam Provinsi Bangka Belitung dengan Nasional
2. Analisis efektivitas
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebuah provinsi di Indonesia
yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-
pulau kecil seperti P. Lepar, P.Pongok, P. Mendanau dan P.Selat Nasik, total pulau telah
bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Bangka Belitung
terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan Provinsi Sumatra Selatan. Ibu kota
provinsi ini ialah Pangkalpinang. Pulau ini mengandung bahan mineral yaitu timah.
Pengusahaan timah telah dilakukan baik oleh pihak perusahaan maupun perorangan.
Tambang timah yang diusahakan tersebut dilakukan di darat maupun di laut yang biasa
disebut sebagai tambang inkonvensional apung (TI apung).
Sektor Kehutanan Pengusahaan timah yang dilakukan didarat dilakukan disemua wilayah Provinsi
Bangka Belitung ini tidak terkecuali. Masyarakat di provinsi ini juga sudah terkondisi
untuk mencari timah sebagai mata pencaharian utama. Keadaan tersebut diperparah
Tre nd Kualitas Pe nge lolaan SDA
-100,000,00
100,00200,00300,00400,00500,00600,00700,00800,00900,00
1000,001100,001200,001300,001400,001500,00
1 2 3 4 5 6
Capaian Tahun
Tren
d In
dika
tor O
utco
mes
Trend Kualitas Pengelolaan SDA Nas ional
Trenda Kualitas Pengelolaan SDA Babel
2 per. Mov. Avg. (Trend Kualitas Pengelolaan SDA Nas ional)2 per. Mov. Avg. (Trenda Kualitas Pengelolaan SDA Babel)
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 45
dengan melonjaknya harga timah beberapa bulan lalu sebelum krisis global yang terjadi
tahun 2009. Ketrampilan yang dipunyai oleh masyarakat di provinsi ini sebagian besar
adalah sebagai pencari timah.
Grafik 3. Rehabilitasi Lahan Luar Hutan
Menurut Bappedalda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), kerusakan
hutan akibat kegiatan penambangan timah di seluruh wilayah Babel mencapai 400.000 ha
atau 60% dari total luas hutan. Belum lagi terdapat 887 kolong atau lubang bekas
tambang timah di Bangka Belitung, yang dibiarkan begitu saja. Di darat, kolong-kolong
bekas galian tambang dapat dengan mudah ditemui di Bangka dan Belitung. Kolong-
kolong yang sudah berusia lebih dari 10 tahun, umumnya membentuk danau yang cukup
luas, yang merupakan bekas tambang PT Timah. Setelah puluhan tahun, meski tak bisa
kembali ke lanskap awal sebelum dibuka sebagai kawasan tambang, sebagian lokasi
semacam ini masih bisa dimanfaatkan dengan perlakuan khusus.
Adanya kondisi tersebut diataslah merupakan salah satu penyebab kondisi hutan
maupun terumbu karang di Provinsi Bangka Belitung mengalami penurunan
(terdegradasi). Oleh sebab itu dilakukan proses rehabilitasi lahan hutan baik di dalam
kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan.
Pada grafik 3 terlihat bahwa proses rehabilitasi lahan telah dilakukan mulai tahun
2004 mencapai 515 hektar (ha) dan luas rehabilitasi tertinggi terjadi pada tahun 2006
sebesar 550 hektar (ha). Tetapi selanjutnya menurun menjadi hanya 150 hektar pada
tahun 2008. Hal tersebut disebabkan karena pada tahun tersebut terjadi peningkatan
harga jual timah yaitu sebesar Rp 100.000,- sampai Rp. 125.000,- per kilo dimana
0
100
200
300
400
500
600
Luas
Lah
an
Reh
abili
tasi
(Ha)
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Capaian Tahun
Rehabilitasi Lahan Luar Hutan
Rehabilitasi Lahan Luar Hutan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 46
biasanya harga timah berkisar antara Rp. 40.000,- sampai Rp. 75.000,- perkilo. Selain
itu, tidak adanya larangan pemerintah kepada masyarakat untuk melakukan
penambangan. Artinya seluruh masyarakat diperbolehkan untuk menggali tanah untuk
mencari timah, tanpa pernah melakukan reklamasi terhadap tanah yang telah digali
tersebut. Terdapat dua perusahaan besar yang telah ada di provinsi ini untuk melakukan
penambangan yaitu PT Timah dan PT Kobatin.
Meskipun demikian proses rehabilitasi tersebut tidak sebanding dengan kerusakan
yang telah diakibatkan oleh penambangan timah di darat. Secara keseluruhan luas
kawasan konservasi hutan di Provinsi Bangka Belitung tahun 2004 sebesar 34.690 hektar
(Ha) dari keseluruhan hutan yang terdapat di provinsi ini yaitu sebesar 657.510 hektar
(Ha). Akan tetapi hutan konservasi tersebut terus mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh penambangan timah menjadi sebesar 2.623,009 pada tahun 2008
seperti terlihat pada grafik 4. (Pada tahun 2009 hutan konservasi pada posisi 0 karena
belum ada data terbaru).
Selain penambangan timah, menurunnya kondisi hutan konservasi diakibatkan
karena adanya pembalakan liar (illegal logging) yang terjadi di beberapa daerah.
Masyarakat Bangka juga mempunyai kebiasaan untuk membakar hutan dengan tujuan
antara lain untuk daerah penambangan, sebagai kawasan perkebunan lada, karet dan
sawit pada daerah bekas hutan tersebut. Hal tersebut diakibatkan karena belum
sadarnya masyarakat dalam menjaga hutan dan akibat-akibat yang akan timbul dengan
adanya deforestry (penggundulan hutan).
Grafik 4. Luas Kawasan Konservasi Hutan
05000
100001500020000250003000035000
Luas Kawasan
Konservasi Hutan (Ha)
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Capaian Tahun
Grafik Luas Kawasan Konservasi Hutan
Luas Kawasan Konservasi Hutan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 47
Sektor Kelautan Provinsi Bangka Belitung dikelilingi oleh laut dengan luas 65.301 km2 dengan
panjang pantai 1.200 km. Prosentase luas perairan 79,99% dari keseluruhan luas
propinsi ini. Banyak sekali potensi laut yang dapat ditawarkan oleh Provinsi Bangka
Belitung. Dengan kondisi perairan yang lebih luas bila dibandingkan dengan daratan
bukan berarti semua kegiatan digunakan untuk perlindungan terhadap laut. Kondisi
perairan laut Babel telah mengalami degradasi yang diakibatkan oleh tambang timah
inkonvensional (TI apung). Secara keseluruhan luas terumbu karang Babel adalah
44.241,42 km2.
Terumbu karang mempunyai peranan yang sangat penting yaitu merupakan
tempat berlindung ikan, tempat mencari makan bagi ikan, tempat berkembang biak bagi
ikan dan biota laut lainnya dan sebagai pelindung pantai dari degradasi dan abrasi.
Selain itu, ekosistem terumbu karang juga dapat memberikan jasa lingkungan
(environmental services) yang bernilai ekonomi tinggi terhadap kegiatan kepariwisataan.
Akan tetapi terumbu karang Babel telah mengalami degradasi sehingga menjadi
hanya sekitar 30% dalam kondisi yang baik. Penurunan kondisi yang sangat buruk
tersebut akibat dari berbagai macam kegiatan manusia antara lain penambangan timah
apung, penangkapan dengan menggunakan racun sianida yang termasuk ke dalam
destructive fishing. Penurunan kualitas perairan dan terumbu karang akan berakibat
menurunnya jumlah hasil tangkapan ikan dengan komposisi ikan yang semakin kecil.
Dalam upaya menjaga kelestarian sumberdaya pesisir dan laut, Departemen
Kelautan Dan Perikanan Provinsi Bangka Belitung telah melakukan penindakan terhadap
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di kawasan pesisir dan laut sejak tahun 2004-2009,
seperti terlihat pada grafik 5.
Grafik 5. Jumlah Tindak Pidana Perikanan
Grafik Jumlah Tindak Pidana Perikanan
05
10152025
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Capaian Tahun
Tind
ak P
idan
a
Per
ikan
an
Jumlah Tindak Pidana Perikanan
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 48
Jenis tindak pidana perikanan di provinsi ini adalah pelanggaran alat tangkap,
tanpa ijin alat tangkap, penggunaan bahan peledak dan pemalsuan dokumen. Terjadi
peningkatan capaian indikator hasil terhadap tindak pidana perikanan. Hal tersebut
disebabkan karena semakin intensifnya dinas-dinas terkait antara lain dinas kelautan dan
perikanan dengan polair Provinsi Bangka Belitung dalam menjaga perairan laut dari segi
pelanggaran pidana.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk dalam Wilayah Pengelolaan
Perikanan 711 (WPP 711). Letak provinsi ini dikelilingi oleh lautan. Propinsi ini
mempunyai potensi yang sangat besar di bidang kelautan karena letaknya yang strategis
dan mempunyai karagaman tipe habitat ekosistem di dalamnya antara lain terumbu
karang, padang lamun dan hutan mangrove. Potensi yang dapat dikembangkan adalah
model wisata laut dan sebagai kawasan cagar alam.
Namun dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kurang sadarnya masyarakat
akan pentingnya kualitas ekosistem yang dipicu oleh kegiatan yang tidak mengacu pada
kriteria-kriteria pembangunan berwawasan lingkungan, serta pemanfaatan sumber daya
kawasan laut secara berlebihan maka perlu dilakukan upaya penanggulangan terhadap
kondisi tersebut. Salah satu cara yang paling tepat adalah dengan pembentukan
kawasan konservasi laut.
Konservasi laut adalah menyisihkan lokasi-lokasi yang memiliki potensi
keanekaragaman jenis biota laut, gejala alam dan keunikan. Konservasi merupakan
gerbang terakhir perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya kelautan dan
ekosistemnya.
Grafik 6. Luas Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah
Grafik Luas Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah
0
200000
400000
600000
800000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Capaian Tahun
Luas
Cal
on
Kaw
asan
Ko
nser
vasi
Lau
t
Luas Kawasan Konservasi Laut
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 49
Kondisi sekarang ini di laut, TI apung disepanjang perairan laut provinsi Babel
dengan mudah dapat dijumpai. Penambangan timah dilakukan di semua tempat di daerah
pesisir. Tidak dilakukannya pembagian wilayah (zonasi) perairan sebagai bagian dari tata
kelola kepulauan terpadu yang menyebabkan pemanfaatan kawasan laut tidak sesuai
peruntukannya. Pada tahun 2007 telah dicanangkan Provinsi Bangka Belitung
mempunyai Calon Kawasan Konservasi Laut Daerah (CKKLD) seluas 662.793,78 hektar
(Ha) (Grafik 6). Akan tetapi, sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari program
tersebut. Provinsi Bangka Belitung belum mempunyai Kawasan Konservasi Laut (KKL),
Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD), suaka margasatwa laut maupun cagar alam
laut.
Permasalahan utama yang terjadi di Babel adalah adanya aktifitas penambangan
TI apung, kerusakan mangrove dan over-exploitasi sumberdaya perikanan. Untuk itu
perlu dilakukan upaya konservasi dengan jalan yaitu pembuatan terumbu karang buatan
dengan transplantasi dan rehabilitasi / penanaman kembali vegetasi mangrove yang
rusak dan pembentukan kawasan konservasi. Apabila telah dibentuk kawasan
konservasi tersebut beserta perangkat peraturannya, maka pemanfaatan kawasan laut
akan sesuai dengan peruntukannya dan akan memperluas spektrum usaha masyarakat
Bangka Belitung. Tidak hanya mengandalkan penghasilan dari timah tetapi juga dari
produk kelautan.
2.4.2. Analisis Capaian Indikator Spesifik Dan Menonjol Berdasarkan dari dua sektor yang terdapat pada indikator hasil outcomes yaitu
sektor Kehutanan dan sektor Kelautan terdapat komponen indikator output yang spesifik
dan menonjol ditinjau dari capaian tahun dari 2004 sampai 2009. Pada sektor kehutanan
terdapat capaian indikator yang spesifik dan menonjol adalah:
Luas kawasan konservasi hutan
Berkurangnya luasan kawasan konservasi hutan sebesar 92,44% dari semula 34.690
hektar pada tahun 2004 menjadi hanya 2.623,099 hektar saja pada tahun 2008. Banyak
faktor penyebab adanya penurunan luas kawasan konservasi yaitu penambangan timah
darat di berbagai daerah di Provinsi Bangka Belitung, perluasan areal perkebunan karet
maupun lada dan illegal logging. Kondisi masyarakat yang telah terbiasa dengan
ketrampilan menambang timah juga merupakan permasalahn yang lain. Pada umumnya
masyarakat tidak mempunyai ketrampilan untuk bercocok tanam. Penghasilan utama
berasal dari tambang timah.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 50
Jumlah tindak pidana perikanan Jumlah tindak pidana perikanan mengalami peningkatan (Grafik 4) di Propinsi Bangka
Belitung pada periode 2004-2009. Semula hanya 7 kasus di tahun 2004 menjadi 23
kasus di tahun 2009. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya tindakan aparat yang
intensif untuk melindungi kawasan laut dari kegiatan perikanan yang illegal dan
cenderung merusak.
Luas kawasan konservasi laut Belum adanya zonasi yang jelas yang menyebabkan adanya tumpang tindih kepentingan
antara masyarakat, swasta dan pemerintah. Pembagian wilayah antara wilayah
konservasi dan wilayah exploitasi belum terlihat jelas dengan misalnya dibentuk peraturan
tentang zonasi dan penetapan daerah tertentu sebagai kawasan konservasi dan daerah
tertentu sebagai kawasan exploitasi. Kawasan konservasi yang ada di Propinsi Bangka
Belitung ini baru sebatas menjadikan Bangka Belitung sebagai calon kawasan konservasi
daerah. Rencana departemen Kelautan dan perikanan Propinsi ini yang akan menjadikan
Belitung sebagai etalase kelautan Babel sampai sekarang (2009) belum ada tindak
lanjutnya.
2.4.3. Rekomendasi Kebijakan Terlihat beberapa indikator hasil telah mengalami peningkatan dalam arti
penanganan terhadap kasus-kasus tertentu menjadi lebih baik. Contohnya penanganan
pada indikator jumlah tindak pidana perikanan. Menunjukkan kinerja aparat yang
meningkat yang ditunjukkan dengan banyaknya kasus yang terungkap dan tertangani.
Akan tetapi banyak pula dari indikator-indikator hasil tersebut yang mengalami stagnasi
bahkan penurunan. Untuk itu perlu dilakukannya rekomendasi-rekomendasi agar
indikator yang baik menjadi semakin baik dan yang mengalami stagnasi bahkan menurun
akan menjadi semakin baik.
1. Pengaturan zonasi hutan
Adanya instrumen hukum atau peraturan tentang zonasi hutan sesuai
peruntukannya agar dapat diketahui masyarakat luas, khususnya dunia usaha yang
diharapkan dapat menanamkan investasinya, serta pedoman dalam pengelolaan dan
pengembangan kawasan hutan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan dalam bidang pertanian yang ditujukan kepada
masyarakat pada umumnya untuk menambah ketrampilan bagi mereka. Ketrampilan ini
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 51
dibutuhkan agar masyarakat tidak hanya mempunyai satu kegiatan saja yaitu menjadi
penambang timah saja tetapi dapat melakukan diversifikasi usaha dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup.
3. Pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL)
Sudah sangat mendesak di Provinsi Bangka Belitung ini perlunya dibentuk daerah
perlindungan laut. Fungsi dari DPL ini adalah untuk melindungi ekosistem daerah tertentu
agar tidak terjadi degradasi kualitas perairan. Sejalan dengan itu, peraturan untuk daerah
perlindungan laut juga harus segera dibuat agar tidak terjadi pelanggaran.
4. Rehabilitasi kualitas hutan dan laut
Pengelolaan daerah yang berwawasan lingkungan yang sesuai dengan daya
dukung lingkungan (carying capacity) akan dapat bermanfaat bagi semua. Kondisi
lingkungan baik darat maupun laut yang sekarang terlihat di Provinsi Bangka Belitung
termasuk dalam kondisi kritis. Hutan yang telah mengalami deforestry dan laut dengan
kawasan mangrove yang rusak dan tutupan karang hidup yang semakin sedikit akibat dari
proses sedimentasi oleh tambang timah apung akan mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan. Perlu dilakukan usaha untuk mengembalikan kondisi lingkungan yang kritis
tersebut menjadi lebih baik.
Kehutanan : Penanaman hutan kembali yang telah gundul, diperbaiki instrumen hukum
bagi pelanggar aturan kehutanan, diberikan program pendidikan dan latihan ketrampilan
bagi aparat pemerintah maupun masyarakat yang berguna untuk merehabilitasi hutan dan
laut.
Kelautan : Tidak adanya regulasi tentang pemanfaatan lahan pesisir untuk kegiatan
pembangunan (pariwisata, permukiman dan lain sebagainya), tidak adanya pengaturan
pemanfaatan sumberdaya laut, terbatasnya ketersediaan data dan informasi pesisir dan
laut tentang seberapa besar potensi pesisir dan laut yang dapat terdeteksi misalnya
bahan pertambangan, perikanan, dan pariwisata. Oleh sebab itu, perlu diperbaharui data
tentang kelautan, pembatasan terhadap penambangan timah di laut. Terhadap kawasan
laut yang telah dalam kondisi kritis maka dilakukan perbaikan terhadap kualitas laut yaitu
dengan cara pembuatan terumbu karang dengan transplantasi karang dan rehabilitasi
atau penanaman kembali vegetasi mangrove yang rusak.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 52
2.5 TINGKAT KESEJAHTERAAN RAKYAT
2.5.1 Capaian Indikator
Pembahasan mengenai Tingkat Kesejahteraan Rakyat hanya menggunakan indikator
dalam bentuk persentase. Indikator bentuk persentase ini terdapat lima indikator capaian.
Metode yang digunakan untuk menentukan capaian Tingkat Kesejahteraan Rakyat adalah
sebagai berikut:
1) Indikator hasil (outcomes) disusun dari beberapa indikator pendukung terpilih yang
memberikan kontribusi besar untuk pencapaian indikator hasil (outcomes).
Adapun indikator pendukung tersebut adalah sebagai berikut:
a. Persentase penduduk miskin
b. Tingkat pengangguran terbuka
c. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak (terlantar, jalanan, balita
terlantar dan nakal).
d. Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia.
e. Persentase pelayanan dan rehabilitasi sosial (Narkoba)
2) Pencapaian indikator hasil (outcomes) dihitung dari nilai rata-rata indikator
pendukung dengan satuan yang digunakan adalah presentase. 3) Apabila indikator hasil (outcomes) dalam satuan persentase memiliki makna
negatif, maka sebelum dirata-ratakan nilainya harus diubah atau dikonversikan
terlebih dahulu menjadi (100%) – (persentase pendukung indikator negatif).
Contoh pada persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka
yang bermakna negatif.
4) Pencapaian indikator hasil adalah jumlah nilai dari penyusun indikator hasil dibagi
jumlah dari penyusun indikator hasil (indikator pendukungnya).
Tabel 2.5.1 Indikator dalam Bentuk Presentase Tingkat Kesejahteraan Sosial Indikator Pendukung 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1) Persentase Penduduk Miskin 9.07
(90.93) 9.47
(90.53)
10.91 (89.09)
6.54 (93.46)
8.58 (91.42)
7.46 (92.54)
2) Tingkat Pengangguran Terbuka
7.14 (92.86)
7.77 (92.23)
8.99 (91.01)
6.49 (93.51)
5.99 (94.01)
4.82 (95.18)
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 53
Grafik Tingkat dan Tren Kesejahteraan Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
36
38
40
42
44
46
48
2004 2005 2006 2007 2008 2009-0.1
-0.08
-0.06
-0.04
-0.02
0
0.02
0.04
0.06
Tingkat KesejahteraanSosial Provinsi KepulauanBangka BelitungTren Kesejahteraan SosialProvinsi Kepulauan BangkaBelitung
3) Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak (Terlantar, Nakal, Jalanan & Cacat)
20.83
22.42
19.12
7.43
8.24
3.49
4) Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia
6.77
11.41
5.80
5.80
6.00
4.34
5) Persentase pelayanan dan rehabilitasi Sosial (Penyandang Cacat, Tuna Sosial, dan Korban NAPZA)
15.23
20.61
13.46
8.48
9.08
6.25
NILAI INDIKATOR HASIL 45.32 47.44
43.70 41.74 41.75 40.36
Tabel 2.5.2 Indikator Hasil (Outcomes) dan Tren Daerah No
Indikator Outcomes 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1. Tingkat Kesejahteraan Sosial di Daerah (Provinsi Kep. Babel)
45.32
47.44
43.70
41.74
41.75
40.36
2. Tren Daerah
0.05
-0.08 -0.04 0.00 -0.03
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 54
Grafik Tingkat Kesejahteraan Sosial dan Tren Nasional
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
102.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009-0.01
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06TingkatKesejahteraanSosial NasionalTrenKesejahteraanSosial Nasional
Tabel 2.5.3 Indikator Hasil (Outcomes) Nasional dan Tren Nasional No
Indikator Outcomes 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1. Tingkat Kesejahteraan Sosial Nasional
93.77
93.82
93.66
94.29
94.68
100.00
2. Tren Nasional
0.00
0.00
0.01
0.00
0.06
Tabel 2.5.4 Relevansi dan Efektifitas No
Indikator Outcomes 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1. Outcomes Nasional
93.77
93.82
93.66
94.29 94.68
100.00
2. Outcomes Daerah
45.32
47.44
43.70
41.74 41.75 40.36
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 55
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Grafik Relevansi dan Efektifitas
Outcomes Nasional
Outcomes ProvinsiKepulauan BangkaBelitung
Grafik Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah
-0.10
-0.08
-0.06
-0.04
-0.02
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tren ProvinsiKepulauan BangkaBelitungTren Nasional
Tabel 2.5.5 Relevansi dan Efektivitas Tren Nasional dan Tren Daerah No
Indikator Outcomes 2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.
Tren Nasional
0.00
0.00
0.01
0.00
0.06
2.
Tren Daerah
0.05
- 0.08
-0.04
0.00
-0.03
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 56
Grafik Persentase Penduduk Miskin
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePenduduk Miskin
Analisis Relevansi Analisis ini digunakan untuk melihat sejauhmana tujuan/sasaran pembangunan yang
direncanakan untuk menjawab permasalahan utama/tantangan. Dalam hal ini dilihat
apakah tren capaian pembangunan daerah khususnya tren tingkat kesejahteraan sosial
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejalan atau lebih baik dari capaian pembangunan
nasional. Dari Tabel 2.5.5 dan grafik relevansi dan efektifitas mengenai tren nasional
dengan tren daerah, terlihat bahwa capaian untuk tingkat kesejahteraan sosial Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung masih berada di bawah tren nasional (tingkat kesejahteraan
sosial secara nasional).
Analisis Efektivitas Analisis ini digunakan untuk mengukur dan melihat kesesuaian antara hasil dan dampak
pembangunan terhadap tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembangunan di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, terutama terkait dengan Tingkat Kesejahteraan Sosial
terlihat menurun setiap tahunnya, yaitu dari tahun 2005 hingga kondisi sekarang pada
tahun 2009. (Tabel. 2.5.4). Hanya terjadi penaikan dari tahun 2004 (45.32) menjadi 47.
44 pada tahun 2005.
2.5.2 Analisis Capaian Indikator Spesifik dan Menonjol Ada tiga komponen utama dalam pengukuran indikator Tingkat Kesejahteraan Sosial,
yaitu Persentase Penduduk Miskin, Tingkat Pengangguran Terbuka dan Persentase
Pelayanan Sosial. Dari ketiga komponen utama tersebut terdapat 5 (lima) indikator yang
spesifik dan menonjol, diantaranya :
Persentase Penduduk Miskin Persentase penduduk miskin terjadi peningkatan pada tahun 2008. Grafik tentang
persentase tersebut adalah sebagai berikut:
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 57
Grafik Tingkat Pengangguran TerbukaProvinsi Kepulauan Bangka Belitung
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
TingkatPengangguranTerbuka
Dari grafik di atas, terlihat sempat mengalami penurunan untuk persentase penduduk
miskin yaitu pada tahun 2006 dan 2007, namun peningkatan terjadi cukup signifikan pada
tahun 2008. kondisi ini disebabkan banyak penduduk di Bangka Belitung yang selama ini
tergantung dari hasil penambangan Timah Inkonvesional, mulai dibatasi dengan aturan
Perundang-undangan yang berlaku akibat maraknya kerusakan lingkungan yang
disebabkan oleh penambangan timah oleh rakyat.
Tingkat Pengangguran Terbuka Tingkat pengangguran terbuka pun terlihat terjadi kenaikan pada tahun 2009 (kondisi
sekarang. Februari 2009). Setelah terjadi penurunan pada tahun 2008 (5.99%) meningkat
menjadi 7.46% (data Sementara Februari 2009, sumber : BPS Bangka Belitung).
Informasi terlihat pada grafik di bawah ini:
Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak (Terlantar, Nakal, Jalanan &
Cacat) Capaian indikator pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak (terlantar, nakal, jalanan dan
cacat) terlihat semakin menurun hingga kondisi sekarang (Oktober 2009). Kondisi
tersebut terlihat pada Grafik di bawah ini:
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 58
Grafik Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePelayananKesejahteraanSosial Bagi LanjutUsia
Grafik Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak (Terlantar, Nakal, Jalanan & Cacat)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePelayananKesejahteraanSosial Bagi Anak(Terlantar, Nakal,Jalanan & Cacat)
Dari grafik di atas, terlihat penurunan yang sangat drastis dari tahun 2006 sebesar
19.12% menjadi 7.43% pada tahun 2007 untuk pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
(terlantar, nakal, jalanan dan cacat).
Persentase Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usia Persentase pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia sempat terjadi penaikan dan
penurunan antara tahun 2004 ke 2005 dan tahun 2005 ke tahun 2006. Kondisi tersebut
terlihat dari grafik di bawah ini:
Dari grafik di atas, menunjukkan kondisi bahwa terjadi kenaikan untuk pelayanan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yaitu dari tahun 2004 sebesar 6.77% menjadi
11.41% pada tahun 2005. Sedangkan pada tahun menurun pada tahun 2005 sebesar
11.41% menjadi 5.80% pada tahun 2006.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 59
Persentase Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Penyandang Cacat, Tuna Sosial, dan Korban NAPZA) Untuk kondisi pelayanan dan rehabilitas sosial (Penyandang Cacat, Tuna Sosial dan
Korban NAPZA sempat terjadi penaikan pada tahun 2005 dan menurun pada tahun 2006.
kondisi tersebut dapat terlihat pada grafik di bawah ini:
Grafik Persentase Pelayanan dan Rehabilitas Sosial (Penyandang Cacat, Tuna Sosial dan Korban NAPZA)
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2004 2005 2006 2007 2008 2009
PersentasePelayanan danRehabilitasi Sosial(Penyandang Cacat,Tuna Sosial, danKorban NAPZA)
Dari grafik tersebut di atas, menunjukkan bahwa pelayanan rehabilitas sosial
(penyandang cacat, tuna sosial, dan korban NAPZA), terjadi kenaikan pada tahun 2005
sebesar 20.61% dari tahun sebelumnya sebesar 15.23%. Dan sempat terjadi penurunan
kembali pada tahun 2006 sebesar 13.46% dan terus menurun hingga tahun 2009
(Oktober 2009) sebesar 6.25%.
2.5.3 Rekomendasi Kebijakan
Dari 5 (lima) indikator tersebut, banyak terjadi penurunan hingga kondisi sekarang (data
Oktober 2009), walaupun ada beberapa kondisi yang meningkat pada tahun-tahun
tertentu seperti berkurangnya persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran
terbuka. Dalam rangka upaya peningkatan tingkat kesejahteraan sosial ke depan,
beberapa hal yang dapat direkomendasikan terutama berkaitan dengan masalah
pelayanan kesejahteraan sosial. Rekomendasi tersebut antara lain:
1. Peningkatkan dalam hal pendataan penyandang masalah sosial.
Dari informasi yang kami dapatkan di lapangan, masalah pendataan sosial
terutama berkaitan dengan anak terlantar, anak jalanan, penyandang cacat,
tuna sosial dan lain-lain perlu dilakukan secara nyata di lapangan. Kondisi ini
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 60
juga berkaitan dengan minimnya dana untuk pendataan di 7 (tujuh)
kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Peningkatan pembinaan, pelatihan dan bimbingan bagi penyandang masalah
sosial.
Hal ini perlu dilakukan karena kondisi bantuan sosial selama ini banyak bersifat
fisik tapi sedikit sekali berkaitan dengan masalah pembinaan mental,
peningkatan motivasi, dan peningkatan kemampuan dari penyandang masalah
sosial yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Peningkatan pembinaan, pelatihan dan bimbingan bagi penyandang masalah
sosial.
Hal ini perlu dilakukan karena kondisi bantuan sosial selama ini banyak bersifat
fisik tapi sedikit sekali berkaitan dengan masalah pembinaan mental,
peningkatan motivasi, dan peningkatan kemampuan dari penyandang masalah
sosial yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,
4. Peningkatan pendanaan dari bagi kegiatan-kegiatan sosial.
Masalah pendanaan ini, berkaitan erat dengan kinerja dan peran Dinas
Kesejahteraan Sosial dalam mengatasi permasalahan-permasalahan sosial di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kondisi ini terlihat sekali banyak anggaran
yang terserap kepada pembangunan infrastruktur tapi mengesampingkan
pembangunan mental masyarakat dari sudut aspek sosialnya.
5. Peningkatan kesejahteraan petugas-petugas sosial.
Kinerja sosial juga ditentukan oleh petugas-petugas sosial dalam hal ini
penyuluh-penyuluh yang ada di lapangan. Petugas-petugas di lapangan ini
berhubungan dengan langsung terutama mengenai masalah pendataan sosial
dan peningkatan keterampilan masyarakat.
6. Pembangunan pos-pos sosial di daerah terpencil.
Permasalahan sosial terutama di daerah terpencil dan jauh dari pusat kota
merupakan salah satu yang harus menjadi fokus perhatian. Diharapkan dengan
adanya pos-pos sosial di daerah tersebut dapat menjadi salah satu wadah
bagi masyarakat dan menjadi media perantara untuk informasi bagi dinas
kesejahteraan sosial di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ataupun di
Kabupaten/Kota.
Laporan EKPD BAPPENAS 2009-Prov. Kep. Babel
Tim EKPD Universitas Bangka Belitung 61
BAB III KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kerja Tim EKPD Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dapat
terlihat apakah capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah telah relevan dan efektif
terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional.
Pertama, Tingkat Pelayanan Publik dan Demokrasi. Capaian tujuan/sasaran
pembangunan daerah telah relevan terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional,
dimana pada grafik capaian tersebut terlihat tidak hanya sekedar sejalan tetapi lebih baik
dari capaian pembangunan nasional. Sementara untuk efektivitas, grafik menunjukkan
capaian naik turun, meskipun pada dua tahun terakhir, yaitu tahun 2008 dan 2009
mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa capaian tujuan/sasaran
pembangunan daerah belum sepenuhnya efektif, khususnya pada tahun 2005 dan 2007.
Kedua, Tingkat Kualitas Sumber Daya Manusia. Capaian tujuan/sasaran
pembangunan daerah secara umum telah relevan terhadap tujuan/sasaran pembangunan
nasional, terutama sejak tahun 2005 sampai tahun 2009. Sementara untuk efektivitas,
grafik menunjukkan capaian naik turun. Capaian yang tidak stabil tersebut menunjukkan
bahwa capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah belum efektif.
Ketiga, Tingkat Pembangunan Ekonomi. Capaian tujuan/sasaran pembangunan
daerah secara umum dapat dikatakan belum sepenuhnya relevan terhadap tujuan/sasaran
pembangunan nasional, terutama diantara tahun 2006 - 2008. Sementara untuk
efektivitas, grafik menunjukkan capaian naik turun. Capaian yang tidak stabil tersebut
menunjukkan bahwa capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah tidak terlalu efektif.
Keempat, Kualitas Pengelolaan Sumber Daya Alam. Capaian tujuan/sasaran
pembangunan daerah telah relevan terhadap tujuan/sasaran pembangunan nasional,
dimana pada grafik capaian indikator hasil provinsi lebih tinggi daripada capaian indikator
hasil nasional. Sementara untuk efektivitas, capaian tujuan/sasaran pembangunan daerah
belum sepenuhnya efektif, khususnya pada indikator daerah rehabilitasi lahan luar hutan
dan luas kawasan konservasi hutan dan laut.
Kelima, Tingkat Kesejahteraan Sosial. Capaian tujuan/sasaran pembangunan
daerah secara umum dapat dikatakan belum relevan terhadap tujuan/sasaran
pembangunan nasional, dimana tren daerah masih berada di bawah tren nasional.
Sementara untuk efektivitas, grafik menunjukkan capaian yang menurun setiap tahunnya,
kecuali pada tahun 2005. Capaian yang menurun ini menunjukkan bahwa capaian
tujuan/sasaran pembangunan daerah pada indikator ini tidak efektif.