lap. pasta ichtamolum

22
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA PASTA ICHTAMOLUM 10% Disusun oleh: LINDA INDRIANI P1!!"11!0#$ POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES ANDUNG &URUSAN D! 'ARMASI #01( PASTA ICHTAMOLUM 10%

Upload: linda-indriani

Post on 04-Nov-2015

54 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan praktikum semi solida pembuatan pasta

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDAPASTA ICHTAMOLUM 10%

Disusun oleh:

LINDA INDRIANIP17335113026

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNGJURUSAN D3 FARMASI2014PASTA ICHTAMOLUM 10%

I. TUJUAN PERCOBAAN1. Diharapkan mampu dalam menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan pasta Ichtamolum.2. Memahami cara pembuatan pasta Ichtamolum dengan baik.3. Melakukan evaluasi hasil sediaan pasta Ichtamolum.

II. PENDAHULUANPasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. (FI ed III, 1979 ). Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan Vaselin atau Parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, musilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik, atau pelindung kulit.Ada 5 hal yang membedakan pasta dengan salep, antara lain : Persentase bahan padat pada pasta lebih besar sehingga menjadi lebih kental dan kaku dibandingkan salep. Daya serap pasta lebih besar, karena persentase bahan padatnya lebih tinggi. Pasta lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian. Pasta cocok untuk luka akut. Pasta tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.Sediaan pasta memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari salep maupun krim. Adapun karakteristik pasta, antara lain : Daya serap pasta lebih besar. Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut. Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu. Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topical. Konsistensi lebih kental dari salep. Tidak memberikan rasa berminyak seperti salep. Memiliki persentasi bahan padat lebih besar dari salep, yaitu mengandung bahan serbuk (padat) sekitar 40-50%.

Keuntungan dan Kerugian Pasta :Sebagai sediaan farmasi, pasta juga memiliki keuntungan dan kerugiaan dalam pemakaian.a. Keuntungan penggunaan pasta antara lain: Pasta mengikat cairan sekret, sehingga lebih baik daripada salep untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja local. Konsentrasi pasta lebih kental daripada salep. Daya adsorbs sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.

b. Kerugiaan penggunaan sediaan pasta, antara lain : Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu. Pasta dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis. Pasta dapat menyebabkan iritasi kulit.

Cara Absorpsi Pasta :

a. PenetrasiPenetrasi pasta kedalam kulit dimungkinkan melalui dinding folikel rambut. Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi masuk biasanya melalui lapisan epidermis, bukan melalui folikel rambut atau kelenjar keringat. Absorpsi melalui epidermis relative lebih cepat, karena luas permukaan epidermis kira-kira 100-1000 kali lebih besar daripada rute lainnya. Stratum korneum, epidermis yang utuh, dan dermis merupakan lapisan penghalang penetrasi obat ke dalam kulit. Penetrasi ke dalam lapisan-lapisan kulit ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui penetrasi transeluler (menyeberangi sel), penetrasi intraseluler (antarsel), serta penetrasi transepidageal (melalui folikel rambut, keringat, dan perlengkapan pilo sebaseus).

b. Disolusi Disolusi didefinisikan sebagai tahapan dimana pasta emusli masuk kedalam larutan dari bentuk padatnya, atau proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam pelarut. c. Difusi Difusi adalah proses perpindahan masa molekul suatu zat yang dibawa oleh gerakan molekul secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas, misalnya membrane polimer. Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses transmembran bagi umumnya obat. Tenaga untuk pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membrane sel. Menurut hukum difusi Fick, molekul obat berdifusi dari daerah dengan konsentrasi obat tinggi ke daerah konsentrasi obat rendah.

Pada praktikum kali ini bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan pasta adalah Ichtamolum. Ichtamol atau Ichtiyol memiliki kerja bakteriostatik lemah, juga antiradang, dan antigatal. Zat ini masih banyak digunakan dalam salep ( 10 % 15 %) untuk mempercepat masak dan pecahnya bisul. ( OOP , 2002 ). Tujuan dari pembuatan pasta Ichtamol ini adalah sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit gangguan kulit, seperti gatal-gatal , radang dan untuk mempercepat pematangan bisul. Basis pasta yang digunakan pada sediaan pasta ini adalah gliserol, pemilihan gliserol sebagai basis pasta agar sediaan lebih mudah tercucikan oleh air sehingga menambah akseptabel dari masyarakat.

III. FORMULASI1. Ichtamolum , FI ed III Th: 1979.PemerianCairan kental, hampir hitam, bau khas.

(FI ed III hal: 303)

SinonimIchtiyol

StabilitaspH stabilitas 6 7.5(MSDS)

KelarutanDapat campur dengan air dengan gliserol p dengan minyak lemak dan dengan lemak, larut sebagian dalam etanol dan dalam eter p.(FI ed III hal: 303)

Penyimpanan

Dalam wadah tertutup baik.(FI ed IV hal: 303)

InkompatibilitasTidak kompatibel dengan alkohol wol.(Martindel hal : 1599)

KegunaanAntiseptik eksternal.

(FI ed III hal: 303)

2. Methyl Paraben (RM: C8H8O3) FI ed III Th: 1979PemerianSerbuk hablur halus; putih; hampir tidak berbau; tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. (FI ed III hal: 378)

KelarutanLarut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam3,5 bagian ethanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton p. Mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan tetap jernih.

Kadar Penggunaan0,015 % - 0,2 % ADI : 10mg/kgbb(HOPE 6th ed 2009 hal : 444)

Stabilitas

Larutan mengandung air dan methyl paraben di pH 3-6 mungkin di sterilkan oleh Autoklaf pada suhu 1208C dalam 20 menit tanpa dekomposisi.larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,sementara larutan air pada pH 8 atau di atas tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau lebih pada penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).(HOPE 6th ed 2009 hal : 444)

InkompatibilitasAktifitas antimikroba Methyl paraben dan parabens lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan non ionik, seperti polisorbat 80. Propilen glikol (10%) telah di tunjukan untuk mempotensikan aktivitas antimikroba dari parabens di non ionik surfaktan dan mencegah interaksi antara methyl paraben dan polisorbat 80. Tidak kompatibel dengan bahan lain, seperti; Bentonit, magnesiumtrisilikat, bedak, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitoll dan atropin.(HOPE 6th ed 2009 hal : 443)

KegunaanZat Pengawet/Zat Tambahan

3. Propyl paraben (RM C10H12O3, BM:180,20 ) HOPE,6th ed:2009 hal 596PemerianSerbuk putih , kristal, tidak berbau, dan hambar.(HOPE, 6th ed:2009 hal:596)

KelarutanSangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol, dalam 3 bagian aseton , dalam 140 bagian gliserol p dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.(FI ed III hal: 535)

Kadar PenggunaanTopical preparations 0.010.6ADI : 10 mg/kg BB(HOPE, 6th ed:2009 hal:596)

Stabilitas

Propyl paraben , pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6 , larutan stabil (kurang dari 10 % dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar. Sementara larutan pada pH 8 atau diatas tunduk pada hidrolisis yang cepat ( 10% atau lebih setelah sekitar 60 hari disuhu kamar).(HOPE, 6th ed:2009 hal:596)

InkompatibilitasAktivitas antimikroba Propyl paraben berkurang jauh dihadapan surfaktan nonionik sebagai akibat dari micellization. Penyerapan propyl paraben oleh plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik. Magnesium alumunium silikat, magnesium trisilikat, oksidasi besi kuning, dan biru laut juga telah dilaporkan menyerap propyl paraben, sehingga mengurangi efektifitas pengawet. Propyl paraben berubah warna dengan adanya besi dan hidrolisis pada basa lemah dan asam kuat. (HOPE, 6th ed:2009 hal:596)

KegunaanAntimikroba(HOPE, 6th ed:2009 hal:596)

4. Amylum Oryzae, HOPE 6th 2009 hal : 690PemerianSerbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.

(FI ed III hal:93)

KelarutanPraktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol 95% .

( FI ed III hal: 93)

Data fisikpH : 4.0 8.0

StabilitasEfektif pada pH 4 8. Pati kering stabil pada jika dilindungi dari kelembaban tinggi. Penyimpanan pada wadah tertutup baik ditempat sejuk dan kering.

(HOPE 6th 2009 hal : 690)

InkompatibilitasPati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan yodium.

(HOPE 6th 2009 hal : 690)

KegunaanZat tambahan, Pengikat tablet

(HOPE 6th 2009 hal : 690)

5. Glyserin ( BM : ) HOPE,6th ed:2009 hal : 283-285PemerianTidak berwarna , tidak berbau, kental, cairan higroskopis jelas. Rasa manis, kira-kira 0.6 kali semanis sukrosa.

(HOPE 6th 2009 hal : 283)

KelarutanLarut dalam aseton, praktis tidak larut dalam benzena, dan kloroform larut dalam etanol p, 1:500 dengan eter, 1:11 dengan etil asetat, larut dalam methanol, praktis tidak larut dalam minyak. Larut dalam air.

(HOPE 6th 2009 hal : 283)

Kadar PenggunaanSolvent < 50 %

(HOPE 6th 2009 hal : 75)

StabilitasTidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana dibawah kondisi penyimpanan biasa, tetapi terurai pada pemanasan. Campuran gliserin dengan air, etanol, dan propilen glikol yang kimia stabil.

(HOPE 6th 2009 hal : 283)

InkompatibilitasGliserin dapat meledak jika dicampurkan dengan oksidator kuat seperti kromium trioksida, potassium klorat, dan kalium permanganat. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Perubahan warna hitam dari gliserin terjadi dihadapan cahaya, kontaminasi besi dalam gliserin.

(HOPE 6th 2009 hal : 283)

KegunaanPengawet antimikroba, cosolvent, emolien, humektan, pelarut, pemanis.(HOPE 6th 2009 hal : 283)

IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIANNo.PermasalahanPenyelesaian

1Bahan aktif berupa cairan kental, hitam, bau khas, dan ditujukan sebagai Antiseptik luar(FI ed III hal: 303)Dibuat sediaan topikal yaitu dalam bentuk pasta.

2Bahan aktif berupa cairan kental dan konsistensinya kurang untuk membentuk massa pasta.Digunakan bahan padat tambahan untuk membentuk massa pasta , yaitu amylum oryzae

3Sediaan dapat bercampur dengan air , gliserol & minyak lemak dan akan dibuat pasta(FI ed III hal: 303)Digunakan basis pasta tidak berminyak yaitu, Gliserol

4Sediaan akan digunakan untuk jangka waktu yang lama (multiple dose)Digunakan pengawet kombinasi yaitu Methyl paraben 0.18% dan Propil paraben sebanyak 0.02%

V. PENDEKATAN FORMULANo.Nama BahanJumlahKegunaan

1Ichtamolum10 % (b/b)Zat Aktif(FI ed IV hal: 303)

2Methyl paraben0,18% (b/b)Antimikroba(HOPE 6th hal : 442)

3Propyl paraben0,02 %(b/b)Antimikroba(HOPE 6th hal : 442)

4Amylum Oryzae45 %(b/b)Bahan Tambahn(HOPE 6th hal : 690)

5Gliserolad 100%(b/b)Basis Pasta(HOPE 6th hal: 283)

VI. PENIMBANGANDibuat sediaan sebanyak 80 grKarena dilebur terlebih dahulu dan untuk menjaga agar sediaan tidak kurang dari jumlah yang diinginkan maka dilebihkan 20%.Jadi pada penimbangan 80 gr + (20% x 80 gr ) = 96 gram1. Ichtamolum 10 % b/b = 10 gr/100gr x 96 gr = 9.6gram2. Methyl paraben 0.18 % b/b = 0.18 gr/100gr x 96 gr = 0.1728 gram3. Propyl paraben 0.02 % b/b = 0.02 gr/100 gr x 96 gr = 0.0192 gram4. Amylum Oryzae 45 % b/b = 45 gr/100 gr x 96 gr = 43.2 gram5. Gliserol ( 100% - 55.2 % ) = 44.8% b/b = 44.8 gr/100 gr x 96 gr = 43.008 gram

No.Nama BahanJumlah yang Ditimbang

1Ichtamolum9.6 gram

2Methyl paraben0.1728 gram

3Propyl paraben0.0192 gram

4Amylum Oryzae43.2 gram

5Gliserol43.008 gram

VII. PROSEDUR PEMBUATAN

Persiapan dan penimbangan bahan1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.2. Ditara wadah pasta yang akan digunakan.3. Di timbang bahan yang diperlukan sebanyak : Ichtamolum 9.6 gram Methyl paraben 0.1728 gram Propyl paraben 0.0192 gram Amylum oryzae 43.2 gram Gliserol 43.008 gram

Pembuatan Pasta Ichtamolum 10 %1. Ayak Amylum Oryzae yang akan digunakan, lalu timbang sebanyak 43.2 gram.2. Timbang Methyl paraben sebanyak 0.1728 gram & Propyl paraben sebanyak 0.0192 gram. Larutkan dengan 15 gram gliserol dalam cawan penguap, aduk ad larut dan homogen.3. Masukan Amylum oryzae yang telah ditimbang sebanyak 15 gram kedalam mortir gerus halus.4. Dispersikan dengan hasil larutan Methyl paraben dan Propyl paraben dalam cawan penguap kedalam mortir , gerus sampai homogen.5. Masukan sisa Amylum oryzae kedalam mortir, gerus sampai homogen.6. Tambahkan sisa Gliserol kedalam mortir gerus ad homogen sampai terbentuk massa pasta yang kental.7. Tambahkan Ichtamolum yang telah ditimbang kedalam mortir sedikit demi sedikit gerus ad homogen sampai terbentuk massa pasta.8. Sediaan yang telah terbentuk dimasukan kedalam wadah sebanyak 10 gram @ untuk 8 wadah. Tutup dan beri etiket.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAANNoJenis evaluasiPrinsip evaluasiJumlah sampelHasil pengamatanSyarat

1.organoleptikMengevaluasi bau, rasa, dan warna3botolHasil pengamatanBau, warna, dan sensasi masih tetap sama dari awal pembuatan sampai evaluasi

IBau khas ichtyol, warna sediaan nya coklat tanah, dan memberikan sensasi yang mudah tercucikan dengan air tetapi masih agak lengket

IIBau khas ichtyol, warna sediaan nya coklat tanah, dan memberikan sensasi yang mudah tercucikan dengan air tetapi masih agak lengket

IIIBau khas ichtyol, warna sediaan nya coklat tanah, dan memberikan sensasi yang mudah tercucikan dengan air tetapi masih agak lengket

2.

Uji pH3Botol Nilai pHpH awal pembuatan harus sama dengan pH setelah 1 minggu yaitu 7

I7

II7

III7

3.

Isi Minimum3Berat pot krim dan sediaan (Wx)Berat pot kosong (Wo)Berat sediaan (Wx- Wo)Jika A adalah volume rata-rata kurang dari 100% dari yang tertera pada etiket akan tetapi tidak ada satu wadah pun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket, atau B tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket, lakukan pengujian terhadap 20 wadah tambahan. Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 30 wadah tidak kurang dari 100% dari volume yang tertera pada etiket dan tidak lebih dari satu dari 30 wadah volume kurang dari 95% tetapi tidak kurang dari 90% seperti yang tertera pada etiket. {FI IV hal. 1089}

38.050 gram27.969 gram10.081 gram

38.378 gram28.486 gram9.892 gram

38.294 gram28.255 gram10.039 gram

4.

homogenitas3BotolHasil pengamatanBahan aktif tersebar merata di atas kaca arloji

Isediaan kurang homogen karena masih ada granul-granul kecil yang tidak tersebar merata

IIsediaan kurang homogen karena masih ada granul-granul kecil yang tidak tersebar merata

IIIsediaan kurang homogen karena masih ada granul-granul kecil yang tidak tersebar merata

IX. PEMBAHASAN

Menurut FI edisi III pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya pasta dibuat dengan mencampurkan bahan obat berbentuk serbuk dalam jumlah besar dengan vaselin album atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Sediaan berupa pasta ini digunakan sebagai antiseptik atau pelindung.

Basis Pasta :Seperti krim dan salep, pasta juga memiliki bahan-bahan dasar yang digunakan sebagai basis pasta. Berikut ini adalah beberapa jenis basis pasta yang umum digunakan. a. Basis hidrokarbonBasis hidrokarbon memiliki beberapa karakteristik antara lain, tidak dapat diabrospsi kulit, inert, tidak bercampur dengan air, daya absorpsi rendah, menghambat kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air, dan meningkatkan absorpsi obat melalui kulit. Basis hidrokarbon ini terbagi menjadi lima macam, yaitu soft paraffin, hard paraffin, liquid paraffin, paraffin substituent, dan paraffin ointment. Contohnya vaselin, white petrolatum, dan white ointment.b. Basis absorpsiKarakteristik basis absorpsi adalah bersifat hidrofil serta dapat menyerap sejumlah tertentu air dan larutan cair. Basis ini terbagi menjadi dua macam, pertama emulsi o/w basis ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak, serta terdiri atas wool fat, wool alcohol, beeswax, dan cholesterol. Kedua, emulsi W/O yang terdiri dari atas lanolin.c. Basis larut airContoh basis ini adalah PEG yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam air dan meningkatkan penyebaran obat. Basis ini bersifat stabil, tersebar merata, dapat mengikat pigmen, higroskopis, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian sediaan pasta.Keuntungan penggunaan pasta antara lain: Pasta mengikat cairan sekret, sehingga lebih baik daripada salep untuk luka akut dengan tendensi mengeluarkan cairan. Bahan obat dalam pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal. Konsentrasi pasta lebih kental daripada salep. Daya adsorbsi sediaan pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep.Kerugiaan penggunaan sediaan pasta, antara lain : Karena sifat pasta yang kaku dan tidak dapat ditembus, pasta umumnya tidak sesuai untuk pemakaian pada bagian tubuh yang berbulu. Pasta dapat mengeringkan kulit dan merusak lapisan kulit epidermis. Pasta dapat menyebabkan iritasi kulit.

Pada praktikum kali ini zat aktif yang digunakan adalah Ichtamolum. Ichtamol memiliki pemerian: cairan kental, hampir hitam, bau khas. (Farmakope Indonesia, 1995). Ichtamolum memiliki sifat bakteriostatik lemah , juga antiradang dan anti gatal . Zat ini masih banyak digunakan dalam salep dengan kadar ( 10 15 % ) untuk mempercepat pematangan dan pecahnya bisul ( OOP, 2002 ).Bahan tambahan yang digunakan pada sediaan pasta adalah basis larut air, yaitu gliserol. Ada pun keuntungan menggunakan basis larut air adalah non oklusif, absorpsi yang baik dengan kulit, bercampur dengan eksudat, mudah melarutkan bahan lain, mudah dibersihkan dengan cara dicuci, bebas dari rasa lengket, nyaman, lebih akseptabel, dan lain-lain. Selain itu umtuk membantu pembentukan massa pasta digunakan zat tambahan lain yaitu amylum oryzae. Kadar amylum oryzae yang digunakan adalah sebanyak 44.8%. amylum oryzae di tambahkan kedalam sediaan karena salah satu definisi dari sediaan pasta adalah mengandung bahan padat 50 % , selain itu amylum oryzae digunakannya karena kompatibel dengan bahan-bahan yang lain, terutama kompatibel dengan bahan aktif. Sediaan mengandung bahan alam yaitu amylum oryzae yang mudah terurai oleh mikroorganisme, selain itu sediaan juga akan disimpan dalam jangka waktu yang lama ( multiple dose ) sehingga memungkinkan terjadinya pertumbuhan mikroba, oleh karena itu digunakan pengawet kombinasi dari methyl paraben dan propil paraben dengan kadar masing-masing 0.18% dan 0.02%. pengawet methyl paraben dan propil paraben ini dipilih karena kompatibel dengan bahan-bahan tambahan, serta pH nya juga masih direntang pH bahan aktif yaitu 6-8, pH bahan aktif 6-7.5.Setelah sediaan jadi dan setelah sediaan didiamkan selama 1 minggu , maka dilakukan evaluasi berupa pengamatan organoleptik, uji penetapan pH, uji isi minimum, dan uji homogenitas. Pengamatan Organoleptik meliputi pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat warna, bau, dan rasa dari sediaan. Hasil pengamatan organoleptik dari sediaan Pasta Ichtamolum 10% yang dilakukan pada percobaan praktikum kali ini adalah pasta berwarna coklat tanah, bau khas ichtamol, setelah dioleskan pada kulit sediaan mudah tercucikan. Dari pengamatan yang dilakukan, warna pasta tetap seperti pada pembuatan pertama berwarna coklat tanah dan tidak mengalami perubahan. Pada sediaan juga tidak ditemukan adanya pertumbuhan mikroba ataupun jamur. Sediaan lebih mudah tercucikan karena menggunakan basis pasta tidak berlemak yang bertujuan agar sediaan lebih akseptabel di masyarakat.Setelah dilakukan pengamatan organoleptik, selanjutnya dilakukan uji penetapan pH sediaan. Dari hasil pengamatan pada pengujian pH sediaan didapatkan, pH dari sediaan pasta Ichtamol 10% adalah 7, pH sediaan dari pasta Ichtamol ini tidak mengalami perubahan dari pH pengujian pada awal pembuatan. Selanjutnya dilakukan uji isi minimum pada sediaan dengan cara menimbang tiap pot yang berisi sediaan, berat yang didapat merupakan (Wx) , kemudian pot dikosongkan , dicuci bersih dan dikeringkan, kemudian ditimbang lagi lengkap dengan tutup potnya, berat yang didapat merupakan (Wo). Selisih dari keduanya merupakan berat sediaan utuh (Ws). Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan dari pot ke 1 berat sediaannya adalah 10.081 gram, pot ke 2 adalah 9.892 gram, dan pot ke 3 adalah 10.039 gram. Dari ke 3 pot pasta tersebut terdapat 2 pot pasta yang lebih dari jumlah yang tertera pada etiket & 1 pot yang kurang dari jumlah yang tertera pada etiket , untuk pot 1 jumlah kelebihan dari sediaan adalah sebanyak 0.81 % , jumlah sediaan adalah 100.81%. Untuk pot salep ke 2 jumlah kekurangan sediaan adalah sebanyak 1.08 %, jumlah sediaan adalah 98.92 % . untuk pot 3 jumlah kelebihan dari sediaan adalah sebanyak 0.39 % , jumlah sediaan adalah 100.39%. Terakhir dilakukan uji homogenitas dari sediaan pasta, uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan pada kaca arloji. Dari hasil pengujian yang dilakukan pada sediaan pasta, didapatkan hasil bahwa sediaan pasta kurang homogen, karena pada sediaan masih terdapat granul-granul kecil yang tidak tersebar merata. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor , diantaranya adalah pada saat proses pembuatan pasta , mungkin pada saat pengadukan atau pencampuran bahan-bahan obat belum tercampur secara homogen.

X. KESIMPULANFormulasi yang tepat untuk sediaan pasta Ichtamolum 10% yang dibuat adalah sebagai berikut.No.Nama BahanJumlahKegunaan

1Ichtamolum10 % (b/b)Zat Aktif(FI ed IV hal: 303)

2Methyl paraben0,18% (b/b)Antimikroba(HOPE 6th hal : 442)

3Propyl paraben0,02 %(b/b)Antimikroba(HOPE 6th hal : 442)

4Amylum Oryzae45 %(b/b)Bahan Tambahn(HOPE 6th hal : 690)

5Gliserolad 100%(b/b)Basis Pasta(HOPE 6th hal: 283)

Dari hasil evaluasi sediaan pasta Ichtamolum 10% didapatkan hasil sebagai berikut :1. Organoleptika = warna coklat tanah, bau khas , tidak berbau tengik, mudah tercucikan dengan air, tidak terdapat pertumbuhan mikroba2. Isi Minimum = Isi minimum rata-rata 10.004 gram.3. pH sediaan = 7,0.4. Uji Homogenitas = sediaan pasta kurang homogen, masih terdapat granul-granul kecil yang tidak tersebar merata pada sediaan.

XI. DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.Rowe, Raymond C .2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London : Pharmaceutical Press.Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi kelima. Jakarta: PT elex media komutindo. Widodo, hendra. 2013. Ilmu meracik obat untuk apoteker. Jakarta : d-medika.

LAMPIRANEtiket

Kemasan Sekunder